Anda di halaman 1dari 24

CIVIL ENGINEERING

MAKALAH

TIGA BUTIR PANCASILA DARI 10 BUTIR PANCASILA TENTANG


“KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAH DALAM KEBIJAKSANAAN
DALAM PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN”

Dikerjakan Oleh :

KELOMPOK 4 :

 RIRIN DWITA CAHYANI ( F111 23 082 )


 NABILA ISLAMIYAH PASYAH ( F111 23 077)
 NUR INNI ( F111 23 085)
 WAHYU RIFKY RAMADHAN ( F111 23 080)

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL (S-1)
UNIVERSITAS TADULAKO
Palu – Sulawesi Tengah
2023
PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan zaman dan derasnya arus globalisasi saat ini,
setiap individu sering melupakan bahkan mempertanyakan nilai-nilai yang ada
dalam pancasila serta bagaimana pengamalan nilai-nilai pancasila tersebut.
Sehingga perlu ada desakan untuk mengkaji akan keberadaan nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila untuk diterapkan dan diamalkan dalam kehidupan
bermasyarakat, bangsa dan negara. Hal ini didasarkan bahwasanya nilai-nilai
pancasila merupakan salah satu sumber dari segala sumber hukum yang berlaku di
negara Republik Indonesia ini. Posisi pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia
di era globalisasi sangat rawan terhadap pengaruh-pengaruh dari luar yang tidak
sesuai dengan kearifan lokal.

Secara formal, Pancasila tetap diakui oleh seluruh bangsa Indonesia sebagai
ideologi. Namun di tataran aplikatif, perilaku masyarakat banyak yang mengalami
pergeseran nilai. Secara tidak langsung pergeseran nilai tersebut membuat
masyarakat perlahan-lahan melupakan Pancasila. Contoh konkret penyimpangan-
penyimpangan nilai-nilai Pancasila di era reformasi dan keterbukaan di Indonesia
sekarang ini ialah gesekan-gesekan antar sesama warga Negara yang dilator
belakangi oleh SARA. Selain itu berkembangnya ideologi-ideologi/paham-paham
radikal dewasa ini yang mencoba menodai nilai-nilai heterogenitas dan pluralitas
yang telah mengakar dalam kehidupan rakyat Indonesia. Ancaman yang muncul
dari pengaruh negatif globalisasi terhadap ideologi suatu negara atau bangsa
merupakan suatu ancaman yang besar dan tidak bisa dianggap kecil, dengan
begitu mudahnya pengaruh negatif dari luar yang masuk ke Indonesia, perlahan-
lahan akan berdampak secara tidak disadari terhadap karakter masyarakat yang
tidak sesuai dengan karakter bangsa dan inilah yang sedang terjadi di Indonesia
saat ini.

Kaelan (2002: 47) mengatakan bahwa bangsa Indonesia sebagai kausa


materialis dari Pancasila. Pandangan hidup dan filsafat hidup itu merupakan
kristalisasi nilai-nilai yang diyakini kebenarannya oleh bangsa Indonesia yang
menimbulkan tekad bagi dirinya untuk mewujudkannya dalam sikap tingkah laku
dan perbuatannya. Pendidikan syarat dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
sila-sila Pancasila. Pendidikan berkaitan erat dengan kebajikan yang ada dalam
suatu subjek-objek nilai. Kebajikan terkandung nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan, baik itu keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan
nasional berdasarkan UU. No 20 tahun 2003 Pasal 3 menyebutkan: 151
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan danmembentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangkamencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensipeserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepadaTuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggungjawab”. Berdasarkan konsep tersebut di atas,
maka secara umum pendidikan mengandung pesan nilai-nilai Pancasila yang
mencerminkan konsep kepribadian setiap individu dalam mencapai tujuan. Di
mana Pancasila sebagai ideologi bangsa syarat dengan nilai dan moral yang
terkandung didalamnya dan harus diimplementasikan dalam kehidupan.
A. SEBAGAI WARGA NEGARA DAN WARGA MASYARAKAT
SETIAP MANUSIA INDONESIA MEMPUNYAI KEDUDUKAN,
HAK, DAN KEWAJIBAN YANG SAMA.

Kedudukan Warga Negara

Definisi warga negara menurut UUD 1945 dalam Pasal 26 yang dikatakan
menjadi warga negara adalah sebagai berikut :

1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orangorang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga
negara.

2. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal
di Indonesia.

3. Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang.

Pengertian warga Negara secara umum adalah penduduk sebuah negara


atau bangsa berdasarkan keturunan, tempat lahir dan sebagainya, yang memiliki
kewajiban dan hak penuh sebagai seorang warga negara dari negara itu.(Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 1994 ) Menurut Koerniatmanto, S. warga negara sebagai
anggota negara yang mempunyai kedudukan khusus terhadap negaranya,
mempunyai hubungan hak dan kewajiban yang bersifat timbal-balik terhadap
negaranya.Sedangkan yang dimaksud penduduk ialah warga negara Indonesia dan
orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia (Pasal 26 ayat (2) UUD
1945).Dengan demikian Warga Negara Asing (WNA) dapat dinyatakan sebagai
penduduk ketika bersangkutan telah bertempat tinggal selama 1 tahun berturut-
turut.Secara tegas tentang diakuinya WNA sebagai penduduk negara dinyatakan
dalam pasal 13 UU No. 3 Tahun 1946 “Bahwa barang siapa bukan warga negara
Indonesia, ialah orang asing”. Bangsa adalah sekelompok manusia bersama
keturunan dan budaya serta hidup bersama wilayah.Rakyat adalah orang-orang
yang bernaung dibawah pemerintah tertentu.Sedangkan dalam Demokrasi
Pancasila mengartikan rakyat ialah sejumlah orang yang dikuasai, diperintah,
dilindungi, dipelihara, diasuh oleh penguasanya.Dapat disimpulkan dalam konteks
warga negara dalam negara merupakan sebuah komunitas yang membentuk
negara bedasarkan perundanganperundangan atau perjanjian-perjanjian dan
mempunyai hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik terhadap negaranya.

