Anda di halaman 1dari 105

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/371449698

EVALUASI PADA KURIKULUM MERDEKA

Book · June 2023

CITATIONS READS

0 13,145

3 authors, including:

Sardin Sardin
Universitas Dayanu Ikhsanuddin
16 PUBLICATIONS 28 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Sardin Sardin on 10 June 2023.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


EVALUASI
PADA KURIKULUM MERDEKA
dan Pemanfaatan Hasil Penilaiannya

• Anizar, S.Si., M.Pd.


• Sardin, S.Pd., M.Pd.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 19 TAHUN 2002
TENTANG HAK CIPTA

PASAL 72
KETENTUAN PIDANA SANKSI PELANGGARAN

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan
ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1
(satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,- (satu juta
rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan,


atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran
hak cipta atau hak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

EVALUASI PADA KURIKULUM MERDEKA


dan Pemanfaatan Hasil Penilaiannya
+DN&LSWD‹SDGDSHQXOLV
3HQXOLV  $QL]DU66L03GGDQ6DUGLQ63G03G
(GLWRU 1LD.DQLD03G
6HWWLQJGDQ/D\RXW  7LP3HQHUELW
'HVDLQHU6DPSXO =DHQDO$ULILQ
'LWHUELWNDQROHK (GXSHGLD3XEOLVKHU
,6%1 
'LODUDQJNHUDVPHQJXWLSPHQMLSODNPHPIRWRNRSLVHEDJLDQDWDXVHOXUXKLVLEXNXLQL
VHUWD PHPSHUMXDOEHOLNDQQ\D WDQSD PHQGDSDW L]LQ WHUWXOLV GDUL 3HQHUELW (GXSHGLD
3XEOLVKHU

‹+$.&,37$',/,1'81*,2/(+81'$1*81'$1*
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat


Allah SWT atas terselesaikannya buku ini dengan judul
EVALUASI PADA KURIKULUM MERDEKA dan
Pemanfaatan Hasil Penilaiannya. Tujuan dibuat buku
ini adalah memberikan bahan bacaan bagi pendidik
mengenai evaluasi pembelajaran pada kurikulum
merdeka.
Evaluasi pembelajaran merupakan kompetensi
professional bagi seorang pendidik, Kompetensi tersebut
sejalan dengan instrumen penilaian kemampuan
pendidik, yang salah satu indikatornya adalah
melakukan evaluasi pembelajaran. Dalam proses
evaluasi pembelajaran, pendidik berperan sebagai
evaluator berfungsi untuk mengetahui berhasil atau
tidaknya seorang pendidik dalam proses pembelajaran,
atau evaluasi juga dapat dikatakan sebagai penentu
untuk mengetahui apakah proses/cara belajar mengajar
itu harus dipertahankan atau diperbaiki lagi. Evaluasi
pembelajaran pada satuan pendidikan pelaksana
Kurikulum Merdeka juga dilaksanakan oleh
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi, dan dapat melibatkan: Kementerian Agama,
dinas pendidikan, komite satuan pendidikan, dewan
pendidikan, dan masyarakat. Satuan pendidikan
pelaksana Kurikulum Merdeka melakukan evaluasi
pembelajaran secara mandiri dan berkala. Untuk
mengetahui langkah kedepan dalam pengembangan
kurikulum satuan pendidikannya masing- masing..
Akhir kata, semoga buku ini dapat memberikan
inspirasi bagi pendidik, terutama bagi penulis sendiri.

i
Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada semua
pihak yang telah membantu dan berkontribusi dalam
penyusunan buku ini.

Aceh Besar, Mei 2023

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................... iii
BAB I. KONSEP DASAR EVALUASI
PEMBELAJARAN .................................................. 1
BAB II. PEMBELAJARAN DAN ASESMEN
PADA KURIKULUM MERDEKA ...................... 7
A. Prinsip Pembelajaran dan Prinsip Asesmen 7
B. Paradigma Penilaian (Asesmen) ................... 15
C. Jenis Asesmen Kurikulum Merdeka ............. 20
D. Karakteristik Assesmen Formatif dan
Sumatif.............................................................. 22
BAB III. TEKNIK DAN INSTRUMEN ASESMEN . 25
BAB IV. REMEDIAL, PELAPORAN DAN
PEMANFAATAN HASIL PENILAIAN ............. 29
A. Remedial ............................................................. 36
B. Pelaporan Hasil Penilaian................................. 66
C. Pemanfaatan Hasil Penilaian ........................... 82
DAFTAR PUSTAKA ..................................................... 89
BIOGRAFI PENULIS .................................................... 95

iii
iv
BAB I.
KONSEP DASAR EVALUASI
PEMBELAJARAN

Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 pasal 58 ayat


1 dan 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan
bahwa Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh
pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan
perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan. Evaluasi peserta didik, satuan
pendidikan, dan program pendidikan dilakukan oleh
Lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh,
transparan, dan sistemik untuk menilai pencapaian
standar nasional pendidikan. Berdasarkan hal tersebut,
pendidik harus memiliki kemampuan mengadakan
evaluasi dalam proses pembelajaran maupun dalam
penilaian hasil belajar.
Evaluasi pembelajaran merupakan kompetensi
professional bagi seorang pendidik, Kompetensi tersebut
sejalan dengan instrumen penilaian kemampuan
pendidik, yang salah satu indikatornya adalah melakukan
evaluasi pembelajaran.
Dalam proses evaluasi pembelajaran, pendidik
berperan sebagai evaluator berfungsi untuk mengetahui
berhasil atau tidaknya seorang pendidik dalam proses
pembelajaran, atau evaluasi juga dapat dikatakan sebagai
penentu untuk mengetahui apakah proses/cara belajar
mengajar itu harus dipertahankan atau diperbaiki lagi.
Evaluasi pembelajaran pada satuan pendidikan
pelaksana Kurikulum Merdeka juga dilaksanakan oleh
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan

1
Teknologi, dan dapat melibatkan: Kementerian Agama,
dinas pendidikan, komite satuan pendidikan, dewan
pendidikan, dan masyarakat. Satuan pendidikan
pelaksana Kurikulum Merdeka melakukan evaluasi
pembelajaran secara mandiri dan berkala. Untuk
mengetahui langkah kedepan dalam pengembangan
kurikulum satuan pendidikannya masing-masing.
Istilah tes, pengukuran (measurement), penilaian
(assesment) dan evaluasi sering disalahartikan dan
disalahgunakan dalam praktik evaluasi. Secara
konsepsional istilah-istilah tersebut sebenarnya berbeda
satu sama lain, meskipun mempunyai keterkaitan yang
sangat erat.
Terdapat perbedaan pengertian antara evaluasi,
penilaian, dan pengukuran. Evaluasi pembelajaran
merupakan proses sistematis, berkelanjutan, dan
menyeluruh dalam rangka pengendalian, penjaminan,
dan penetapan kualitas suatu program pembelajaran.
Sementara itu, penilaian atau asesmen adalah proses
yang dilakukan oleh pendidik untuk mendapatkan
informasi perkembangan proses dan hasil belajar siswa.
Adapun pengukuran merupakan proses pengumpulan
data secara empiris dalam skala kuantitatif untuk
mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan
yang telah ditetapkan (Farida,2017). Terdapat kaitan erat
antara evaluasi, penilaian dan pengukuran. Pengukuran,
penilaian dan evaluasi bersifat hierarki. Evaluasi
didahului dengan penilaian (assessment), sedangkan
penilaian didahului dengan pengukuran, pengukuran
diartikan sebagai kegiatan membandingkan hasil
pengamalan dengan kriteria, penilaian merupakan
kegiatan menafsirkan dan mendeskripsikan hasil

2
pengukuran, sedangkan evaluasi merupakan penetapan
nilai atau implikasi perilaku (Widoyoko, 2012).
Untuk melaksanakan penilaian, seorang pendidik
harus membuat alat ukur dalam bentuk instrumen tes
atau non tes. Kemudian pendidik melakukan
pengukuran yaitu pemberian angka skor mentah
terhadap hasil pekerjaan peserta didik. Angka hasil
pengukuran kemudian dibandingkan dengan kriteria
atau patokan tertentu sebagai bentuk penilaian. Pendidik
memberikan nilai yang mencerminkan kualitas hasil
pembelajaran. Berdasarkan berbagai hasil penilaian,
pendidik melakukan evaluasi, yaitu mengambil
keputusan tentang kualitas program pembelajaran yang
telah dilaksanakan pada kurun waktu tertentu.
Keputusan tersebut sebagai landasan perbaikan program
pembelajaran selanjutnya.
Dalam buku Measurement and Evaluation in
Education and Psychology ditulis William A. Mehrens
(1984:10) istilah tes, measurement, evaluation dan
assesment dijelaskan sebagai berikut:
1. Tes, adalah istilah yang paling sempit pengertiannya
dari keempat istilah lainnya, yaitu membuat dan
mengajukan sejumlah pertanyaan
yang harus dijawab. Sebagai hasil jawabannya
diperoleh sebuah ukuran (nilai angka) dari
seseorang.
2. Measurement, pengertiannya menjadi lebih luas,
yakni dengannmenggunakan observasi skala rating
atau alat lain yang membuat kita dapat memperoleh
informasi dalam bentuk kuantitas. Juga berarti
pengukuran dengan berdasarkan pada skor yang
diperoleh.
3. Evaluasi, adalah proses penggambaran dan
penyempurnaan informasi yang berguna untuk

3
menetapkan alternatif. Evaluasi bisa mencakup arti
tes dan measurement dan bisa juga berarti di luar
keduanya. Hasil Evaluasi bisa memberi keputusan
yang professional. Seseorangdapat mengevaluasi
baik dengan data kuantitatif maupun kualitatif.
4. Assesment, bisa digunakan untuk memberikan
diagnosa terhadap problema seseorang. Dalam
pengertian ia adalah sinonim dengan evaluasi.
Namun yang perlu ditekankan disini bahwa yang
dapat dinilai atau dievaluasi adalah karakter dari
seseorang, termasuk kemampuan akademik,
kejujuran, kemampuan untuk mengejar dan
sebagainya.
Kita juga sebenarnya hampir setiap hari melakukan
pengukuran, yakni membandingkan benda-benda yang
ada dengan ukuran tertentu, setelah itu kita menilai,
menentukan pilihan mana benda yang paling memenuhi
ukuran itulah yang kita ambil. Dua langkah kegiatannya
dilalui sebelum mengambil barang untuk kita, itulah
yang disebut mengadakan evaluasi yakni mengukur dan
menilai. Kita tidak dapat mengadakan penilaian sebelum
kita mengadakan pengukuran.
- Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan
satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif.
- Menilai adalah mengambil suatu keputusan
terhadap suatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian
bersifat Kualitatif.
- Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah di
atas. Yakni mengukur dan menilai. (Suharsimi:
2012:2-3)
Dengan pengertian evaluasi yang disebutkan di
atas, Arifin (2012:5) mengemukakan bahwa pada
hakikatnya evaluasi adalah suatu proses yang sistematis
dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan
arti) daripada sesuatu, berdasarkan pertimbangan
4
kriteria tertentu dalam rangka mengambil suatu
keputusan.
Terdapat perbedaan antara evaluasi dengan
asesmen. Evaluasi (evaluation) merupakan penilaian
program pendidikan secara menyeluruh. Evaluasi
pendidikan lebih bersifat makro, meluas, dan
menyeluruh. Evaluasi program menelaah komponen-
komponen yang saling berkaitan tentang perencanaan,
pelaksanaan, dan pemantauan. Sementara itu asesmen
merupakan penilaian dalam scope yang lebih sempit
(lebih mikro) bila dibandingkan dengan evaluasi.
Asesmen hanya menyangkut kompetensi siswa dan
perbaikan program pembelajaran.
Secara skematis hubungan tes, pengukuran
(measurement), penilaian (assesment) dan evaluasi dapat
digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Hubungan Tes, Pengukuran, Penilaian dan


Evaluasi

5
6
BAB II.
PEMBELAJARAN DAN ASESMEN
PADA KURIKULUM MERDEKA

A. Prinsip Pembelajaran dan Prinsip Asesmen


Pembelajaran dan asesmen merupakan satu
kesatuan yang sebaiknya tidak dipisahkan. Pendidik dan
peserta didik perlu memahami kompetensi yang dituju
sehingga pembelajaran diupayakan untuk mencapai
kompetensi tersebut. Dalam buku Panduan
(Kemendikbudristek, 2022) kaitan antara pembelajaran
dan asesmen dapat digambarkan sebagai berikut:
“Pembelajaran dapat diawali dengan proses
perencanaan asesmen dan perencanaan
pembelajaran. Pendidik perlu merancang asesmen
yang dilaksanakan pada awal pembelajaran, pada
saat pembelajaran dan pada akhir pembelajaran.
Perencanaan asesmen, terutama pada asesmen
awal pembelajaran sangat perlu dilakukan karena
untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta
didik, dan hasilnya digunakan untuk merancang
pembelajaran yang sesuai dengan tahapn capaian
peserta didik”.

1. Prinsip Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses interaksi antara
peserta didik, pendidik, dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Prinsip pembelajaran ditetapkan oleh
Pemerintah untuk memastikan proses pembelajaran dan
asesmen berjalan dengan baik. Dengan adanya prinsip
pembelajaran dan prinsip asesmen diharapkan dapat

7
memandu pendidik dalam merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran yang bermakna agar peserta
didik lebih kreatif, berpikir kritis dan inovatif.
Prinsip pembelajaran pada Kurikulum Merdeka
adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran dirancang dengan
mempertimbangkan tahap perkembangan dan
tingkat pencapaian peserta didik, sesuai dengan
kebutuhan belajar, serta mencerminkan karakteristik
dan perkembangan peserta didik yang beragam.
Dengan demikian, pembelajaran menjadi bermakna
dan menyenangkan. Contoh:
• Pada awal tahun ajaran, pendidik berusaha
mencari tahu kesiapan belajar peserta didik dan
pencapaian sebelumnya. Misal: melalui dialog
dengan peserta didik, sesi diskusi kelompok
kecil, tanya jawab, pengisian survei/angket,
dan/atau metode lainnya yang sesuai.
• Pendidik merancang atau memilih ATP sesuai
dengan tahap perkembangan peserta didik, atau
mengacu ke tahap awal. Pendidik bisa
menggunakan atau mengadaptasi contoh tujuan
pembelajaran, ATP, dan modul ajar yang
disediakan oleh Kemendikbudristek.
b. Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan untuk
membangun kapasitas peserta didik menjadi
pembelajar sepanjang hayat. Contoh:
• Pendidik mendorong peserta didik untuk
melakukan refleksi untuk memahami kekuatan
diri dan area yang perlu dikembangkan.
• Pendidik senantiasa memberikan umpan balik
langsung yang mendorong kemampuan peserta
didik untuk terus belajar dan mengeksplorasi
ilmu pengetahuan.

8
• Pendidik menggunakan pertanyaan terbuka
yang menstimulasi pemikiran yang mendalam.
• Pendidik memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif agar terbangun sikap
pembelajar mandiri.
• Pendidik memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai bakat,
minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis
peserta didik.
• Pendidik memberikan tugas atau pekerjaan
rumah ditujukan untuk mendorong
pembelajaran yang mandiri
dan untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan
dengan mempertimbangkan beban belajar
peserta didik.
• Pendidik merancang pembelajaran untuk
mendorong peserta didik terus meningkatkan
kompetensinya melalui
tugas dan aktivitas dengan tingkat kesulitan
yang tepat.
c. Proses pembelajaran mendukung perkembangan
kompetensi dan karakter peserta didik secara
holistik. Contoh:
• Pendidik menggunakan berbagai metode
pembelajaran yang bervariasi dan untuk
membantu peserta didik mengembangkan
kompetensi. Misal: belajar berbasis inkuiri,
berbasis projek, berbasis masalah, dan
pembelajaran terdiferensiasi.
• Pendidik merefleksikan proses dan sikapnya
untuk memberi keteladanan dan sumber
inspirasi positif bagi peserta didik.
• Pendidik merujuk pada profil pelajar Pancasila
dalam memberikan umpan balik (apresiasi
maupun koreksi).

9
d. Pembelajaran yang relevan, yaitu pembelajaran yang
dirancang sesuai konteks, lingkungan, dan budaya
peserta didik, serta melibatkan orang tua dan
komunitas sebagai mitra. Contoh:
• Pendidik menyelenggarakan pembelajaran
sesuai kebutuhan dan dikaitkan dengan dunia
nyata, lingkungan, dan budaya yang menarik
minat peserta didik.
• Pendidik merancang pembelajaran interaktif
untuk memfasilitasi interaksi yang terencana,
terstruktur, terpadu, dan produktif antara
pendidik dan peserta didik, sesama peserta
didik, serta antara peserta didik dan materi
belajar.
• Pendidik memberdayakan masyarakat sekitar,
komunitas, organisasi, ahli dari berbagai profesi
sebagai narasumber untuk memperkaya dan
mendorong pembelajaran yang relevan.
• Pendidik melibatkan orang tua dalam proses
belajar dengan
komunikasi dua arah dan saling memberikan
umpan balik.
• Pada PAUD, pendidik menggunakan
pendekatan multibahasa berbasis bahasa ibu
juga dapat digunakan, utamanya bagi peserta
didik yang tumbuh di komunitas
yang menggunakan bahasa lokal.
• Pada SMK, terdapat pembelajaran melalui
Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang
dilaksanakan di dunia kerja atau
tempat praktik di lingkungan sekolah yang telah
dirancang sesuai dengan standar dunia kerja,
menerapkan sistem dan budaya kerja
sebagaimana di dunia kerja, dan disupervisi

10
oleh pendidik/instruktur yang ditugaskan atau
memiliki pengalaman di dunia kerja yang
relevan.
• Pada SMK, pendidik dapat menyelenggarakan
pembelajaran melalui praktik-praktik kerja
bernuansa industri di lingkungan sekolah
melalui model pembelajaran industri (teaching
factory).
e. Pembelajaran berorientasi pada masa depan yang
berkelanjutan. Contoh:
• Pendidik berupaya untuk mengintegrasikan
prinsip kehidupan keberlanjutan (sustainable
living) pada berbagai kegiatan pembelajaran
dengan mengintegrasikan nilai-nilai dan
perilaku yang menunjukkan kepedulian
terhadap lingkungan dan masa depan bumi.
Misal: menggunakan sumber daya secara bijak
(hemat air, listrik, dll.), mengurangi sampah.
• Pendidik memotivasi peserta didik untuk
menyadari bahwa masa depan adalah milik
mereka, sehingga mereka perlu mengambil
peran dan tanggung jawab untuk masa depan
mereka.
• Pendidik melibatkan peserta didik dalam
mencari solusi solusi permasalahan di
keseharian yang sesuai dengan tahapan
belajarnya.
• Pendidik memanfaatkan projek penguatan
profil pelajar Pancasila untuk membangun
karakter dan kompetensi peserta didik sebagai
warga dunia masa depan.
2. Prinsip Asesmen
Asesmen atau penilaian merupakan proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.

