Anda di halaman 1dari 181

OPTIMALISASI PENGELOLAAN ASET PEMERINTAH DAERAH

OLEH BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH


KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1) pada
Program Studi Ilmu Pemerintahan

Muhammad Fariz
1810413210009

Program Studi Ilmu Pemerintahan

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
BANJARMASIN
2023
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
OPTIMALISASI PENGELOLAAN ASET DAERAH OLEH BADAN PENGELOLA
KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR
A. Nama Mahasiswa : Muhammad Fariz NIM 1810413210009
B. Dinyatakan lulus dengan nilai __ dalam ujian mempertahankan skripsi
Tingkat Sarjana (S1) Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Lambung Mangkurat Pada Tanggal 20 Oktober 2023
C. Tim Penguji
a. Ketua
( Husein Abdurrahman, S.Sos, M.Si)
NIP. 19711103 199903 1 002 (…………………...)
b. Sekretaris
(M Najeri Al Syahrin, S.I.P, M.A)
NIP. 19900823 201903 1 014 (…………………..)
c. Anggota
(Fadly, S.I.P, M.I.P)
NIP. 19900123 201903 1 008 (…………………...)

Banjarmasin, Oktober 2023


Ketua Pembimbing

Husein Abdurrahman. S.Sos, M.Si


NIP. 19711103 199903 1 002

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lambung Mangkurat
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muhammad Fariz

Nomor Induk Mahasiswa : 1810413210013

Tempat, Tanggal Lahir : Sampit, 14 November 2000

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang berjudul “Optimalisasi

Pengelolaan Aset Daerah Oleh Badan Pengelolaan Aset Daerah Kabupaten

Kotawaringin Timur” benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan

pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasi tulisan atau

pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,

maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut. Hal-hal yang berkaitan

dengan teknik penulisan, telah sesuai dengan Pedoman Karya Ilmiah Jurusan Ilmu

Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat.

Banjarmasin, 20 Oktober 2023

Yang membuat pernyataan


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Swt. Atas ridho-Nya saya dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Adapun judul skripsi saya yang saya ajukan

adalah “Optimalisasi Pengelolaan Aset Daerah Oleh Badan Pengelola Keuangan dan

Aset daerah Kabupaten Kotawaringin Timur”.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal skripsi ini terselesaikan karena

adanya bantuan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak, oleh karena

itulah pada kesempatan ini penulis ingin mencapaikan ucapan terima kasih yang tak

terhingga dan penghargaan yang setinggi-tinggi nya kepada Bapak/Ibu sebagai berikut:

1. Prof. Dr. Ahmad, SE., M.Si. selaku Rektor Universitas Lambung Mangkurat

2. Prof. Dr, H. Budi Suryadi, S.Sos. M.Si. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Lambung Mangkurat.

3. Husein Abdurrahman S.Sos., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Ilmu

Pemerintahan dan Dosen Pembimbing yang telah memberikan waktu, tenaga

dan pikiran sehingga proposal skripsi ini dapat selesai.

4. Bapak Najeri Al Syahrin, S.IP, M.A selaku Dosen Penguji I yang telah

memberikan waktu, tenaga, dan pikiran kepada penulis.

5. Bapak Fadly, S.IP, M.IP selaku Dosen Penguji II yang telah membimbing

6. Drs. Abdurrahman M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

membantu dan mengarahkan penulis dari awal perkuliahan hingga Sekaran

7. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu pemerintahan dan Staff Pengajar di

lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lambung

Mangkurat
8. Dra. Hj. Poraktina Ike Heritha Selaku Kepala Badan Pengelola Keuangan dan

Aset daerah Kabupaten Kotawaringin Timur

9. Ibu Rutie, S.H Selaku Kepala Sub bagian Umum Dan Kepegawaian

10. Bapak Bachtiar, S.H Selaku Kepala Sub Bagian Pengembangan dan Pengkajian

11. Kedua orang tua dan saudari yang selalu memberikan doa, dukungan, semangat

dan bantuan baik secara moril maupun materil

12. Kepada Noor kemala Rizqo Sebagai Spesial Partner saya, terima kasih tealh

menjadi sosok pendamping dalam segala hal

13. PMK Sultan adam Banjarmasin, Street Suspect, Baut Family, Gabaw En Fren,

FAJAR RAHMAN GROUP, CV Cahaya Mandiri ,Bukit Jaya Racing Team, Ano

Family yang selalu memberikan doa, dukungan dan semangat

14. Sahabat dan teman teman penulis yang telah memberikan doa dan dukungan

15. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini, masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan. Akhir kata, semoga proposal skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi kita semua

Banjarmasin, 20 Oktober 2023


Penulis

Muhammad Fariz
NIM. 1810413210009
ABSTRAK
Muhammad Fariz, 1810413210009, 2023 “Optimalisasi Pengelolaan Aset oleh Badan
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur”. Di bawah
bimbingan Bapak Husein Abdurrahman
Penelitian Ini Bertujuan Untuk mengetahui Optimalisasi Pengelolaan Aset
Pemerintah Daerah oleh Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Kotawaringin Timur. Metode yang digunakan kuantitatif dengan tipe deskriptif.
Penelitian ini memiliki satu variable yaitu optimalisasi pengelolaan aset pemerintah
daerah, dengan 11 indikator pengukuran yang mencakup perencanaan, pengadaan,
penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan, penilaian, pemindahtanganan,
pemusnahan, penghapusan, penatausahaan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian
aset. Dikarenakan Populasi sampel yang sedikit peneliti menggunakan Non Probability
Sampling Yaitu Tehnik Sampling Jenuh Dengan Menggunakan Rumus Mean dan
Median. Dengan Empat Kategori Optimalisasi 0%-25% ( Sangat Tidak Optimal ) , 25-
50 ( Tidak optimal ), 50%-75% ( Optimal ), 75%-100% ( Sangat Optimal ) .
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah oleh Badan Keuangan dan
Aset Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur berada dalam tingkat optimal. Kesemua 11
indikator yang telah diteliti, yaitu perencanaan kebutuhan dan penganggaran,
pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian,
pemindahtanganan, pemusnahan, penghapusan, penatausahaan, serta pembinaan,
pengawasan, dan pengendalian, semuanya berada dalam kategori “Optimal” dengan
rentang nilai antara 7,8 hingga 10,1. , Dengan demikian, rumusan masalah yang
diajukan, yaitu "Bagaimana Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah oleh
Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur ?" dapat
dianggap telah terjawab dengan temuan bahwa pengelolaan aset pemerintah daerah di
Kabupaten Kotawaringin Timur telah mencapai tingkat optimal berdasarkan 11
indikator yang telah dianalisis.
kesimpulan penelitian ini juga menunjukkan bahwa hasil penelitian mendukung
hipotesis pertama (Ha) yang menyatakan bahwa terdapat optimalisasi pada pengelolaan
aset daerah di Kotawaringin Timur, sementara hipotesis kedua (Ho) yang menyatakan
bahwa tidak ada optimalisasi telah ditolak berdasarkan temuan-temuan yang ada dalam
penelitian.
Saran dari peneliti ialah pengelolaan aset daerah harus di audit dan dievaluasi
secara berkala serta memfasilitasi kerja sama antar instansi terkait.
Kata kunci : Optimalisasi, Kebijakan, Pengelolaan Aset Daerah
ABSTRACT

Muhammad Fariz, 1810413210009, 2023 "Optimization of Asset Management by the


Regional Financial and Asset Management Agency of East Kotawaringin Regency".
Under the guidance of Mr. Husein Abdurrahman
This study aims to determine the optimization of local government asset
management by the East Kotawaringin Regency Regional Finance and Asset
Management Agency. The method used is quantitative with a descriptive type. This
research has one variable, namely optimization of local government asset management,
with 11 measurement indicators that include planning, procurement, use, utilization,
security, maintenance, assessment, transfer, destruction, elimination, administration,
coaching, supervision, and asset control. Due to the small sample population,
researchers use Non Probability Sampling, namely saturated sampling techniques using
the Mean and Median formulas. With four categories of optimization 0%-25% ( Very
Not Optimal), 25-50 ( Not optimal), 50%-75% ( Optimal), 75% -100% ( Very
Optimal) .
Based on the results of research and discussions that have been carried out, it
can be concluded that the Management of Local Government Assets by the East
Kotawaringin Regency Regional Finance and Asset Agency is at an optimal level. All
11 indicators that have been studied, namely needs planning and budgeting,
procurement, use, utilization, security and maintenance, assessment, transfer,
destruction, elimination, administration, as well as coaching, supervision, and control,
are all in the "Optimal" category with a range of values between 7.8 to 10.1. , Thus, the
formulation of the problem proposed, namely "How is the Optimization of Local
Government Asset Management by the East Kotawaringin Regency Regional Finance
and Asset Management Agency?" can be considered answered by finding that the
management of local government assets in East Kotawaringin Regency has reached an
optimal level based on 11 indicators that have been analyzed.
the conclusion of this study also shows that the results of the study support the
first hypothesis (Ha) which states that there is optimization in regional asset
management in East Kotawaringin, while the second hypothesis (Ho) which states that
there is no optimization has been rejected based on the findings in the study.
The suggestion from the researcher is that the management of regional assets
must be audited and evaluated regularly and facilitate cooperation between related
agencies. Keywords : Optimization, Policy, Regional Asset Management
i

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
ABSTRAK....................................................................................................................i
ABSTRACT..................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................................iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL .........................................................................................................vi
DAFTAR GRAFIK ......................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 7
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 9
2.1 Penelitian Terdahulu ......................................................................................... 9
2.2 Optimalisasi ..................................................................................................... 10
2.2.1 Pengertian ............................................................................................ 10
2.2.2 Elemen Optimalisasi .......................................................................... 12
2.2.3 Manfaat Optimalisasi ........................................................................ 22
2.3 Aset Daerah ...................................................................................................... 23
2.3.1 Pengertian Aset Daerah .....................................................................
23
2.3.2 Karakteristik Aset Daerah ................................................................ 25
2.3.3 Inventarisasi Aset Daerah ................................................................. 28
2.4 Pengelolaan Aset atau Barang Milik Daerah ................................................... 29
2.4.1 Pengertian Pengelolaan Aset ............................................................. 29
2.4.2 Azas-azas Pengelolaan Barang Milik Daerah.................................. 30

2.4.3 Prinsip Dasar Pengelolaan Aset Daerah .......................................... 31

2.4.4 Strategi Optimalisasi Aset Daerah ................................................... 33


ii

2.5 Manajemen Aset ............................................................................................... 35


2.6 Efisiensi Anggaran ........................................................................................... 38
2.7 Manajemen Pemerintahan ................................................................................ 39
2.8 Kerangka Pemikiran ......................................................................................... 41
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................. 43
3.1 Pendekatan Penelitian ...................................................................................... 43
3.2 Tipe Penelitian ................................................................................................. 44
3.3 Lokasi Penelitian .............................................................................................. 44
3.4 Variabel dan Operasional Variabel ................................................................... 45
3.5 Populasi dan Responden Penelitian ................................................................. 48
3.6 Teknik Sampling .............................................................................................. 49
3.7 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 50
3.8 Teknik Analisis Data ........................................................................................ 51
3.9 Kategori Optimalisasi ....................................................................................... 53
3.10 Jadwal Penyusunan Skripsi ............................................................................ 53
BAB IV GAMBARAN UMUM................................................................................... 55
4.1 Gambaran Umum Penelitian ............................................................................ 55
4.1.1 Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten Kotawaringin
Timur ............................................................................................................ 55
4.2 Profil Responden .............................................................................................. 61
4.2.1 Jenis Kelamin Responden ................................................................. 61
4.2.2 Usia Responden ..................................................................................
62
4.2.3 Masa Kerja Responden .....................................................................
63
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian ................................................................................................ 65
5.1.1 Analisis Penelitian Berdasarkan Item Pernyataan .................................. 66
5.1.2 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ...................................................106
5.1.3Analisis Total Jawaban Keseluruhan .......................................................125
5.2 Pembahasan ................................................................................................ ......126
iii

BAB VI PENUTUP ..................................................................................................


143
6.1 Kesimpulan ................................................................................................. 143
6.2 Saran ............................................................................................................ 143
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 145
LAMPIRAN ............................................................................................................ 147
iv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Operasional Variabel .................................................................................... 46


Tabel 3.2 Skala Angket Penelitian ............................................................................... 50
Tabel 3.3 Kategori Optimalisasi ................................................................................... 53
Tabel 3.4 Jadwal Penyusunan Skripsi .......................................................................... 54
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden ............................................................................ 61
Tabel 4.2 Usia Responden ............................................................................................ 62
Tabel 4.3 Tingkat Usia Berdasarkan Jenis Kelamin Responden .................................. 63
Tabel 4.4 Masa Kerja Responden ................................................................................ 63
Tabel 4.5 Masa Kerja Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .................................... 64
Tabel 5.1 Hasil Penyebaran Angket/Kuisioner ........................................................... 66
iii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 5.1 Pendapat Responden terkait Penyediaan Bangunan Milik Daerah dengan
Baik............................................................................................................................... 68
Grafik 5.2 Pendapat Responden terkait SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah)
Melaksanakan Fungsi Perencanaan dengan Baik ........................................................ 69
Grafik 5.3 Pendapat Responden terkait Penganggaran Aset Gedung Disusun melalui
Rencana Kerja yang Jelas ............................................................................................ 70
Grafik 5.4 Pendapat Responden terkait Pengadaan Gedung sebaga Aset Daerah
Dilakukan dengan Akuntabel ....................................................................................... 71
Grafik 5.5 Pendapat Responden terkait Pengadaan Gedung Berpedoman pada Undang-
undang yang ada ........................................................................................................... 72
Grafik 5.6 Pendapat Responden terkait Pengadaan Gedung Dilakukan secara Terbuka
dan Transparan ............................................................................................................. 73
Grafik 5.7 Pendapat Responden terkait Penggunaan Gedung Aset Daerah untuk
Meningkatkan PAD di Kabupaten Kotawaringin Timur .............................................. 74
Grafik 5.8 Pendapat Responden terkait Penggunaan Barang/Bangunan Milik Daerah
kepada Pihak yang telah Ditunjuk Pemerintah Kotawaringin Timur .......................... 75
Grafik 5.9 Pendapat Responden terkait Penunjukan Pengguna Aset Milik Daerah
berdasarkan Transparansi dan Peningkatan PAD ......................................................... 76
Grafik 5.10 Pendapat Responden terkait Pemanfaatan melalui Konsep KSP (Kerjasama
Pemanfaatan) dengan Pihak Swasta untuk Menekan Biaya Pemeliharaan .................. 78
Grafik 5.11 Pendapat Responden terkait Pemerintah Menerima Retribusi dari
Pemanfaatan Geduk dari Pihak Lain ............................................................................ 79
Grafik 5.12 Pendapat Responden terkait Pemanfaatan Gedung Milik Daerah yang
Digunakan oleh Pihak Lain menggunakan Konsep Sewa ........................................... 80
Grafik 5.13 Pendapat Responden terkait Pengamanan Gedung Sepenuhnya Diserahkan
Kepada Pihak Pemegang Kuasa Gedung ..................................................................... 82
Grafik 5.14 Pendapat Responden terkait Pemeliharaan Gedung Dilakukan berdasarkan
Prinsip Otoritas ............................................................................................................ 83
Grafik 5.15 Pendapat Responden terkait BKAD Menekan Biaya Pemeliharaan agar
terjadi Efisiensi Biaya .................................................................................................. 83
iv

Grafik 5.16 Pendapat Responden terkait Gedung Aset Pemerintah Daerah Dinilai
Menggunakan SAP (Standar Akuntansi Pemerintah) .................................................. 85
Grafik 5.17 Pendapat Responden terkait Penilaian Kelayakan Gedung yang Diajukan
oleh OPD Diupayakan Tepat Sasaran .......................................................................... 86
Grafik 5.18 Pendapat Responden terkait Pihak BKAD Menolak Pengajuan Pengadaan
Gedung yang Tidak Sesuai dengan Peraturan dan Berdampak pada Pembengkakan
APBD) .......................................................................................................................... 87
Grafik 5.19 Pendapat Responden terkait Pemindahtanganan Aset Gedung Diupayakan
Melalui Skema Penjualan sebagai Tambahan Masukan Kas Umum Daerah ............. 88
Grafik 5.20 Pendapat Responden terkait Penjualan Aset Berupa Gedung hanya
Dilakukan jika Gedung Tersebut sudah Dinilai Tidak Layak Untuk Operasional ....... 90
Grafik 5.21 Pendapat Responden terkait Skema Hibah Dengan Nilai Aset Gedung 5
Milyar R3upiah Melalui Persetujuan Bupati ............................................................... 91
Grafik 5.22 Pemusnahan Aset Daerah hanya Dilakukan jika Tidak Bisa Dilakukan
Pemindahtanganan ....................................................................................................... 92
Grafik 5.23 Pendapat Responden terkait Aset yang Dimusnahkan Telah Disetujui oleh
Pihak Bupati ................................................................................................................. 93
Grafik 5.24 Pendapat Responden terkait Berita Acara Pemusnahan Aset Dilaporkan
Paling Lama 1 Bulan Setelah Pemusnahan Aset .......................................................... 94
Grafik 5.25 Pendapat Responden terkait Penghapusan Aset Dari Daftar Barang Milik
Daerah (DBMD) Melalui Keputusan Pengadilan ........................................................ 95
Grafik 5.26 Pendapat Responden terkait Penghapusan dari Daftar Barang Pengelola
(DBP) Dikarenakan Aset tersebut sudah Tidak Dikelola Pihak Manapun ................... 97
Grafik 5.27 Pendapat Responden terkait Aset Gedung Dihapus Dari Daftar Barang
Kuasa Pengguna (DBKP) agar Aset tersebut segera bisa Disewakan Kepada Pihak Lain
....................................................................................................................................... 98
Grafik 5.28 Pendapat Responden terkait Aset Gedung Dilakukan Kodifikasi untuk
Mempermudah Penatausahaan Aset ............................................................................. 99
Grafik 5.29 Pendapat Responden terkait Gedung yang Dimiliki Pemerintah Daerah
Dilakukan Inventarisasi 5 Tahun Sekali .......................................................................100
v

Grafik 5.30 Pendapat Responden terkait Laporan Inventarisasi Gedung Dibuat oleh
DPKD sebagai Sumber Penyusunan Neraca ................................................................101
Grafik 5.31 Pendapat Responden terkait Pengguna Barang Dipantau secara Langsung
oleh Unit DPKD agar Aset Gedung Terawat dengan Baik ..........................................103
Grafik 5.32 Pendapat Responden terkait Pemindahtanganan Aset Gedung Dilakukan
dengan Pengawasan agar Bisa Ditertibkan dengan Baik .............................................104
Grafik 5.33 Pendapat Responden terkait Pengendalian Pemanfaatan Aset Gedung
Dilakukan oleh DPKD dengan Merujuk pada Permendagri Nomor 19 Tahun 2019 ...105
vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Persentase Realisasi PAD Kabupaten Kotawaringin Timur ..................... 3


Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ................................................................................. 41
Gambar 4.1 Sususnan Organisasi BKAD Kabupaten Kotawaringin Timur ................ 57
vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Angket Penelitian......................................................................................149


Lampiran 2.Dokumentasi Penelitian.............................................................................153
Lampiran 3.Rekapitulasi Angket Berdasarkan Pertanyaan .........................................157
Lampiran 4.Skor Angket Penelitian..............................................................................160
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan reformasi dalam bidang pemerintahan terus berlanjut

dengan diterbitkannya UU Nomor 32 Tahun 2004 yang kemudian diperbarui

dengan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang kewenangan pemerintah daerah

untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan daerah setempat.

Dengan adanya pemberian kewenangan tersebut atau yang dikenal dengan

istilah otonomi daerah, memberikan peluang kepada daerah untuk berperan lebih

secara lebih aktif. Namun selain itu juga ada konsekuensi lain yang bisa terjadi,

salah satunya adalah serangkaian tuntutan agar pemerintah daerah dapat

mewujudkan tata kelola penyelenggaraan pemerintahan yang baik.

Tata kelola penyelenggaraan pemerintahan yang baik merupakan

kebutuhan yang tak terelakkan. Sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah agar

menerapkan prinsip-prinsip yang baik dalam menjalankan roda pemerintahan

yang direalisasikan dalam bentuk penerapan prinsip good governance. Termasuk

salah satunya adalah berjalan beriringan dengan kebijakan nasional yakni

otonomi daerah. Sebagai upaya untuk mewujudkan good governance secara

menyeluruh, maka setiap pemerintah daerah harus mengubah paradigma untuk

menjalankan tugas dan fungsi pemerintah daerah dengan sebaik mungkin. Oleh

karena itu, pemerintah daerah perlu melakukan manajemen pelayanan secara

optimal.

1
2

Kabupaten Kotawaringin Timur merupakan salah satu daerah yang

berada di Provinsi Kalimantan Tengah yang gencar melakukan pembangunan.

Agenda prioritas pembangunan Kabupaten Kotawaringin Timur pada tahun

2023 antara lain pembangunan infrastruktur, peningkatan kualitas sumber daya

manusia, penguatan ekonomi masyarakat, tata kelola pemerintahan, dan

Kotawaringin Timur yang nyaman, lestari, berbudaya dan agamis

(RadarSampit.com, 2022). Akan tetapi, prioritas pembangunan ini tidak

didukung oleh kestabilan anggaran yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten

Kotawaringin Timur. Proyeksi anggaran pendapatan dan belanja daerah atau

APBD Kabupaten Kotawaringin Timur pada tahun anggaran 2021 mengalami

defisit sebesar Rp 78.260.608.300 (kalteng.antaranews.com, 2020). Oleh karena

itu, dari beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk menutupi defisit tersebut

salah satunya adalah dengan melakukan penyerapan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) secara lebih optimal.

Salah satu upaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD),

adalah dengan memaksimalkan pengelolaan aset daerah yang dimiliki

Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur. Banyak aset daerah yang bisa

mendatangkan PAD jika dikelola dengan baik. Adapun aset yang dimiliki oleh

Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur antara lain terdiri dari bangunan

pasar milik daerah, gedung atau fasilitas lainnya hingga tanah dan sebagainya

(infoindonesia.id, 2022). Oleh karena itu Pemerintah Kabupaten Kotawaringin

Timur perlu melakukan manajemen aset secara optimal. Gambaran tentang PAD
3

(Pendapatan Asli Daerah) di Kabupaten Kotawaringin Timur dijabarkan pada

gambar grafik berikut:

Gambar 1.1
Persentase Realisasi PAD Kabupaten Kotawaringin Timur

Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Kementrian Keuangan (2022)


Merujuk pada data yang disampaikan pada grafik di atas, maka diketahui

bahwa memang secara umum aspek penerimaan PAD di Kabupaten

Kotawaringin Timur mengalami peningkatan persentase realisasi perolehan PAD

pada tahun 2021, namun jika diperhatikan lebih jauh maka diketahui bahwa

terdapat unsur PAD yang mengalami penurunan di Kabupaten Kotawaringin

Timur, unsur PAD yang mengalami penurunan tersebut adalah penerimaan pajak

daerah yang mengalami penurunan sebesar 33,23% dibandingkan tahun 2020.

Adanya penurunan persentase realisasi PAD di Kabupaten Kotawaringin

Timur tersebut mengindikasikan adanya pengelolaan aset daerah yang belum

optimal. Aset daerah sebagaimana disebut dalam Pernyataan Standar Akuntansi


4

Pemerintahan (PSAP), ialah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau

dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana

manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh,

baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,

termasuk sumber daya non-keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa

bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan

sejarah dan budaya.

Pengelolaan aset daerah harus ditangani dengan baik agar aset tersebut

dapat menjadi salah satu bekal bagi pemerintah daerah untuk pengembangan

kemampuan keuangannya serta meningkatkan layanan terhadap masyarakat.

Akan tetapi jika tidak dikelola dengan semestinya, aset tersebut justru menjadi

beban biaya karena sebagian dari aset membutuhkan biaya perawatan atau

pemeliharaan dan juga turun nilainya (terdepresiasi) seiring waktu.

Tantangan bagi manajemen setiap jenis aset akan berbeda, bergantung

kepada karakter dari aset tersebut. Sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan

Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 17 Tahun 2007 secara umum

penggolongan aset terbagi atas tanah, peralatan dan mesin, gedung dan

bangunan, jalan, irigasi dan jembatan, konstruksi dalam pengerjaan, dan aset

lainnya serta belanja barang serta jasa, pada setiap golongan aset tersebut

mempunyai karakteristik serta potensi masing-masing.

Salah satu bentuk pengelolaan aset adalah konsep real property, yaitu

suatu hak perorangan atau dinas hukum untuk memiliki dalam arti menguasai

tanah dengan suatu hak atas tanah, misalnya hak milik atau hak guna bangunan
5

berikut bangunan (permanen) yang didirikan diatasnya atau tanpa bangunan.

Pengertian penguasaan di atas perlu dibedakan antara penguasaannya secara

fisik atas tanah yang disebut real estate. Sedangkan real property merupakan

kepemilikan sebagai konsep hukum (penguasaan secara yuridis) yang dilandasi

dengan sesuatu hak atas tanah.

Siklus pengelolaan aset daerah berpedoman pada Permendagri No. 19

Tahun 2016 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan manajemen atau

pengelolaan barang daerah adalah suatu rangkaian kegiatan dan tindakan

terhadap daerah yang meliputi perencanaan kebutuhan dan penganggaran,

pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan,

penilaian, pemindahtanganan, pemusnahan, penghapusan, penatausahaan,

pembinaan, pengawasan dan pengendalian, dan ganti rugi serta sanksi.

Sedangkan siklus aset menurut beberapa teori lain, salah satunya menurut

Sugiama (2013) bahwa setiap aset yang dikelola melalui alur yang dimulai dari

perencanaan kebutuhan aset, pengadaan aset, inventarisasi aset, legal audit aset,

penilaian aset, pengoperasian dan pemeliharaan aset, pembaharuan aset,

penghapusan aset, pengalihan melalui penjualan, penghibahan, penyertaan

modal dan terakhir berupa pemusnahan aset.

Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur seharusnya mulai menata

diri dalam apek optimalisasi manajemen aset daerah yang dimilikinya. Langkah-

langkah kongkrit harus dilakukan misalnya menginventarisasi sejumlah aset

yang dimiliki termasuk menyelesaikan semua permasalahannya. Sehingga dalam


6

pelaksanaannya tertata dengan baik dan dapat dioptimalkan yang mana pada

akhirnya akan menambah PAD dan mengurangi angka defisit yang terjadi.

Berkaitan dengan konteks manajemen aset daerah ini, pemerintah daerah

harus melakukan optimalisasi melalui manajemen aset yang dilaksnakan sesuai

dengan prinsip manajemen aset, yakni: asas fungsional, kepastian hukum,

transparansi dan keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas dan kepastian nilai.

Penatausahaan, yakni mengatur mengenai kewajiban OPD (Organisasi

Pemerintah Daerah) sebagai pengguna dalam pelaksanaan pendaftaran,

pencatatan, pembukuan, inventarisasi dengan cara melakukan sensus barang

daerah, mengisi buku inventaris aset dan pelaporan. Permasalahan aset pada

umumnya, yakni ketidakakuratan data dalam inventarisasi akibat masih adanya

aset yang memiliki legalitas yang tidak jelas. Selai itu, dalam proses

inventarisasi ada ketidakdetailan dalam melakukan pendataan kertas kerja

inventarisasi yang tidak diisi lengkap, pengkodean yang tidak dilakukan dengan

baik. Salah satu contoh dari kasusu ini adalah berupa temuan dari anggota

DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur yang menemukan adanya aset milik

pemerintah daerah terbengkalai selama bertahun-tahun yang berada di Kota

Palangkaraya (beritakalteng.com, 2021).

Terdapat pula usat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Kotim di Jalan

Jenderal Sudirman kilometer 6 Sampit, Kampung Pemuda di Jalan Tjilik Riwut

arah Sampit-Kota Besi, Bumi Perkemahan (Buper) Pramuka di Kota Besi, Balai

Pelelangan Ikan di Desa Ujung Pandaran, dan gudang pengeringan rotan di

Kecamatan Cempaga (sampit.prokal.co, 2017). Merujuk dari beberapa masalah


7

yang telah disebutkan tersebut, maka secara nyata dapat membuktikan bawah

dalam pengelolaannya, aset-aset daerah tidak dikelola secara baik.

Secara garis besar permasalahan utama yang dihadapi oleh Pemerintah

Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur adalah kurang optimalnya pengelolaan

Pendapatan Asli Daerah yang bersumber dari aset milik daerah yang ditandai

dengan tidak terinventarisasinya aset milik daerah. Kemudian inventarisasi yang

belum sepenuhnya tertib. Berangkat dari permasalahan yang telah dipaparkan

diatas, maka perlu dilakukan suatu penelitian yang mendalam terkait dengan

Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah oleh Badan Pengelola

Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka didapatkan rumusan masalah berupa

“Bagaimana Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah oleh Badan

Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari

penelitian ini adalah “Untuk mengetahui Optimalisasi Pengelolaan Aset

Pemerintah Daerah oleh Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah

Kabupaten Kotawaringin Timur”.

1.4 Manfaat Penelitian


8

Manfaat dalam penelitian ini dibagi menjadi dua manfaat utama, yaitu

manfaat penelitian secara teoritis dan manfaat penelitian secara praktis.

Penjelasan mengenai dua manfaat dalam penelitian ini dijabarkan pada uraian

berikut.

1. Manfaat Teoritis

Menambah dan memberikan sumbangan ilmu pengetahuan,

khususnya kepada mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat dalam tata

kelola pemerintahan terutama mengenai pengelolaan aset daerah dalam

rangka melakukan optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD).

2. Manfaat Praktis

Menjadi masukkan bagi Pemerintahan Kabupaten Kotawaringin

Timur, khususnya kepada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Kabupaten

Kotawaringin Timur dalam melakukan pengelolaan serta upaya optimalisasi

aset daerah dalam rangka mengoptimalisasikan PAD.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

1. Tana dan Boro (2020) yang melakukan penelitian tentang “Optimalisasi

Pemanfaatan Aset Tetap (Tanah) Milik Provinsi Nusa Tenggara Timur di

Wilayah Kota Kupang dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Tahun 2014-2016”. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut

berupa pendekatan kuantitatif, sedangkan data yang digunakan merupakan

data berupa arsip dari Badan Pendapatan, Pengelolaan, Keuangan dan Aset

Daerah (BPPKAD) Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hasil analisis

menunjukkan bahwa BPPKAD belum melakukan pengelompokan dan

penilaian terhadap aset tetap tanah. Selanjutnya diketahui bahwa masih

terdapat banyak aset tanah yang belum memiliki sertifikat serta lokasi tanah

yang tidak strategis seperti jauh dari pusat keramaian dan konflik

kepemilikan aset tanah. Kemudian upaya untuk melakukan promosi aset

tetap tanah dari pihak BPPKAD belum dilakukan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Sitompul et al. (2021) yang meneliti tentang

“Manajemen Strategis Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan Aset Tanah

dan Bangunan Kabupaten Kotawaringin Timur Provinsi Kalimantan

Tengah”, metode yang dilakukan dalam penelitian tersebut yaitu

menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. Hasil dalam

penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan aset tanah dan


10

bangunan belum semuanya dibenahi. Walaupun penilaian opini dari BPK

sudah baik namun masih perlu pengelolaan aset tanah dan bangunan

diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Faktor-faktor yang memengaruhi

terdiri dari faktor pendukung dan faktor penghambat yang kemudian

ditentukan manajemen strategis yang sebaiknya dilakukan untuk

keberhasilan berdasarkan teori Hunger dan Wheelen didapatkan manajemen

strategis antara lain terwujudnya laporan aset OPD yang baik, terwujudnya

sinergi antar instansi pemerintah daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan

APBD, penguatan upaya reformasi untuk meningkatkan kepercayaan publik,

peningkatan sistem informasi, terwujudnya sistem kerja yang profesional,

terwujudnya penatausahaan aset daerah yang sesuai aturan, mewujudkan

manajemen aset daerah yang semakin berkualitas.

3. Listiani dan Agustin (2022) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh

Inventarisasi, Kompetensi Aparatur, dan Pengendalian Internal terhadap

Optimalisasi Pengelolaan Barang Milik Daerah (BMD)”, penelitian tersebut

menggunakan pendekatan kuantitatif dengan data primer berupa angket yang

selanjutnya dianalisis menggunakan regresi linear berganda. Hasil temuan

dalam penelitian tersebut yaitu inventarisasi secara parsial berpengaruh

positif dan signifikan terhadap optimalisasi pengelolaan BMD, sedangkan

kompetensi aparatur dan sistem pengendalian internal secara parsial tidak

berpengaruh signifikan terhadap optimalisasi pengelolaan BMD.


11

2.2 Optimalisasi

2.2.1 Pengertian

Optimalisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah

tertinggi, paling baik, sempurna, terbaik, paling menguntungkan,

Mengoptimalkan berarti menjadikan sempurna, menjadikan paling

tinggi, menjadikan maksimal, Sehingga bisa diartikan bahwa

optimalisasi berarti pengoptimalan. Selanjutnya optimalisasi menurut

Ibrahim dan Ridwan (2020) merupakan proses pencarian solusi yang

terbaik, tidak selalu keuntungan yang paling tinggi yang bisa dicapai jika

tujuan pengoptimalan adalah memaksimumkan keuntungan, atau tidak

selalu biaya yang paling kecil yang bisa ditekan jika tujuan

pengoptimalan adalah meminimumkan biaya.

Berkaitan dengan hal tersebut, optimalisasi menurut Periansya et

al. (2022) juga bisa diartikan sebagai usaha memaksimalkan kegiatan

sehingga mewujudkan keuntungan yang diinginkan atau dikehendaki.

Dengan demikian, maka kesimpulan dari optimalisasi adalah sebagai

upaya, proses, cara, dan perbuatan untuk menggunakan sumber – sumber

yang dimiliki dalam rangka mencapai kondisi yang terbaik, paling

menguntungkan dan paling diinginkan dalam batas – batas tertentu dan

kriteria tertentu.

Jika sebelumnya dikatakan bahwa optimalisasi sering dikaitkan

dengan upaya untuk meningkatkan hasil dari upaya yang sudah

dilakukan, maka definisi optimalisasi yang disampaikan oleh Sanjaya


12

dan Jumanah (2018) juga tidak jauh berbeda yang menyatakan bahwa

Optimalisasi adalah sebuah proses, cara dan perbuatan (aktivitas atau

kegiatan) untuk mencari solusi terbaik dalam beberapa masalah, dimana

yang terbaik sesuai dengan kriteria tertentu. Optimalisasi aset adalah

proses kerja dalam pengelolaan aset yang dimiliki seseorang atau

perusahaan.

Merujuk dari beberapa definisi yang telah dipaparkan terkait

dengan optimalisasi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

optimalisasi merupakan upaya yang dilakukan melalui kegiatan atau

tindakan dengan tujuan untuk peningkatan hasil atau output dari upaya

yang sebelumnya sudah ada, menurut pengertian tersebut maka dapat

dipastikan bahwa untuk memperoleh peningkatan hasil dari upaya yang

dilakukan, maka dibutuhkan strategi atau manajemen yang tepat agar

tujuan dari sebuah organisasi bisa tercapai.

2.2.2 Elemen Optimalisasi

Sebelum masuk pada pembahasan tentang elemen optimalisasi,

perlu dipahami bahwa fokus dalam penelitian ini merupakan optimalisasi

yang dilakukan oleh Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) untuk

meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) melalui pengelolaan aset

pemerintah daerah. Merujuk dari kajian empiris yang dilakukan oleh

Listiani dan Agustin (2022) yang juga mengukur optimalisasi

pengelolaan aset pemerintah daerah, pada penelitian tersebut


13

menggunakan konsep optimalisasi pengelolaan Barang Milik Daerah

(BMD) yang terdiri dari 11 elemen optimalisasi yaitu:

1. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran

Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan perumusan

rincian kebutuhan barang milik daerah untuk menghubungkan

pengadaan barang yang sudah berlalu dengan keadaan yang saat ini

sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan rencana atau

tindakan di masa yang akan datang. Berkaitan dengan hal tersebut,

maka dalam perencanaan kebutuhan terdapat Rencana Kebutuhan

Barang Milik Daerah (RKBMD) yang termasuk dalam dokumen

perencanaan kebutuhan barang milik daerah dalam periode selama 1

(satu) tahun.

Merujuk pada Permendagri nomor 19 tahun 2016 pasal 19,

maka diketahui bahwa dalam penyusunan perencanaan kebutuhan

barang milik daerah dapat memperhatikan beberapa hal yaitu,

ketersediaan barang milik daerah, fungsi SKPD dan kebutuhan

pelaksanaan tugas. Selain itu, dalam penyusunan perencanaan

kebutuhan barang milik daerah dilakukan setiap tahun dalam

menetapkan SKPD setelah rencana kerja (Renja). Dengan adanya

perencanaan kebutuhan menjadikan salah satu sebagai dasar bagi

SKPD untuk melakukan pengusulan terhadap penyediaan anggaran

dalam memenuhi kebutuhan baru dan angka dasar, serta

melaksanakan penyusunan rencana kerja dan penganggaran.


14

2. Pengadaan

Elemen kedua dalam optimalisasi pengelolaan aset milik

daerah yaitu berkaitan dengan pengadaan yang dilakukan

berdasarkan adanya prinsip akuntabel, efisien, efektif, adil, bersaing,

terbuka serta transparan. Selain itu, dalam pelaksanaan pengadaan

barang milik daerah harus berpedoman sesuai pada ketentuan

peraturan perundang- undangan yang ada. Dalam melaporkan hasil

pengadaan barang milik daerah, pengguna barang wajib

menyampaikan kepada Gubernur ataupun Walikota terkait status

penggunaannya melalui pengelola barang milik daerah.

3. Penggunaan

Setelah pengadaan, maka aspek penting dalam pengelolaan

aset atau barang milik daerah adalah penggunaan dari barang atau

aset tersebut. Kembali merujuk pada Permendagri nomor 19 tahun

2016, maka diketahui bahwa terdapat beberapa skema yang bisa

dilakukan yaitu penetapan status penggunaan barang milik daerah

berupa tanah dan/atau bangunan akan dilakukan dalam

penyelenggaraan fungsi dan tugas terhadap pengguna barang

dan/atau kuasa pengguna barang yang telah bersangkutan.

Apabila pengguna barang tidak melakukan sesuai dengan

penyelenggaraan fungsi dan tugas maka Gubernur/Walikota akan

mencabut status penggunaan atas barang milik daerah yang berupa

tanah dan/atau bangunan. Namun barang milik daerah yang berupa


15

tanah dan/atau bangunan tidak diserahkan kepada

Gubernur/Walikota, dan akan dikenakan sanksi berupa pembekuan

dana pemeliharaan atas barang milik daerah yang berkenaan terhadap

pengguna barang.

Selanjutnya berupa penggunaan dengan prinsip pengalihan

atau yang biasa dengan pengalihan status penggunaan barang milik

daerah yang didasarkan atas pengajuan permohonan dari pengguna

barang lama serta inisiatif dari Gubernur atau Bupati dengan

pemberitahuan terlebih dahulu kepada pengguna barang. Sesuai

dengan prosedur setelah sudah mendapatkan persetujuan oleh

Gubernur/Bupati/Walikota maka pengguna barang lama akan

melakukan serah terima barang milik daerah kepada pengguna

barang baru.

Terakhir yaitu skema penggunaan sementara barang milik

daerah yang berarti bahwa Penggunaan barang milik daerah yang

sudah ditetapkan status penggunaannya dapat digunakan sementara

oleh pengguna barang lainnya dan sudah mendapatkan persetujuan

terlebih dahulu oleh Gubernur/Bupati/Walikota, namun

penggunaannya dalam jangka waktu tertentu dan tanpa harus

mengubah status pengguna barang milik daerah tersebut. Penggunaan

sementara barang milik yang berupa tanah dan/atau bangunan dapat

diperpanjang paling lama 5 (lima) tahun sedangkan untuk


16

penggunaan sementara barang milik daerah selain tanah dan/atau

bangunan dikenakan waktu perpanjangan paling lama 2 (dua) tahun.

4. Pemanfaatan

Elemen keempat dalam optimalisasi pengelolaan aset miliki

daerah adalah aspek pemanfaatan, sebagaimana diketahui bahwa

Pemanfaatan barang milik daerah dilakukan atas bahan dasar

pertimbangan teknis, yaitu dengan memperhatikan kepentingan

umum dengan kepentingan daerah. Dalam pelaksanaan pemanfaatan

barang milik daerah akan dikelola oleh pengelola barang atas

persetujuan Gubernur/Walikota tanpa diperlukan adanya persetujuan

DPRD.

Selain itu dalam pelaksanaan pemanfaatan barang milik

daerah boleh dilakukan asal tidak mengganggu pelaksanaan fungsi

maupun tugas kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Berkaitan dengan hal tersebut, objek pemanfaatan barang milik

daerah yang berupa tanah dan/atau bangunan akan dilihat seberapa

besar luas tanah dan/atau bangunan. Bentuk pemanfaatan barang

milik daerah berupa sewa, pinjam pakai, KSP (Kerjasama

Pemanfaatan), BGS (Bangun Guna Serah) serta KSPI (Kerja Sama

Pemerintah dengan Badan Usaha).

5. Pengamanan dan pemeliharaan

Elemen kelima dalam optimalisasi pengelolaan aset daerah

berupa pengamanan dan pemeliharaan. Pada bagian pengamanan


17

tentunya wajib dilakukan baik oleh pemegang kuasa, pengguna

barang atau pengelola barang. Untuk melakukan pengamanan barang

milik daerah dapat terdiri dari 3 bagian yaitu, pengamanan hukum,

fisik dan administrasi. Untuk bukti kepemilikan barang milik daerah

akan disimpan oleh pengelola barang dengan tertib dan aman. Selain

itu, dalam pengamanan barang milik daerah Gubernur atau Walikota

menetapkan kebijakan asuransi dengan pertimbangan melihat

kemampuan keuangan daerah.

Aspek kedua yaitu pemeliharaan pada barang atau aset milik

daerah yang dilakukan oleh kuasa pengguna barang, pengguna atau

pengelola barang. Dalam pemeliharaan barang milik daerah pihak

yang akan bertanggungjawab adalah yang berada dalam

penguasaannya. Diadakannya pemeliharaan barang milik daerah

dengan maksud tujuan untuk menjaga kondisi barang milik daerah

agar tetap layak untuk digunakan serta berdaya guna. Dengan begitu

pemerintah daerah dapat memprioritaskan belanja dalam jumlah yang

tercukupi atas beban APBD untuk pemeliharaan barang milik daerah,

namun harus tetap berpedoman pada daftar kebutuhan pemeliharaan

barang milik daerah.

6. Penilaian

Elemen selanjutnya yaitu berkaitan dengan penilaian

misalnya melalui penyusunan neraca pemerintah daerah yang

dilakukan sesuai dengan pedoman Standar Akuntansi Pemerintahan


18

(SAP), pemindahtanganan dalam bentuk hibah atau pemanfaatan

dalam bentuk pinjam pakai perlu adanya penilaian terhadap barang

milik daerah. Untuk pelaksanaan penilaian atas barang milik daerah

akan diperlukan biaya yang akan dibebankan pada APBD.

Barang milik daerah yang berupa tanah dan/atau bangunan

akan dilakukan penilaian baik dalam rangka pemindahtanganan

maupun pemanfaatan, akan dilakukan oleh penilai publik yang sudah

memiliki izin praktik penilaian yang sudah ditetapkan oleh

Gubernur/Bupati/Walikota dan oleh penilai pemerintah. Sedangkan

untuk barang milik daerah yang bukan berupa tanah dan/atau

bangunan, dalam penilaiannya akan dilakukan oleh Tim dari SKPD

yang sudah ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota.

7. Pemindahtanganan

Merujuk pada Permendagri nomor 19 tahun 2016 memuat

tentang pemindahtanganan aset milik daerah, Pemindahtanganan

dapat dilakukan apabila barang milik daerah dalam penyelenggaraan

tugas pemerintahan daerah sudah tidak diperlukan lagi. Ada beberapa

bentuk pemindahtanganan barang milik daerah diantaranya meliputi,

penyertaan modal pemerintah daerah, tukar-menukar, hibah dan

penjualan. Penilaian terhadap barang milik daerah akan dilakukan

sebelum melakukan pemindahtanganan, namun dikecualikan dalam

bentuk hibah yang tidak diperlukan penilaian terlebih dahulu.


19

Pada elemen pemindahtanganan dilakukan atas barang milik

daerah yang berupa tanah dan/atau bangunan dan selain tanah/dan

atau bangunan yang bernilai sampai dengan Rp 5.000.000.000,- (lima

miliar rupiah) yang nilai perolehannya masih wajar dalam bentuk

penyertaan modal, tukar menukar dan penjualan maka harus

memerlukan persetujuan oleh Gubernur/Bupati/Walikota, namun

apabila lebih dari Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) nilai

perolehan dalam bentuk hibah pemindahtanganannya harus

memerlukan persetujuan oleh DPRD.

8. Pemusnahan

Barang milik daerah yang tidak dapat dimanfaatkan atau yang

tidak dapat dipindahtangankan dan terdapat beberapa alasan yang

sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan maka perlu

adanya pemusnahan atas barang milik daerah tersebut, namun harus

mendapatkan persetujuan dari Gubernur/Bupati/Walikota. Kembali

merujuk pada Permendagri nomor 19 tahun 2016 dalam pasal 423

dinyatakan bahwa pemusnahan dilakukan dalam beberapa cara, yaitu

dengan cara dihancurkan, dibakar, ditenggelamkan, ditimbun, dan

dengan cara lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Setelah pemusnahan barang milik daerah sudah mendapatkan

persetujuan dari Gubernur/Bupati/Walikota, maka paling lama 1

bulan akan dituangkan dalam berita acara pemusnahan yang nantinya


20

pengelola barang dapat mengajukan untuk usulan penghapusan

barang milik daerah.

9. Penghapusan

Sebagaimana disampaikan pada Permendagri nomor 19 tahun

2016 yang memuat tentang penghapusan aset milik daerah, diketahui

bahwa terdapat beberapa alasan penghapusan suatu BMD (Barang

Miliki Daerah) yaitu (1) penghapusan dari daftar barang milik daerah

dikarenakan adanya keputusan dari pengadilan yang memiliki hukum

tetap, pemindahtanganan dan pemusnahan, (2) Penghapusan dari

daftar barang pengelola, dikarenakan pengelola barang sudah tidak

berada dalam penguasaan, (3) Penghapusan dari Daftar Barang

Kuasa Pengguna atau Pengguna, dikarenakan pengguna barang sudah

tidak berada dalam penguasaan. Namun ada sebab lain terjadinya

penghapusan barang milik daerah yang disebabkan oleh kehilangan

barang milik daerah, terbakar, kadaluwarsa, kecurian, dan lain

sebagainya

10. Penatausahaan

Elemen selanjutnya dalam optimalisasi pengelolaan aset milik

daerah yaitu elemen penatausahaan dengan melakukan kodefikasi

barang, sehingga pengelola barang wajib mendaftarkan barang milik

daerahnya serta melakukan pencatatan atas barang milik daerah.

Selain itu, barang milik daerah yang berupa tanah dan/atau bangunan

perlu dilakukan inventarisasi oleh pengelola barang paling sedikit 1


21

kali dalam 5 tahun dan perlu penyusunan laporan barang pengelola

yang akan dijadikan sumber penyusunan neraca pemerintah daerah

dalam jangka waktu tahunan dan semesteran.

11. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian

Bagian terakhir dalam optimalisasi yaitu pembinaan yang bisa

dilakukan oleh menteri, hal ini tertuang dalam Permendagri Republik

Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 Pasal 480 tentang pembinaan, pada

pasal tersebut dinyatakan bahwa Menteri wajib menetapkan

kebijakan atas pengelolaan barang milik daerah dan wajib melakukan

pembinaan atas pengelolaan barang milik daerah.

Selanjutnya aspek pengendalian dan pengawasan yang

dilakukan dengan pengguna barang melalui pemantauan dan

penertiban terhadap pemanfaatan barang milik daerah, penggunaan,

penatausahaan, pemindahtanganan, pengamanan barang milik daerah

serta pemeliharaannya, yang dilakukan oleh Unit Kerja SKPD

dengan dibantu oleh aparat pengawasan intern pemerintahan yang

sesuai dengan peraturan. Selanjutnya pengelola barang melalui

pemantauan dan investigasi terhadap pemindahtanganan,

pemanfaatan, dan pelaksanaan penggunaan barang milik daerah

digunakan agar penertiban dalam penggunaan yang dilakukan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

2.2.3 Manfaat Optimalisasi


22

Pada penjelasan sebelumnya telah dipaparkan terkait dengan

elemen dalam optimalisasi aset atau barang miliki daerah dengan

merujuk pada Permendagri nomor 19 tahun 2016 sehingga dari semua

elemen tersebut diharapkan memberikan manfaat sebagai nilai atau

output dari kegiatan optimalisasi tersebut. Secara umum manfaat dari

optimalisasi tentunya yaitu bisa mempermudah pencapaian tujuan,

mempermudah dalam melakukan strategi dan implementasi kebijakan

yang dilakukan pemerintah bisa lebih spesifik dan terarah (Budiardjo,

2021).

Manfaat optimalisasi tersebut juga sesuai dengan penyampaian

dari Subandi (2014) yang menyatakan bahwa manfaat dari adanya suatu

pengoptimalan adalah untuk mengidentifikasi tujuan, mengatasi kendala

pemecahan masalah yang lebih tepat dan dapat diandalkan, serta

pengambilan keputusan yang lebih tepat. Menurut pemaparan tersebut,

dapat dikatakan bahwa manfaat optimalisasi merupakan yaitu akan

berdampak hasil berupa memaksimalkan atau meminimalisasi untuk

mencapai suatu tujuan dengan tepat dan efektif.

Berkaitan dengan penjabaran sebelumnya, Sanjaya dan Jumanah

(2018) juga menyatakan bahwa terdapat beberapa manfaat dari dilakukan

optimalisasi yaitu menentukan tujuan, mengatasi masalah yang berarti

bahwa berbagai masalah yang muncul bisa diselesaikan dengan

memanfaatkan dan memaksimalkan yang bisa dilakukan dan apa yang

dimiliki, pemecahan masalah secara tepat, menetapkan keputusan dengan


23

cepat, beberapa informasi penting didapat melalui optimalisasi terkait

sebuah masalah. Hal ini bisa dimanfaatkan untuk mengambil keputusan

dengan cepat.

2.3 Aset Daerah

2.3.1 Pengertian Aset Daerah

Menurut Mahmudi (dalam Rahman, 2020: 13) Aset Daerah

adalah semua kekayaan daerah yang dimiliki maupun dikuasai

pemerintah daerah, yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau

berasal dari perolehan lainnya yang sah, misalnya sumbangan, hadiah,

donasi, wakaf, hibah, swadaya, kewajiban pihak ketiga, dan sebagainya.

Aset adalah barang, dalam pengertian hukum disebut benda bergerak,

baik yang berwujud (tangible) maupun yang tidak terwujud (intangible),

yang termasuk dalam aktiva atau harta kekayaan dari suatu instansi,

organisasi, badan usaha atau individu perorangan. Berdasarkan Undang-

undang No. 1 tahun 2004 yang dimaksud barang milik daerah adalah

semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal

dari perolehan lainnya yang sah. Aset merupakan sumberdaya yang

penting bagi pemerintah daerah. dengan mengelola aset daerah,

pemerintah daerah harus memperhatikan perencanaan kebutuhan dan

penganggaran, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran,

penggunaan, penatausahaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan,

penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, pembinaan, pengawasan dan


24

pengendalian, pembiayaan dan tuntutan rugi. Keseluruhan kegiatan

merupakan aspek-aspek yang terdapat dalam manajemen aset daerah.

Melalui upaya perencanaan kebutuhan aset, pemerintahan daerah akan

memperoleh gambaran dan pedoman terkait kebutuhan aset bagi

pemerintahan daerah (Charmaz, 2014).

