Anda di halaman 1dari 5

Nama : Shadnya Sandria Kayla Rahman

Kelas : 11 MIPA 8

Hasil analisis perbandingan cerpen berdasarkan unsur instrinsik yang membangun kedua cerpen .

1. Tema

-Rumah yang terang

Tema cerpen “Rumah yang terang” mengisahkan tentang pada suatu desa yang tentram. disana
listrik baru ada dan semua warga berbondong bondong untuk memasang listrik , tapi hal itu tidah
berlaku untuk haji bakir , haji bakir tetap menggunakan penerangan seadaanya , hal ini menimbulkan
gunjingan dari dua tetangganya mulai dari celoteh,memfitnah sampai menuduhnya mempelihara
tuyul. Dan anaknya pun ikut merayu rayu haji bakir untuk memasang listrik tetapi haji bakir tetap
pada pendiriannya dan tetap memasang tidak memasang listrik sampai akhir hayatnya sebelum haji
bakir meninggal ia mengatakan pada anak nya kenapa alasanya ia tidak memasang listrik dan
alasannya adalah bahwa kalau cahaya dihabiskan pada hidupnya ia khawatir di alam kuburnya tidak
mendapatkan cahayanya. setelah haji bakir meninggal tepatnya 100 harinya diadakan acara tahlilan
dan semua undangan melihat lampu neon yang terpasang di plafon rumahnya sambil tersenyum
lantas hal ini membuat anak haji bakir kesal dan menjelaskan kepada para undangan kenapa ayah
nya tidak memasang listrik dan semua undangan menunduk diam dan anaknya melanjutkan doa
dengan khusyuk.

- Berteduh

Sedangkan tema cerpen “Berteduh” mengisahkan tentang Bu Marinah yang turut dipeluk basah.
Menghindari sakit, lekas-lekas ia bersalin. Sebelum putrinya Santi menerbitkan protes panjang, lebar,
hingga meluas.

2. Latar

Rumah yang cerah

a. Latar Tempat, kampong dan rumah.

b. Latar Waktu, terjadi pada malam dan sore, sedangkan

c. Latar Suasana, gelap dan hening, Sampai sekian lama rumahku tetap gelap. Aku siap menerima
celoteh dan olok-olok yang mungkin akan dilontarkan oleh para tamu. Karena aku sendiri pernah
menertawakan pikiran ayah yang antik itu. Aneh, para tamu malah menunduk. Aku juga menunduk.

berteduh

Latar Tempat, di dalam rumah dan depan teras


Latar Waktu, sore menjelang malam hari

c. Latar Suasana, Tegang , mencekam, menyedihkan, hikmad.

3. Tokoh

Rumah yang terang

Aku, ayahku, ibuku, tetangga belakang rumah

Cerpen Berteduh

Santi dan bu marinah

4. Gaya Bahasa

Rumah yang terang

Gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen ‘Rumah yang terang’ yaitu gaya bahasa yang cukup
familiar sehingga dapat dengan mudah di mengerti oleh pembacanya.

Berteduh

Dalam cerpen ini menggunakan gaya bahasa hiperbola. Karena penulis menggunakan kata-kata yang
berlebih-lebihan hampir di setiap paragraph. Jenis-jenis percakapan yang digunakan bahasa
keseharian.

5. Alur

Cerpen Rumah yang terang

Alur yang disajikan dalam cerpen “Rumah yang terang” alur maju yang dijelaskan secara runtun
mulai dari perkenalan, penampilan masalah-konflik-memuncak-klimaks.

6. Sudut Pandang

Orang pertama.

Cerpen Berteduh
Alur yang disajikan dalam cerpen Berteduh merupakan alur mundur yang dijelaskan secara runtun
mulai dari perkenalan tokoh-penampilan masalah-konflik memuncak-klimaks-ketegangan menurun-
penyelesaian.

Dari beberapa perbandingan yang sudah dijelaskan diatas terdapat perbandingan yang paling
mendasar, Cerpen Rumah yang terang disajikan dengan latar social yang terjadi pada masyarakat di
zaman sekarang sedangkan cerpen berteduh disajikan dengan latar social masyarakat pada sebuah
keluarga. Focus tema cerpen Rumah yang terang tentang cahaya yang diinginkan ayah sedangkan
cerpen berteduh tentang bu marinah yang gampang terpengaruh oleh suasana sehingga memancing
kesempatan niat kejahatan yang akan terjadi pada dirinya.

Identifikasi Titik Mirip

Sesuai dengan tujuan kajian, maka kegiatan perbandingan antara dua cerpen tersebut dengan
menggunakan analisis perbandingan struktural. Dalam hal ini kajian perbandingan dibatasi pada tiga
masalah, yaitu (a) alur, (b) Tokoh, dan (c) tema. Kedua karya tersebut diidentifikasi titik miripnya
kemudian ditentukan dasarnya mengapa terjadi kemiripan antara karya diperbandingkan.

Plot atau alur merupakan bangun karangan prosa maupun drama yang penting. Peristiwa yang
muncul pada plot adalah peristiwa yang disebabkan oleh lakuan tokoh-tokohnya. Plot merupakan
pola keterhubungan antarperistiwa didasarkan pada efek kausalitas.

Cerpen “Rumah yang terang “ dan “Berteduh” alurnya disusun secara konvensional, peristiwa
disusun sedemikian rupa sehingga mencapai klimaks pada akhir cerita. Urutan peristiwa dibentuk
secara espisodik, yaitu disusun berurutan dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya. Dalam kajian
perbandingan ini, bandingan alur kedua karya sastra tersebut tidak dilihat dari segi pengalurannya,
tetapi justru dari peristiwa-peristiwa yang membangun alur/plot.

Rumah yang terang

Cerpen Rumah yang terang diawali dengan penggambaran suatu perkampungan yang seperti
mendapat tenaga baru yaitu listrik, dimana bulan sudah tidak lagi menerangi anak anak lagi yang di
gantikan oleh cahaya lampu. Penggambaran pada awal cerita ini, mungkin dimaksudkan oleh
pengaran untuk membawa pembaca pada permasalahan inti yang akan ditampilkan dalam cerita
tersebut. Pembaca diajak untuk menangkap tentang adanya teknologi baru dengan resiko
pengeluaran akan lebih banyak dan berfikir untuk selalu peka terhadap hal yang bebau teknologi.

“Listrik sudah empat tahun masuk kampungku dan sudah banyak yang

dilakukannya. Kampung seperti mendampat injeksi tenaga baru yang membuatnya menggeliat penuh
gairah. Listrik memberi kampungku cahaya,
musik, es, sampai api dan angin. Di kampungku, listrik juga membunuh

bulan di langit. Bulan tidak lagi menarik hati anak-anak. Bulan tidak lagi

mampu membuat bayang-bayang pepohonan. Tapi kampung tidak merasa

kehilangan bulan. Juga tidak merasa kehilangan tiga laki-laki yang tersengat

listrik hingga mati.”

Penyajian peristiwa ini merupakan titik awal untuk memulai alur cerita dalam cerpen Rumah
yang terang. Peristiwa dan kejadian sebagai titik awal dalam membangun cerita yang kemudian
dirangkaikan denga peristiwa-peristiwa selanjutnya.

Berteduh

Seperti halnya pada cerpen Rumah yang terang, dalam cerpen Berteduh penyajian peristiwa sebagai
titik awal susunan alur juga diawali dengan menghadirkan suatu peristiwa . Suatu alam sore
menjelang malam, yang digambarkan dalam cerita ini mampu mengajak pembaca pada suatu kondisi
pemikiran yang secara sistematis langit akan menjadi gelapa dan akan di terangi oleh lampu Pada sisi
tertentu didasarkan pada kekuatan logika semata dan pada sisi lain harus menggunakan kesadaran
akan keterbatasan dan pengakuan terhadap adanya hal tersebut.

“Menunggu cengkaruk matang, Bu Marinah hendak menutup gorden selepas menyalakan lampu
teras. Apalagi suasana di luar telah menggelap. Namun sesampainya di jendela, Bu Marinah justru
terdiam. Tak bergerak, tidak juga beranjak. Bahkan gorden tak kunjung terjamah. Seperti ada sesuatu
di luar sana yang membuatnya terpana”

Dengan melihat peristiwa yang dihadirkan pada awal cerita dari cerpen Rumah yang terang
dan Berteduh, dapat ditemukan titik mirip yaitu sama-sama menghadirkan cahaya untuk
membangun alur cerita. Baik Ahmad Tohari maupun Endang S menyadari suatu cahaya dengan
penyikapan pada dua sisi. Kemiripan yang terjadi pada dua karya tersebut, mungkin disebabkan oleh
kesamaan keinginan untuk merefleksikan keadaan masyarakat masing-masing yang relatif “sama”.
7. Simpulan/Amanat

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut ini. Pertama,
rangkaian peristiwa yang membangun alur dari masing-masing karya memiliki kemiripan. Kedua, cara
pengarang menghadirkan tokoh-tokoh dalam kedua karya tersebut memiliki kemiripan, khususnya
pada aspek sosiologis tokoh. Ketiga, tema yang membangun cerita kedua cerpen memiliki kemiripan,
yakni pertentangan antara unsur modernitas yang diwakili kaum muda dengan tradisionalitas yang
diwakili kaum tua. Keempat, berdasarkan fakta dan data yang ada dapat disimpulkan bahwa
kemiripan yang terjadi lebih disebabkan oleh faktor analogi.

Anda mungkin juga menyukai