11
Dalam Kurikulum Merdeka, prinsip penilaian
dijabarkan secara lebih integral. Adapun prinsip
penilaian atau asesmen dalam Kurikulum Merdeka
adalah sebagai berikut:
a. Asesmen merupakan bagian terpadu dari proses
pembelajaran, fasilitasi pembelajaran, dan
penyediaan informasi yang holistik, sebagai umpan
balik untuk pendidik, peserta didik, dan orang
tua/wali agar dapat memandu mereka dalam
menentukan strategi pembelajaran selanjutnya.
Contoh:
• Pendidik menguatkan asesmen di awal
pembelajaran yang digunakan untuk merancang
pembelajaran sesuai dengan kesiapan peserta
didik.
• Pendidik merencanakan pembelajaran dengan
merujuk pada tujuan yang hendak dicapai dan
memberikan umpan balik agar peserta didik
menentukan langkah untuk perbaikan ke
depannya
• Pendidik memberikan umpan balik berupa
kalimat dukungan untuk menstimulasi pola
pikir bertumbuh.
Pendidik melibatkan peserta didik dalam
melakukan asesmen, melalui penilaian diri,
penilaian antar teman, refleksi diri, dan
pemberian umpan balik antar teman.
• Pendidik memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk berefleksi tentang
kemampuan mereka, serta bagaimana
meningkatkan kemampuan tersebut
berdasarkan hasil asesmen.
• Pendidik merancang asesmen untuk mendorong
peserta didik terus meningkatkan
kompetensinya melalui asesmen dengan tingkat

12
kesulitan yang tepat dan umpan balik yang
membangun Pada konteks PAUD, yang
dipantau tidak hanya berbagai
aspek perkembangan yang ada di CP, namun
juga tumbuh kembang anak secara keseluruhan.
b. Asesmen dirancang dan dilakukan sesuai dengan
fungsi asesmen tersebut, dengan keleluasaan untuk
menentukan teknik dan waktu pelaksanaan asesmen
agar efektif mencapai tujuan pembelajaran. Contoh:
• Pendidik memikirkan tujuan pembelajaran pada
saat merencanakan asesmen dan memberikan
kejelasan pada peserta didik mengenai tujuan
asesmen di awal pembelajaran.
• Pendidik menggunakan teknik asesmen yang
beragam sesuai dengan fungsi dan tujuan
asesmen. Hasil dari asesmen formatif digunakan
untuk umpan balik pembelajaran, sementara
hasil dari asesmen sumatif digunakan untuk
pelaporan hasil belajar.
c. Asesmen dirancang secara adil, proporsional, valid,
dan dapat dipercaya (reliable) untuk menjelaskan
kemajuan belajar, menentukan keputusan tentang
langkah selanjutnya, dan sebagai dasar untuk
menyusun program pembelajaran yang sesuai ke
depannya. Contoh:
• Pendidik menyediakan waktu dan durasi yang
cukup agar asesmen menjadi sebuah proses
pembelajaran dan bukan hanya untuk
kepentingan menguji.
• Pendidik menentukan kriteria sukses dan
menyampaikannya pada peserta didik, sehingga
mereka memahami ekspektasi yang perlu
dicapai.
• Pendidik berkolaborasi dalam merancang
asesmen sehingga dapat menggunakan kriteria
yang serupa dan sesuai dengan tujuan asesmen.
13
• Pendidik menggunakan hasil asesmen untuk
menentukan tindak lanjut pembelajaran.
d. Laporan kemajuan belajar dan pencapaian peserta
didik bersifat sederhana dan informatif, memberikan
informasi yang bermanfaat tentang karakter dan
kompetensi yang dicapai, serta strategi tindak lanjut.
Contoh:
• Pendidik menyusun laporan kemajuan belajar
secara ringkas, mengutamakan informasi yang
paling penting untuk dipahami oleh peserta
didik dan orang tua.
• Pendidik memberikan umpan balik secara
berkala kepada peserta didik dan
mendiskusikan tindak lanjutnya bersama-sama,
serta melibatkan orang tua.
e. Hasil asesmen digunakan oleh peserta didik,
pendidik, tenaga kependidikan, dan orang tua/wali
sebagai bahan refleksi untuk meningkatkan mutu
pembelajaran. Contoh:
• Pendidik menyediakan waktu untuk membaca,
menganalisis, dan melakukan refleksi hasil
asesmen.
• Pendidik menggunakan hasil asesmen sebagai
bahan diskusi untuk menentukan hal-hal yang
sudah berjalan baik dan area yang perlu
diperbaiki.
• Satuan pendidikan memiliki strategi agar hasil
asesmen digunakan sebagai refleksi oleh peserta
didik, pendidik, tenaga kependidikan, dan
orang tua untuk meningkatkan mutu
pembelajaran.
Asesmen merupakan bagian terpadu dari proses
pembelajaran, memfasilitasi pembelajaran dan
menyediakan informasi yang holistic sebagai umpan
balik untuk pendidik dan orang tua, agar dapat

14
memandu mereka dalam menentukan strategi
pembelajaran selanjutnya. Asesmen ini dirancang dan
dilakukan sesuai dengan fungsi asesmen tersebut,
dengan keleluasan untuk mennetukan tehnik dan wajtu
pelaksanaan asesmen agar efektif mencapai tujuan
pembelajaran. Hal lainnya adalah asesmen dirancang
secara adil, proporsional, valid dan dapat dipercaya
(reliable) untuk menjelaskan kemajuan belajar dab
mennetukan keputusan tentang langkah selanjutnya.
Laporan kemajuan belajar dan pencapaian peserta didik
bersifat sederhana dan informatif, memberikan informasi
yang bermanfaat tentang karakter dan kompetensi yang
dicapai serta strategi selanjutnya. Hasil asesmen
digunakan oleh peserta didik, pendidik, tenaga
kependidikan dan orang tua sebagai bahan refleksi untuk
meningkatkan mutu pembelajaran.
Penilaian hasil belajar peserta didik dilakukan
sesuai dengan tujuan penilaian secara berkeadilan,
objektif, dan edukatif. Penilaian hasil belajar secara
berkeadilan merupakan penilaian yang tidak bias oleh
latar belakang, identitas, atau kebutuhan khusus peserta
didik. Penilaian hasil belajar secara objektif merupakan
penilaian yang didasarkan pada informasi faktual atas
pencapaian perkembangan atau hasil belajar peserta
didik. Penilaian hasil belajar secara edukatif merupakan
penilaian yang hasilnya digunakan sebagai umpan balik
bagi pendidik, peserta didik, dan orang tua untuk
meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar.

B. Paradigma Penilaian (Asesmen)


Selama ini pelaksanaan asesmen cenderung
berfokus pada asesmen sumatif yang dijadikan acuan
untuk mengisi laporan hasil belajar. Hasil asesmen belum

15
dimanfaatkan sebagai umpan balik untuk perbaikan
pembelajaran.
Pada kurikulum merdeka, pendidik diharapkan
lebih berfokus pada asesmen formatif dibandingkan
sumatif dan menggunakan hasil asesmen formatif untuk
perbaikan proses pembelajaran yang berkelanjutan.

Gambar 2. Pelaksanaan Asesmen sebelumnya dan


pelaksanaan asesmen yang diharapkan.

Penilaian tidak hanya dilakukan untuk mengukur


hasil belajar peserta didik, tetapi juga untuk
meningkatkan kompetensi peserta didik dalam proses
pembelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat
tiga pendekatan penilaian yang perlu dilakukan, yaitu
penilaian atas pembelajaran (assessment of learning),
penilaian untuk pembelajaran (assessment for learning),
dan penilaian sebagai pembelajaran (assessment as
learning).
Penilaian atas pembelajaran bertujuan mengukur
capaian siswa atas kompetensi yang telah ditetapkan,
dilakukan setelah proses pembelajaran selesai. Penilaian
untuk pembelajaran bermakna penggunaan informasi
dari hasil penilaian oleh pendidik untuk memperbaiki
pembelajaran, dilakukan selama proses pembelajaran
16
berlangsung. Adapun penilaian sebagai pembelajaran
yaitu peserta didik mampu melihat capaian dan
kemajuan belajarnya untuk menentukan target belajar,
seperti penilaian diri (self assessment) dan penilaian antar
teman (peer assessment). Pada paradigma baru, porsi
penilaian untuk pembelajaran dan penilaian sebagai
pembelajaran perlu ditingkatkan.
Adapun perbedaan ketiga pendekatan penilaian
tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
Asesmen SEBAGAI Proses Pembelajaran
(Assessment AS Learning)
● Asesmen untuk refleksi proses pembelajaran
● Penilaian sebagai pembelajaran
● Melibatkan peserta didik, ada self asesmen
● Berfungsi sebagai asesmen formatif

Asesmen UNTUK Proses Pembelajaran


(Assessment FOR Learning)
● Asesmen untuk perbaikan proses pembelajaran
● Penilaian untuk pembelajaran
● Dilakukan pada proses pembelajaran
● Berfungsi sebagai asesmen formatif

Asesmen PADA AKHIR Proses Pembelajaran


(Assessment OF Learning)
● Asesmen untuk evaluasi pada akhir proses
pembelajaran (Penilaian dilaksanakan setelah
proses pembelajaran)
● Penilaian hasil belajar
● Berfungsi sebagai asesmen sumatif

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam


menentukan asesmen adalah sebagai berikut:

17
1. Penerapan pola Pikir Bertumbuh (growth
Mindset).
a. Kesalahan dalam belajar itu wajar.
Kesalahan akan menstimulasi
perkembangan otak peserta didik jika
diterima, dikomunikasikan dan dicarikan
solusi.
b. Belajar bukan tentang kecepatan.
Tetapi tentang pemahaman, penalaran,
penerapan serta kemampuan menilai dan
berkarya secara mendalam
c. Ekspektasi pendidik yang positif akan
sangat mempengaruhi performa peserta
didik.
d. Setiap peserta didik unik, mereka
memiliki peta jalan belajar yang berbeda,
dan tidak perlu dibandingkan dengan
teman-temannya.
e. Lingkungan belajar. Pengkondisian
lingkungan belar (fisik dan psikis) di
sekolah dan di rumah akan
mempengaruhi pencapaian hasil belajar.
f. Berlatih melakukan asesmen.
Membiasakan peserta didik untuk
melakukan asesmen diri, asesmen
antarteman, refleksi diri dan pemberian
umpan balik antarteman.
g. Apresiasi/umpan balik. Pemberian
umpan balik yang tepat akan berpengaruh
pada motivasi belajar peserta didik.
2. Terpadu dimana asesmen mencakup
kompetensi pada ranah sikap, pengetahuan
dan keterampilan yang saling terkait.
Rumusan capaian pembelajaran telah
mengakomodasi tiga ranah tersebut.

18
3. Sekolah diberikan keleluasaan untuk
menentukan waktu asesmen.

Asesmen Formatif
• Awal pembelajaran
• Awal lingkup materi
• Selama proses pembelajaran

Asesmen Sumatif
• Selesai 1 lingkup materi (terdiri dari
beberapa tujuan pembelajaran)
• Pada akhir fase
• Jika diperlukan untuk menguatkan
konfirmasi capaian hasil belajar, asesmen
sumatif dapat dilakukan pada akhir
semester, berfokus pada kompetensi yang
dipelajari selama satu semester.
4. Keleluasaan dalam menentukan jenis
asesmen. Pendidik diberikan keleluasaan
dalam merencanakan dan menggunakan jenis
asesmen dengan mempertimbangkan:
karakteristik mata pelajaran, karakteristik dan
kemampuan peserta didik, capaian
pembelajaran, dan tujuan pembelajaran serta
sumber daya pendukung yang tersedia.
5. Keleluasaan dalam menggunakan Teknik dan
instrument asesmen.
6. Keleluasaan dalam menentukan kriteria
ketercapaian tujuan pembelajaran. Kriteria
ketercapaian tujuan pembelajaran menjadi
sumber informasi atau data bagi pendidik
untuk menentukan tindak lanjut penyesuaian
pembelajaran sesuai kondisi peserta didik.
7. Keleluasaan dalam mengolah hasil asesmen.
Pengolahan hasil asesmen dalam bentuk

19
angka (kuantitatif) didasarkan hanya pada
hasil asesmen sumatif, sementara asesmen
formatif sebagaimana diuraikan sebelumnya
berupa data atau informasi yang bersifat
kualitatif, digunakan sebagai umpan balik
untuk perbaikan pembelajaran sekaligus
sebagai bahan pertimbangan menyusun
deskripsi capaian kompetensi.
8. Satuan Pendidikan memiliki keleluasaan
untuk menentukan kriteria kenaikan kelas.
9. Khusus SMK terdapat juga bentuk asesmen
khas yang membedakan dengan jenjang yang
lain, yaitu asesmen Praktek kerja lapangan,
Uji kompetensi Kejuruan dan uji unit
kompetensi.

C. Jenis Asesmen Kurikulum Merdeka


Berdasarkan fungsi dan tujuannya, jenis penilaian
terdiri dari penilaian pengukur keberhasilan (formatif
dan sumatif), diagnostik, selektif, dan penempatan
(Arikunto, 2012).
Dalam Kurikulum Merdeka, penilaian diagnostik
diberikan di awal, sebelum memasuki pembelajaran.
Penilaian diagnostik bertujuan untuk mengetahui
kelemahan siswa dan faktor penyebabnya. Hal ini
bertujuan untuk menilai kesiapan setiap individu peserta
didik untuk mempelajari materi yang telah dirancang
dan memodifikasi rancangan sesuai taraf kesiapan
peserta didik.
Menurut Kepmendikbud no.719/P/2020 asesmen
diagnostik adalah asesmen yang dilakukan secara
spesifik untuk mengidentifikasi kompetensi, kekuatan,
kelemahan peserta didik, sehingga pembelajaran dapat

20
dirancang sesuai dengan kompetensi dan kondisi peserta
didik.
Adapun manfaat asesmen diagnostik menurut
Brummitt, 2020 (dalam Wahyuddin) adalah sebagai
berikut :
• Merencanakan pembelajaran yang efisien untuk
peserta didik yang beragam, berdasarkan
informasi asesmen diagnostik guru akan dapat
menyusun program pembelajaran yang bersifat
realitas sesuai dengan kenyataan objektif.
• Memperoleh informasi yang lengkap tentang
individual siswa (mengumpulkan data siswa
yang berfungsi melihat kemampuan/kelebihan,
dan kesulitan yang dihadapi dalam belajar)
• Merancang baseline untuk asesmen belajar lebih
lanjut

Gambar 3. Jenis Asesmen pada kurikulum merdeka

Penilaian formatif berfungsi untuk memantau dan


memperbaiki proses pembelajaran serta mengevaluasi
pencapaian tujuan pembelajaran atau tingkat
keberhasilan proses belajar mengajar. Selain itu asesmen

21
formatif juga digunakan untuk mengidentifikasi
kebutuhan belajar peserta didik, hambatan atau kesulitan
yang dihadapi siswa, juga umpan balik bagi peserta didik
dan pendidik.
Penilaian sumatif dilakukan di akhir unit program,
seperti pada akhir semester atau akhir tahun, berfungsi
untuk mengetahui seberapa jauh capaian siswa terhadap
kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
Penilaian selektif dilaksanakan dalam rangka menyeleksi
atau menyaring, seperti seleksi siswa perwakilan lomba
atau seleksi masuk perguruan tinggi. Penilaian
penempatan memiliki fungsi untuk mengetahui
penguasaan kompetensi prasyarat siswa yang diperlukan
bagi suatu program belajar.
Asesmen formatif pada kurikulum merdeka:
• Ketuntasan hasil belajar tidak diukur lagi dengan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang berupa
nilai kuantitatif.
• Asesmen formatif pada pembelajaran dilakukan
untuk mengidentifikasi ketercapaian tujuan
pembelajaran.

Pendidik dan satuan pendidikan diberikan


keleluasaan untuk mengatur pelaksanaan asesmen
formatif maupun sumatif melalui berbagai teknik guna
mengukur dan mengintervensi capaian yang dilakukan
dalam pembelajaran.

