1). A). Manusia disebut sebagai mahluk individu karena setiap manusia memiliki
karakteristik unik dan perbedaan dalam faktor fisik, emosi, dan kognitifnya.
Manusia juga memiliki kebebasan untuk membuat pilihan dan keputusan yang
berbeda-beda, serta memiliki kebutuhan dan keinginan pribadi yang dapat
mempengaruhi tindakan dan perilakunya. Manusia juga memiliki kemampuan
untuk memikirkan dan merencanakan masa depannya, serta memiliki
kehidupan batin yang tidak dapat dipahami oleh orang lain.
B). Manusia disebut sebagai mahluk sosial karena manusia secara alami
memiliki dorongan dan kebutuhan untuk berinteraksi, berkomunikasi, dan
berhubungan dengan orang lain. Manusia tidak bisa hidup sendiri dan memerlukan
hubungan dengan orang lain untuk membangun lingkungan sosial, memenuhi
kebutuhan emosional dan psikologis, serta belajar dan berkembang sebagai
individu. Manusia juga memiliki kemampuan untuk membentuk kelompok sosial,
seperti keluarga, teman, komunitas, dan masyarakat yang bertujuan untuk saling
mendukung dan melindungi satu sama lain dalam mencapai tujuan dan keperluan
bersama. Melalui interaksi sosial, manusia dapat membangun norma, nilai, dan
aturan yang mengatur interaksi dan hubungan antarindividu dalam masyarakat.
Selain itu, manusia juga memiliki kecenderungan untuk bekerja sama dan
berkolaborasi dengan orang lain dalam mencapai tujuan bersama. Manusia dapat
berbagi pengetahuan, pengalaman, dan sumber daya untuk menciptakan sesuatu
yang lebih besar daripada yang dapat dicapai secara individu. Melalui interaksi
sosial dan kerja sama, manusia dapat membangun komunitas yang kuat dan yang
saling membantu dalam mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama. Oleh
karena itu, manusia disebut sebagai mahluk sosial karena mereka tidak bisa hidup
dan berkembang secara optimal tanpa adanya interaksi dan keterhubungan
dengan orang lain.
2). Pernyataan di atas mengacu pada pentingnya pendidikan informal, yang sering
kali terjadi di lingkungan sekitar anak, dalam menentukan keberhasilan pendidikan
formal seorang anak.
Misalnya, di daerah X, terdapat seorang siswa yang memiliki potensi akademik
yang tinggi. Meskipun dia rajin belajar di sekolah, dia juga aktif dalam berbagai
kegiatan di luar sekolah seperti kursus, pelatihan, atau kegiatan ekstrakurikuler.
Dia memanfaatkan kesempatan untuk belajar dari lingkungan sekitarnya, seperti
bergabung dengan kelompok belajar di daerahnya atau mendapatkan bimbingan
dari tetangga yang ahli dalam bidang tertentu.
Contoh lainnya, di daerah Y, terdapat seorang siswa yang berasal dari keluarga
yang kurang mampu. Meskipun terbatasnya sumber daya dan akses ke pendidikan
formal yang berkualitas, siswa ini aktif dalam menjalin hubungan dengan tetangga
yang memiliki latar belakang pendididikan yang lebih tinggi. Dia sering mengajak
tetangga tersebut berdiskusi tentang pelajaran sekolahnya, meminta bimbingan
atau penjelasan mengenai materi yang sulit dipahami, atau bahkan belajar
bersama saat waktu luang. Melalui interaksi ini, siswa ini dapat memperoleh
pengetahuan
dan pemahaman yang lebih dalam mengenai materi pelajaran, yang
akan membantunya dalam prestasi akademiknya.
Dalam kedua contoh di atas, pendidikan informal yang terjadi di sekitar anak
memiliki peran yang penting dalam meningkatkan keberhasilan pendidikan formal
mereka. Lingkungan pendidikan informal ini memberikan kesempatan bagi siswa
untuk mendapatkan pengetahuan dan pemahaman tambahan yang mungkin tidak
tercakup dalam kurikulum formal. Melalui interaksi dengan tetangga, kelompok
belajar, atau kegiatan ekstrakurikuler, siswa dapat melengkapi dan memperdalam
pemahaman mereka dalam bidang-bidang tertentu, yang kemudian akan
membantu mereka mencapaiprestasi yang lebih baik dalam pendidikan formal.
Sebagai contoh, di daerah Z, terdapat seorang siswa yang tinggal di lingkungan
yang kurang mendukung untuk belajar. Rumahnya kecil dan ramai, sehingga sulit
bagi siswa ini untuk fokus saat belajar di rumah. Namun, di sekitar daerah tersebut
terdapat perpustakaan umum yang sering dikunjungi oleh anak-anak. Siswa ini
memiliki kesempatan untuk datang ke perpustakaan tersebut dan belajar dengan
tenang di sana. Ia juga dapat memanfaatkan fasilitas perpustakaan yang meliputi
koleksi buku, komputer, dan akses ke internet. Dengan memanfaatkan pendidikan
informal di perpustakaan, siswa ini dapat belajar lebih efektif dan memperoleh
pengetahuan yang lebih luas.
Dalam contoh di atas, pendidikan informal yang dihasilkan dari lingkungan sekitar
siswa, seperti adanya perpustakaan umum, sangat berpengaruh terhadap
kemajuan pendidikan formal siswa tersebut. Meskipun situasilingkungan
rumahnya tidak mendukung, siswa ini dapat mencari alternatif di luar rumahnya
untuk belajar dengan lebih baik. Adanya perpustakaan umum membuka akses
kepada siswa untuk memiliki kesempatan belajar yang lebih baik dan memperoleh
pengetahuan yang lebih luas.
Dalam kesimpulannya, pendidikan formal dan pendidikan informal saling
berhubungan dan mempengaruhi keberhasilan pendidikan anak. Lingkungan
pendidikan informal yang ada di sekitar anak dapat memberikan tambahan
pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang mungkin tidak tercakup dalam
kurikulum formal. Contoh-contoh tersebut menunjukkan bahwa situasi lingkungan
pendidikan informal dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap keberhasilan
pendidikan formal seorang anak.