Anda di halaman 1dari 41

KITAB MENJELASKAN HUKUM-HUKUM dibaca dhammah huruf tha’nya, ‫ِلَبِقَّيِة اْلَم اِء‬

adalah nama sisa air -yang digunakan


THAHARAH untuk bersuci-.

“Kitab” secara bahasa adalah bentuk ‫َو اْلِكَتاُب ُلَغ ًة َم ْص َدٌر ِبَم ْعَنى‬ Pembagian Air
kalimat masdar yang bermakna ‫الَّض ِّم َو اْلَجْم ِع َو اْص ِط اَل ًحا‬
mengumpulkan. Sedangkan secara
‫اْس ٌم ِلِج ْنٍس ِم ْن اَأْلْح َك اِم‬ Dan ketika air merupakan alat untuk ‫َو َلَّم ا َك اَن اْلَم اُء آَل ًة ِللَّطَه اَر ِة‬
istilah adalah nama suatu jenis dari ‫ْط‬
beberapa hukum.
bersuci, maka
‫اْس َت َر َد اْلُمَص ِّنُف َأِلْن َو اِع‬
mushannif istithrad[1] macam- ‫اْلِمَياِه‬
macamnya air.
Adapun “bab” adalah nama bagi satu ‫َأَّم ا اْلَب اُب َفاْس ٌم ِلَن ْو ٍع ِمَّم ا‬
macam yang masuk di bawah
‫َد َخ َل َتْح َت َذ ِلَك اْلِج ْنِس‬ Maka beliau berkata, air yang boleh, ‫َفَقاَل (اْلِمَياُه اَّلِتْي َيُج ْو ُز ) َأْي‬
cakupan jenis hukum tersebut. maksudnya syah digunakan untuk ‫َيِص ُّح (الَّتْط ِهْي ُر ِبَه ا َس ْبُع‬
bersuci ada tujuh macam air. Yaitu air
Definisi Thaharah ‫ َم اُء الَّس َم اِء ) َأْي الَّناِز ِل‬.‫ِمَياٍه‬
langit, maksudnya air yang turun dari
‫ َو ُه َو اْلَم َط ُر (َو َم اُء‬,‫ِم ْنَه ا‬
langit yaitu hujan, air laut (yaitu air
Lafahz “ath thaharah” dengan dibaca ‫َو الَّطَه اَر ُة ِبَفْتِح الَّط اِء ُلَغ ًة‬ ‫اْلَبْح ِر ) َأْي اْلِم ْلِح (َو َم اُء‬
asin), air bengawan / sungai (yaitu air
fathah huruf tha’nya, secara bahasa ‫الَّنَظاَف ُة َو َأَّم ا َش ْر ًعا َفِفْيَه ا‬ tawar), air sumur, air sumber, air salju, ‫الَّنْهِر ) َأْي اْلُح ْلِو (َو َم اُء اْلِبْئِر‬
bermakna bersih. Adapun secara ‫َتَفاِس ْيُر َك ِثْيَر ٌة‬ dan air embun. ‫َو َم اُء اْلَع ْيِن َو َم اُء الَّثْلِج َو َم اُء‬
syara’, maka terdapat definisi yang ) ‫اْلَبَر ِد‬
cukup banyak di dalam menjelaskan
Ketujuh macam air ini terkumpul ‫َو َيْج َم ُع َه ِذِه الَّس ْبَع َة َقْو ُل َك‬
arti lafadz “ath thaharah”.
dalam ungkapanmu, “-air yang bisa ‫َم اَنَز َل ِم َن الَّس َم اِء َأْو َنَبَع ِم َن‬
digunakan bersuci adalah- air yang turun ‫اَأْلْر ِض َع َلى َأِّي ِص َفٍة َك اَن‬
Diantara defisininya adalah ungkapan ‫ِم ْنَها َقْو ُلُهْم ِفْع ُل َم ا ُتْس َتَباُح‬ dari langit atau keluar dari bumi dalam
ulama’, “-thaharah- adalah melakukan ‫ِب ِه الَّص اَل ُة َأْي ِم ْن ُو ُض ْو ٍء‬ .‫ِم ْن َأْص ِل اْلِخ ْلَقِة‬
bentuk sifat apapun yang sesuai dengan
sesuatu yang menjadi sebab di ‫َو ُغ ْس ٍل َو َتَيُّمٍم َو ِإَز اَلُة َنَج اَسٍة‬ aslinya.”
perbolehkannya melakukan sholat. Yaitu
wudlu’, mandi, tayammum, dan
Kemudian, air terbagi menjadi empat ‫(ُثَّم اْلِمَي اُه) َتْنَقِس ُم (َع َلى‬
menghilangkan najis.”
bagian : :) ‫َأْر َبَعِة َأْقَس اٍم‬
Adapun lafadz “ath thuharah” dengan ‫َأَّم ا الُّطَه اَر ُة ِبالَّض ِّم َفاْس ٌم‬
adalah bersih (dari karat).
Air Mutlak
Dan ketika air musyammas itu menjadi .‫َو ِإَذ ا َب ُرَد َز اَلِت اْلَك َر اَه ُة‬
Salah satunya adalah air suci dzatnya ‫] َأَح ُدَها (َط اِهٌر) ِفْي َنْفِس ِه‬1 dingin, maka hukum makruhnya ‫َو اْخ َت اَر الَّن َو ِوُّي َع َد َم‬
dan bisa mensucikan pada yang ‫(ُم َطِّهٌر) ِلَغْيِر ِه (َغ ْيُر َم ْك ُرْو ٍه‬ menjadi hilang. Namun imam an ‫ َو ُيْك َر ُه َأْيًضا‬.‫اْلَك َر اَهِة ُم ْطَلًقا‬
lainnya serta tidak makruh ‫اْس ِتْع َم اُلُه َو ُه َو اْلَم اُء‬ Nawawi lebih memilih hukum tidak .‫َش ِد ْيُد الُّس ُخ ْو َنِة َو اْلُبُرْو َد ِة‬
menggunakannya, yaitu air mutlak
‫اْلُم ْط َلُق) َع ْن َقِّيٍد اَل ِز ٍم‬ makruh secara mutlak. Dan juga di
(bebas) dari qayyid (ikatan nama) makruhkan menggunakan air yang
yang lazim (menetap). terlalu panas (bukan karena sinar
matahari) dan terlalu dingin.
Sehingga tidak berpengaruh ‫َفَال َيُضُّر اْلَقِّيُد اْلُم ْنَف ُّك َك َم اِء‬
pada kemutlakkan air ketika berupa ‫اْلِبْئِر ِفْي َك ْو ِنِه ُم ْط َلًقا‬ Air Musta’mal & Mutaghayyir
qayyid yang munfak[2], sepeti air
sumur. Bagian ketiga adalah air yang suci ‫(َو ) اْلِقْس ُم الَّثاِلُث (َطاْهٌر) ِفْي‬
dzatnya namun tidak bisa mensucikan .‫َنْفِس ِه (َغْي ُر ُم َطِّه ٍر ِلَغْي ِر َه‬
Air Musyammas pada yang lainnya. Yaitu ‫َو ُه َو اْلَم اُء اْلُم ْس َتْع َم ُل) ِفْي‬
air musta’mal. Yaitu air yang sudah ‫َر ْفِع َحَدٍث َأْو ِإَز اَلِة َنْج ٍس ِإْن‬
Yang kedua adalah air yang suci ‫(َو ) الَّثاِنْي (َطاِهٌر) ِفْي َنْفِس ِه‬ digunakan untuk menghilangkan
‫َلْم َيَتَغَّيْر َو َلْم َيِز ْد َو ْز ُن ُه َبْع َد‬
dzatnya, bisa mensucikan pada yang ‫(ُم َطِّه ٌر) ِلَغْي ِر ِه (َم ْك ُرْو ٌه‬ hadats, atau menghilangkan najis jika
‫اْنِفَص اِلِه َع َّم ا َك اَن َبْع َد‬
lainnya, dan makruh ‫اْس ِتْع َم اُلُه) ِفي اْلَب َد ِن اَل ِفي‬ memang tidak berubah sifatnya dan
menggunakannya pada badan tidak ‫اْع ِتَباِر َم ا َيَتَش َّرُبُه اْلَم ْغ ُس ْو ُل‬
) ‫الَّثْو ِب (َو ُهَو اْلَم اُء اْلُم َش َّم ُس‬ tidak bertambah ukurannya, setelah
pada pakaian. Yaitu air musyammas, ‫ْأ‬ terpisah dari tempat yang di basuh ‫ِم َن اْلَم اِء‬
yaitu air yang dipanaskan dengan ‫َأِي اْلُمَس َّخ ُن ِبَت ِثْيِر الَّش ْم ِس‬
beserta menghitung air yang diserap
pengaruh sinar matahari.
‫ِفْيِه‬
oleh tempat yang dibasuh.

