Anda di halaman 1dari 6

Analisis Kebocoran Tepi pada Glass Ionomer Kaca dengan Penambahan Bioactive Glass Berbasis

Silica dari Ampas Tebu

(Microleakage Analysis on Glass Ionomer Cements with Addition of Bioactive Glass Based on Silica
from Sugarcane Bagasse)

Catur Putri Kinasih1, Didin Erma Indahyani2*, Izzata Barid2, Niken Probosari3,
1 Fakultas Kedokteran Gigi , Universitas Jember
2 Laboratorium Biologi Mulut, Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Dasar, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember
3 Bagian Pedodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember

Abstrak

Penggunaan semen ionomer kaca (SIK) mempunyai keterbatasan misalnya sensitif dengan air yang berperan
pada pembentukan mikroleakeage akibat terjadinya shrinkage dan kerapuhan. Pencampuran 0,04 % bioactive
glass nano silica (BAG) dengan SIK meningkatkan bioaktivitasnya melalui pembentukan hydroxycarbonate apatite
(HCA). Hal tersebut penting pada pencegahan terjadinya marginal gap. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
perbedaan rata rata nilai microleakage antara SIK dan SIK yang ditambahkan dengan BAG dari ampas tebu.
Dalam penelitian ini pembuatan BAG dari ampas tebu, pemilihan sampel gigi sapi (24 gigi), secara random
dikemlompokan menjadi 4 kelompok, kelompok 1, SIK; kelompok 2, SIK+vaselin, kelompok 3, SIK+BAG; Kelompok 4
SIK+BAG+vaselin. Semua sampel siapkan, dilakukan restorasi sesuai dengan bahan yang ditentukan (sesuai
kelompoknya) dan disimpan dalam methylen blue 1% pada suhu 370 C selama 24 jam. Rata rata nilai microleakage
dilakukan skoring yang tergantung pada masuknya methylen blue didinding oklusal dan gingiva. Rata rata nilai
microleakage SIK+BAG lebih kecil dibandingkan dengan SIK, tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan.

Kata kunci: ampas tebu, bioactive glass nano silica, microleakage, semen ionomer kaca,vaseline

Abstract

The use of Glass Ionomer Cement (GIC) has some limitation, such as water sensitivity which leads to formation
of microleakage due to shrinkage and brittle. Incorporation of 0.04 wt% bioactive glass nano silica (BAG) with GIC
enhances its bioactivity to forming hydroxycarbonate apatite (HCA) leading to preventing of marginal gap
formation. The objective this study was To determine the difference of microleakage means value between GIC and
GIC which has been added by BAG from bagasse. In this study making BAG from bagasse, than choose the samples
(24 bovine) randomly and grouping them to be 4 groups, which are group 1, GIC; group 2, GIC+Vaseline, group 3,
GIC+BAG; group 4 GIC+BAG+Vaseline. All of the samples are supposed to be preparation, placed of the restoration,
and stored in the aquadest then methylen blue 1% in sequence at 370 C until 24 h. The microleakage means value is
decided by scoring system depend on the penetration of methylen blue 1% at occlusal wall and gingival wall. The
microleakage means value on GIC+BAG is smaller than GIC, but their differences were not significant.

Keywords: bioactive glass nano silica, glass ionomer cement, microleakage, surgane bagasse, vaseline

Korespondensi (Correspondence) : Didin Erma Indahyani, Universitas Jember email: didinermae.fkg@unej.ac.id

