Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DALAM PEMENUHAN
KEBUTUHAN NUTRISI DAN CAIRAN

NAMA : SAID HAIDIR PURBAYA


NPM : 2311515007

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
TAHUN 2023
Definisi

Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya bentuk tinja dengan intensitas
buang air besar secara berlebihan lebih dari 3 kali dalam kurun waktu hasi (Haqi, 2019). Diare
adalah kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan
dapat berupa air sajadan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari
(Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan, 2011) Diare adalah
suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan
dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering ( biasanya tiga kali atau lebih ) dalam satu
hari (DEPKES 2011). Diare merupakan pengeluaran fases yang cepat dan berlebihan dengan
bentuk yang encer atau berupa cairan (Sjamsuhidajat & De jong, 2014). Berdasarkan beberapa
pengertian dapat disimpulkan diare merupakan suatu keadaan dimana frekuensi buang air besar
meningkat dari biasanya 9 dengan konsistensi tinja yang cair dan lembek bahkan dapat berupa
air saja.

Etiologi

Diare disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi, makanan, dan faktor psikologis (Djitowiyono
dan Kristiyanasari, 2011). Infeksi merupakan penyebab utama diare akut akibat bakteri, virus,
dan parasit (Ridha, 2014). Etiologi pada diare menurut Yuliastati & Arnis (2016) ialah: a. Infeksi
enteral yaitu adanya infeksi yang terjadi di saluran pencernaan dimana merupakan penyebab
diare meliputi infeksi bakteri, virus, parasite, protozoa, serta jamur dan bakteri. b. Infeksi
parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat pencernaan seperti pada otitis media,
tonsilitis, bronchopneumonia serta encepthalitis c. Faktor malabsorpsi, dimana malabsorpsi ini
biasa terjadi terhadap karbohidrat seperti disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa),
monosakarida intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa), malabsorpsi protein dan lemak. d.
Faktor risiko Menurut direktorat jendral pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
(2011) faktor risiko terjadinya diare adalah: faktor perilaku, dan faktor lingkungan.

Manifestasi Klinis

Diare karena ineksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan atau demam, tenesmus,
hematocezia, nyeri perut atau kejang perut. Diare yang berlangsung beberapa aktu tanpa
penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan
dibadan yang mengakibatkan rejatan hipovolemi atau gangguan biokimiawi berupa asidosis
metabolik yang lanjut, karena kehilangan cairan seseorang merasa haus, berat badan berkurang,
mata menjadai cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara
menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik (Zein, 2011). Karena
kehilangan bikarbonas, perbandingan bikarbonas berkurang, yang mengakibatkan penurunan pH
darah. Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan sehingga frekwensi nafas lebih cepat
dan lebih dalam. Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH
dapat naik kembali normal. Pada keadaan asidosis metabolik yang tidak dikompensasi,
bikarbonat standard juga rendah, pCO2 normal dan base excess sangat negatif (Zein, 2011).
Gangguan kardiovaskular pada hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-
tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai 11
gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis. Karena Penurunan
tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun dan akan timbul anuria. Pada pasien
dewasa bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit berupa nekrosis tubulus ginjal
akut, yang berarti pada saat tersebut kita menghadapi gagal ginjal akut. Bila keadaan asidosis
metabolik menjadi lebih berat, akan terjadi pemusatan sirkulasi paru-paru dan dapat
menyebabkan edema paru pada pasien yang menerima rehidrasi cairan intravena tanpa alkali.
(Zein, 2011).

Tabel 2.1 Bentuk klinis diare ( Kusuma, 2015).

Diagnosa Didasarkan pada keadaan


Diare cair akut - Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung
kurang dari 14 hari
- Tidak mengandung darah
Kolera Diare yang sering dan banyak akan cepat
menimbulkan dehidrasi berat, atau
- Diare dengan dehidrasi berat selama
terjadi KLB kolera, atau
- Diare dengan hasil kultur tinja positif
untuk V.Cholera 01 atau 0139
Disentri - Diare berdarah (terlihat dan dilaporkan)
Diare persisten
- Diare berlangsung selama 14 hari atau
lebih
Diare dengan gizi buruk - Diare apapun yang disertai gizi buruk
Diare terkait antibotika - Mendapat pengobatan antibiotikoral
spectrum luas
Invaginasi - Dominasi darah dan lendir dalam tinja
- Massa intra abdominal
- Tanggisan keras dan kepucatan pada bayi