Air musyammas ini hanya ‫َو ِإَّنَم ا ُيْك َر ُه َشْر ًعا ِبُقْطٍر َح اٍّر‬ Dan air mutaghayyir (air yang ‫(َو اْلُم َتَغ ِّي ُر) َأْي َو ِم ْن َه َذ ا‬
dimakruhkan secara syara’ bila ‫ِفْي ِإَن اٍء ُم ْنَطِب ٍع ِإاَّل ِإَن اِء‬ berubah). Maksudnya, termasuk dari ‫اْلِقْس ِم اْلَم اُء اْلَم َتَغ ِّي ُر َأَح ُد‬
digunakan di daerah panas dengan ‫الَّنْقَد ْيِن ِلَص َفاِء َج ْو َهِرِهَم ا‬ bagian yang ketiga ini adalah air yang
menggunakan wadah yang dapat
‫َأْو َص اِفِه (ِبَم ا) َأْي ِبَش ْيٍئ‬
berubah salah satu sifatnya sebab )‫(َخ اَلَط ُه ِم َن الَّط اِهَر اِت‬
dicetak (terbuat dari logam), selain tercampur oleh sesuatu yang suci,
wadah yang terbuat dari emas dan ‫َتَغُّيًرا َيْم َنُع ِإْط اَل َق اْس ِم اْلَم اِء‬
dengan perubahan yang mencegah
perak, karena elemen keduanya ‫ َفِإَّن ُه َط اْهٌر َغْي ُر‬.‫َع َلْي ِه‬
kemutlakan nama air. Maka
sesungguhnya air tersebut hukumnya ‫َطُهْو ٍر‬ Begitu juga hukumnya tetap ‫َو َك َذ ا اْلُم َتَغ ِّي ُر ِبُم َخاِل ٍط‬
suci namun tidak mensucikan. mensucikan, adalah air yang berubah ‫اَل َيْس َتْغ ِني اْلَم اُء َع ْن ُه َك ِط ْيٍن‬
sebab tercampur barang- ‫َو ُطْح َلٍب َو َم اِفْي َم َقِّر ِه َو َمَم ِّر ِه‬
Baik perubahannya itu nampak oleh ‫ِح ِّس ًّيا َك اَن الَّتَغُّي ُر َأْو َتْق ِد ْيِر ًّيا‬ barang mukhalith yang tidak bisa ‫َو اْلُم َتَغ ِّيُر ِبُطْو ِل اْلُم ْك ِث َفِإَّن ُه‬
indra, ataupun kira-kira saja seperti air ‫َك َأِن اْخ َتَلَط ِباْلَم اِء َم ا ُيَو اِفُق ُه‬ dihindari oleh air, seperti lumpur,
.‫َطُهْو ٌر‬
yang tercampur oleh sesuatu yang ‫ِفْي ِص َفاِتِه َك َم اِء اْل َو ْر ِد‬ lumut, barang-barang yang berada di
sifatnya sesuai dengan sifat-sifat air, tempat berdiamnya air dan tempat
‫اْلُم ْنَقِط ِع الَّراِئَح ِة َو اْلَم اُء‬
seperti air mawar yang sudah tidak aliran air, serta air yang berubah sebab
‫اْلُم ْسَتْع َم ُل‬
berbau dan air musta’mal. terlalu lama diam. Maka
sesungguhnya air-air tersebut
Jika perubahannya tidak sampai ‫َفِإْن َلْم َيْم َنْع ِإْط اَل َق اْس ِم اْلَم اِء‬ hukumnya suci mensucikan.
menghilangkan kemutlakkan nama air ‫ ِب َأْن َك اَن َتَغُّي ُر ُه‬,‫َع َلْي ِه‬
tersebut, dengan gambaran perubahan ‫ِبالَّطاِهِر َيِس ْيًرا َأْو ِبَم ا ُيَو اِفُق‬ Air Mutanajjis
yang disebabkan tercampur barang
‫اْلَم اَء ِفْي ِص َفاِتِه َو ُق ِّد َر‬
yang suci itu hanya sedikit, atau sebab
‫ َفاَل ُيْس َلُب‬,‫ُم َخ اِلًفا َو َلْم ُيَغِّيْر ُه‬
Bagian yang ke empat adalah air najis, ) ‫(َو ) اْلِقْس ُم الَّراِبُع (َم اٌء َنَج ٌس‬
tercampur dengan barang yang
‫ َفُه َو ُم َطِّه ٌر‬.‫َطُهْو ِر ُّيُت ُه‬
maksudnya air yang terkena najis. Air . ‫ َو ُهَو ِقْس َم اِن‬. ‫َأْي ُم َتَنِّج ٌس‬
sifatnya sesuai dengan sifat-sifat air najis ini terbagi menjadi dua.
dan di kira-kirakan terjadi perubahan
.‫ِلَغْيِر ِه‬
namun ternyata tidak berubah, maka Salah satunya adalah air najis yang ‫َأَح ُدُهَم ا َقِلْي ٌل (َو ُه َو اَّل ِذ ْي‬
hukum thahuriyyah (bisa mensucikan) sedikit. Yaitu air yang terkena najis, ‫َح َّلْت ِفْيِه َنَج اِس ٌة) َتَغَّي َر َأْم اَل‬
baik sampai berubah (sifatnya)
air tersebut tidak hilang. ‫(َو ُهَو ) َأْي َو اْلَح اُل َأَّن ُه َم اٌء‬
ataupun tidak, dan kondisi air tersebut
) ‫(َدْو َن ُقَّلَتْيِن‬
Dengan ungkapan “khalathahu” ‫َو اْح َت َر َز ِبَقْو ِل ِه َخ اَلَط ُه َع ِن‬ kurang dari dua Qullah.
(sesuatu yang mencampuri), ‫ َفِإَّن ُه‬.‫الَّط اِهِر اْلُمَج اِوِر َل ُه‬
mushannif mengecuali perubahan air ‫ َو َل ْو‬,‫َب اٍق َع َلى َطُهْو ِرَّيِت ِه‬ Dari bagian ini (air mutanajis yang ‫َو ُيْس َتْثَنى ِم ْن َه َذ ا اْلِقْس ِم‬
yang di sebabkan barang-barang suci ,‫َك اَن الَّتَغ ُّيُر ُك ِثْيًرا‬
sedikit), mengecualikan bangkai ‫اْلَم ْيَت ُة اَّلِتْي اَل َد َم َلَه ا َس اِئٌل‬
yang hanya bersandingan dengan air binatang yang tidak mengalir ‫ِع ْنَد َقْتِلَها َأْو َشِّق ُعْض ٍو ِم ْنَها‬
darahnya ketika dibunuh atau
(tidak mencampuri). Maka ‫ّك الُّذ َباِب ِإْن َلْم ُتْط َر ْح ِفْي ِه‬
sesungguhnya air tersebut tetap dipotong anggota badannya seperti
lalat, jika memang tidak sengaja
‫َو َلْم ُتَغِّيْر ُه‬
mensucikan, walaupun perubahannya
banyak. dimasukkan dan tidak sampai
merubah sifat air.
Begitu juga dikecualikan adalah najis ‫َو َك َذ ا الَّنَج اَس ُة اَّلِتْي اَل ُيْد ِر ُك َها‬ haram, seperti wudlu’ dengan air hasil .‫ُمَس َّبٍل ِللُّش ْر ِب‬
yang tidak nampak oleh mata. . ‫الَّطْر ُف‬ ghasab atau air yang di sediakan
untuk minum.
‫َفُك ُّل ِم ْنُهَم ا اَل ُيَنِّج ُس‬
Maka kedua najis ini tidak sampai
‫ َو ُيْسَتْثَنى َأْيًضا ُص َو ٌر‬. ‫اْلَم اَء‬
menajiskan air. Dan juga dikecualikan
.‫َم ْذ ُك ْو َر اٌت ِفي اْلَم ْبَس ْو َطاِت‬ BAB DIBAGH MENYAMAK KULIT
beberapa bentuk najis yang
disebutkan di kitab-kitab yang luas
pembahasannya. (Fasal) menjelaskan tentang barang- ‫(َفْص ٌل) ِفْي ِذ ْك ِر َش ْيٍئ ِم َن‬
barang najis, barang-barang najis yang ‫اَأْلْع َياِن اْلُم َتَنِّج َسِة َو َم ا َيْط ُهُر‬
Dan mushannif memberi isyarah ‫َو َأَش اَر ِلْلِقْس ِم الَّثاِنْي ِم َن اْلِقْس ِم‬ bisa suci dengan cara di-samak dan ‫ِم ْنَها ِبالِّد َباِغ َو َم ااَل َيْط ُهُر‬
terhadap bagian kedua dari bagian air ‫الَّراِبِع ِبَقْو ِلِه (َأْو َك اَن ) َك ِثْي ًرا‬ yang tidak bisa suci (dengan cara di-
yang ke empat ini dengan ungkapan ‫(ُقَّلَتْيِن ) َفَأَك َثَر (َفَتَغَّيَر ) َيِس ْيًرا‬ samak).
beliau, “atau air yang terkena najis itu ‫َأْو َك ِثْيًرا‬
ukurannya banyak, dua Qullah atau Kulit bangkai semuanya bisa suci ‫(َو ُج ُلْو ُد اْلَم ْيَتِة) ُك ِّلَه ا (َتْط ُه ُر‬
lebih, namun berubah sifatnya, baik dengan cara di-samak. Dalam hal itu ‫ِبالِّد َباِغ) َس َو اٌء ِفْي َذ ِلَك َم ْيَت ُة‬
berubah sedikit ataupun banyak.” baik bangkai binatang yang halal ‫َم ْأُك ْو ِل الَّلْح ِم َو َغْيِر ِه‬
dimakan dan yang tidak halal
Ukuran Dua Qullah dimakan.

Ukuran dua Qullah adalah kurang ‫(َو اْلُقَّلَت اِن َخ ْم ُس ِم اَئِة ِر ْط ٍل‬
lebih lima ratus Rithl negara Baghdad, )‫َبْغ َداِد ٍّي َتْقِر ْيًب ا ِفْي اَأْلَص ِّح‬ Tata Cara Menyamak
menurut pendapat al Ashah. ‫ِفْيِهَم ا‬
Tata cara menyamak adalah ‫َو َكْيِفَّي ُة الَّد ْبِغ َأْن َيْن ِز َع‬
Menurut Imam An Nawawi, ‫َو الِّر ْط ُل اْلَبْغ َداِد ُّي ِع ْن َد‬ menghilangkan fudlulul (hal-hal yang ‫ُفُضْو َل اْلِج ْلِد ِمَّم ا ُيَع ِّفُن ُه ِم َن‬
Satu Ritlh Negara Baghdad adalah ‫الَّن َو ِوُّي ِم اَئ ٌة َو َثَم اِنَّي ٌة‬ melekat) kulit yang bisa membuat ‫الَّد ِم َو َنْح ِو ِه ِبَش ْيٍئ ِح ِّر ْي ٍف‬
seratus dua puluh delapan dirham ‫َو ِع ْش ُرْو َن ِد ْر َهًم ا َو َأْر َبَع ُة‬ busuk yaitu berupa darah dan ‫َك َع ْفٍص َو َلْو َك اَن اْلِح ِّر ْي ُف‬
lebih empat sepertujuh dirham. . ‫َأْس َباِع ِد ْر َهٍم‬ sesamanya, dengan menggunakan
‫َنِج ًس ا َك َذ ْر ِق َح َم اٍم َكَفى ِفي‬
barang yang asam / pahit
Mushannif tidak menjelaskan / ‫َو َتَر َك اْلُمَص ِّنُف ِقْس ًم ا َخ اِم ًس ا‬ seperti tanaman afshin[1]. Jika barang ‫الَّد ْبِغ‬
meninggalkan bagian yang kelima ‫َو ُهَو اْلَم اُء اْلُم َطِّه ُر اْلَح َر اُم‬ pahit yang digunakan itu najis seperti
yaitu air yang mensucikan namun ‫َك اْلُوُضْو ِء ِبَم اٍء َم ْغ ُصْو ٍب َأْو‬ kotoran burung dara, maka sudah
dianggap cukup dalam penyamakan.
Kecuali kulit bangkai anjing, babi, ‫(ِإاَّل ِج ْلَد اْلَك ْلِب َو اْلِح ْنِز ْيِر َو َم ا‬
keturunan keduanya, atau keturunan )‫َتَو َّل َد ِم ْنُهَم ا َأْو ِم ْن َأَح ِدِهَم ا‬
salah satu dari keduanya hasil ‫ َفاَل َيْط ُهُر‬, ‫َم َع َح َّيَو اٍن َطاِهٍر‬ BAB PERABOT EMAS DAN PERAK
perkawinan dengan binatang yang
suci. Maka kulit binatang-binatang ini
‫َبالِّد َباِغ‬
tidak bisa suci dengan cara di-samak. (Fasal) menjelaskan wadah-wadah ‫(َفْص ٌل) ِفْي َبَي اِن َم ا َيْح ُر ُم‬
yang haram dipergunakan dan yang ‫اْس ِتْع َم اُلُه ِم َن اَأْلَو اِنْي َو َم ا‬
Tulang dan bulunya bangkai ‫(َو َع ْظ ُم اْلَم ْيَت ِة َو َش ْعُرَها‬ boleh dipergunakan. ‫َيُجْو ُز‬
hukumnya adalah najis. Begitu juga ‫َنِج ٌس ) َو َك َذ ا اْلَم ْيَت ُة َأْيًض ا‬
bangkainya itu sendiri hukumnya juga ‫َنِج َس ٌة‬ Mushannif mengawali dengan yang ‫َو َب َد َأ ِب اَأْلَّو ِل َفَق اَل (َو اَل‬
najis. pertama (yang haram dipergunakan). ‫َيُج ْو ُز ) ِفْي َغْي ِر َض ُرْو َر ٍة‬
Beliau berkata, “selain keadaan ‫َر َأٍة‬ ‫ٍل َأْو اْم‬ ‫ِلَر ُج‬
darurat, tidak diperkenankan bagi
Yang dikehendaki dengan bangkai ‫َو ُأِر ْي َد ِبَه ا الَّز اِئَل ُة اْلَح َّي اِة‬ ‫َأ‬
‫(اْس ِتْع َم اُل)َش ْيٍئ ِم ْن ( َو اِني‬
laki-laki dan perempuan untuk
adalah binatang yang mati sebab .‫ِبَغْيِر َذَّك اٍة َشْر ِع َّيٍة‬
menggunakan sesuatu dari wadah-
‫الَّذ ِهِب َو اْلِفَّض ِة) اَل ِفْي َأْك ٍل‬
selain sembelihan secara syar’i. ‫َو اَل ِفْي ُش ْر ٍب َو اَل َغْيِر ِهَم ا‬
wadah yang terbuat dari emas dan
Kalau demikian, maka tidak perlu ‫َفاَل ُيْس َتْثَنى ِح ْيَنِئ ٍذ َجِنْيُن‬ perak. Tidak untuk makan, minum
dan selain keduanya.”
dikecualikan janinnya binatang yang ‫اْلُم َذَّك اِة ِإَذ ا َخ َر َج ِم ْن َبْط ِن‬
disembelih (secara syar’i) yang keluar ‫ َأِلَّن َذَّك اَتُه ِفْي َذَّك اِة‬,‫ُأِّمِه َم ْيًتا‬
dari perut induknya dalam keadaan Sebagaimana haram menggunakan ‫َو َك َم ا َيْح ُر ُم اْس ِتْع َم اُل َم ا‬
‫ َو َك َذ ا َغْي ُر ُه ِم َن‬.‫ُأِّم ِه‬
mati. Begitu juga bentuk-bentuk
‫اْلُم ْس َتْثَنَياِت اْلَم ْذ ُك ْو َر ُة ِفي‬
barang-barang yang telah disebutkan
‫ َيْح ُر ُم اِّتَخ اُذ ُه ِم ْن َغْي ِر‬, ‫ُذ ِكَر‬
pengecualian lain yang dijelaskan di di atas, begitu juga haram ‫اْس ِتْع َم اٍل ِفي اَأْلَص ِّح‬
dalam kitab-kitab yang luas
‫اْلَم ْبُسْو َطاِت‬ menyimpannya tanpa digunakan
keterangannya. menurut pendapat al ashah.

Penyepuhan
Kemudian mushannaif mengecuali- ‫ُثَّم اْس َتْثَنى ِم ْن َش ْع ِر اْلَم ْيَت ِة‬
kan dari bulu bangkai yaitu ungkapan ‫َقْو َل ُه (ِإاَّل اآْل َد ِمَّي ) َأْي َف ِإَّن‬
beliau yang berbunyi, “kecuali anak .‫َشْع َر ُه َطاِهٌر َك َم ْيَتِتِه‬
Dan juga haram menggunakan wadah ‫َو َيْح ُر ُم َأْيًض ا اِإْل َن اُء اْلَم ْط ِلُّي‬
Adam.” Maksudnya, maka
yang disepuh dengan emas atau ‫ِب َذ َهٍب َأْو ِفَّض ٍة ِإْن َح ُص َل‬
perak, jika ada sepuhan yang ‫ِم َن الِّطاَل ِء َش ْيٌئ ِبَع ْر ِض ِه‬
sesungguhnya rambut dan bulu anak
terpisah seandainya dipanggang di
Adam hukumnya suci. ‫َع َلى الَّناِر‬
atas api.

