Anda di halaman 1dari 25

Revitalisasi Analisis Kualifikasi Iklim melalui Metode Schmidt Ferguson: Sebuah Pendekatan

Inovatif untuk Meningkatkan Ketahanan Iklim dan Strategi Adaptasi di Tengah Perubahan
Iklim di Indonesia
Rian Zulfikar1, Muh. Farhan Akhir Ramadhan 2, Marsella Rahayu3
Alifuddin Maulana Firdaus4

Prodi Pendidikan Geografi ICP Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Makassar

Abstract
Climate qualification analysis is a method used to identify risks and vulnerabilities associated with climate
change. However, this method has not been widely used in efforts to increase climate resilience and adaptation
strategies to global climate change. Therefore, in this study, we revive climate qualification analysis via the
Schmidt Ferguson method as an innovative approach to enhancing climate resilience and adaptation strategies.
The Schmidt Ferguson method is used to measure the resilience of a system to climate change and identify
adaptation strategies that can be applied. In this research, we demonstrate that the use of the Schmidt Ferguson
method can help improve understanding of the vulnerabilities and risks associated with climate change, as well
as provide a basis for the development of effective adaptation strategies. Therefore, we recommend using the
Schmidt Ferguson method as one of the innovative approaches in increasing climate resilience and adaptation
strategies amid global climate change.
Keywords: Climate Change, Adaptation Strategy, Schmidt-Ferguson

Abstrak
Analisis kualifikasi iklim merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengidentifikasi risiko dan
kerentanan yang terkait dengan perubahan iklim. Namun, metode ini belum digunakan secara luas dalam upaya
peningkatan ketahanan iklim dan strategi adaptasi terhadap perubahan iklim global. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini, kami menghidupkan kembali analisis kualifikasi iklim melalui metode Schmidt Ferguson sebagai
pendekatan inovatif untuk meningkatkan ketahanan iklim dan strategi adaptasi. Metode Schmidt Ferguson
digunakan untuk mengukur ketahanan suatu sistem terhadap perubahan iklim dan mengidentifikasi strategi
adaptasi yang dapat diterapkan. Dalam penelitian ini, kami menunjukkan bahwa penggunaan metode Schmidt
Ferguson dapat membantu meningkatkan pemahaman tentang kerentanan dan risiko yang terkait dengan
perubahan iklim, serta memberikan dasar bagi pengembangan strategi adaptasi yang efektif. Oleh karena itu,
kami merekomendasikan penggunaan metode Schmidt Ferguson sebagai salah satu pendekatan inovatif dalam
meningkatkan ketahanan iklim dan strategi adaptasi di tengah perubahan iklim global.
Kata Kunci: Perubahan Iklim, Strategi Adaptasi, Schmidt-Ferguson
A. Pendahuluan