Kedudukan warga negara di dalam suatu negara sangat penting statusnya


terkait dengan hak dan kewajiban yang dimiliki sebagai warga negara.Perbedaan
status / kedudukan sebagai warga negara sangat berpengaruh terhadap hak dan
kewajiban yang dimiliki baik yang mencangkup bidang politik, ekonomi, sosial
budaya maupun Hankam. Berikut dijabarkan mengenai kedudukan warga negara
dalam negara :

1. Dengan memiliki status sebagai warga negara, maka orang akan memiliki
hubungan dengan negara. Hubungan itu berwujud status sebagai warga negara,
peran sebagai warga negara, serta hak dan kewajiban sebagai warga negara.

2. Sebagai warga negara, maka ia memiliki hubungan timbal balik yang sederajat
dengan negaranya.

3. Secara teori, status warga negara meliputi status pasif, aktif, negatif dan positif.
4. peran (role) warga negara juga meliputi peran yang pasif, aktif, negatif, dan
positif (Cholisin, 2000).

HAK DAN KEWAJIBAN SEBAGAI WARGA NEGARA DAN


WARGA MASYARAKAT

Hak dan kewajiban asasi marupakan konsekwensi logis dari pada hak dan
kewajiban kenegaraan juga manusia tidak dapat mengembangkan hak asasinya
tanpa hidup dalam organisasi negara. Hak dan kewajiban warga negara dan hak
asasi manusia dewasa ini menjadi amat penting untuk dikaji lebih mendalam
mengingat negara kita sedang menumbuhkan kehidupan demokrasi. Betapa tidak,
di satu pihak implementasi hak dan kewajiban menjadi salah satu indikator
keberhasilan tumbuhnya kehidupan demokrasi. Di lain pihak hanya dalam suatu
negara yang menjalankan sistem pemerintahan demokrasi, hak asasi mnusia
maupun hak dan kewajiban warga negara dapat terjamin. Hak asasi manusia
marupun hak dan kewajiban warga negara sebagai salah satu elemen penting dari
demokrasi disamping supremasi hukum, telah diatur dalam UUD 1945.
Pengaturan tersebut bersifat pokok-pokok saja sehingga 3 memerlukan penjabaran
baik melalui ketetapan MPR maupun peraturan perundang-undangan sebagai
produk bersama DPR dan Presiden. Pengaturan hak dan kewajiban warga negara
secara lebih operasional ke dalam berbagai peraturan perundang-undangan amat
bermanfaat. Pengaturan demikian itu akan menjadi acuan bagi penyelenggara
negara agar terhindar dari tindakan sewenang-wenang tatkala
mengoptimalisasikan tugas kenegaraan. Sedangkan bagi masyarakat/warga negara
hal itu merupakan pegangan/pedoman dalam mengaktualisasikan hak-haknya
dengan penuh rasa tanggung jawab. Akan tetapi bagaimana hak dan kewajiban
warga negara Indonesia dalam perundang-undangan/ hukum positif menarik untuk
menjadi bahan kajian. Dengan kejelasan substansi tersebut dapat memotivasi
warga untuk memahaminya lebih mendalam serta memberdayakan hak dan
kewajibannya dalam konteks pelaksanaan otonomi dan semangat demokratisasi di
daerah.