Patofisiologi

Pada dasarnya diare terjadi ketika terdapat gangguan transportasi air dan elektrolit dalam lumen
usus. Mekanisme patofisiologi dari diare dapat berupa osmosis, sekretori, inflamasi, dan
perubahan motilitas (Sweetser, 2012). Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang
pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalm rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit dalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus, isi
rongga usus yang berlebih ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare. 13 Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat
peningkatan isi rongga usus. Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare
sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkanbakteri timbul berlebihan yang
selanjutnya dapat menimbulkan diare pula. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya
mikroorganisme hidup kedalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare (Lestari, 2016).
Komplikasi

Menurut Dwienda (2014) komplikasi yang dapat diakibatkan oleh diare adalah dehidrasi,
hipokalemia, 12 hipoglikemi, dan kejang terutama pada dehidrasi hipertonik. Menurut Subagyo
dan Santosa (2011), penderita diare sebagian kecil mengalami komplikasi dari dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit atau pengobatan yang diberikan beberapa komplikasi yang sering
terjadi seperti:

a. Gangguan keseimbangan elektrolit

b. Demam akibat infeksi shigella disentriae dan rotavirus

c. Kejang terutama pada anak dengan malnutrisi berat

d. Syok hipovolemik

e. Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau hilangnya basa cairan
ekstraseluler

Pemeriksaan Penunjang

Menurut Nuraarif & Kusuma (2015) pemeriksaan Penunjang

pada diagnos medis diare adalah:

a. Pemeriksaan tinja meliputi pemeriksaan makroskopi dan mikroskopi, Ph dan kadar gula dalam
tinja, dan resistensi feses (colok dubur)

b. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan asam basa 14

c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

d. Pemerikaan elektrolit terutama kadar Na,K,kalsium dan Prosfat.

Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan suatu proses atau rangkaian pada praktik keperawatan yang diberikan
kepada pasien dalam memberikan pelayanan kesehatan, bentuk proses kepeawatan meliputi
tahap: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanan keperawatan (intervensi), pelaksanaan
keperawatan (implementasi) dan evaluasi. Proses keperawatan salah satu pendekatan utama
dalam memberikan asuhan keperawatan dan penyelesaian masalah. (Nursalam, 2011).

Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses keperawatan. Tahap ini sangat penting dan
menentukan dalam tahap-tahap selanjutnya. Data yang komprehensif dan valid akan menentukan
penetapan diagnosa keperawatan dengan tepat dan benar, serta selanjutnya berpengaruh dalam
perencanaan keperawatan (Tarwoto & Wartonah, 2015).

Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik keperawatan
terdiri atas lima tahap yang berurutan dan saling berhubungan, yaitu pengkajian, diagnosis,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

Tahap-tahap tersebut berintegrasi terhadap fungsi intelektual problem-solving 17 dalam


mendefinisikan suatu asuhan keperawatan (Nursalam, 2013).

Asuhan keperawatan medikal bedah yaitu:

a. Identitas Klien dan Keluarga Meliputi nama, umur, jenis kelamin, usia, pendidikan, rumah
sakit, nomer register, diagnosa, penanggung jawab, pekerjaan, agama, dan suku bangsa, tanggal
atau jam masuk.

b. Keluhan utama Pada pasie diare ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air
besar/BAB, menurunya nafsu makan, lemas, turgor kulit jejas (elastisitas kulit menurun),
terkadang disertai demam, dan penurunan berat badan.

c. Riwayat penyakit sekarang Kronologi terjadinya serangan, dan karakteristiknya serangan

d. Riwayat penyakit dahulu Apakah sebelumnya pernah mengalami diare akut atau belum, serta
riwayat penyakit yang pernah diderita oleh pasien.

e. Riwayat kesehatan keluarga 18 Berisi tentang adanya penyakit keturunan, kebiasaan keluarga,
paparan penyakit menular yang menyerang anggota keluarga, pohon keluarga, penyakit
keturunan, kebiasaan keluarga, lokasi geografis.

f. Pola kesehatan fungsional


1) Pola persepsi Diisi dengan persepsi klien/keluarga terhadap konsep sehat sakit dan upaya
klien/keluarga dalam bentuk pengetahuan, sikap dan perilaku yang menjadi gaya hidup
klien/keluarga untuk mempertahankan kondisi sehat.