Dalam sebagian dekade terakhir, pergantian diterapkan. Tetapi, tata cara ini masih belum
hawa global sudah jadi permasalahan yang diterapkan secara luas dalam konteks kenaikan
terus menjadi berarti. Pergantian hawa bisa ketahanan hawa serta strategi menyesuaikan
berakibat negatif pada kehidupan manusia serta diri terhadap pergantian hawa global. Oleh
area, semacam kenaikan temperatur global, sebab itu, riset ini diharapkan bisa membagikan
menaiknya permukaan air laut, banjir, bawah untuk pengembangan strategi
kekeringan, serta sebagian tipe bencana alam menyesuaikan diri yang lebih efisien serta bisa
yang lain. Oleh sebab itu, sangat berarti buat tingkatkan uraian tentang kerentanan serta
tingkatkan tingkatan ketahanan kita terhadap resiko yang terpaut dengan pergantian hawa.
pergantian hawa global serta meningkatkan
rencana menyesuaikan diri yang cocok. Fenomena pergantian hawa spesialnya di
bidang pertanian berakibat pada banyak aspek
Timbulnya pergantian hawa ialah salah satu kehidupan tiap hari, bagi Matheus( 2019)[6].
akibat utama dari pemanasan global, yang Tiap sarana manufaktur di daerah tertentu
diakibatkan oleh meningkatnya konsentrasi gas diwajibkan buat memikirkan undang- undang
rumah cermin di suasana. Pergantian ini antara negeri dan kebijakan pemerintah setempat.
lain diisyarati dengan kenaikan keseriusan Perihal ini berarti dicoba buat menanggulangi
serta frekuensi peristiwa hawa ekstrim. hasil industri serta menjauhi ataupun kurangi
kehancuran di masa mendatang. Tata cara
Pergantian hawa diperkirakan hendak kategorisasi hawa yang sangat terkenal dalam
menimbulkan lebih banyak hawa ekstrim, pertanian Indonesia merupakan sistem
paling utama temperatur hawa serta curah Schmidt- Ferguson. Klasifikasi Schmidt-
hujan. Ini hendak berakibat pada ekosistem Ferguson muat beberapa tipe hawa yang lain,
alam dan kegiatan manusia( Griffiths serta bagi Rafii( 1995)[8].
Bradley, 2007; Klein Tank et angkatan
laut(AL)., 2006). Sebab itu, pengetahuan Dalam pendahuluan ini, kami hendak
tentang hawa ekstrem wajib terus ditingkatkan. mangulas lebih lanjut tentang donasi riset ini
terhadap pengembangan pengetahuan serta
Analisis kualifikasi hawa merupakan salah satu aplikasi dalam bidang kenaikan ketahanan
pendekatan yang digunakan buat memastikan hawa serta strategi menyesuaikan diri terhadap
ancaman serta kelemahan terhadap pergantian pergantian hawa global.
hawa. Ini sudah digunakan dalam bermacam
suasana, namun tidak kerap digunakan buat B. Metode Penelitian
tingkatkan rencana menyesuaikan diri serta
ketahanan terhadap pergantian hawa. Dalam Riset ini memakai metodologi tinjauan
riset ini, kami merevitalisasi analisis literatur, yang mengaitkan pengumpulan data
kualifikasi hawa dengan memakai tata cara dari bermacam publikasi. Pendekatan ini
Schmidt Ferguson, yang ialah pendekatan digunakan buat mencari, mengevaluasi,
inovatif buat tingkatkan rencana menyesuaikan mengkategorikan, serta menarik kesimpulan
diri serta ketahanan terhadap pergantian hawa. atas penemuan dari identifikasi pada harian
Tata cara Schmidt Ferguson sudah teruji efisien yang relevan dengan subjek riset. Berikut
dalam mengukur ketahanan sesuatu sistem langkah
terhadap pergantian hawa serta mengenali langkah pengumpulan informasi buat riset:
strategi menyesuaikan diri yang bisa 1. Seleksi topik buat penyelidikan Kamu.
2. Carilah harian yang mangulas topik riset Tahun yang didetetapkan nilai Q dengan
Kamu. persamaan( 1) cuma tahun 2018 serta 2019.
3. Cari harian yang Kamu temukan buat Tabel Schmind- Ferguson bisa digunakan buat
makalah terpaut. memastikan tipe curah hujan tahun 2018 di
4. Mempelajari postingan yang ditemui. Kota Bengkulu sebab nilai Q merupakan 9, 09
5. Menyortir parameter serta variabel. yang tercantum tipe A curah hujan yang
6. Menulis postingan riset bersumber pada mempunyai mutu sangat basah sebab curah
penemuan riset. hujan tahunan yang besar dengan rata- rata 255
milimeter/ tahun( Foto 4).
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bersumber pada penemuan kajian curah hujan
tahun 2016 sampai 2021, ada keadaan curah
hujan yang besar.

Tabel Schmind- Ferguson buat Kota Bengkulu


bisa digunakan buat memastikan tipe curah
hujan di kota tersebut pada tahun 2019
bersumber pada nilai Q sebesar 42, 85 yang
tercantum curah hujan jenis C dengan mutu
agak lembab( Foto 5).

2 bulan terbasah terjalin pada 2016 serta 2021.


Tahun ini tidak terdapat bulan kering ataupun
lembab. Kebalikannya, terjalin curah hujan
rata- rata 303 mm pada tahun 2016 serta 308
mm pada tahun 2021. Foto 7).

Kota Bengkulu mempunyai bulan terbasah


pada tahun 2017, 2019, serta 2020. Pada tahun
2020, Mei serta November ialah bulan
terbasah( Foto 4).
Pengkategorian Schmidt Ferguson oleh
Lakitan( 2002) memakai nilai perbandingan(
Q) antara jumlah tipikal bulan kering( Md)
serta tipikal jumlah bulan basah( Mf) pada
tahun riset. Bulan kering merupakan bulan
dengan curah hujan kurang dari 60 milimeter,
bulan lembab merupakan bulan dengan curah
hujan antara 60 serta 100 milimeter, serta bulan
hujan merupakan bulan dengan curah hujan
lebih dari 100 milimeter. Penemuan
menampilkan kalau Indonesia mempunyai 8
jenis hawa yang berbeda.