Menurut Miriam Budiarjo (2007) menyebutkan bahwa negara


merupakan suatu wilayah warganya diperintah oleh sejumlah pejabat dan berhasil
memaksa dari warga negaranya kepatuhan pada peraturan perundang-
undangan dengan pemeriksaan monopolistik berkenaan dengan kekuasaan
yang sah. Salah satu unsur dalam terbentuknya suatu negara adalah rakyat
atau penduduk (Pasal 1 Montevideo Convention 1933). Warga negara
merupakan individu-individu yang menjadi unsur dalam suatu negara. Warga
negara dapat diartikan sebagai orang-orang yang menjadi bagian dari suatu
penduduk yang menjadi salah satu unsur negara (TIM ICCE UIN, 2003). Menurut
pasal 26 ayat (1) UUD 1945, ditegaskan bahwa yang menjadi warga negara ialah
orang orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan
dengan undang-undang sebagai warga negara Indonesia. Warga negara pula
memiliki kedudukan untuk dapat menciptakan hubungan antara hak dan
kewajiban yang dapat bersifat timbal balik (Hamidi, & Lutfi, 2010).
Hak warga negara merupakan segala sesuatu yang wajib didapatkan oleh
setiap warga negara dari negara dalam hal ini adalah pemerintah. Menurut Prof.
Dr. Notonegoro dalam Prof. Dr. Satjipto Raharjo (2000) hak merupakan kuasa
untuk dapat menerima ataupun melakukan sesuatu hal yang semestinya
didapatkan atau diterima oleh pihak tertentu dan tidak dapat diambil oleh pihak
lain maupun juga pada prinsipnya agar dapat dituntut secara paksa olehnya.
Tak hanya itu hak merupakan kepentingan seseorang yang dilindungi oleh
hukum yang berlaku (Sudikno Mertokusumo. 2010). Pengertian hak pada
dasarnya berisikan kebebasan dalam melakukan atau tidak melakukan
sesuatu terhadap suatu subjek hukum tertentu tanpa halangan atau gangguan
dari pihak manapun, serta kebebasan tersebut memiliki landasan hukum atau bisa
disebut juga kebebasan tersebut dilindungi oleh hukum. Setiap warga negara
memiliki kebebasan dalam menggunakan haknya, termasuk cara untuk dapat
menggunakan kewenangan yang timbul dari haknya tersebut sepanjang yang
dilakukannya tidak melanggar hak orang lain, aturan hukum yang berlaku dan
tidak mengganggu ketertiban umum atau kesusilaan (Kusumaatmadja, &
Sidharta, 2009).
Hak yang dimiliki warga negara Indonesia tercantum dalam Undang
Undang Dasar yang diantaranya diatur dalam pasal 27 ayat (1), (2) dan (3)
mengenai setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
lagi bagi kemanusiaan. Selanjutnya, dalam pasal 28 (A, B, C, D, E, F, G, H, I,
J)mengenai setiap warga negara berhak mendapat perlindungan Hak
AsasiManusia. Selanjutnya dalam pasal 29ayat 2 bahwa setiap warga negara
memiliki kebebasan untuk memeluk agama yang diyakininya. Dalam pasal 30
setiap warga negara berhak atas pertahanan dan keamanan hidup. Pada pasal 31
setiap warga negara berhak untuk mendapat pendidikan yang layak. Selanjutnya,
pasal 32 setiap warga negara berhak atas kebudayaan nasional dan
pengembangan nilai kebudayaan nasiomal sebagai kekayaan nasional.
Selanjutnya pasal 33 setiap warga negara berhak atas demokrasi ekonomi
untuk sebesar-besarnya kepentingan rakyat. Selanjutnya, pasal 34 seriap
warga negara memiliki hak jaminan sosial oleh negara. berhak untuk
dibebaskan oleh pemerintah Indonesia jika menjadi tawanan atau sandera,
berhak memiliki kebebasan dalam menentukan pilihan suara dalam pemilihan
umum, dan berhak mendapat akses teknologi yang sama, misalnya pendistribusian
jaringan internet dan listrik.Warga negara memiliki kewajiban yang harus
dilaksanakan sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada negara.
Kewajiban merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan oleh setiap warga
negara terhadap negara.
Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan. Kewajiban pula
merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh pihak tertentu dan dilaksanakan
dengan penuh rasa tanggung jawab yang memiliki berprinsip dapat dituntut secara
paksa oleh pihak yang berkepentingan. Kewajiban yang harus dipenuhi warga
negara Indonesia diatur oleh Undang- undang 1945 yang di antaranya diatur
dalam pasal 27ayat(1)dan(2)yang berisikan bahwa setiap warga negara wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan dengan asas persamaan kedudukan dengan
tidak ada kecualinya dan setiap warga negara wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara, selanjutnya pasal 28J ayat 1 yang berisikan bahwa setiap
warga negara wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta pasal 28J ayat 2 yang
berisikan bahwa setiap warga negara wajib untuk tunduk pada pembatasan
yang ditetapkan undang-undang dengan maksud menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan milik orang lain.
Selanjutnya pasal 30 ayat 1 yang berisikan bahwa setiap warga negara
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara dan pasal 31
ayat 2 yang berisikan bahwa setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Contoh kewajiban warga
negara adalah wajib menjaga fasilitas umum dengan membayar pajak tepat pada
waktunya, misalnya pajak bumi dan bangunan (PBB), wajib menjaga fasilitas
umum dan tidak merusaknya, wajib menjaga ketertiban dan keamanan
lingkungan sekitar, wajib menaati peraturan serta perundang-undangan yang
berlaku, wajib menaati norma yang berlaku, misalnya norma kesopanan dan
norma hukum. Wajib menaati peraturan lalu lintas, misalnya menggunakan helm
saat mengendarai sepeda motor. Wajib membayar sejumlah biaya setelah
menggunakan fasilitas umum, misalnya membayar biaya jalan tol dan
transportasi umum. Wajib menghormati serta menjaga toleransi antar umat
beragama supaya persatuan dan kesatuan Indonesia tetap utuh dan terjaga,
wajib menghormati hak hidup serta HAM setiap manusia dengan cara tidak
mencelakai dan membahayakan hidup orang lain. Serta wajib melakukan
upaya bela negara, misalnya dengan menggunakan produk lokal serta
mengamalkan nilai-nilai dalam Pancasila (Masruroh, & Zulaikha, 2013).Pada saat
ini warga negara terus melakukan penuntutan mengenai pemenuhan hak nya
sebagai warga negara Indonesia terhadap pemerintah. Namun yang sangat
disayangkan, penuntutan hak yang dilakukan tanpa disertai dengan pemenuhan
kewajiban yang seharusnya dilakukan oleh setiap warga negara dengan rasa
tanggung jawab yang tinggi. Seperti dalam hal pembayaran pajak oleh
masyarakat, masih banyak masyarakat yang belum sadar mengenai pentingnya
membayar pajak, masih minimnya kesadaran masyarakat dalam pemenuhan
kewajibannya dalam hal membayar pajak (Muqodim, 1999).
Dengan adanya peraturan atau hukum yang mengatur mengenai pajak,
maka diharapkan bahwa penerimaan pajak yang merupakan sumber utama
pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dapat
memperoleh hasil yang semaksimal mungkin serta dapat dipertahankan secara
berkelanjutan dan berkesinambungan. Namun, pada kenyataannya yang
terjadi saat ini pajak masih menimbulkan banyak permasalahan- permasalahan
yang di antaranya disebabkan oleh kelemahan mengenai regulasi dalam
bidang perpajakan itu sendiri, kurangnya sosialisasi, tingkat kesadaran
masyarakat yang masih rendah, pengetahuan mengenai pajak dan tingkat
ekonomi masyarakat yang masih rendah, database yang ada belum lengkap dan
akurat, lemahnya sistem penegakan hukum berupa pengawasan serta pemberian
sanksi yang belum konsisten dan tegas.
Di sisi lain presentase terhadap warga negara yang wajib pajak
masih sangat kecil apabila dibandingkan dengan jumlah seluruh warga negara
yang ada di Indonesia. Hal ini menunjukan bahwa kesadaran masyarakat
Indonesia dalam hal pembayaran pajak masih rendah. Presentase capaian
penerimaan pajak tahun 2019 ini menurun dibandingkan dengan capaian periode
yang sama di tahun 2018, yaitu sebesar 92,23%. Hal ini menunjukan bahwa
menurunnya tingkat kesadaran masyarakat dalam pemenuhan kewajibannya
sebagai warga negara, salah satunya adalah dalam hal pembayaran pajak.
Menurut Widayati dan Nurlis yang dikutip dalam penelitian
Badamansyah Sudjana, & Dwiatmanto (2015) menjelaskan mengenai
beberapa bentuk mengenai kesadaran untuk membayar pajak dan mendorong
wajib pajak supaya membayar pajak salah satunya adalah dengan meningkatkan
kesadaran bahwa adanya pajak sebagai bentuk partisipasi aktif masyarakat
dalam menunjang pembangunan negaranya, dengan meningkatnya
pemahaman masyarakat mengenai peraturan perpajakan sangat penting. Hal
seperti itu akan mendorong kesadaran masyarakat terutama masyarakat wajib
pajak untuk dapat memenuhi kewajiban terhadap perpajakan. Sejalan dengan
hasil penelitian Masruroh Siti & Zulaikha (2013) yang menyebutkan bahwa
pengetahuan serta pemahaman masyarakat mengenai peraturan perpajakan akan
mendorong masyarakat untuk mengaplikasikannya yaitu dengan membayar
pajak. Tidak hanya itu masyarakat pula perlu meningkatkan upaya dalam
menciptakan lingkungan yang tertib, aman dan nyaman, selalu menaati peraturan
yang berlaku agar terciptanya kehidupan yang teratur, meningkatkan rasa
toleransi antar umat beragama dan saling menghargai hak-hak orang lain serta
selalu menjaga lingkungan dan fasilitas umum yang ada pula harus terus
dirawat dan jangan dirusak, tak lupa untuk selalu melakukan upaya bela negara.
Sebagai warga negara yang baik dalam konteks negara Kesatuan Republik
Indonesia, kita tidak boleh hanya terus mendahulukan hak-hak dan mengabaikan
kewajiban kita sebagai warga negara baik terhadap keluarga, masyarakat, bangsa
dan negara. Oleh sebab itu, tidak patut hanya menuntut adanya pelaksanaan hak-
hak yang telah tercantum dalam peraturan perundang-undangan namun
sebaiknya dan seharusnya juga dapat melaksanakan kewajiban-kewajibannya.
Kewajiban warga negara untuk saling membantu dalam kesulitan ekonomi di
masa pandemi juga sangat penting untuk diimplementasikan (Gultom, & Saragih,
2021).Untuk bisa mengejar kehidupan yang lebih baik lagi dalam kehidupan ber
masyarakat, berbangsa dan bernegara sepatutnya dijalin keselarasan, keserasian
serta keseimbangan dalam proses pelaksanaan hak dan kewajiban itu sendiri.
Dengan demikian hubungan antar negara dengan warga negara harus selalu
berpegang teguh pada hak dan kewajiban yang saling melekat diantara
keduanya, sehingga prosesnya akan berlangsung secara demokratis, adil dan
harmonis dengan didasari norma yang dipersyaratkan oleh konstitusi (Lusi,
dkk, 2020). Maka dari itu, hubungan antar warga negara dengan negara
menggunakan hak dankewajiban masing-masing selayaknya perlu dipetakan
secara normatif (Suparlan, 2016).
B. DI DALAM MUSYAWARAH DIUTAMAKAN KEPENTINGAN
BERSAMA DI ATAS KEPENTINGAN PRIBADI DAN GOLONGAN