Berdasarkan Undang- undang no 1 tahun 2004 yang dimaksud

aset/ barang daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas

beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Aset

merupakan sumber daya yang penting bagi pemerintah daerah. Melalui

upaya mengelola aset daerah secara benar dan memadai, pemerintah

daerah akan mendapatkan sumber dana pembiayaan di daerah. Pada

bagian pengelolaan aset daerah, pemerintah daerah harus memperhatikan

perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, pengadaan,

penerimaan, penyimpanan dan penyaluran, penggunaan, penatausahaan,

pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan

pemindahtanganan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian,

pembiayaan dan tuntutan ganti rugi. Keseluruhan kegiatan tersebut

merupakan aspek- aspek penting yang terdapat dalam manajemen aset

daerah dengan melakukan perencanaan kebutuhan aset, pemerintah

daerah akan memperoleh gambaran dan pedoman terkait kebutuhan aset

bagi pemerintah daerah (Cholisin., dkk. 2007).

Berdasarkan Himpunan Peraturan-peraturan Inventarisasi

Kekayaan Negara Departemen Keuangan RI Badan Akuntansi Keuangan


25

Negara 1995 pasal 2 disebut barang- barang milik Negara/ daerah yang

termasuk jenis barang- barang yang tidak bergerak antara lain:

a. Tanah-tanah kehutanan, pertanian, perkebunan, lapangan olahraga

dan tanah- tanah yang belum dipergunakan, jalan- jalan (tidak

termasuk jalan daerah) jalan kereta api, jembatan, waduk dan lain

sebagainya.

b. Gedung-gedung yang digunakan untuk kantor, pabrik- pabrik,

bengkel, sekolah, rumah sakit, studio, dan gedung lain sebagainya.

c. Gedung- gedung tempat tinggal tetap atau sementara seperti rumah-

rumah tempat tinggal, tempat istirahat dan gedung lain sebagainya.

Berdasarkan pasal 1 Ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Pemerintah

Nomor 6 Tahun 2006 menjelaskan bahwa Barang Milik Negara/ Daerah

meliputi barang yang dibeli atau diperoleh atas bantuan APBN dan

APBD, selanjutnya Barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah,

yaitu dari hibah, sumbangan, dari perjanjian/ kontrak diperoleh dari

ketentuan undang-undang atau barang yang diperoleh berdasarkan

peraturan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

2.3.2 Karakteristik Aset Daerah

Aset daerah adalah salah satu unsur penting dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. Oleh

karena itu, harus dikelola dengan baik dan benar sehingga akan terwujud

pengelolaan aset daerah yang transparan, efisien, akuntabel, dan adanya


26

kepastian nilai yang dapat berfungsi sesuai dengan tugas pokok dan

fungsi dari pemerintah daerah (Cialdini, 2006).

Aset daerah diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat

atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas yang disusun dalam PSAP

No. 07 yang diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Golongan tanah

Tanah yang dikelompokkan sebagai aset daerah ialah tanah

yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan

operasional pemerintah dan dalam kondisi siap untuk dipakai.

b. Golongan peralatan dan mesin

Peralatan dan mesin mencakup mesin- mesin dan kendaraan

bermotor, alat elektronik, dan seluruh inventaris kantor, dan peralatan

lainnya yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12

(dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai.

c. Golongan gedung dan bangunan

Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan

bangunan yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam

kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

d. Golongan jalan, irigasi dan jaringan


27

Jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh pemerintah

serta dimiliki dan dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap

dipakai.

e. Golongan aset tetap lainnya

Aset daerah lainnya mencangkup aset tetap yang tidak dapat

dikelompokkan ke dalam kelompok aset daerah yang diperoleh dan

dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam

kondisi siap pakai.

f. Golongan konstruksi dalam pengerjaan

Kontruksi dalam pengerjaan mencakup aset daerah yang

sedang dalam proses pembangunan namun pada tanggal laporan

keuangan belum selesai seluruh.

Aset daerah memiliki karakteristik, menurut Giri (dalam Rahman,

2020: 17) adalah sebagai berikut:

a. Memiliki wujud fisik

b. Diperoleh untuk digunakan dalam kegiatan usaha perusahaan, dan

tidak dimaksudkan untuk dijual.

c. Memberikan manfaat ekonomi untuk periode jangka panjang, dan

merupakan subjek depresiasi.

Sedangkan karakteristik Aset daerah menurut IAIPSKAK (dalam

Rahman, 2020: 18) adalah sebagai berikut:

a. Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan

dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas.


28

b. Biaya perolehan Aset daerah dapat diukur secara andal.

Dengan demikian, karakteristik aset daerah adalah aset daerah

yang tersedia dalam bentuk fisik yang mempunyai masa manfaat jangka

panjang dan digunakan untuk kegiatan operasional agar entitas tersebut

dapat mencapai tujuannya.

2.3.3 Inventarisasi Aset Daerah

Pada proses penatausahaan, pencatatan dan pengadministrasian,

karakteristik aset daerah yang disebutkan diatas terlebih dahulu

dilakukan inventarisasi asal usul aset atau barang milik daerah oleh para

pejabat pengguna barang atau pengelolaan barang serta pegawai yang

ditugasi untuk mengurus aset atau barang milik daerah (Coleman, 1990) .

Asal usul aset setidaknya terdiri dari lima sumber antara lain sebagai

berikut:

a. Aset yang berasal dari pengadaan.

b. Aset yang berasal dari penyerahan para pengembang perumahan dan

permukiman.

c. Aset yang berasal dari pemerintah kepada pemerintah provinsi,

pemerintah kabupaten/kota atau dari pemerintah provinsi kepada

kabupaten/kota.

d. Aset yang berasal dari perubahan desa menjadi kelurahan.

e. Aset yang berasal dari pihak luar negeri.

2.4 Pengelolaan Aset atau Barang Milik Daerah


29

2.4.1 Pengertian Pengelolaan Aset

Pengelolaan barang milik daerah adalah keseluruhan kegiatan

yang meliputi perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan,

penggunaan pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian,

pemindahtanganan, pemusnahan, penghapusan, penatausahaan dan

pembinaan, pengawasan dan pengendalian (Corbin & Strauss, 2008).

Dengan adanya perencanaan kebutuhan aset tersebut, pemerintah

daerah dapat terhindarkan dari kepemilikan aset yang sesuai dengan

kebutuhan sehingga dapat menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan

yang diberikan kepada masyarakat. Selain faktor perencanaan kebutuhan

aset, faktor pengamanan dan pemeliharaan aset juga menjadi

pertimbangan pemerintah daerah. dengan pengamanan dan pemeliharaan

aset, pemerintah daerah dapat menjaga kepemilikan dan dapat menerima

manfaat ekonomis aset dalam rangka usaha pemerintah daerah

memberikan pelayanan pada masyarakat (Gramsci, 1992).

Faktor yang tidak kalah penting dalam pengelolaan aset

pemerintah daerah adalah sistem informasi data. Melalui sistem

informasi data aset pemerintah daerah yang memadai, pemerintah dapat

lebih mudah dan cepat untuk memperoleh data terkait aset ketika

dibutuhkan sewaktu-waktu. Melalui penerapan sistem informasi data,

pemerintah daerah juga dapat menyusun laporan aset secara lebih baik

sehingga dapat memberikan informasi yang lebih handal pada pemakai

informasi dalam laporan keuangan. Selain faktor- faktor pengelolaan aset


30

tanah dan bangunan dalam penelitian ini yang didasarkan pada teori

Undang- undang, pemerintah daerah harus memperhatikan aspek

kebijakan pimpinan dan aspek strategis. Dengan adanya kedua aspek

tersebut akan dapat mengoptimalkan manfaat aset bagi pemerintahan

daerah.

2.4.2 Azas-azas Pengelolaan Barang Milik Daerah

Barang milik daerah sebagai salah satu unsur penting dalam

rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat harus

dikelola dengan baik dan benar, yang pada gilirannya dapat mewujudkan

pengelolaan barang milik daerah dengan memperhatikan azas-azas

(Pengabean dalam Rahman, 2020: 21) sebagai berikut:

a. Azas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan

masalah dibidang pengelolaan barang milik daerah yang dilaksanakan

oleh kuasa pengguna barang, pengelola barang, dan kepala daerah

sesuai fungsi, wewenang dan tanggung jawab masing- masing.

b. Azas kepastian hukum, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus

dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-

undangan.

c. Azas transparansi, yaitu penyelenggaraan pengelolaan barang milik

daerah harus transparan terhadap hak masyarakat dalam memperoleh

informasi yang benar.

d. Azas efisien, yaitu pengelolaan barang milik daerah diarahkan agar

barang milik daerah digunakan sesuai batasan- batasan standar


31

kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang

penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara

optimal.

e. Azas akuntabilitas, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus dapat

dipertanggung jawabkan kepada rakyat.

f. Azas kepastian nilai, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus

didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam

rangka optimalisasi pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik

daerah serta penyusunan neraca pemerintah daerah (T. Hani Handoko

dalam Rahman, 2020: 22).

2.4.3 Prinsip Dasar Pengelolaan Aset Daerah

Pada dasarnya pengelolaan aset yang dimiliki oleh daerah atau

perusahaan mempunyai azas atau prinsip yang sama. Karena tujuan

utamanya adalah bagaimana proses pengelolaan aset daerah tersebut

sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan hasilnya harus nyata dan

dirasakan manfaatnya bagi kehidupan dan kemajuan rakyat. Oleh karena

itu agar pengelolaan atau manajemen pengelolaan kekayaan daerah dapat

mencapai hasil yang diharapkan, haruslah diterapkan prinsip- prinsip

manajemen modern yang intinya adalah adanya perencanaan yang

matang pelaksanaan yang tepat dan pengawasan yang ketat (Labolo,

2014).

Perencanaan yang matang memerlukan syarat adanya

kemampuan dan kecermatan untuk melihat apa yang terjadi di masa lalu,
32

apa yang dibutuhkan pada saat ini serta perubahan dan perkembangan

yang akan terjadi di masa yang akan datang. Berkaitan dengan konteks

pengelolaan kekayaan daerah maka idenya harus ada validasi data,

pengetahuan dan kemampuan untuk mengukur apa dan berapa potensi

kekayaan yang dimiliki dan bagaimana perencanaan penggunaan sesuai

dengan kebutuhan saat ini dan di masa yang akan datang. Melalui

perencanaan yang matang, masyarakat akan terhindar dari pemborosan,

dan tidak merugikan generasi yang akan datang.

Pelaksanaan yang tepat, mensyaratkan adanya proses

penyelenggaraan yang efisien, efektif, dan sesuai dengan perencanaan

yang telah diterapkan. Hal ini dapat dicapai jika didukung oleh adanya

aturan yang jelas, pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang

jelas diantara para pihak yang terkait didukung pula oleh profesionalisme

bagi para pelaksananya. Pengamanan terhadap kekayaan daerah yang

harus dilakukan secara memadai, baik pengamanan fisik maupun melalui

sistem akuntansi (sistem pengendalian internal). Hal yang paling penting

diperhatikan oleh pemerintah daerah adalah perlu dilakukannya

perencanaan terhadap biaya operasi dan pemeliharaan untuk setiap

kekayaan yang dibeli atau diadakan. Hal itu disebabkan serangkaian

biaya operasi dan pemeliharaan tidak dikaitkan dengan belanja iventasi

modal.

Prinsip yang ketiga adalah pengawasan yang ketat yang berarti

bahwa bukan model pengawasan yang membelenggu dan mengakibatkan


33

kesulitan bagi pelaksana dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Juga

bukan pengawasan yang cenderung mencari–cari kesalahan terhadap

para pelaksana. Adapun yang dimaksud dengan pengawasan yang ketat

dalam manajemen modern adalah konsistensi di dalam menerapkan

prinsip, aturan dan mekanisme yang telah ditetapkan. Pengawasan

diperlukan untuk menghindari penyimpangan dalam perencanaan

maupun pengelolaan aset yang dimiliki daerah. Sistem dan teknik

pengawasan perlu ditingkatkan agar masyarakat tidak mudah dikelabui

oleh oknum-oknum yang hendak menyalahgunakan kekayaan milik

daerah.

2.4.4 Strategi Optimalisasi Aset Daerah

Sasaran strategis yang harus dicapai daerah dalam pengelolaan

kebijakan pengelolaan Aset daerah, antara lain:

a. Terwujudnya ketertiban administrasi mengenai kekayaan daerah,

menyangkut inventarisasi tanah dan bangunan, sertifikat kekayaan

daerah, penghapusan dan penjualan aset daerah, sistem pelaporan,

kegiatan tukar menukar, dan hibah.

b. Terciptanya efisiensi dan efektivitas penggunaan aset daerah.

c. Pengamanan aset daerah.

Strategi optimalisasi pengelolaan kekayaan (aset daerah) meliputi

beberapa hal sebagai berikut:

a. Identifikasi dan inventarisasi nilai dan potensi aset daerah


34

Pemerintah daerah perlu mengetahui jumlah dan nilai

kekayaan daerah yang dimilikinya, baik yang saat ini dikuasai

maupun yang masih berupa potensi yang belum dikuasai atau

dimanfaatkan. Kegiata identifikasi dan inventarisasi dimaksudkan

untuk memperoleh informasi yang akurat, lengkap dan mutakhir

mengenai kekayaan daerah yang dimiliki atau dikuasai oleh

pemerintah daerah.

b. Perlunya sistem informasi manajemen daerah

Untuk mendukung pengelolaan aset daerah secara efektif dan

efisien serta menciptakan transparansi kebijakan pengelolaan aset

daerah, maka pemerintah daerah perlu memiliki atau

mengembangkan sistem informasi manajemen yang komprehensif

dan handal sebagai alat untuk pengambilan keputusan. Sistem

tersebut bermanfaat dasar pengambilan keputusan mengenai

kebutuhan perdagangan barang dan estimasi kebutuhan belanja

pembangunan (modal) dalam penyusunan APBD.

c. Pengawasan dan pengendalian pemanfaatan aset daerah

Pemanfaatan aset daerah harus diawasi dan dikendalikan

secara ketat agar tidak terjadi salah urus (miss management),

kehilangan, dan tidak termanfaatkan. Guna mencapai tujuan berupa

peningkatan fungsi pengawasan tersebut, peran masyarakat dan

DPRD sangat penting karena harus menghasilkan feedback atua


35

umpan balik dari pemerintah daerah berupa perbaikan perencanaan

dan pemanfaatan aset daerah.

d. Keterlibatan jasa penilai

Pertambahan aset daerah dari setiap tahunnya perlu dilakukan

pendataan dan dinilai oleh penilai yang independen, peran profesi

penilai secara aktif dalam pengelolaan aset daerah antara lain:

1. Identifikasi dan inventarisasi aset daerah

2. Memberikan informasi mengenai status hukum harta

3. Penilaian harta kekayaan daerah baik yang berwujud atau tidak

berwujud.

4. Analisis inventarisasi dan set- up inventarisasi/ pembiayaan

5. Pemberian jasa konsultasi manajemen aset daerah.

2.5 Manajemen Aset

Jika berbicara manajemen aset secara umum, Kita tidak terlepas dari

siklus pengelolaan barang yang dimulai dari perencanaannya, sampai

penghapusan barang tersebut (As’ad dalam Rahman, 2020: 34). Manajemen aset

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen keuangan dan secara

umum terkait dengan administrasi pembangunan daerah khususnya yang

berkaitan dengan nilai aset, pencatatan nilai aset dalam neraca tahunan daerah,

maupun dalam penyusunan prioritas dalam pembangunan.

Manajemen aset diartikan sebagai suatu kegiatan manajemen dalam

mengelola penggunaan dana yang ditujukan dalam rangka meningkatkan kontrol


36

atau pengawasan terhadap aset tetap dan aset bergerak yang disesuaikan dengan

nilai yang wajar. Menurut Sugiama (2013) mengemukakan bahwa manajemen

aset adalah ilmu atau seni untuk memandu pengelolaan kekayaan yang

mencangkup proses merencanakan kebutuhan aset, mendapatkan, melakukan

inventarisasi, melakukan legal audit, menilai, mengoperasikan, memelihara,

pembaharuan atau meghapuskan hingga mengalihkan aset secara efektif dan

efisiensi.

Manajemen aset secara umum, kita tidak terlepas dari siklus pengelolaan

barang, yang dimulai dari perencanaannya sampai penghapusan barang tersebut

(As’ad dalam Rahman, 2020: 34) adalah sebagai berikut: (a) perencanaan

(planning) meliputi penentuan kebutuhan (requirerment) dan penganggarannya

(budgeting), (b) Pengadaan (Procuremen) meliputi cara pelaksanaannya, standar

barang dan harga atau penyusunan spesifikasi dan sebagainya, (c) Penyimpanan

dan penyaluran (storage and distribution), (d) Pengendalian (controlling), (e)

Pemeliharaan (maintenance), (f) Pengamanan (safety), (g) Pemanfaatan

penggunaan (utilities), (h) Penghapusan (disposal) dan (i) Inventarisasi

(Inventarization).

Sedangkan kalau berpedoman pada landasan terbaru yaitu Peraturan

Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah meliputi: Perencanaan kebutuhan dan penganggaran, Pengadaan,

Penggunaan, Pemanfaatan, Pengamanan dan pemeliharaan, Penilaian,

Pemindahtanganan, Pemusnahan, Penghapusan, Penatausahaan, dan Pembinaan,

pengawasan dan pengendalian. Manajemen aset sebetulnya merupakan bagian


37

yang tidak terpisahkan dari Manajemen Keuangan dan secara umum terkait

dengan administrasi pembangunan daerah khususnya yang berkaitan dengan

nilai aset, pemanfaatan aset, pencatatan nilai aset dalam neraca tahunan daerah,

maupun dalam penyusunan prioritas dalam pembangunan.

Pengertian mengenai Barang Milik Daerah yang terbaru adalah

berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri no. 19 tahun 2016 sebagai berikut:

a. Barang Milik Daerah meliputi:

1. Barang yang dibeli atau peroleh atas beban APBD

2. Barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah

b. Barang yang sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

1. Barang yang diperoleh dari hibah/ sumbangan atau sejenisnya

2. Barang yang diperoleh sebagai pelaksana dari perjanjian/ kontrak

3. Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang

4. Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh ketentuan hukum tetap.

Menurut Mahmudi (dalam Rahman, 2020: 36) Pengelolaan Barang Milik

daerah Meliputi Proses Perencanaan kebutuhan, pengadaan, penggunaan,

pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, pemindahtanganan,

pemusnahan, penghapusan, ketatausahaan, pembinaan, pengawasan dan

pengendalian. Dimana pada setiap item pengelolaan aset daerah diatas telah jelas

bentuk atau siklus pengelolaan aset daerah.

2.6 Efisiensi Anggaran


38

Efisiensi dalam pemerintahan adalah hasil dari anggaran yang seimbang,

pengeluaran yang rasional, dan penghapusan pemborosan dan duplikasi.

Merampingkan pemerintah memastikan bahwa setiap rupiah dihabiskan di

tempat yang paling dibutuhkan. Indikator ini mengukur kualitas pelayanan

publik, kualitas pelayanan sipil dan independensinya dari tekanan politik,

kualitas perumusan dan pelaksanaan kebijakan, serta kredibilitas komitmen

pemerintah terhadap kebijakan yang dinyatakan. Negara-negara dievaluasi

berdasarkan efisiensi dalam penyelenggaraan pelayanan publik juga berdampak

langsung pada kemiskinan. Rata-rata, negara-negara dengan pemerintahan yang

lebih efektif memiliki sistem pendidikan yang lebih baik dan perawatan

kesehatan yang lebih efisien (Sari et al., 2020).

Selain itu, efisiensi juga bisa dilihat dari proses bisnis lembaga

pemerintah ditinjau secara teratur untuk memastikan efisiensi pengambilan

keputusan dan implementasi. Tujuan dan sasaran umum yang dibahas ketika

menerapkan perencanaan anggaran dan metode manajemen adalah: membangun

manajemen operasional dan keuangan yang efisien; perencanaan operasional

keuangan dan ekonomi yang efisien aktivitas perusahaan; optimalisasi

pemanfaatan sumber daya, pengurangan biaya produksi dan penganggaran biaya

perbaikan dengan menetapkan standar biaya anggaran, kontrol efektif dan

analisis varians; meningkatkan kerjasama dan koordinasi antara berbagai

departemen untuk tujuan mencapai tujuan yang ditetapkan; kinerja manajemen

dan penilaian kepala departemen dengan cara membandingkan angka aktual dari

parameter ekonomi yang dipantau (yang pertama tempat, biaya) dengan yang
39

direncanakan, motivasi staf untuk mencapai tujuan bisnis, meningkatkan

efisiensi bisnis dengan melakukan analisis ekonomi operatif portofolio produk

dan optimalisasinya atas hasil analisis; mencari tahu dari tuntutan sumber daya

moneter dan optimalisasi arus keuangan; mengamankan perubahan dalam

struktur organisasi dengan bantuan teknik manajemen modern (Olfah, 2018).

Tata kelola sistem keuangan publik yang baik sangat penting untuk

pembangunan ekonomi, karena sektor pemerintah mengendalikan dan

mengawasi kegiatan ekonomi publik. Sektor swasta, terutama dalam

mengembangkan dan mentransisikan ekonomi akibatnya bergantung pada

program dan proyek publik yang didanai oleh anggaran publik. Dengan

demikian, terlepas dari sistem ekonomi yang ada (misalnya, ekonomi terbuka

atau tertutup) dan sistem politik negara (misalnya, demokratis atau tidak

demokratis), peran pemerintah penting untuk mengarahkan dan memelihara

pembangunan berkelanjutan suatu negara (Fahlevi dan Ananta, 2015).

2.7 Manajemen Pemerintahan

Manajemen pemerintahan (public management) adalah faktor utama

dalam suatu administrasi publik (public administration) untuk mencapai tujuan

yang telah ditentukan dengan sarana dan prasarana yang ada, termasuk

organisasi serta sumber dana dan sumber daya yang tersedia. Dengan demikian,

manajemen pemerintahan tidak lain adalah faktor upaya dalam suatu organisasi.

Upaya tersebut diwujudkan dalam berbagai kegiatan pemerintah yang mencakup

berbagai aspek kehidupan dan penghidupan warga Negara dan masyarakatnya.


40

Perubahan yang terjadi pada manajemen secara umum terjadi pula pada

manajemen pemerintahan. Birokrasi sebagai suatu bentuk organisasi modern

dengan para birokrat yang bekerja didalamnya, telah banyak mendapat kritikan

yang tajam (Rusdia, 2019).

Pada perkembangannya, muncul pendekatan berupa The New Public

Management yang berfokus pada usaha peningkatan efisiensi secara terus-

menerus, peningkatan penggunaan teknologi canggih secara terus-menerus,

peningkatan disiplin pegawai untuk meningkatkan produktivitas dan

implementasi yang jelas terhadap peran manajemen professional. Upaya dalam

The New Public Management memiliki nilai positif berupa Perbaikan secara

terus-menerus terhadap kualitas, Penekanan pada devolution dan delegation,

sistem informasi yang memadai dan Penekanan pada kontrak dan pasar,

pengukuran kinerja dan Peningkatan penekanan pada audit dan inspeksi (Sari et

al., 2020).

Tema utama dalam manajemen pemerintahan adalah Penekanan pada

masyarakat sebagai customer dan pada pilihan konsumen (customer choise),

pembentukan pasar atau quasi markets dan komitmen untuk berkompetisi, ruang

lingkup yang lebih luas bagi individu dan provision sektor swasta, pemisahan

peran “purchaser” dengan peran “provider”, bertumbuhnya kerjasama yang

didasarkan pada kontrak atau semi kontrak, target kinerja yang diakui melalui uji

pasar dan fleksibilitas penggajian dengan kondisi-kondisi yang ada (Nurdin,

2018).
41

Perkembangan pemikiran pada aliran kedua saat ini telah mendominasi

perkembangan selanjutnya dari The New Public Management. Tatanan hubungan

antara pemerintah dengan swasta, dan pemerintah dengan masyarakat menjadi

berubah. Konsep Governance didefinisikan kembali sehingga batas-batas antara

ruang gerak swasta dan atau masyarakat sekarang telah menjadi objek studi

tersendiri. Namun pola-pola hubungan antara pemerintah dan atau swasta

masyarakat dipengaruhi oleh kompleksitas, dinamika serta diversitas yang ada

dalam masyarakat. Pemikiran aliran kedua telah banyak mempengaruhi

mekanisme penyediaan layanan publik dan organisasi penyedia layanan publik

(Sari et al., 2020).

2.8 Hipotesis Penelitian

Hipotesis ialah pernyataan dugaan dalam sampel. Hipotesis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ha : α ≠ 0 Terdapat optimalisasi pada pengelolaan asset daerah Kotawaringin

Timur.

2. Ho : α = 0 Tidak terdapat optimalisasi pada pengelolaan asset daerah

Kotawaringin Timur.
42

2.9 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
43

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini merujuk dari

penyampaian oleh Sugiyono (2013:2) yang mengatakan bahwa metode

penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut, maka terdapat empat kata kunci

yang perlu diperhatikan yaitu adanya cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan.

Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang

masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-

cara yang dilakukan dapat diamati oleh indra manusia, sehingga orang lain dapat

mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis berarti proses

yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan Langkah-langkah tertentu

yang bersifat logis (Creswell & Poth, 2017).

Merujuk pada pengertian tersebut, maka pendekatan dalam penelitian ini

menggunakan pendidikan kuantitatif, penggunaan pendekatan berupa kuantitatif

dalam penelitian ini berhubungan dengan penyampaian dari Sugiyono (2013:7)

bahwa penelitian kuantitatif merupakan metode yang berlandaskan pada filsafat

positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,

pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat

statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Selain

itu, alasan peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan tujuan


44

mengetahui optimalisasi pengelolaan asset pemerintah daerah pada Badan

Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kotawaringin Timur (Kholifah &

Suyadnya. 2018).