Bahan bioactive glass didefinisikan mekanis yang rendah misalnya pada modulus
sebagai bahan yang didesain untuk elastisitas dan compression strength4.
menginduksi aktifitas biologis yang spesifik. Glass ionomer semen merupakan bahan
Bahan tersebut mengalami reaksi permukaan tumpatan gigi yang mempunyai beberapa
yang spesifik ketika diimplementasikan pada kelebihan yaitu berikatan langsung dengan
tubuh dan berperan pada pembentukan gigi oleh adanya interaksi natural apatit
lapisan hidroksiapatit-like yang berfungsi dengan kelompok karboksilat dari
pada pembentukan ikatan antara jaringan polyalkenoic acid, sifat bioaktivitasnya yang
keras dan lunak1. Bioactive glass membentuk bagus, pelepasan fluoride dan aksi
lapisan bioactive pada permukaan yang antibakterinya. Oleh karena itu glass ionomer
berkontak dengan jaringan hidup yang akan mempertinggi remineralisasi fluorapatit5.
dikenal dengan hydroxyapatite (HCA), yang GIC memiliki beberapa kelemahan misalnya
sama dengan fase mineralisasi pada jaringan kerapuhannya relatif tinggi dan sensitif
keras manusia. Mineralisasi akan sangat tinggi terhadap kelembaban selama tahap awal
bila menggunakan bioactive glass yang seting. Untuk meningkatkan kekuatan
partikelnya berukuran nano. Hal tersebut mekanik GIC, dilakukan modifikasi dengan
menunjukan ukuran partikel berperan polyelectrolyte atau bubuk kaca. Namun
penting pada aplikasi klinik2. Dibidang bahan ini juga memiliki kerapuhan yang relatif
kedokteran gigi , pengembangan bioactive tinggi dan sensitif pada kelembaban. Hal
glass terus meningkat, terutama ke arah tersebut menyebabkan ikatan antara GIC
remineralisasi, treatment hipersensitivitas juga dan gigi lemah. Ikatan kimia yang lebih kuat
sebagai bahan antibakteri3. Akan tetapi antara GIC dan gigi oleh karena adanya
bahan komposit dengan kandungan pembentukan interlayer apatit, misalnya
bioactive glass yang tinggi mempunyai sifat adanya fluor, sehingga terjadi ikatan fluor