Dalam musyawarah, penting untuk mengutamakan kepentingan bersama


di atas kepentingan pribadi dan golongan. Hal ini bertujuan untuk mencapai
kesepakatan yang adil dan menguntungkan semua pihak yang terlibat.

Dengan mengutamakan kepentingan bersama, setiap individu atau


kelompok akan diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat dan usulan
mereka. Dalam proses musyawarah, semua pihak akan didengarkan dan dihargai,
sehingga keputusan yang diambil akan mencerminkan kebutuhan dan keinginan
semua pihak. Dalam musyawarah, penting untuk menghindari sikap egois atau
memaksakan kehendak pribadi. Sebaliknya, harus ada semangat kerjasama dan
kebersamaan untuk mencapai solusi yang saling menguntungkan. Dengan
mengedepankan kepentingan bersama, akan tercipta suasana yang harmonis dan
produktif dalam musyawarah.
Selain itu, mengutamakan kepentingan bersama juga dapat memperkuat
hubungan antar individu atau antar golongan. Dengan saling menghargai dan
menghormati kepentingan satu sama lain, akan tercipta rasa solidaritas dan
kesatuan yang kuat. Hal ini penting untuk mencapai tujuan bersama dan
memajukan kepentingan bersama. Alam kesimpulannya, di dalam musyawarah,
kepentingan bersama harus diutamakan di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Dengan mengutamakan kepentingan bersama, akan tercipta kesepakatan yang adil
dan saling menguntungkan semua pihak yang terlibat.
Mementingkan kepentingan golongan dalam musyawarah memiliki
beberapa alasan yang dapat menjadi pertimbangan. Berikut adalah beberapa
alasan mengapa kepentingan golongan harus diperhatikan:

 Representasi yang adil: Setiap golongan atau kelompok memiliki


kepentingan dan kebutuhan yang berbeda. Dalam musyawarah, penting
untuk memastikan bahwa setiap golongan memiliki kesempatan yang adil
untuk menyampaikan kepentingan mereka. Dengan memperhatikan
kepentingan golongan, akan terjadi representasi yang lebih merata dan
beragam dalam pengambilan keputusan.

 Perlindungan hak-hak minoritas: Dalam masyarakat yang heterogen,


terdapat beragam golongan dengan jumlah anggota yang tidak seimbang.
Dalam musyawarah, penting untuk memperhatikan kepentingan golongan
minoritas agar hak-hak mereka tidak terabaikan atau terpinggirkan.
Dengan memberikan perhatian pada kepentingan golongan, akan tercipta
keadilan dan kesetaraan dalam pengambilan keputusan.