D. Karakteristik Assesmen Formatif dan Sumatif


Aseemen Formatif :
● Terpadu dengan proses pembelajaran, sehingga
asesmen formatif dan pembelajaran menjadi
suatu kesatuan. Perencanaan asesmen formatif

22
dibuat menyatu dengan perencanaan
pembelajaran;
● Melibatkan peserta didik dalam pelaksanaannya
(misalnya melalui penilaian diri, penilaian
antarteman, dan refleksi metakognitif terhadap
proses belajarnya);
● Memperhatikan kemajuan penguasaan dalam
berbagai ranah, meliputi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan, sehingga dibutuhkan
metode/strategi pembelajaran dan
teknik/instrumen.

Asesmen Sumatif:
● Merupakan alat ukur untuk mengetahui
pencapaian hasil belajar peserta didik dalam satu
lingkup materi atau periode tertentu, misalnya
satu lingkup materi, akhir semester, atau akhir
tahun ajaran;
● Capaian hasil belajar untuk dibandingkan
dengan kriteria capaian yang telah ditetapkan
Digunakan pendidik atau satuan pendidikan
untuk mengevaluasi efektivitas program
pembelajaran.

Kedua memiliki kesamaan yaitu adanya umpan


balik untuk pemberian intervensi kepada peserta didik
maupun perbaikan proses pembelajaran berikutnya.

E. Pelaksanaan Asesmen Sumatif Dan Formatif


Pelaksanaan asesmen formatif dapat dilakukan
dengan memperhatikan hal berikut:
• Dilaksanakan bersamaan dalam proses
pembelajaran, yang kemudian ditindaklanjuti
untuk memberi perlakuan berdasarkan

23
kebutuhan peserta didik serta perbaikan proses
pembelajaran.
• Pendidik dapat menggunakan berbagai teknik
seperti observasi, performa (kinerja, produk,
proyek, portofolio), mauoun tes.
• Tindak lanjut yang dilakukan bisa dilakukan
langsung dengan memberikan umpan balik atau
melakukan intervensi.
• Pendidik dapat mempersiapkan berbagai
instrumen seperti rubrik, catatan anekdotal,
lembar ceklist untuk mencatat informasi yang
terjadi selama pembelajaran berlangsung.

Pelaksanan asesmen sumatif dapat dilakukan


dengan memperhatikan hal berikut:
• Sumatif dilakukan pada akhir lingkup materi
untuk mengukur kompetensi yang dikehendaki
dalam tujuan pembelajaran dan pada akhir
semester.
• Pendidik dapat menggunakan berbagai teknik
seperti portopolio, performa (kinerja, produk,
proyek, portofolio), maupun tes.
• Hasil sumatif dapat ditindak lanjuti dengan
memberikan umpan balik atau melakukan
intervensi kepada peserta didik maupun proses
pembelajaran yang telah dilakukan.

Hal penting bagi para pendidik adalah memegang


rubrik penilaian sebagai dasar penilaian pada peserta
didik. Adapun tehnik dan instrumen asesmen dapat
dilihat pada pembahasan berikut.

24
BAB III.
TEKNIK DAN INSTRUMEN
ASESMEN

Terdapat berbagai teknik dalam melakukan


asesmen, pendidik diberikan keleluasaan memilih teknik
dan instrumen agar asesmen selaras dengan kegiatan
pembelajaran. Sehingga hasil belajar peserta didik valid
dan dapat ditindak lanjuti.
Instrumen asesmen dapat dikembangkan
berdasarkan teknik penilaian yang digunakan oleh
pendidik. Di bawah ini diuraikan contoh teknik asesmen
yang dapat diadaptasi, yaitu:

Gambar 4. Tehnik Asesmen

25
Berikut adalah contoh instrumen penilaian atau
asesmen yang dapat menjadi inspirasi bagi pendidik,
yaitu:
1. Rubrik
Pedoman yang dibuat untuk menilai dan
mengevaluasi kualitas capaian kinerja peserta didik
sehingga pendidik dapat menyediakan bantuan
yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja.
Rubrik juga dapat digunakan oleh pendidik untuk
memusatkan perhatian pada kompetensi yang harus
dikuasai. Capaian kinerja dituangkan dalam bentuk
kriteria atau dimensi yang akan dinilai yang dibuat
secara bertingkat dari kurang sampai terbaik.
2. Ceklis
Daftar informasi, data, ciri-ciri, karakteristik, atau
elemen yang dituju.
3. Catatan Anekdotal
Catatan singkat hasil observasi yang difokuskan
pada performa dan perilaku yang menonjol, disertai
latar belakang kejadian dan hasil analisis atas
observasi yang dilakukan
4. Grafik Perkembangan (Kontinum)
Grafik atau infografik yang menggambarkan tahap
perkembangan belajar.
5. Tes Lisan
Pemberian soal/pertanyaan yang menuntut peserta
didik menjawab secara lisan, dan dapat diberikan
secara klasikal ketika pembelajaran.
6. Penugasan
Pemberian tugas kepada peserta didik untuk
mengukur pengetahuan dan memfasilitasi peserta
didik memperoleh atau meningkatkan pengetahuan
7. Portofolio
Kumpulan dokumen hasil penilaian, penghargaan,
dan karya peserta didik dalam bidang tertentu yang
26
mencerminkan perkembangan (reflektif-integratif)
dalam kurun waktu tertentu.
Asesmen dapat dilakukan secara berbeda di jenjang
tertentu, sesuai dengan karakteristiknya. Untuk jenjang
PAUD, teknik penilaian tidak menggunakan tes
tertulis, melainkan dengan berbagai cara yang
disesuaikan dengan kondisi satuan PAUD, dengan
menekankan pengamatan pada anak secara autentik
sesuai preferensi satuan pendidikan. Ragam bentuk
asesmen yang dapat dilakukan, antara lain: catatan
anekdot, ceklis, hasil karya, portofolio,
dokumentasi, dll. Untuk pendidikan khusus, asesmen
cenderung lebih beragam karena perlu pendekatan
individual. Pada Pendidikan Kesetaraan, asesmen mata
pelajaran keterampilan dapat berbentuk observasi,
demonstrasi, tes lisan, tes tulis, portofolio,
dan/atau uji kompetensi pada Lembaga sertifikasi dan
kompetensi. Sementara itu pada SMK, terdapat
bentuk penilaian atau asesmen khas yang membedakan
dengan jenjang yang lain, yaitu Asesmen Praktik Kerja
Lapangan (PKL) dan Uji kompetensi Kejuruan dan uji
unit kompetensi.

27
28
BAB IV.
REMEDIAL, PELAPORAN DAN
PEMANFAATAN HASIL PENILAIAN

Tujuan pembelajaran adalah sasaran yang harus


tercapai dalam sebuah kegiatan pembelajaran. Tujuan
pembelajaran seyogyanya merujuk pada Kompetensi
Dasar yang telah ditentukan, tujuan pembelajaran
sebaiknya disusun dalam bentuk sebuah narasi yang
mengacu kepada Formula ABCD (Adience, Behaviour,
Conditioning, Degree). Menurut Baker (1971)
mengungkapkan bahwa tujuan pembelajaran yang baik
adalah mengandung unsur Adience, Behaviour,
Conditioning, Degree. Sundrajat (2017) menjelaskan
tentang formula ABCD sebagai berikut;
1. Adience (Adaptability)
Tujuan pembelajaran harus mempertimbangkan
karakteristik dan kebutuhan peserta didik. Setiap
individu memiliki gaya belajar yang berbeda-beda,
tingkat kecerdasan yang beragam, serta latar belakang
dan pengalaman yang berbeda. Oleh karena itu, tujuan
pembelajaran yang baik harus dapat menyesuaikan
dengan kebutuhan peserta didik agar mereka dapat
mencapai hasil yang maksimal..
2. Behaviour (Perilaku)
Tujuan pembelajaran juga harus mencakup
perubahan perilaku yang diharapkan pada peserta didik.
Tujuan ini berkaitan dengan penerapan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari. Misalnya, tujuan pembelajaran
29
dalam pelajaran bahasa Inggris dapat mencakup
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi secara
efektif dalam bahasa Inggris.
3. Conditioning (Pembiasaan)
Tujuan pembelajaran yang baik harus melibatkan
proses pembiasaan yang bertahap. Ini berarti
mengajarkan peserta didik untuk mempraktikkan
pengetahuan dan keterampilan secara berulang-ulang
agar menjadi kebiasaan. Misalnya, dalam pembelajaran
matematika, tujuan pembelajaran bisa mencakup
penguasaan peserta didik terhadap konsep-konsep dasar
yang memerlukan latihan dan pemahaman yang
konsisten.
4. Degree (Tingkat)
Tujuan pembelajaran harus jelas dan dapat diukur
sehingga dapat menentukan tingkat pencapaian yang
diinginkan. Tujuan pembelajaran yang spesifik dan
terukur memungkinkan guru dan peserta didik untuk
memantau kemajuan belajar secara objektif. Misalnya,
tujuan pembelajaran dalam pelajaran seni mungkin
mencakup kemampuan peserta didik untuk
menghasilkan karya seni yang memenuhi kriteria
tertentu dalam skala penilaian yang telah ditentukan.
Tujuan pembelajaran merupakan perwujudan dari
kompetensi dasar pada diri peserta didik. Untuk
mengetahui ketercapaian Kompetensi Dasar (KD), guru
harus merumuskan sejumlah indikator sebagai acuan
penilaian. Indikator ini merupakan penjabaran dari
komptensi dasar, yang memuat kata kerja operasional
sehingga dapat diukur ketercapaiannya. Siswa yang
sudah berhasil menguasai indikator pada suatu KD dan

30
mendapatkan nilai minimal batas Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) dikatakan sudah tuntas, sedangkan
siswa yang belum mencapai batas KKM dikatakan belum
tuntas. Berdasarkan kurikulum merdeka belajar, bagi
siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan belajar akan
diikutkan dalam kegiatan remedial. Nilai yang dihasilkan
kemudian dilaporkan, dan dari hasil penilaian tersebut
kemudian dapat dimanfaatkan untuk peningkatan
kualitas pembelajaran.
Tahap remedial adalah proses penyediaan program
bantuan atau pembelajaran tambahan bagi peserta didik
yang mengalami kesulitan dalam memahami materi atau
mencapai kompetensi yang diharapkan. Remedial
dilakukan secara individu atau kelompok, dan harus
dilakukan dengan memperhatikan kondisi dan
kebutuhan peserta didik. Remedial dapat dilakukan oleh
guru atau tenaga pendidik lain yang memiliki kualifikasi
dan kemampuan untuk memberikan bantuan. Remedial
merupakan program pembelajaran yang diperuntukkan
bagi peserta didik yang belum mencapai KKM pada
suatu KD. Pembelajaran remedial juga diberikan segera
setelah peserta didik dinyatakan belum mencapai KKM.
Pembelajaran remedial dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan peserta didik. Melalui pembelajaran remedial,
diharapkan peserta didik maupun guru dapat
mengetahui kesulitan belajar peserta didik, mencari cara
untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut, membantu
peserta didik untuk dapat menguasai setiap kompetensi
yang diharapkan, dan pada akhirnya akan mendorong
peserta didik untuk mencapai KKM.

31
Tahap pelaporan adalah proses penyampaian
informasi mengenai hasil penilaian kepada peserta didik,
orang tua/wali, dan pihak sekolah. Pelaporan harus
dilakukan secara teratur dan sistematis, menggunakan
instrumen penilaian yang telah disepakati. Pelaporan
harus juga memberikan informasi yang lengkap, jelas,
dan mudah dipahami, sehingga dapat memberikan
gambaran yang akurat mengenai kemajuan peserta didik.
Tahap pemanfaatan hasil penilaian adalah proses
penggunaan informasi hasil penilaian untuk
meningkatkan kualitas pendidikan. Pemanfaatan hasil
penilaian dapat dilakukan dalam berbagai bentuk,
seperti perbaikan program pembelajaran, pengembangan
kegiatan ekstrakurikuler, dan pengembangan sistem
pengajaran. Pemanfaatan hasil penilaian juga dapat
digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan,
seperti promosi peserta didik ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi atau penentuan jenis pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Dalam
Kurikulum Merdeka Belajar, ketiga tahapan tersebut
harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan,
sehingga dapat memberikan manfaat yang maksimal
bagi peserta didik dan sistem Pendidikan. Ketiga hal
tersebut dapat diketahui berdasarkan hasil penilian guru
berdasarkan hasil belajar siswa selama berada dalam
lingkungan sekolah.
Selanjutnya beberapa hal yang perlu dipahami
dalam kegiatan remedial, pelaporan dan pemanfaatan
nilai hasil belajar. Dalam rangka mendukung kegiatan
tersebut dalam kurikulum merdeka belajar perlu
dilakukan penilaian, proses pembelajaran, pengukuran,

32
dan evaluasi Pendidikan serta tindak lanjut dari evaluasi
pendidikan.
a. Penilaian hasil belajar merupakan suatu kegiatan
atau cara yang ditujukan untuk mengetahui tercapai
atau tidak tercapainya tujuan dari proses
pembelajaran. Penilaian ini juga digunakan untuk
mengetahui seberapa besar persentase
keterlaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan.
Pada bagian ini, seorang guru atau pengajar akan di
tuntut untuk memiliki kemampuan yang lebih
dalam menentukan setiap cara untuk melakukan
evaluasi pembelajaran yang dilakukan melalui hasil
belajar siswa (Anderson, Lorin W dan David R
Krathwohl, 2010).
b. Proses pembelajaran merupakan serangkaian
kegiatan yang terjadi antara pengajar (guru,
instruktur, fasilitator) dan peserta didik dengan
tujuan untuk mentransfer pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai. Proses ini
melibatkan interaksi antara pengajar dan peserta
didik, serta penggunaan metode dan strategi
pembelajaran yang sesuai. Keberhasilan proses
pembelajaran hanya mampu diketahui oleh guru
setelah melakukan evaluasi, baik evaluasi terhadap
proses ataupun terhadap produk pembelajaran itu
sendiri. Evaluasi memiliki makna yang sangat luas
jika dibandingkan dengan penilaian. Dengan kata
lain, di dalam proses evaluasi proses penilaian.
c. Pengukuran hasil belajar merupakan suatu cara yang
digunakan oleh guru untuk mengumpulkan
berbagai macam informasi yang hasilnya bisa

33
dinyatakan dalam bentuk angka yang memang juga
bisa disebut dengan skor. Penilaian hasil belajar ini
merupakan satu cara untuk menginterpretasikan
nilai atau skor yang didapatkan dari hasil
pengukuran dengan mengubah hal ini kedalam nilai
dengan prosedur yang telah ditentukan serta
menggunakannya untuk mengambil satu keputusan
yang mutlak. Sebenarnya dari hasil penilaian belajar
ini telah mencakup dari hasil pengukuran belajar,
sehingga alat yang digunakan dalam pengukuran
disebut juga sebagai alat penilaian.
d. Evaluasi pendidikan merupakan suatu proses
sistematis yang dapat digunakan untuk menentukan
atau mengambil keputusan, indikator-indikator
yang dihasilkan dapat digunakan sebagai kriteria
untuk menentukan derajat implementasi tujuan
pendidikan, apakah tujuan tersebut dicapai oleh
peserta didik. Evaluasi pendidikan adalah prediksi
pertumbuhan dan kemajuan peserta didik menuju
tujuan atau nilai yang ditetapkan dalam kurikulum
pendidikan. Dalam Evaluasi terdapat beberapa jenis
seperti evaluasi formatif yaitu evaluasi yang
dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu
pokok bahasan / topik, dan dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh manakah suatu proses
pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang
direncanakan. Ada 2 kegiatan evaluasi yaitu:
1) Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang
dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu
yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok
bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui

34
sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah
dari suatu unit ke unit berikutnya. evaluasi
formatif adalah penggunaan tes-tes selama
proses pembelajaran yang masih berlangsung,
agar siswa dan guru memperoleh informasi
(feedback) mengenai kemajuan yang telah
dicapai. Wiersma menyatakan formative testing is
done to monitor student progress over period of time.
Ukuran keberhasilan atau kemajuan siswa
dalam evaluasi ini adalah penguasaan
kemampuan yang telah dirumuskan dalam
rumusan tujuan instruksional Khusus yang telah
ditetapkan sebelumnyaPada evaluasi sumatif,
evaluasi berfokus pada varibel-variabel yang
dianggap penting oleh sponsor atau pembuat
keputusan (Farida Yusuf Tayinapis, 2008).
2) Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang
digunakan untuk mengetahui kelebihan-
kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada
pada siswa sehingga dapat diberikan perlakuan
yang tepat. Evaluasi diagnostik dapat dilakukan
dalam beberapa tahapan, baik pada tahap awal,
selama proses, maupun akhir pembelajaran.
Pada tahap awal dilakukan terhadap calon siswa
sebagai input. Dalam hal ini evaluasi diagnostik
dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal
atau pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai
oleh siswa. Pada tahap proses evaluasi ini
diperlukan untuk mengetahui bahan-bahan
pelajaran mana yang masih belum dikuasai
dengan baik, sehingga guru dapat memberi

35
bantuan secara dini agar siswa tidak tertinggal
terlalu jauh. Sementara pada tahap akhir
evaluasi diagnostik ini untuk mengetahui
tingkat penguasaan siswa atas seluruh materi
yang telah dipelajarinya.
e. Tindak lanjut dari evaluasi ini dimaksudkan bagi
para siswa yang belum berhasil akan diberikan
remedial, yaitu bantuan khusus yang diberikan
kepada siswa yang mengalami kesulitan memahami
suatu pokok bahasan tertentu. Sementara bagi siswa
yang telah berhasil akan melanjutkan pada topik
berikutnya, bahkan bagi mereka yang memiliki
kemampuan yang lebih akan diberikan remedial,
yaitu materi tambahan yang sifatnya perluasan dan
pendalaman dari topik yang telah dibahas.
Kurikulum Merdeka Belajar adalah sebuah konsep
pendidikan yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas
kepada peserta didik untuk memilih jalur belajar,
mengembangkan diri, dan menentukan tujuan
pendidikan yang ingin dicapai. Dalam Kurikulum
Merdeka Belajar, terdapat tiga tahapan dalam penilaian,
yaitu remedial, pelaporan, dan pemanfaatan hasil
penilaian.
A. Remedial
Kegiatan remedial menjadi salah satu kegiatan
yang dianggap biasa dan "rutin" dilakukan oleh beberapa
siswa ketika kegiatan evaluasi pembelajaran atau
ulangan telah dilaksanakan. Perbaikan atau remedial
merupakan suatu kegiatan yang dilakulan oleh guru
terhadap siswanya dalam upaya membatu memperbaiki
nilai siswa yang belum tuntas. Kegiatan remedial juga