37
Stomatognatic (J.K.G Unej) Vol. 15 No. 2 2018: 37-42

apatit. Namun, GIC konvensional, dianggap NaOH 2 N di dalam tabung erlenmayer, dan
sulit untuk membentuk lapisan apatit seperti diaduk sampai mendidih selama 60 menit,
itu karena pelepasan asam poliakrilat (PAA) kemudian disaring menggunakan kertas
dari GIC menurunkan pH dan menghambat saring whatmann no. 42. Hasilnya dikeringkan
pembentukan apatit6. Pembentukan kristal kembali dalam oven bersuhu 1100 C selama 2
apatit ini akan tertunda atau bahkan gagal jam. 5 gram natrium silikat yang sudah
oleh karena protein akan melekat pada terbentuk, dicampur dengan akuades (15 mL)
permukaan semen. Adesi protein pada dan diaduk. Etanol 96% (2,5 mL) ditambahkan
permukaan tersebut menghambat sampai larutan berubah menjadi jernih dan
pertumbuhan hidroksi apatit5. Penambahan HNO3 2 M ditambahkan tetes demi tetes
bahan bioactive glass pada glass ionomer sampai pH larutan menjadi netral. Campuran
semen ditujukan untuk meningkatkan dan tersebut terus diaduk selama 60 menit.
mempercepat proses mineralisasi secara Phosporus pentoxide (0.5 gram) ditambahkan
structural. Sel hanya dapat melekat pada dan terus diaduk selama 45 menit. Setelah 45
bahan bioactive. Glass ionomer semen menit, kalsium nitrat tetrahidrat (4.1 gram)
bukan bahan bioactive. Jika bahan ditambahkan dalam campuran dan terus
bioactive diresorbsi oleh tubuh, maka apaitit diaduk selama 105 menit. Hasil dari adukan
akan terdeposisi kembali dan protein serta campuran tersebut kemudian didiamkan
factor pertumbuhan dapat melekat pada pada suhu ruang selama 5 hari, dikeringkan
bahan remineralisasi. Oleh karena itu apatit dalam oven bersuhu 600 C selama 3 hari, dan
akan mampu berinteraksi dengan struktur dikeringkan dalam muffle furnace bersuhu
dentin dan mempertinggi ikatan melalui 6000 C selama 5 jam, dilanjutkan dengan suhu
mechanical interloking , dan protein akan 10000 C selama 2 jam10. Bioactive glass nano
ditarik dan terjadi percepatan regenerasi7. silica dari ampas tebu yang sudah jadi,
Selain itu glass ionomer kaca peka terhadap dicampurkan sebanyak 0,04 wt% dalam
kondisi lembab dan kondisi kering. Kondisi semen ionomer kaca secara manual
kering menyebabkan pelarut semen ionomer (dimasukkan ke dalam botol kaca dan
kaca menguap, sehingga semen ionomer dikocok)11.
kaca mudah retak atau menyusut. Penelitian ini menggunakan elemen gigi
Penyusutan yang terjadi, akan menyebabkan insisivus sapi sebanyak 24 buah, dengan
kebocoran tepi8. Kebocoran tepi adalah kriteria tidak karies, tidak fraktur, tidak abrasi
celah mikro yang terbentuk di antara bagian labial, diambil dari rahang bawah sapi
permukaan bahan restorasi dan dinding berumur 15 tahun, dan disimpan dalam
kavitas. Kebocoran tepi menyebabkan debris, larutan fisiologis kurang dari 2 bulan12. Sampel
makanan, dan saliva, masuk ke dalam celah dipilih secara acak dan dikelompokkan
mikro tersebut, sehingga menyebabkan menjadi 4 kelompok yaitu kelompok 1 dan
kegagalan restorasi sebanyak 86%9,10. kelompok 2, sampel ditumpat dengan semen
Dampak dari kebocoran tepi tersebut adalah ionomer kaca (SIK), sedangkan kelompok 3
karies sekunder, rasa sensitif, dan perubahan dan kelompok 4 ditumpat dengan semen
warna pada daerah margin restorasi11. Tujuan ionomer kaca yang dicampur dengan bahan
penelitian ini adalah untuk menganalisis bioactive glass nano silica dari ampas tebu
penambahan pengaruh penambahan (SIK+BAG).
bioactive glass berbasis silica ampas tebu Persiapan gigi
pada glass ionomer kaca terhadap tingkat Sampel gigi ditanam dalam model gips
kebocoran tepi dan pembentukan hidroksi setinggi servikal, kemudian dipreparasi
karbonat apatit. berbentuk kavitas bulat dengan diameter 3
mm dan kedalaman 2 mm pada sepertiga
METODE PENELITIAN tengah bagian labial. Setiap kavitas
dibersihkan dengan akuades dan dikeringkan
Penelitian ini diawali dengan dengan cotton pellet, kemudian diulasi asam
pembuatan bioactive glass nano silica dari poliakrilat 25% dan ditunggu sampai 20 detik.
ampas tebu. Ampas tebu dikeringkan dan Kavitas dibersihkan dengan akuades dan
diabukan selama 2 hari di dalam muffle dikeringkan dengan cotton pellet13.
furnice bersuhu 9000 C. Sebanyak 25 gram Semen ionomer kaca dimanpulasi
abu ampas tebu, dicuci dengan 150 mL HCL dengan perbandingan bubuk dan cairan
0,1 M dengan cara memasukkan abu ampas asam poliakrilat (1 : 1) di atas paper pad.
tebu dan larutan HCL ke dalam tabung Bahan kemudian dimasukan dalam kavitas.
erlenmayer, kemudian mengaduk campuran Kelompok 1 dan 3 dipadatkan dengan
tersebut secara otomatis menggunakan alat cellulosa strip yang telah diulasi vaselin,
pengaduk magnet selama 60 menit, sedangkan kelompok 2 dan kelompok 4
kemudian mendiamkannya selama 1 malam, dipadatkan dengan cellulosa strip tanpa
kemudian disaring menggunakan kertas diulasi vaselin. Setelah itu sampel direndam
saring whatmann no. 42. Hasilnya dibilas dalam akuades dan dimasukkan ke dalam
dengan akuades hingga pH abu ampas tebu inkubator bersuhu 370 selama 24 jam. Sampel
menjadi netral (7,0). Abu ampas tebu kemudian dikeluarkan dari inkubator dan
dikeringkan dalam oven bersuhu 1100 C dilepaskan dari model gips. Seluruh
selama 2 jam. Sebanyak 10 gram abu ampas permukaan sampel diulasi varnish/ cat kuku
tebu dicampurkan dengan 60 mL larutan sebanyak 2 lapis, kecuali pada permukaan

38
Analisis Kebocoran Tepi pada Glass Ionomer Kaca… (KInasih dkk)

tumpatan dan 1 mm di sekitar permukaan dinding gingival hingga mencapai dinding


tumpatan. Selanjutnya sampel direndam pulpa.
dalam larutan metilen biru 1% dan Hasil pengamatan dianalisis secara
dimasukkan ke dalam inkubator bersuhu 370 C statistic menggunakan one way anova dan
selama 24 jam. Sampel kemudian dikeluarkan least significant difference) dengan signifikansi
dari inkubator dan dipotong dari arah labial (p < 0,05).
tepat di tengah tumpatan14. Selanjutnya
sampel ditanam dalam model gips setinggi HASIL PENELITIAN
servikal, kemudian dipreparasi berbentuk
kavitas bulat dengan diameter 3 mm dan Berdasarkan pengamatan yang telah
kedalaman 2 mm pada sepertiga tengah dilakuka, didapatkan hasil rerata nilai
bagian labial. Setiap kavitas dibersihkan kebocoran tepi pada 4 kelompok adalah
dengan akuades dan dikeringkan dengan kelompok 1 = 1,67, kelompok 2 = 1,5,
cotton pellet, kemudian diulasi asam kelompok 3 = 1,25, dan kelompok 4 = 1,5. Hasil
poliakrilat 25% dan ditunggu sampai 20 detik. rerata kebocoran tepi pada 4 kelompok
Setelah 20 detik, kavitas dibersihkan dengan tersebut tersaji pada diagram batang
akuades dan dikeringkan dengan cotton (gambar 1). Secara mikroskopis kebocoran
pellet13. tepi tampak jelas pada kelompok tanpa
Kebocoran tepi diamati di bawah bioactive glass. Penambahan bioactive glass
mikroskop cahaya dengan perbesaran 50 kali, pada semen ionomer kaca terlihat gambaran
dan pengukuran nilai kebocoran tepi methilen blue yang lebih sedikit. Penggunaan
ditetapkan menggunakan sistem skoring bahan vaselin pada waktu pemadatan, juga
sebagai berikut:15 mengurangi tingkat kebocoran tepinya
1. Skor 0 = tidak ada penetrasi (dapat dilihat pada gambar 2).
larutan metilen biru Rerata nilai kebocoran tepi semen
2. Skor 1 = terdapat penetrasi ionomer kaca lebih besar daripada rerata
larutan metilen biru sepanjang kurang dari nilai kebocoran tepi semen ionomer kaca
½ panjang dinding oklusal atau dinding yang dicampur dengan bahan bioactive
gingival glass nano silica dari ampas tebu, namun hasil
3. Skor 3 = terdapat penetrasi larutan metilen uji uji one way anova menunjukkan nilai
biru sepanjang lebih dari ½ panjang signifikansi = 0,454 dan uji least significant
dinding oklusal atau dinding gingival difference pada tabel 1 menunjukkan hasil
4. Skor 4 = terdapat penetrasi larutan metilen signifikansi (p > 0,05), sehingga dapat
biru sepanjang dinding oklusal atau dikatakan bahwa perbedaan rerata nilai
kebocoran tepi tersebut tidak signifikan atau
tidak bermakna.

Gambar 1. Histogram perbedaan rerata nilai kebocoran tepi

39
Stomatognatic (J.K.G Unej) Vol. 15 No. 2 2018: 37-42

Gambar 2. Foto sampel setelah direndam dalam larutan metilen biru 1%, (perbesaran 50x), A=GI
kelompok 1, B = kelompok 2, C = kelompok 3, D = kelompok 4.
(a, restorasi; b, enamel; c, dentin; tanda panah, kedalaman penetrasi larutan metilen biru 1% menunjukkan skor
kebocoran tepi dinding oklusal–dinding gingival pada gambar A, B, C, dan D berturut–turut = 2 – 3, 2 – 2, 2 – 0, 3 – 0)

Tabel 1. Hasil Analisis Perbandingan antar Kelompok dengan Uji Least Significant Difference
Nilai P
Kelompok
1 2 3 4
1 - 0,257 0,135 0,257
2 0,257 - 0,701 1,000
3 0,134 0,701 - 0,701
4 0,257 1,000 0,701 -

PEMBAHASAN hidroksiapatit. Pada waktu terjadi karies,


kolagen akan hilang dan habis. Penggunaan
Semen ionomer kaca merupakan suatu uptake mineral saja tidak cukup sukses untuk
bahan restorasi yang dapat melekat kepada melakukan proses mineralisasi. Hal ini
bahan polar seperti tulang, dentin, dan menerangkan pada hasil penelitian ini bahwa
enamel. Bahan ini tidak dapat melekat pada pada kelompok semen ionomer kaca,
logam mulia maupun porselen. Perlekatan menunjukan adanya kebocoran tepi.
semen ionomer kaca dengan struktur gigi Semen ionomer kaca mengalami 3 fase
dapat terjadi akibat kelompok karboksilat dalam reaksi settingnya, yakni fase pelepasan
(ion – ion asam polimer) menggantikan fosfat ion, fase hidrogel, dan fase polysalt gel. Fase
dalam hidroksiapatit. Fosfat dalam pelepasan ion terjadi ketika bubuk dan
hidroksiapatit merupakan struktur utama dari pelarut mulai dicampurkan (mixing). Asam
gigi, sehingga dengan menggantikan fosfat yang terkandung dalam pelarut semen
maka ikatan semen ionomer kaca dengan ionomer kaca bereaksi dengan ion – ion yang
struktur gigi sangat kuat16. Akan tetapi terdapat dalam bubuk semen ionomer kaca
perlekatan semen ionomer kaca secara untuk membentuk silika gel. Fase selanjutnya
structural akan mudah terlepas, oleh karena adalah fase hidrogel. Fase ini merupakan fase
terjadinya penundaan pembentukan pengerasan awal semen ionomer kaca akibat
hidroksiapatitnya. Beberapa factor yang terjadinya ikatan cross – link antara kation
menyebabkan penundaan pembentukan bubuk dan anion pelarut asam polimer. Fase
hidroksi apatit adalah adanya kesempatan ini terjadi 5 – 10 menit setelah bubuk dan
protein untuk mengikat permukaan semen pelarut semen ionomer kaca dicampurkan.
kaca, yang menghambat proses mineralisasi5. Fase polysalt gel merupakan fase ketiga,
Kim, dkk17., menyatakan bahwa tidak yakni fase pengerasan akhir dan
mungkin terjadi remineralisasi di daerah dentin pematangan semen ionomer kaca (final
yang karies setelah di lakukan tumpatan glass setting)18. semen ionomer kaca bersifat
inomer. Proses mineralisasi memerlukan bahan sangat sensitif terhadap kondisi lembab atau
untuk terjadi nukleasi heterogen (melibatkan kering pada fase pengerasan awal (fase
teori epitaksi), misalnya kolagen. Nukleasi hidrogel). Kondisi kering akan menyebabkan
heterogen memicu pembentukan Kristal semen ionomer kaca mengalami sineresis

40
Analisis Kebocoran Tepi pada Glass Ionomer Kaca… (KInasih dkk)

(kehilangan air karena penguapan cairan). AP, Bioactive glass in tissue engineering,
Sineresis yang terjadi akan menyebabkan Acta Biomater . 2011 ; 7(6): 2355–73
bahan restorasi ini retak atau mengkerut,
sehingga timbul celah mikro (kebocoran tepi). 2. Ferreira G, Inés M. Bioactive materials in
Keadaan itu juga memicu terjadinya dentin remineralization ,
kebocoran tepi pada tumpatan semen Odontoestomatología. 2016; 18(28).
ionomer kaca. Kondisi ini dapat ditangani
dengan cara memberikan lapisan vaselin, 3. Abbasi Za, Bahrololoom MEa, Shariat
varnish, cat kuku bening, atau resin di atas MHa, Bagheri Rb. Bioactive Glasses in
semen ionomer kaca selama 24 jam setelah Dentistry: A Review, Journal of Dental
pengaplikasian semen ke dalam kavitas19. Biomaterials. 2015; 2(1)
Fenomena tersebut dapat dilihat pada hasil
penelitian ini, bahwa pemberian vaselin 4. Li Y., 2014, Investigating The Structure,
diatas permukaan semen ionomer kaca, Solubility and Bioactivity of Na/Sr
mengurangi terjadinya kebocoran tepi Bioactive Glasses/Glass-Ceramics. Thesis.
tumpatan. Vaselin mengahalangi The Faculty of Alfred University, New
menyerapan air oleh bahan semen ionomer York.
kaca. Penyerapan air menyebabkan semen
ionomer kaca berekspansi, sehingga 5. Kokubo T., Takadama H. How useful is SBF
kebocoran tepi yang terjadi, tidak sebesar in predicting in vivo bone bioactivity?.,
kebocoran tepi sebelum perendaman dalam Biomaterials, 2006; 27 (15) : 2907-15.
akuades20.
Pada kelompok dengan tambahan 6. Chen S, Cai Y, Engqvist H, Xia W. Applied
bioactive glass, menunjukan kebocoran Enhanced bioactivity of glass ionomer
tepinya lebih sedikit dari pada kelompok cement by incorporating calcium
semen ionomer kaca saja. Beberapa silicates, Biomatter. 2016; 6(1), 13 pages
penelitian menunjukan bahwa bioactive glass
beperan pada remineralisasi jaringan keras. 7. De Caluwe T, Vercruysse CWJ, Ladik I.,
Tahap remineralisasinya dimulai dengan Convents R., Declercq H., Martens LC.,
pelepasan ion, pembentukan kelompok Verbeeck RMH. Addition of bioactive
silanol, serta pengendapan kalsium dan fosfat glass to glass ionomer cements : Effect
untuk membentuk lapisan hydroxycarbonate on the physic-chemical properties and
apatite (HCA). Ukuran partikel bioactive glass biocompatibility, Dental Materials. 2017;
dapat mempengaruhi proses remineralisasi ini. 33 : 186-203.
Semakin kecil ukuran bioactive glass, maka
semakin cepat proses remineralisasinya. 8. Kamalak, H., Mumcu A., Altin S. The
Bahan bioactive glass akan segera bereaksi Temperature Dependence of
untuk membentuk HCA setelah berkontak Microleakage between Restorative and
dengan air, saliva, atau cairan tubuh Pulp Capping Material by Cu Diffusion.
lainnya21. Pembentukan HCA ini adalah The Open Dentistry Journal. 2015; 9: 140 –
kurang dari 2 jam setelah bioactive glass silica 5.
berkontak dengan cairan tubuh22.
Perbedaan rerata nilai kebocoran tepi 9. Tambahani AM., Wicaksono D., Tumewu
antara kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3, E. Gambaran Kerusakan Gigi Pasca
dan kelompok 4 pada tabel 1 menunjukkan Restorasi Komposit pada Siswa SMA
hasil yang tidak signifikan atau tidak Negeri 1 Manado. Jurnal e – GiGi (eG).
bermaknaPerbedaan rerata nilai kebocoran 2013; 1(2): 121 – 8.
tepi yang tidak signifikan, dapat pula
dikarenakan pada kelompok 3 dan kelompok 10. Adams LA., Enobong RE., Rafiu OS.,
4 terjadi pembentukan lapisan HCA baru Aderemi O. Sol – Gel Synthesis of SiO2 –
untuk mencegah terjadinya kebocoran tepi CaO – Na2O – P2O5 Bioactive Glass
pada semen ionomer kaca, namun Ceramic from Sodium Metasilicate. New
pembentukan lapisan HCA baru tersebut Journal of Glass and Ceramics. 2013; 3:
hanya sebatas lapisan HCA baru yang tipis 11 – 5.
dan halus11, sehingga kebocoran tepi yang
tejadi tidak dapat sepenuhnya dicegah. 11. Mabrouk M., Selim M. M., Baharei H., El –
Penambahan bioactive glass berbasis Gohary, M. I. Effect of Incorporation of
silika dari ampas tebu pada semen ionomer Nano Bioactive Silica Into Commercial
kaca, menghambat terjadinya kebocoran Glass Ionomer Cements (GIC). Journal of
tepi, oleh karena bioactive glass mampu Genetic Engineering and Biotechnology.
menstimulasinya terjadinya nukleasi hidroksi 2012; 10: 113 – 9.
apatit, dengan terbentuknya hidroksikarbonat
apatit. 12. Dorland W. Dorland’s Ilustrated Medical
Dictionary. Terjemahan Huriawati
DAFTAR PUSTAKA Hartanto, dkk. Kamus Kedokteran. Edisi
26. Jakarta: EGC, 2002. hal. 771.
1. Rahamana MN., Delbert ED, Balb BS, Fuc
Q, Junga SB, Bonewalde LF, and Tomsiac

41
Stomatognatic (J.K.G Unej) Vol. 15 No. 2 2018: 37-42

13. Lestari, S., Dwi W. A. F., Hidayatul F. Apatite-depleted Dentin, J Dent


Kebocoran Tepi Restorasi Semen Res.2010; 89(3): 230-5.
Ionomer Kaca dengan Bahan Fuji II, Fuji
VII, (White) dan Fuji VII (Pink). 18. Apsari A., Elly M., Mohammad Y.
Stomatognatic (JKG UNEJ). 2012; 9 (1): Perbedaan Kebocoran Tepi Tumpatan
23 – 7. Resin Komposit Hybrid. Jurnal PDGI. 2009;
58(3): 1 – 7.
14. Aviandani MJ., Elly M., Mohammad Y.
Perbedaan Kebocoran Tepi Tumpatan 19. Rizzante FAP., Rafel SC., Juliana Fr SB.,
Semen Ionomer Kaca dengan Gisele MC., Carla CG., Adilson YF.
Pengadukan secara Mekanis Elektrik dan Indication and Restorative Techniques
Manual. Jurnal PDGI. 2012; 61(3) : 81 – 7. for Glass Ionomer Cements. RSBO. 2015;
12 (1): 79 – 87.
15. Gupta SK., Jaya G., Vidya S., Vasudev B.,
Shashi RA. Comparative Evaluation of 20. Rossetti PHO., Accacio LdV., Richardo
Microleakage in Class V Cavities Using MdC., Mario FDG., Luiz FP. Jappl Oral Sci.
Various Glass Ionomer Cements: An In 2008; 16 (1): 64 – 9.
Vitro Study. Journal of Interdiciplinary
Dentistry. 2012; 2: 164 – 9 21. Prabhakar A. dan Veena A. Comparison
of the Remineralizing Effects of Sodium
16. Khoroushi M. dan Fatema K. A Review of Fluoride and Bioactive Glass Using
Glass Ionomers: From Conventionel Glass Bioerodible Gel System. Journal of Dental
Ionomer to Bioactive Glass Ionomer. Research, Dental Clinics, Dental
Dental Researh Journal. 2013; 10 (4): 411– Prospects. 2009; 3(4): 117 – 21.
20.
22. Farooq I., Zonera I., Umer F., Ali L.,
17. Kim YK, Yiu CKY, Kim JR, Gu L, Kim SK, Humera A. Bioactive Glass : A Material
Weller RN, Pashley DH, and Tay FR. For The Future. World Journal of Dentistry.
Failure of a Glass Ionomer to remineralize 2012; 3(2) : 199 – 201.

42

Anda mungkin juga menyukai