Hawa bisa diklasifikasikan memakai satu


ataupun lebih hawa. Bermacam sistem
kategorisasi hawa di Indonesia hendak diulas
di dasar ini bersumber pada perihal tersebut.

Daerah Indonesia yang luas hadapi fluktuasi


hawa yang sangat besar, paling utama dalam
perihal curah hujan, membuat kategorisasi
hawa jadi sangat berarti di situ sekalian buat
tujuan totalitas dari klasifikasi hawa, ialah buat
menyederhanakan hawa yang tidak terbatas.
Klasifikasi pula sangat bermanfaat buat
perencanaan makro di tingkatan nasional serta
wilayah. Terdapat 2 tipe hawa utama di
Indonesia.

Curah hujan rata- rata tahunan paling tinggi Hawa bisa diklasifikasikan memakai satu
dalam periode 6 tahun antara tahun 2016 ataupun lebih hawa. Bermacam sistem
serta 2021 merupakan 358 mm pada tahun kategorisasi hawa di Indonesia hendak diulas
2020, sebaliknya curah hujan rata- rata di dasar ini bersumber pada perihal tersebut.
tahunan terendah merupakan 152 milimeter
pada tahun 2019.
Daerah Indonesia yang luas hadapi fluktuasi keringnya di dasar 2 bulan. Perihal ini
hawa yang sangat besar, paling utama dalam menampilkan kalau bulan- bulan kering
perihal curah hujan, membuat kategorisasi merupakan bulan- bulan di mana rata- rata
dalam hal curah hujan, hawa jadi sangat berarti curah hujan setiap hari turun di dasar 60 mm.
di situ sekalian buat tujuan totalitas dari
klasifikasi hawa, ialah buat menyederhanakan Isu pemanasan global bertabiat global.
hawa yang tidak terbatas. Klasifikasi pula Pergantian hawa bumi diakibatkan oleh
sangat bermanfaat buat perencanaan makro di pemanasan global. Peningkatan muka air laut
tingkatan nasional serta wilayah. Terdapat 2 ialah salah satu akibat dari pergantian hawa.
tipe hawa utama di Indonesia. Bila terus naik hendak menggenangi sebagian
daratan( Triana& Anugerah, 2020). 4
Curah hujan cenderung turun antara 37 serta 44 dampak mendasar dari peningkatan permukaan
mm( milimeter) di bulan Januari, sedangkan laut merupakan disintegrasi tepi laut,
naik antara 1 serta 62 mm( milimeter), ataupun kehancuran yang meluas ke daratan serta
0, 3 sampai 62, 5%, dalam 10 bulan daerah oleh banjir serta prahara, serta
selanjutnya. Juli mempunyai persentase kemampuan rasa asin yang meluas ke darat.
keuntungan terbanyak.
Bersumber pada pola curah hujan dalam
Di Indonesia, temperatur paling tinggi antara klasifikasi hawa Schmidt- Ferguson, spesies
21 serta 27°C, ataupun antara 0 serta 500 m di tumbuhan yang sesuai bisa disesuaikan di tiap
atas permukaan laut. Pada ketinggian 1000 zona agroklimat Schmidt- Ferguson buat
mdpl, ubi jalar masih dapat berkembang membenarkan kalau curah hujan yang di
dengan baik, tetapi hasilnya kurang idamkan diterima oleh tumbuhan. dengan
mengesankan. Tempatkan di posisi yang tidak kebutuhan tumbuhan hendak air, spesialnya
terlindungi dengan sinar setiap hari 11 sampai tumbuhan perkebunan. Perkembangan
12 jam serta jauh dari tanah yang mengering. tumbuhan sangat dipengaruhi oleh
Buat perkembangan umbi, tanah gembur ketersediaan air; Jumlah air yang diperlukan
dengan pH 4, 5 sampai 7, 5 sangat sempurna; oleh tiap tumbuhan berbeda- beda. Oleh sebab
Tetapi, ubi masih dapat berkembang di tanah itu, perkebunan serta tumbuhan semusim
yang agak keras. Antara 500 serta 5000 mm absolut memerlukan air buat perkembangan
curah hujan tiap tahun. Sangat ekstrim 750- yang baik, paling utama pada masa
1500 milimeter/ tahun. Dikala tumbuhan muda perkembangan vegetatif.
memerlukan kelembaban tanah yang
lumayan.( 1992 Najiyati.) Endert( 1949) serta Djikman( 1951)
melaporkan kalau tumbuhan karet( Ficus
Konsekuensi anggapan presipitasi digunakan elastica) sangat sesuai ditanam pada hawa
buat memastikan Bulan Kering( BK) serta dengan bulan kering berkisar antara 0 hingga 3
Bulan Basah( BB). Ada 113 bulan BK( BB= serta curah hujan tahunan sempurna 250
CH lebih besar dari 100 milimeter) serta 0 hingga
bulan BK( BK= CH kurang dari 60 milimeter)
dari tahun 2010 sampai 2019.

Lamanya waktu kering yang lama dalam satu


tahun pada tanah kelas S1 di dasar 2,
menampilkan kalau sesuatu wilayah sangat
layak buat ditanami kelapa sawit bila bulan
Angin hujan badai barat yang biasanya lebih serta sudut tumbangnya cahaya matahari di
rekat daripada angin badai timur bergerak dari Bumi( Ali& Pandria, 2019).
barat ataupun lebih jauh ke barat, semacam
nampak pada Foto 4. Oleh sebab itu, kala arus Ketebalan awan di suasana bumi bisa
hawa memiliki lebih banyak uap air, hingga menimbulkan keseriusan sinar matahari yang
terjadilah Masa Barat ataupun West masuk ke Bumi menurun( Anggreni dkk.,
Monsoon[13]. 2018). Ketebalan awan menyusut bersamaan
dengan jumlah sinar yang menimpa permukaan
Belahan bumi selatan, spesialnya Australia, Bumi. Dampaknya, jumlah tenaga radiasi
hendak hadapi pemanasan matahari lebih matahari yang bisa dimanfaatkan menurun.
banyak dari daratan Asia pada bulan September
sampai Februari sebab matahari hendak Pergantian hawa yang terus menjadi bertambah
terletak di belahan bumi selatan. Dengan menimbulkan emisi zat perusak ozon( GRK) di
demikian, Australia mempunyai temperatur area. GRK sanggup menahan cahaya matahari.
besar serta style pneumatik yang rendah, terus cerah supaya orang dapat hidup di planet
sebaliknya Asia mempunyai temperatur rendah ini serta merasa hangat. Tetapi, temperatur
serta tegangan gas yang besar. Dampaknya, hawa permukaan bumi bertambah akibat
angin beralih ke Australia dari Asia. Angin meningkatnya emisi gas rumah cermin, yang
badai barat hendak mengganggu angin dari pengaruhi kehidupan di dalamnya. Hawa serta
daratan Asia ini kala membentang di area bisa dipengaruhi oleh pergantian hawa.
Khatulistiwa akibat angin ini. Sebagian akibat yang bisa jadi ditimbulkan
oleh pergantian hawa merupakan perpindahan
Sebagian besar hasil menampilkan isyarat masa serta pola curah hujan, peningkatan
temperatur walaupun air serta curah hujan temperatur yang menimbulkan kebakaran
sudah berganti secara mendasar, pertumbuhan hutan, menaiknya permukaan air laut,
ini tidak berarti kalau pergantian area sudah penyusutan produktivitas pertanian, serta
terjalin di posisi peninjauan. Karl dkk.() kenaikan frekuensi peristiwa ekstrim( Susandi
melaksanakan riset Kisaran Temperatur Setiap et angkatan laut(AL)., 2008).).
hari. 1993) melaporkan kalau dampak lokal
intervensi manusia wajib diperhitungkan. Memakai regresi linier, kami memandang
Pulau panas perkotaan, irigasi, serta gimana curah hujan serta evapotranspirasi
penggurunan merupakan contoh dari dampak potensial pengaruhi aliran debit dalam riset
ini. Riset ini menguraikan akibat area terhadap regional buat memandang gimana
pergantian nilai DTR secara terpadu. hubungannya dengan kekeringan meteorologi
serta hidrologi.
Dalam perihal hawa, matahari merupakan
salah satu komponen yang menolong Bumi
mengatur hawa( Winarno et angkatan
laut(AL)., 2019). Proses ini memerlukan
tenaga dari matahari, yang dipancarkan lewat
radiasi matahari( Winarno dkk., 2019). Nilai
radiasi yang diterima panel surya serta hingga
ke Bumi cenderung senantiasa dikala cuaca
terang, namun menurun dikala mendung
ataupun hujan. Pergantian ini diakibatkan oleh
kerapatan awan, curah hujan, temperatur area,
Foto 4. Kelima zona hawa tersebut merupakan:
zona hawa A mengendalikan provinsi Papua
Barat, serta zona hawa B, C, D, serta E cuma
mencakup sebagian kecil dari provinsi
tersebut. Foto 4( a) serta( b)

Dengan nilai r sebesar 0, 52 yang menampilkan


kalau ikatan antara SDI serta RDI bertabiat
linier sepanjang satu bulan, serta nilai R2
sebesar 0, 31 yang menampilkan kalau variabel
RDI mempengaruhi sebesar 31% terhadap
variabel SDI hingga ikatan skala waktu Klasifikasi bermacam tipe hujan Memakai tata
merupakan ditemui linier. Kambuh lurus buat cara Schmidt- Ferguson, Indonesia
skala waktu multi bulan, tepatnya y= 0. 7938x+ menyamakan bulan kering( BK) dengan bulan
0. 1024 maksudnya tiap peningkatan nilai RDI basah( BB) dengan memakai kriteria selaku
hendak membuat nilai SDI berganti jadi 0. berikut:
7938. Bagi Bayyinah( 2017), ada korelasi yang
lemah antara kekeringan hidrologi serta BK: Sebulan lagi hujan
kekeringan meteorologi sebab aspek lain,
semacam keberadaan bendungan di daerah di dasar 60mm.
tersebut, yang menaikkan muka air secara
berkala. BB: satu bulan lagi curah hujan melebihi 100
mm.
Buat perencanaan pertanian di Indonesia,
spesialnya perencanaan penanaman serta BL: Bulan dengan curah hujan rata- rata 60
dekomisioning, klasifikasi hawa Schmidt– hingga 100 mm diklasifikasikan bagi kriteria
Ferguson sudah banyak digunakan. Pemakaian Schmidt- Ferguson( 1951) dengan memakai
informasi hawa dari pengamatan satelit bisa nilai rehat( Q- average). Bibit serta tumbuhan
jadi tata cara alternatif buat memastikan hawa tahunan/ hutan merupakan subyek utama dari
hawa sebab jumlah stasiun hawa yang terbatas klasifikasi ini. Klasifikasi Schmidt- Ferguson,
serta persebarannya yang tidak menyeluruh semacam yang dipaparkan oleh Lakitan(
menimbulkan sulitnya pembaruan zona hawa. 2002), memakai nilai acuan Q yang terletak di
antara rata- rata jumlah bulan kering( Md) serta
Sebagian besar daerah provinsi Papua Barat rata- rata jumlah bulan hujan( Mf). BK
mempunyai nilai Q, bagi tata cara klasifikasi mengacu pada bulan dengan curah hujan 100
hawa Schmidt–Ferguson serta catatan mm. Bulan basah merupakan bulan yang
informasi CHIRPS dari tahun 1981 sampai menemukan curah hujan 60- 100 mm.
2021; Sebaran nilai Q serta zona hawa di
Provinsi Papua Barat bersumber pada tata cara Bagi klasifikasi hawa Taba 1951 Schmidt-
Schmidt- Ferguson serta pengolahan informasi Ferguson, pos pengukur hujan yang mewakili
CHIRPS tahun 1982- 2021 ditunjukkan pada Pulau Lombok mempunyai 4 jenis hawa: Jenis
C( Agak Basah) buat zona titik pengamatan curah hujan kurang dari 60 mm dalam satu
Barabali/ Mantang; Jenis 0( Lagi) buat bulan, bulan itu dikira kering. Bulan basah
Mataram, Kopang, serta Gn. kawasan pos merupakan kala terdapat lebih dari 100 mm
Lansekap Arnpenan; serta Jenis 0( Lagi). main, curah hujan dalam satu bulan. Nilai Q
Buat Praya serta Batujai/ Penujak Jenis E( agak merupakan perbandingan jumlah rata- rata
kering). Jenis F( kering) terwakili di Selong, masa kemarau dengan jumlah rata- rata bulan
Tanjung Luar, serta Labuhan Lombok, tidak basah. Sebab didasarkan pada indeks nilai,
hanya Jaerah Tanjung, Bayan, Pujut/ Mujur, hingga hawa Schmidt- Ferguson kerap diucap
serta sekitarnya. Buat membuat peta zona selaku model Q, semacam ditunjukkan pada
Agrolkimati, klasifikasi hawa Schmidt- Tabel 2.
Ferguson disediakan tanpa peta( Gbr. 3).
Informasi geografis yang menggambarkan
distribusi zona hawa pertanian, bersumber
pada peta yang dihasilkan sistem. Hasil
pengecekan menampilkan kalau jenis C
mempunyai luas 12. 922. 019 ha( 2. 774%).
Jenis 0 mempunyai luas 89. 470. 466 ha( 19.
204%), Jenis E mempunyai luas 20. 2005. 398
ha( 43. 360%), serta Jenis F mempunyai luas D. Kesimpulan dan Saran
161. 483. 879 ha( 34. 662%).
Dapat dikatakan jumlah hujan yang turun di
Terlepas dari karakterisasi area Schmidt- atas rata- rata. Dimana bulan basah cuma
Ferguson, karakterisasi area yang lain ditatap pada tahun 2018 serta 2019, hujan Jenis A
pas serta digunakan secara universal. Jenis yang sangat basah sebesar 9, 09, serta hujan
hawa Mohr serta Oldeman ada di daerah jenis C yang relatif basah sebesar 42, 85
Indonesia. Mohr serta Oldeman Precipitation cuma terjalin pada tahun 2019. Curah hujan
Elements pula memakai tata cara Schmidt- rata- rata paling tinggi terjalin pada tahun
Ferguson selaku bawah klasifikasi hawa. 2020, kala turun pada laju 358 mm per
Memanglah, Mohr( 1933) merupakan pakar tahun, serta menggapai titik terendah pada
awal yang menganjurkan klasifikasi hawa 2019, dikala turun pada laju 152 mm per
Indonesia bersumber pada curah hujan. tahun.

Klasifikasi hawa yang lain, tidak hanya


klasifikasi Schmidt- Ferguson, dikira cocok
serta digunakan secara ekstensif. Jenis hawa
Mohr serta Oldeman ada di daerah Indonesia.
Mohr serta Oldeman Precipitation Elements
pula memakai tata cara Schmidt- Ferguson
selaku bawah klasifikasi hawa. Memanglah,
Mohr( 1933) merupakan pakar awal yang
menganjurkan klasifikasi hawa Indonesia
bersumber pada curah hujan.

Jumlah rata- rata bulan kering serta rata- rata


jumlah bulan basah digunakan oleh Schmidt–
Ferguson buat mengklasifikasikan hawa. Bila
DAFTAR PUSTAKA

A. Faisol, B.O. Paga, dan D.N. Edoway berkontribusi pada pekerjaan ini. Pemutakhiran Zona
Lingkungan Schmidt-Ferguson Melalui Pemanfaatan Bahaya Lingkungan Mengumpulkan
Curah Inframerah dengan Stasiun Informasi untuk Membantu Kemajuan Pedesaan di Wilayah
Papua Barat. Seminar Nasional Prosiding Pengembangan Kejuruan Pertanian dan Pendidikan
(Vol. 3, No. 1, hlm. 546-556).
Alimajid, F., Setiyatwan, H., M. R. Ismiraj, N. Mayasari, I. Kurniawati, T. Ramadhan, E. Rasyida,...
Dalam upaya memanfaatkan kondisi lingkungan di Desa Cintaratu Kab. penyusunan peta
kondisi klimatologi dan hidrologi. Pangandaran. Petani: Buku Harian Pemerintah Daerah,
1(1), 7-11.
Amin, M., T. Bramayuda, R. Ridwan, dan S. Asmara. Berdasarkan Sistem Informasi Geografis zonasi
agroklimat untuk tanaman padi di Kabupaten Lampung Tengah. 2(1), halaman 190-198 dari
Journal of Agricultural Biosystem Engineering.
ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI BERDASARKAN ASPEK METEOROLOGI Oleh A. Pertiwi
dan P. M. Siregar.
Asep Saefullah, Ratu, Yayat Ruhiat, dan Ruqoyah. Investigasi Tata Tipe Lingkungan dari Informasi
Curah Hujan Menggunakan Teknik Schmidt-Ferguson (Analisis Kontekstual: Kabupaten
Tangerang)" 11.1 Jurnal Teori dan Aplikasi Fisika (2023): 29-38.
Asis, A., Ramlan, M., Ismail, M., and Pakpahan, L.E. (2022). Memperluas Pengembangan DAN
Efisiensi KACANG KACANG DI LAHAN KERING MELALUI KOMPOS DOLOMIT
DAN NPK. 24(2), hlm. 88-94, Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia.
B. Lakitan, 2002 Landasan klimatologi. Persada Radja Grafindo. Jakarta.
Bakornas PBP 2008. Pengantar Karakteristik Bencana Indonesia dan Strategi Penanggulangannya,
Ed. II. IDENTIFIKASI SEBARAN BORASSUS FLABELLIFER DI KECAMATAN
BANGKALA KABUPATEN JENEPONTO Oleh Bangkala Jakarta, J. D., M. Tahnur, dan S.
Hikmah.
Dwiyono, H., 2009. Meteorologi Klimatologi. Malang, Universitas Negeri Malang
Erni Suharini, D.L.S., dan Edi, E.K.D.L.S. (2015). Pelajaran kebencanaan bagi warga Kota Semarang
yang tinggal di kawasan rawan banjir DAS Beringin. Dalam Forum Ilmu Sosial (Vol. 42, No.
2, hlm. 184-195).
Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kelapa Sawit di Kecamatan Padang Batung Kabupaten
Hulu Sungai Selatan oleh Rifki, M. A., D. Arisanty, M. Muhaimin, K. P. Hastuti, A. N. Saputra,
dan A. M. Rahman. 10(1) Jurnal Pendidikan Geografi (JPG)
EVALUASI ZONA PERTANIAN KLASIFIKASI SCHIMIDT-FERGUSON DENGAN
PENGGUNAAN APLIKASI GIS ISLAND, U. L.
G. Irianto, 2003 Konsekuensi Penyimpangan Lingkungan Pemanfaatan Darat. Makalah Lokakarya
Ilmu Tanah Publik. KMIT Divisi Tanah, Insan Agribisnis UGM, Yogyakarta.
H. Solat, I. S. Simbolon, D. Ferdiansyah, dan I. S. Harahap (2019). Perencanaan Tatanan Kewajaran
Aset Pertanian Ikim Schmidt Ferguson di Rezim Tapsel. Prosiding Seminar Nasional Pertanian
(Vol. 2, No. 1).
Hakim, A., S. Ismail, I.M. Agusalim, dan I.H. Nurnawaty Kajian Daerah Banjir Pasang (ROB) di Kota
Makassar BANDAR: Buku Harian Perancangan Struktur, 5(1), 44-50.Hanafi. 1988.
Klimatologi. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Bandung
Kanugrahan, L., dan Sujarwanto, E. (2021). Perbandingan Potensi Material Solar Panel Terhadap