BAB SIWAK
Wadah Selain Emas Dan Perak (Fasal) menjelaskan tentang ‫(َفْص ٌل) ِفي اْس ِتْع َم اِل آَل ِة‬
menggunakan alat siwak. Bersiwak ‫ َو ُه َو ِم ْن ُس َنِن‬, ‫الَّس َو اِك‬
Diperbolehkan menggunakan wadah ‫(َو َيُج ْو ُز ْاسِتْع َم اُل) ِإَن اِء‬ termasuk salah satu kesunnahan ‫اْلُوُضْو ِء‬
yang terbuat dari selain keduanya, ‫(َغ ِيِر ِهَم ا) َأْي َغْي ِر الَّذ َهِب‬ wudu’.
yaitu selain emas dan perak, yaitu )‫ِة (ِم َن اَأْلَو اِني‬ ‫َو اْلِفَّض‬
wadah-wadah yang indah seperti
‫الَّنِفْيَسِة َك ِإَناِء َياُقْو ٍت‬ Siwak juga diungkapan untuk barang ‫َو ُيْط َل ُق الِّس َو اُك ْأيًض ا َع َلى‬
wadah yang terbuat dari yaqut. yang digunakan bersiwak, yaitu ‫َم ا ُيْس َتاُك ِب ِه ِم ْن َأَر اٍك‬
kayu arak dan sesamanya. ‫َو َنْح ِو ِه‬
Tambalan Emas Dan Perak
Hukum Bersiwak

Siwak disunnahkan pada semua ‫(َو الِّس َو اُك ُم ْس َتَح ٌّب ِفْي ُك ِّل‬
Haram menggunakan wadah yang ‫َو ِيْح ُر ُم اِإْل َن اُء اْلُمَض َّبُب‬ keadaan. ) ‫َح اٍل‬
ditambal dengan tambalan perak yang ‫ِبَض َّبِة ِفَّض ٍة َك ِبْي َر ٍة ُعْر ًف ا‬
berukuran besar menurut ‘urf dengan ‫ِلِز ْيَنٍة‬
tujuan berhias.
Siwak tidak ‫َو اَل ُيْك َر ُه َتْنِزْيًه ا (َإاَّل َبْع َد‬
dimakruhkan tanzih kecuali setelah ‫الَّز َو اِل ِللَّص اِئِم ) َفْر ًض ا َأْو‬
tergelincirnya matahari bagi orang ‫َنْفاًل‬
Jika tambalan perak itu berukuran ‫َفِإْن َكاَنْت َك ِبْيَر ًة ِلَح اَج ٍة َج اَز‬ yang berpuasa, baik puasa fardlu atau
besar karena ada hajat, maka ‫َم َع اْلَك َر اَه ِة َأْو َص ِغ ْيَر ٍة‬ sunnah.
diperbolehkan namun makruh. Atau ‫ُعْر ًف ا ِلِز ْيَن ٍة ُك ِر َهْت أْو‬
berukuran kecil secara ‘urf karena
‫ِلَح اَج ٍة َفاَل ُتْك َر ُه‬ Hukum makruh tersebut menjadi ‫َو َت ُز ْو ُل اْلَك َر اَه ُة ِبَغ ُرْو ِب‬
tujuan berhias, maka dimakruhkan.
Atau karena hajat, maka tidak
hilang dengan terbenamnya matahari. ‫الَّش ْم ِس َو اْخ َتاَر الَّنَو ِوُّي َعَد َم‬
dimakruhkan.
Namun imam an Nawawi lebih ‫اْلَك َر اَهِة ُم ْطَلًقا‬
memilih hukum tidak makruh secara
mutlak.
Adapun tambalan yang terbuat dari ‫َأَّم ا َض َّبُة الَّذ َهِب َفَتْح ُر ُم‬
emas, maka hukumnya haram secara . ‫ُم ْط َلًقا َك َم ا َص َّح َح ُه الَّنَو ِوُّي‬ Tempat-Tempat Yang Sangat Disunnahkan Untuk Bersiwak
mutlak, sebagaimana yang disyahkan
oleh imam an Nawawi. Siwak di dalam tiga tempat ‫(َو ُه َو ) َأِي الِّس َو اُك (ِفْي‬
hukumnya lebih disunnahkan dari )‫َثاَل َثِة َم َو اِض َع َأَشُّد اْس ِتْح َباًبا‬
pada tempat yang lain. ‫ِم ْن َغْيِر َها‬ Tata Cara Bersiwak

Salah satunya adalah ketika ‫َأَح ُدَها (ِع ْن َد َتَغُّي ِر اْلَفِّم ِم ْن‬
berubahnya keadaan mulut ‫َأْز ٍم ) ِقْيَل ُهَو ُس ُك ْو ٌت َطْو ِي ٌل‬ Saat bersiwak disunnahkan untuk niat ‫َو ُيَس ُّن َأْن َيْن ِوَي ِبالِّس َو اِك‬
sebab azm. Ada yang mengatakan
‫َو ِقْيَل َتْر ُك اَأْلْك ِل‬
sunnah siwakan, bersiwak dengan ‫ َو َأْن َيْس َتاَك ِبَيِم ْيِن ِه‬.‫الُّس َنَة‬
bahwa azm adalah diam terlalu lama. tangan kanan, memulai dari mulut ‫َو َيْب َد َأ َباْلَج اِنِب اَأْلْيَمِن ِم ْن‬
bagian kanan, dan menjalankan siwak
Dan ada yang mengatakan azm adalah ‫َفِّم ِه َو َأْن ُيِم َّر ُه َع َلى َس َقِف‬
tidak makan. secara lembut ke bagian langit-langit
‫َح ْلِق ِه ِإْم َر اًرا َلِط ْيًف ا َو َع َلى‬
tenggorokan dan gigi-gigi geraham.
. ‫َك َر اِس ي َأْض َر اِس ِه‬
Mushannif mengungkapkan “wa ‫َو ِإَّنَم ا َق اَل (َو َغْي ِر ِه) ِلَيْش ُمَل‬
ghairuhu” (dan sebab selain azm), tidak ‫َتَغُّيَر اْلَفِّم ِبَغْيِر َأْز ٍم َك َأْك ِل ِذ ْي‬
lain agar mencakup perubahan BAB WUDLU’
‫ِر ْيٍح َك ِر ْي ٍه ِم ْن َث ْو ٍم َو َبْص ٍل‬
keadaan mulut sebab selain azm, ‫ٌل) َفْي ُف‬
.‫َو َغْيِرِهَم ا‬ (Fasal) menjelaskan wardlu-wardlu ‫ُرْو ِض‬ ‫(َفْص‬
seperti memakan barang yang berbau
kurang sedap yaitu bawang merah,
wudlu’. ‫اْلُوُضْو ِء‬
‫ْأْل‬
bawang putih dan selainnya.
Lafadz “al wudlu’” dengan terbaca ‫َو ُهَو ِبَض ِّم اْلَو اِو ِفي ا ْش َهِر‬
dlammah huruf waunya, menurut ,‫ َو ُهَو اْلُمَر اُد ُهَّن ا‬, ‫اْس ٌم ِلْلِفْع ِل‬
pendapat yang paling masyhur adalah ‫َو ِبَفْت اْلَو اِو اْس ٌم ِلَم ا ُيَتَو َّض ُأ‬
Yang kedua adalah saat bangun tidur. ‫(َو ) الَّث اِنْي (ِع ْن َد اْلِقَي اِم ) َأِي‬ nama pekerjaannya. Dan dengan
‫ِح‬
) ‫اِاْل ْس ِتْيَقاِظ (ِم َن الَّنْو ِم‬ ‫ِبِه‬
terbaca fathah huruf wa’unya “al
wadlu’” adalah nama barang yang
Dan yang ketiga adalah saat hendak ‫(َو ) الَّث اِلُث (ِع ْن َد اْلِقَي اِم ِإَلى‬ digunakan untuk melakukan wudlu’.
sholat, baik sholat fardlu atau sunnah. ‫الَّص اَل ِة) َفْر ًضا َأْو َنْفًل‬
Juga sangat dianjurkan di selain tiga ‫َو َيَتَأَّك ُد َأْيًضا ِفْي َغْيِر الَّثاَل َثِة‬
Lafadz yang pertama (al wudlu’) ‫َو َيْش َتِم ُل اَأْلَّوُل َع َلى ُفُرْو ٍض‬
mencakup beberapa fardlu dan ‫َو ُس َنٍن‬
tempat yang sudah dijelaskan di atas, ‫اْلَم ْذ ُك ْو َر ِة ِمَّم ا ُهَو َم ْذ ُك ْو ٌر ِفي‬ beberapa kesunnahan.
yaitu di tempat-tempat yang
‫اْلُم َط َّو اَل ِت َك ِق َر اَءِة اْلُق ْر آِن‬ Fardlunya wudlu’
‫َو اْص ِفَر اِر اْأْلْسَناِن‬
disebutkan di kitab-kitab yang
penjang penjelasannya,
seperti saat membaca Al Qur’an dan
Mushannif menyebutkan fardlu- ‫َو َذ َك َر اْلُمَص ِّنُف اْلُف ُرْو َض‬
kuningnya gigi.
fardlunya wudlu’ di dalam perkatan ‫ِفْي َقْو ِلِه (َو ُفُرْو ُض اْلُوُضْو ِء‬
beliau, “fardlunya wudlu’ ada enam ) ‫ِس َّتُة َأْش َياَء‬
perkara.” wudlu’nya tidak syah.
Ketika dia sudah melakukan niat yang ‫َو َإَذ ا َنَو ى َم ا ُيْعَتَب ُر ِم ْن َه ِذِه‬
Niat wudlu’ dianggap syah dari niat-niat di atas, ‫الِّنَّي اِت َو َش َّر َك َم َع ُه ِنَّي َة‬
dan dia menyertakan niat ‫َتَنُّظ ٍف َأْو َتَب ُّر ٍد َص َّح‬
Pertama adalah niat. Hakikat niat ‫َأَح ُدَها (الِّنَّي ُة) َو َح ِقْيَقُتَه ا‬ membersihkan badan atau niat .‫ُوُضْو ُؤ ُه‬
secara syara’ adalah menyengaja ‫َش ْر ًعا َقْص ُد الَّش ْيِئ ُم ْقَتِر ًن ا‬ menyegarkan badan, maka hukum
sesuatu besertaan dengan
‫ َفِإْن َتَر اَخى َع ْنُه ُس ِّم َي‬.‫ِبِفْع ِلِه‬ wudlu’nya tetap syah.
melakukannya. Jika melakukannya .‫َع ْز ًم ا‬
lebih akhir dari pada kesengajaannya, Membasuh Wajah
maka disebut ‘azm.
Fardlu kedua adalah membasuh ‫(َو ) الَّث اِنْي (َغْس ُل) َجِم ْي ِع‬
Niat dilakukan saat membasuh awal ) ‫َو َتُك ْو ُن الِّنَّي ُة (ِع ْن َد َغْس ِل‬ seluruh wajah. .)‫(اْلَو ْج ِه‬
bagian dari wajah. Maksudnya ‫َأَّو ِل ُج ْز ٍء ِم َن (اْلَو ْج ِه) َأْي‬
bersamaan dengan basuhan bagian ‫ُم ْقَتِر َن ًة ِب َذ ِلَك اْلُج ْز ِء‬ Batasan panjang wajah adalah anggota ‫َو َح ُّد ُه ُط َو اًل َم ا َبْيَن َم َن اِبِت‬
tersebut, bukan sebelumnya dan ‫اَل ِبَجِم ْيِع ِه َو اَل ِبَم ا َقْبَل ُه َو اَل‬ di antara tempat-tempat yang ‫َش ْع ِر الَّر ْأِس َغاِلًب ا َو آِخ ُر‬
bukan setelahnya. umumnya tumbuh rambut kepala dan
‫ِبَم ا َبْع َد ُه‬ ‫الَّلْح َيْيِن َو ُهَم ا اْلَع َظَم اِن‬
pangkalnya lahyaini (dua ‫الَّلَذ اِن َيْنُبُت َع َلْيِهَم ا اَأْلْس َناُن‬
Sehingga, saat membasuh anggota ‫َفَيْنِوي اْلُم َتَو ِّض ُئ ِع ْنَد َغْس ِل‬ rahang). Lahyaini adalah dua tulang
‫الُّس ْفَلى َيْج َتِم ُع ُم َق ِّد ُم ُهَم ا ِفي‬
tersebut, maka orang yang wudlu’ ‫َم ا ُذ ِك َر َر ْف َع َح َدٍث ِم ْن‬ tempat tumbuhnya gigi bawah.
melakukan niat menghilangkan ‫الَّذ َقِن َو ُم َؤ ِّخ ُر ُهَم ا ِفي اُأْلُذ ِن‬
.‫َأْح َداِثِه‬ Ujungnya bertemu di janggut dan
hadats dari hadats-hadats yang berada pangkalnya berada di telinga.
pada dirinya.
Dan batasan lebar wajah adalah ‫َو َح ُّد ُه َع ْر ًضا َم ا َبْيَن اُأْلُذ َنْيِن‬
Atau niat agar diperkenankan ‫َأْو َيْنِوي اْس ِتَباَح َة ُم ْفَتِق ٍر ِإَلى‬ anggota di antara kedua telinga.
melakukan sesuatu yang ‫ُو ُض ْو ٍء َأْو َيْن ِوْي َف ْر َض‬
membutuhkan wudlu’. Atau niat .‫اْلُوُضْو ِء َأِو اْلُوُضْو َء َفَقْط‬ Ketika di wajah terdapat bulu yang ‫َو ِإَذ ا َك اَن َع َلى اْلَو ْج ِه َش ْعٌر‬
fardlunya wudlu’ atau niat wudlu’ tipis atau lebat, maka wajib ‫َخ ِفْي ٌف َأْو َك ِثْي ٌف َو َج َب‬
saja. mengalirkan air pada bulu tersebut ‫ِإْيَص اُل اَلَم اِء ِإَلْيِه َم َع اْلَبَش َر ِة‬
beserta kulit yang berada di baliknya / ‫اَّلِتْي َتْح َتُه‬
Atau niat bersuci dari hadats. Jika ‫َأِو الَّطَهاَر َة َع ِن اْلَح َد ِث َف ِإْن‬ di bawahnya.
tidak menyebutkan kata “dari hadats” ‫َلْم َيُقْل َع ِن اْلَح َد ِث َلْم َيِص َّح‬
(hanya niat bersuci saja), maka Namun untuk jenggotnya laki-laki ‫َو َأَّم ا ِلْح َيُة الَّرُج ِل اْلَك ِثْيَفُة ِبَأْن‬
yang lebat, dengan gambaran orang ‫َلْم َيَر اْلُم َخ اَطُب َبَش َر َتَها ِم ْن‬ adalah kira-kiranya.
yang diajak bicara tidak bisa melihat ‫ِخ اَل ِلَها َفَيْك ِفْي َغ ْسُل َظاِهِر َها‬
kulit yang berada di balik jenggot Dan wajib membasuh perkara-perkara ‫َو َيِج ُب َغ ْسُل َم ا َع َلى اْلَي َّد ْيِن‬
‫ُأ‬
tersebut dari sela-selanya, maka cukup yang berada di kedua tangan, yaitu
‫ِم ْن َش ْع ٍر َوِس ْلَعٍة َو ْص ُبٍع‬
dengan membasuh bagian luarnya bulu, uci-uci, jari tambahan dan kuku. ‫َز اِئَدٍة َو َأَظاِفْيَر‬
saja.
Dan wajib menghilangkan perkara ‫َو َيِج ُب ِإَز اَل ُة َم ا َتَح َتَه ا ِم ْن‬
Berbeda dengan jenggot yang tipis, ‫ِبِخ اَل ِف اْلَخ ِفْيَف ِة َو ِهَي َم ا‬ yang berada di bawah kuku, yaitu ‫َو َس ٍخ َيْم َنُع ُوُصْو َل اْلَم اِء‬
yaitu jenggot yang mana kulit yang ‫َي َر ى اْلُم َخ اَطُب َبَش َر َتَها‬ kotoran-kotoran yang bisa mencegah
berada di baliknya bisa terlihat oleh ‫َفَيِج ُب ِإْيَص اُل اْلَم اِء ِلَبَش ِر ِتَها‬ masuknya air.
orang yang diajak bicara, maka wajib
mengalirkan air hingga ke bagian kulit Mengusap Kepala
di baliknya.
Fardlu yang ke empat adalah ‫(َو ) الَّراِب ُع (َم ْس ُح َبْع ِض‬
Dan berbeda lagi dengan jenggotnya ‫َو ِبِخ اَل ِف ِلْح َيِة اْم َر َأٍة َو ُخْنَثى‬ mengusap sebagian kepala, baik laki- ‫الَّر ْأِس) ِم ْن َذ َكْر َأْو ُأْنَثى‬
laki atau perempuan.
perempuan dan khuntsa, maka wajib ‫اُل اْلَم اِء‬ ‫َفَيِج ُب ِإْيَص‬
mengalirkan air ke bagian kulit yang ‫ِلَبَش ِر ِتَهَم ا َو َلْو َك ُثَفا‬
berada di balik jenggot keduanya, Atau mengusap sebagian rambut yang ‫َأْو َم ْسُح َبْع ِض َشْع ٍر ِفْي َح ِّد‬
masih berada di batas kepala. ‫ْأ‬
walaupun jenggotnya lebat. ‫الَّر ِس‬
Di samping membasuh seluruh wajah, ‫َو اَل ُب َّد َم َع َغْس ِل اْلَو ْج ِه ِم ْن‬ Tidak harus menggunakan tangan ‫َو اَل َتَتَع َّيُن اْلَي ُّد ِلْلَم ْس ِح َب ْل‬
‫ْأ‬ untuk mengusap kepala, bahkan bisa ‫َيُجْو ُز ِبِخ ْر َقٍة َو َغْيِرَها‬
juga harus membasuh sebagian dari
‫َغْس ِل ُج ْز ٍء ِم َن الَّر ِس‬ dengan kain atau yang lainnya.
kepala, leher dan anggota di bawah
‫َو الَّر َقَبِة َو َم ا َتْح َت الَّذ َقِن‬
janggut[1].
Seandainya dia membasuh kepala ‫َو َلْو َغ َسَل َر ْأَس ُه َبَد َل َم ْس ِحَها‬
Membasuh Kedua Tangan sebagai ganti dari mengusapnya, ‫َج اَز‬
maka diperkenankan.
Fardlu yang ketiga adalah membasuh ‫(َو ) الَّث اِلُث (َغْس ُل اْلَي َّد ْيِن‬
kedua tangan hingga kedua siku. ) ‫ِإَلى اْلِم ْر َفَقْيِن‬ Dan seandainya dia meletakkan (di ‫َو َلْو َو َض َع َي َّد ُه اْلَم ْبُلْو َل َة َو َلْم‬
atas kepala) tangannya yang telah di ‫َيَح ِّر ْك َها َج اَز‬
Jika seseorang tidak memiliki kedua ‫َفِإْن َلْم َيُك ْن َلُه ِم ْر َفَقاِن اْع ُتِبَر‬ basahi dan tidak mengerakkannya,
siku, maka yang dipertimbangkan ‫َقْد ُر ُهَم ا‬ maka diperkenankan.
Membasuh Kedua Kaki Seandainya ada empat orang yang ‫َو َل ْو َغ َس َل َأْر َبَع ٌة َأْع َض اَءُه‬
membasuh seluruh anggota ‫َد ْفَع ًة َو اِح َد ًة ِبِإْذ ِن ِه اْر َتَف َع‬
Fardlu yang ke lima adalah ‫(َو ) اْلَخ اْم ُس (َغ ْسُل الِّر ْج َلْيِن‬ wudlu’nya seseorang sekaligus . ‫َح َد ُث َو ْج ِهِه َفَقْط‬
membasuh kedua kaki hingga kedua ‫ِإَلى اْلَكْع َبْيِن ) ِإْن َلْم َيُك ِن‬ dengan seizinnya, maka yang hilang
mata kaki, jika orang yang
‫اْلُم َتَو ِّض ُئ اَل ِبًسا ِلْلُخ َّفْيِن‬ hanya hadats wajahnya saja.
melaksanakan wudlu’ tersebut tidak
mengenakan dua muza.
BAB KESUNNAHAN-KESUNNAHAN WUDLU’
Jika dia mengenakan dua muza, maka ‫َفِإْن َك اَن اَل ِبَس ُهَم ا َو َج َب َع َلْيِه‬ Membaca Basmalah
wajib bagi dia untuk mengusap ‫َم ْس ُح اْلُخ َّفْيِن َأْو َغْس ُل‬
kedua muza atau membasuh kedua
‫الِّر ْج َلْيِن‬ Kesunnahan-kesunnahan wudlu’ ada ‫(َو ُس َنُنُه) َأِي اْلُو ُض ْو ِء‬
kaki. sepuluh perkara. Dalam
‫(َع ْش َر ُة َأْش َياَء ) َو ِفْي َبْع ِض‬
sebagian redaksi matan diungkapkan ‫ُنَس ِخ اْلَم ْتِن َع ْش ُر ِح َص اٍل‬
Dan wajib membasuh perkara-perkara ‫َو َيِج ُب َغ ْسُل َم ا َع َلْيِهَم ا ِم ْن‬ dengan bahasa ”sepuluh khishal”.
yang berada di kedua kaki, yaitu bulu, ‫َشْع ٍر َو ِس ْلَعٍة َو ُأْص ُبٍع َز اِئ َدٍة‬
daging tambahan, dan jari tambahan
‫َك َم ا َسَبَق ِفي اْلِيَّد ْيِن‬ Yaitu membaca basmalah di awal ‫(الَّتْس ِم َّيُة) َأَّو َل ُه َو َأَقُّلَه ا ِبْس ِم‬
sebagaimana keterangan yang telah pelaksanaan wudlu’. Minimal bacaan ‫ِهللا َو َأْك َم ُلَها ِبْس ِم ِهللا الَّرْح َمِن‬
dijelaskan di dalam permasalahan basmalah adalah bismillah. Dan yang
‫الَّر ِح ْيِم‬
kedua tangan. paling sempurna
adalah bismillahirrahmanirrahim.
Tertib
Jika tidak membaca basmalah di awal ‫َفِإْن َت َر َك الَّتْس ِم َّيًة َأَّو َل ُه َأَتى‬
Fardlu yang ke enam adalah tertib di ‫(َو ) الَّس اِد ُس (الَّت ْر ِتْيُب ) ِفي‬ wudlu’, maka sunnah melakukannya ‫ َف ِإْن َف َر َغ ِم َن‬.‫ِبَها ِفْي َأْثَناِئِه‬
dalam pelaksanaan wudlu’
‫اْلُو ُض ْو ِء (َع َلى َم ا) َأِي‬ di pertengahan pelaksanaan. Jika .‫اْلُوُضْو ِء َلْم َيْأِت ِبَها‬
sesuai dengan cara yang telah saya ‫اْلَو ْج ِه اَّلِذ ْي (َذ َكْر َناُه) ِفْي َع ِّد‬ sudah selesai melaksanakan wudlu’-
jelaskan di dalam urutan fardlu-
‫اْلُفُرْو ِض‬
dan belum sempat membaca
fardlunya wudlu’. basmalah-, maka tidak sunnah untuk
membacanya.
Sehingga, kalau lupa tidak tertib, ‫َفَلْو َنِس َي الَّتْر ِتْيَب َلْم َيْك ِف‬
maka wudlu’ yang dilaksanakan tidak Membasuh Kedua Telapak Tangan
mencukupi.
Dan membasuh kedua telapak tangan ‫ُل اْلَك َّفْيِن ) ِإَلى‬ ‫(َو َغْس‬ maka dengan cara memuntahkannya.
hingga kedua pergelangan tangan ‫اْلَك ْو َع ْيِن َقْبَل ا َم ْض َم َض ِة‬
‫ْل‬
sebelum berkumur. Dan istinsyaq (memasukkan air ke ‫َد‬ ‫اُق) َبْع‬ ‫(َو اِاْل ْس ِتْنَش‬
dalam hidung) setelah berkumur. .‫اْلَم ْض َم َض ِة‬
Dan membasuh keduanya tiga kali ‫َو َيْغ ِس ُلُهَم ا َثاَل ًث ا ِإْن َت َر َّد َد ِفْي‬
jika masih ragu-ragu akan ‫َطْهِر ِهَم ا (َقْب َل ِإْد َخاِلِهَم ا‬ Kesunnahan istinsyaq sudah bisa ‫َو َيْح ُص ُل َأْص ُل الُّس َّنِة ِفْي ِه‬
kesuciannya, sebelum ‫اِإْل َن اَء ) اْلُم ْش َتِمَل َع َلى َم اٍء‬ didapat dengan memasukkan air ke ‫اِء ِفي‬ ‫اِل اْلَم‬ ‫ِبِإْدَخ‬
memasukkannya ke dalam wadah dalam hidung, baik ditarik dengan ‫ َس َو اٌء َج َذ َب ُه ِبَنَفِس ِه‬, ‫اَأْلْن ِف‬
. ‫ُد ْو َن اْلُقَّلَتْيِن‬
yang menampung air kurang dari nafasnya hingga ke janur hidung lalu , ‫ِإَلى َخ َياِش ْيِمِه َو َنَث َر ُه َأْم اَل‬
dua Qullah. menyemprotkannya ataupun tidak.
.‫َفِإْن َأَر اَد اَأْلْك َم َل َنَثَر ُه‬
Jika ingin mendapatkan yang paling
Sehingga, jika belum membasuh ‫َف ِإْن َلْم َيْغ ِس ْلُهَم ا ُك ِر َه َل ُه‬ sempurna, maka dia harus
keduanya, maka bagi dia di . ‫َغ ْم ُسُهَم ا ِفي اِإْل َناِء‬ mennyemprotkannya.
makruhkan memasukkannya ke
dalam wadah air. Mubalaghah (mengeraskan) di ‫َو اْلُمَباَلَغ ُة َم ْطُلْو َب ٌة ِفي‬
anjurkan saat berkumur dan istinsyaq. .‫اْلَم ْض َم َض ِة َو اِاْل ْش ِتْنَش اِق‬
Jika telah yaqin akan kesucian ‫َو ِإْن َتَيَّقَن ُطْهَر ُهَم ا َلْم ُيْك َر ْه‬
keduanya, maka bagi dia tidak ‫َلُه َغ ْم ُسُهَم ا‬ Mengumpulkan berkumur ‫َو اْلَج ْم ُع َبْيَن اْلَم ْض َم َض ِة‬
dimakruhkan untuk memasukkannya dan istinsyaq dengan tiga cidukan air, ‫َو اِاْل ْس ِتْنَش اِق ِبَثاَل ِث ُغ َر ٍف‬
ke dalam wadah. yaitu berkumur dari setiap cidukan ‫َيَتَم ْض َم ُض ِم ْن ُك ٍّل ِم ْنَه ا ُثَّم‬
kemudian istinsyaq, adalah sesuatu
‫َيْسَتْنِش ُق َأْفَض ُل ِم َن اْلَفْص ِل‬
Berkumur dan Memasukkan Air Ke Hidung yang lebih utama daripada memisah
.‫َبْيَنُهَم ا‬
di antara keduanya.
Dan berkumur setelah membasuh ‫(َو اْلَم ْض َم َض ُة) َبْع َد َغْس ِل‬
kedua telapak tangan. . ‫اْلَك َّفْيِن‬
Mengusap Seluruh Kepala
Kesunnahan berkumur sudah bisa ‫َو َيْح ُص ُل َأْص ُل الُّس َّنِة ِفْيَه ا‬
hasil / didapat dengan memasukkan ‫ِبِإْدَخ اِل اْلَم اِء ِفي اْلَفِّم َس َو اٌء‬ Dan mengusap seluruh bagian kepala. ‫(َو َم ْسُح َج ْم ِي ْع الَّر ْأِس) َو ِفْي‬
air ke dalam mulut, baik di putar- ‫ َف ِإْن‬. ‫َأَداَر ُه ِفْي ِه َو َم َّج ُه َأْم اَل‬ Dalam ‫َبْع ِض ُنَس ِخ اْلَم ْتِن َو اْس ِتْيَع اِب‬
putar di dalamnya kemudian di ‫َأَر اَد اَأْلْك َم َل َم َّجُه‬ sebagian redaksi matan diungkapkan .‫الَّر ْأِس ِباْلَم ْس ِح‬
muntahkan ataupun tidak. Jika ingin dengan bahasa “dan meratakan kepala
mendapatkan yang paling sempurna, dengan usapan”.
Menyelah-Nyelahi Jenggot, Jari Kedua Tangan dan Kaki
‫الَّر ْأ‬
Sedangkan untuk mengusap sebagian ‫ِس‬ ‫َأَّم ا َم ْس ُح َبْع ِض‬
kepala hukumnya adalah wajib .‫َفَو اِج ٌب َك َم ا َسَبَق‬ Dan menyelah-nyelahi bulu ‫(َو َتْخ ِلْيِل الِّلْح َيِة اْلَك َّثِة) ِبُم َثَّلَثٍة‬
sebagaimana keterangan di depan. jenggotnya orang laki-laki yang tebal. . ‫ِم َن الَّرُج ِل‬
Lafadz ”al katstsati” dengan
Dan seandainya tidak ingin melepas ‫َو َل ْو َلْم ُي ِر ْد َن ْز َع َم ا َع َلى‬ menggunakan huruf yang di beri titik
sesuatu yang berada di kepalanya ‫َر ْأِس ِه ِم ْن ِع َم اَم ٍة َو َنْح ِو َه ا‬ tiga (huruf tsa’).
yaitu surban atau sesamanya, maka .‫َك َّمَل ِباْلَم ْس ِح َع َلْيَها‬
dia disunnahkan menyempurnakan Sedangkan jenggotnya laki-laki yang ‫َأَّم ا ِلْح َي ُة الَّرُج ِل اْلَخ ِفْيَف ُة‬
usapan air itu ke seluruh surbannya. tipis, jenggotnya perempuan ‫َو ِلْح َيُة اْلَم ْر َأِة َو اْلُخْنَثى َفَيِج ُب‬
dan khuntsa, maka wajib untuk .‫َتْخ ِلْيُلُهَم ا‬
Mengusap Kedua Telinga diselah-selahi.

Dan mengusap seluruh bagian kedua ‫(َو َم ْس ُح) َج ِم ْي ِع (اُأْلُذ َنْيِن‬ Cara menyelah-nyelahi adalah ‫َو َكْيِفَّيُت ُه َأْن ُي ْد ِخ َل الَّرُج ُل‬
telinga, bagian luar dan dalamnya ‫َظاِهِر ِهَم ا َو َباِط ِنِهَم ا ِبَم اٍء‬ seorang laki-laki memasukkan jari-jari .‫َأَص اِبَع ُه ِم ْن َأْس َفِل الِّلْح َيِة‬
dengan menggunakan air yang .‫َج ْد ِيٍد ) َأْي َغْيِر َبَلِل الَّر ْأِس‬ tangannya dari arah bawah jenggot.
baru, maksudnya bukan basah-basah
sisa usapan kepala. Dan sunnah menyelah-nyelahi jari-jari ‫(َو َتْخ ِلْي ُل َأَص اِبِع اْلَي َّد ْيِن‬
kedua tangan dan kaki, jika air sudah ‫َو الِّر ْج َلْيِن ) ِإْن َو َص َل اْلَم اُء‬
Dan yang sunnah di dalam cara ‫َو الُّس َّنُة ِفْي َكْيِفَّي ِة َم ْس ِح ِهَم ا‬ bisa sampai pada bagian-bagian . ‫ِإَلْيَها ِم ْن َغْيِر َتْخ ِلْيٍل‬
mengusap keduanya adalah ia ‫َأْن ُي ْد ِخ َل ُمَس ِّبَح َتْيِه ِفْي‬ tersebut tanpa diselah-selahi.
memasukkan kedua jari telunjuk ke ‫َص َم اَخْيِه َو ُي ِد ْيَر ُهَم ا َع َلى‬
lubang telinganya, memutar-mutar ‫اْلَم َع اِط ِف َو ُيِم َّر ِإْبَهاَم ْيِه َع َلى‬ Jika air tidak bisa sampai pada bagian ‫َف ِإْن َلْم َيِص ْل ِإاَّل ِب ِه‬
keduanya ke lipatan-lipatan telinga
‫ُظُهْو ِر ِهَم ا ُثَّم ُيْلِص َق َك َّفْي ِه‬
tersebut kecuali dengan cara diselah- ‫َك اَأْلَص اِبِع اْلُم ْلَتَّف ِة َو َج َب‬
dan menjalankan kedua ibu jari di selahi seperti jari-jari yang menempel .‫َتْخ ِلْيُلَها‬
telinga bagian belakang, kemudian ‫َو ُهَم ا َم ْبُلْو َلَت اِن ِب اُأْلُذ َنْيِن‬ satu sama lain, maka wajib untuk
menempelkan kedua telapak
.‫اْس ِتْظ َهاًرا‬ diselah-selahi.
tangannya yang dalam keadaan
basah pada kedua telinganya guna Jika jari-jari yang menempel itu sulit ‫َو ٍإْن َلْم َيَت َأَّت َتْخ ِلْيُلَه ا‬
memastikan meratanya usapan air ke untuk diselah-selahi karena terlalu ‫اِل ْلِتَح اِمَه ا َح ُر َم َفْتُقَه ا‬
telinga. melekat, maka haram di sobek karena . ‫ِللَّتْخ ِلْيِل‬
tujuan untuk diselah-selahi.
melakukan bersuci tiga kali tiga kali.” ‫َو الِّتْك َر اُر َأْي ِلْلَم ْغ ُس ْو ِل‬
Cara menyelah-nyelahi kedua tangan ‫َو َكْيِفَّي ُة َتْخ ِلْي ِل اْلَي َّد ْيِن‬ Dalam sebagian teks diungkapkan .‫َو اْلَم ْم ُسْو ِح‬
adalah dengan tasybik. Dan cara ‫ِبالَّتْش ِبِيِك َو الِّر ْج َلْيِن ِبَأْن َيْب َد َأ‬ dengan bahasa “mengulangi anggota
menyelah-nyelahi kedua kaki adalah ‫ِبِخ ْنِص ِر َي ِّد ِه اْلُيْس َر ى ِم ْن‬ yang dibasuh dan yang diusap.”
dengan menggunakan jari kelingking
‫َأْس َفِل الِّر ْج ِل ُم ْبَتِد ًئا ِبِخ ْنِص ِر‬
tangan kanan di masukkan dari arah
‫الِّر ْج ِل اْلُيْم َنى َخ اِتًم ا‬ Dan muwallah (terus ‫(َو اْلُم َو ااَّل ُة) َو ُيَع َّب ُر َع ْنَه ا‬
bawah kaki, di mulai dari selah-selah
.‫ِبِخ ْنِص ِر اْلُيْس َر ى‬
menerus). Muwallah diungkapkan ‫ِبالَّتَت اُّبِع َو ِهَي َأْن اَل َيْح ُص َل‬
jari kelingking kaki kanan dan di dengan bahasa “tatabbu’”(terus ‫َبْيَن اْلُعْض َو ْيِن َتْفِرْي ٌق َك ِثْي ٌر‬
akhiri dengan jari kelingking kaki kiri. menerus). Muwallah adalah antara
‫َب ْل ُيَطِّه ُر اْلُعْض َو َبْع َد‬
dua anggota wudlu’ tidak terjadi
‫اْلُعْض ِو ِبَح ْيُث اَل َيِج ُّف‬
Mendahulukan Bagian Kanan perpisahan yang lama, bahkan setiap
anggota langsung disucikan setelah ‫اْلَم ْغ ُس ْو ُل َقْبَل ُه َم َع اْع ِت َداِل‬
Dan sunnah mendahulukan bagian ‫(َو َتْق ِد ْيُم اْلُيْم َنى) ِم ْن َيَّد ْي ِه‬ mensucikan anggota sebelumnya,
. ‫اْلَهَو اِء َو اْلِم َز اِج َو الَّز َم اِن‬
kanan dari kedua tangan dan )‫َو ِر ْج َلْي ِه (َع َلى اْلُيْس َر ى‬ sekira anggota yang dibasuh
kaki sebelum bagian kiri dari .‫ِم ْنُهَم ا‬ sebelumnya belum kering dengan
keduanya. keaadan angin, cuaca dan zaman
dalam keadaan normal.
Sedangkan untuk dua anggota yang ‫ُهُل‬ ‫َأَّم ا اْلُعْض َو اِن الَّل َذ اِن َيْس‬
mudah dibasuh secara bersamaan ‫َفاَل‬ ‫َغْس ُلُهَم ا َم ًع ا َك اْلَخ َّد ْيِن‬ Ketika mengulangi basuhan hingga ‫َو ِإَذ ا َثَّلَث َفاِاْل ْع ِتَب اُر آِل ِخ ِر‬
seperti kedua pipi, maka tidak ‫ْل‬ ‫ُيَق َّد ُم اَأْلْيَم ُن ِم ْنُهَم ا َب‬ tiga kali, maka yang jadi patokan .‫َغْس َلٍة‬
disunnahkan untuk mendahulukan .‫ُيَطَّهَر اِن َد ْفَع ًة َو اْح َد ًة‬ adalah basuhan yang terakhir.
bagian yang kanan dari keduanya,
akan tetapi keduanya di sucikan Muwallah hanya disunnahkan di selain ‫َو ِإَّنَم ا ُتْنَدُب اْلُمَو ااَّل ُة ِفْي َغْيِر‬
secara bersamaan. wudlu’nya shahibud dlarurah (orang .‫ُوُضْو ِء َص اِح ِب الَّض ُرْو َر ِة‬
yang memiliki keadaan ‫َأَّم ا ُه َو َف اْلُمَو اُاَّلة َو اِج َب ٌة ِفْي‬
Mengulangi Tiga Kali dan Muwwallah (Terus Menerus) darurat). Sedangan untuk shahibur .‫َح ِّقِه‬
dlarurah, maka muwallah hukumnya
wajib bagi dia.
Mushannif menyebutkan kesunnahan ‫َو َذ َك َر اْلُمَص ِّنُف ُس ِّنَّيَة َتْثِلْيِث‬
mengulangi basuhan dan usapan
‫اْلُعْض ِو اْلَم ْغ ُسْو ِل َو اْلَم ْم ُسْو ِح‬ Dan masih ada lagi kesunnahan- ‫َو َبِقَي ِلْلُوُضْو ِء ُس َنٌن ُأْخ َر ى‬
anggota wudlu’ sebanyak tiga kali di ‫ْفْي َقْو ِل ِه (َو الَّطَه اَر ُة َثاَل ًث ا‬
dalam perkataan beliau, “dan sunnah
kesunnahan wudlu’ lainnya yang .‫َم ْذ ُك ْو َر ٌة ِفي اْلُم َطَّو اَل ِت‬
‫َثاَل ًث ا) َو ِفْي َبْع ِض الُّنَس ِخ‬ disebutkan di dalam kitab-kitab yang
panjang keterangannya.
Bagi orang yang istinja’, ) ‫(َو َيُج ْو ُز َأْن َيْقَتِص َر‬
diperkenankan hanya menggunakan ‫اْلُم ْس َتْنِج ي (َع َلى اْلَم اِء َأْو‬
BAB ISTINJA’ air atau tiga batu yang digunakan ‫َع َلى َثاَل َثِة َأْح َج اٍر ُيْنَقى ِبِهَّن‬
Istinja’ dengan Air atau Batu untuk membersihkan tempat najis, jika
‫اْلَم َح ُّل ) ِإْن َحَص َل اِإْل ْنَق اُء‬
tempat tersebut sudah bisa bersih
.‫ِبَها‬
(Fasal) menjelaskan tentang istinja’ ‫ِتْنَج اِء‬ ‫(َفْص ٌل) ِفي اِاْل ْس‬ dengan tiga batu.
dan etika-etika orang yang buang .‫ِو آَداِب َقاِض ي اْلَح اَج ِة‬
hajat. Jika belum bersih, maka .‫َو ِإاَّل َز اَد َع َلْيَها َح َّتى ُيْنَقى‬
Istinja’, yang diambil dari kata ‫(َو اِاْل ْس ِتْنَج اُء ) َو ُه َو ِم ْن‬ ditambah usapannya hingga
“najautus syai’a ai qhatha’tuhu” (aku ‫َنَج ْو ُت الَّش ِيَئ َأْي َقَطْع ُت ُه‬ tempatnya bersih.
memutus sesuatu) karena seakan-akan ‫َفَك َأَّن اْلُم ْس َتْنِجَي َيْقَط ُع ِب ِه‬
orang yang melakukan istinja’ telah ‫ِه (َو اِج ٌب‬ ‫اآْل َذ ى َع ْن َنْفِس‬ Dan setelah itu -setelah . ‫َو ُيَس ُّن َبْع َد َذ ِلَك الَّتْثِلْيُث‬
memutus kotoran dari dirinya dengan bersih- disunnahkan untuk
istinja’ tersebut, hukumnya adalah
‫ُرْو ِج (اْلَب ْو ِل‬ ‫ِم ْن ) ُخ‬
mengulangi tiga kali.
wajib dilakukan sebab keluarnya air ‫َو اْلَغاِئ ِط ) ِباْلَم اِء َأِو اْلَحَج ِر‬
kencing atau air besar dengan ‫َو َم ا ِفْي َم ْعَناُه ِم ْن ُك ِّل َج اِم ٍد‬ Ketika ia hanya ingin menggunakan ‫(َف ِإَذ ا َأَر اَد اِاْل ْقِتَص اَر َع َلى‬
menggunakan air atau batu dan . ‫َطاِهٍر َقاِلٍع َغْيِر ُم ْح َتَر ٍم‬ salah satunya, maka yang lebih utama ‫َأَحِدِهَم ا َفاْلَم اُء َأْفَض ُل) َأِلَّن ُه‬
barang-barang yang semakna dengan adalah menggunkan air. Karena .‫ُيِز ْيُل َع ْيَن الَّنَج اَسِة َو َأَثَر َها‬
batu, yaitu setiap benda padat yang sesungguhnya air bisa menghilangkan
suci, bisa menghilangkan kotoran dan najisnya sekaligus sisa-sisanya.
tidak dimuliakan oleh syareat.
Syarat istinja’ menggunakan batu bisa ‫َو َش ْر ُط ِإْج َز اِء اِاْل ْس ِتْنَج اِء‬
Akan tetapi yang lebih utama adalah ‫ُل َأْن‬ ‫(َو ) َلِكِن (اَأْلْفَض‬ mencukupi adalah najis yang keluar ‫ِباْلَحَج ِر َأْن اَل َيِج َّف اْلَخ اِر ُج‬
pertama istinja’ dengan batu, ‫َيْسَتْنِجَي ) َأَّو اًل (ِباَأْلْح َج اِر ُثَّم‬ belum kering, tidak berpindah dari ‫الَّنَج ُس َو اَل َيْنَتِق َل َع ْن َم َح ِّل‬
kemudian kedua diikuti dengan istija’ .) ‫ُيْتِبُع َها) َثاِنًيا (ِباْلَم اِء‬ tempat keluarnya dan tidak terkena ‫ُخ ُرْو ِج ِه َو اَل َيْطَر َأ َع َلْيِه َنَج ٌس‬
menggunakan air. najis lain yang tidak sejenis (ajnabi).
.‫آَخ ُر َأْج َنِبىٌّي َع ْنُه‬
Jika salah satu syarat di atas tidak ‫َف ِإِن اْنَتَفى َش ْر ٌط ِم ْن َذ ِل َك‬
Dan yang wajib -ketika istinja’ dengan ‫َو اْلَو اِج ُب َثاَل ُث َم َسَح اٍت َو َلْو‬ terpenuhi, maka harus istinja’ . ‫َتَع َّيَن اْلَم اُء‬
batu- adalah tiga kali usapan, . ‫ِبَثاَل َثِة َأْطَر اِف َحَج ٍر َو اِح ٍد‬ menggunakan air.
walaupun dengan tiga sudutnya batu
satu.
Etika yang Wajib Bagi Orang yang Buang Hajat

Bagi orang yang buang hajat di tempat ‫(َو َيْج َتِنُب ) ُوُجْو ًب ا َقاِض ي‬ Bagi orang yang buang hajat, sunnah ‫(َو َيْج َتِنُب ) َن ْد ًبا َقاِض ي‬
yang lapang, wajib untuk menghidar ‫اْلَح اَج ِة (اْس ِتْقِباَل اْلِقْبَلِة) اآْل َن‬ menghindari kencing dan berak di air ‫اْلَح اَج ِة (اْلَب ْو َل ) َو اْلَغاِئ َط‬
dari menghadap dan membelakangi ‫َو ِهَي اْلَكْع َب ُة (َو اْس ِتْد َباَر َها‬ yang diam tidak mengalir. ) ‫(ِفي اْلَم اِء الَّراِكِد‬
kiblat yang sekarang, yaitu Ka’bah. ) ‫ِفي الَّصْح َر اِء‬
Adapun air yang mengalir, maka di ‫َأَّم ا اْلَج اِرْي َفُيْك َر ُه ِفي اْلَقِلْي ِل‬
Jika antara dia dan kiblat tidak ada ‫ِإْن َلْم َيُك ْن َبْيَن ُه َو َبْيَن اْلِقْبَل ِة‬ makruhkan buang hajat di air ‫ِم ْنُه ُد ْو َن اْلَك ِثْي ِر َلِكِن اَأْلْو َلى‬
satir, atau ada satir namun ukurannya ‫َس اِتٌر َأْو َك اَن َو َلْم َيْبُل ْغ ُثُلَثْي‬ mengalir yang sedikit tidak yang .‫اْج ِتَناُبُه‬
tidak mencapai 2/3 dzira’, atau banyak, akan tetapi yang lebih utama
‫ِذَر اٍع َأْو َبَلَغ ُهَم ا َو َبُع َد َع ْن ُه‬
mencapai 2/3 dzira’ namun jaraknya adalah menghindarinya.
dari dia lebih dari tiga dzira’ dengan
‫َأْكَثَر ِم ْن َثاَل َث ِة َأْذ ُر ٍع ِب ِذ ِر اِع‬
. ‫اآْل َد ِمِّي َك َم ا َقاَلُه َبْعُض ُهْم‬
ukuran dzira’nya anak Adam, Namun imam an Nawawi membahas ‫َو َبَح َث الَّن َو ِوُّي َتْح ِر ْيَم ُه ِفي‬
sebagaimana yang diungkapkan oleh bahwa hukumnya haram buang hajat .‫اْلَقِلْيِل َج اِرًيا َأْو َر اِكًدا‬
sebagian ulama’. di air yang sedikit, baik yang mengalir
atau diam.
Dalam hal ini, hukum buang hajat di ‫َو اْلُبْنَياُن ِفْي َهَذ ا َك الَّص ْح َر اِء‬
dalam bangunan sama seperti di tanah ‫ِبالَّش ْر ِط اْلَم ْذ ُك ْو ِر ِإاَّل اْلِبَن اَء‬ Dan juga sunnah bagi orang yang buat ‫ْو َل‬ ‫(َو ) َيْج َتِنُب َأْيًض ا اْلَب‬
lapang yaitu dengan syarat yang telah ‫اْلُمَع َّد ِلَقَض اِء اْلَح اَج ِة َفاَل‬ hajat untuk menghindari kencing dan ‫َجَر ِة‬ ‫َو اْلَغاِئ َط (َتْح َت الَّش‬
dijelaskan, kecuali bangunan yang berak di bawah pohon yang bisa ‫اْلُم ْثِم َر ِة) َو ْقَت الَّثْم‬
.‫ُحْر َم َة ِفْيِه ُم ْط َلًقا‬ ‫َر ِة‬
memang disediakan untuk buang berbuah, baik di waktu ada buahnya .‫َو َغْيِر ِه‬
hajat, maka tidak ada hukum haram ataupun tidak.
secara mutlak di sana.
Dan sunnah menghindari apa telah ‫(َو ) َيْج َتِنُب َم ا ُذ ِك َر (ِفي‬
Dengan ucapanku “kiblat yang ‫َو َخ َر َج ِبَقْو ِلَن ا اآْل َن َم ا َك اَن‬ disebutkan di atas di jalan yang .‫الَّطِر ْيِق) اْلَم ْس ُلْو ِك ِللَّناِس‬
dilewati manusia.
sekarang”, mengecualikan tempat
‫ِقْبَل ًة َأْو اًّل َك َبْيِت اْلَم ْق ِد ِس‬
yang menjadi kiblat terdahulu seperti .‫َفاْس ِتْقَباُلُه َو اْس ِتْد َباُر ُه َم ْك ُرْو ٌه‬
Baitul Maqdis, maka hukum Dan di tempat berteduh saat musim ) ‫(َو ) ِفْي َم ْو ِض ِع (الِّظ ِّل‬
menghadap dan membelakanginya kemarau. Dan di tempat berjemur saat
‫َص ْيًفا َو ِفْي َم ْو ِض ِع الَّش ْم ِس‬
adalah makruh. musim dingin. . ‫ِش َتاًء‬
Etika Yang Sunnah Bagi Orang Yang Buang Hajat Dan di lubang yang ada di tanah, ‫(َو ) ِفي (الَّثْقِب) ِفي اَأْلْر ِض‬
yaitu lubang bulat yang masuk ke ‫َو ُهَو الَّناِز ُل اْلُم ْس َتِد ْيُر َو َلْف ُظ‬ keduanya adalah sama, maksudnya ‫َو اْس ِتْد َباِرِهَم ا َس َو اٌء َأْي‬
dalam tanah. Lafadz “ats tsaqbu”
‫الَّثْقِب َس اِقٌط ِفْي َبْع ِض ُنَس ِخ‬ hukumnya mubah. .‫َفَيُك ْو ُن ُمَباًحا‬
tidak dicantumkan di dalam . ‫اْلَم ْتِن‬
sebagian redaksi matan. Di dalam kitab at Tahqiq, beliau ‫َو َقاَل ِفي الَّتْح ِقْيِق َأَّن َك َر اَه َة‬
berkata bahwa sesungguhnya .‫اْس ِتْقَباِلِهَم ا اَل َأْص َل َلَها‬
Orang yang buang hajat hendaknya ‫(َو اَل َيَتَك َّلُم ) َأَدًب ا ِلَغْي ِر‬ kemakruhan menghadap matahari
tidak berbicara tanpa ada darurat saat ‫َض ُرْو َر ٍة َقاِض ي اْلَح اَج ِة‬ dan rembulan tidak memiliki dalil.
kencing dan berak karena untuk .) ‫(َع َلى اْلَبْو ِل َو اْلَغاِئِط‬
menjaga etika. Ungkapan mushannif, “dan tidak ‫َو َقْو ُلُه َو اَل َيْسَتْقِبُل ِإَلْخ َس اِقٌط‬
menghadap ila akhir” tidak tercantum . ‫ِفْي َبْع ِض ُنَس ِخ اْلَم ْتِن‬
Jika keadaan darurat menuntut untuk ‫َف ِإْن َدَع ْت َض ُرْو َر ٌة ِإَلى‬ di dalam sebagian redaksi matan.
berbicara seperti orang yang melihat ‫اْلَكاَل ِم َك َم ْن َر َأى َحَيًة َتْقِص ُد‬
seekor ular yang hendak menyakiti . ‫ِإْنَس اًنا َلْم ُيْك َر ِه اْلَكاَل ُم ِح ْيَنِئٍذ‬
seseorang, maka saat seperti itu tidak BAB PERKARA-PERKARA YANG
dimakruhkan untuk berbicara. MEMBATALKAN WUDLU’
(Fasal) menjelaskan perkara-perkara ‫(َفْص ٌل) ِفْي َن َو اِقِض‬
Tidak menghadap dan membelakangi ‫(َو اَل َيْسَتْقِبُل الَّش ْمَس َو اْلَقَم َر‬ yang membatalkan wudlu’ yang ‫اْلُو ُض ْو ِء اْلُمَس َّم اِة َأْيًض ا‬
matahari dan rembulan. Maksudnya, ‫َو اَل َيْس َتْد ِبُر ُهَم ا) َأْي ُيْك َر ُه َل ُه‬ disebut juga dengan “sebab-sebab .‫ِبَأْس َباِب اْلَح َد ِث‬
bagi orang yang buang hajat .‫َذ ِلَك َح اَل َقَض اِء َح اَجِتِه‬ hadats”.
dimakruhkan melakukan hal itu saat
buang hajat. Perkara yang merusak, maksudnya ‫(َو اَّل ِذ ْي ُيْنِقُض ) َأْي ُيْبِط ُل‬
yang membatalkan wudlu’ ada enam .) ‫(اْلُوُضْو َء ِس َّتَة َأْش َياَء‬
Akan tetapi di dalam kitab ar Raudlah ‫َلِكِن الَّن َو ِوُّي ِفي الَّر ْو َض ِة‬ perkara.
dan Syarh al Muhadzdzab, imam an ‫َو َش ْر ِح اْلُمَه َّذ ِب َق اَل َأَّن‬
Nawawi berpendapat bahwa .‫اْس ِتْد َباَر ُهَم ا َلْيَس ِبَم ْك ُرْو ٍه‬ Sesuatu Yang Keluar dari Dua Jalan
sesungguhnya membelakangi
matahari dan rembulan -saat buang Salah satunya adalah sesuatu yang ‫َأَح ُدَها (َم ا َخ َر َج ِم ْن ) َأَح ِد‬
hajat- tidaklah dimakruhkan. keluar dari dua jalan
‫(الَّس ِبْيَلْيِن ) َأِي اْلُقُب ِل َو الُّد ُبِر‬
yaitu qubul dan dubur-nya orang yang .‫ِم ْن ُم َتَو ِّض ٍئ َحٍّي َو اِض ٍح‬
Di dalam kitab syarh al Wasiht, beliau ‫َو َق اَل ِفْي َش ْر ِح اْلَو ِس ْيِط َأَّن‬ memiliki wudlu, yang hidup dan jelas
berkata bahwa sesungguhnya tidak ‫ِتَقَباِلِهَم ا‬ ‫ْر َك اْس‬ ‫َت‬ -jenis kelaminnya-.
menghadap dan tidak membelakangi
Baik yang keluar itu adalah sesuatu ‫ُم ْعَت اًدا َك اَن اْلَخ اِر ُج َك َب ْو ٍل‬ keadaan berdiri atau tidur terlentang .‫ُم َتَم ِّكًنا‬
yang biasa keluar seperti kencing dan ‫َو َغاِئٍط َأْو َناِد ًرا َك َد ٍّم َو َح َص ا‬ walaupun menetapkan pantatnya.
tahi, atau jarang keluar seperti darah ‫َنَج ًسا َك َهِذِه اَأْلْمِثَلِة َأْو َطاِهًرا‬
dan kerikil. Baik yang najis seperti Sebab Hilangnya Akal
. ‫َكُد ْو ٍد‬
contoh-contoh ini, atau suci seperti
ulat (kermi : jawa). Dan yang ketiga adalah hilangnya ) ‫(َو ) الَّث اِلُث (َز َو اُل اْلَع ْق ِل‬
akal, maksudnya akalnya terkalahkan ‫َأِي اْلَغ َلَب ُة َع َلْي ِه (ِبُس ْك ٍر َأْو‬
Kecuali sperma yang keluar sebab ‫ِإاَّل اْلَم ِنَّي اْلَخ اِر َج ِب اْح ِتاَل ٍم‬ sebab mabuk, sakit, gila, epilepsi atau ‫َم َر ٍض) َأْو ُج ُن ْو ٍن َأْو ِإْغ َم اٍء‬
selainnya.
mimpi yang dialami oleh orang yang ‫ِم ْن ُم َتَو ِّض ٍئ ُم َم َّك ٍن َم ْقَع َد ُه‬ . ‫َأْو َغْيِر َذ ِلَك‬
memiliki wudlu’ yang tidur dengan . ‫ِم َن اَأْلْر ِض َفاَل ُيْنِقُض‬
menetapkan pantatnya di lantai, Sebab Bersentuhan Kulit
maka sperma tersebut tidak
membatalkan wudlu’. Yang ke empat adalah persentuhan ‫(َو ) الَّراِب ُع (َلْم ُس الَّرُج ِل‬
kulit laki-laki dengan kulit perempuan ‫اْلَم ْر َأَة اَأْلْج َنِبَّي َة) َغْي َر‬
Orang khuntsa musykil, wudlu’nya ‫َو اْلُم ْش ِكُل ِإَّنَم ا َيْنُقُض‬ lain yang bukan mahram walaupun .‫اْلَم ْح َر ِم َو َلْو َم ِّيَتًة‬
sudah meninggal dunia.
hanya bisa batal sebab ada sesuatu ‫ُوُضْو ُؤ ُه ِباْلَخاِر ِج ِم ْن َفْر َج ْيِه‬
yang keluar dari kedua farjinya secara .‫َجِم ْيًعا‬
keseluruhan. Yang dikehendaki dengan laki-laki ‫َو اْلُم َر اُد ِبالَّرُج ِل َو اْلَم ْر َأِة‬
dan perempuan adalah laki-laki dan ‫َذ َك ٌر َو ُأْنًثى َبَلَغ ا َح َّد الَّش ْهَو ِة‬
Batal Sebab Tidur perempuan yang telah mencapai batas .‫ُعْر ًفا‬
syahwat[1] secara ‘urf.
Dan yang kedua adalah tidur dengan ‫(َو ) الَّثاِني (الَّنْو ُم َع َلى َغْي ِر‬
keadaan tidak menetapkan pantat.
‫َهْيَئ ِة اْلَم َتَم ِّك ِن ) َو ِفْي َبْع ِض‬
Yang dikehendaki dengan mahram ‫َو اْلُم َر اُد ِب اْلَم ْح َر ِم َم ْن َح ُر َم‬
Dalam sebagian redaksi matan ada ‫ُنَس ِخ اْلَم ْتِن ِز َي اَد ٌة ِم َن‬ adalah wanita yang haram dinikah ‫ِنَك اُح َه ا َأِلْج ِل َنَس ٍب َأْو‬
tambahan kata-kata “dari tanah karena ikatan nasab, radla’ (tunggal .‫َر َض اٍع َأْو ُمَص اَهَر ٍة‬
‫اَأْلْر ِض ِبَم ْقَع ِدِه َو اَأْلْر ُض‬
dengan tempat duduknya”. Tanah susu) atau
. ‫َلْيَس ْت ِبَقِّيٍد‬ ikatan mushaharah (pernikahan).
bukanlah menjadi qayyid.

Dengan bahasa “menetapkan pantat”, ‫َو َخ َر َج ِب اْلُم َتَم ِّك ِن َم ا َل ْو َن اَم‬ Perkataan mushannif, “tanpa ada ) ‫َو َقْو ُل ُه (ِم ْن َغْي ِر َح اِئ ٍل‬
maka terkecuali kalau dia tidur dalam ‫َقاِع ًدا َغْي َر ُم َتَم ِّك ٍن َأْو َن اَم‬
penghalang -di antara keduanya-” ‫ُيْخ ِر ُج َم ا َلْو َك اَن ُهَناَك َح اِئٌل‬
keadaan duduk yang tidak mengecualikan seandainya terdapat . ‫َفاَل َنْقَض ِح ْيَنِئٍذ‬
‫َقاِئًم ا َأْو َع َلى َقَف اُه َو َل ْو‬
menetapkan pantat, tidur dalam penghalang di antara keduanya, maka
kalau demikian tidak batal. jari-jari tangan.

Sebab Memegang Kemaluan Dikecualikan dari bagian dalam ‫َو َخ َر َج ِبَباِط ِن اْلَكِّف َظ اِهُر ُه‬
tangan yaitu bagian luar dan pinggir
‫َو َح ْر ُف ِه َو َر ُؤ ْو ُس اَأْلَص اِبِع‬
Yang kelima, yaitu hal-hal yang ‫(َو ) اْلَخ اِم ُس َو ُه َو آِخ ُر‬ tangan, ujung jemari dan bagian ‫َو َم ا َبْيَنَها َفاَل َنْقَض ِبَذ ِلَك َأْي‬
membatalkan wudlu’ yang terakhir ‫الَّنَو اِقِض (َم ُّس َفْر ِج اآْل َد ِمِّي‬ di antara jemari. Maka tidak sampai
‫َبْع َد الَّتَح اُّمَل اْلَيِس ْيِر‬
adalah menyentuh kemaluan anak ‫ِبَب اِط ِن اْلَك ِّف ) ِم ْن َنْفِس ِه‬ membatalkan wudlu’ sebab
Adam dengan bagian dalam telapak ‫َو َغْيِر ِه َذ َك ًرا َأْو ُأْنًثى َص ِغ ْيًرا‬ menyentuh dengan bagian-bagian
tangan, baik kemaluannya sendiri atau tersebut, maksudnya setelah menekan
.‫َأْو َك ِبْيًرا َح ًّيا َأْو َم ِّيًتا‬
orang lain, laki-laki atau perempuan, sedikit.
kecil atau besar, masih hidup ataupun
sudah meninggal dunia.
Lafadz “anak Adam” tidak tercantum ‫َو َلْف ُظ اآْل َد ِمٍّي َس اِقٌط ِفْي‬ HAL-HAL YANG MEWAJIBKAN MANDI
di dalam sebagian redaksi matan. . ‫َبْع ِض ُنَس ِخ اْلَم ْتِن‬ (Fasal) menjelaskan tentang hal-hal . ‫(َفْص ٌل) ِفْي ُم ْو ِج ِب اْلُغ ْس ِل‬
yang mewajibkan mandi besar.
Begitu juga tidak tercantum di ‫َو َك َذ ا َقْو ُل ُه (َو َم ُّس َح ْلَق ِة‬
sebagian redaksi adalah ungkapan ‫ُد ُب ِر ِه) َأِي اآْل َد ِمِّي ُيْنِقُض‬ Secara bahasa, mandi bermakna ‫َو اْلُغ ْس ُل ُلَغ ًة َس َياَل ُن اْلَم اِء‬
mushannif “dan menyentuh lingkaran .) ‫(َع َلى) اْلَقْو ِل (اْلَجِد ْيِد‬ mengalirnya air pada sesuatu secara ‫َع َلى الَّش ْي ِء ُم ْط َلًقا‬
dubur anak Adam itu bisa mutlak.
membatalkan menurut pendapat qaul
Jadid”. Secara syara’ adalah bermakna ‫َو َش ْر ًعا َس َياَل ُنُه َع َلى َج ِم ْي ِع‬
mengalirnya air ke seluruh badan .‫اْلَبَد ِن ِبِنَّيٍة َم ْخ ُصْو َص ٍة‬
Menurut qaul Qadim, menyentuh ‫َو َع َلى اْلَق ِد ْيِم اَل ُيْنِقُض َم ُّس‬ disertai niat tertentu.
lingkaran dubur anak Adam tidak ‫اْلَح ْلَقِة‬
membatalkan wudlu’. Yang Mewajibkan Mandi