36
memiliki sisi positif bagi siswa yang sadar akan
pentingnya pendidikan. Dalam kegiatan remedial
biasanya siswa diharuskan untuk mengikuti kegiatan
remedial. Kegiatan remedial diikuti oleh siswa yang
belum mencapai Kriteria ketuntasan minumun (KKM)
disetiap mata pelajaran. Sebelum melaksanakan kegiatan
remedial ada beberapa hal yang harus guru lalukan akan
kegiatan remedial tidak berjalan secara sia-sia. Hal
tersebut adalah pembinaan terhadap siswa yang sudah
dinyatakan belum mencapai ketuntasan.
Jika dalam satu kelas siswa yang diremedial hanya
sedikit sekitar 5% maka kegiatan pembelajaran dan
evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru tersebut
dapat dikatakan berhasil. Evaluasi lainnya bisa jadi
adanya masalah belajar dari diri siswa, misalnya dia tidak
belajar sebelum ulangan, atau dia tidak memperhatikan
saat guru menjelaskan, dan lain-lain. Namun sebaliknya
jika dalam satu kelas terdapat banyak siswa yang
mengikuti remedial atau lebih dari setengah jumlah
seluruh siswa dikelas. Hal ini meskipun seorang guru
sudah mencoba menganalisis soal yang ia berikan namun
soal yang tidak sesuai kemampuannya dan juga jawaban
yang diberikan oleh siswa rata-rata menjawab salah maka
yang perlu dilakukan remedial adalah gurunya. Bisa jadi
kesalahan ada pada diri guru sendiri, misalnya dalam
menjelaskan guru kurang menguasai materi sehingga
materi yamg guru sampaikan dengan soal yang diberikan
tidak relevan dan nyambung, selain itu bisa jadi media,
model pembelajaran, serta pendekatan yang dilakukan
oleh guru masih belum tepat dan kurang menarik
sehingga pada saat proses kegiatan belajar siswa tidak

37
paham dan merasa bosan yang berdampak pada ketidak
mampuan siswa memahami materi.
Oleh karena itu guru harus melakukan remedial
terhadap dirinya sendiri dan mencari tahu kesalahan apa
yang telah ia lakukan dalam mengajar. Dengan demikian,
remedial bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi guru
dan juga bagi siswa sehingga terjadi umpan balik atau
feedback dari proses pembelajaran. Apabila keduanya
telah mengetahui dan menyadari kesalahannya bisa
melalukan perbaikan dengan maksud agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai dan pendidikan di satuan
Pendidikan dapat menjadi berkualitas.
1. Pengertian Remedial
Remedial merupakan program pembelajaran
perbaikan yang khusus diberikan oleh guru kepada siswa
(individu/kelompok) karena siswa tersebut memiliki
masalah dalam belajar (kurang/tidak menguasai materi
belajar). Kata remedial berasal dari kata ‘toremedy’ yang
bermakna menyembuhkan. Remediasi merujuk pada
proses penyembuhan. Kegiatan remedial merupakan
kegiatan penyembuhan yang dimaksudkan agar
pemahaman siswa terhadap materi bisa dituntaskan.
Dalam bagian ini istilah remediasi dan remedial
digunakan bersama-sama, yang merujuk pada suatu
proses membantu siswa mengatasi kesulitan belajar
terutama mengatasi miskonsepsi yang dimiliki. Remedial
teaching atau pembelajaran remedial adalah suatu
kegiatan dalam proses belajar mengajar yang
dilaksanakan guru atau pihak terkait dalam upaya
memberikan bantuan kepada para siswa yang

38
mengalami kesulitan belajar sehingga dapat mencapai
hasil belajar sesuai dengan taraf kemampuannya.
Dari pengertian di atas diketahui bahwa suatu
kegiatan pembelajaran dianggap sebagai kegiatan
remedial apabila kegiatan pembelajaran tersebut
ditujukan untuk membantu siswa yang mengalami
kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Guru
melaksanakan perubahan dalam kegiatan
pembelajarannya sesuai dengan kesulitan yang dihadapi
para siswa. Sifat pokok kegiatan pembelajaran remedial
ada tiga yaitu: (1) menyederhanakan konsep yang
kompleks (2) menjelaskan konsep yang kabur (3)
memperbaiki konsep yang salah tafsir. Beberapa
perlakuan yang dapat diberikan terhadap sifat pokok
remedial tersebut antara lain berupa: penjelasan oleh
guru, pemberian rangkuman, dan advance organizer,
pemberian tugas dan lain-lain.
Pokok bahasan yang belum dapat dikuasai peserta
didik merupakan kesulitan belajar untuk mempelajari
pokok bahasan berikutnya. Kenyataan ini akan
diperburuk kalau pokok bahasan yang baru yang akan
dipelajari memerlukan keterampilan prasyarat, disisi lain
pokok bahasan yang menjadi prasyarat belum tuntas.
Kesulitan lain untuk mencapai tingkat ketuntasan belajar
anatara lain: perbedaan individual diantara peserta didik
dalam kelas dengan sistem pembelajaran klasikal.
Asumsi yang mendasari pertimbangan metode
pembelajaran remedial dengan pendekatan secara
individual terhadap peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar dengan pemberian rangkuman dan
advance organizer adalah: (1) belajar hakekatnya adalah

39
individual (2) pembelajaran klasikal akan selalu
dihadapkan dengan ketidak tuntasan belajar (3) kalau
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dan
diberikan pembelajaran kembali secara klasikal seperti
pembelajaran utama, peserta didik akan mengalami
kesulitan yang serupa (4) rangkuman dan advance
organizer merupakan strategi pembelajaran untuk
memudahkan pemahaman materi.
Beberapa pendapat Ahli tentang Remedial antara
lain, Mukhtar dan Rusmini (2005) mengemukakan
pembelajaran remedial adalah proses pembelajaran yang
berupa kegiatan perbaikan yang terprogram dan
sistematis, sehingga diharapkan dapat mempercepat
ketuntasan belajar siswa. Hal ini dimaksudkan bahwa
dalam kegiatan remedial diharapkan dapat mempercepat
ketuntasan proses belajar siswa di kelas. Proses
pembelajaran yang berupa kegiatan perbaikan yang
terprogram dan sistematis dapat disebut dengan istilah
pembelajaran terstruktur atau structured learning. Dalam
pembelajaran terstruktur, materi pembelajaran dirancang
sedemikian rupa sehingga terstruktur dan terorganisasi
dengan baik. Proses pembelajaran terstruktur biasanya
melibatkan langkah-langkah berikut: a) Analisis
kebutuhan, b) Desain pembelajaran, c) Implementasi
pembelajaran dan d) Evaluasi pembelajaran.
Menurut Arifin (2009) mengemukakan
pembelajaran remedial merupakan kelanjutan dari
pembelajaran biasa atau regular di kelas. Hanya saja,
siswa yang masuk dalam kelompok ini adalah siswa yang
belum tuntas belajar. Hal ini dimaksudkan bahwa
remedial merupakan program tambahan untuk

40
membantu siswa agar dapat mengikuti proses
pembelajaran secara lebih efektif dan efisien. Lebih lanjut
pendapat ini didukung oleh pendapat yang diungkapkan
oleh Makmun (2012) yang mendefenisikan pengajaran
remidial adalah sebagai upaya guru (dengan atau tanpa
bantuan/kerjasama dengan ahli/pihak lain) untuk
menciptakan suatu situasi (kembali/baru/berbeda dari
yang biasa) yang memungkinkan individu atau
kelompok siswa (dengan karakteristik) tertentu lebih
mampu mengembangkan dirinya (meningkatkan
prestasi, penyesuaian kembali) seoptimal mungkin
sehingga dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal
yang diharapkan, dengan melalui suatu proses interaksi
yang berencana, terorganisasi, terarah, terkoordinasi, dan
terkontrol dengan lebih memperhatikan taraf
kesesuaiannya terhadap keragaman kondisi objektif
individu atau kelompok siswa yang bersangkutan serta
daya dukung sarana dan lingkungannya.
Selanjutnya menurut Wardani dan Kasron (2009)
menyatakan bahwa kegiatan remedial adalah usaha
pemberian bantuan kepada siswa yang mengalami
kesulitan belajar untuk mendapatkan hasil belajar yang
lebih baik atau mencapai ketuntasan belajar. Artinya
siswa diberikan Bantuan untuk mengatasi kesulitan
belajar yang dilakukan dengan tujuan untuk membantu
mereka mendapatkan hasil belajar yang lebih baik atau
mencapai ketuntasan belajar. Beberapa bentuk bantuan
yang dapat diberikan kepada siswa adalah pemberian
waktu tambahan untuk belajar.
Bagaimana konsep pembelajaran remedial
diberikan dikelkas, Adapun Konsep penyelenggaraan

41
model pembelajaran remedial, secara tegas dinyatakan
dalam kurikulum 2013 yang diberlakukan berdasarkan
Permendikbud No 103 tahun 2014 dan Permendikbud No
104 tahun 2014. Permendikbud 103 menegaskan bahwa
pada RPP yang dibuat terdapat pembelajaran remedial
pada bagian penilaian. Sedangkan. berdasarkan
Permendikbud 104, dinyatakan bahwa penguasaan SK
dan KD setiap siswa diukur menggunakan sistem
penilaian acuan kriteria. Siswa yang belum mencapai
KKM harus mengikuti pembelajaran remedial. Jika
seorang siswa mencapai standar tertentu maka siswa
dinyatakan telah mencapai ketuntasan.
Melalui PermendikBud Nomor 103 dan 104 Tahun
2014, pemerintah secara tegas menyatakan bahwa sistem
yang direncanakan adalah sistem penilaian yang
berkelanjutan, di mana semua indikator ditagih,
kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan KD
yang telah dikuasai, serta untuk mengetahui kesulitan
siswa. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan
tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran
berikutnya. Beban belajar setiap mata pelajaran
dinyatakan dalam Satuan Kredit Semester (SKS). Beban
belajar satu sks meliputi satu jam pembelajaran tatap
muka yang berupa proses interaksi antara siswa dengan
pendidik, satu jam penugasan terstruktur dengan waktu
penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh
pendidik, dan satu jam kegiatan mandiri dengan waktu
penyelesaiannya diatur oleh siswa atas dasar
kesepakatan dengan pendidik.
Pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi
dan pembelajaran tuntas, dimulai dari penilaian

42
kemampuan awal siswa terhadap kompetensi atau
materi yang akan dipelajari. Kemudian dilaksanakan
pembelajaran menggunakan berbagai metode yang
dipadu dengan multimedia. Penilaian dapat dilakukan di
tengah kegiatan pembelajaran dengan tujuan untuk
mengetahui kemajuan belajar dan seberapa jauh
penguasaan siswa pada terhadap kompetensi yang telah
atau sedang diajarkan. Penilaian dapat juga dilakukan
pada akhir program pembelajaran dan penilaian ini lebih
formal berupa ulangan harian. Penilaian ini juga
dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pencapaian
belajar siswa.
Apabila dijumpai adanya siswa yang belum
mencapai penguasaan kompetensi yang telah ditentukan,
maka salah satu tindakan yang diperlukan adalah
pemberian program pembelajaran remedial atau
perbaikan. Woods (2003) dalam Sasmedi (2011)
berpendapat siswa yang memerlukan pembelajaran
remedial biasanya relatif lambat dalam belajar atau
mengalami kesulitan dalam mencapai suatu kompetensi.
Hal ini dapat disebabkan kesulitan dalam memfokuskan
perhatian, mengikuti pelajaran, dan menyempurnakan
tugas-tugasnya yang diberikan dalam pembelajaran.
Pemberian pembelajaran remedial didasarkan pada
tugas pendidik yang perlu memperhatikan perbedaan
individual siswa. Dengan diberikannya pembelajaran
remedial bagi siswa yang belum mencapai tingkat
ketuntasan belajar, maka siswa ini memerlukan waktu
lebih lama daripada teman-temannya yang telah
mencapai tingkat penguasaan. Siswa tersebut juga perlu
menempuh penilaian kembali setelah mendapatkan

43
program pembelajaran remedial. Sasmedi (2011)
mengemukakan pembelajaran remedial pada dasarnya
ditujukan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas
siswa dalam menguasai materi pelajaran. Dengan
demikian, siswa yang masih merasa perlu meningkatkan
ketuntasan belajarnya pada topik-topik tertentu
merupakan sasaran secara umum pembelajaran remedial
atau dengan kata lain, pembelajaran remedial sebagai
upaya perbaikan pemahaman siswa, bukan pembelajaran
untuk anak yang tidak pintar. Hal ini diperkuat oleh
Bajah and Bello (1987) dalam Oyekan (2013), pengajaran
remedial, umpan balik dan perbaikan kelemahan-
kelemahan siswa secara berkelanjutan dapat menjadi
sebuah dorongan untuk mengoptimalkan hasil belajar
antara siswa dan guru dalam IPA Sekolah Dasar.
2. Tujuan Pembelajaran Remedial
Kurikulum Merdeka adalah salah satu kurikulum
yang dikembangkan oleh Kemendikbud pada tahun 2021
dengan tujuan untuk mempercepat perbaikan kualitas
pendidikan di Indonesia. Dalam Kurikulum Merdeka,
pembelajaran remedial memiliki tujuan sebagai berikut:
▪ Membantu siswa yang mengalami kesulitan
belajar agar dapat menguasai kompetensi dasar
yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
▪ Meningkatkan hasil belajar siswa dan mencapai
ketuntasan belajar, sehingga siswa dapat
mengikuti pelajaran dengan baik di kelas
berikutnya.
▪ Menumbuhkan motivasi belajar siswa yang
semula merasa sulit dalam memahami materi
pelajaran, sehingga dapat menjadi lebih percaya

44
diri dan merasa lebih terlibat dalam proses
pembelajaran.
▪ Mengembangkan keterampilan belajar mandiri
siswa dengan memberikan bantuan dan
pembinaan dalam hal mengelola waktu belajar,
mengidentifikasi kesulitan, serta mencari sumber
belajar yang tepat.
Pembelajaran remedial pada Kurikulum Merdeka
dirancang dengan pendekatan berbasis masalah dan
melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
Selain itu, tujuan pembelajaran remedial pada Kurikulum
Merdeka juga berfokus pada pengembangan
keterampilan belajar siswa dan peningkatan motivasi
belajar, sehingga dapat membantu siswa meraih prestasi
belajar yang lebih baik.
Menurut Mukhtar dan Rusmini (2005) berpendapat
tujuan kegiatan remedial adalah (1) agar siswa dapat
memahami dirinya, khususnya prestasi belajarnya. (2)
dapat memperbaiki/mengubah cara belajar siswa ke arah
yang lebih baik. (3) dapat memilih materi dan fasilitas
belajar secara tepat. (4) dapat mengembangkan sikap dan
kebiasaan yang dapat mendorong tercapainya hasil
belajar yang jauh lebih baik. (5) dapat melaksanakan
tugas-tugas belajar yang diberikan kepadanya, setelah ia
mampu mengatasi hambatan-hambatan yang menjadi
penyebab kesulitan belajarnya, dan dapat
mengembangkan sikap serta kebiasaan yang baru dalam
belajar.
Selanjutnya menurut Arends, (2014) tujuan
pembelajaran remedial adalah Memberikan bantuan
kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar agar

45
dapat mengikuti dan memahami materi pelajaran yang
telah diajarkan di kelas. Tujuan ini dimaksudkan menjadi
sangat penting karena siswa yang mengalami kesulitan
belajar biasanya membutuhkan bantuan dan dukungan
ekstra untuk dapat memahami materi pelajaran dengan
baik. Dengan adanya bantuan remedial, siswa dapat
memperbaiki pemahaman mereka terhadap materi
pelajaran dan meningkatkan kemampuan mereka untuk
mengikuti proses pembelajaran di kelas. Hal ini dapat
membantu siswa meraih hasil belajar yang lebih baik dan
meningkatkan motivasi belajar mereka secara
keseluruhan.
Menurut Mastura, (2016) Bahwa tujuan remedial
adalah dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
dengan cara memberikan dukungan dan pembinaan
yang lebih intensif dalam proses pembelajaran. Hal ini
dimaksudkan bahwa siswa yang mengalami kesulitan
belajar seringkali merasa kehilangan motivasi untuk
belajar karena mereka merasa tertinggal dibandingkan
dengan teman-teman sekelasnya. Oleh karena itu,
melalui pembelajaran remedial, siswa dapat diberikan
dukungan dan bimbingan yang lebih intensif agar
mereka dapat memahami materi pelajaran dengan lebih
baik. Dengan adanya bantuan ini, diharapkan siswa akan
merasa lebih percaya diri dalam mengikuti proses
pembelajaran di kelas dan merasa lebih termotivasi
untuk belajar secara aktif. Dengan demikian,
meningkatkan motivasi belajar siswa menjadi salah satu
tujuan penting dalam pembelajaran remedial.