Cahaya Iklim Kota Tasikmalaya. DIFRAKSI: 3(2), 62-67, Jurnal Pendidikan Fisika dan Fisika
Terapan.
Klimatologi Gunarsih Kartasapoetra Ance Tahun 2012: Dampak Lingkungan Terhadap Tanah dan
Tumbuhan. naskah bumi. Jakarta.
M. Taufik (2010) ANALISIS KECENDERUNGAN IKLIM DAN AIR TANAH DI WILAYAH
PALEMBANG, SUMATERA SELATAN ANALISIS KECENDERUNGAN IKLIM DAN
KETERSEDIAAN AIR TANAH DI PALEMBANG SUMATERA SELATAN 42-49 di
Agromet, 24(1).
Mulyono, D. (2014). Analisis karakteristik curah hujan di wilayah Kabupaten Garut Selatan. 12(1)
dari Jurnal Konstruksi.
N. Ilmi, A. Aswi, dan M. K. Aidid adalah penulisnya. Pada Prakiraan Data Curah Hujan di Kota
Makassar digunakan Generalized Space Time Autoregressive Integrated Moving Average
(GSTARIMA). 25-43 dalam Inferensi, 6(1).
N.K. Dewi (2005) Iklim yang cocok untuk perkembangan tanaman Iklim yang cocok untuk
perkembangan tanaman. Mediagro, 1(2).
Nurmintan Silaban, Dihamri Dihamri, Citra, dan Fevi Wira Sifat-sifat Gaya Curah Hujan yang Terjadi
di Kota Bengkulu Tahun 2016-2021.” Majalah Georafflesia: Artikel Logika Persekolahan
Geologi 7.2 (2022): 265-269.
Pratiwi, Y. D., dan Pratigar, P. M. Menggunakan Monsoon Onset untuk Menghitung Waktu Tanam
Nilam (Studi Kasus: Kabupaten Garut).
R.Risnawati (1921). ARAH PENGGUNAAN LAHAN PANTAI GALESONG UTARA
KABUPATEN TAKALAR Teknosains: 15(3), 258-271, Media Informasi IPTEK.
RetnoAyu, Sasminto Schmidt-Ferguson dan Oldeman di Kabupaten Ponorogo menggunakan analisis
spasial untuk mengklasifikasikan iklim. Dis. 2013, Universitas Brawijaya
S. D. Jadmiko, A. Faqih, dan Jadmiko Menggunakan model REGCM3 untuk secara dinamis
menurunkan keluaran model iklim global (GCM) untuk proyeksi curah hujan di Kabupaten
Indramayu. 28(1): 9–16, Agromet.
S. E. Yuliani, Y. Priyana, dan Memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG), analisis persebaran
iklim perkebunan berbasis Schmidt-Ferguson di Kabupaten Sukoharjo (Disertasi Doktor,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).
S. Laimeheriwa, 2020 Karakteristik Iklim Pulau Romang 9 Agrologia.
S. Marlina (2016) Kajian curah hujan untuk keperluan pemutakhiran tipe iklim di beberapa wilayah
Kalimantan Tengah. Media Ilmiah (MITL), Teknik Lingkungan, 1(2), 9–17.
S. Nugroho, dkk. Analisis Iklim Ekstrim untuk Mengidentifikasi Perubahan Iklim Sumatera Barat”
17.1 (2019) Jurnal Ilmu Lingkungan: 7-14.
S. Rafi'i, 1995 Klimatologi dan Meteorologi Ruang Angkasa, R. Rahmad dari Bandung ANALISIS
CURAH HUJAN, POTENSI EVAPOTRANSIPIRASI KABUPATEN/KOTA DI
SUMATERA UTARA, DAN JENIS IKLIM.
Sakiah, S., Febrianto, E.B., Sudrajat, A., dan Siregar, A.K. (2021). Kesesuaian curah hujan untuk
tanaman kelapa sawit di Kecamatan Bintang Bayu Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi
Sumatera Utara dipetakan dan dievaluasi. Catatan Harian Industri Agro Perkebunan, 15-22.
Suhartati, S., dan Bachtiar, B. Kesesuaian Jenis Pohon Ditinjau dari Kualitas Lahan di TPA Lembang
Sim, Peraturan Tana Toraja, Indonesia. 13(2) dari Jurnal Ilmu Pengetahuan Alam dan
Lingkungan.
Syam, A. A. A., N. A. A. A. A. A., M. Mahmuddin, F. Latif, dan A. Virlayani Analisa saluran drainase
untuk mengurangi banjir di kota SungguminASA 16(1), 25-34, HYDRO ENGINEERING.
T. Suwarto, 2011. Pantai Pangandaran sebagai daerah tujuan wisata akibat perubahan iklim. J.Reg.
Desain perkotaan; Tersedia di http://journals.itb.ac.id/index.php/jpwk/article/vie w/4131/2217
adalah Vol. 22, No.1.
Ummu, Michael. ANALISIS SPASIAL KARAKTERISTIK AGROKLIMATOLOGI DI
KABUPATEN BIMA MENURUT KLASIFIKASI OLDEMAN DAN SCHMIDT-
FERGUSON (Disertasi Doktor, Universitas Mataram).
Wahid, H., dan Usman, U. (2017). Sekilas tentang ciri-ciri hujan di Kabupaten Polewali Mandar dan
penggolongannya. Ilm. Sainsmat J. Ilmu Informasi. 15-27 di Alam, 6(1).
METODE SCHMIDT-FERGUSON