2) Pola nutrisi/ metabolik Menggambarkan pola makan dan jenis makanan yang dikonsumsi
pasien sebelum dan sesudah di rawat dirumah sakit. Apakah ada keluha ketika makan atau
setelah makan

3) Pola eliminasi Menggambarkan pola BAK dan BAB pasien sebelum dan sesudah dirawat di
rumah sakit. Apakah ada konstipasi atau bab cair.

4) Pola aktivitas dan latihan Diisi dengan aktifitas rutin yang dilakukan klien sebelum hingga
selama sakit, mulai dari bangun 19 tidur hingga tidur kembali. Kolom tersebut diisi sesuai
dengan keterangan: 0: Mandiri, 1: dengan alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain
dan alat,4: tergantung total.

5) Pola istirahat tidur Menggambarkan tentang durasi, kualitas istirahat tidur pasien. Adakah
gangguan ketika tidur atau tidak.

6) Pola kognitif-perseptual Kemampuan klien berkomunikasi (berbicara dan mengerti


pembicaraan) status mental, orientasi, kemampuan penginderaan yang meliputi penglihatan,
pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan.

7) Pola persepsi konsep diri Mengungkapkan perasaannya yang berhubungan dengan kesadaran
akan dirinya sendiri meliputi: gambaran diri/citra tubuh, ideal diri, harga diri, peran diri, identitas
diri.

8) Pola hubungan peran hubungan klien dengan anggota keluarga, masyarakat pada umumnya,
perawat, dan tim 20 kesehatan yang lain, termasuk juga pola komunikasi yang digunakan klien
dalam berhubungan dengan orang lain.

9) Pola seksualitas reproduksi Pada anak usia 0 – 12 tahun diisi sesuai dengan tugas
perkembangan psikoseksual. Pada usia remaja-dewasa-lansia dikaji berdasarkan jenis
kelaminnya
10) Pola manajemen dan mekanisme koping Mekanisme koping yang biasa digunakan klien
ketika menghadapi masalah/ konflik/ stress/ kecemasan. Bagaimana klien mengambil keputusan
sendiri/dibantu.

11) Pola nilai dan keyakinan Nilai-nilai dan keyakinan klie terhadap sesuatu dan menjadi sugesti
yang amat kuat sehingga mempengaruhi gaya hidup klien, dan berdampak pada kesehatan klien.
Termasuk juga praktik ibadah yang dijalankan klien termasuk sebelum sakit dan selama sakit g.
Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum : tampak lemah 21

2) Tanda-tanda vital : tekanan darah, suhu tubuh, nadi lemah dan cepat

3) Tinggi badan atau berat badan : sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan

4) Kulit : sianosis dan biasanya turgor kulit jelek

5) Kepala : anak dibawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, biasanya ubun-ubunnya cekung

6) Mata : mata cenderug cekung

7) Hidung : (tidak ada yang begitu spesifik)

8) Mulut : mukosa bibir kering

9) Telinga : kebersihan (tidak ada yang begitu spesifik)

10) Leher : tidak ada pembesaran KGB dengan kelenjar tiroid

11)Jantung : (tidak ada yang begitu spesifik)

12) Paru-paru : (tidak ada yang begitu spesifik)

13) Abdomen : bising usus meningkat, nyeri kram abdomen, fekuensi peristaltik meningkat

14) Genitalia : tidak ada gangguan

15) Anus : terdapat tuka karena terlalu sering defekasi

16) Ekstremitas : lemah, penurunan aktifitas h. Pemeriksaan penunjang


1) Pemeriksaan tinja : makroskopi dan mikroskopi

2) Pemeriksaan elektrolit 22 i. Terapi medis berisi tentang terapi farmakologi apa yang
didapatkan

Diagnosis Keperawatan

a. Hipovolemi b.d kehilangan cairan aktif d.d turgor pada kulit menurun (D.0023)

b. Diare b.d malbsorpsi d.d defekasi lebih dari tiga kali dengan konsistensi fases lembek
(D.0020)

c. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologi d.d pasien mengeluhkan nyeri (D.0077)

d. Hipertermia b.d dehidrasi d.d suhu tubuh meningkat (D.0130)

e. Gangguan integritas kulit b.d kekurangan volume cairan d.d kerusakan lapisan kulit (D.0129)

f. Defisit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan d.d berat badan menurun minimal 10% dibawah
rentan ideal (D.0019)