 Solidaritas dan kebersamaan: Mementingkan kepentingan golongan juga


dapat memperkuat ikatan dan solidaritas antaranggota golongan tersebut.
Dengan saling menghormati dan memperhatikan kepentingan golongan,
akan tercipta rasa kebersamaan yang kuat. Hal ini penting untuk mencapai
tujuan bersama dan memajukan kepentingan golongan tersebut.

 Pengarusutamaan isu-isu spesifik: Setiap golongan mungkin memiliki isu-


isu spesifik yang perlu diperhatikan atau diselesaikan. Dengan
memperhatikan kepentingan golongan, isu-isu ini dapat diangkat dan
diberikan perhatian yang lebih. Hal ini penting untuk mencapai solusi
yang lebih akurat dan relevan bagi golongan tersebut.

Namun, penting untuk diingat bahwa meskipun kepentingan golongan perlu


diperhatikan, tidak boleh ada diskriminasi atau penindasan terhadap golongan
lain. Dalam musyawarah, tetap penting untuk mengutamakan kepentingan
bersama di atas kepentingan pribadi atau golongan.
Mengutamakan kepentingan bersama dalam musyawarah memiliki
beberapa manfaat dan prinsip yang penting untuk diperhatikan. Berikut adalah
beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam mengutamakan kepentingan
bersama dalam musyawarah:
 Kesetaraan dan keadilan: Dalam musyawarah, setiap pihak harus diberikan
kesempatan yang sama untuk menyampaikan pendapat dan usulan mereka.
Prinsip kesetaraan dan keadilan ini penting untuk memastikan bahwa
kepentingan semua pihak dihargai dan dipertimbangkan secara adil.

 Pendekatan kolaboratif: Mengutamakan kepentingan bersama berarti


memiliki pendekatan kolaboratif yang melibatkan semua pihak yang
terlibat. Dalam musyawarah, penting untuk menciptakan suasana yang
terbuka, saling mendengarkan, dan bekerja sama untuk mencapai solusi
yang menguntungkan semua pihak.

 Komunikasi yang efektif: Komunikasi yang efektif adalah kunci dalam


mengutamakan kepentingan bersama. Setiap pihak harus dapat
menyampaikan pendapat mereka dengan jelas dan terbuka, dan juga
mendengarkan dengan baik pendapat dari pihak lain. Komunikasi yang
baik membantu membangun pemahaman yang lebih baik dan mencapai
kesepakatan yang saling menguntungkan.

 Menghindari egoisme dan kepentingan pribadi: Dalam musyawarah,


penting untuk menghindari sikap egois atau memaksakan kepentingan
pribadi. Fokus harus diberikan pada kepentingan bersama yang dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan semua pihak yang terlibat.

 Memperhatikan dampak jangka panjang: Mengutamakan kepentingan


bersama juga berarti memperhatikan dampak jangka panjang dari
keputusan yang diambil. Keputusan yang diambil harus
mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang dan memastikan
keberlanjutan dan kesejahteraan bersama.

Mengutamakan kepentingan bersama dalam musyawarah tidak hanya


menghasilkan solusi yang lebih baik, tetapi juga memperkuat hubungan
antarindividu atau antargolongan. Dengan kerjasama dan kebersamaan,
musyawarah dapat mencapai hasil yang lebih baik dan memajukan kepentingan
bersama.
Menghargai pendapat orang lain Dalam mengemukakan pendapat
hendaklah diperhatikan kebiasaan dan tata cara yang harus selalu mengindahkan
aturan-aturan moral yang berlaku. Hal ini berarti bahwa kita hendaknya
menyampaikan pendapat harus secara bertanggung jawab dan tidak sewenang-
wenang. Selain itu, kita juga dalam menyampaikan pendapat harus menaati norma
agama, kesusilaan, dan kesopanan dalam kehidupan masyarakat. Apabila norma-
norma tersebut diabaikan dengan mengedepankan emosi semata, maka
permasalahan perbedaan pendapat tidak akan sampai pada tahap penyelesaian
dengan baik. Adanya pengakuan dan penghormatan yang tinggi terhadap pendapat
seseorang akan turut menjunjung nilai-nilai kehidupan masyarakat yang aman,
tertib, dan damai.
Tidak saling mencerca dan memaki ataupun menjatuhkan pendapat
orang lain. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain, yaitu selalu
menghargai orang lain, mendengarkan pendapat orang lain, tidak bersi keras
bahwa kita yang paling benar, serta tetap menerima walaupun pendapat kita tidak
di setujui. Selain itu, dalam kegiatan ,etika bermusyawarah kita tidak memaksakan
kehendak bahwa pendapat kita lah yang 157 harus diambil dalam rapat tersebut.
Cara agar mendapat mufakat tersebut, yaitu tidak memaksakan kehendak,
menghormati orang yg sedang berpendapat, adanya rasa solidaritas dalam suatu
musyawarah. karena tanpa adanya syarat-syarat di atas, mufakat dalam
musyawarah sulit di dapat.
Mengutamakan musyawarah mufakat dalam mengambil keputusan
untuk kepentingan bersama dalam semangat kekeluargaan Musyawarah untuk
mufakat pada dasarnya salah satu ciri khas dari bangsa Indonesia yang terkandung
dalam Pancasila sila keempat. Tujuan tersendiri adanya musyawarah untuk
mufakat ialah membentuk rakyat yang harmonis, eratkan kekeluargaan, dan
semangat kebersamaan (Johan Pamungkas, 2015), Darmono (2008 : 101)
menjelaskan bahwa Musyawarah untuk mufakat adalah pembahasan bersama
dengan maksud mengambil Keputusan atas suatu masalah. Dalam pelaksanaan
musyawarah, setiap orang mempunyai hak yang sama untuk menyampaikan usul
atau saran. Setiap peserta musyawarah hendaknya lebih mengutamakan
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi atau golongan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa musyawarah untuk mufakat
yang diwujudkan memiliki nilai-nilai berupa kebersamaan, persamaan hak,
kebebasan mengemukakan pendapat, penghargaan terhadap orang lain, dan
pelaksanaan hasil keputusan secara tanggung jawab. Bercermin dari Sila Keempat
dalam Pancasila yang memiliki kaitan yang erat dengan prinsip demokrasi, salah
satu butir di dalamnya mengatakan bahwa di dalam musyawarah diutamakan
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

Musyawarah memiliki banyak kepentingan dan manfaat yang dapat


diperoleh. Berikut adalah beberapa alasan mengapa musyawarah penting:

 Pengambilan keputusan yang lebih baik: Melalui musyawarah, berbagai


pandangan dan pendapat dari berbagai pihak dapat dikumpulkan. Dengan
mendengarkan dan mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda,
keputusan yang diambil menjadi lebih terinformasi, beragam, dan akurat.
Ini membantu menghindari keputusan yang terlalu subjektif atau berpihak
pada satu pihak saja.

 Meningkatkan partisipasi dan keterlibatan: Musyawarah melibatkan


berbagai pihak yang terlibat dalam suatu masalah atau keputusan. Ini
menciptakan kesempatan untuk partisipasi yang lebih luas dan keterlibatan
aktif dari individu atau kelompok yang terkena dampak. Dengan
melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan, tingkat
penerimaan dan dukungan terhadap keputusan tersebut juga dapat
meningkat.

 Menciptakan keadilan dan kesetaraan: Musyawarah memberikan


kesempatan yang sama bagi semua pihak untuk menyampaikan pendapat
dan usulan mereka. Ini menciptakan lingkungan yang adil dan setara di
mana setiap suara dihargai dan dipertimbangkan. Dengan demikian,
musyawarah membantu mencegah dominasi atau penindasan satu pihak
terhadap yang lain.

 Memperkuat hubungan dan kerjasama: Dalam musyawarah, individu atau


kelompok bekerja sama untuk mencapai kesepakatan yang
menguntungkan semua pihak. Proses ini dapat memperkuat hubungan
antarindividu atau antargolongan, membangun kepercayaan, dan
menciptakan rasa saling menghormati. Dalam jangka panjang,
musyawarah dapat membantu membangun kerjasama yang lebih baik dan
mencapai tujuan bersama.

 Solusi yang berkelanjutan: Melalui musyawarah, berbagai sudut pandang


dan pengetahuan dapat digabungkan untuk mencari solusi yang lebih
berkelanjutan dan berdaya tahan. Dengan mempertimbangkan implikasi
jangka panjang dan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan, keputusan
yang dihasilkan dapat menghasilkan hasil yang lebih baik bagi semua
pihak yang terlibat.

Dalam kesimpulannya, musyawarah penting karena membantu pengambilan


keputusan yang lebih baik, meningkatkan partisipasi dan keterlibatan,
menciptakan keadilan dan kesetaraan, memperkuat hubungan dan kerjasama, serta
mencapai solusi yang berkelanjutan. Dengan melibatkan semua pihak yang
terlibat, musyawarah dapat menciptakan keputusan yang lebih baik dan lebih
menerima oleh semua pihak yang terlibat.
C. MEMBERIKAN KEPERCAYAAN KEPADA WAKIL
WAKILYANG DIPERCAYAI UNTUK MELAKSANAKAN
PERMUSYAWARATAN

Parlemen atau lembaga perwakilan rakyat dengan berbagai nama di


negaranegara di dunia merupakan salah satu pilar demokrasi.(Azed, 2014)
Indonesia sebagai pemegang paham kedaulatan rakyat menjadikan wakil rakyat
sebagai pemimpin rakyat. Parlemen menjadi wakil rakyat yang menampung
aspirasi dan kepentingan rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi.
Keberadaan wakil rakyat ini diharapkan mampu menjadi penyeimbang bagi
kekuasaan eksekutif. Hasil survey Politika Research and Consulting (PRC) dan
Parameter Politik Indonesia (PPI) tahun 2021 menunjukkan sebanyak 50,5 persen
responden menilai kinerja Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) baik. Namun
Lembaga Survey Fixpoll Research and Strategic Consilting pada 16-27 Juli 2021
menunjukkan hasil bahwa kinerja lembaga legislative mendapat tingkat kepuasan
terendah dibandingkan Lembaga lain. Ketidak puasan tersebut disebabkan oleh
kinerja penyusunan legislasi dan produk hukum yang dihasilkan dinilai tidak
mencerminkan kehendak masyarakat. Bahkan DPR dianggap hanya sebagai mesin
dari partai politik untuk kekuasaan sekelompok kecil. Kinerja wakil rakyat
berdampak pada kepercayaan masyarakat.

Menurunnya kepercayaan wakil rakyat ditunjukkan dengan kinerja wakil


rakyat yang tidak sesuai dengan tingginya harapan masyarakat. Sejatinya seorang
wakil rakyat harus memiliki sifat kepemimpinan yang baik, dalam kajian filosofi
sifat kepemimpinan yang baik ini digambarkan dengan astha brata. Apabila
seorang wakil rakyat memiliki sifat ini maka ia akan mengetahui bagaimana
tugas, pokok dan fungsinya sebagai corong dari kehendak rakyat. Rumusan
masalah yang diangkat dalam tulisan ini yakni mengapa terjadi permasalahan
dalam kepemimpinan wakil rakyat dan bagaimana filosofi astha brata sebagai
jawaban dalam kepemimpinan wakil rakyat menuju Indonesia sejahtera
berkedaulatan rakyat.
Pemilu merupakan pintu pertama untuk mencari wakil rakyat yang
berkualitas. Setiap negara menyelenggarakan pemilu terlepas dari apakah ia
merupakan negara demokratis. (Husnul Isa Harahap 2021). Rekrutmen politik
merupakan tahap awal bagi partai politik sebelum mengikuti pemilu. Terdapat
persoalan besar dalam proses rekrutmen politik dan seleksi para kandidat untuk
menjadi elite politik. Ketidakberhasilan elite menjalankan amanah masyarakat
sebagai wakil rakyat bisa dilihat dari awal rekrutmen politik dan seleksi kandidat
yang diselenggarakan. Setiap wakil tentulah dituntut mempunyai kemampuan atau
keahlian yang diperkirakan atau diharapkan dapat menjalankan tugas perwakilkan.
(Rahman dan Prayuda 2020) Saat ini, integritas moral dan kompetensi politik
calon wakil rakyat dalam pemilihan wakil rakyat cenderung diabaikan. Justru
yang dijadikan pertimbangan adalah popularitas untuk menaikkan perolehan suara
dan yang memiliki uang dapat membantu partai politik melaksanakan aktivitasnya
pada pemilu.