3.2 Tipe Penelitian

Sugiyono (2013:35) menjelaskan bahwa penelitian dapat dilihat dari

kedudukan atau tingkat variabel yang akan diteliti yang dikelompokkan menjadi:

a. Tipe penelitian Deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui

nilai variable yang hanya berdiri sendiri tanpa membuat perbandingan atau

menghubungkan dengan variable lainnya.

b. Tipe penelitian komparatif, yaitu penelitian yang bersifat membandingkan

keberadaan satu atau dua atau lebih sampel yang berbeda.

c. Tipe penelitian assosiatif, yaitu penelitian yang bersifat menanyakan

hubungan antara dua variable atau lebih.

Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, yaitu untuk

mengetahui seberapa optimal pengelolaan asset pemerintah daerah oleh Badan

Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, peneliti hanya menggunakan variabel

mandiri yaitu variabel Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah

Kabupaten Kotawaringin Timur Oleh Badan Pengelola Keuangan dan Aset

Daerah dengan 3 indikator optimalisasi yaitu : (1) Tujuan (2) Alternatif

Keputusan (3) Sumber Daya yang Dibatasi, Sehingga Tipe Penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif.


45

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian ini dilakukan di Kantor Badan Pengelola Keuangan

dan Aset Daerah yang terletak di Jalan Jend A. Yani No.14, Kelurahan Mentawa

Baru Hulu, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang Kabupaten Kotawaringin

Timur, Kalimantan Tengah. Lokasi Penelitian ini dipilih dengan alas an karena

Kantor Badan Pemerintahan ini yang mengelola aset pemerintah daerah

Kotawaringin Timur, disamping itu, pemilihan lokasi ini didasarkan atas

pertimbangan efisiensi waktu, serta kemudahan dalam mengumpulkan data

penelitian.

3.4 Variabel dan Operasional Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Penelitian

Variabel yang akan dikaji dalam penelitian ini hanya terdiri dari

satu variabel atau variabel mandiri saja, yaitu variabel Optimalisasi

Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur

Oleh Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah dengan 3 indikator

optimalisasi yaitu : (1) Tujuan (2) Alternatif Keputusan (3) Sumber Daya

yang Dibatasi, Sehingga Tipe Penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif.


46

3.4.2 Operasional Penelitian

Tabel 3.1
Operasional Variabel

Variabel Indikator Item


Optimalisasi Perencanaan kebutuhan dan penganggaran
Pengelolaan Aset - Bangunan milik daerah disediakan dengan
Pemerintah Daerah baik
Kabupaten - SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah)
1–3
Kotawaringin Timur melaksanakan fungsi perencanaan dengan
Oleh Badan Pengelola baik
Keuangan Dan Aset - Penganggaran aset gedung disusun
Daerah - melalui rencana kerja yang jelas
Pengadaan
- Pengadaan gedung sebagai aset daerah
dilakukan dengan akuntabel
- Pengadaan gedung berpedoman pada 4–6
undang-undang yang ada
- Pengadaan gedungdilakukan secara terbuka
dan transparan
Penggunaan
- Gedung aset daerah digunakan untuk
meningkatkan PAD di Kabupaten
Kotawaringin Timur
- Gedung milik daerah digunakan oleh pihak 7–9
yang ditunjuk pemerintah daerah
Kabupaten Kotawaringin Timur
- Penunjukan pengguna aset gedung milik
daerah berdasarkan transparansi dan
peningkatan penerimaan PAD
Pemanfaatan 10 – 12
- Pemanfaatan melalui konsep KSP
(Kerjasama Pemanfaatan) gedung dengan
pihak swasta dilakukan untuk menekan
biaya pemeliharaan gedung
- Pemerintah daerah akan memperoleh
retribusi dari gedung yang dimanfaatkan
oleh pihak lain
47

- Gedung yang digunakan oleh pihak lain


menggunakan konsep sewa
Pengamanan dan pemeliharaan
- Pengamanan gedung sepenuhnya
diserahkan kepada pihak pemegang kuasa
gedung 13 – 15
- Pemeliharaan gedung dilakukan
berdasarkan prinsip prioritas
- BPKD menekan biaya pemeliharaan agar
terjadi efisiensi anggaran
Penilaian
- Gedung aset pemerintah daerah dinilai
menggunakan SAP (Standar Akuntansi
Pemerintah)
- Penilaian kelayakan gedung yang diajukan 16 – 18
oleh OPD diupayakan tepat sasaran
- Pihak BPKD menolak pengajuan
pengadaan gedung yang tidak sesuai
dengan peraturan dan berdampak pada
pembengkakan APBD
Pemindahtanganan
- Pemindahtanganan aset gedung diupayakan
melalui skema penjualan untuk sebagai
tambahan masukan kas umum daerah
- Penjualan aset berupa gedung hanya 19 – 21
dilakukan jika gedung tersebut sudah
dinilai tidak layak untuk operasional
- Skema hibah dengan nilai aset gedung 5
milyar rupiah melalui persetujuan bupati
Pemusnahan
- Pemusnahan aset daerah hanya dilakukan
jika tidak bisa dilakukan pemindahtanganan
- Aset yang dimusnahkan telah disetujui oleh 22 – 24
pihak bupati
- Berita acara pemusnahan aset dilaporkan
paling lama 1 bulan setelah pemusnahan
aset
Penghapusan 25 – 27
- Penghapusan aset dari Daftar Barang Milik
48

Daerah (DBMD) melalui keputusan


pengadilan
- Penghapusan dari daftar Barang Pengelola
(DBP) dikarenakan aset tersebut sudah
tidak dikelola pihak manapun
- Aset gedung dihapus dari Daftar Barang
Kuasa Pengguna (DBKP) agar aset tersebut
segera bisa disewakan kepada pihak lain
Penatausahaan
- Aset gedung dilakukan kodifikasi untuk
mempermudah penatausahaan aset
- Gedung yang dimiliki pemerintah daerah 28 – 30
dilakukan inventarisasi 5 tahun sekali
- Laporan inventarisasi gedung dibuat oleh
DPKD sebagai sumber penyusunan neraca
Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian
- Pengguna barang dipantau secara langsung
oleh unit DPKD agar aset gedung terawat
dengan baik
- Pemindahtanganan aset gedung dilakukan 31 – 33
dengan pengawasan agar bisa ditertibkan
dengan baik
- Pengendalian pemanfaatan aset gedung
dilakukan oleh DPKD dengan merujuk
pada Permendagri nomor 19 tahun 2019

3.5 Populasi dan Responden Penelitian

Sugiyono (2013: 80) menjelaskan bahwa Populasi merupakan wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya.

Berdasarkan data sekunder yang telah peneliti dapatkan, merupakan data

yang sudah dipublikasikan dan dokumentasi terkait yang memiliki hubungan


49

dengan pengelolaan aset karena Objek penelitian ini adalah Aset Pemerintah

Daerah dan Subjek dari penelitian ini adalah Seluruh Pegawai Kantor Badan

Pengelola Keuangan dan Aset Daerah yang berjumlah 29 Pegawai keterbatasan

jumlah populasi yang ada, seluruh pegawai tersebut akan dijadikan responden

dalam penelitian.

3.6 Teknik Sampling

Menurut Sugiyono (2013:81), Teknik Sampling adalah “Teknik

pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian”. Terdapat dua

Teknik sampling yang digunakan yaitu probability sampling dan non probability

sampling. Probability sampling terdiri atas Simple random sampling,

proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified random

sampling, area sampling. Sedangkan non probability sampling terdiri atas

sampling sistematis, sampling kuota, sampling incidental, purposive sampling,

sampling jenuh, dan snowball sampling.

Dikarenakan jumlah pegawai hanya sebanyak 29 Orang (Data Kantor

Badan Kepegawaian dan Sumber Daya Manusia Kotawaringin Timur, 2022),

Maka teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Teknik

sampling jenuh. Sugiyono (2013:85) menjelaskan bahwa sampling jenuh

merupakan “Teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan

sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relative kecil,

kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan
50

kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana

semua anggota populasi dijadikan sampel”.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa Teknik pengumpulan data,

diantaranya :

a. Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

memberikan pertanyaan maupun pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawab. Pada penelitian ini, peneliti melakukan penyebaran angket secara

langsung kepada pegawai Kantor Badan Pengelola Keuangan dan Aset

Daerah agar peneliti dapat melakukan kontak langsung dengan responden.

Angket tersebut memuat pernyataan-pernyataan yang diajukan dengan

petunjuk pengisian untuk memberi tanda centang pada kolom jawaban yang

tersedia, angket dalam penelitian ini menggunakan skala Likert dengan

empat tingkat yang dijabarkan pada tabel berikut.

Tabel 3.2
Skala Angket Penelitian
No. Pernyataan Nilai
1. Sangat Tidak Optimal 1
2. Tidak Optimal 2
3. Optimal 3
4. Sangat Optimal 4
Sumber: Adaptasi dari Sugiyono (2013)

b. Observasi
51

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang lebih spesifik

bila dibandingkan dengan teknik wawancara dan kuesioner. Observasi tidak

hanya terbatas pada orang tetapi juga objek-objek lainnya. Dalam penelitian

ini, peneliti akan menggunakan Teknik observasi non partisipan dengan

observasi tidak terstruktur karena hanya sebagai pengamat independen

dengan mencatat, menganalisis, atau mengambil foto dan kemudian

membuat kesimpulan tentang apa yang terjadi, tidak mempersiapkan secara

sistematis apa yang akan diobservasi, dan hanya melakukan pengamatan

bebas dalam melakukan untuk mengetahui Optimalisasi Pengelolaan Aset

Pemerintah Daerah oleh Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah

Kabupaten Kotawaringin Timur.

3.8 Teknik Analisis Data

Sugiyono (2013:147) menjelaskan bahwa analisis data merupakan

kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul.

Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variable

dan jenis responden, melakukan tabulasi data berdasarkan variable dari seluruh

responden, menyajikan data tiap variable yang diteliti, melakukan perhitungan

untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji

hipotesis yang telah diajukan (Huberman & Saldaña, 2020).

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif sehingga analisis data

yang digunakan yaitu berupa statistic deskriptif. Alasan peneliti menggunakan

analisis tersebut karena ingin mendeskripsikan bagaimana Optimalisasi


52

Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah Oleh Badan Pengelola Keuangan dan Aset

Daerah. Statistik deskriptif adalah statistic yang digunakan untuk menganalisis

data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk

umum maupun generalisasi. Berikut ini merupakan cara mendeskripsikan

variable yang akan diteliti dengan menghitung nilai rata-rata (Mean) dan nilai

tengah (Median).

a. Mean (Nilai Rata-rata)

Mean merupakan teknik penjelasan yang didasarkan atas nilai rata-

rata dari kelompok tersebut. Rata-rata (mean) dalam penelitian ini

didapatkan dengan menjumlahkan seluruh jawaban responden berdasarkan

variabel.

Keterangan:
Me = Mean (rata-rata)
 Epsilon (baca jumlah)
xi = Nilai X ke I samapai ke n
n = Banyaknya data
Sumber: Sugiyono (2013: 54)
b. Median (Nilai Tengah)

Median merupakan pemusatan data terbagi menjadi dua sama

banyak. Median menentukan letak data setelah data itu disusun menurut

urutan lainnya. Median dari sekumpulan data adalah data tengah setelah

seluruh data disusun nilainya dari yang kecil sampai yang terbesar.
53

Keterangan :
Md = Median
n = Banyaknya data
Sumber: Sugiyono (2013:54)

3.9 Kategori Optimalisasi

Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data nominal.

Data nominal merupakan data statistic yang memuat angka tetapi tidak memiliki

makna. Angka tersebut hanya sebagai tanda atau simbol dari objek yang akan

dianalisis. Rumus penentuan kategori optimalisasi pengelolaan aset dalam

penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 3.3
Kategori Optimalisasi
No. Rentang Nilai Optimalisasi (x) Kategori
1. 0% > x ≤ 25% Sangat Tidak Optimal
2. 25% > x ≤ 50% Tidak Optimal
3. 50% > x ≤ 75% Optimal
4. 75% > x ≤ 100% Sangat Optimal
Sumber: Adaptasi dari Sugiyono (2013)
54

3.10 Jadwal Penyususnan Skripsi

Tabel 3.4
Jadwal Penyusunan Skripsi
Tahun dan Bulan
Kegiatan 2022 2023
Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret
Penyusunan Proposal
Kolokium Proposal Penelitian
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Analisis Data
Penulisan Laporan
Ujian Hasil Penelitian
55

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Penelitian

4.1.1 Badan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur

4.1.1.1 Sejarah Badan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten

Kotawaringin Timur

Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten

Kotawaringin Timur sebelumnya bernama Badan Keuangan

Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur yang didasarkan pada

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 32 Tahun 2006. Kemudian

berubah kembali dengan Peraturan Bupati Nomor 40 Tahun 2009

menjadi Badan Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah

Kabupaten Kotim. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2012

Tentang Rincian Tuga Pokok, Fungsi da Uraian Tugas, maka

Dinas Pendapatan, Pengelola Kuangan berubah nama menjadi

Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Kotim

yang merupakan akibat dari Pemekaran Kerja Perangkat Daerah

(SKPD).

Berdasarkan tipologi, Dinas Pengelola Keuangan dan Aset

Daerah tergolong tipe A dalam kategori Badan, maka menjadi

Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah. Badan Pengelola

Keuangan dan Aset Daerah menjadi Badan Pengelola Keuangan

55
56

dan Aset Daerah (BPKAD). Berdasarkan hal di atas bahwa Badan

Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD ialah unsur

penunjang penyelenggara urusan pemerintahan bidang keuangan

sub urusan Pengeolaan penyelnggara urusan keuangan dan aset

daerah.

4.1.1.2 Susunan Organisasi Badan Keuangan dan Aset Daerah

Kabupaten Kotawaringin Timur

Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kotawaringin

Timur tergolong ke dalam A dengan susunan organisasi

berdasarkan Peraturan Bupati Kotawaringin Timur Nomor 46

Tahun 2022 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan

Fungsi serta Tata Kerja, sebagai berikut.

a. Kepala Badan.

b. Sekretariat Membawahi;

1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;

2. Sub Bagian Keuangan

c. Bidang terdiri dari:

1. Bidang Perencanaan Anggaran Daerah, terdiri dari:

a) Sub Bidang Perencanaan Anggaran Belanja;

b) Sub Bidang Perencanaan Anggaran Pendapatan.

2. Bidang Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Daerah,

terdiri dari:

a) Sub Bidang Akuntansi Daerah;


57

b) Sub Bidang Akuntansi Perangkat Daerah/Instansi.

3. Bidang Pengelolaan Barang Milik Daerah, terdiri dari:

a) Sub Bidang Perencanaan dan Penggunausahaan

Barang Milik Daerah;

b) Sub Bidang Pengamanan dan Pengendalian Barang

Milik Daerah.

4. Bidang Perbendaharaan Daerah, terdiri dari:

a) Sub Bidang Perbendaharaan Gaji;

b) Sub Bidang Perbendaharaan Belanja.

d. Kelompok Jabatan Fungsional.

e. Unit Pelaksana Teknis Badan

Berikut Bagan Susunan Organisasi Perangkat Daerah

Badan Keuangan dan Aset Daerah Kotawaringin Timur.

Gambar 4.1
Sususnan Organisasi BKAD Kabupaten Kotawaringin Timur
58

58
59

4.1.1.3 Tugas dan Fungsi Badan Keuangan dan Aset Daerah

Kabupaten Kotawaringin Timur

Menurut Peraturan Bupati Kotawaringin Timur Nomor 14

Tahun 2020 tugas dan fungsi BKAD Kabupaten Kotawaringin

Timur ialah melaksanakan urusan Pemerintah Daerah di bidang

keuangan dan aset daerah. Adapun tugas pokok BKAD sebagai

berikut.

a. Fungsi BKAD

1. Penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan

APBD;

2. Penyusunan kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;

3. Pengesahan DPA SKPD/DPPA SKPD;

4. Pengendalian pelaksanaan APBD;

5. Pemberian petunjuk teknis pelaksanaan sistem

penerimaan dan sistem pengeluaran kas daerah;

6. Penetapan SPD dan SP2D;

7. Penyiapan pelaksanaan pinjaman dan pemberian pinjaman

atas nama Pemerintah Daerah;

8. Pelaksanaan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan

daerah;

9. Penyajian informasi keuangan daerah;

10. Pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan barang / aset

milik daerah;

59
60

11. Pelaksanaan fungsi Bendaharawan Umum Daerah;

12. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas

dan fungsi; dan

13. Pelaksanaan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang

dilimpahkan oleh Bupati.

b. Kewenangan BKAD

1. Pelaksanaan penataan organisasi, kelembagaan dan

peningkatan kapasitas sumber daya aparatur pengelola

keuangan daerah;

2. Penetapan Peraturan Daerah tentang Pokok-Pokok

Pengelolaan Keuangan Daerah;

3. Penetapan Standar Satuan Harga dan Analisa Standar

Belanja Daerah;

4. Pembuatan Peraturan Daerah tentang pengelolaan Barang

Milik Daerah;

5. Pembuatan Dokumen Barang Daerah;

6. Pembuatan Sistem Informasi Barang Daerah;

7. Perencanaan Aset/Barang Daerah;

8. Program penataan dan penyempurnaan kebijakan Sistem

dan program pengelola barang milik daerah;

9. Perencanaan anggaran penanganan urusan pemerintah

Kabupaten;
61

10. Penetapan Peraturan Daerah tentang APBD dan

perubahan APBD;

11. Penetapan kebijakan pengelola investasi dan aset daerah;

12. Pelaksanaan pengelolaan investasi dan aset daerah;

13. Pengawasan pengelolaan investasi dan aset daerah;

4.2 Profil Responden

Responden dari penelitian ini adalah pegawai Badan Keuangan dan Aset

Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur. Responden yang diambil dari penelitian

ini sebanyak 24 orang dengan cara peneliti menyebar langsung angket penelitian

secara langsung ke lapangan.

4.2.1 Jenis Kelamin Responden

Pada penelitian ini terdapat dua jenis kelamin responden, yaitu

laki-laki dan perempuan. Peneliti melakukan identifikasi populasi

penelitian ini ke dalam tabel, yaitu sebagai berikut.

Tabel 4.1
Jenis Kelamin Responden
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
1. Laki-laki 9 37,5%
2. Perempuan 15 62,5%
Jumlah 24 100%
Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa jumlah

responden terbanyak dalam penelitian ini ialah perempuan dengan

frekuensi 15 orang dan persentase sebesar 62,5%. Sedangkan responden

penelitian yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 9 orang dengan


62

persentase 37,5%.

4.2.2 Usia Responden

Usia seseorang menjadi salah satu faktor untuk melihat

kematangan dalam berpikir dan kedewasaan dari responden. Usia juga

dapat mempengaruhi pengalaman yang dimiliki oleh responden yang

dapat menjadi pengaruh terhadap responden untuk memberikan jawaban

dalam mengisi angket.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan klasifikasi

terhadap tingkatan usia responden sebagai berikut.

Tabel 4.2
Usia Responden
No Tingkat Usia Frekuensi Persentase
1. 21 – 25 tahun 3 12,5%
2. 26 – 30 tahun 0 0%
3. 31 – 35 tahun 3 12,5%
4. 36 – 40 tahun 9 37,5%
5. 41 – 45 tahun 4 16,67%
6. 46 – 50 tahun 4 16,67%
7. 51 – 55 tahun 1 4,167%
Jumlah 24 100%
Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah

responden terbanyak berada pada rentang usia 36 – 40 tahun, yaitu

sebanyak 9 orang dengan persentase 37,5%. Sedangkan jumlah

responden paling sedikit berada pada rentang usia 51 – 55 tahun dengan

persentase 4,167% dan responden pada rentang usia 26 – 30 tahun tidak

ada pada penelitian ini.

4.2.2.1 Tingkau Usia Berdasarkan Jenis Kelamin Responden


63

Tabel 4.3
Tingkat Usia Berdasarkan Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin
No Usia Laki- % Perem % Juml
laki puan ah
1. 21 – 25 0 0% 3 20% 3
2. 26 – 30 0 0% 0 0% 0
3. 31 – 35 3 33,33 0 0% 3
%
4. 36 – 40 1 11,11 8 53,33 9
% %
5. 41 – 45 3 33,33 1 6,67% 4
%
6. 46 – 50 1 11,11 3 20% 4
%
7. 51 – 55 1 11,11 0 0% 1
%
Jumlah 9 100% 15 100% 24
Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa sebaran

usia dari responden berdasarkan jenis kelaminnya dalam

penelitian ini, yaitu pada jenis kelamin laki-laki jumlah terbanyak

berada pada rentang usia 31 – 35 tahun dengan persentase sebesar

33,33% sebanyak 3 orang dan dalam rentang usia 41 – 45 tahun

dengan persentase sebesar 33,33% sebanyak 3 orang. Sedangkan

pada jenis kelamin perempuan jumlah terbanyak ada pada rentang

usia 36 – 40 tahun dengan persentase 53,33% sebanyak 8 orang.

4.2.3 Masa Kerja Responden

Tabel 4.4
Masa Kerja Responden
No Masa Kerja Frekuensi Persentase
1. 1 – 3 tahun 6 25%
2. 4 – 6 tahun 6 25%
3. 7 – 9 tahun 4 16,67%
4. 10 – 12 tahun 2 8,33%
64

5. 13 – 15 tahun 1 4,167%
6. 16 – 18 tahun 1 4,167%
7. 19 – 21 tahun 3 12,5%
8. 22 – 24 tahun 1 4,167%
Jumlah 24 100%
Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa masa kerja

responden paling banyak berada pada rentang 1 – 3 tahun dan 4 – 6

tahun lamanya dengan jumlah masing-masing 6 responden dengan

persentase 25%, sedangkan masa kerja paling sedikit berada pada

rentang 13 – 15 tahun, 16 – 18 tahun dan 22 – 24 tahun dengan jumlah

responden masing-masing satu dan persentase sebesar 4,167%.

4.2.3.1 Tingkat Masa Kerja Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.5
Masa Kerja Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Masa Jenis Kelamin
N
Kerj Laki Perempua Jumla
o % %
a -laki n h
1. 1–3 1 11,11 5 33,33 6
tahun % %
2. 4–6 3 33,33 3 20% 6
tahun %
3. 7–9 1 11,11 3 20% 4
tahun %
4. 10 – 1 11,11 1 6,67% 2
12 %
tahun
5. 13 – 0 0% 1 6,67% 1
15
tahun
6. 16 – 0 0% 1 6,67% 1
18
tahun
7. 19 – 3 33,3% 0 0% 3
21
tahun
8. 22 – 0 0% 1 6,67% 1
24
65

tahun
Jumlah 9 100% 15 100% 24
Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa jumlah

responden dengan jenis kelamin laki-laki mayoritas masa kerja

berada pada rentang 4 – 6 tahun dan 19 – 21 tahun dengan

frekuensi masing-masing 3 orang dan persentase sebesar 33,33%.

Sedangkan jumlah responden dengan jenis kelamin perempuan

paling banyak berada pada rentang waktu masa kerja 1 – 3 tahun

sebanyak 5 orang dengan persentase sebesar 33,33%.


66

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Penelitian dengan judul “Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemerintah

Daerah oleh Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten

Kotawaringin Timur” dilaksanakan dengan menyebarkan angket kepada

responden sebagai cara yang digunakan dalam mengumpulkan data. Responden

dalam penelitian ini, yaitu pegawai Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD)

Kabupaten Kotawaringin Timur. Total item pertanyaan dalam angket sebanyak

33 item pertanyaan yang terbagi menjadi sebelas indikator, yaitu 3 item

pertanyaan mengenai indikator perencanaan kebutuhan dan penganggaran, 3

item pertanyaan mengenai indikator pengadaan, 3 item pertanyaan mengenai

indikator penggunaan, 3 item pertanyaan mengenai indikator pemanfaatan, 3

item pertanyaan mengenai indikator pengamanan dan pemeliharaan, 3 item

pertanyaan mengenai indikator penilaian, 3 item pertanyaan mengenai indikator

pemindahtanganan, 3 item pertanyaan mengenai indikator pemusnahan, 3 item

pertanyaan mengenai indikator penghapusan, 3 item pertanyaan mengenai

indikator penatausahaan, 3 item pertanyaan mengenai indikator pembinaan,

pengawasan dan pengendalian.

Angket atau kuisioner disebarkan ke 24 responden yang merupakan

pegawai Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten Kotawaringin

Timur. Penyebaran angket dilakukan setelah mendapatkan izin dari pihak BKAD
67

Kabupaten Kotawaringin Timur. Adapun hasil angket dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut.

Tabel 5.1
Hasil Penyebaran Angket/Kuisioner
No Keterangan Frekuensi Persentase
1. Angket yang disebar 24 100%
2. Angket yang kembali 24 100%
3. Angket yang tidak dapat dianalisis 0 0%
4. Angket yang dapat dianalisis 24 100%
Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa jumlah angket yang

kembali ialah 24 angket dengan persentase 100%. Angket yang tidak dapat

dianalisis sebanyak 0 atau dengan persentase 0% dan total keseluruhan angket

yang dapat dianalisis dalam penelitian ini adalah sebesar 100% atau sebanyak 24

angket yang disebar.

5.1.1 Analisis Penelitian Berdasarkan Item Pernyataan

Angket atau kuisioner disebar oleh peneliti ke pegawai Badan

Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur dengan

jumlah pertanyaan sebanyak 33 pertanyaan yang terbagi menjadi 11

indikator. Indikator Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaraan

sebanyak 3 item, indikator Pengadaan sebanyak 3 item, indikator

Penggunaan sebanyak 3 item, indikator Pemanfaatan sebanyak 3 item,

indikator Pengamanan dan Pemeliharaan sebanyak 3 item, indikator

Penilaian sebanyak 3 item, indikator Pemindahtanganan sebanyak 3

item, indikator Pemusnahan sebanyak 3 item, indikator Penghapusan

sebanyak 3 item, indikator Penatausahaan sebanyak 3 item, indikator

Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian sebanyak 3 item.


68

Sebelum responden menjawab pertanyaan kuisioner, responden

diminta untuk mengisi data diri, kemudian melanjutkan mengisi 33

pertanyaan yang terdapat pada kuisioner dengan cara memberikan

checklist pada kolom jawaban yang tersedia dengan skala nilai 1 – 4.

Nilai (1) sangat tidak optimal, (2) tidak optimal, (3) optimal, (4) sangat

optimal.

5.1.1.1 Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran

Perencanaan kebutuhan dan penganggaran merupakan

kegiatan perumusan rincian kebutuhan barang milik daerah untuk

menghubungkan pengadaan barang yang sudah berlalu dengan

keadaan yang saat ini sedang berjalan sebagai dasar dalam

melakukan rencana atau tindakan di masa yang akan datang.

Dengan adanya perencanaan kebutuhan menjadikan salah satu

sebagai dasar bagi SKPD untuk melakukan pengusulan terhadap

penyediaan anggaran dalam memenuhi kebutuhan baru dan angka

dasar, serta melaksanakan penyusunan rencana kerja dan

penganggaran. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran dalam

penelitian ini maksudnya ialah penyediaan bangunan milik

daerah, pelaksanaan fungsi perencanaan oleh SKPD dan

penganggaran aset gedung melalui rencana kerja yang jelas.

1. Penyediaan Bangunan Milik Daerah dengan Baik

Grafik 5.1
Pendapat Responden terkait Penyediaan Bangunan Milik
Daerah dengan Baik.
69

12.50%
20.83%

66.67%

Sangat Optimal Optimal Tidak Optimal

Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan hasil data penelitian di atas, dapat

diuraikan bahwa dari 24 responden meengenai “Bangunan

milik daerah disediakan dengan baik” sebanyak 5 orang

menyatakan sangat optimal dengan persentase (20,83%), 16

orang menyatakan optimal dengan persentase (66,67%) dan 3

orang menyatakan tidak optimal dengan persentase (12,50%).

Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa

penyediaan bangunan milik daerah dengan baik sudah optimal

dengan persentase (66,67%).

2. Pelaksanaan Fungsi Perencanaan oleh SKPD

Grafik 5.2
Pendapat Responden terkait SKPD (Satuan Kerja
Perangkat Daerah) Melaksanakan Fungsi Perencanaan
dengan Baik
70

16.67%
25.00%

58.33%

Sangat Optimal Optimal Tidak Optimal

Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan hasil data penelitian di atas, dapat

diuraikan bahwa dari 24 responden meengenai “SKPD

(Satuan Kerja Perangkat Daerah) Melaksanakan Fungsi

Perencanaan dengan Baik” sebanyak 6 orang menyatakan

sangat optimal dengan persentase (25%), 14 orang

menyatakan optimal dengan persentase (58.33%) dan 4 orang

menyatakan tidak optimal dengan persentase (16,67%). Dari

hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa

pelaksanaan fungsi perencanaan oleh SKPD dengan baik

sudah optimal dengan persentase (58.33%).

3. Penganggaran Aset Gedung melalui Rencana Kerja

Grafik 5.3
Pendapat Responden terkait Penganggaran Aset Gedung
Disusun melalui Rencana Kerja yang Jelas
71

12.50%

29.20%

58.30%

Sangat Optimal Optimal Tidak Optimal

Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan hasil data penelitian di atas, dapat

diuraikan bahwa dari 24 responden meengenai “Penganggaran

Aset Gedung Disusun melalui Rencana Kerja yang Jelas”

sebanyak 7 orang menyatakan sangat optimal dengan

persentase (29,20%), 14 orang menyatakan optimal dengan

persentase (58.30%) dan 3 orang menyatakan tidak optimal

dengan persentase (12,50%). Dari hasil penelitian tersebut

dapat disimpulkan bahwa penganggaran aset gedung melalui

rencana kerja yang jelas sudah optimal dengan persentase

(58,30%).

6. Pengadaan

Pengadaan terkait aset daerah harus berdasarkan prinsip

yang akuntabel, efisien, efektif, adil, bersaing, terbuka serta

transparan serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang ada. Pengadaan dalam penelitian ini maksudnya


72

ialah dilakukan dengan akuntabel, berpedoman pada undang-

undang dan dilakukan secara terbuka dan transparan.

1. Pengadaan Gedung Berprinsip Akuntabel

Grafik 5.4
Pendapat Responden terkait Pengadaan Gedung sebaga
Aset Daerah Dilakukan dengan Akuntabel
4.20%

25.00%

70.80%

Sangat Optimal Optimal Tidak Optimal

Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan hasil data penelitian di atas, dapat

diuraikan bahwa dari 24 responden meengenai “Pengadaan

Gedung sebaga Aset Daerah Dilakukan dengan Akuntabel”

sebanyak 6 orang menyatakan sangat optimal dengan

persentase (25%), 17 orang menyatakan optimal dengan

persentase (70,80%) dan 1 orang menyatakan tidak optimal

dengan persentase (4,20%). Dari hasil penelitian tersebut

dapat disimpulkan bahwa pengadaan gedung sebagai aset

daerah dilakukan dengan akuntabel sudah optimal dengan

persentase (70,80%).
73

2. Pengadaan Gedung Berpedoman pada Undang-undang

Grafik 5.5
Pendapat Responden terkait Pengadaan Gedung
Berpedoman pada Undang-undang yang ada

16.70%

83.30%

Sangat Optimal Optimal

Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan hasil data penelitian di atas, dapat

diuraikan bahwa dari 24 responden meengenai “Pengadaan

Gedung Berpedoman pada Undang-undang yang ada”

sebanyak 4 orang menyatakan sangat optimal dengan

persentase (16,7%) dan 20 orang menyatakan optimal dengan

persentase (83,30%). Dari hasil penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa pengadaan gedung berpedoman dengan

undang-undang yang ada ialah optimal dengan persentase

(83,30%).

3. Pengadaan Gedung Dilakukan secara Terbuka dan

Transparan
74

Grafik 5.6
Pendapat Responden terkait Pengadaan Gedung
Dilakukan secara Terbuka dan Transparan

12.50%
16.70%

70.80%

Sangat Optimal Optimal Tidak Optimal

Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan hasil data penelitian di atas, dapat

diuraikan bahwa dari 24 responden meengenai “Pengadaan

Gedung dilakukan secara Terbuka dan Transaparan” sebanyak

4 orang menyatakan sangat optimal dengan persentase

(16,7%), 17 orang menyatakan optimal dengan persentase

(70,80%) dan 3 orang menyatakan tidak optimal dengan

persentase (12,5%). Dari hasil penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa pengadaan gedung sebagai aset daerah

dilakukan dengan akuntabel sudah optimal dengan persentase

(70,80%).

7. Penggunaan

Penggunaan barang milik daerah baik berupa tanah

ataupun bangunan merupakan bagian dari penyelenggaraan


75

fungsi serta tugas terhadap pengguna barang dan/kuasa pengguna

barang yang bersangkutan, seperti penyelenggaraan

gubernur/walikota. Skema penggunaan barang atau bangunan

milik daerah dapat pula dengan prinsip pengalihan status hingga

pada skema penggunaan semesntara. Penggunaan dalam

penelitian ini maksudnya ialah penggunaan barang berdasarkan

persetujuan Bupati Kotawaringin Timur untuk meningkatkan

PAD, penggunaan barang/bangunan kepada pihak yang ditunjuk

serta penunjukan pengguna aset milik daerah berdasarkan

transparansi dan peningkatan penerimaan PAD

1. Penggunaan Aset Daerah untuk Meningkatkan PAD

Kabupaten Kotawaringin Timur

Grafik 5.7
Pendapat Responden terkait Penggunaan Gedung Aset
Daerah untuk Meningkatkan PAD di Kabupaten
Kotawaringin Timur

12.50%

29.20%

58.30%

Sangat Optimal Optimal Tidak Optimal

Sumber: Data diolah Peneliti, 2023


76

Berdasarkan hasil data penelitian di atas, dapat

diuraikan bahwa dari 24 responden meengenai “Penggunaan

Gedung Aset Daerah untuk Meningkatkan PAD di Kabupaten

Kotawaringin Timur” sebanyak 3 orang menyatakan sangat

optimal dengan persentase (12,5%), 14 orang menyatakan

optimal dengan persentase (58,3%) dan 7 orang menyatakan

tidak optimal dengan persentase (29,2%). Dari hasil penelitian

tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan gedung aset

daerah untuk meningkatkan PAD di Kabupaten Kotawaringin

Timur ialah optimal dengan persentase (58,3%).

2. Penggunaan Barang/Bangunan Milik Daerah kepada

Pihak yang telah Ditunjuk Pemerintah Kotawaringin

Timur

Grafik 5.8
Pendapat Responden terkait Penggunaan
Barang/Bangunan Milik Daerah kepada Pihak yang telah
Ditunjuk Pemerintah Kotawaringin Timur

12.50%

87.50%

Sangat Optimal Optimal


77

Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan hasil data penelitian di atas, dapat

diuraikan bahwa dari 24 responden meengenai “Penggunaan

Barang/Bangunan Milik Daerah kepada Pihak yang telah

Ditunjuk Pemerintah Kotawaringin Timur” sebanyak 3 orang

menyatakan sangat optimal dengan persentase (12,5%) dan 21

orang menyatakan optimal dengan persentase (87,5%). Dari

hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan

barang/bangunan milik daerah kepada pihak yang telah

ditunjuk Pemerintah Kotawaringin Timur ialah optimal

dengan persentase (87,5%).

3. Penunjukan Pengguna Aset Milik Daerah berdasarkan

Transparansi dan Peningkatan PAD

Grafik 5.9
Pendapat Responden terkait Penunjukan Pengguna
Aset Milik Daerah berdasarkan Transparansi dan
Peningkatan PAD

12.50%
16.70%

70.80%

Sangat Optimal Optimal Tidak Optimal


S

umber: Data diolah Peneliti, 2023


78

Berdasarkan hasil data penelitian di atas, dapat

diuraikan bahwa dari 24 responden meengenai “Penunjukan

Pengguna Aset Milik Daerah berdasarkan Transparansi dan

Peningkatan PAD” sebanyak 4 orang menyatakan sangat

optimal dengan persentase (16,7%), 17 orang menyatakan

optimal dengan persentase (70,80%) dan 3 orang menyatakan

tidak optimal dengan persentase (12,5%). Dari hasil

penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penunjukan

pengguna aset milik daerah berdasarkan transparansi dan

peningkatan PAD ialah optimal dengan persentase (70,80%).

8. Pemanfaatan

Pemanfaatan barang milik daerah dilakukan atas bahan

dasar pertimbangan teknis, yaitu dengan memperhatikan

kepentingan umum dengan kepentingan daerah. Bentuk

pemanfaatan barang milik daerah dapat berebntuk sewa, pinjam

pakai, KSP (Kerjasama Pemanfaatan), BGS (Bangunan Guna

Serah) hingga KSPI (Kerjasama Pemerintah dengan Badan

Usaha). Pemanfaatan dalam penelitian ini maksudnya ialah

pemanfaatan barang milik daerah dengan menggunakan konsep

KSP untuk menekan biaya pemeliharaan, mendapatkan retribusi

dari hasil pemanfaatan oleh pihak lain dan pemanfaatan gedung

menggunakan konsep sewa.


79

1. Pemanfaatan melalui Konsep KSP (Kerjasama

Pemanfaatan) dengan Pihak Swasta untuk Menekan

Biaya Pemeliharaan

Grafik 5.10
Pendapat Responden terkait Pemanfaatan melalui Konsep
KSP (Kerjasama Pemanfaatan) dengan Pihak Swasta
untuk Menekan Biaya Pemeliharaan
4.20%

12.50%

20.80%

62.50%

Sangat Optimal Optimal Tidak Optimal Sangat Tidak Optimal

Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan hasil data penelitian di atas, dapat

diuraikan bahwa dari 24 responden mengenai “Pemanfaatan

melalui Konsep KSP (Kerjasama Pemanfaatan) dengan Pihak

Swasta untuk Menekan Biaya Pemeliharaan” sebanyak 3

orang menyatakan sangat optimal dengan persentase (12,5%),

15 orang menyatakan optimal dengan persentase (62,5%), 5

orang menyatakan tidak optimal dengan persentase (20,8%)

dan 1 orang menyatakan sangat tidak optimal dengan

persentase (4,20%). Dari hasil penelitian tersebut dapat


80

disimpulkan bahwa pemanfaatan melalui konsep KSP

(Kerjasama Pemanfaatan) dengan pihak swasta untuk

menekan biaya pemeliharaan ialah optimal dengan persentase

(62,5%).

2. Pemerintah Menerima Retribusi dari Pemanfaatan Geduk

dari Pihak Lain

Grafik 5.11
Pendapat Responden terkait Pemerintah Menerima
Retribusi dari Pemanfaatan Geduk dari Pihak Lain

8.30%
16.70%

75.00%

Sangat Optimal Optimal Tidak Optimal

Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan hasil data penelitian di atas, dapat

diuraikan bahwa dari 24 responden mengenai “Pemerintah

Menerima Retribusi dari Pemanfaatan Geduk dari Pihak Lain”

sebanyak 4 orang menyatakan sangat optimal dengan

persentase (16,7%), 18 orang menyatakan optimal dengan

persentase (75%) dan 2 orang menyatakan tidak optimal

dengan persentase (8,3%). Dari hasil penelitian tersebut dapat


81

disimpulkan bahwa pemerintah menerima retribusi dari

pemanfaatan geduk dari pihak lain ialah optimal dengan

persentase (75%).

3. Gedung yang Digunakan Pihak Lain berkonsep Sewa

Grafik 5.12
Pendapat Responden terkait Pemanfaatan Gedung Milik
Daerah yang Digunakan oleh Pihak Lain menggunakan
Konsep Sewa

12.50%
16.70%

8.30%

62.50%

Sangat Optimal Optimal Tidak Optimal Sangat Tidak Optimal

Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan hasil data penelitian di atas, dapat

diuraikan bahwa dari 24 responden mengenai “Pemanfaatan

Gedung Milik Daerah yang Digunakan oleh Pihak Lain

menggunakan Konsep Sewa” sebanyak 3 orang menyatakan

sangat optimal dengan persentase (12,5%), 15 orang

menyatakan optimal dengan persentase (62,5%), 2 orang

menyatakan tidak optimal dengan persentase sebesar (8,3%)

dan 4 orang menyatakan sangat tidak optimal dengan

persentase (16,7%). Dari hasil penelitian tersebut dapat


82

disimpulkan bahwa pemanfaatan gedung milik daerah yang

digunakan oleh pihak lain menggunakan konsep sewa ialah

optimal dengan persentase (62,5%).

9. Pengamanan dan Pemeliharaan

Pengamanan wajib dilakukan, bail oleh pemengang kuasa

atau pengguna barang/banguna milik daerah. Pengamanan dapat

dilakukan beradaskan pengamanan hukum, fisik serta

administrasi. Sedangkan pemeliharaan diserahkan kepada

pemegang kuasa atas barang milik daerah. Pengamanan dan

pemeliharaan dalam penelitian ini maksudnya ialah pengaman

gedung diserahkan kepada pemegang kuasa gedung sepenuhnya,

pemeliharaan dilaksanakan berdasarkan prinsip otoritas, dan

BKAD melakukan efisiensi anggaran dengan menekan biaya

pemeliharaan.

1. Pengamanan Gedung Sepenuhnya Diserahkan Kepada

Pihak Pemegang Kuasa Gedung

Grafik 5.13
Pendapat Responden terkait Pengamanan Gedung
Sepenuhnya Diserahkan Kepada Pihak Pemegang Kuasa
Gedung
83

16.70%

83.30%

Sangat Optimal Optimal

Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan hasil data penelitian di atas, dapat

diuraikan bahwa dari 24 responden mengenai “pengamanan

gedung sepenuhnya diserahkan kepada pihak pemegang kuasa

gedung” sebanyak 4 orang menyatakan sangat optimal

dengan persentase (16,7%) dan 20 orang menyatakan optimal

dengan persentase (83,3%). Dari hasil penelitian tersebut

dapat disimpulkan bahwa pengamanan gedung sepenuhnya

diserahkan kepada pihak pemegang kuasa gedung ialah

optimal dengan persentase (83,3%).

2. Pemeliharaan Gedung Dilakukan berdasarkan Prinsip

Otoritas

Grafik 5.14
Pendapat Responden terkait Pemeliharaan Gedung
Dilakukan berdasarkan Prinsip Otoritas
84

4.20%

12.50%

83.30%

Sangat Optimal Optimal Tidak Optimal

Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan hasil data penelitian di atas, dapat

diuraikan bahwa dari 24 responden mengenai “pemeliharaan

gedung dilakukan berdasarkan prinsip otoritas” sebanyak 3

orang menyatakan sangat optimal dengan persentase (12,5%),

20 orang menyatakan optimal dengan persentase (83,3%) dan

1 orang menyatakan tidak optimal dengan persentase sebesar

(4,2%) Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan

bahwa pemeliharaan gedung dilakukan berdasarkan prinsip

otoritas ialah optimal dengan persentase (83,3%).

3. BKAD Menekan Biaya Pemeliharaan agar terjadi

Efisiensi Biaya

Grafik 5.15
Pendapat Responden terkait BKAD Menekan Biaya
Pemeliharaan agar terjadi Efisiensi Biaya
85

4.20%
8.30%

87.50%

Sangat Optimal Optimal Tidak Optimal

Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan hasil data penelitian di atas, dapat

diuraikan bahwa dari 24 responden mengenai “BKAD

menekan biaya pemeliharaan agar terjadi efisiensi biaya”

sebanyak 2 orang menyatakan sangat optimal dengan

persentase (8,3%), 21 orang menyatakan optimal dengan

persentase (87,5%) dan 1 orang menyatakan tidak optimal

dengan persentase sebesar (4,2%). Dari hasil penelitian

tersebut dapat disimpulkan bahwa BKAD menekan biaya

pemeliharaan agar terjadi efisiensi biaya ialah optimal dengan

persentase (87,5%).

10. Penilaianan

Barang milik daerah yang berupa tanah dan/atau

bangunan akan dilakukan penilaian baik dalam rangka

pemindahtanganan maupun pemanfaatan, akan dilakukan oleh

penilai publik yang sudah memiliki izin praktik penilaian yang


86

sudah ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota dan oleh penilai

pemerintah. Dalam penelitian ini penilaian maksudnya ialah

penilaian gedung aset daerah dilakukan berdasarkan SAP

(Standar Akuntansi Pemerintah), penilaian atas kelayakan gedung

diajukan oleh OPD dan diupayakan tepat sasaran dan BKAD

melakukan penolakan terhadap pengajuan pengadaan gedung

yang tidak sesuai peraturan yang mengakibatkan pembengkakan

APBD.

1. Gedung Aset Pemerintah Daerah Dinilai Menggunakan

SAP (Standar Akuntansi Pemerintah)

Grafik 5.16
Pendapat Responden terkait Gedung Aset Pemerintah
Daerah Dinilai Menggunakan SAP (Standar Akuntansi
Pemerintah)
16.70%

83.30%

Sangat Optimal Optimal

Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan hasil data penelitian di atas, dapat

diuraikan bahwa dari 24 responden mengenai “Gedung Aset

Pemerintah Daerah Dinilai menggunakan SAP (Standar


87

Akuntansi Pemerintah)” sebanyak 4 orang menyatakan sangat

optimal dengan persentase (16,7%) dan 20 orang menyatakan

optimal dengan persentase (83,3%). Dari hasil penelitian

tersebut dapat disimpulkan bahwa gedung aset pemerintah

daerah dinilai menggunakan SAP (Standar Akuntansi

Pemerintah) adalah optimal dengan (83,3%).

2. Penilaian Kelayakan Gedung yang Diajukan oleh OPD

Diupayakan Tepat Sasaran

Grafik 5.17
Pendapat Responden terkait Penilaian Kelayakan Gedung
yang Diajukan oleh OPD Diupayakan Tepat Sasaran
8.30%
8.30%

83.30%

Sangat Optimal Optimal Tidak Optimal

Sumber: Data diolah Peneliti, 2023


Berdasarkan hasil data penelitian di atas, dapat

diuraikan bahwa dari 24 responden mengenai “Penilaian

Kelayakan Gedung yang Diajukan oleh OPD Diupayakan

Tepat Sasaran” sebanyak 2 orang menyatakan sangat optimal

dengan persentase (8,3%), 20 orang menyatakan optimal

dengan persentase (83,3%) dan 2 orang menyatakan tidak


88

optimal dengan persentase sebesar (8,3%). Dari hasil

penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian

kelayakan gedung yang diajukan oleh OPD diupayakan tepat

sasaran adalah optimal dengan persentase (83,3%).

3. Pihak BKAD Menolak Pengajuan Pengadaan Gedung

yang Tidak Sesuai dengan Peraturan dan Berdampak

pada Pembengkakan APBD

Grafik 5.18
Pendapat Responden terkait Pihak BKAD Menolak
Pengajuan Pengadaan Gedung yang Tidak Sesuai dengan
Peraturan dan Berdampak pada Pembengkakan APBD)

12.50%

37.50%

50.00%

Sangat Optimal Optimal Tidak Optimal

Sumber: Data diolah Peneliti, 2023


89

Berdasarkan hasil data penelitian di atas, dapat

diuraikan bahwa dari 24 responden mengenai “Pihak BKAD

Menolak Pengajuan Pengadaan Gedung yang Tidak Sesuai

dengan Peraturan dan Berdampak pada Pembengkakan

APBD)” sebanyak 9 orang menyatakan sangat optimal dengan

persentase (37,5%), 12 orang menyatakan optimal dengan

persentase (50%) dan 3 orang menyatakan tidak optimal

dengan persentase sebesar (12,5%). Dari hasil penelitian

tersebut dapat disimpulkan bahwa Pihak BKAD menolak

pengajuan pengadaan gedung yang tidak sesuai dengan

peraturan dan berdampak pada pembengkakan APBD) adalah

optimal dengan persentase (50%).

11. Pemindahtanganan

Pemindahtanganan dapat dilakukan apabila barang milik

daerah dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah sudah

tidak diperlukan lagi. Pemindahtanganan dalam penelitian ini

maksudnya adalah pemindahtanganan aset gedung diupayakan

menggunakan skema penjualan untuk menambah kas umum,

penjualan aset dalam bentuk gedung akan dilakukan jika gedung

sudah dinilai tidak layak untuk operasional dan skema hibah aset

gedung sejumlah 5 miliar rupiah disetujui Bupati.

1. Pemindahtanganan Aset Gedung Diupayakan Melalui

Skema Penjualan sebagai Tambahan Masukan Kas


90

Umum Daerah

Grafik 5.19
Pendapat Responden terkait Pemindahtanganan Aset
Gedung Diupayakan Melalui Skema Penjualan sebagai
Tambahan Masukan Kas Umum Daerah
4.20%
8.30%

12.50%

75.00%

Sangat Optimal Optimal Tidak Optimal Sangat Tidak Optimal

Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan hasil data penelitian di atas, dapat

diuraikan bahwa dari 24 responden mengenai

“Pemindahtanganan Aset Gedung Diupayakan Melalui Skema

Penjualan sebagai Tambahan Masukan Kas Umum Daerah”

sebanyak 2 orang menyatakan sangat optimal dengan

persentase (8,3%), 18 orang menyatakan optimal dengan

persentase (75%), 3 orang menyatakan tidak optimal dengan

persentase sebesar (12,5%) dan 1 orang menyatakan sangat

tidak optimal dengan persentase (4,2%). Dari hasil penelitian

tersebut dapat disimpulkan bahwa pemindahtanganan aset

gedung diupayakan melalui skema penjualan sebagai

tambahan masukan kas umum daerah adalah optimal dengan


91

persentase (75%).

2. Penjualan Aset Berupa Gedung hanya Dilakukan jika

Gedung Tersebut sudah Dinilai Tidak Layak Untuk

Operasional

Grafik 5.20
Pendapat Responden terkait Penjualan Aset Berupa
Gedung hanya Dilakukan jika Gedung Tersebut sudah
Dinilai Tidak Layak Untuk Operasional

12.50%
16.70%

8.30%

62.50%

Sangat Optimal Optimal Tidak Optimal Sangat Tidak Optimal

Sumber: Data diolah Peneliti, 2023


92

Berdasarkan hasil data penelitian di atas, dapat

diuraikan bahwa dari 24 responden mengenai “Penjualan Aset

Berupa Gedung hanya Dilakukan jika Gedung Tersebut sudah

Dinilai Tidak Layak Untuk Operasional” sebanyak 4 orang

menyatakan sangat optimal dengan persentase (16,7%), 15

orang menyatakan optimal dengan persentase (62,5%), 2

orang menyatakan tidak optimal dengan persentase sebesar

(8,3%) dan 3 orang menyatakan sangat tidak optimal dengan

persentase (12,5%). Dari hasil penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa penjualan aset berupa gedung hanya

dilakukan jika gedung tersebut sudah dinilai tidak layak untuk

operasional ialah optimal dengan persentase (62,5%).

3. Skema Hibah Dengan Nilai Aset Gedung 5 Milyar Rupiah

Melalui Persetujuan Bupati

Grafik 5.21
Pendapat Responden terkait Skema Hibah Dengan Nilai
Aset Gedung 5 Milyar Rupiah Melalui Persetujuan Bupati

8.30% 20.80%

70.80%

Sangat Optimal Optimal Tidak Optimal


93

Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan hasil data penelitian di atas, dapat

diuraikan bahwa dari 24 responden mengenai “Skema Hibah

Dengan Nilai Aset Gedung 5 Milyar Rupiah Melalui

Persetujuan Bupati” sebanyak 5 orang menyatakan sangat

optimal dengan persentase (20,8%), 17 orang menyatakan

optimal dengan persentase (70,8%) dan 2 orang menyatakan

tidak optimal dengan persentase sebesar (8,3%). Dari hasil

penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa skema hibah

dengan nilai aset gedung 5 milyar rupiah melalui persetujuan

Bupati ialah optimal dengan persentase (70,8%).

12. Pemusnahan

Barang milik daerah yang tidak dapat dimanfaatkan atau

yang tidak dapat dipindahtangankan dan terdapat beberapa alasan

yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan

maka perlu adanya pemusnahan atas barang milik daerah

tersebut, namun harus mendapatkan persetujuan dari

Gubernur/Bupati/Walikota. Pemusnahan dalam penelitian ini

maksudnya adalah pemusnahan aset daerah dilakukan jika tidak

dapat dilakukan proses pemindahtangaan, aset yang dimusnakan

telah disetujui oleh Bupati dan pemusnahan aset daerah

dilaporkan dalam berita acara dalam kurun waktu 1 bulan setelah

pemusnahan.
94

1. Pemusnahan Aset Daerah hanya Dilakukan jika Tidak

Bisa Dilakukan Pemindahtanganan

Grafik 5.22
Pemusnahan Aset Daerah hanya Dilakukan jika Tidak
Bisa Dilakukan Pemindahtanganan
8.30%
8.30%

83.30%

Sangat Optimal Optimal Tidak Optimal

Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan hasil data penelitian di atas, dapat

diuraikan bahwa dari 24 responden mengenai “Pemusnahan


95

Aset Daerah hanya Dilakukan jika Tidak Bisa Dilakukan

Pemindahtanganan” sebanyak 2 orang menyatakan sangat

optimal dengan persentase (8,3%), 20 orang menyatakan

optimal dengan persentase (83,3%) dan 2 orang menyatakan

tidak optimal dengan persentase sebesar (8,3%). Dari hasil

penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemusnahan aset

daerah hanya dilakukan jika tidak bisa dilakukan

pemindahtanganan ialah optimal dengan persentase (83,3%).

2. Aset yang Dimusnahkan Telah Disetujui oleh Pihak

Bupati

Grafik 5.23
Pendapat Responden terkait Aset yang Dimusnahkan
Telah Disetujui oleh Pihak Bupati

25.00%

75.00%

Sangat Optimal Optimal

Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan hasil data penelitian di atas, dapat

diuraikan bahwa dari 24 responden mengenai “Aset yang

Dimusnahkan Telah Disetujui oleh Pihak Bupati” sebanyak 6


96

orang menyatakan sangat optimal dengan persentase (25%)

dan 18 orang menyatakan optimal dengan persentase (75%).

Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa aset

yang dimusnahkan telah disetujui oleh pihak Bupati ialah

optimal dengan persentase (75%).

3. Berita Acara Pemusnahan Aset Dilaporkan Paling Lama 1

Bulan Setelah Pemusnahan Aset

Grafik 5.24
Pendapat Responden terkait Berita Acara Pemusnahan
Aset Dilaporkan Paling Lama 1 Bulan Setelah
Pemusnahan Aset
4.20%
12.50%

83.30%

Sangat Optimal Optimal Tidak Optimal

Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan hasil data penelitian di atas, dapat

diuraikan bahwa dari 24 responden mengenai “Berita Acara

Pemusnahan Aset Dilaporkan Paling Lama 1 Bulan Setelah

Pemusnahan Aset” sebanyak 3 orang menyatakan sangat

optimal dengan persentase (12,5%), 20 orang menyatakan

optimal dengan persentase (83,3%) dan 1 orang menyatakan


97

sangat tidak optimal dengan persentase sebesar (4,2%). Dari

hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa berita acara

pemusnahan aset dilaporkan paling lama 1 bulan setelah

pemusnahan aset ialah optimal dengan persentase (83,3%).

13. Penghapusan

Penghapusan barang milik daerah hanya dapat dilakukan

dengan beberapa alasan, diantaranya ialah adanya keputusan dari

pengadilan yang memiliki hukum tetap hingga pada kehilangan

barang milik daerah disebabkan terbakar, kecurian dan lainnya.

Penghapusan dalam penelitian ini maksudnya ialah penghapusan

melalui pengadilan, penghapusan karena sudah tidak dikelola

oleh pihak manapun, penghapusan gedung dari barang kuasa

pengguna agar bisa kembali disewakan kepada pihak lain.

1. Penghapusan Aset Dari Daftar Barang Milik Daerah

(DBMD) Melalui Keputusan Pengadilan

Grafik 5.25
Pendapat Responden terkait Penghapusan Aset Dari
Daftar Barang Milik Daerah (DBMD) Melalui Keputusan
Pengadilan
98

4.20% 4.20%

20.80%

70.80%

Sangat Optimal Optimal Tidak Optimal Sangat Tidak Optimal


S

umber: Data diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan hasil data penelitian di atas, dapat

diuraikan bahwa dari 24 responden mengenai “Penghapusan

Aset Dari Daftar Barang Milik Daerah (DBMD) Melalui

Keputusan Pengadilan” sebanyak 1 orang menyatakan sangat

optimal dengan persentase (4,2%), 17 orang menyatakan

optimal dengan persentase (70,8%), 5 orang menyatakan tidak

optimal dengan persentase sebesar (20,8%) dan 1 orang

menyatakan sangat tidak optimal dengan persentase (4,2%).

Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa

penghapusan aset dari Daftar Barang Milik Daerah (DBMD)

Melalui Keputusan Pengadilan ialah optimal dengan persentae

(70,8%).

2. Penghapusan dari Daftar Barang Pengelola (DBP)

Dikarenakan Aset tersebut sudah Tidak Dikelola Pihak

Manapun
99

Grafik 5.26
Pendapat Responden terkait Penghapusan dari Daftar
Barang Pengelola (DBP) Dikarenakan Aset tersebut sudah
Tidak Dikelola Pihak Manapun
4.20% 4.20%
4.20%

87.50%

Sangat Optimal Optimal Tidak Optimal Sangat Tidak Optimal

Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan hasil data penelitian di atas, dapat

diuraikan bahwa dari 24 responden mengenai “Penghapusan

dari Daftar Barang Pengelola (DBP) Dikarenakan Aset

tersebut sudah Tidak Dikelola Pihak Manapun” sebanyak 1

orang menyatakan sangat optimal dengan persentase (4,2%),

21 orang menyatakan optimal dengan persentase (87,5%), 1

orang menyatakan tidak optimal dengan persentase sebesar

(4,2%) dan 1 orang menyatakan sangat tidak optimal dengan

persentase (4,2%). Dari hasil penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa penghapusan dari Daftar Barang

Pengelola (DBP) dikarenakan aset tersebut sudah tidak

dikelola pihak manapun ialah optimal dengan persentase

(87,5%).
100

3. Aset Gedung Dihapus Dari Daftar Barang Kuasa

Pengguna (DBKP) agar Aset tersebut segera bisa

Disewakan Kepada Pihak Lain

Grafik 5.27
Pendapat Responden terkait Aset Gedung Dihapus Dari
Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP) agar Aset
tersebut segera bisa Disewakan Kepada Pihak Lain
4.20%
4.20%

16.70%

75.00%

Sangat Optimal Optimal Tidak Optimal Sangat Tidak Optimal

Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan hasil data penelitian di atas, dapat

diuraikan bahwa dari 24 responden mengenai “Aset Gedung

Dihapus Dari Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP) agar

Aset tersebut segera bisa Disewakan Kepada Pihak Lain”

sebanyak 1 orang menyatakan sangat optimal dengan

persentase (4,2%), 18 orang menyatakan optimal dengan

persentase (75%), 4 orang menyatakan tidak optimal dengan

persentase sebesar (16,7%) dan 1 orang menyatakan sangat

tidak optimal dengan persentase (4,2%). Dari hasil penelitian

tersebut dapat disimpulkan bahwa Aset Gedung Dihapus Dari


101

Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP) agar Aset tersebut

segera bisa Disewakan Kepada Pihak Lain ialah optimal

dengan persentase (75%).

14. Penatausahaan

Penatausahaan dilakukan dengan melakukan kodefikasi

barang, sehingga pengelola barang wajib mendaftarkan barang

milik daerahnya serta melakukan pencatatan atas barang milik

daerah. Penatausahaan dalam penelitian ini maksudnya adalah

aset gedung dilakukan kodefikasi, aset gedung dilakukan

inventarisasi setiap 5 tahun sekali dan laporan inventarisasi

dibuat oleh DPKD.

1. Aset Gedung Dilakukan Kodifikasi untuk Mempermudah

Penatausahaan Aset

Grafik 5.28
Pendapat Responden terkait Aset Gedung Dilakukan
Kodifikasi untuk Mempermudah Penatausahaan Aset
102

8.30%
25.00%

66.70%

Sangat Optimal Optimal Tidak Optimal

Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan hasil data penelitian di atas, dapat

diuraikan bahwa dari 24 responden mengenai “Aset Gedung

Dilakukan Kodifikasi untuk Mempermudah Penatausahaan

Aset” sebanyak 6 orang menyatakan sangat optimal dengan

persentase (25%), 16 orang menyatakan optimal dengan

persentase (66,7%) dan 2 orang menyatakan tidak optimal

dengan persentase sebesar (8,3%). Dari hasil penelitian

tersebut dapat disimpulkan bahwa aset gedung dilakukan

kodifikasi untuk mempermudah penatausahaan aset ialah

optimal dengan persentase (66,7%).

2. Gedung yang Dimiliki Pemerintah Daerah Dilakukan

Inventarisasi 5 Tahun Sekali

Grafik 5.29
Pendapat Responden terkait Gedung yang Dimiliki
Pemerintah Daerah Dilakukan Inventarisasi 5 Tahun
103

Sekali
12.50%

25.00%

62.50%

Sangat Optimal Optimal Tidak Optimal

Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan hasil data penelitian di atas, dapat

diuraikan bahwa dari 24 responden mengenai “Gedung yang

Dimiliki Pemerintah Daerah Dilakukan Inventarisasi 5 Tahun

Sekali” sebanyak 3 orang menyatakan sangat optimal dengan

persentase (12,5%), 15 orang menyatakan optimal dengan

persentase (62,5%) dan 6 orang menyatakan tidak optimal

dengan persentase sebesar (25%). Dari hasil penelitian

tersebut dapat disimpulkan bahwa gedung yang dimiliki

pemerintah daerah dilakukan inventarisasi 5 tahun sekali ialah

optimal dengan persentase (62,5%).

3. Laporan Inventarisasi Gedung Dibuat oleh DPKD sebagai

Sumber Penyusunan Neraca

Grafik 5.30
Pendapat Responden terkait Laporan Inventarisasi
104

Gedung Dibuat oleh DPKD sebagai Sumber Penyusunan


Neraca

8.30%
25.00%

66.70%

Sangat Optimal Optimal Tidak Optimal

Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan hasil data penelitian di atas, dapat

diuraikan bahwa dari 24 responden mengenai “Laporan

Inventarisasi Gedung Dibuat oleh DPKD sebagai Sumber

Penyusunan Neraca” sebanyak 6 orang menyatakan sangat

optimal dengan persentase (25%), 16 orang menyatakan

optimal dengan persentase (66,7%) dan 2 orang menyatakan

tidak optimal dengan persentase sebesar (8,3%). Dari hasil

penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa laporan

inventarisasi gedung dibuat oleh DPKD sebagai sumber

penyusunan neraca ialah optimal dengan persentase (66,7%).

15. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian

Pengendalian dilakukan dengan menetapkan kebijakan,

sedangkan pengendalian dan pengawasan dilakukan dengan


105

pengguna barang melalui pemantauan dan penertiban terhadap

pemanfaatan barang milik daerah, penggunaan, penatausahaan,

pemindahtanganan, pengamanan barang milik daerah serta

pemeliharaannya, yang dilakukan oleh Unit Kerja SKPD dengan

dibantu oleh aparat pengawasan intern pemerintahan sesuai

dengan peraturan. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian

dalam penelitian ini maksudnya adalah penggunaan barang

dilakukan pemantauan langsung oleh DPKD, pemindahtanganan

aset gedung diawasi agar tertib dan pengendalian aset gedung

dirujuk oleh Permendagri.

1. Pengguna Barang Dipantau secara Langsung oleh Unit

DPKD agar Aset Gedung Terawat dengan Baik

Grafik 5.31
Pendapat Responden terkait Pengguna Barang Dipantau
106

secara Langsung oleh Unit DPKD agar Aset Gedung


Terawat dengan Baik
8.30%

16.70%

75.00%

Sangat Optimal Optimal Tidak Optimal

Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan hasil data penelitian di atas, dapat

diuraikan bahwa dari 24 responden mengenai “Pengguna

Barang Dipantau secara Langsung oleh Unit DPKD agar Aset

Gedung Terawat dengan Baik” sebanyak 2 orang menyatakan

sangat optimal dengan persentase (8,3%), 18 orang

menyatakan optimal dengan persentase (75%) dan 4 orang

menyatakan tidak optimal dengan persentase sebesar (16,7%).

Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa

pengguna barang dipantau secara langsung oleh unit dpkd

agar aset gedung terawat dengan baik ialah optimal dengan

persentase (75%).

2. Pemindahtanganan Aset Gedung Dilakukan dengan

Pengawasan agar Bisa Ditertibkan dengan Baik

Grafik 5.32
107

Pendapat Responden terkait Pemindahtanganan Aset


Gedung Dilakukan dengan Pengawasan agar Bisa
Ditertibkan dengan Baik

16.70%
8.30%

75.00%

Sangat Optimal Optimal Tidak Optimal

Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan hasil data penelitian di atas, dapat

diuraikan bahwa dari 24 responden mengenai

“Pemindahtanganan Aset Gedung Dilakukan dengan

Pengawasan agar Bisa Ditertibkan dengan Baik” sebanyak 4

orang menyatakan sangat optimal dengan persentase (16,7%),

1 orang menyatakan optimal dengan persentase (75%) dan 2

orang menyatakan tidak optimal dengan persentase sebesar

(8,3%). Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan

bahwa pemindahtanganan aset gedung dilakukan dengan

pengawasan agar bisa ditertibkan dengan baik ialah optimal

dengan persentase (75%).

3. Pengendalian Pemanfaatan Aset Gedung Dilakukan oleh

DPKD dengan Merujuk pada Permendagri Nomor 19


108

Tahun 2019

Grafik 5.33
Pendapat Responden terkait Pengendalian Pemanfaatan
Aset Gedung Dilakukan oleh DPKD dengan Merujuk
pada Permendagri Nomor 19 Tahun 2019
4.20%
16.70%

79.20%

Sangat Optimal Optimal Tidak Optimal

Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan hasil data penelitian di atas, dapat

diuraikan bahwa dari 24 responden mengenai “Pengendalian

Pemanfaatan Aset Gedung Dilakukan oleh DPKD dengan

Merujuk pada Permendagri Nomor 19 Tahun 2019” sebanyak

4 orang menyatakan sangat optimal dengan persentase

(16,7%), 19 orang menyatakan optimal dengan persentase

(79,2%) dan 1 orang menyatakan tidak optimal dengan

persentase sebesar (4,2%). Dari hasil penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa Pengendalian Pemanfaatan Aset Gedung

Dilakukan oleh DPKD dengan Merujuk pada Permendagri

Nomor 19 Tahun 2019 ialah optimal dengan persentase

(79,2%).
109

16. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian

Telah dijelaskan dari deskripsi data hasil penelitian tersebut,

bahwa pada bagian ini akan dilakukan analisis secara per-indikator dari

penelitian dengan teknik dan langkah-langkah yang digunakan dengan

metode penelitian ini seperti yang telah dijelaskan pada Bab 3. Analisis

data ini dimaksudkan untuk mengetahui Tingkat Optimalisasi

Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah oleh Badan Pengelola Keuangan

dan Aset Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur. Untuk lebih jelasnya,

berikut uraian analisis di bawah ini.

1. Analisis Indikator Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran

Indikator Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran terdiri

atas 3 item pertanyaan, sehingga:

Nilai terendah: 1 x 3 = 3

Nilai tertinggi: 4 x 3 = 12

Setelah diketahui nilai tertinggi dan nilai terindah, maka

rentang indikator perencanaan kebutuhan dan penganggarandapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut:

12−3
Rentang = =2 , 25
4

Rentang = 2,25 dibulatkan menjadi 2,3

Maka, hasil perhitungan rentang tersebut dijabarkan sebagai berikut.

Tabel 5.2
Kategori Indikator Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran
Rentang Skor Kategori
110

3 – 5,3 Sangat Tidak Optimal


5,4 – 7,7 Tidak Optimal
7,8 – 10,1 Optimal
10,2 – 12,5 Sangat Optimal
Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Tabel 5.3
Tingkat Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah oleh
Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Kotawaringin Timur Berdasarkan Indikator Perencanaan
Kebutuhan dan Penganggaran
Item Skor Jawaban Responden
No
Pertanyaan 4 3 2 1
1. P1 20 48 6 -
2. P2 24 42 8 -
3. P3 28 42 6 -
SUB TOTAL 72 132 20 -
TOTAL 224
MEDIAN 3
MEAN 9
KATEGORI OPTIMAL
Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Rumus Mean Per Indikator

Total skor jawaban responden per indikator


Mean =
Jumlah responden

224
Mean = =9 , 3
24

Mean = 9,3 dibulatkan menjadi 9

Rumus Median Per Indikator

Mean
Median =
Jumlah Pertanyaan per indikator

9
Median =
3

Median = 3

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.35, total skor jawaban


111

responden berjumlah 224, skor jawaban responden terbanyak pada

indikator perencanaan kebutuhan dan penganggaran dengan sub total

132, nilai tengah (median) dari indikator ini adalah 3, nilai rata-rata

(mean) dari indikator ini adalah 9, sehingga termasuk dalam kategori

“Optimal” karena berada pada rentang 7,8 – 10,1.

2. Analisis Indikator Pengadaan

Indikator Pengadaan terdiri atas 3 item pertanyaan, sehingga:

Nilai terendah: 1 x 3 = 3

Nilai tertinggi: 4 x 3 = 12

Setelah diketahui nilai tertinggi dan nilai terindah, maka rentang

indikator pengadaan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

12−3
Rentang = =2 , 25
4

Rentang= 2,25 dibulatkan menjadi 2,3

Maka, hasil perhitungan rentang tersebut dijabarkan sebagai

berikut.

Tabel 5.4
Kategori Indikator Pengadaan
Rentang Skor Kategori
3 – 5,3 Sangat Tidak Optimal
5,4 – 7,7 Tidak Optimal
7,8 – 10,1 Optimal
10,2 – 12,5 Sangat Optimal
Sumber: Data diolah Peneliti, 2023
112

Tabel 5.5
Tingkat Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah oleh
Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Kotawaringin Timur Berdasarkan Indikator Pengadaan
Skor Jawaban Responden
No Item Pertanyaan
4 3 2 1
1. P4 24 51 2 -
2. P5 16 60 - -
3. P6 16 51 6 -
SUB TOTAL 56 162 8 -
TOTAL 226
MEDIAN 3
MEAN 9
KATEGORI OPTIMAL
Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Rumus Mean Per Indikator

Total skor jawaban responden per indikator


Mean =
Jumlah responden

226
Mean = =9 , 42
24

Mean = 9,42 dibulatkan menjadi 9

Rumus Median Per Indikator

Mean
Median =
Jumlah Pertanyaan per indikator

9
Median =
3

Median = 3

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.37, total skor jawaban

responden berjumlah 226, skor jawaban responden terbanyak pada

indikator pengadaan dengan sub total 162, nilai tengah (median) dari

indikator ini adalah 3, nilai rata-rata (mean) dari indikator ini adalah

9, sehingga termasuk dalam kategori “Optimal” karena berada pada


113

rentang 7,8 – 10,1.

3. Analisis Indikator Penggunaan

Indikator Penggunaan terdiri atas 3 item pertanyaan,

sehingga:

Nilai terendah: 1 x 3 = 3

Nilai tertinggi: 4 x 3 = 12

Setelah diketahui nilai tertinggi dan nilai terindah, maka

rentang indikator penggunaan dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

12−3
Rentang = =2 , 25
4

Rentang = 2,25 dibulatkan menjadi 2,3

Maka, hasil perhitungan rentang tersebut dijabarkan sebagai berikut.

Tabel 5.6
Kategori Indikator Penggunaan
Rentang Skor Kategori
3 – 5,3 Sangat Tidak Optimal
5,4 – 7,7 Tidak Optimal
7,8 – 10,1 Optimal
10,2 – 12,5 Sangat Optimal
Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Tabel 5.7
Tingkat Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah oleh
Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Kotawaringin Timur Berdasarkan Indikator Penggunaan
Item Skor Jawaban Responden
No
Pertanyaan 4 3 2 1
1. P7 12 42 14 -
2. P8 12 63 - -
3. P9 16 51 6 -
SUB TOTAL 40 156 20 -
TOTAL 216
MEDIAN 3
114

MEAN 9
KATEGORI OPTIMAL
Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Rumus Mean Per Indikator

Total skor jawaban responden per indikator


Mean =
Jumlah responden

216
Mean = =9
24

Mean = 9

Rumus Median Per Indikator

Mean
Median =
Jumlah Pertanyaan per indikator

9
Median =
3

Median = 3

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.39, total skor jawaban

responden berjumlah 216, skor jawaban responden terbanyak pada

indikator penggunaan dengan sub total 156, nilai tengah (median)

dari indikator ini adalah 3, nilai rata-rata (mean) dari indikator ini

adalah 9, sehingga termasuk dalam kategori “Optimal” karena berada

pada rentang 7,8 – 10,1.

4. Analisis Indikator Pemanfaatan

Indikator Pemanfaatan terdiri atas 3 item pertanyaan,

sehingga:

Nilai terendah: 1 x 3 = 3

Nilai tertinggi: 4 x 3 = 12
115

Setelah diketahui nilai tertinggi dan nilai terindah, maka

rentang indikator pemanfaatan dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

12−3
Rentang = =2 , 25
4

Rentang = 2,25 dibulatkan menjadi 2,3

Maka, hasil perhitungan rentang tersebut dijabarkan sebagai berikut.

Tabel 5.8
Kategori Indikator Pemanfaatan
Rentang Skor Kategori
3 – 5,3 Sangat Tidak Optimal
5,4 – 7,7 Tidak Optimal
7,8 – 10,1 Optimal
10,2 – 12,5 Sangat Optimal
Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Tabel 5.9
Tingkat Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah oleh
Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Kotawaringin Timur Berdasarkan Indikator Pemanfaatan
Item Skor Jawaban Responden
No
Pertanyaan 4 3 2 1
1. P10 12 45 10 1
2. P11 16 54 4 -
3. P12 12 45 4 4
SUB TOTAL 40 144 18 5
TOTAL 207
MEDIAN 3
MEAN 9
KATEGORI OPTIMAL
Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Rumus Mean Per Indikator

Total skor jawaban responden per indikator


Mean =
Jumlah responden

207
Mean = =8 , 6
24
116

Mean = 8,6 dibulatkan menjadi 9

Rumus Median Per Indikator

Mean
Median =
Jumlah Pertanyaan per indikator

9
Median =
3

Median = 3

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.41, total skor jawaban

responden berjumlah 207, skor jawaban responden terbanyak pada

indikator pemanfaatan dengan sub total 144, nilai tengah (median)

dari indikator ini adalah 3, nilai rata-rata (mean) dari indikator ini

adalah 9, sehingga termasuk dalam kategori “Optimal” karena berada

pada rentang 7,8 – 10,1.

5. Analisis Indikator Pengamanan dan Pemeliharaan

Indikator Pengamanan dan Pemeliharaan terdiri atas 3 item

pertanyaan, sehingga:

Nilai terendah: 1 x 3 = 3

Nilai tertinggi: 4 x 3 = 12

Setelah diketahui nilai tertinggi dan nilai terindah, maka

rentang indikator pengamanan dan pemeliharaan dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut:

12−3
Rentang = =2 , 25
4

Rentang = 2,25 dibulatkan menjadi 2,3

Maka, hasil perhitungan rentang tersebut dijabarkan sebagai berikut.


117

Tabel 5.10
Kategori Indikator Pengamanan dan Pemeliharaan
Rentang Skor Kategori
3 – 5,3 Sangat Tidak Optimal
5,4 – 7,7 Tidak Optimal
7,8 – 10,1 Optimal
10,2 – 12,5 Sangat Optimal
Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Tabel 5.11
Tingkat Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah oleh
Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Kotawaringin Timur Berdasarkan Indikator Penggunaan
Item Skor Jawaban Responden
No
Pertanyaan 4 3 2 1
1. P13 16 60 - -
2. P14 12 60 2 -
3. P15 8 63 2 -
SUB TOTAL 36 183 4 -
TOTAL 223
MEDIAN 3
MEAN 9
KATEGORI OPTIMAL
Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Rumus Mean Per Indikator

Total skor jawaban responden per indikator


Mean =
Jumlah responden

223
Mean = =9 , 3
24

Mean = 9,3 dibulatkan menjadi 9

Rumus Median Per Indikator

Mean
Median =
Jumlah Pertanyaan per indikator

9
Median =
3

Median = 3
118

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.43, total skor jawaban

responden berjumlah 223, skor jawaban responden terbanyak pada

indikator pengamanan dan pemeliharaan dengan sub total 183, nilai

tengah (median) dari indikator ini adalah 3, nilai rata-rata (mean) dari

indikator ini adalah 9, sehingga termasuk dalam kategori “Optimal”

karena berada pada rentang 7,8 – 10,1.

6. Analisis Indikator Penilaian

Indikator Penilaian terdiri atas 3 item pertanyaan, sehingga:

Nilai terendah: 1 x 3 = 3

Nilai tertinggi: 4 x 3 = 12

Setelah diketahui nilai tertinggi dan nilai terindah, maka

rentang indikator penilaian dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

12−3
Rentang = =2 , 25
4

Rentang = 2,25 dibulatkan menjadi 2,3

Maka, hasil perhitungan rentang tersebut dijabarkan sebagai berikut.

Tabel 5.12
Kategori Indikator Penilaian
Rentang Skor Kategori
3 – 5,3 Sangat Tidak Optimal
5,4 – 7,7 Tidak Optimal
7,8 – 10,1 Optimal
10,2 – 12,5 Sangat Optimal
Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Tabel 5.13
Tingkat Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah oleh
Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Kotawaringin Timur Berdasarkan Indikator Penilaian
119

Skor Jawaban Responden


No Item Pertanyaan
4 3 2 1
1. P16 16 60 - -
2. P17 8 60 4 -
3. P18 36 36 6 -
SUB TOTAL 60 156 10 -
TOTAL 226
MEDIAN 3
MEAN 9
KATEGORI OPTIMAL
Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Rumus Mean Per Indikator

Total skor jawaban responden per indikator


Mean =
Jumlah responden

226
Mean = =9 , 4
24

Mean = 9,4 dibulatkan menjadi 9

Rumus Median Per Indikator

Mean
Median =
Jumlah Pertanyaan per indikator

9
Median =
3

Median = 3

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.45, total skor jawaban

responden berjumlah 226, skor jawaban responden terbanyak pada

indikator penilaian dengan sub total 156, nilai tengah (median) dari

indikator ini adalah 3, nilai rata-rata (mean) dari indikator ini adalah

9, sehingga termasuk dalam kategori “Optimal” karena berada pada

rentang 7,8 – 10,1.