Intervensi Keperawatan

2.2 Tabel Intervensi Keperawatan (SIKI, 2018)

NO Analisis Data Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil Keperawatan
1 Tanda gejala Hipovolemi b.d Setelah dilakukan Manajemen
mayor: Data kehilangan cairan tindakan selama hipovolemia
subjektif (tidak aktif d.d turgor pada 3x24 jam diharapkan (I.03116) 1.
tersedia) Data kulit menurun keseimbangan cairan Periksa tanda dan
objektif (D.0023) (L.05020) meningkat gejala
1. Frekuensi dengan kriteria hasil: hipovolemia
nadi meningkat 1. Kelembaban 2. Monitor intake
2. Nadi teraba membran mukosa dan output cairan
lemah meningkat 3. Hitung
3. Tekanan 2. Asupan makanan kebutuhan cairan
darah menurun meningkat 4. Berikan asupan
4. Tekanan nadi 3. Dehidrasi cairan oral
menyempit menurun 4. Tekanan 5. Berikan posisi
5. Turgor kulit darah membaik modified
5. Denyut nadi radial trendelenburg
6. Anjurkan
memperbanyak
asupan

Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan yaitu serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu pasien dalam masalah status kesehatan. Status kesehatan yang dikelola secara baik
nantinya mengambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus
berpusat pada kebutuhan klien, faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan (Dinarti
& Mulyanti. 2017)

Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan, evalusi pada dasarnya
membandingan status keadaan kesehatan pasien dengan tujuan atau kriteria hasil yang telah
ditetapkan. Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dilihat dari tindakan keperawatan,
tujuannya untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat dicapai dan memberikan
umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan (Tarwoto & Wartonah, 2015).

Evaluasi ditulis setiap kali setelah semua tindakan dilakukan terhadap pasien. Pada tahap
evaluasi dibagi menjadi 4 tahap yaitu SOAP atau SOAP(IER) (Suprajitno 2012):

a. S (Data Subyektif): Subyektif adalah keluhan pasiensaat ini yang didapatkan dari melakukan
anamnesa untuk mendapatkan keluhan pasien saat ini, riwayat penyakit yang lalu, riwayat
penyakit keluarga.
b. O (Data Obyektif): Obyektif adalah hasil pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan tanda-tanda
vital, skala nyeri dan hasil pemeriksaan penunjang pasien pada saat ini. Lakukan pemeriksaan
fisik dan kalau perlu pemeriksaan penunjang terhadap pasien.

c. A (assessment): Penilaian keadaan adalah berisi diagnosis kerja, diagnosis diferensial atau
problem pasien, yang 31 didapatkan dari menggabungkan penilaian subyektif dan obyektif. Pada
tahap ini dijelaskan apakah masalah kebutuhan pasien telah terpenuhi atau tidak

d. P (planning): Rencana asuhan adalah berisi rencana untuk menegakan diagnosis (pemeriksaan
penunjang yang akandilakukan untuk menegakkan diagnosis pasti), rencana terapi (tindakan,
diet, obat-obat yang akan diberikan), rencana monitoring (tindakan monitoring yang akan
dilakukan, misalnya pengukuran tensi, nadi, suhu, pengukuran keseimbangan cairan, pengukuran
skala nyeri) dan rencana pendidikan (misalnya apa yang harus dilakukan, makanan apa yang
boleh dan tidak, bagaimana posisi)
DAFTAR PUSTAKA

Amih Huda, Nuraarif., & Hardhi, Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta: Medi Action. Andayani, nila. (2016). SOP
Pembuatan Larutan Gula Garam UPT Puskesmas Ciledug. Cirebon. Ariani, P. (2016). Diare
Pencegahan dan Pengobatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Budiono, Sumirah. (2016). Konsep
Dasar Keperawatan. Jakarta: Bumi Medika. Debby Daviani, Prawati, & Dani Nasirul, Haqi.,
(2019). Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare Di Tambak Sari. Jurnal Promkes. Vol. 7 No.
1 pp.34-45. Departemen Kesehatan RI. (2011). Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Pada
Balita, Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Dharma Bayu, Arieza. (2017). Upaya Peningkatan
Pengetahuan dan Penanganan pada Anak Diare. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dian, A.
(2015). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta: Salemba Medika. Dinarti dan
Mulyanti, Y. (2017). Dokumentasi Keperawatan (1st ed.). Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2016). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2016.
Pengarang.

Anda mungkin juga menyukai