46
3. Prinsip Pembelajaran Remedial
Kurikulum Merdeka mengedepankan prinsip-
prinsip pembelajaran yang berpusat pada siswa dan
memperhatikan kebutuhan dan karakteristik individual
siswa. Oleh karena itu, prinsip pembelajaran remedial
menurut Kurikulum Merdeka adalah sebagai berikut:
▪ Berpusat pada siswa: Pembelajaran remedial
harus memperhatikan kebutuhan dan
karakteristik siswa secara individual. Setiap siswa
memiliki kebutuhan yang berbeda-beda,
sehingga pembelajaran remedial harus
disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik
siswa tersebut.
▪ Memperhatikan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik: Pembelajaran remedial harus
memperhatikan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik siswa. Aspek kognitif berkaitan
dengan kemampuan siswa dalam memahami
materi pelajaran, aspek afektif berkaitan dengan
emosi dan motivasi siswa dalam belajar, dan
aspek psikomotorik berkaitan dengan
kemampuan fisik siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
▪ Menyediakan bahan ajar yang sesuai:
Pembelajaran remedial harus disesuaikan dengan
kebutuhan siswa dan menyediakan bahan ajar
yang sesuai dengan kemampuan siswa. Bahan
ajar harus disajikan dengan cara yang mudah
dipahami oleh siswa dan memperhatikan
berbagai gaya belajar siswa.
▪ Memberikan umpan balik yang konstruktif:

47
Pembelajaran remedial harus memberikan
umpan balik yang konstruktif kepada siswa agar
mereka dapat memperbaiki pemahaman mereka
terhadap materi pelajaran. Umpan balik harus
memberikan informasi yang jelas dan konkret
agar siswa dapat memahami kekurangan mereka
dalam belajar dan memperbaiki kelemahan
tersebut.
▪ Mendorong siswa untuk aktif belajar:
Pembelajaran remedial harus mendorong siswa
untuk aktif belajar dan berpartisipasi dalam
proses pembelajaran. Siswa harus diberi
kesempatan untuk mengajukan pertanyaan,
berdiskusi, dan melakukan tugas-tugas yang
dapat meningkatkan pemahaman mereka
terhadap materi pelajaran.
Selanjutnya beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan dalam pembelajaran remedial sesuai
dengan sifatnya sebagai pelayanan khusus antara lain
(Suprihatiningrum, 2013) sebagai berikut:
a. Adaptif: program pembelajaran remedial hendaknya
memungkinkan siswa untuk belajar sesuai dengan
kecepatan, kesempatan, dan gaya belajar masing-
masing.
b. Interaktif: pembelajaran remedial hendaknya
memungkinkan siswa untuk secara intensif
berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar
yang tersedia.
c. Fleksibilitas dalam metode pembelajaran dan
penilaian yang sesuai dengan karakteristik siswa. d.
Pemberian umpan balik sesegera mungkin

48
d. Kesinambungan dan ketersediaan dalam pemberian
pelayanan: program pembelajaran reguler dengan
pembelajaran remedial merupakan satu kesatuan,
dengan demikian program pembelajaran reguler
dengan remedial harus berkesinambungan dan
programnya selalu tersedia agar setiap saat siswa
dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan
masing-masing.
Berikut adalah beberapa prinsip-prinsip
pembelajaran remedial menurut para ahli beserta
sumbernya:
1. Mengenal dan memahami siswa secara individu
Menurut Glickman et al. (2014), penting untuk
mengenal dan memahami siswa secara individu
dalam pembelajaran remedial. Dengan mengenal dan
memahami siswa, guru dapat menyesuaikan
pendekatan dan strategi pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan dan karakteristik siswa.
2. Fokus pada pemahaman dan pengetahuan yang
belum dikuasai siswa
Menurut Arends (2014), pembelajaran remedial
harus difokuskan pada pemahaman dan pengetahuan
yang belum dikuasai siswa. Dalam hal ini, guru harus
melakukan identifikasi terhadap kesulitan dan
kekurangan yang dialami siswa, serta menyediakan
materi dan strategi pembelajaran yang dapat
membantu siswa untuk memperbaiki pemahaman
mereka terhadap materi pelajaran.
3. Memberikan umpan balik yang konstruktif
Menurut Slavin (2015), memberikan umpan balik
yang konstruktif merupakan prinsip penting dalam

49
pembelajaran remedial. Umpan balik yang diberikan
harus berisi informasi yang jelas, spesifik, dan dapat
membantu siswa untuk memperbaiki pemahaman
mereka terhadap materi pelajaran.
4. Mendorong siswa untuk belajar secara aktif
Menurut Mastura (2016), mendorong siswa untuk
belajar secara aktif merupakan prinsip penting dalam
pembelajaran remedial. Dalam hal ini, guru harus
memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, seperti
dengan mendorong siswa untuk bertanya, berdiskusi,
dan melakukan tugas-tugas yang dapat meningkatkan
pemahaman mereka terhadap materi pelajaran.
4. Tipe-tipe Pembelajaran Remedial
Berikut adalah tipe-tipe pembelajaran remedial
menurut Kurikulum Merdeka Belajar dan beberapa ahli:
a. Pembelajaran Remedial Individual
Pembelajaran Remedial Individual adalah tipe
pembelajaran remedial yang dilakukan secara
individual. Menurut Direktorat Pembinaan SMP
(2020), tipe pembelajaran ini difokuskan pada upaya
membantu siswa yang memiliki kesulitan belajar
secara khusus dan intensif.
b. Pembelajaran Remedial Kelompok
Pembelajaran Remedial Kelompok adalah tipe
pembelajaran remedial yang dilakukan dengan
mengumpulkan siswa yang mengalami kesulitan
belajar ke dalam kelompok-kelompok kecil. Menurut
Mastura (2016), tipe pembelajaran ini bertujuan
untuk memberikan dukungan dan pembinaan yang

50
lebih intensif kepada siswa dalam proses
pembelajaran.
c. Pembelajaran Remedial Terpadu
Pembelajaran Remedial Terpadu adalah tipe
pembelajaran remedial yang dilakukan secara
terpadu dengan pembelajaran biasa di kelas.
Menurut Yudhistira (2021), tipe pembelajaran ini
bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan belajar
siswa secara umum dan mengatasi kesenjangan hasil
belajar antar siswa.
d. Pembelajaran Remedial Berbasis Teknologi
Pembelajaran Remedial Berbasis Teknologi adalah
tipe pembelajaran remedial yang dilakukan dengan
memanfaatkan teknologi, seperti aplikasi, game,
atau program komputer. Menurut Saifuddin (2021),
tipe pembelajaran ini dapat meningkatkan minat
dan motivasi belajar siswa serta mempermudah
guru dalam memberikan bantuan kepada siswa
yang mengalami kesulitan belajar.
5. Prosedur Pembelajaran Remedial
Berikut adalah beberapa prosedur yang harus
ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran remedial
menurut Kurikulum Merdeka:
a. Identifikasi siswa yang membutuhkan remedial:
Guru harus mengidentifikasi siswa yang
mengalami kesulitan belajar dan memerlukan
bantuan remedial. Hal ini dapat dilakukan
dengan melakukan evaluasi terhadap hasil belajar
siswa.
b. Membuat rencana remedial: Setelah
mengidentifikasi siswa yang memerlukan

51
bantuan remedial, guru harus membuat rencana
pembelajaran remedial yang sesuai dengan
kebutuhan siswa. Rencana ini harus mencakup
tujuan pembelajaran, strategi pembelajaran,
materi pelajaran, dan evaluasi pembelajaran.
c. Pelaksanaan pembelajaran remedial: Guru harus
mempersiapkan materi pembelajaran remedial
yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Proses
pembelajaran harus dilakukan dengan cara yang
bervariasi dan menarik sehingga siswa tidak
mudah bosan dan tetap fokus dalam mengikuti
pembelajaran.
d. Evaluasi pembelajaran remedial: Guru harus
melakukan evaluasi terhadap hasil pembelajaran
remedial yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini
dapat dilakukan dengan cara memberikan tugas
atau ujian kepada siswa untuk mengukur
pemahaman dan kemampuan mereka dalam
materi yang telah dipelajari.
e. Pemberian umpan balik: Guru harus memberikan
umpan balik kepada siswa tentang hasil evaluasi
pembelajaran remedial. Umpan balik ini dapat
berupa pujian atau kritik yang konstruktif untuk
membantu siswa memperbaiki hasil belajar
mereka di masa yang akan datang.
f. Monitoring dan evaluasi: Guru harus melakukan
monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap
perkembangan siswa setelah mengikuti
pembelajaran remedial. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui apakah siswa sudah mencapai hasil

52
yang diharapkan atau masih memerlukan
bantuan remedial yang lebih lanjut.
Dalam melaksanakan kegiatan remedial sebaiknya
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Analisis Hasil Diagnosis
Diagnosis kesulitan belajar adalah suatu
proses pemeriksaan terhadap siswa yang diduga
mengalami kesulitan dalam belajar. Melalui
kegiatan diagnosis guru akan mengetahui para
siswa yang perlu mendapatkan bantuan. Untuk
keperluan kegiatan remedial, tentu yang menjadi
fokus perhatian adalah siswa-siswa yang
mengalami kesulitan dalam belajar yang
ditunjukkan tidak tercapainya kriteria
keberhasilan belajar. Apabila kriteria keberhasilan
80 %, maka siswa yang dianggap berhasil jika
mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas,
sedangkan siswa yang mencapai tingkat
penguasaannya di bawah 80 % dikategorikan
belum berhasil.
b. Menemukan Penyebab Kesulitan
Sebelum Anda merancang kegiatan
remedial, terlebih dahulu harus mengetahui
mengapa siswa mengalami kesulitan dalam
menguasai materi pelajaran. Faktor penyebab
kesuliatan ini harus diidentifikasi terlebih dahulu,
karena gejala yang sama yang ditunjukkan oleh
siswa dapat ditimbulkan sebab yang berbeda dan
faktor penyebab ini akan berpengaruh terhadap
pemilihan jenis kegiatan remedial.

53
c. Menyusun Rencana Kegiatan Remedial
Setelah diketahui siswa-siswa yang perlu
mendapatkan remedial, topik yang belum
dikuasai setiap siswa, serta faktor penyebab
kesulitan, langkah selanjutnya adalah menyusun
rencana pembelajaran. Sama halnya pada
pembelajaran pada umumnya, komponen-
komponen yang harus direncanakan dalam
melaksanakan kegiatan remedial adalah sebagai
berikut;
1) Merumuskan indikator hasil belajar
2) Menentukan materi yang sesuai engan
indikator hasil belajar
3) Memilih strategi dan metode yang sesuai
dengan karakteristik siswa
4) Merencanakan waktu yang diperlukan
5) Menentukan jenis, prosedur dan alat
penilaian.
d. Melaksanakan Kegiatan Remedial
Setelah kegiatan perencanaan remedial
disusun,langkah berikutnya adalah
melaksanakan kegiatan remedial. Sebaiknya
pelaksanaan kegiatan remedial dilakukan
sesegera mungkin, karena semakin cepat siswa
dibantu mengatasi kesulitan yang dihadapinya,
semakin besar kemungkinan siswa tersebut
berhasil dalam belajarnya.
e. Menilai Kegiatan Remedial
Untuk mengetahui berhasil tidaknya kegiatan
remedial yang telah dilaksanakan, harus dilakukan
penilaian. Penilaian ini dapat dilakukan dengan cara

54
mengkaji kemajuan belajar siswa.Apabila siswa
mengalami kemauan belajar sesuai yang diharapkan,
berarti kegiatan remedial yang direncanakan dan
dilaksanakan cukup efektif membantu siswa yang
mengalami kesulitan belajar. Tetapi, apabila siswa
tidak mengalami kemajuan dalam belajarnya berarti
kegiatan remedial yang direncanakan dan
dilaksanakan kurang efektif. Untuk itu guru harus
menganalisis setiap komponen pembelajaran.
Djamarah dan Zain dalam Wardani & Kasron
(2009) berpendapat kegiatan-kegiatan yang terdapat
dalam pembelajaran remedial yaitu: (1) mengulang
pokok bahasan sebelumnya, (2) mengulang bagian dari
pokok bahasan yang hendak dikuasai, (3) memecahkan
masalah atau menyelesaikan soal-soal bersama-sama, (4)
memberikan tugas-tugas khusus. Berikut disajikan
skema prosedur pelaksanaan pengajaran remidi dan
rincian penjelasannya. Skema dan penjelasan berikut
diambil dari buku psikologi pendidikan (Makmun, 2012).

55
Gambar 1. Skema Prosedur Pelaksanaan Pengajaran
Remidial (Makmun, 2012)

Untuk lebih jelasnya, setiap langkah dideskripsikan


fungsi, tujuan/sasaran, dan kegiatannya sebagai berikut.
a. Penelaahan Kembali Kasus Dengan Permasalahannya
Secara pokok langkah ini adalah untuk
memperoleh gambaran yang lebih definitif mengenai
karakteristik kasus serta permasalahannya dan gambaran
yang lebih definitif mengenai fasibilitas alternatif
tindakan remidi yang direkomendasikan.
Secara konkret, analisis ini merupakan kegiatan
pengecekan atau penelitian kembali terhadap beberapa
hal sebagai berikut:

56
1) Kebenaran (validitas) dan kelengkapan
(representatif) data/informasi yang mendukung
pernyataan tentang karakteristik kasus
permasalahannya.
2) Relevansi antara tafsiran dan simpulan yang dibuat
dengan data/informasi pendukungnya serta
konsistensi antara berbagai data/informasi dan
tafsiran dan simpulannya satu sama lain secara
integral.
3) Ketepatan prakiraan/estimasi kemungkinan
penanganannya berdasarkan hasil diagnostik yang
didukung oleh data/informasi yang relevan dan
yang tersedia.
4) Vasibilitas (keterlaksanaan) dari semua alternatif
pengajaran remidial yang
disarankan/direkomendasikan.
b. Menentukan Alternatif Pilihan Tindakan
Dari hasil penelaahan yang dilakukan pada
langkah pertama tersebut akan diperoleh simpulan
mengenai dua hal po`kok.
1) Karakteristik khusus yang akan ditangani secara
umum dapat dikategorikan pada salah satu dari
tiga kemungkinan berikut.
a) Kasus yang bersangkutan dapat disimpulkan
hanya memiliki kesulitan dalam menemukan
dan mengembangkan pola
strategi/metode/teknik belajar yang sesuai,
efektif dan efisien.
b) Kasus yang bersangkutan dapat disimpulkan
di samping memiliki kesulitan dalam
menemukan dan mengembangkan pola

57
strategi/metode/teknik belajar yang sesuai,
efektif dan efisien, juga diharapkan pada
hambatan-hambatan egoemosional, potensial-
fungsional, sosial-psikologis dalam
penyesuaian dengan dirinya dan lingkungan.
c) Kasus yang bersangkutan telah memiliki
kecenderungan ke arah kemampuan
menemukan dan mengembangkan pola-pola
strategi/metode/teknik belajar yang sesuai,
efektif dan efisien, tetapi terhambat oleh
kondisi egoemosional, potensial-fungsional,
sosial-psikologis dan faktor instrumental-
environmental lainnya.
2) Alternatif pemecahannya, mungkin lebih strategis
jika melakukan cara berikut.
a) Langsung kepada langkah pelaksanaan
pembelajaran remedial, misalnya jika kasusnya
termasuk kategori yang 1) pada langkah
penelaahan kembali kasus dengan
permasalahannya.
b) Harus menempuh dahulu langkah layanan BK
sebelum lanjut ke langkah pelaksanaan
pembelajaran remedial jika misalnya kasusnya
termasuk kategori 2) atau 3) pada langkah
penelaahan kembali kasus dengan
permasalahannya. Sasaran pokok kegiatan
yang dilakukan dalam tahapan ini ialah
membuat keputusan pilihan alternatif mana
yang ditempuh berdasarkan pertimbangan
rasional yang seksama.

58
c. Layanan Bimbingan dan Konseling/Psikoterapi
Langkah ini pada dasarnya bersifat pilihan
bersyarat ditinjau dari kerangka keseluruhan
prosedur pembelajaran remedial. Sasaran pokok
yang yang hendak dituju oleh siswa bebas dari
hambatan dan ketegangan batinnya untuk kemudian
siap sedia kembali melakukan kegiatan belajar secara
wajar dan realistis.
Di dalam praktiknya, langkah ini mungkin
sampai batas-batas tertentu masih ditangani oleh
guru sendiri. Namun, mungkin sekali dengan
bantuan atau kerjasama pihak lain (petugas BK, wali
kelas, psikolog, dokter, dan sebagainya). Di antara
sekian banyak masalah kesulitan belajar yang masih
dapat ditangani para guru pada umumnya meliputi
kasus-kasus berikut.
1) Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang
kurang motivasi dan minat belajar.
2) Kasus kesulitan belajar yang berlatar belakang
sikap negatif terhadap guru, pelajaran dan situasi
belajar.
3) Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang
kebiasaan belajar yang salah.
4) Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang
ketidakserasian antara kondisi objektif
instrumental input dan lingkungannya.
5) Teknik-teknik layanan bimbingan dan
penyuluhan/psikoterapi lebih lanjut untuk
menangani kesulitan berlatar belakang hambatan
egoemosional, potensial-fungsional, sosial-

59
psikologis dan sifat-sifat kepribadian lainnya
seyogyanya ditangani oleh petugas lain.
d. Melaksanakan Pembelajaran Remedial
Dengan terciptanya prakondisi seperti
digambarkan sebelumnya, langkah pelaksanaan
pembelajaran remedial barulah dipandang tepat.
Seperti telah dijelaskan, sasaran pokok dari setiap
pembelajaran remedial ini adalah tercapainya
peningkatan prestasi dan atau kemampuan
penyesuaian diri sesuai dengan kriteria keberhasilan
yang ditetapkan.
e. Mengadakan Pengukuran Prestasi Belajar Kembali
Setelah pembelajaran remedial dilakukan,
seharusnya dideteksi ada atau tidaknya perubahan
pada diri siswa dengan melakukan pengukuran
kembali. Hasil pengukuran ini diharapkan
memberikan informasi seberapa besar perubahan
telah terjadi baik dalam arti kuantitatif maupun
kualitatif.
f. Mengadakan Re-Evaluasi dan Rediagnostik
Hasil langkah pengukuran prestasi belajar
kembali harus ditafsirkan dan ditimbang kembali
dengan menggunakan cara dan kriteria untuk proses
belajar mengajar utama. Hasil penafsiran dan
pertimbangan ini melahirkan tiga kemungkinan
kesimpulan.
1) Kasus menunjukkan peningkatan prestasi dan
kemampuan penyesuaian dirinya. Namun, belum
sepenuhnya memadai kriteria keberhasilan
minimal yang diharapkan.