Submission date: 03-Jun-2023 02:06AM (UTC-0500)


Submission ID: 2107949479
File name: Analisis_Kualifikasi_Iklim_melalui_Metode_Schmidt_Ferguson.docx (3.7M)
Word count: 3762
Character count: 23156
7

10

11
8

17 14
1
3

13
15

2
2

16

12

6
4

4
5

9
Kelompok 5 ICP
ORIGINALITY REPORT

7 %
SIMILARITY INDEX
7%
INTERNET SOURCES
1%
PUBLICATIONS
2%
STUDENT PAPERS

PRIMARY SOURCES

1
journals.unihaz.ac.id
Internet Source 1%
2
ahmadramlanozil.blogspot.com
Internet Source 1%
3
bappeda.kulonprogokab.go.id
Internet Source 1%
4
pkptgarut2016.wordpress.com
Internet Source <1 %
5 Submitted to School of Business and
Management ITB
<1 %
Student Paper

6
e-journals.unmul.ac.id
Internet Source <1 %
7
ojs.unm.ac.id
Internet Source <1 %
8
cat2.riss4u.net
Internet Source <1 %
9
anggimugi671.blogspot.com
Internet Source <1 %
10
core.ac.uk
Internet Source <1 %
11
Edgar Leonardo Salas Luzuriaga. "Análisis del
gasto en comunicación publicitaria como
<1 %
determinante de la supervivencia de las
PYMES del Ecuador.", Universitat Politecnica
de Valencia, 2020
Publication

12
qdoc.tips
Internet Source <1 %
13
Submitted to Universitas Pancasila
Student Paper <1 %
14
garuda.ristekdikti.go.id
Internet Source <1 %
15
pampang.wordpress.com
Internet Source <1 %
16
sumberbelajar.seamolec.org
Internet Source <1 %
17
repository.ub.ac.id
Internet Source <1 %

Exclude quotes Off Exclude matches Off


Exclude bibliography On

Anda mungkin juga menyukai