Anda di halaman 1dari 7

JALADRI (Vol. 7.

1) (2021)
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah
http://jurnal.upmk.ac.id/index.php/jaladri/

DEMENSIA SEBAGAI GANGGUAN BERPIKIR


PADA GANGGUAN BERBAHASA

Ratnawati
ratnawati@upmk.ac.id

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah


STKIP Muhammadiyah Kuningan

Info Artikel Abstrak

Sejarah Artikel: Demensia, termasuk penyakit Alzheimer yang


Diterima 02 Oktober 2019 mempengaruhi daya ingat, berpikir, berperilaku dan emosi sehingga
Disetujui 10 April 2021 demensia merupakan salah satu tantangan isu kesehatan masyarakat
Dipublikasikan 25 April 2021 global terbesar. Dalam artikel ini penulis akan lebih membahas
mengenai salah satu gangguan berbahasa yang disebabkan dari
faktor medis yang lebih tepatnya yaitu akan membahas tentang
demensia sebagai gangguan berpikir pada pembelajaran
psikolinguistik dan pemerolehan bahasa. Sesuai dengan gangguan
Kata Kunci: berbahasa yang disampaikan menurut Sidharta, 1984 (dalam buku
Abdul Chaer, 148 : 2002) dikemukakannya bahwa secara medis
Demensia, gangguan bahasa dibedakan atas tiga golongan, yakni gangguan
Gangguan berbicara, gangguan bebahasa dan gangguan berpikir. Penyebab
Berbahasa, demensia ini antara lain karena terganggunya fungsi otak dalam
Alzheimer. jumlah besar, termasuk menurunnya jumlah-jumlah zat-zat kimia
dalam otak. Biasanya volume otak akan mengecil atau menyusut,
sehingga rongga-rongga dalam otak melebar. Selain itu dapat
disebabkan oleh penyakit seperti stroke, tumor otak, depresi, dan
gangguan sistematik. Demensia yang disebabkan oleh depresi dan
gangguan sistematik dapat pulih kembali, tetapi banyak kondisi
lainnya tidak dapat kembali ke kondisi sebelumnya.

58
Abstrack

Dementia is an Alzheimer's disease that affects memory, thinking,


behavior and emotion. dementia is one of the challenges the largest
global public health issue. In this article the author will further
Key Words: discuss about one language disorders resulting from medical
factors more precisely is going to discuss about dementia as
Dementia,
disorders of learning to think in psycholinguistics and language
Language
acquisition. In accordance with language disorders presented by
Disorders,
Sidhartha, 1984 (in the book Abdul Chaer, 148: 2002) put forward
Alzheimer's
that the language disorder is medically divided into three groups,
ie, impaired speech, and impaired thinking of language disorders.
The cause of dementia among others due to disruption of brain
function in large numbers, including decreasing the amounts of
chemicals in the brain. Normally, the brain volume will be wane or
shrink, so that the cavities in the brain dilate. Moreover, it can be
caused by diseases such as stroke, brain tumors, depression, and
systematic disorders. Dementia caused by depression and
systematic disorders can recover, but many other conditions can not
return to their previous state.