60
2) Kasus menunjukkan peningkatan prestasi dan
kemampuan penyesuaian dirinya. Namun, belum
sepenuhnya memadai kriteria keberhasilan
minimal yang diharapkan.
3) Kasus belum menunjukkan perubahan yang berarti,
baik dari segi prestasi maupun penyesuaian
dirinya.
g. Tugas tambahan
Langkah ini bersifat pilihan yang kondisional.
Langkah ini diperlukan jika memang ada kasus seperti
yang kedua dan persyaratan terpenuhi seperti untuk
langkah ketiga antara lain ada atau tidaknya
kesempatan pada pihak guru dan siswa, daya dukung
teknis, serta sarana penunjang yang diperlukan.
Sasaran pokok dari langkah ini adalah agar hasil
remediasi itu lebih sempurna dalam kegiatan
pembelajaran. Berbagai bentuk cara dan instrumen dapat
digunakan, misalnya dengan cara penguasaan untuk
pemecahan soal tertentu, pengajaran proyek kecil
tertentu atau membaca dan menganalisis artikel tertentu,
dan sebagainya. Hasilnya harus dilaporkan kembali
kepada guru untuk dinilai seperlunya sebelum yang
bersangkutan selesai atau diperkenankan melanjutkan ke
program pembelajaran selanjutnya
6. Waktu Pelaksanaan Remedial
Program remedial diberikan hanya untuk
kompetensi dasar tertentu yang belum dikuasai oleh
siswa. Remedial hanya dilakukan maksimal dua kali.
Siswa yang telah mengalami remedial sebanyak dua kali,
namun nilainya masih di bawah standar minimum, maka

61
penanganannya harus melibatkan orangtua atau wali
dari siswa tersebut.
Terdapat beberapa alternatif berkenaan dengan
waktu atau kapan pembelajaran remedial dilaksanakan.
Pembelajaran remedial dapat diberikan setelah siswa
mempelajari KD tertentu. Mengingat indikator
keberhasilan belajar siswa adalah tingkat ketuntasan
dalam mencapai KI yang terdiri dari beberapa KD, maka
pembelajaran remedial dapat juga diberikan setelah
siswa menempuh tes KI yang terdiri dari beberapa KD.
Mereka yang belum mencapai penguasaan KI tertentu
perlu mengikuti program pembelajaran remedial.
Menurut Mulyono (2012) mengatakan bahwa pada
tiap akhir kegiatan pembelajaran dari suatu unit
pelajaran, guru melakukan evaluasi formatif dan setelah
adanya evaluasi formatif anak-anak yang belum
menguasai bahan pelajaran diberikan pengajaran
remedial. Akan tetapi, pada intinya dalam prinsip belajar
tuntas, siswa harus mencapai suatu tingkat penguasaan
tertentu terhadap tujuan-tujuan pembelajaran dari suatu
unit pelajaran tertentu sebelum pindah ke unit pelajaran
yang berikutnya. Dengan diterapkan prinsip ini, tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan dapat dicapai secara
optimal dan jarak antara siswa yang cepat dan lambat
dalam belajar semakin kecil. Hal ini senada dengan hasil
penelitian Skinner yang mengajukan bentuk program
belajar mengajar dengan cara maju berkelanjutan
(Mukhtar dan Rusmini, 2005), yang menyatakan bahwa
secara ideal siswa baru boleh mempelajari materi
pelajaran berikutnya apabila ia telah betul-betul
menguasai isi pelajaran yang telah dipelajari.

62
a. Tujuan Remedial
Tujuan guru melaksanakan kegiatan remedial
adalah membantu siswa yang mengalami kesulitan
menguasai kompetensi yang telah ditentukan agar
mencapai hasil belajar yang lebih baik. Secara umum
tujuan kegiatan remdiasi adalah sama dengan
pembelajaran pada umumnya yakni memperbaiki
miskonsepsi siswa sehingga siswa dapat mncapai
kompetensi yang telah ditetapkan berdasarkan
kurikulum yang berlaku. Secara khusus kegiatan
remediasi bertujuan membantu siswa yang belum
tuntas menguasai kompetensi ditetapkan melalui
kegiatan pembelajaran tambahan. Melalui kegiatan
remediasi siswa dibantu untuk mengatasi kesulitan
belajar yang dihadapinya.
b. Fungsi Remedial
Remedial berfungsi sebagai fungsi korektif,
sebagai fungsi pemahaman, sebagai Fungsi
akselerasi (percepatan belajar), dan berfungsi sebagai
trapiutik (melalui kegiatan remedial, guru dapat
membantu mengatasi kesulitan belajar siswa yang
berkaitan dengan aspek sosial dan aspek pribadi,
seperti merasa dirinya kurang berhasil dalam belajar,
sering merasa rendah diri, atau terisolasi dalam
pergaulan dan teman sejawatnya, dengan remedial,
dapat membantu rasa percaya diri siswa, sehingga
bersangkutan dapat meningkatkan hasil belajar
dengan baik).

63
c. Strategi Pembelajaran Remedial
Beberapa teknik dan strategi yang
dipergunakan dalam pelaksanaan pembelajaran
remedial antara lain, (1) pemberian
tugas/pembelajaran individu (2) diskusi/tanya
jawab (3) kerja kelompok (4) tutor sebaya (5)
menggunakan sumber lain.
1) Pemberian Tugas
Dalam pemberian tugas dapat dilakukan
dengan berbagai jenis antara lain dengan
pemberian rangkuman baik dilakukan secara
individual maupun secara kelompok,
pemberian advance organizer dan yang sejenis.
2) Melakukan aktivitas fisik, misal demosntrasi,
atau praktek dan diskusi
Ada konsep-konseps yang lebih mudah
dipahami lewat aktivitas fisik, missal contoh,
memahai bahwa volume fluida tidak beuabah
kalau berada di dalam wadah yang berbeda
bentuknya. Anda sebaiknya menggunakan
berbagai media dan alat pembelajaran sehingga
dapat mengkonkritkan konsep yang
dipelajarinya, selain itu hendaknya Anda
banyak memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengunakan media terebut, karena siswa
pada umumnya perkemangan berpikir mereka
berada pada tingkat operasional konkrit. Mereka
akan dapat mencerna dengan baik konsep yang
divisualisasikan atau dikonkritkan.

64
3) Kegiatan Kelompok
Diskusi kelompok dapat digunakan guru
untuk membantu siswa yang
mengalamikesulitan belajar. Yang perlu
diperhatikan guru dalam menetapkan kelompok
dalam kegiatan remedial adalah dalam
menentukan anggota kelompok. Kegiatan
kelompok dapat efektif dalam membantu siswa,
jika diantara anggota kelompok ada siswa yang
benar-benar menguasai materi dan mampu
memberi penjelasan kepada siswa lainnya.
4) Tutorial Sebaya
Kegiatan tutorial dapat dipilih sebagai
kegiatan remedial. Dalam kegiatan ini seorang
guru meminta bantuan kepada siswa yang lebih
pandai untuk membantu siswa yang mengalami
kesulitan belajar. Siswa yang dijadikan tutor bisa
berasal dari kelas yang sama atau dari kelas
yang lebih tinggi. Apabila menggunakan tutor
yang sebaya sangat membantu sekalai, karena
tingkat pemahaman dan penyampaian tutor
yang sebaya lebih dimengerti oleh siswa yang
bermasalah, selain itu mereka tidak merasa
canggung dalam menanyakan setiap
permasalahan karena usia mereka sama
sehingga mudah dimengerti olehnya.
5) Menggunakan Sumber Lain
Selain dengan pembelajaran ulang,
kegiatan kelompok, tutorial, guru juga dapat
menggunakan sumber belajar lain yang relevan
dalam membantu siswa yang mengalami

65
kesulitan memahami materi pelajaran.
Misalanya guru meminta untuk mengunjungi
ahli atau praktisi yang berkaitan dengan materi
yang dibahas, misalnya ”bagaimana cara
mencangkok ” siswa dapat mendatangi tukang
kebun yang kegiatan sehari-hari memang
mencakok. Atau juga siswa diminta membaca
sumber lain dan bahkan kalau mungkin
mendatangkan anggota masyarakat yang
mempunyai keahlian yang sesuai dengan materi
yang dipelajari.

B. Pelaporan Hasil Penilaian


Salah satu spirit Kurikulum Merdeka adalah
memberikan ruang kepada guru untuk menentukan
penilaian yang sesuai dengan peserta didik di
sekolahnya. Dengan dikembalikannya evaluasi hasil
belajar murid pada guru, maka guru dapat lebih fleksibel
dan inovatif dalam menentukan evaluasi hasil belajar.
Penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh guru, baik
penilaian formatif maupun sumatif sangat bervariasi
pelaksanaannya. Ada guru yang melakukan kegiatan
penilaian dengan persiapan yang bagus, baik dari segi
apa yang harus dinilai?, bagaimana melaksanakan
penilaian itu? maupun apa tindak lanjut dari penilaian
tersebut. Tetapi kita tidak dapat menutup mata bahwa
ada juga guru yang melakukan penilaian hanya untuk
memenuhi tuntutan profesi dengan tidak
memperhatikan kualitas penilaian. Hal ini akan
berdampak pada hasil belajar siswa. Jika hasil penilaian
dimanfaatkan dengan baik oleh guru maka akan

66
memberi dampak positif bagi proses belajar mengajar
dan hasil belajar peserta didik. Begitu juga sebaliknya,
jika hasil penilaian tidak dimanfaatkan oleh guru maka
manfaat penilaian tidak akan optimal. Sudijono
menyatakan bahwa “evaluasi yang dilaksanakan secara
berkeinambungan, akan membuka peluang bagi
evaluator untuk membuat perkiraan, apakah tujuan yang
telah dirumuskan akan dapat dicapai pada waktu yang
telah ditentukan atau tidak. Hal ini berarti dengan
evaluasi kita dapat menentukan langkah-langkah yang
tepat agar tujuan yang direncanakan dapat dicapai
semaksimal mungkin, (Arikunto, S., & Jabar, C. S, 2009).
Pelaporan hasil penilaian merupakan salah satu
aspek penting dalam Kurikulum Merdeka Belajar.
Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pelaporan hasil penilaian menurut Kurikulum
Merdeka Belajar:
1) Pelaporan harus dilakukan secara berkala:
Pelaporan hasil penilaian harus dilakukan secara
berkala, baik kepada siswa maupun orang tua
siswa. Hal ini dilakukan untuk memantau
perkembangan siswa dan memberikan umpan
balik yang dapat membantu siswa memperbaiki
hasil belajar.
2) Pelaporan harus dilakukan secara transparan:
Pelaporan hasil penilaian harus dilakukan secara
transparan dan akuntabel, sehingga semua pihak
dapat mengetahui dan memahami hasil penilaian
siswa. Hal ini dapat membantu meningkatkan
kepercayaan orang tua siswa terhadap kinerja
sekolah.

67
3) Pelaporan harus mencakup berbagai aspek:
Pelaporan hasil penilaian harus mencakup
berbagai aspek, tidak hanya nilai akademik saja.
Hal ini dapat membantu memperlihatkan potensi
siswa yang tidak terlihat dari nilai akademik,
seperti keterampilan sosial, keterampilan
berbahasa, atau keterampilan lainnya.
4) Pelaporan harus berbasis kompetensi: Pelaporan
hasil penilaian harus berbasis pada kompetensi
yang diukur, bukan hanya pada aspek kognitif
semata. Hal ini dilakukan untuk memastikan
bahwa hasil penilaian benar-benar mencerminkan
kemampuan siswa dalam menguasai kompetensi
yang telah ditetapkan.
5) Pelaporan harus memberikan umpan balik yang
konstruktif: Pelaporan hasil penilaian harus
memberikan umpan balik yang konstruktif, yang
dapat membantu siswa memperbaiki hasil
belajar. Umpan balik harus mencakup kelebihan
dan kekurangan siswa, serta rekomendasi untuk
meningkatkan kemampuan siswa.
6) Pelaporan harus dilakukan secara individual:
Pelaporan hasil penilaian harus dilakukan secara
individual, sehingga siswa dapat memahami
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Hal
ini dapat membantu siswa lebih fokus dalam
memperbaiki hasil belajar dan mencapai target
yang telah ditetapkan.
Pada rentang waktu sekarang ini akan ada proses
pembagian laporan hasil belajar siswa yang kita kenal
dengan “Rapor Mid Semester”. Ada sekolah yang

68
melakukan ujian mid semester dan ada pula yang hanya
sekedar mengolah nilai harian dan dilaporkan dalam
bentuk rapor mid semester. Namun kegiatan ini masih
sebatas untuk melaporkan penilaian sumatif (Assessment
of Learning) dan terutama untuk menilai kemampuan
akademik. Maka pada tulisan ini penulis memaparkan
bentuk pelaporan lainnya yang juga mengeksplor
kemampuan lainnya dari siswa atau diistilahkan
Keterampilan Abad 21. Bentuk laporan itu antara lain
adalah portofolio, diskusi/konferensi, dan pameran.
Pelaporan hasil penilaian atau asesmen dituangkan
dalam bentuk laporan kemajuan belajar, yang berupa
laporan hasil belajar, yang disusun berdasarkan
pengolahan hasil penilaian. Laporan hasil belajar paling
sedikit memberikan informasi mengenai pencapaian
hasil belajar peserta didik.
Satuan pendidikan perlu melaporkan hasil belajar
dalam bentuk rapor. Sebagaimana diuraikan pada
prinsip asesmen di atas, laporan hasil belajar hendaknya
bersifat sederhana dan informatif, dapat memberikan
informasi yang bermanfaat dan kompetensi yang dicapai,
serta strategi tindak lanjut bagi pendidik, satuan
pendidikan dan orang tua untuk mendukung capaian
pembelajaran. Satuan pendidikan memiliki keleluasaan
untuk menentukan mekanisme dan format pelaporan
hasil belajar kepada orang tua/wali. Pelaporan hasil
belajar disampaikan sekurang-kurangnya pada setiap
akhir semester. Di samping itu, satuan pendidikan
menyampaikan rapor peserta didik secara berkala
melalui e-rapor/dapodik.