Desain regulasi memberikan ruang dominan kepada elite partai menentukan


siapa yang dipilihnya untuk dicalonkan sebagai anggota DPR. Pada titik akhirnya,
obyektifitas dalam mekanisme rekrutmen menjadi satu-satunya harapan
terwujudnya rekrutmen ideal. Permasalahan terhadap kepemimpinan wakil rakyat
salah satunya terjadi akibat ketidak stabilan kehidupan politik dan kemasyarakatan
yang tidak ditandai dengan upaya memberdayakan pendidikan politik rakyat.
Lemahnya regulasi pendidikan politik memberi cerminan kurangnya komitmen
terhadap pentingnya pendidikan politik. Pendidikan politik memberikan
pengetahuan kepada rakyat dan kader terhadap proses demokrasi dalam negara
hukum. Permasalahan yang lain adalah ketika adanya pemilihan secara aklamasi
di dalam tubuh partai politik dalam memilih kepemimpinan untuk menjadi wakil
rakyat. Biasanya yang terjadi adalah adanya kandidat seorang figur tertentu dalam
pemegang amanat. Adanya figuritas tunggal atau monopoli figur dalam suatu
partai politik kecenderungan disebabkan karena miskinnya kaderasi (pendidikan
politik atau vooter education) yang dilakukan, sehingga tidak muncul figur tokoh
alternatif tempat di mana konstituen dapat membanding-bandingkan kualitas
(mutu) kepemimpinan. (Kurniawan, 2010) Implikasi nyata dalam tata ruang yang
kurang demokrasi bisa dilihat dari beberapa partai politik dalam mencari pengurus
dan kader-kadernya. Seperti yang dicermati saat ini dalam media elektronik
maupun media cetak yang lainnya, masih terdapat banyak pengurus dan kader
partai politik yang belum memahami pendidikan politik yang diberikan partai
terhadap peningkatan wawasan kebangsaan bila mana setiap pengurus berbicara
soal nilai-nilai kebangsaan maupun nilai yang tercamtum dalam AD/ART partai.
(Nasution 2012) Mayoritas partai politik saat ini belum mampu secara murni
dalam menjalankan pola rekrutmen dan mekanisme kaderisasi sesuai aturan
karena partai politik dipengaruhi oleh politik kekerabatan dan mekanisme
kaderisasi instan dari orangorang yang memiliki popularitas. Performa partai
politik yang semakin krusial menyebabkan melemahnya peran dan fungsi
organisasi atau lembaga negara. Dapat dibayangkan jika partai politik sebagai
sumber pemimpin nasional tidak memiliki pola rekrutmen dan mekanisme
kaderisasi yang baik, tentu ini akan memunculkan berbagai persoalan, yang salah
satunya ditunjukkan dengan adanya politik kekerabatan.

Bertumbuh kembangnya politik kekerabatan, memunculkan sejumlah


ketimpangan karena politik kekerabatan menutup akses bagi orang-orang yang
memiliki sumberdaya yang terbatas dan tidak memiliki hubungan kekerabatan
untuk dapat menjabat di posisi-posisi politik. Sedangkan bagi mereka yang
memiliki jaringan yang kuat, sudah dipastikan dapat diakumulasi pengaruh,
kekayaan dan juga penguasaan wilayah. Jika suatu wilayah telah dikuasai oleh
sekelompok elit bahkan dari keluarga yang sama, maka sumberdaya daerah
tersebut akan dikuasai oleh mereka. Dapat dipastikan bahwa kekuatan utama
berada pada segelintir elit sehingga jalan kepentingannya pun tidak menutup
kemungkinan hanyalah untuk kepentingan para elit, bukan untuk kebaikan
bersama. Melihat berbagai permasalahan yang ada, peran partai politik sudah
seyogyanya lebih ditekankan untuk memaksimalkan fungsi partai politik dalam
membangun demokrasi melalui pendidikan politik dan pengkaderan.

Komunikasi anggota DPR dan konstituen dapat memberikan banyak manfaat,


diantaranya dapat menciptakan hubungan antara warga negara dengan pemerintah
mereka serta dapat membangun kembali kepercayaan publik kepada anggota
DPR dan lembaga legislatif yang sepertinya sudah mulai luntur.
Melalui komunikasi yang intensif, anggota DPR pun dapat membantu
memobilisasi partisipasi konstituen dalam urusan-urusan publik. Komunikasi
antara anggota DPR dan konstituen dapat dilakukan dengan cara person to
person, person to many persons, many persons to many persons. Beragam
media pun dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan dan keterjangkauan akses bagi
konstituen, misalnya melalui tatap muka saat kunjungan kerja ke dapil, melalui
majalah untuk konstituen, website, akun anggota
DPR di media sosial, atau melalui website resmi milik DPR. Hubungan antara
legislator dengan rakyat cenderunga suatu hal yang biasa saja terlebih apabila
mereka para legislator telah membawa mandat dari rakyat untuk dapat kursi
duduk manis dan melupakan mandat yang telah diberikan oleh rakyat kepada
mereka. Kecenderungan inilah yang sering kali mengakibat hubungan wakil
rakyat dengan konstituennya menjadi tidak harmonis, legislator akan
melihat dan datang ke dapil nya hanya ketika kalau mau pemilu 5 tahun
sekali itupun terkadang dana aspirasi semula reses acap kali di salah gunakan
oleh legislator yang lebih mementingkan partainya ketimbang konstituennya di
daerah.
Kurangnya kepercayaan rakyat pada wakil rakyat dapat memiliki beberapa akibat
negatif yang berdampak pada sistem demokrasi dan tata kelola pemerintahan.
Beberapa akibat yang mungkin timbul adalah:

 Legitimitas dan otoritas yang terkikis: Kepercayaan rakyat adalah elemen


penting dalam membangun legitimasi dan otoritas pemerintah. Jika rakyat
kehilangan kepercayaan pada wakil rakyat, maka legitimasi dan otoritas
mereka dalam mewakili kepentingan rakyat dapat terkikis. Hal ini dapat
mengganggu stabilitas dan efektivitas pemerintahan.

 Kurangnya partisipasi politik: Ketika rakyat kehilangan kepercayaan pada


wakil rakyat, mereka mungkin menjadi kurang tertarik atau enggan untuk
berpartisipasi dalam proses politik. Ini dapat mengurangi partisipasi politik
aktif dari rakyat, seperti pemilihan umum atau proses konsultasi publik.
Kurangnya partisipasi politik dapat mengurangi keterwakilan dan
pluralitas dalam pengambilan keputusan, serta membatasi akuntabilitas
para wakil rakyat.

 Peningkatan ketidakpuasan dan ketegangan sosial: Kurangnya


kepercayaan rakyat pada wakil rakyat dapat menghasilkan peningkatan
ketidakpuasan dan ketegangan sosial. Rakyat mungkin merasa bahwa
kepentingan mereka tidak diwakili dengan baik atau bahwa wakil rakyat
tidak memperhatikan aspirasi mereka. Hal ini dapat memicu protes sosial,
ketegangan politik, atau bahkan konflik yang lebih besar.

 Korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan: Kurangnya kepercayaan rakyat


pada wakil rakyat dapat menciptakan lingkungan yang lebih rentan
terhadap korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Jika rakyat tidak percaya
bahwa wakil rakyat akan bertindak secara jujur dan bertanggung jawab,
maka risiko penyalahgunaan kekuasaan atau penyelewengan dana publik
dapat meningkat.

Untuk mengatasi kurangnya kepercayaan rakyat pada wakil rakyat, langkah-


langkah penting yang dapat diambil termasuk peningkatan transparansi,
akuntabilitas, partisipasi publik, dan komunikasi efektif antara wakil rakyat dan
rakyat. Selain itu, memperkuat mekanisme pengawasan dan pemberantasan
korupsi juga penting untuk memulihkan kepercayaan rakyat pada wakil rakyat dan
memperkuat sistem demokrasi.
Untuk membangun kepercayaan pada wakil rakyat, berikut adalah beberapa
langkah yang dapat Anda pertimbangkan:

 Pendidikan politik: Tingkatkan pemahaman Anda tentang sistem politik,


tugas dan tanggung jawab wakil rakyat, serta proses pengambilan
keputusan politik. Dengan pemahaman yang lebih baik, Anda dapat
membuat penilaian yang lebih objektif tentang kinerja wakil rakyat.
 Penelitian dan evaluasi: Lakukan penelitian tentang rekam jejak dan
kinerja calon atau wakil rakyat yang sedang atau akan Anda pilih. Tinjau
catatan mereka, partisipasi dalam sidang parlemen, dan upaya mereka
dalam mewakili kepentingan rakyat. Evaluasi kinerja mereka berdasarkan
janji kampanye dan kebijakan yang mereka dukung.

 Transparansi dan akuntabilitas: Perhatikan sejauh mana wakil rakyat


berkomunikasi dengan rakyat, melibatkan mereka dalam proses
pengambilan keputusan, dan melaporkan tindakan mereka secara jelas dan
terbuka. Wakil rakyat yang transparan dan akuntabel cenderung lebih
dapat dipercaya.

 Partisipasi aktif: Berpartisipasilah secara aktif dalam proses politik, seperti


pemilihan umum, konsultasi publik, atau pertemuan dengan wakil rakyat.
Dengan berpartisipasi, Anda dapat mempengaruhi keputusan politik dan
memastikan bahwa suara Anda didengar.

 Komunikasi dua arah: Jalin komunikasi dua arah dengan wakil rakyat
Anda. Sampaikan masalah atau keprihatinan Anda, serta usulan atau
pandangan Anda tentang kebijakan publik. Wakil rakyat yang terbuka
untuk mendengarkan dan berkomunikasi dengan rakyat cenderung
memperoleh kepercayaan yang lebih besar.

 Pengawasan dan pemantauan: Ikuti perkembangan kinerja wakil rakyat


secara teratur dan berpartisipasi dalam mekanisme pengawasan yang ada,
seperti kelompok pemantau pemilu atau organisasi masyarakat sipil.
Dengan memantau kinerja wakil rakyat, Anda dapat memastikan bahwa
mereka memenuhi janji mereka dan bertanggung jawab atas tindakan
mereka.

 Memilih dengan bijak: Saat memilih wakil rakyat dalam pemilihan umum,
pertimbangkan rekam jejak, integritas, dan komitmen mereka terhadap
kepentingan rakyat. Berikan suara Anda kepada calon yang memiliki
reputasi baik dan telah terbukti memperjuangkan kepentingan rakyat.

Penting untuk diingat bahwa membangun kepercayaan pada wakil rakyat adalah
proses yang membutuhkan waktu dan kesadaran aktif dari rakyat. Dengan
mengikuti langkah-langkah ini, Anda dapat membuat keputusan yang lebih
informasi dan membangun kepercayaan pada wakil rakyat yang mereka pilih.

Anda mungkin juga menyukai