7. Analisis Indikator Pemindahtanganan


120

Indikator Penilaian terdiri atas 3 item pertanyaan, sehingga:

Nilai terendah: 1 x 3 = 3

Nilai tertinggi: 4 x 3 = 12

Setelah diketahui nilai tertinggi dan nilai terindah, maka

rentang indikator pemindahtanganan dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

12−3
Rentang = =2 , 25
4

Rentang = 2,25 dibulatkan menjadi 2,3

Maka, hasil perhitungan rentang tersebut dijabarkan sebagai

berikut.

Tabel 5.14
Kategori Indikator Pemindahtanganan
Rentang Skor Kategori
3 – 5,3 Sangat Tidak Optimal
5,4 – 7,7 Tidak Optimal
7,8 – 10,1 Optimal
10,2 – 12,5 Sangat Optimal
Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Tabel 5.15
Tingkat Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah oleh
Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Kotawaringin Timur Berdasarkan Indikator Pemindahtanganan
Skor Jawaban Responden
No Item Pertanyaan
4 3 2 1
1. P19 8 54 6 1
2. P20 16 45 4 3
3. P21 20 51 4 -
SUB TOTAL 44 150 14 4
TOTAL 212
MEDIAN 3
121

MEAN 9
KATEGORI OPTIMAL
Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Rumus Mean Per Indikator

Total skor jawaban responden per indikator


Mean =
Jumlah responden

212
Mean = =8 , 8
24

Mean = 8,8 dibulatkan menjadi 9

Rumus Median Per Indikator

Mean
Median =
Jumlah Pertanyaan per indikator

9
Median =
3

Median = 3

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.47, total skor jawaban

responden berjumlah 212, skor jawaban responden terbanyak pada

indikator pemindahtanganan dengan sub total 150, nilai tengah

(median) dari indikator ini adalah 3, nilai rata-rata (mean) dari

indikator ini adalah 9, sehingga termasuk dalam kategori “Optimal”

karena berada pada rentang 7,8 – 10,1.

8. Analisis Indikator Pemusnahan

Indikator Pemusnahan terdiri atas 3 item pertanyaan,

sehingga:

Nilai terendah: 1 x 3 = 3

Nilai tertinggi: 4 x 3 = 12
122

Setelah diketahui nilai tertinggi dan nilai terindah, maka

rentang indikator pemusnahan dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

12−3
Rentang = =2 , 25
4

Rentang = 2,25 dibulatkan menjadi 2,3

Maka, hasil perhitungan rentang tersebut dijabarkan sebagai berikut.

Tabel 5.16
Kategori Indikator Pemusnahan
Rentang Skor Kategori
3 – 5,3 Sangat Tidak Optimal
5,4 – 7,7 Tidak Optimal
7,8 – 10,1 Optimal
10,2 – 12,5 Sangat Optimal
Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Tabel 5.17
Tingkat Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah oleh
Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Kotawaringin Timur Berdasarkan Indikator Pemusnahan
Skor Jawaban Responden
No Item Pertanyaan
4 3 2 1
1. P22 8 60 4 -
2. P23 24 54 - -
3. P24 12 60 - 1
SUB TOTAL 48 174 4 1
TOTAL 227
MEDIAN 3,33
MEAN 10
KATEGORI OPTIMAL
Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Rumus Mean Per Indikator


123

Total skor jawaban responden per indikator


Mean =
Jumlah responden

227
Mean = =9 , 5
24

Mean = 9,5 dibulatkan menjadi 10

Rumus Median Per Indikator

Mean
Median =
Jumlah Pertanyaan per indikator

10
Median =
3

Median = 3,33

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.49, total skor jawaban

responden berjumlah 212, skor jawaban responden terbanyak pada

indikator pemindahtanganan dengan sub total 150, nilai tengah

(median) dari indikator ini adalah 3, nilai rata-rata (mean) dari

indikator ini adalah 9, sehingga termasuk dalam kategori “Optimal”

karena berada pada rentang 7,8 – 10,1.

9. Analisis Indikator Penghapusan

Indikator Penghapusan terdiri atas 3 item pertanyaan,

sehingga:

Nilai terendah: 1 x 3 = 3

Nilai tertinggi: 4 x 3 = 12

Setelah diketahui nilai tertinggi dan nilai terindah, maka

rentang indikator penghapusan dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut:
124

12−3
Rentang = =2 , 25
4

Rentang = 2,25 dibulatkan menjadi 2,3

Maka, hasil perhitungan rentang tersebut dijabarkan sebagai

berikut.

Tabel 5.18
Kategori Indikator Penghapusan
Rentang Skor Kategori
3 – 5,3 Sangat Tidak Optimal
5,4 – 7,7 Tidak Optimal
7,8 – 10,1 Optimal
10,2 – 12,5 Sangat Optimal
Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Tabel 5.19
Tingkat Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah oleh
Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Kotawaringin Timur Berdasarkan Indikator Penghapusan
Item Skor Jawaban Responden
No
Pertanyaan 4 3 2 1
1. P25 4 51 10 1
2. P26 4 63 2 1
3. P27 4 54 8 1
SUB TOTAL 12 168 20 3
TOTAL 203
MEDIAN 3
MEAN 9
KATEGORI OPTIMAL
Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Rumus Mean Per Indikator

Total skor jawaban responden per indikator


Mean =
Jumlah responden

203
Mean = =8 , 5
24

Mean = 8,5 dibulatkan menjadi 9

Rumus Median Per Indikator


125

Mean
Median =
Jumlah Pertanyaan per indikator

9
Median =
3

Median = 3

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.51, total skor jawaban

responden berjumlah 203, skor jawaban responden terbanyak pada

indikator pemindahtanganan dengan sub total 168, nilai tengah

(median) dari indikator ini adalah 3, nilai rata-rata (mean) dari

indikator ini adalah 9, sehingga termasuk dalam kategori “Optimal”

karena berada pada rentang 7,8 – 10,1.

10. Analisis Indikator Penatausahaan

Indikator Penatausahaan terdiri atas 3 item pertanyaan,

sehingga:

Nilai terendah: 1 x 3 = 3

Nilai tertinggi: 4 x 3 = 12

Setelah diketahui nilai tertinggi dan nilai terindah, maka

rentang indikator penatausahaan dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

12−3
Rentang = =2 , 25
4

Rentang = 2,25 dibulatkan menjadi 2,3

Maka, hasil perhitungan rentang tersebut dijabarkan sebagai berikut.

Tabel 5.20
Kategori Indikator Penatausahaan
Rentang Skor Kategori
126

3 – 5,3 Sangat Tidak Optimal


5,4 – 7,7 Tidak Optimal
7,8 – 10,1 Optimal
10,2 – 12,5 Sangat Optimal
Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Tabel 5.21
Tingkat Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah oleh
Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Kotawaringin Timur Berdasarkan Indikator Penatausahaan
Skor Jawaban Responden
No Item Pertanyaan
4 3 2 1
1. P28 24 48 4 -
2. P29 12 45 12 -
3. P30 24 48 4 -
SUB TOTAL 60 141 20
TOTAL 221
MEDIAN 3
MEAN 9
KATEGORI OPTIMAL
Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Rumus Mean Per Indikator

Total skor jawaban responden per indikator


Mean =
Jumlah responden

221
Mean = =9 , 2
24

Mean = 9,2 dibulatkan menjadi 9

Rumus Median Per Indikator

Mean
Median =
Jumlah Pertanyaan per indikator

9
Median =
3

Median = 3

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.53, total skor jawaban

responden berjumlah 221, skor jawaban responden terbanyak pada


127

indikator penatausahaan dengan sub total 141, nilai tengah (median)

dari indikator ini adalah 3, nilai rata-rata (mean) dari indikator ini

adalah 9, sehingga termasuk dalam kategori “Optimal” karena berada

pada rentang 7,8 – 10,1.

11. Analisis Indikator Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian

Indikator Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian terdiri

atas 3 item pertanyaan, sehingga:

Nilai terendah: 1 x 3 = 3

Nilai tertinggi: 4 x 3 = 12

Setelah diketahui nilai tertinggi dan nilai terindah, maka

rentang indikator pembinaan, pengawasan dan pengendalian dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut:

12−3
Rentang = =2 , 25
4

Rentang = 2,25 dibulatkan menjadi 2,3

Maka, hasil perhitungan rentang tersebut dijabarkan sebagai berikut.

Tabel 5.22
Kategori Indikator Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian
Rentang Skor Kategori
3 – 5,3 Sangat Tidak Optimal
5,4 – 7,7 Tidak Optimal
7,8 – 10,1 Optimal
10,2 – 12,5 Sangat Optimal
Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Tabel 5.23
Tingkat Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah oleh
Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Kotawaringin Timur Berdasarkan Indikator Pembinaan,
Pengawasan dan Pengendalian
No Item Skor Jawaban Responden
128

Pertanyaan 4 3 2 1
1. P31 8 54 8 -
2. P32 16 54 4 -
3. P33 16 57 2 -
SUB TOTAL 40 165 14 -
TOTAL 219
MEDIAN 3
MEAN 9
KATEGORI OPTIMAL
Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Rumus Mean Per Indikator

Total skor jawaban responden per indikator


Mean =
Jumlah responden

219
Mean = =9 , 1
24

Mean = 9,1 dibulatkan menjadi 9

Rumus Median Per Indikator

Mean
Median =
Jumlah Pertanyaan per indikator

9
Median =
3

Median = 3

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.55, total skor jawaban

responden berjumlah 219, skor jawaban responden terbanyak pada

indikator pembinaan, pengawasan dan pengendalian dengan sub total

165, nilai tengah (median) dari indikator ini adalah 3, nilai rata-rata

(mean) dari indikator ini adalah 9, sehingga termasuk dalam kategori

“Optimal” karena berada pada rentang 7,8 – 10,1.

17. Analisis Total Jawaban Keseluruhan

Jumlah total keseluruhan pernyataan dalam pernyataan dalam


129

penelitian ini adalah sebanyak 33 item, sehingga:

Nilai terendah: 1 x 33 = 33

Nilai tertinggi: 4 x 33 = 132

Setelah diketahui nilai tertinggi dan terendah, maka rentang untuk

indikator penelitian ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

132−33
Rentang = =24 ,75
4

Rentang = 24,75 dibulatkan menjadi 25

Maka, hasil perhitungan rentang tersebut dapat dijabarkan sebagai

berikut:

Tabel 5.23
Kategori dan Skor dari Analisis Seluruh Indikator
Rentang Skor Kategori
33 – 58 Sangat Tidak Optimal
59 – 84 Tidak Optimal
85 – 110 Optimal
111 – 136 Sangat Optimal
Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Tabel 5.24
Keseluruhan Total Pernyataan Berdasarkan Seluruh Indikator
No Indikator Total Skor
Perencanaan Kebutuhan dan
1. 9
Penganggaran
2. Pengadaan 9
3. Penggunaan 9
4. Pemanfaatan 9
5. Pengamanan dan Pemeliharaan 9
6. Penilaian 9
7. Pemindahtanganan 9
8. Pemusnahan 10
9. Penghapusan 9
10. Penatausahaan 9
Pembinaan, Pengawasan dan
11. 9
Pengendalian
JUMLAH 100
130

KATEGORI OPTIMAL
Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan hasil kuesioner yang dianalisis berdasarkan

keseluruhan total pernyataan dari seluruh indikator pada tabel 4.57, maka

diperoleh hasil yaitu 110. Sehingga disimpulkan bahwa tingkat

Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah oleh Badan Keuangan

dan Aset Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur termasuk dalam

kategori “Optimal” karena berada dalam rentang 85 – 110.

5.2 Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat optimalisasi

Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah oleh Badan Keuangan dan Aset Daerah

Kabupaten Kotawaringin Timur. Hasil penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil

penyebaran kuisioner/angket di lapangan secara langsung kepada pegawai

Badan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur yang

kemudian dianalisis menggunakan statistik sederhana, yaitu nilai tengah

(median) dan nilai rata-rata (mean). Adapun pembahasan dari hasil penelitian ini

sebagai berikut.

1. Tingkat Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah oleh Badan

Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten Kotawaringin Timur

dilihat dari Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran

Perencanaan kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rincian

kebutuhan barang milik daerah untuk menghubungkan pengadaan barang

yang sudah berlalu dengan kondisi saat ini sedang berjalan sebagai dasar

rencana atau tindakan di masa yang akan datang. Perencanaan kebutuhan


131

barang milik daerah dapat memperhatikan beberapa hal yaitu, ketersediaan

barang milik daerah, fungsi SKPD dan kebutuhan pelaksanaan tugas. Selain

itu, dalam penyusunan perencanaan kebutuhan barang milik daerah

dilakukan setiap tahun dalam menetapkan SKPD setelah rencana kerja

(Renja).

Pernyataan pertama dari indikator Perencanaan Kebutuhan dan

Penganggaran ini terkait bangunan milik daerah disediakan dengan baik. 16

responden menyatakan optimal dalam perencanaan kebutuhan dan

penganggaran terhadap pengelolaan aset pemerintah daerah, sedangkan 5

responden menyatakan sangat optimal pengelolaan yang dilakukan oleh

BKAD. Akan tetapi terdapat 3 responden lainnya menyatakan bahwa

pengelolaan aset milik pemerintah daerah tidak optimal dalam penyediaan

bangunan milik daerah dengan baik.

Pernyataan kedua, yaitu terkait SKPD telah melaksanakan fungsi

perencanaan dengan baik. Perencanaan yang baik dapat terlaksana ketika

SKPD juga melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik untuk

pengelolaan aset milik pemerintah daerah. Mayoritas responden dengan 14

suara menyatakan optimal terkait SKPD sudah menjalankan fungsinya

dengan baik. Sedangkan 6 responden lain menyatakan sangat optimal dan 4

responden lainnya SKPD dalam melaksanakan fungsi perencanaan tidak

optimal.

Pernyataan ketiga, yaitu tentang penganggaran aset gedung disusun

dalam rencana kerja yang jelas. Penganggran aset gedung ke dalam rencana
132

kerja yang jelas tentu saja mempengaruhi perencanan kebutuhan dan

penganggaran yang tidak efisien dalam memanfaatkan dana. 14 responden

menyatakan optimal dalam menganggarkan aset daerah ke dalam rencana

kerja yang jelas, sedangkan 7 suara lainnya menyatakan sangat optimal, akan

tetapi 3 responden menyatakan tidak optimal dalam menganggarkan aset

daerah berupa gedung ke dalam rencana kerja yang jelas.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta hasil analisis data

membuktikan bahwa indikator Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran

pada Pengelolaan Aset Milik Pemerintah Daerah Kabupaten Kotawaringin

Timur berada dalam kategori “Optimal” dengan pencapaian skor nilai rata-

rata (mean) 9.

2. Tingkat Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah oleh Badan

Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten Kotawaringin Timur

dilihat dari Pengadaan

Pengadaan merupakan indikator yang terdapat dalam pengelolaan

aset milik pemerintah daerah. Pengadaan dilakukan berdasarkan prinsip

akuntabel, efisien, efektif, adil, bersaing, terbuka serta transparan. Selain itu,

dalam pelaksanaan pengadaan barang milik daerah harus berpedoman sesuai

pada ketentuan peraturan perundang- undangan yang ada.

Pernyataan pertama dari indikator pengadaan ialah terkait prinsip

pengadaan barang/bangunan sebagai aset daerah, yaitu prinsip akuntabel. 17

responden menyatakan bahwa penerapan prinsip dalam pengadaan aset

daerah telah optimal, sedangkan 6 responden lainnya menyatakan bahwa


133

penerapan prinsip akuntabel sangat optimal. 1 responden memiliki pendapat

yang berbeda terkait penerapan prinsip akuntabel dalam pengadaan aset

daerah bahwa tidak optimal dalam pengelolaan aset daerah.

Pernyataan kedua dari indikator ini ialah mengenai pedoman yang

digunakan dalam pengadaan aset daerah ialah undang-undang yang ada.

Mayoritas reponden menyatakan sudah optimal, sedangkan 4 responden

lainnya menyatakan sangat optimal dalam pengadaan aset daerah

berpedoman dengan undang-undang yang ada dalam pengelolaan aset milik

daerah pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur.

Pernyataan kedua dari indikator pengadaan kembali terkait prinsip

yang dipakai dalam pelaksanaan pengadaan aset daerah, yaiti berprinsip

terbuka dan transparan. 17 responden menyatakan optimal dalam pengadaan

aset daerah secara terbuka dan transparan. 4 responden lainnya menyatakan

sangat optimal dalam menerapkan prinsip terbuka dan transparan dalam

pengadaan aset daerah sedangkan 3 responden lainnya menyatakan tidak

optimal.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta hasil analisis data

membuktikan bahwa indikator Pengadaan pada Pengelolaan Aset Milik

Pemerintah Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur berada dalam kategori

“Optimal” dengan pencapaian skor nilai rata-rata (mean) 9.

3. Tingkat Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah oleh Badan


134

Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten Kotawaringin Timur

dilihat dari Penggunaan

Penggunaan merupakan indikator yang terdapat dalam pengelolaan aset

pemerintah daerah. Terdapat beberapa skema dalam penggunaan barang atau

bangunan yang menjadi aset daerah, diantaranya ialah penetapan status

penggunaan aset daerah dilakukan dalam penyelenggaraan fungsi dan tugas

terhadap pengguna atau kuasa pengguna aset yang bersangkutan jika pengguna

tidak menyelenggarakan fungsinya, maka Gubernur/Walikota/Bupati akan

mencabut status penggunaan aset. Skema lainnya dari penggunaan ialah prinsip

pengalihan dan yang terakhir ialah skema penggunaan sementara barang milik

daerah.

Pernyataan pertama dari indikator penggunaan ialah gedung aset daerah

digunakan untuk meningkatkan PAD di Kabupaten Kotawaringin Timur. 17

responden atau mayoritas reponden menyatakan optimal terkait pengunaan aset

daerah untuk meningkatkan PAD, sedangkan 3 responden lain menyatakan

sangat optimal. Akan tetapi 7 responden menyatakan tidak optimal terkait

penggunaan aset daerah dalam meningkatkan PAD.

Pernyataan kedua dari indikator penggunaan ialah gedung milik daerah

digunakan oleh pihak yang ditunjuk pemerintah daerah Kabupaten Kotawaringin

Timur. Mayoritas responden dengan 21 suara menyatakan optimal terkait

penggunaan aset daerah oleh pihak yang telah ditunjuk oleh pemerintah daerah,

dan 3 responden lainnya menyatakan sangat optimal.

Pernyataan ketiga dari indikator penggunaan aset daerah dalam


135

pengelolaan aset daerah Kabupaten Kotawaringin Timur ialah menegnai

penunjukan pengguna aset gedung milik daerah berdasarkan transparansi dan

peningkatan penerimaan PAD. 17 responden menyatakan optimal dalam

menerapkan prinsip teransparansi dan terbuka dalam memnunjuk pihak

pengguna aset gedung daerah serta berdasarkan peningkatan penerimaan PAD.

Selain itu, 4 responden menyatakan sangat optimal, sedangkan 3 responden

lainnya menyatakan tidak optimal ketika pengelolaan aset daerah dalam

menerapkan prinsip terbuka dan transparan dalam penggunaan aset daerah.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta hasil analisis data

membuktikan bahwa indikator Penggunaan pada Pengelolaan Aset Milik

Pemerintah Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur berada dalam kategori

“Optimal” dengan pencapaian skor nilai rata-rata (mean) 9.

4. Tingkat Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah oleh Badan

Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten Kotawaringin Timur

dilihat dari Pemanfaatan

Pemanfaatan merupakan indikator dalam pengelolaan aset pemerintah

daerah. Pemanfaatan barang milik daerah dilakukan atas bahan dasar

pertimbangan teknis, yaitu dengan memperhatikan kepentingan umum dengan

kepentingan daerah. Dalam pelaksanaan pemanfaatan barang milik daerah akan

dikelola oleh pengelola barang atas persetujuan Gubernur/Walikota tanpa

diperlukan adanya persetujuan DPRD.

Pernyataan pertama dari indikator ini ialah pemanfaatan aset daerah

menggunakan konsep KSP (Kerjasama Pemanfaatan) gedung dengan piihak


136

swasta dilakukan untuk menekan biaya pemeliharaan gedung. 15 responden

menyatakan optimal terkait menggunakan konsep KSP untuk memanfaatkan aset

daerah serta menekan biaya pemeliharaan bangunan. 3 responden lain

menyatakan pemanfaatan aset daerah menggunakan konsep KSP untuk menekan

biaya pemeliharaan bangunan angat optimal. Akan tetapi, 5 responden lainnya

menyatakan masih tidak optimal dalam pemanfaatan kerjasama KSP dan 1

responden lainnya menyatakan sangat tidak optimal untuk menekan biaya

pemeliharaan banguanan dengan memanfaatkan KSP dengan pihak swasta.

Pernyataan kedua dari indikator pemanfaatan ialah pemerintah daerah

mendapatkan retribusi dari gedung yang dimanfaatkan oleh pihak lain. 18

responden menyatakan optimal dalam pemanfaatan aset daerah oleh pihak lain

pemerintah mendapatkan retribusi. 4 responden lain menyatakan sangat optimal,

sedangkan 2 responden lain menyatakan bahwa pemanfaatan aset daerah oleh

pihak lain membuat pemerintah memperoleh retribusi tidak optimal.

Pernyataan terakhir dari indikator ini ialah gedung yang digunakan oleh

pihak lain menggunakan konsep sewa. 15 responden menyatakan optimal dalam

pemanfaatan gedung milik daerah menggunakan konsep sewa, sedangkan 3

responden lain menyatakan sangat optimal. 4 responden lainnya menyatakan

bahwa konsep sewa dalam memanfaatkan gedung yang digunakan oleh pihak

lain sangat tidak optimal.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta hasil analisis data

membuktikan bahwa indikator Pemanfaatan pada Pengelolaan Aset Milik

Pemerintah Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur berada dalam kategori


137

“Optimal” dengan pencapaian skor nilai rata-rata (mean) 9.

5. Tingkat Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah oleh Badan

Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten Kotawaringin Timur

dilihat dari Pengamanan dan Pemeliharaan

Pengamanan dan Pemeliharaan wajib dilakukan baik oleh pemegang

kuasa, pengguna barang atau pengelola barang. Untuk melakukan pengamanan

barang milik daerah dapat terdiri dari 3 bagian yaitu, pengamanan hukum, fisik

dan administrasi. Sedangkan, pemeliharaan pada barang atau aset milik daerah

yang dilakukan oleh kuasa pengguna barang, pengguna atau pengelola barang.

Dalam pemeliharaan barang milik daerah pihak yang akan bertanggungjawab

adalah yang berada dalam penguasaannya.

Pernyataan pertama pada indikator pengamanan dan pemeliharaan dalam

pengelolaan aset milik daerah bahwa pengaman diserahkan sepenuhnya kepada

pihak pemegang kuasa gedung atau bangunan. 20 responden menyatakan

optimal dalam pengamanan bangunan kepada pihak pemegang kuasa

sepenuhnya sedangkan 4 responden lainnnya menyatakan sanagat optimal.

Pernyataan kedua dari indikator ini terkait pemeliharaan gedung

dilakukan berdasarkan prinsip prioritas. 20 responden menyatakan optimal

dalam menerapkan prinsip pripritas dalam pemeliharaan gedung. Pernyataan

optimal menjadi pernyataan mayoritas respon dalam pemeliharaan gedung milik

daerah sedangkan 3 responden lainnya menyatakan sangat optimal. 1 responden

menyatakan bahwa pemeliharaan gedung menggunakan prinsip prioritas tidak

optimal.
138

Pernyataan ketiga atau terakhir dari indikator ini ialah BKAD menekan

biaya pemeliharaan agar terjadi efisiensi anggaran. 21 responden menyatakan

optimal ketika BKAD menekan biaya pemeliharaan gedung untuk efisiensi

anggaran, sedangkan 2 responden lainnya menyatakan sangat optimal. 1

reponden menyatakan tidak optimal dalam mengefisiensikan anggaran dengan

melakukan penekanan terhadap baiaya pemeliharaan gedung dalam pengelolaan

aset daerah.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta hasil analisis data

membuktikan bahwa indikator Pengamanan dan Pemeliharaan pada Pengelolaan

Aset Milik Pemerintah Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur berada dalam

kategori “Optimal” dengan pencapaian skor nilai rata-rata (mean) 9.

6. Tingkat Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah oleh Badan

Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten Kotawaringin Timur

dilihat dari Penilaian

Penilaian merupakan bagian dari pengelolaan aset milik daerah.

Penilaian aset daerah melalui penyusunan neraca pemerintah daerah yang

dilakukan sesuai dengan pedoman Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP),

pemindahtanganan dalam bentuk hibah atau pemanfaatan dalam bentuk pinjam

pakai perlu adanya penilaian terhadap barang milik daerah.

Pernyataan pertama dari indikator penilaian ilaah gedung aset pemerintah

daerah dinilai menggunakan SAP (Standar Akuntansi Pemerintah). 20 responden

menyatakan optmal bahwa dalam pengelolaan aset daerah, penilain aset daerah

dilakukan dengan menggunakan SAP. 4 responden lainnya menyatakan sangat


139

optimal pengelolaan aset daerah menggunakan penilain aset daerah

menggunakan SAP.

Pernyataan kedua dari indikator ini mengenai penilaian kelayakan

gedung yang diajukan oleh OPD diupayakan tepat sasaran. 20 responden

menayatakan optimal. Sedangkan 2 responden lainnya menyatakan sanagat

optimal, akan tetapi 2 responden lain menyatakan tidak optimal ketika penilaian

kelayakan gedung yang diajukan OPD diupayakan tepat sasaran dalam

pengelolan aset daerah.