69
1. Rapor
Menulis laporan bisa menjadi waktu yang
menegangkan sepanjang tahun bagi para guru. Untuk
seorang guru, tugas itu bisa menjadi sangat berat.
Bagaimana saya memulai? Apa yang saya tulis? Saat
melaporkan hasil penilaian kepada orang tua, Anda
harus menjaga semua komunikasi tetap faktual di sinilah
pentingnya pengumpulan data penilaian. Susunan ini
menjadi bukti kemajuan siswa. Untuk menjawab
beberapa pertanyaan tersebut sebenarnya guru harus
bisa memahami tujuan penilaian/asesmen dari 3 macam
asesmen yang ada. Kalau asesmen diagnostik dan
asesmen formatif (Assessment for Learning dan Assessment
as Learning) bertujuan untuk memperbaiki proses
pembelajaran dan ini nantinya menjadi deskripsi pada
rapor. Sedangkan penilaian sumatif (Assessment of
Learning) adalah menentukan angka di rapor.
Dalam penyusunan deskripsi capaian kompetensi,
Pendidik harus mengidentifikasi capaian kompetensi
tertinggi dan terendah. Terdapat 3 opsi dalam menyusun
deskripsi capaian kompetensi pada rapor, ketiga opsi
tersebut sebagai berikut.
a. Penyusunan deskripsi berdasarkan Capaian
Pembelajaran
b. Penyusunan deskripsi berdasarkan Alur Tujuan
Pembelajaran
c. Penyusunan deskripsi mengambil dari poin-poin
penting dari materi yang sudah diberikan

70
2. Portofolio
Portofolio bertujuan untuk melihat
perkembangan belajar peserta didik melalui
dokumentasi hasil karya peserta didik. Isi portofolio
adalah hasil karya yang dipilih oleh peserta didik
berdasarkan hasil diskusi dengan pendidik. Portofolio
juga perlu dilengkapi refleksi pendidik dan peserta didik
terhadap pencapaian pembelajaran selama ini. Portofolio
dijadikan salah satu bentuk pelaporan maka perlu
memperhatikan langkah-langkah berikut:
a) Tentukan tujuan portofolio
b) Identifikasi hasil pembelajaran yang akan
ditangani oleh portofolio
c) Putuskan apa yang akan dimasukkan siswa
dalam portofolio mereka
d) Identifikasi atau kembangkan kriteria penilaian
(misalnya, rubrik) untuk menilai kualitas
portofolio.
e) Tetapkan standar kinerja dan berikan contoh
f) Buat instruksi siswa yang menentukan
bagaimana siswa mengumpulkan, memilih,
merefleksikan, memformat, dan menyerahkan.
3. Diskusi/Konferensi
Diskusi/konferensi bertujuan untuk berbagi
informasi capaian hasil belajar antara pendidik, peserta
didik, dan orang tua. Diskusi/konferensi dapat
dilakukan dalam suasana formal maupun informal. Pada
akhir Semester Satu diadakan Konferensi Tiga Arah yang
melibatkan guru, siswa dan orang tua untuk membahas
kemajuan siswa dan rencana pembelajaran lebih lanjut.
Di akhir Semester 3, Orang Tua diundang untuk

71
menghadiri Konferensi yang Dipimpin Siswa. Orang tua
dapat meminta wawancara rahasia dengan guru kapan
saja, jika mereka memiliki kekhawatiran tentang
kesejahteraan, kurikulum, atau kemajuan anak mereka.
Konferensi atau Wawancara Orangtua-Guru adalah
pertemuan formal antara guru dan orang tua atau wali
kelas. Tujuan dari pertemuan tersebut adalah untuk terus
membangun hubungan yang positif, berbagi informasi
tentang minat dan pembelajaran siswa serta membahas
rapor siswa secara lebih mendalam.
4. Pameran Karya
Dalam pendidikan, istilah pameran mengacu
pada proyek, presentasi, atau produk di mana siswa
"mempertunjukkan" apa yang telah mereka pelajari,
biasanya sebagai cara untuk menunjukkan apakah dan
sejauh mana mereka telah mencapai standar
pembelajaran yang diharapkan atau tujuan
pembelajaran. Sebuah pameran biasanya merupakan
pengalaman belajar itu sendiri dan sarana untuk
mengevaluasi kemajuan dan pencapaian akademik.
Berbeda dengan lembar kerja, kuis, tes, dan pendekatan
penilaian tradisional lainnya, sebuah pameran dapat
mengambil berbagai bentuk di sekolah: Presentasi lisan,
pidato, atau puisi lisan, dokumenter video, presentasi
multimedia, rekaman audio, atau podcast, karya seni,
ilustrasi, musik, drama, tari, atau pertunjukan publikasi
cetak atau online, termasuk situs web atau blog, esai,
puisi, cerita pendek, atau drama, galeri fotografi cetak
atau digital, eksperimen, studi, dan laporan ilmiah,
produk fisik seperti model, patung, diorama, alat musik,

72
atau robot, portofolio sampel pekerjaan dan prestasi
akademik yang dikumpulkan siswa dari waktu ke waktu.
Sekolah dan pendidik dapat menggunakan
pameran sebagai bagian dari berbagai strategi
pendidikan dan pengajaran, seperti pembelajaran
berbasis komunitas, pembelajaran berbasis proyek, atau
pembelajaran berbasis kecakapan, untuk menyebutkan
beberapa saja. Meskipun pameran memiliki konten dan
pelaksanaan yang beragam, pameran biasanya dievaluasi
berdasarkan seperangkat kriteria atau standar yang
sama, menggunakan rubrik atau pedoman penilaian,
untuk memastikan konsistensi selama proses evaluasi
dari siswa ke siswa atau pameran ke pameran, atau untuk
menentukan apakah dan sejauh mana siswa telah
mencapai standar pembelajaran yang diharapkan untuk
tugas, pelajaran, proyek, atau kursus tertentu.
Pameran dapat dievaluasi oleh seorang guru atau
sekelompok guru, tetapi dalam beberapa kasus, panel
tinjauan rekan-rekan, anggota masyarakat, dan pakar
dari luar seperti pemimpin bisnis lokal atau ilmuwan
berkontribusi pada proses evaluasi atau memberikan
umpan balik yang konstruktif kepada siswa. Beberapa
pameran bahkan merupakan acara publik yang terbuka
untuk siapa saja di komunitas sekolah. Siswa juga dapat
diminta untuk memberikan refleksi formal tentang apa
yang telah mereka pelajari dan ciptakan yang
menggambarkan seberapa baik yang mereka lakukan
dalam memenuhi tujuan pembelajaran yang diharapkan
atau dipaksakan sendiri.
Pameran biasanya dirancang untuk mendorong
siswa berpikir kritis, memecahkan masalah yang

73
menantang, dan mengembangkan keterampilan seperti
komunikasi lisan, berbicara di depan umum, penelitian,
kerja tim, perencanaan, kemandirian, penetapan tujuan,
atau literasi teknologi dan online yaitu, keterampilan
yang akan membantu mempersiapkan mereka untuk
kuliah, karir modern, dan kehidupan dewasa. Pameran
juga dapat bersifat interdisipliner, dalam arti bahwa
pameran tersebut mengharuskan siswa untuk
menerapkan keterampilan atau menyelidiki masalah di
banyak bidang studi atau domain pengetahuan yang
berbeda. Pameran juga dapat mendorong siswa untuk
menghubungkan proyek mereka dengan masalah atau
masalah masyarakat (lihat juga pembelajaran berbasis
masyarakat), atau untuk mengintegrasikan pengalaman
belajar di luar sekolah, termasuk kegiatan seperti
wawancara, pengamatan ilmiah, atau magang.
Laporan kemajuan peserta didik dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu laporan prestasi akademik dan
laporan pencapaian.
a. Laporan prestasi akademik
Laporan ini berisi pencapaian dari kemampuan
dasar yang diidentifikasi dalam kurikulum. Prestasi
akademik peserta didik dalam mata pelajaran tertentu
dapat dilaporkan dalam bentuk angka. Laporan hasil
belajar hendaknya memberikan informasi tentang hasil
belajar peserta didik dalam hal kemampuan penguasaan
mata pelajaran tertentu dan tingkat penguasaannya.
Laporan juga dapat berisi catatan pendidik tentang
pencapaian kemampuan tertentu sebagai masukan
kepada peserta didik dan orang tua untuk membantu
mereka meningkatkan prestasi.

74
b. Laporan pencapaian
Merupakan laporan yang menggambarkan
internalisasi dan kristalisasi kualitas pribadi peserta didik
setelah belajar melalui berbagai kegiatan (baik internal,
ekstrakurikuler dan kursus) dalam kurun waktu tertentu.
Sesuai standar yang ditetapkan dalam mata pelajaran,
hasil belajar peserta didik dibandingkan dengan
kemampuannya sebelum dan sesudah kegiatan
pembelajaran. Tingkat pencapaian hasil belajar yang
ditentukan dalam kurikulum dibagi menjadi delapan
tingkat atau rincian untuk dikembangkan. Kedelapan
tingkat ini berbeda dengan tingkat kelas satuan
pendidikan. Selain itu, tingkat pencapaian peserta didik
pada setiap mata pelajaran tidak selalu sama dengan
peserta didik lainnya.
1) Tindak Lanjut Hasil Evaluasi
Tahap terakhir dari proses evaluasi adalah
penggunaan atau pemanfaatan hasil evaluasi yang
berupa laporan. Laporan tersebut bertujuan untuk
memberikan umpan balik secara langsung atau tidak
langsung kepada semua pihak yang terlibat dalam
pembelajaran. Remmer mengatakan: “Kami di sini
membahas penggunaan hasil tes untuk membantu
peserta didik lebih memahami diri mereka sendiri,
menjelaskan kepada orang tua tentang tumbuh
kembang peserta didik, dan membantu pendidik
dalam membuat rencana pengajaran.” Oleh karena
itu, hasil evaluasi dapat digunakan untuk membantu
peserta didik lebih baik guna memahamkan dan
menjelaskan kepada orang tua tentang pertumbuhan

75
dan perkembangan peserta didik, dan membantu
pendidik mengembangkan rencana pelajaran.
Salah satu manfaat hasil evaluasi adalah
memberikan umpan balik (feedback) secara
langsung maupun tidak langsung kepada semua
pihak yang terlibat dalam pembelajaran. Menurut
QCA (dalam Arifin, 2009), "umpan balik adalah cara
di mana pendidik memungkinkan peserta didik
untuk menutup kesenjangan untuk mempromosikan
pembelajaran dan meningkatkan kinerja mereka”.
Umpan balik dapat digunakan sebagai alat bagi
pendidik untuk membantu peserta didik dan
menjadikan kegiatan belajar mereka sebagai alat.
Lebih baik tingkatkan kinerja mereka. Jika hasil
pekerjaan mereka mendapat umpan balik dari
pendidik, peserta didik akan dapat mengukur
penguasaan materi mereka.
Umpan balik ini dapat dilakukan secara
langsung, dalam bentuk tertulis atau dalam
demonstrasi. Saat memberikan masukan, pendidik
harus memperhatikan kualitas pekerjaan peserta
didik dan tidak membandingkannya dengan
pekerjaan peserta didik lain. Karena hal ini akan
membuat peserta didik merasa lebih lemah dan
rendah diri. Umpan balik memberikan saran dan
perbaikan, sehingga peserta didik termotivasi untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses
pembelajaran dan hasil karyanya. Crooks (2001)
menyimpulkan bahwa umpan balik berguna untuk
memotivasi peserta didik dan harus difokuskan
pada:

76
a. Kualitas hasil karya peserta didik tidak bisa
dibandingkan dengan hasil karya peserta didik
lainnya.
b. Cara kerja peserta didik yang spesifik dapat
ditingkatkan.
c. Untuk menambah beban kerja peserta didik
harus dibandingkan dengan pekerjaan
sebelumnya.
Dalam prakteknya masih banyak pendidik yang
belum memahami hasil evaluasi atau
penggunaan hasil evaluasi, oleh karena itu hasil
evaluasi formatif atau sumatif (misalnya) lebih
banyak digunakan untuk mengetahui kemajuan
kelas dan pengisian nilai akademik. Namun
demikian, untuk lebih memahami maksud dari
hasil evaluasi ini, kita dapat mereviewnya dari
berbagai aspek yang relevan, yaitu:
a. Bagi peserta didik, hasil penilaian dapat
digunakan untuk:
1) Membangkitkan minat dan motivasi
untuk belajar.
2) Membentuk sikap positif terhadap
pembelajaran.
3) Membantu peserta didik memahami
dengan lebih baik.
4) Membantu peserta didik memilih
metode pembelajaran yang benar
5) Memahami kedudukan peserta didik

77
b. Bagi pendidik, hasil evaluasi dapat digunakan
untuk:
1) Promosi peserta didik, seperti promosi
kelas atau kelulusan.
2) Mendiagnosis kekurangan atau
kelemahan peserta didik, baik sendiri
maupun dalam kelompok.
3) Menentukan pengelompokan dan
lokasi peserta didik berdasarkan
prestasi masing-masing
4) meningkatkan umpan balik dari sistem
pembelajaran.
5) Mempersiapkan laporan kepada orang
tua untuk menjelaskan tumbuh
kembang peserta didik.
6) Digunakan sebagai dasar
pengembangan RPP.
7) Menentukan apakah pembelajaran
remedial diperlukan.
c. Bagi orang tua, hasil evaluasi dapat
digunakan untuk:
1) Memahami kemajuan belajar peserta
didik.
2) Menginstruksikan peserta didik untuk
mempelajari kegiatan di rumah.
3) Menentukan pendidikan lanjutan
ditentukan sesuai dengan kemampuan
anak.
4) memperkirakan probabilitas
keberhasilan atau kegagalan anak di
bidang pekerjaan.

78
d. Bagi administrator lembaga pendidikan
hasil evaluasi dapat digunakan untuk:
1) Menentukan penempatan peserta
didik.
2) Menentukan kenaikan kelas.
3) Pengelompokan peserta didik
mengingat terbatasnya fasilitas
pendidikan yang tersedia
Mengenai penggunaan hasil evaluasi di atas
mencerminkan tindak lanjut (follow up) dari kegiatan
evaluasi itu sendiri, serta menunjukkan fungsi dan peran
evaluasi dalam kegiatan pembelajaran. Hasil evaluasi
juga dapat digunakan untuk tujuan lain. Dengan kata
lain, jika memang sulit untuk melaksanakan diagnosa
dan bimbingan tersebut, maka tentunya pendidik harus
mencari alternatif metode evaluasi hasil, seperti
mengulang pelajaran dan memperbaiki proses
pembelajaran. Setiap program pendidikan yang
dilakukan tidak selalu berjalan mulus, tentunya perlu
dilakukan evaluasi kembali untuk menindaklanjuti
apakah prosedur yang dijalankan sudah berjalan sesuai
rencana. Setelah evaluasi dikembangkan, kemudian
diterapkan kembali untuk melihat apakah evaluasi
tersebut berhasil, untuk mengetahui apakah dampaknya
lebih baik atau menurun.
Dengan adanya evaluasi secara umum
diharapkan mampu memberi masukan tentang program
pendidikan yang sudah ada baik dari sisi kelebihan
maupun kekurangannya ketika sudah berada dalam
kehidupan masyarakat yang sebenarnya. Dengan kata
lain, dengan evaluasi ini diharapkan mampu

79
meningkatkan akuntabilitas, sebagai pembelajaran yang
dinamis, memberi kesempatan kepada pembuat
keputusan untuk memperbaiki program pendidikan
yang sedang berjalan dan pada akhirnya akan membantu
pengalokasian dana yang lebih baik.
Data hasil penilaian baik formatif ataupun sumatif ada
pada guru mata pelajaran atau mata kuliah yang
bersangkutan. Data tersebut tidak hanya untuk
kepentingan guru semata, tetapi juga harus
dimanfaatkan oleh semua pihak yang terlibat dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah atau lembaga
pendidikan tersebut. Oleh karena itu, data hasil penilaian
yang ada pada guru harus dilaporkan agar dapat
dimanfaatkan unuk kepentingan pendidikan.
Melalui hasil penilaian kita dapat mengetahui
kemampuan dan perkembangan siswa, selain itu juga
dapat memberi gambaran tingkat keberhasilan
pendidikan pada sekolah yang bersangkutan. Beracuan
pada hasil penilaian tersebut maka kita dapat
menentukan langkah atau upaya yang harus dilakukan
dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar.
Menurut Sudjana (2014) laporan data hasil penilaian
bukan hanya mengenai prestasi atau hasil belajar,
melainkan juga mengenai kemajuan dan perkembangan
belajar siswa di sekolah seperti motivasi belajar, disiplin,
kesulitan belajar, atau sikap siswa terhadap mata
pelajaran. Oleh sebab itu, guru perlu mencatat
perkembangan dan kemajuan belajar siswa secara teratur
dan berkelanjutan.
Hasil belajar yang dicapai siswa hendaknya dilaporkan
secara menyeluruh, baik sebagai data mentah berupa

80
skor-skor yang diperoleh siswa maupun sebagai data
masak yang telah diolah dalam bentuk nilai-nilai siswa
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di sekolah,
misalnya nilai dalam standar huruf atau angka. Lebih
lanjut dilakukan interpretasi terhadap nilai yang
diperoleh siswa, misalnya kedudukan siswa
dibandingkan dengan kelompoknya atau posisi siswa
dibandingkan dengan kriteria yang telah ditentukan.
Dengan demikian dapat diketahui tingkat keberhasilan
siswa, baik dilihat dari kelompoknya maupun dari tujuan
yang harus dicapinya. Interpretasi ini berkaitan dengan
perbandingan bersifat mutlak atau relatif dan penilaian
acuan norma atau patokan. Sedangkan data
perkembangan belajar siswa dilaporkan dalam bentuk
catatan khusus sebagai pelengkap data hasil belajarnya.
Catatan khusus ini berkenaan dengan aspek perilaku
siswa seperti kehadiran, disiplin, motivasi, dan kesulitan
belajar.
Data hasil penilaian sebaiknya dilaporkan kepada semua
staf sekolah agar semua dapat mengetahui bagaimana
kegiatan proses belajar mengajar di sekolah tersebut.
a. Laporan Kepada Kepala Sekolah
Kepada kepala sekolah dilaporkan prestasi atau hasil
belajar para siswa sesuai dengan bidang studi yang
dijalaninya, termasuk perkembangan belajar siswa
selama mengikuti pendidikan di sekolah. Hasil belajar
siswa disampaikan dalam bentuk yang ringkas, tetapi
jelas sehingga dapat dipahami kepala sekolah. Melalui
laporan tersebut kepala sekolah dapat mengetahui
tingkat keberhasilan siswa dalam bidang studi tertentu.
b. Laporan Kepada Wali Kelas

81
Laporan hasil penilaian kepada wali kelas berupa nilai
masak untuk digunakan dalam pengisian nilai raport.
Oleh sebab itu, laporan harus lengkap untuk setiap siswa.
Nilai hasil belajar yang dilaporkan sudah
mempertimbangkan hasil ter formatif dan sumatif,
termasuk catatan khusus yang dibuat oleh guru
mengenai kemajuan belajar siswa selama menempuh
pengalaman belajarnya.
c. Laporan Kepada Guru Pembimbing
Guru pembimbing memerlukan laporan khusus dari
setiap guru mata pelajaran mengenai siswa yang ia
bimbing, yang mencakup kesulitan belajar, disiplin dan
motivasi, penyesuaian diri, kasus kenakalan, kehidupan
pribadi baik nama siswa, latar belakang keluarga,
identitas, dan prestasi belajarnya. Laporan penilain hasil
belajar dari guru bidang studi kepada staf sekolah
lainnya merupakan salah satu alat dalam memecahkan
persoalan belajar para siswa dalam rangka meningkatkan
kualitas penididikan di sekolah. Semakin sering tukar
informasi maka semakin baik pula hasil yang dicapai
dalam perbaikan kegiatan belajar mengajar di sebuah
sekolah atau lembaga pendidikan.[7] Oleh karena itulah
maka pelaporan hasil penilaian mutlak diperlukan oleh
setiap lembaga pendidikan yang ingin memajukan taraf
pengetahuan sumber daya manusia.