59
PENDAHULUAN yang tidak selayaknya dengan apa yang terdapat
pada lingkungan manusia seperti tersisih atau
Orang pada umumnya tidak merasakan
terisolasi dari lingkungan kehidupan masyarakat
bahwa menggunakan bahasa merupakan suatu
manusia yang sewajarnya. Dalam artikel ini
keterampilan yang luar biasa rumitnya. Pada
penulis akan lebih membahas mengenai salah satu
awalnya pemakaian bahasa terasa lumrah karena
gangguan berbahasa yang disebabkan dari faktor
memang tanpa diajari oleh siapapun seorang bayi
medis yang lebih tepatnya yaitu akan membahas
akan tumbuh bersamaan dengan pertumbuhan
tentang demensia sebagai gangguan berpikir pada
bahasanya. Dari umur satu sampai satu setengah
pembelajaran psikolinguistik dan pemerolehan
tahun seorang bayi mulai mengeluarkan bentuk-
bahasa. Sesuai dengan gangguan berbahasa yang
bentuk bahasa yang telah kita identifikasikan
disampaikan menurut Sidharta, 1984 (dalam buku
sebagai kata. Ujaran satu kata itu tumbuh menjadi
Abdul Chaer, 148 : 2002) dikemukakannya bahwa
dua kata, tiga kata, empat kata, lima kata dan
secara medis gangguan bahasa dibedakan atas tiga
seterunya yang pada akhirnya menjadi kalimat
golongan, yakni gangguan berbicara, gangguan
yang kompleks menjelang umur empat atau lima
bebahasa dan gangguan berpikir.
tahun, anak-anak, remaja, dewasa dan sampai
Berpikir merupakan suatu proses untuk
lanjut usia manusia tersebut akan semakin
memanipulasi data, fakta, dan informasi untuk
berpikir keras dalam memperoleh bahasa,
membuat keputusan berperilaku. Jangkauan
memproduksi bahasa dan mengembangkan
pikiran dimulai dengan sebuah lamunan biasa,
bahasa. Sehingga, proses berbahasa tersebut akan
lalu dilanjutkan dengan pemecahan masalah yang
mempengaruhi daya ingat dan pikiran setiap
kreatif. Berpikir melibatkan informasi yang
manusia dalam kehidupan sehari-harinya melalui
diperoleh melalui panca indra dan diproses oleh
suatu proses pemerolehan dan penerimaan bahasa
otak dalam bentuk konsep-konsep yang akan
yang digunakan dan bahasa yang diperolehnya
dikirimkan oleh neuron-neuron dalam bentuk
dalam kehidupan sehari-hari sebagai alat untuk
percikan listrik ke wearnicke untuk disusun dalam
melangsungkan komunikasi.
bentuk kata-kata dan dikelola atau dikeluarkan
Proses berbahasa tersebut dimulai dari
secara verbal oleh broka. Adapun proses berpikir
beberapa enkode, seperti enkode semantik,
itu meliputi proses pertimbangan (judgement),
enkode gramatika, dan enkode fonologi. Enkode
pemahaman (comprehension), ingatan serta
semantik dan enkode gramatika tersebut bekerja
penalaran (reasoning). Proses berpikir yang
langsung dalam otak, sedangkan enkode fonologi
normal m e n g a n d u n g a r u s i d e a , s i m b o l
mulai bekerja dari otak (neoromiskuler) yang
dan asosiasi yang terarah kepada
memiliki fungsi untuk menyalurkan proses
t u j u a n d a n y a n g dibangkitkan oleh
berbicara dari otot tenggorokan, otot lidah, otot
suatu masalah atau tugas dan yang
bibir, mulut, langit-langit, rongga hidung, pita
menghantarkan kepada suatu penyelesaian
suara, dan paru-paru. Oleh sebab itu dapat
yang berorientasi kepada kenyataan. Berbagai
dikatakan bahwa berbahasa adalah proses
macam faktor yang mempengaruhi proses
mengeluarkan pikiran dan perasaan (dari otak)
berpikir sehingga menyebabkan pikiran terganggu
secara lisan, dalam bentuk kata-kata atau kalimat-
dan menjadikan gangguan berpikir terbagi ke
kalimat untuk berkomunikasi. Manusia yang
dalam beberapa bagian yang salah satunya adalah
normal fungsi otak dan alat bicaranya, tentu dapat
demensia.
berbahasa dengan baik. Namun mereka yang
Demensia adalah sindroma klinis yang
memiliki kelainan fungsi otak dan alat bicaranya,
meliputi hilangnya fungsi intelektual dan memori
tentu mempuyai kesulitan dalam berbahasa, baik
yang sedemikian berat sehingga menyebabkan
produktif maupun reseptif yang mengakibatkan
disfungsi hidup sehari-hari. Demensia juga
kemampuan berbahasanya terganggu.
merupakan keadaan ketika seseorang mengalami
Gangguan berbahasa tersebut secara garis
penurunan daya ingat dan daya pikir lain yang
besar dapat terbagi ke dalam dua bagian, yakni
secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan
gangguan akibat faktor medis dan akibat faktor
sehari- hari (Nugroho, 2008). Penderita demensia
lingkungan sosial. Faktor medis adalah suatu
menunjukan banyak sekali gangguan seperti
gangguan berbahasa, yang dapat dilihat dari
agnosia, apraksia, amnesia, perubahan
kelainan fungsi otak maupun akibat kelainan alat-
kepribadian, perubahan perilaku, dan kemunduran
alat bicara. Sedangkan yang dimaksud faktor
dalam segala macam fungsi intelktual. Semua
lingkungan sosial adalah lingkungan kehidupan
gangguan tersebut menyebabkan kurangnya
yang tidak alamiah manusia, ataupun lingkungan
berpikir, sehingga ekpresi verbalnya diwarnai

60
dengan kesukaran menemukan kata-kata yang waktu dimana fungsi mental yang sebelumnya
tepat. Pemakaian kalimatnya sering kali diulang- telah dicapai secara bertahap akan hilang atau
ulang. Apa yang telah dikatakan sebelumnya menurun sesuai dengan derajat yang diderita.
selalu diulang kembali. Pembicaraan pun sering Perjalanan penyakit demensia biasanya
terputus karena pembicaraan tidak teringat atau dimulai secara perlahan dan makin lama makin
tidak diketahui lagi, sehingga berpindah ke topik parah, sehingga keadaan ini pada mulanya tidak
lain. disadari oleh penderita penyakit yang satu ini.
Terjadi penurunan dalam ingatan, kemampuan
HASIL DAN PEMBAHASAN untuk mengingat waktu dan kemampuan untuk
mengenali orang, tempat dan benda. Penderita
A. DEFINISI DEMENSIA memiliki kesulitan dalam menemukan dan
Menurut Sampson, et. al., (2004) Demensia menggunakan kata yang tepat dan dalam
adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya pemikiran abstrak (misalnya dalam pemakaian
fungsi intelektual dan memori yang sedemikian angka). Sering terjadi perubahan kepribadian dan
berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup gangguan perilaku.
sehari-hari. Demensia dapat diartikan juga Gejala awal pada penderita demensia
sebagai suatu kondisi klinis yang ditandai oleh biasanya yang dirasakan adalah lupa akan
kemerosotan daya ingat, intelektualitas dan peristiwa yang baru saja terjadi tetapi bisa juga
emosional. Sehingga mengakibatkan bermula sebagai depresi, ketakutan, kecemasan,
ketidakmampuan melakukan kegiatan sehari-hari penurunan emosi atau perubahan kepribadian
secara normal. Pada dasarnya demensia bukanlah lainnya. Terjadi perubahan ringan dalam pola
suatu penyakit yang spesifik, tetapi demensia berbicara sehingga penderita menggunakan kata-
merupakan istilah yang digunakan untuk kata yang lebih sederhana, menggunakan kata-
mendeskripsikan kumpulan gejala yang bisa kata yang tidak tepat atau tidak mampu
disebabkan oleh berbagai kelainan yang menemukan kata-kata yang tepat.
mempengaruhi otak. Seorang penderita demensia Ketidakmampuan mengartikan tanda-tanda bisa
memiliki fungsi intelektual yang terganggu dan menimbulkan kesulitan dalam mengemudikan
menyebabkan gangguan dalam aktivitas sehari- kendaraan. Pada akhirnya penderita tidak dapat
hari maupun hubungan dengan orang sekitarnya. menjalankan fungsi sosialnya.
Penderita demensia pada umumnya juga akan Beberapa penderita bisa saja
merasakan kehilangan kemampuan untuk menyembunyikan kekurangan mereka dengan
memecahkan suatu masalah, mengontrol emosi, baik. Mereka menghindari aktivitas yang rumit
dan bahkan bisa mengalami perubahan (misalnya membaca atau bekerja). Penderita yang
kepribadian serta mengalami perubahan masalah tidak berhasil merubah hidupnya bisa mengalami
tingkah laku seperti mudah marah dan frustasi karena ketidak mampuannya melakukan
berhalusinasi. Seseorang yang akan di diagnosa tugas sehari-hari. Penderita lupa untuk melakukan
demensia itu, bila dua atau lebih fungsi otak, tugasnya yang penting atau salah dalam
seperti ingatan dan keterampilan berbahasa, melakukan tugasnya.
menurun secara signifikan tanpa disertai dengan Demensia ini pada umumnya cukup sering
penurunan kesadaran. dijumpai pada lansia, menimpa sekitar 16%
Demensia merupakan suatu gangguan kelompok usia di atas 65 tahun dan 32-50%
intelektual / daya ingat yang umumnya progresif kelompok usia di atas 85 tahun. Pada sekitar 10-
dan irreversible. Biasanya ini sering terjadi pada 20% kasus demensia bersifat reversibel atau dapat
orang usia di atas 65 tahun. Di Indonesia sering diobati. Yang paling sering menyebabkan
menganggap bahwa demensia ini merupakan demensia adalah penyakit Alzheimer. Penyebab
gejala normal pada setiap orang tua. Namun penyakit Alzheimer tidak diketahui, tetapi diduga
kenyataannya itu merupakan suatu anggapan yang melibatkan faktor genetik, karena penyakit ini
salah. Anggapan ini harus dihilangkan dari tampaknya ditemukan dalam beberapa keluarga
pandangan masyarakat kita yang salah. Faktor dan disebabkan atau dipengaruhi oleh beberapa
resiko yang sering menyebabkan lanjut usia kelainan gen tertentu. Pada penyakit Alzheimer,
terkena demensia adalah: usia, riwayat keluarga, beberapa bagian otak mengalami kemunduran,
jenis kelamin perempuan. sehingga terjadi kerusakan sel dan berkurangnya
Demensia harus bisa kita bedakan dengan respon terhadap bahan kimia yang menyalurkan
gangguan mental, gangguan daya ingat atau sinyal di dalam otak. Di dalam otak ditemukan
intelektual yang akan terjadi dengan berjalannya jaringan abnormal (disebut plak senilis dan

61
serabut saraf yang tidak beraturan) dan protein Meski penyebab pasti penyakit ini belum
abnormal, yang bisa terlihat pada otopsi. diketahui, para ahli percaya bahwa penyakit
Demensia Lewy Body sangat menyerupai penyakit Alzheimer pada umumnya terjadi akibat
Alzheimer, tetapi memiliki perbedaan dalam meningkatnya produksi protein dan khususnya
perubahan mikroskopik yang terjadi di dalam penumpukan protein beta-amyloid di dalam otak
otak. yang menyebabkan kematian sel saraf. Ada
beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko
B. DEMENSIA TIPE ALZHEIMER seseorang terkena penyakit Alzheimer, di
Menurut Brunner & Suddart, Alzheimer antaranya adalah pertambahan usia, cidera parah
merupakan penyakit kronik, progresif, dan di kepala, riwayat kesehatan keluarga atau
merupakan gangguan degeneratif otak dan genetika, dan gaya hidup.
diketahui mempengaruhi memori, kognitif dan Penyakit Alzheimer rentan diidap oleh
kemampuan untuk merawat diri. Alzheimer orang-orang yang telah berusia di atas 65 tahun
merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dan sebanyak 16 persen diidap oleh mereka yang
dengan penurunan daya ingat, intelektual, dan usianya di atas 80 tahun. Meski begitu, penyakit
kepribadian. Tidak dapat disembuhkan, dan yang menjangkiti lebih banyak wanita ketimbang
pengobatannya ditujukan untuk menghentikan laki-laki ini juga dapat dialami oleh orang-orang
progresivitas penyakit serta meningkatkan yang berusia antara 40 hingga 65 tahun.
kemandirian penderita. Sedangkan (Dr. Sofi Diperkirakan sebanyak 5 persen penderita
Kumala Dewi, dkk, 2008) berpendapat bahwa Alzheimer terjadi pada kisaran usia tersebut.
Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan
menimbulkan kelumpuhan, yang terutama C. Diagnosis dan pengobatan penyakit
menyerang orang berusia 65 tahun keatas Alzheimer
(patofisiologi : konsep klinis proses- proses Penderita Alzheimer umumnya hidup
penyakit, juga merupakan penyakit dengan sekitar delapan hingga sepuluh tahun setelah
gangguan degeneratif yang mengenai sel-sel otak gejala muncul, namun ada juga beberapa
dan menyebabkan gangguan fungsi intelektual, penderita lainnya yang bisa hidup lebih lama dari
penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan itu. Meski penyakit Alzheimer belum ada
menurut dokumen terjadi pada orang tertentu pada obatnya, ragam pengobatan yang ada saat ini
usia 40 tahun. (Perawatan Medikal Bedah : jilid 1 bertujuan untuk memperlambat perkembangan
hal 1003) Sehingga dengan demikian Alzheimer kondisi serta meredakan gejalanya. Karena itu
adalah penyakit kronik, degeneratif yang ditandai segera temui dokter jika daya ingat Anda
dengan penurunan daya ingat, intelektual, mengalami perubahan atau Anda khawatir
kepribadian yang dapat mengakibatkan mengidap demensia. Jika penyakit Alzheimer
berkurangnya kemampuan merawat diri. Penyakit dapat terdiagnosis sejak dini, maka Anda akan
ini menyerang orang berusia 65 tahun keatas. memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan
Penyakit Alzheimer adalah jenis demensia paling persiapan serta perencanaan untuk masa depan,
umum yang awalnya ditandai oleh melemahnya dan yang lebih terpenting lagi, Anda akan
daya ingat, hingga gangguan otak dalam mendapatkan penanganan lebih cepat yang dapat
melakukan perencanaan, penalaran, persepsi, dan membantu.
berbahasa. Pada penderita alzheimer, gejala Tidak ada tes khusus untuk membuktikan
berkembang secara perlahan-lahan seiring waktu. seseorang sedang mengalami Alzheimer. Dalam
Misalnya yang diawali dengan sebatas lupa soal mendiagnosis penyakit Alzheimer, dokter akan
isi percakapan yang baru saja dibincangkan atau bertanya seputar masalah dan gejala yang dialami
lupa dengan nama obyek dan tempat, bisa pasien. Tes medis mungkin akan dilakukan untuk
berkembang menjadi disorientasi dan perubahan memastikan kondisi yang dialami pasien bukan
perilaku. Perubahan perilaku dalam hal ini seperti karena penyakit lain. Selain dengan pemberian
menjadi agresif, penuntut, dan mudah curiga obat-obatan, penyakit Alzheimer juga dapat
terhadap orang lain. Bahkan jika penyakit ditangani secara psikologis melalui stimulasi
Alzheimer sudah mencapai tingkat parah, kognitif guna memperbaiki ingatan si penderita,
penderita dapat mengalami halusinasi, masalah memulihkan kemampuannya dalam berbicara
dalam berbicara dan berbahasa, serta tidak maupun dalam memecahkan masalah, serta
mampu melakukan aktivitas tanpa dibantu orang membantunya hidup semandiri mungkin. Secara
lain. maskroskopik, perubahan otak pada Alzheimer
melibatkan kerusakan berat neuron korteks dan

62
hippocampus, serta penimbunan amiloid dalam memiliki fungsi intelektual yang terganggu dan
pembuluh darah intracranial. Secara mikroskopik, menyebabkan gangguan dalam aktivitas sehari-
terdapat perubahan morfologik (structural) dan hari maupun hubungan dengan orang sekitarnya.
biokimia pada neuron – neuron. Perubahan Penderita demensia pada umumnya juga akan
morfologis terdiri dari 2 ciri khas lesi yang pada merasakan kehilangan kemampuan untuk
akhirnya berkembang menjadi degenarasi soma memecahkan suatu masalah, mengontrol emosi,
dan atau akson dan atau dendrit. Satu tanda lesi dan bahkan bisa mengalami perubahan
pada AD adalah kekusutan neurofibrilaris yaitu kepribadian serta mengalami perubahan masalah
struktur intraselular yang berisi serat kusut dan tingkah laku seperti mudah marah dan
sebagian besar terdiri dari protein “tau”. Dalam berhalusinasi. Seseorang yang akan di diagnosa
SSP, protein tau sebagian besar sebagai demensia itu, bila dua atau lebih fungsi otak,
penghambat pembentuk structural yang terikat seperti ingatan dan keterampilan berbahasa,
dan menstabilkan mikrotubulus dan merupakan menurun secara signifikan tanpa disertai dengan
komponen penting dari sitokleton sel neuron. penurunan kesadaran.
Pada neuron AD terjadi fosforilasi abnormal dari Penyakit Alzheimer adalah penyakit yang
protein tau, secara kimia menyebabkan perubahan merusak dan menimbulkan kelumpuhan terjadi
pada tau sehingga tidak dapat terikat pada terutama menyerang orang yang berusia diatas 65
mikrotubulus secara bersama – sama. Tau yang tahun tapi tidak menutup kemungkinan dapat juga
abnormal terpuntir masuk ke filament heliks menyerang anak-anak, bahkan bayi. Pasien
ganda yang sekelilingnya masing – masing dengan penyakit Alzheimer mengalami banyak
terluka. Dengan kolapsnya system transport kehilangan neuron-neuron hipokarpus dan korteks
internal, hubungan interseluler adalah yang tanpa disertai kehilangan parenkim otak, juga
pertama kali tidak berfungsi dan akhirnya diikuti terdapat kekusutan neuro fibrilar. Penyebap pasti
kematian sel. Pembentukan neuron yang kusut penyakit ini belum diketahui, namun terdapat
dan berkembangnya neuron yang rusak beberapa faktor predisposisi seperti proses infeksi
menyebabkan Alzheimer. virus lambat, autoimun, genetik dan trauma.
Asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
Alzheimer dilakukan dengan tujuan membantu
KESIMPULAN
mengembalikan fungsi kognitif, motorik dan
Berbahasa adalah proses mengeluarkan fungsi-fungsi bagian tubuh lain yang mengalami
pikiran dan perasaan (dari otak) secara lisan, gangguan akibat kelainan neurotransmiternya.
dalam bentuk kata-kata atau kalimat-kalimat. Selain itu perhatian terhadap kebutuhan nutrisi
Manusia yang normal fungsi otak dan alat juga tetap dibutuhkan untuk mencegah
berkembangnya penyakit lain akibat intake nutrisi
bicaranya, tentu dapat berbahasa dengan baik. yang tidak kuat.
Namun mereka yang memiliki kelainan fungsi
otak dan alat bicaranya, tentu mempuyai kesulitan REFERENSI
dalam berbahasa, baik produktif maupun reseptif. Br. Sembiring, Sri Alem, Dra., Penataan
Jadi kemampuan berbahasanya terganggu. Lingkungan Sosial bagi Penderita
Gangguan berbahasa ini secara garis besar Dimensia (Pikun) dan RTA
dapat dibagi dua, yakni gangguan akibat faktor (Retardasi Mental), Sumatera :
medis dan akibat faktor lingkungan sosial. Universitas Sumatra Utara
Gangguan berbahasa menurut faktor medis ini Chancellor, Bree, Angel Duncan, and Anjan
salah satunya adalah gangguan berpikir. Berbagai Chatterjee, 2014. Art Therapy for
macam faktor yang mempengaruhi proses Alzheimer disease and Other
berpikir sehingga menyebabkan pikiran terganggu Dementias
dan menjadikan gangguan berpikir terbagi ke Chandra, Tiffany. 2014. Perancangan Buku
dalam beberapa bagian yang salah satunya adalah Ilustrasi Pencegahan Pikun sejak
demensia. Pada dasarnya demensia bukanlah Dini, Surabaya : Universitas Kristen
suatu penyakit yang spesifik, tetapi demensia Petra
merupakan istilah yang digunakan untuk Febrina, Anglia, 2010. Demensia, Jakarta : Raja
mendeskripsikan kumpulan gejala yang bisa Grafindo
disebabkan oleh berbagai kelainan yang Hartati, Sri dan Costrie Ganie Widayanti, 2010.
mempengaruhi otak. Seorang penderita demensia Clock Drawing: Asemen Untuk
Demensia (Studi Deskriptif pada