Pernyataan terakhir dari indikator ini ialah terkat pihak BKAD menolak

pengajuan pengadaan gedung yang tidak sesuai dengan peraturan dan

berdampak pada pembengkakan APBD. 12 responden menyatakan optimal

dalam pengelolaan aset daerah BKAD menolak pengajuan pengadaan gedung

yang tidak sesuai peraturan yang dapat memberikan dampak terhadap APBD. 9

responden lain menyatakan sangat optimal, sedangkan 2 responden lainnya

menyatakan tidak optimal.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta hasil analisis data

membuktikan bahwa indikator Penilaian pada Pengelolaan Aset Milik

Pemerintah Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur berada dalam kategori

“Optimal” dengan pencapaian skor nilai rata-rata (mean) 9.

7. Tingkat Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah oleh Badan

Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten Kotawaringin Timur

dilihat dari Pemindahtanganan

Pemindahtanganan dapat dilakukan apabila barang milik daerah dalam


140

penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah sudah tidak diperlukan lagi. Ada

beberapa bentuk pemindahtanganan barang milik daerah diantaranya meliputi,

penyertaan modal pemerintah daerah, tukar menukar, hibah dan penjualan.

Penilaian terhadap barang milik daerah akan dilakukan sebelum melakukan

pemindahtanganan, namun dikecualikan dalam bentuk hibah yang tidak

diperlukan penilaian terlebih dahulu.

Pernyataan pertama dari indikator ini terkait pemindahtanganan aset

gedung diupayakan melalui skema penjualan untuk menambah pemasukan kas

umum daerah. 2 responden menyatakan sangat optimal dan 18 responden

menyatakan optimal skema penjualan dalam pemindahtanganan aset daerah

untuk menambah kas daerah dalam pengelolaan aset daerah. 3 responden lain

menyatakan skema penjualan tidak optimal, sedangkan 1 reponden menyatakan

sangat tidak optimal skema tersebut untuk pemindahtanganan aset daerah.

Pernyataan kedua dari indikator ini ialah terkait penjualan aset berupa

gedung hanya dilakukan jika gedung tersebut sudah dinilai tidak layak untuk

operasional. 4 responden menyatakan sangat optimal penjualan aset yang tidak

layak operasional dalam pengelolaan aset daerah dan mayoritas responden, yaitu

15 reponden menyatakan optimal saja penjualan dilakukan untuk pengelolaan

aset daerah dengan menggunakan penilaian kelayakan. Sedangkan 2 responden

menyatakan tidak optimal dan 3 lainnya menayatakan sangat tidak optimal

mengelola aset daerah dengan menjual aset daerah yang telah dinilai tidak layak

operasional.

Pernyataan ketiga dari idnikator pemindahtanganan ialah berupa skema


141

hibah dengan nilai aset gedung 5 miliar rupiah melalui persetujuan Bupati. 17

responden menyatakan optimal penggunaan skema hibah untuk gedung yang

bernilai 5 miliar lebih membutuhkan persetujuan Bupati dalam pengelaolaan aset

daerah. 5 responden lain menyatakan sangat optimal, akan tetapi 2 responden

menyatakan bahwa skema hibah membutuhkan persetujuan untuk aset gedung

senilai 5 miliar tidak optmal.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta hasil analisis data

membuktikan bahwa indikator Pemindahtanganan pada Pengelolaan Aset Milik

Pemerintah Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur berada dalam kategori

“Optimal” dengan pencapaian skor nilai rata-rata (mean) 9.

8. Tingkat Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah oleh Badan

Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten Kotawaringin Timur

dilihat dari Pemusnahan

Pemusnahan dilakukan pada aset daerah yang tidak dapat dimanfatkan

atau dipindahtangankan serta terdapat beberapa peraturan yang menjadi alasan

pemusnahan. Pemusnahan aset daerah harus disetujui oleh Kepala Daerah.

Pemusnahan dilakukan dalam beberapa cara, yaitu dengan cara dihancurkan,

dibakar, ditenggelamkan, ditimbun, dan dengan cara lain yang sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pernyataan pertama dari indikator ini terkait pemusnahan aset daerah

hanya dilakukan jika tidak bisa dilakukan pemindahtanganan. 2 responden

menyatakan sangat optimal untuk melaksanakan pemusnahan aset daerah jika

tidak dapat dipindahtangankan dan 20 responden mayoritas menyatakan optimal


142

terhadap pelaksanaan pemusnahan jika tidak dapat dipindahtangankan lagi aset

milik daerah. Sedangkan 2 responden lainnya menyatakan tidak optimal

melakukan pemusnahan hanya karena tidak dapat dipindahtangankan.

Pernyataan kedua dari indikator pemusnahan ialah terkait aset daerah

yang dimusnahkan telah disetujui oleh pihak Bupati. 6 responden menyatakan

sangat optimal melaksanakan pemusnahan setelah mendapatkan persetujuan dari

Bupati da 20 responden lainnya menyatakan optimal.

Pernyataan terakhir dari indikator ini ialah berita acara pemusnahan aset

dilaporkan paling lama 1 bulan setelah pemusnahan aset. 20 responden

mayoritas menyatakan optimal dalam pemusnahaan aset berita acara harus

segara dilaporkan dengan kurun waktu paling 1 bulan setelah pemusnahan. 3

responden lainnya menyatakan sangat optimal untuk melaporkan berita acara 1

bulan setelah pemusnahan dalam pengelolaan aset daerah, sedangkan 1 reponden

menyatakan kurun waktu 1 bulan sangat tidak optimal dalam pengelolaan aset

daerah ketika pemusnahaan dilakukan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta hasil analisis data

membuktikan bahwa indikator Pemusnahan pada Pengelolaan Aset Milik

Pemerintah Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur berada dalam kategori

“Optimal” dengan pencapaian skor nilai rata-rata (mean) 10.

9. Tingkat Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah oleh Badan

Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten Kotawaringin Timur

dilihat dari Penghapusan

Pernyataan pertama dari indikator ini terkait penghapusan aset daerah


143

dari Daftar Barang Milik Daerah (DBMD) melalui keputusan pengadilan. 2 1

responden menyatakan sangat optimal pengahpusan aset dilakukan atas

keputusan pengadilan dan 17 responden lain menyatakan optimal. Sedangkan 5

responden lainnya menyatakan tidak optimal penghapusan aset atas keputusan

pengadilan dalam pengelolaan aset daerah dan 1 responden lainnya menyatakan

sangat tidak optimal.

Pernyataan kedua dari indikator ini terkait penghapusan dari Daftar

Barang Pengelola (DBP) dikarenakan aset tersebut sudah tidak dikelola pihak

manapun. 1 reponden menyatakan sangat optimal penghapusan aset daerah dari

DBP karena aset tidak dikelola oleh siapa pun dan 21 responden lainnya

menaytakan optimal penghapusan aset dari DBP ketika tidak ada lagi yang

mengelola dalam pengelolaan aset daerah. Sedangkan masing-masing 1

responden menyatakan tidak optimal dan sangat tidak optimal atas pernyataan

ini.

Pernyataan ketiga dari indikator ini ialah terkait aset gedung dihapus dari

Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP) agar aset tersebut tidak dikelola oleh

pihak manapun. 1 responden menyatakan sangat optimal atas pernyataan

tersebut dan 18 responden menyatakan optimal untuk penghapusan aset gedung

dari DBKP agar tidak dikelola oleh siapa pun. Sesnagkan masing-masing 4 dan

1 responden menyatakan tidak optimal dan sangat tidak optimal pengahapusan

aset dari DNKP agar tidak dikelola oleh siapa pun.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta hasil analisis data

membuktikan bahwa indikator Penghapusan pada Pengelolaan Aset Milik


144

Pemerintah Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur berada dalam kategori

“Optimal” dengan pencapaian skor nilai rata-rata (mean) 9.

10. Tingkat Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah oleh Badan

Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten Kotawaringin Timur

dilihat dari Penatausahaan

Penatausahaan aset daerah dilakukan dengan cara kodefikasi barang,

sehingga pengelola barang wajib mendaftarkan barang milik daerahnya serta

melakukan pencatatan atas barang milik daerah. Selain itu, barang milik daerah

yang berupa tanah dan/atau bangunan perlu dilakukan inventarisasi oleh

mengelola barang paling sedikit 1 kali dalam 5 tahun dan perlu penyusunan

laporan barang pengelola yang akan dijadikan sumber penyusunan neraca

pemerintah daerah dalam jangka waktu tahunan dan semesteran.

Pernyataan pertama dari indikator penatausahaan ialah terkait aset

gedung dilakukan kodefikasi untuk mempermudah penatausahaan aset. Masing-

masing 6 dan 16 responden menyatakan sangat optimal dan optimal terhadap

kodefikasi untuk mempermudah penatausahaan aset, sedangkan 2 responden

lainnya menyatakan tidak optimal kodefikasi pada aset gedung untuk

penatausahaan.

Pernyataan kedua dari indikator penatausahaan ialah gedung yang

dimiliki pemerintah daerah dilakukan inventarisasi 5 tahun sekali. 3 dan 15

responden masing-masing menyatakan sangat optimal dan optimal terkait

pernyataan inventarisasi dilakukan setiap 5 tahun skeali kepada aset gedung

milik pemerintah daerah, sedangkan 6 responden menyatakan tidak optimal


145

inventarisasi dilakukan 5 tahun sekali.

Pernyataan terakhir dari indikator ini ialah laporan inventarisasi gedung

dibuat oleh DPKD sebagai sumber penyusunan neraca. 16 responden

menyatakan optimal bahwa laporan inventarisasi gedung dibuat oleh DPKD dan

6 responden lainnya menyatakan sangat optimal. Sedangkan 2 responden

menyatakan tidak optimal sumber penyusunaan nerca dari laporan inventarisasi

gedung yang dibuat oleh DPKD.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta hasil analisis data

membuktikan bahwa indikator Penatausahaan pada Pengelolaan Aset Milik

Pemerintah Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur berada dalam kategori

“Optimal” dengan pencapaian skor nilai rata-rata (mean) 9.

11. Tingkat Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah oleh Badan

Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten Kotawaringin Timur

dilihat dari Pembinaan, Pengawasan dan Perlindungan

Pembinaan biasanaya dilakukan oleh Menteri dengan menurunkan

kebijakan sedangkan untuk pengendalian dan pengawasan dilakukan dengan

penguna barang melalui pemantauan dan penertiban terhadap pemanfaatan

barang milik daerah, penggunaan, penatausahaan, pemindahtanganan,

pengamanan barang milik daerah serta pemeliharaannya, yang dilakukan oleh

Unit Kerja SKPD dengan dibantu oleh aparat pengawasan intern pemerintahan

yang sesuai dengan peraturan. Selanjutnya pengelola barang melalui

pemantauan dan investigasi terhadap pemindahtanganan, pemanfaatan, dan

pelaksanaan penggunaan barang milik daerah digunakan agar penertiban dalam


146

penggunaan yang dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pernyataan pertama dari indikator ini penguna barang dipantau secara

langsung oleh unit DPKD agar aset gedung terawat dengan baik. 2 dan 18

responden masing-masing menyatakan sangat optimal dan optimal atas

pemantauan langsung oleh unit DPKD agar gedung terawat, sedangkan 4

responden lainnya menyatakan tidak optimal.

Pernyataan kedua terkait indikator ini ialah pemindahtanganan aset

gedung dilakukan dengan pengawasan agar bisa ditertibkan dengan baik. 4 dan

18 reponden masing-masing menyatakan sangat optimal dan optimal terkait

pemindahtangan gedung dengan pengawasan agar ditertibkan dengan baik.

Pernyataan terakhir dari indikator ini ialah terkait pengendalian pemanfaatan aset

gedung dilakukan oleh DPKD dengan merujuk pada Permendagri Nomor 19Tahun

2019. 4 dan 19 responden masing-masing menyatakan sangat optimal dan tidak

optimal terhadap pemanfaatan aset gedung oleh DPKD sesuai dengan permendagri,

sedangkan 1 responden lainnya menyatakan tidak optimal.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta hasil analisis data

membuktikan bahwa indikator Pembinaan, Pengawasan dan Perlindungan pada

Pengelolaan Aset Milik Pemerintah Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur berada

dalam kategori “Optimal” dengan pencapaian skor nilai rata-rata (mean) 9.


BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,

dapat disimpulkan bahwa Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah oleh Badan

Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur berada dalam

tingkat optimal. Kesemua 11 indikator yang telah diteliti, yaitu perencanaan

kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan,

pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, pemindahtanganan, pemusnahan,

penghapusan, penatausahaan, serta pembinaan, pengawasan, dan pengendalian,

semuanya berada dalam kategori “Optimal” dengan rentang nilai antara 7,8

hingga 10,1. Dengan demikian, rumusan masalah yang diajukan, yaitu

"Bagaimana Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah oleh Badan

Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur ?" dapat

dianggap telah terjawab dengan temuan bahwa pengelolaan aset pemerintah

daerah di Kabupaten Kotawaringin Timur telah mencapai tingkat optimal

berdasarkan 11 indikator yang telah dianalisis. Selanjutnya, kesimpulan

penelitian ini juga menunjukkan bahwa hasil penelitian mendukung hipotesis

pertama (Ha) yang menyatakan bahwa terdapat optimalisasi pada pengelolaan

aset daerah di Kotawaringin Timur, sementara hipotesis kedua (Ho) yang

menyatakan bahwa tidak ada optimalisasi telah ditolak berdasarkan temuan-

temuan yang ada dalam penelitian.

143
144

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan bahwa pengelolaan aset pemerintah daerah di

Kabupaten Kotawaringin Timur telah mencapai tingkat optimal, terdapat

sejumlah saran yang dapat membantu Badan Keuangan dan Aset Daerah

(BKAD) untuk mencapai tingkat "sangat optimal" dalam pengelolaan aset:

Pertama, BKAD dapat memfasilitasi kerja sama yang lebih erat antara

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam pengelolaan aset, termasuk

berbagi pengetahuan dan pengalaman terbaik dalam manajemen aset serta

bekerja sama dalam pengadaan, penggunaan, pemeliharaan, dan penilaian aset.

Kedua, penting untuk melakukan audit dan evaluasi berkala terhadap seluruh

proses pengelolaan aset guna mengidentifikasi potensi perbaikan. Ini mencakup

pengkajian efisiensi dan efektivitas kebijakan serta prosedur yang telah ada.
DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Budiardjo, Miriam. 2021. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Penerbit Gramedia


Pustaka Utama.
Charmaz, K. 2014. Constructing Grounded Theory. Sage Publications.
Cholisin., dkk. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta: UNY Press.
Cialdini, R. B.. 2006. Influence: The Psychology of Persuasion. Harper Business.
Coleman, J. S.. 1990. Foundations of social theory. Cambridge: Harvard University
Press.
Corbin, J., & Strauss, A. 2008. Basics of Qualitative Research: Techniques and
Procedures for Developing Grounded Theory. Sage Publications.
Creswell, J. W., & Poth, C. N. 2017. Qualitative Inquiry and Research Design:
Choosing Among Five Approaches. Sage Publications.
Gramsci, A.. 1992. Prison Notebooks (J. A. Buttigieg, Terjemahan). New York:
Columbia University Press.
Kholifah, Siti, I Wayan Suyadnya. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif; Berbagi
Pengalaman dari Lapangan. Depok: PT. Raja Grafindo Persada.
Labolo, Muhadam. 2014. Memahami Ilmu Pemerintahan. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.
Miles, M. B., Huberman, A. M., & Saldaña, J. 2020. Qualitative Data Analysis: A
Methods Sourcebook. Sage Publications.
Sari, DC., Siregar, RT., Silalahi, M., Butarbutar, M., Silitonga, HP., Alam, HV., Abidin,
AZ., Falimu, dan Rahmat. A. 2020. Manajemen Pemerintahan. Kota
Gorontalo: Ideas Publishing.
Subandi. 2014. Ekonomi Pembangunan. Bandung: Alfabeta.
Sugiama, G. 2013. Manajemen Aset Pariwisata. Bandung: Guardaya Intimarta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif.Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

Jurnal Ilmiah:

Fahlevi, H., dan Ananta, MR. 2015. Analisis Efisiensi dan Efektifitas Anggaran Belanja
Langsung - Studi pada SKPD di Pemerintah Kota Banda Aceh. Jurnal Ilmiah
Administrasi Publik (JIAP), 1 (2): 37-44
Ibrahim, F., dan Ridwan, R. (2020). Optimalisasi Pemanfaatan Aset Tanah Dan
Bangunan Milik Pemerintah Kota Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Ekonomi Akuntansi, 5(4): 571–577
Listiani., dan Agustin, H. 2022. Pengaruh Inventarisasi, Kompetensi Aparatur, dan
Pengendalian Internal terhadap Optimalisasi Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Jurnal Eksplorasi Akuntansi (JEA), 4 (4): 861-882
Nurdin, AHM. 2018. Menuju Pemerintahan Terbuka (Open Government) Melalui
Penerapan E-Government. Jurnal MP (Manajemen Pemerintahan), 5 (1): 1-17
Olfah, ST. 2018. Tinjauan Efisiensi Anggaran dalam Penganggaran Berbasis Kinerja

145
146

Pada Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga (Studi Pada Satuan Kerja di


Lingkungan Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Tahun Anggaran 2011
Sampai 2015). Jurnal Akurasi : Jurnal Anggaran dan Keuangan Negara
Indonesia, 2 (1): 70-88.
Periansya, Azmi, F., dan Sari, Y. 2022. Manajemen Barang Milik daerah dan
Optimalisasi Pengelolaan Aset Provinsi X. Jurnal Akuntansi, 32 (10): 3081-
3097
Rusdia, U. 2019. Manajemen Pemerintahan Daerah Menuju Indonesia Baru. Jurnal
Jisipol Ilmu Pemerintahan Universitas Bale Bandung, 3(3): 32-42
Sanjaya, N., dan Jumanah. 2018. Strategi Peningkatan PAD Melalui Optimalisasi
Pemanfaatan Barang Milik Daerah (BMD) Pada Pemerintah Daerah Provinsi
Banten Tahun Anggaran 2018. Journal of Indonesian Public Administration
and Governance Studies (JIPAGS), 2 (2): 391-411
Sitompul, SS., Wasistiono, S., dan Simangunsong, S. 2021. Manajemen Strategis
Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan Aset Tanah dan Bangunan Kabupaten
Kotawaringin Timur Provinsi Kalimantan Tengah. Jurnal Visioner, 13 (3):
607–620
Tana, Y., dan Boro, VIA. 2020. Optimalisasi Pemanfaatan Aset Tetap (Tanah) Milik
Provinsi Nusa Tenggara Timur di Wilayah Kota Kupang dalam Meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun 2014-2016 (Studi Pada Badan
Pendapatan, Pengelolaan, Keuangan dan Aset Daerah (BPPKAD) Provinsi
Nusa Tenggara Timur). Warta Governare : Jurnal Ilmu Pemerintahan, 1 (1):
44-58

Skripsi:

Pamungkas, R. A. T. 2019. Optimalisasi Peran Badan Pendapatan Daerah dalam


Pemungutan Pajak Daerah untuk Memperbesar Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Mojokerto. Skripsi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang
Rahman, AK. 2020. Analisis Pengelolaan Barang Milik Daerah Pada Kantor Badan
Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Provinsi Riau. Skripsi. Pekanbaru:
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Perundang-undangan:

Permendagri No. 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah. Tekhnis Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 23 Tahun 2014. Tentang Pemerintahan
Daerah.

Website:
147

https://beritakalteng.com/2021/01/15/aset-pemkab-kotim-ditemukan-terbengkalai/
https://sampit.prokal.co/read/news/8391-aset-daerah-terbengkalai-disorot.html
https://www.infoindonesia.id/read/2022/03/17/14154/Kelola-Aset-Daerah-untuk-
Tingkatkan-PAD
https://kalteng.antaranews.com/berita/438084/apbd-kotim-2021-diperkirakan-defisit-
rp782-miliar
https://sampit.prokal.co/read/news/8391-aset-daerah-terbengkalai-disorot.html
148

LAMPIRAN
149

Lampiran 1. Angket Penelitian

Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah oleh Badan Pengelola


Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur
Kepada
Yth. Saudara/i Responden
di tempat

Assalamualaikum Wr. Wb.


Salam Hormat,
Perkenalkan saya Muhammad Fariz, Mahasiswa Program Studi Ilmu
Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lambung
Mangkurat yang sedang melakukan penelitian tugas akhir. Mohon kesediaan
Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner yang terlampir dengan jujur dan sesuai apa adanya.
Informasi dari kuesioner ini bersifat tertutup dan hanya dipergunakan untuk kepentingan
akademis. Atas kesediaan dan partisipasinya dalam meluangkan waktu mengisi
kuesioner, saya ucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Muhammad Fariz
PERHATIAN
1. Tujuan dalam pengisian angket ini adalah untuk memperoleh gambaran secara
objektif dalam penelitian skripsi mengenai Optimalisasi Pengelolaan Aset
Pemerintah Daerah oleh Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Kotawaringin Timur.
2. Kuesioner ini tidak berhubungan dengan pajak ataupun politik.
3. Berilah tanda checklist () pada jawaban yang anda pilih.
4. Alternatif jawaban yang tersedia:
Skor 1 : Sangat tidak optimal
Skor 2 : Tidak optimal
Skor 3 : Optimal
150

Skor 4 : Sangat optimal

A. Data Diri Responden


1. Nama : ............................................
2. Jenis Kelamin : (1) Laki-laki (2) Perempuan
3. Usia : ...................................Tahun
4. Jabatan : .............................................
5. Lama Menjabat : ..................................(tahun)
B. Daftar Angket
Jawaban
No. Pernyataan 1 2 3 4
Perencanaan kebutuhan dan penganggaran
1 Bangunan milik daerah disediakan dengan baik
2 SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah)
melaksanakan fungsi perencanaan dengan
baik
3 Penganggaran aset gedung disusun melalui
rencana kerja yang jelas
Pengadaan
1 Pengadaan gedung sebagai aset daerah
dilakukan dengan akuntabel
2 Pengadaan gedung berpedoman pada undang-
undang yang ada
3 Pengadaan gedung dilakukan secara terbuka
dan transparan
Penggunaan
1 Gedung aset daerah digunakan untuk meningkatkan
PAD di Kabupaten Kotawaringin Timur
2 Gedung milik daerah digunakan oleh pihak
yang ditunjuk pemerintah daerah Kabupaten
Kotawaringin Timur
3 Penunjukan pengguna aset gedung milik
daerah berdasarkan transparansi dan
peningkatan
penerimaan PAD
Pemanfaatan
1 Pemanfaatan melalui konsep KSP (Kerjasama
Pemanfaatan) gedung dengan pihak swasta
dilakukan untuk menekan biaya pemeliharaan
gedung
2 Pemerintah daerah akan memperoleh retribusi dari
151

gedung yang dimanfaatkan oleh pihak lain


3 Gedung yang digunakan oleh pihak lain
menggunakan konsep sewa

Jawaban
No. Pernyataan 1 2 3 4
Pengamanan dan pemeliharaan
1 Pengamanan gedung sepenuhnya diserahkan
kepada pihak pemegang kuasa gedung
2 Pemeliharaan gedung dilakukan berdasarkan
prinsip prioritas
3 BPKD menekan biaya pemeliharaan agar terjadi
efisiensi anggaran
Penilaian
1 Gedung aset pemerintah daerah dinilai
menggunakan SAP (Standar Akuntansi Pemerintah)
2 Penilaian kelayakan gedung yang diajukan oleh
OPD diupayakan tepat sasaran
3 Pihak BPKD menolak pengajuan pengadaan
gedung yang tidak sesuai dengan peraturan dan
berdampak pada pembengkakan APBD
Pemindahtanganan
1 Pemindahtanganan aset gedung diupayakan melalui
skema penjualan untuk sebagai tambahan masukan
kas umum daerah
2 Penjualan aset berupa gedung hanya dilakukan jika
gedung tersebut sudah dinilai tidak layak untuk
operasional
3 Skema hibah dengan nilai aset gedung 5 milyar
rupiah melalui persetujuan bupati
Pemusnahan
1 Pemusnahan aset daerah hanya dilakukan jika tidak
bisa dilakukan pemindahtanganan
2 Aset yang dimusnahkan telah disetujui oleh pihak
bupati
3 Berita acara pemusnahan aset dilaporkan paling
lama 1 bulan setelah pemusnahan aset
Penghapusan
1 Penghapusan aset dari Daftar Barang Milik Daerah
(DBMD) melalui keputusan pengadilan
2 Penghapusan dari daftar Barang Pengelola (DBP)
dikarenakan aset tersebut sudah tidak dikelola pihak
manapun
152

3 Aset gedung dihapus dari Daftar Barang Kuasa


Pengguna (DBKP) agar aset tersebut segera bisa
disewakan kepada pihak lain

Penatausahaan
Jawaban
No. Pernyataan 1 2 3 4
1 Aset gedung dilakukan kodifikasi untuk
mempermudah penatausahaan aset
2 Gedung yang dimiliki pemerintah daerah dilakukan
inventarisasi 5 tahun sekali
3 Laporan inventarisasi gedung dibuat oleh DPKD
sebagai sumber penyusunan neraca
Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian
1 Pengguna barang dipantau secara langsung oleh
unit DPKD agar aset gedung terawat dengan baik
2 Pemindahtanganan aset gedung dilakukan dengan
pengawasan agar bisa ditertibkan dengan baik
3 Pengendalian pemanfaatan aset gedung dilakukan
oleh DPKD dengan merujuk pada Permendagri
nomor 19 tahun 2019
153

Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian

Ruang Kepala BKAD Kotawaringin Timur


154

Gedung BKAD Kotawaringin Timur

Diskusi dan Observasi Bersama Kepala Bidang dan Kepala Instansi


155

Diskusi tentang Kuisioner yang akan dibagi

Foto bersama Ibu ra. PORAKTINA IKE HERITHA Selaku Kepala Badan
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
156

Ruangan Badan Pendapatan Daerah Kotawaringin Timur


157

Foto Bersama Bapak Bachtiar, S.H Selaku Kepala Sub Bidang Pengembangan
Dan Pengkajian Badan Pendapatan Daerah Kotawaringin Timur
158

Lampiran 3. Rekapitulasi Angket Berdasarkan Pernyataan


159
160
161

Lampiran 4. Skor Angket Penelitian

Anda mungkin juga menyukai