C. Pemanfaatan Hasil Penilaian


Guru yang baik adalah guru yang dapat
memanfaatkan hasil penilaiannya untuk meningkatkan
kualitas pendidikan pada kelasnya maupun pada
lembaga tempat ia bekerja. Pernyataan tersebut senada

82
dengan pentingnya hasil penilaian bagi sekolah. Hasil
penilaian harus dimanfaatkan untuk semua pihak yang
berkepentingan.
Pemanfaatan hasil penilaian dalam kurikulum
merdeka belajar mencakup beberapa hal, antara lain:
a) Feedback kepada siswa: Hasil penilaian dapat
memberikan umpan balik atau feedback kepada
siswa tentang kemampuan dan prestasi
belajarnya, sehingga siswa dapat memperbaiki
dan mengembangkan diri.
b) Evaluasi program pembelajaran: Hasil penilaian
dapat digunakan sebagai evaluasi terhadap
program pembelajaran yang telah dilaksanakan,
apakah sudah mencapai tujuan atau belum,
sehingga program pembelajaran dapat diperbaiki
dan dikembangkan.
c) Evaluasi guru: Hasil penilaian dapat digunakan
sebagai evaluasi terhadap kinerja guru, apakah
sudah melaksanakan pembelajaran dengan baik
atau belum, sehingga guru dapat memperbaiki
dan mengembangkan diri.
d) Evaluasi sekolah: Hasil penilaian dapat
digunakan sebagai evaluasi terhadap kinerja
sekolah, apakah sudah melaksanakan
pembelajaran dengan baik atau belum, sehingga
sekolah dapat memperbaiki dan
mengembangkan diri.
e) Penentuan kelulusan siswa: Hasil penilaian dapat
digunakan sebagai dasar untuk menentukan
kelulusan siswa, sehingga siswa yang telah
mencapai kriteria kelulusan dapat melanjutkan ke

83
jenjang selanjutnya.
Berdasarkan Kurikulum Merdeka Belajar,
terdapat beberapa jenis pemanfaatan hasil penilaian yang
dapat dilakukan, yaitu:
a) Pemanfaatan hasil penilaian untuk peningkatan
kualitas pembelajaran: Data hasil penilaian dapat
digunakan untuk mengevaluasi dan
meningkatkan kualitas pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Hal ini dapat dilakukan dengan
melakukan analisis terhadap kelemahan dan
kekurangan dalam pembelajaran, dan
mengembangkan strategi dan tindakan perbaikan
untuk mengatasi masalah tersebut.
b) Pemanfaatan hasil penilaian untuk pengambilan
keputusan: Data hasil penilaian dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan, seperti menentukan kelulusan siswa,
menentukan program remedi atau pengayaan,
dan mengevaluasi kinerja guru.
c) Pemanfaatan hasil penilaian untuk memberikan
umpan balik kepada siswa: Data hasil penilaian
dapat digunakan sebagai bahan untuk
memberikan umpan balik kepada siswa tentang
prestasi dan kemampuan belajarnya, sehingga
siswa dapat memperbaiki dan mengembangkan
diri.
d) Pemanfaatan hasil penilaian untuk memotivasi
siswa: Data hasil penilaian dapat digunakan
untuk memotivasi siswa dengan memberikan
penghargaan atau apresiasi terhadap prestasi
yang telah dicapainya.

84
e) Pemanfaatan hasil penilaian untuk akuntabilitas:
Data hasil penilaian dapat digunakan sebagai alat
untuk akuntabilitas, baik oleh guru maupun oleh
institusi pendidikan, untuk memenuhi kebutuhan
dan persyaratan pelaporan dan akreditasi.
Secara garis besar pemanfaatan hasil belajar
dibagi 2 berdasarkan hasil belajarnya, yakni Manfaat
Penilaian Hasil Belajar Formatif dan Manfaat Data
Penilaian Hasil Belajar Sumatif. Adapun penjelasannya
adalah sebagai berikut
1. Manfaat Penilaian Hasil Belajar Formatif
Tes formatif dilaksanakan pada saat berlangsungnya
proses belajar mengajar, khususnya pada akhir
pembelajaran. Hasil tes ini menggambarkan penguasaan
tujuan instruksional para siswa dan memberikan
petunjuk kepada guru tentang keberhasilan dirinya
dalam mengajar. Oleh sebab itu, data ini sangat
bermanfaat bagi guru dalam upaya memperbaiki
tindakan mengajar selanjutnya. Data hasil penilaian
formatif menurut Sudjana (2015) dapat dimanfaatkan
guru untuk berbagai kepentingan, yaitu sebagai berikut:
a) Memperbaiki proses pembelajaran: Data hasil
penilaian formatif dapat memberikan informasi
kepada guru tentang kelemahan dan kekuatan
dalam proses pembelajaran, sehingga guru dapat
memperbaiki proses pembelajaran agar lebih
efektif dan efisien.
b) Memberikan umpan balik kepada siswa: Data
hasil penilaian formatif dapat digunakan sebagai
bahan untuk memberikan umpan balik kepada
siswa tentang prestasi dan kemampuan

85
belajarnya, sehingga siswa dapat memperbaiki
dan mengembangkan diri.
c) Menentukan strategi pembelajaran: Data hasil
penilaian formatif dapat digunakan oleh guru
untuk menentukan strategi pembelajaran yang
lebih tepat dan sesuai dengan kebutuhan siswa.
d) Menentukan keberhasilan pembelajaran: Data
hasil penilaian formatif dapat digunakan untuk
menentukan keberhasilan pembelajaran dalam
jangka pendek, sehingga guru dapat melakukan
tindakan koreksi jika diperlukan.
e) Evaluasi program pembelajaran: Data hasil
penilaian formatif dapat digunakan untuk
mengevaluasi program pembelajaran yang telah
dilaksanakan, sehingga program pembelajaran
dapat diperbaiki dan dikembangkan agar lebih
efektif dan efisien.
2. Manfaat Data Penilaian Hasil Belajar Sumatif
Tes sumatif dilaksanakan pada akhir suatu satuan
program, misalnya pada akhir semester, dan sejenisnya
yang bertujuan untuk mengukur tingkat penguasaan
hasil belajar siswa. Seperti halnya data hasil penilaian
formatif, menurut Sudjana (2015) data hasil penilaian
sumatif juga bermanfaat bagi guru untuk keperluan
sebagai berikut:
a) Menentukan tingkat pencapaian siswa: Data hasil
penilaian sumatif dapat digunakan untuk
menentukan tingkat pencapaian siswa terhadap
kompetensi yang telah ditetapkan.
b) Evaluasi proses pembelajaran: Data hasil
penilaian sumatif dapat digunakan untuk

86
mengevaluasi proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan, sehingga dapat diperbaiki dan
dikembangkan ke depannya.
c) Menentukan strategi pembelajaran: Data hasil
penilaian sumatif dapat digunakan oleh guru
untuk menentukan strategi pembelajaran yang
lebih tepat dan sesuai dengan kebutuhan siswa.
d) Evaluasi program pembelajaran: Data hasil
penilaian sumatif dapat digunakan untuk
mengevaluasi program pembelajaran yang telah
dilaksanakan, sehingga program pembelajaran
dapat diperbaiki dan dikembangkan agar lebih
efektif dan efisien.
e) Memberikan umpan balik kepada siswa: Data
hasil penilaian sumatif dapat digunakan sebagai
bahan untuk memberikan umpan balik kepada
siswa tentang prestasi dan kemampuan
belajarnya, sehingga siswa dapat memperbaiki
dan mengembangkan diri.
3. Manfaat Data Hasil Penilaian Proses Belajar-
mengajar
Data hasil penilaian proses belajar mengajar sangat
bermanfaat bagi guru, siswa, dan kepala sekolah. Guru
dapat mengetahui kemampuan dirinya sebagai pengajar,
baik kekurangan maupun kelebihannya. Guru juga dapat
mengetahui pendapat dan aspirasi para siswanya dalam
berbagai hal yang berkenaan dengan proses belajar-
mengajar. Berdasarkan informasi ini guru dapat
memperbaiki dan menyempurnakan kekurangannya dan
mempertahankan atau meningkatkan kelebihannya.

87
Dengan penilaian proses belajar-mengajar kepala
sekolah dapat memikirkan upaya-upaya pembinaan para
guru dan siswa berdasarkan pendapat, saran, maupun
aspirasi dari berbagai pihak seperti guru, siswa, dan
orang tua, yaitu melengkapi sarana belajar,
meningkatkan kemampuan professional tenaga
pendidik, pelayanan sekolah, perpustakaan sekolah, tata
tertib sekolah, disiplin kerja, pengawasan, dan
sebagainya.

88
DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudijono. Pengantar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta:


PT Rajagrafindo Persada, 2009).
Anderson, Lorin W dan David R Krathwohl. 2010.
Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen.
Arends, R. I. (2014). Learning to teach. McGraw-Hill
Education
Arifin, Z. 2012. Evaluasi Pembelajaran. PT Remaja
Rosdakarya: Bandung.
Arifin, Zainal. (2009). Evaluasi Pembelajaran (Prinsip,
Teknik, Prosedur). Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Arikunto, S. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi
Aksara: Jakarta.
Arikunto, S., & Jabar, C. S. (2009). Evaluasi Program
Pendidikan: Pedoman Teoretis Praktis Bagi
Maha peserta didik dan Praktisi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara
Asrul., Ananda, R.,Rosnita. 2015. Evaluasi Pendidikan.
Citapustaka Media: Medan.
Darwansyah, dkk, (2009) Strategi Belajar Mengajar,
Jakarta: Diadit Media
Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, Kemendikbud.
(2021). Modul Pelatihan Implementasi
Kurikulum Merdeka Belajar
Farida Yusuf tayibnapis. 2008. Evaluasi program dan
instrumen evaluasi untuk program pendidikan
dan penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

89
Farida, I. 2017. Evaluasi Pembelajaran Berdasarkan
Kurikulum Nasional. Remaja Rosdakarya:
Bandung.
Febriana, R. 2019. Evaluasi Pembelajaran. Bumi Aksara:
Jakarta.
Glickman, C. D., Gordon, S. P., & Ross-Gordon, J. M.
(2014). Supervision and instructional leadership:
A developmental approach. Pearson Higher Ed.
Gronlund, Norman E. (1990). Measurement and
Assement in Teaching. New Jersey: Prentice-
Hall Inc.
Heryanti. (2018).“Penilaian Hasil Belajar dan Karakter”.
Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitian Pendidikan
dan Pembelajaran 2 (2). Hal 118-128.
Hidayat, Rahmat & Abdillah. (2019). Ilmu Pendidikan:
Konsep, Teori dan Aplikasinya. Medan: LPPI.
Hinkel, Dennis, Williamn Wiersma, and Stephen G. Jurs.
(1979). Applied Statistics for the Behavioral
Sciences. (Boston, MA: Houghton Mifflin
Company
Ihtiar, H. W. 2016. “Analisis Fatwa Dewan Syariah
Nasional Nomor: 92/DSN-MUI/IV/2014
Tentang Pembiayaan Yang Disertai RAHN”.
An-Nisbah 3 (1) Hal 23-38.
Kemendibud RI, 2020. Kebijakan Penilaian Pendidikan
dalam rangka Merdeka Belajar. Pusat Asesmen dan
Pembelajaran Badan Penelitian dan
Pengembangan Perbukuan.
Kemendikbudristek, RI.2022. Panduan Pembelajaran dan
Asesmen Pendidikan anak usia Dini, Pendidikan
Dasar dan Menengah. Badan Standar, Kurikulum,
dan Asesmen Pendidikan.
90
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. (2021). Kurikulum Merdeka:
Pedoman Umum Pengembangan Kurikulum.
Jakarta: Kemendikbud.
KEPMEN Pendidikan dan kebudayaan RI NOMOR
719/P/2020, Pedoman Pelaksanaan Kurikulum
pada Satuan Pendidikan dalam kondisi khusus.
Leighbody, G.B. (1968). Methods of Teaching Shop and
Technical Subjects. New York: Delmar
Publishing.
Makmun, A.S. (2012). Psikologi Kependidikan: Perangkat
Sistem Pengajaran Modul. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mania, Sitti. (2012). Pengantar Evaluasi Pendidikan.
Makassar: Alauddin University Press. Ryan,
D.C. (1980). Chaarcteristics of teacher: A
Research Study: Their Description,
Comparation, and Appraisal. Washington, DC:
American Council of Education.
Mastura, M. (2016). Pembelajaran remedial matematika.
Jurnal Elemen, 2(1), 1-8.)
Mehrens, WA., dan JJ. Lehmann. (1984). Measurement and
Evaluation in Education and Psychology. New
York: Holt Rinehart and Winston, Inc.
Mukhtar dan Rusmini. (2005). Pengajaran Remedial:
Teori dan Penerapannya dalam Pembelajaran.
Jakarta: PT Nimas Multima.
Mulyono, A. (2012). Anak Berkesulitan Belajar: Teori,
Diagnosis, dan Remediasinya. Jakarta: Rineka
Cipta.

91
Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 011).
Oyekan, S.O. 2013. “Effect of Diagnostic Remedial
Teaching Strategy on Students’ Achievement in
Biology”. Journal of Educational and Social
Research. Vol.3 No. 7 MCSER Publishing Rome-
Italy.
Prayitno, S. Motivasi dalam Belajar, (Jakarta: Depdikbud
Dirjen Dikti, 1984).
Sabekti, A.W., yulita I., dan Fitriani, R. 2022. Buku Ajar
Evaluasi Pembelajaran Kimia Dalam Kurikulum
Merdeka, Umrah Press : Tanjungpinang.
Sadullah, Uyoh, dkk. (2019). Pedagogik (Ilmu Mendidik).
Bandung: Alfabeta.
Sasmedi, D. (2012). Pembelajaran Remedial. Diakses dari
http://www.lpmpsulsel.net/v2/attachments/1
41_PEMBELAJARAN%20REMDIAL%20Artikel
.pdf tanggal 12 Mei 2023
Slavin, R. E. (2015). Educational psychology: Theory and
practice. Pearson.
Stufflebeam, Daniel L and Antony J Shinkfield. (2007).
Evaluation Theory, Models, & Applicaion. USA:
Jossey Bass.
Sudijono, Anas. (1996). Pengantar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Thaha, M
Chabib. (1990). Teknik-teknik Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Sudjana, N. (2015). Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar. PT Remaja Rosdakarya
Suprihatiningrum, J. (2013). Strategi Pembelajaran: Teori
dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

92
Suryani, Y. E. 2010. “Kesulitan Belajar”.
Magistra, No. 37 Th. XXII. Hal 33-47.
Tim Pengembang Kurikulum Merdeka, 2022. Asesmen dan
Penilaian pada Kurikulum Merdeka. Pusat
Informasi Pelatihan dan Pembelajaran Kemenag
RI.
Uno, Hamzah B, dkk. (2001). Pengembangan Instrumen
Pendidikan. Jakarta: Delima Press.
Wahyuddin, D. 2020. Mendiagnosa Siswa dan Tindak lanjut,
Baham Diskusi Asesmen dan Pembelajaran
Literasi dan numerasi Di masa pandemic,
Pusmenjar Balitbang depdikbud, 10 Juli 2020.
Wardani dan Kasron. (2009). “Penerapan Model
Pembelajaan Langsung Dengan Remedial
Melalui Tutor Sebaya Untuk Mencapai
Ketuntasan Belajar Siswa”. Universitas Negeri
Surabaya, diakses dari
http://pe.jurnal.unesa.ac.id/bank/jurnal/7._5-
1_juni_2012_nisaul.pdf Tanggal 10 Mei 2023
Wardani, I.G.A.K, Julaeha Siti, Marsinah Ngadi, (2007).
Pemantapan Kemampuan Profesional, Jakarta:
Unversitas Terbuka.
Widiyanto, J. 2018. Evaluasi Pembelajaran sesuai dengan
Kurikulum 2013 Konsep, Prinsip dan Prosedur,
UNIPMA PRESS: Madiun.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.

93
94
BIOGRAFI PENULIS

Anizar, S.Si., M.Pd. lahir di Rantau


Panjang, 1 September 1973.
Menempuh Pendidikan S1 di
Program Studi Kimia di FMIPA USK,
Kota Banda Aceh, lulus pada
tahun 1997. Pendidikan S2 ditempuh
di Program Studi
Pendidikan IPA konsentrasi Kimia
Universitas Syiah Kuala Indonesia (USK), di kota yang
sama, lulus pada tahun 2018. Penulis merupakan ibu dari
tiga orang anak. Saat ini merupakan guru tetap di
Madrasah/Dayah Aliyah Ruhul Islam anak Bangsa
Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh. Aktif menulis sejak
mengikuti ajang kompetisi GTK Berprestasi Madrasah
Kementerian Agama RI tahun 2018. Dan berhasil meraih
Juara Terbaik 3 tingkat nasional kategori Pustakawan
pada tahun 2019. Buku solo yang pertama berjudul
Warna warni kimia, menulis 20-an buku antologi, dan
beberapa artikel di jurnal Nasional dan Internasional.

95
Sardin, S.Pd., M.Pd. Lahir di liwuto,
13 Juni 1988. Menamatkan
pendidikan S1 di universitas dayanu
ikhsanuddin Baubau pada Tahun 2010
di FKIP Pendidikan Matematika.
Menamatkan pendidikan S2 tahun
2013-2015 di Universitas Negeri
Yogyakarta Program Pascasarjana Pendidikan
Matematika. Dan saat ini lagi melanjutkan S3 Program
Studi Pendidikan Matematika FPMIPA Universitas
Pendidikan Indonesia Bandung. Aktif mengajar
diuniversitas dayanu ikhsanuddin Baubau sejak tahun
2015 hingga sekarang. Penulis juga aktif melakukan
kegiatan penelitian dan publikasi

96

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai