I. Muqoddimah
Dengan jalan mengenal wahyu Alloh (Al-Qur'an) yang tidak ada seorang atau
sekelompok orang, bahkan seluruh umat manusia dan Jin yang sanggup
menandinginya (2/23, 17/88), maka seorang manusia akan dapat mengenal Alloh
bahwa Dia itu benar-benar ada (wujud), Maha Berbicara (Kalam), Maha Menetapkan
Hukum (al-Hakam) untuk mengatur hidup dan kehidupan manusia dunia/akhirat,
buktinya adalah Al-Qur'an yang tak tertandingi oleh siapapun, bahwa Al-Qur'an
adalah ciptaan Alloh, datang dari Alloh, dan sekaligus bukti adanya Alloh. (10/37-38).
b. Dengan Kauniyah (Tanda-tanda kebesaran) Allah. Q.S. 6/99, 13/3, 24/43, 30/24,
2/22.
Melalui cara tafakkur dan tadabbur terhadap ayat-ayat Alloh yang terdapat di
dalam diri manusia dan di alam semesta dengan mempergunakan akal fikiran yang
sehat. Qs. 30/8, 10/101, 3/191, 52/35-36, 38/29, 23/80.
)تفكروا في خلق هللا وال تفكروا في هللا فإنكم لن تقدروا قدره (رواه ابو نعيم
• Dengan ayat Qouliyah dan kauniyahnya pula kita bisa ma’rifat kepada Allah melalui :
Menjadikan bumi, langit, gunung dan sungai, buah-buahan. Q.S. 32/4, 13/3
Dapat digaris bawahi bahwa yang dimaksud dengan Rububiyatulloh adalah bahwa
Alloh satu-satunya Robb, yang hanya di tangan-Nyalah kewenangan secara absolut
membuat hukum/perundang-undangan.
Bila ada orang yang membuat atau memproduksi hukum di luar wahyu
(bersumber dari Al-Qur'an), berarti ia telah mengakui atau memproklamasikan
dirinya sebagai Robb tandingan di planet bumi ini. Contoh Fir’aun: Qs. 79/24, 42/21.
Malik berasal dari kata : ومملكة- وملكة- وملكا- ملكا- يملك- = ملكMemiliki, menguasai,
memerintah, merajai .
• Suksesi pergantian pemerintahan ada di tangan Allah. Q.S. 3/26, sebagi suatu
proses pergantian. Q.S. 3/140.
Mulkiyah Allah di alam raya
Allah sebagai pencipta sekaligus pemilik alam raya, maka Allah sendiri pula yang
menguasai dan merajai jagat raya ini. Kerajaan/pemerintahan Allah disebut mulkiyatulloh,
wilayahnya meliputi langit dan bumi, wajib diakui dan ditaati oleh manusia. Tidak ada
kerajaan atau kedaulatan lain yang boleh diakui dan ditaati. Mengakui adanya keabsahan
suatu lembaga pemerintahan diluar lembaga pemerintahan Alloh (mulkiyatulloh) berarti
musyrik (musyrik mulkiyah).
Mulkiyah Alloh di bumi diproyeksikan dalam bentuk lembaga ulil amri atau khilafah yang
pengelolaan dan pengaturannya diserahkan kepada manusia (Rosul/ulil amri). Q.S. 2/30,
4/59.
Dari makna-makna ”ilah” diatas dapat disimpulkan bahwa ”ilah” itu terbagi 2,
yaitu :
• Ilahul Haq, menurut pandangan Islam misi setiap Rosul adalah menegakkan kalimat
tauhid : الاله اال هللاQ.S.21/25, 6/19.
Ilahul haq (Alloh) adalah Dzat yang Maha mutlak kebenarannya dan yang memiliki
kekuasaan yang tidak terbatas, dimana manusia seluruhnya sangat butuh kepada-
Nya dan amat sangat membutuhkan pertolongannya.
Maka konsekwensi dan realisasi dari pengakuan terhadap ilahul haq tersebut
adalah pengabdian dan meminta pertolongan hanya kepada Alloh dan tidak kepada
selain-Nya.
Ajaran ketauhidan atau monotheisme dalam islam yang disebut “Laa Ilaaha
Illalloh” adalah suatu konsepsi tertinggi dalam ajaran ketuhanan dan menolak setiap
bentuk ideologi dan falsafah ketuhanan ganda (politheisme).
Konsepsi ilahul haq harus konsisten terhadap hukum wahyu dan pelaksanaannya,
tanpanya dinyatakan syirik. Q.S. 1/5
• Ilahul Bathil, adalah sesuatu yang disembah selain Alloh dengan berbagai macam
bentuknya.
Menurut pandangan Islam pendukung ilahul batil tersebut sulit untuk di arahkan,
dipimpin dan di bimbing karena hawa nafsu sangat dominan serta menjadi tolak
ukur seperti halnya Abu Jahal dan Abu Lahab. (Q.S.45/25, 25/43). Oleh karena itu
menjadikan ilah selain Allah sangat merugi. Q.S. (10/18, 13/14). Haram mengambil
ilah selain Allah dan hukumnya adalah syirik. (Q.S. 17/22).