63
Orang Lanjut Usia Di Kota Setiawan, Danny Indra, Hendro Bidjuni, dan
Semarang), Semarang : Universitas Michael Karundeng. 2012.
Diponegoro Hubungan Tingkat Pendidikan
http://www.medicinenet.com/dementia_pictures_ Dengan Kejadian Demensia Pada
slideshow/article.htm Lansia Di Balai Penyantunan Lanjut
Ikawati, Zullies. 2009. Alzheimer, Amerika : Usia Senja Cerah Paniki Kecamatan
Lecture Notes Mapanget Manado, Manado :
Indriyarti, Riani. 2004. Diagnosis dan Program Studi Keprawatan Fakultas
Pengobatan Terkini demensia Kedokteran Universitas Sam
Vaskular, Jakarta : Universitas Ratulangi
Trisakti Setiawan, Rochmad Agus. 2014. Pengaruh
Japardi, Iskandar. Dr., 2002. Penyakit Alzheimer, Senam Otak Dengan Fungsi Kognitif
Sumatera : Universitas Sumatera Lansia Demensia di Panti Wredha
Utara Darma Bakti Kasih Surakarta,
Julianti, Riri. S,Ked., dan Ari Budiono, S.Ked., Surakarta : STIKES Kusuma Husada
2008. DEMENSIA, Riau : University Surakarta
Of Riau RSJ Tampan Of Pekanbaru Tantomi, Achmad Iwan, Abdurrachman Omar
Kamajaya, Danu. 2010. Demensia Baabdullah, Andri Sagita. 2012.
, Tren Fenomena ‘PisiDi’ (Pikun Usia
Khairiah, Siti dan Hendy M Margono, 2010. Dini) sebagai dugaan awal gejala
Aspek Neurobiologi Gejala Perilaku demensia di kota malang, Malang :
dan Psikologis Pada Demensia Universitas islam Malang
(Behavioral And Psychological Widhiarso, Wahyu. 2005. Pengaruh Bahasa
Symptoms Of Dementia / BPSD, Terhadap Pikiran, Yogyakarta :
Surabaya : Universitas Airlangga / Fakultas Psikologi UGM
RSUD Widyastuti, Rita Hadi. 2011. Gambaran Beban
Kayed, Rakez, George R. Jackson, D. Mark Estes, Keluarga Dalam Merawat Lansia
dan Alan D. T. Barrett. 2014. Dengan Demensia Di Kelurahan
Alzheimers Disease: Review Of Pancoranmas, Depok, Jawa Barat:
Emerging Treatment Role For Studi Fenomenologi, Semrang :
Intravenous Immunoglobulins, Fakultas Kedokteran Universitas
Amerika : Libertas Academica Diponegoro
Maftukhah, 2013. Hubungan Antara Status Wreksoatmodjo, Budi Riyanto. 2014. Beberapa
Demensia Dengan Disabilitas Kondisi Fisik Dan Penyakit Yang
Fungsional Pada Lansia Di Desa Merupakan Faktor Risiko Gangguan
Ganilan Kartasura, Surakarta: Univ. Fungsi Kognitif, Jakarta :
Muh. Surakarta Universitas Atmajaya
Miklossy, Judith, 2011. Alzheimer’s disease - a www.itokindo.org., 2010. Dimensia Penurunan
neurospirochetosis. Analysis of the Daya Ingat), Indra P : Manajemen
evidence following Koch’s and Hill’s Modern dan Kesehatan Masyarakat
criteria, Amerika : JNI www.depkes.go.id
Patriyani, Ros Endah Happy. 2009. Perbedaan ----------------- 2012. What Is Dementia?,
Karakteristik, Jakarta : FIK UI Australia : Further Information
Purnakarya, Indral, 2000. Peran Zat Gizi Makro ----------------- 2013. What Is Dementia?,
Terhadap Kejadian Demensia Pada Australia : Further Information
Lansia, Padang : Universitas -----------------2004. Chapter 1 What Is Dementia,
Andalas Amerika : Ethical Issue
Purnamakarya, Indral. 2011. Defisisensi
Ribovlavin dan Demensia pada Usia
Lajut, Padang : Universitas Andalas
Rosma, Sonja. 2000. Upaya Mencegah Pikun
Menuju Usia Lanjut Sehat dan
Produktif, Indonesia : PT. Persero
Asuransi Kesahatan Indonesia

64

Anda mungkin juga menyukai