Yang dikehendaki ‫َو اْلُم َر اُد ِبَه ا ُم ْلَتَقى اْلَم ْنَف ِذ‬ Sesuatu yang mewajibkan mandi ada ‫(َو اَّلِذ ْي ُي ْو ِج ُب اْلُغ ْس َل ِس َّتَة‬
dengan halqah adalah tempat ‫َو ِبَب اِط ِن اْلَك ِّف الَّراَح ِة َم َع‬ enam perkara. ‫َأْش َياَء‬
bertemunya lubang keluarnya
kotoran. Dan yang dikehendaki
‫ُبُطْو ِن اَأْلَص اِبِع‬ Tiga di antaranya dialami oleh laki- ‫َثاَل َث ٌة) ِم ْنَه ا (َتْش َتِر ُك ِفْيَه ا‬
dengan bagian dalam tangan adalah laki dan perempuan, yaitu ‫الِّر َج اُل َو الِّنَس اُء َوِهَي اْلِتَق اُء‬
telapak tangan beserta bagian dalam bertemunya alat kelamin. ) ‫اْلِح َتاَنْيِن‬
dalam keadaan terjaga atau tidur, ‫ِفى َيْقَظ ٍة َأْو َن ْو ٍم ِبَش ْهَو ٍة َأْو‬
Bertemunya alat kelamin ini ‫َو ُيَع َّب ُر َع ْن َه َذ ا اِاْل ْلِتَق اِء‬ disertai birahi ataupun tidak, dari jalur ‫َغْيِرَها َم ْن َطِر ْيِقِه اْلُم ْعَتاِد َأْو‬
diungkapkan dengan arti, orang ‫ِب ِإْياَل ِج َحٍّي َو اِض ٍح َغَّيَب‬ yang normal ataupun bukan seperti ‫َغْي ِر ِه َك َأِن اْنَك َس َر ُص ْلُبُه‬
hidup yang jelas kelaminnya yang ‫َح َش َفَة الَّذ َك ِر ِم ْن ُه َأْو َق ْد َر َها‬ punggungnya belah kemudian .‫َفَخ َر َج َم ِنُّيُه‬
memasukkan hasyafah penisnya atau .‫ِم ْن َم ْقُطْو ِعَها َفْي َفْر ٍج‬ spermanya keluar dari sana.
kira-kira hasyafah dari penis yang
terpotong hasyafahnya ke dalam farji. Di antara yang dialami oleh keduanya ) ‫(َو ) ِم َن اْلُم ْش َتَر ِك (اْلَم ْو ُت‬
adalah mati, kecuali orang yang mati . ‫ِإاَّل ِفي الَّش ِهْيِد‬
Anak Adam yang dimasuki hasyafah ‫َو َيِص ْيُر اآْل َد ْمُّي اْلُم ْو َلُج ِفْي ِه‬ syahid.
menjadi junub sebab dimasuki oleh . ‫ُج ُنًبا ِبِإْياَل ِج َم ا ُذ ِكُر‬
hasyafah yang telah disebutkan di Tiga hal yang mewajibkan mandi ‫(َو َثاَل َث ٌة َتْخ َتُّص ِبَه ا‬
atas. adalah tertentu dialami oleh kaum
‫ َو ِهَي اْلَح ْيُض ) َأِي‬. ‫الِّنَس اُء‬
perempuan. Yaitu haidl, maksudnya ‫الَّد ُّم اْلَخ اِر ُج َمِن اْمَر َأٍة َبَلَغ ْت‬
Sedangkan untuk mayat yang sudah ‫َأَّم ا اْلَم ِّيُت َفاَل ُيَع اُد ُغ ْس ُلُه‬ darah yang keluar dari seorang wanita . ‫ِتْس َع ِس ِنْيَن‬
di mandikan, maka tidak perlu .‫ِبِإْياَل ٍج ِفْيِه‬ yang telah mencapai usia sembilan
dimandikan lagi ketika dimasuki tahun.
haysafah.
Dan nifas, yaitu darah yang keluar ‫(َو الِّنَفاُس ) َو ُهَو الَّد ُّم اْلَخاِر ُج‬
Adapun khuntsa musykil, maka tidak ‫َو َأَّم ا اْلُخْنًثى اْلُم ْش ِكُل َفاَل‬ setelah melahirkan. Maka ‫َع ِقَب اْل ِو اَل َد ُة َفِإَّن ُه ُم ْو ِج ٌب‬
wajib baginya melakukan mandi ‫ُغ ْس َل َع َلْي ِه ِب ِإْياَل ِج َح َش َفِتِه‬ sesungguhnya nifas mewajibkan .‫ِلْلُغ ْس ِل ُم ْط َلًقا‬
sebab memasukkan hasyafahnya atau .‫َو اَل ِبِإْياَل ٍج ِفْي ُقُبِلِه‬ mandi secara mutlak.
kemaluannya dimasuki hasyafah.
Melahirkan yang disertai dengan ‫(َو اْلِو اَل َد ُة) اْلَم ْص ُحْو َبُة ِباْلَبَلِل‬
Di antara hal yang di alami oleh laki- )‫(َو ) ِم َن اْلُم ْش َتَر ِك (ِإْن َز اُل‬ basah-basah mewajibkan mandi secara ,‫ُم ْو ِج َب ٌة ِلْلُغ ْس ِل َقْط ًع ا‬
laki dan perempuan adalah keluar ‫ُرْو ُج (اْلَم ِنِّي ) ِم ْن‬ ‫َأْي ُخ‬ pasti. Sedangkan melahirkan yang ‫َو اْلُمَج َّر َد ُة َع ْن اْلَبَل ِل ُم ْو ِج َب ٌة‬
sperma sebab selain memasukkan .‫َش ْخ ٍص ِبَغْيِر ِإْياَل ٍج‬ tidak disertai basah-basah mewajibkan .‫ِفي اَأْلَص ِّح‬
hasyafah. mandi menurut pendapat ashah.

Walaupun sperma yang keluar hanya ‫َو ِإْن َق َّل اْلَم ِنُّي َكَقْط َر ٍة َو َل ْو‬
sedikit seperti satu tetes. Walaupun ‫َك اَنٍت َع َلى َل ْو ِن الَّد ِّم َو َل ْو‬ BAB FARDLU-FARDLUNYA MANDI
berwarna darah. Walaupun sperma ‫َك اَن اْلَخاِر ُج ِبِج َم اٍع َأْو َغْيِر ِه‬ (Fasal) fardlunya mandi ada tiga ‫(َفْص ٌل) َو َف َر اِئُض اْلُغ ْس ِل‬
keluar sebab jima’ atau selainnya, perkara. ) ‫َثاَل َثُة َأْش َياَء‬
tarjih (menguatkan) bahwa satu .‫ِبَغْس َلٍة َو اِحَدٍة َع ْنُهَم ا‬
Salah satunya adalah niat. Maka orang ‫َأَح ُدَها (الِّنَّيُة) َفَيَن ِوي اْلُج ُنُب‬ basuhan sudah dianggap cukup untuk
yang junub niat menghilangkan ‫َر َف َع اْلِج َناَب ِة َأِو اْلَح َد ِث‬ menghilangkan hadats dan najis
hadats jinabah, menghilangkan hadats ‫ َو َتْن ِوي‬. ‫اَأْلْك َب ِر َو َنحَو َذ ِل َك‬ sekaligus.
besar atau niat-niat
‫اْلَح اِئُض َو الُّنَفَس اُء َر ْف َع‬
sesamanya. Sedangkan untuk wanita
.‫َح َد َث اْلَح ْيِض َأِو الِّنَفاِس‬ Tempatnya Pendapat imam an ‫َو َم َح ُّلُه َم ا ِإَذ ا َكاَنِت الَّنَج اَس َة‬
haidl dan wanita nifas, niat Nawawi ini adalah ketika najis yang .‫ُح ْك ِم َّيًة‬
menghilangkan hadats haidl atau berada di badan adalah najis hukmiyah.
hadats nifas. ‫َأَّم ا ِإَذ ا َكاَنِت الَّنَج اَس ُة َع ْيِنَّيًة‬
Niat yang dilakukan harus besertaan ‫َو َتُك ْو ُن الِّنَّي ُة َم ْقَر ْو َن ًة ِب َأَّو ِل‬ Sedangkan jika berupa najis ‘ainiyah, .‫َو َج َب َغْس َلَتاِن َع ْنُهَم ا‬
dengan awal kefardluan, yaitu awal ‫اْلَفْر ِض َو ُهَو َأَّوُل َم ا ُيْغ َس ُل‬ maka wajib melakukan dua basuhan
bagian badan yang terbasuh, baik dari .‫ِم ْن َأْع َلى اْلَبَد ِن َأْو َأْس َفِلِه‬ untuk najis dan hadats tersebut.
badan bagian atas atau bagian bawah.
Fardlu ketiga adalah mengalirkan air ‫(َو ِإْيَص اُل اْلَم اِء ِإَلى َجِم ْي ِع‬
Sehingga, kalau dia melakukan niat ‫َفَل ْو َن َو ى َبْع َد َغْس ِل ُج ْز ٍء‬ ke seluruh bagian rambut dan kulit
‫الَّش ْع ِر َو اْلَبَش َر ِة) َو ِفْي َبْع ِض‬
setelah membasuh bagian badan, .‫َو َجَبْت ِإَعاَد ُتُه‬ badan. Dalam sebagian redaksi .‫الُّنَس ِخ َبَد َل َجِم ْيِع ُأُصْو ٌل‬
maka wajib untuk mengulangi diungkapkan dengan bahasa “ushul
basuhan bagian tersebut. (pangkal)” sebagai ganti dari
bahasa “jami’ (seluruh)”.
Fardlu kedua adalah menghilangkan ‫(َو َإَز اَل ُة الَّنَج اَس ِة َإْن َك اَنْت‬
‫ْأ‬
najis jika terdapat di badannya, yaitu . ‫َع َلى َبَد ِنِه) َأِي اْلُم ْغ َتِس ِل‬ Tidak ada perbedaan antara rambut ‫َو اَل َف ْر َق َبْيَن َش ْع ِر الَّر ِس‬
badan orang yang melakukan mandi kepala dan selainnya, antara rambut ‫َو َغ ِيِر ِه َو اَل َبْيَن اْلَخ ِفْيِف ِم ْن ُه‬
besar. yang tipis dan yang lebat. . ‫َو اْلَك ِثْيِف‬
Hal ini (menghilangkan najis) adalah . ‫َو َه َذ ا َم ا َر َّج َح ُه الَّراِفِعُّي‬ Rambut yang digelung, jika air tidak ‫َو الَّش ْعُر اْلَم ْض ُفْو ُر ِإْن َلْم‬
pendapat yang dikuatkan (tarjih) oleh ‫َو َع َلْي ِه َفاَل َيْك ِفي َغْس َلٌة‬ bisa masuk ke bagian dalamnya ‫َيِص ِل اْلَم اُء ِإَلى َباِط ِن ِه ِإاَّل‬
imam ar Rafi’i. Berdasarkan pendapat kecuali dengan diurai, maka wajib .‫ِبالَّنْقِض َو َج َب َنْقُضُه‬
‫َد ِث‬ ‫َد ٌة َع ِن اْلَح‬ ‫َو اِح‬
ini, maka satu basuhan tidak cukup untuk diurai.
.‫َو الَّنَج اَسِة‬
untuk menghilangkan hadats dan
najis sekaligus. Yang dikehendaki dengan kulit adalah ‫َو اْلُم َر اُد ِباْلَبَش َر ِة َظ اِهُر‬
kulit bagian luar. . ‫اْلِج ْلِد‬
Imam An Nawawi men- ‫َو َر َّج َح الَّن َو ِوُّي اِاْل ْك ِتَف اَء‬
Dan wajib membasuh bagian-bagian ‫َو َيِج ُب َغْس ُل َم ا َظَه َر ِم ْن‬ maka dia niat menghilangkan hadats . ‫َنَو ى ِبِه اَأْلْص َغ َر‬
yang nampak dari lubang kedua ‫َص َم اَخ ْي ُأُذ َنْي ِه َو ِم ْن َأْن ٍف‬ kecil.
telinga, hidung yang terpotong dan . ‫َم ْج ُد ْو ٍع َو ِم ْن ُشُقْو ِق َبَد ٍن‬
cela-cela badan. Dan menjalankan tangan ke bagian ‫(َو ِإْم َر اُر اْلَي ِّد َع َلى) َم ا‬
badan yang bisa dijangkau oleh ) ‫َو َص َلْت ِإَلْي ِه ِم َن (اْلَجَس ِد‬
Dan wajib mengalirkan air ke bagian ‫َو َيِج ُب ِإْيَص اُل اْلَم اِء ِإَلى َم ا‬ tangannya. Hal ini diungkapkan
‫َو ُيَع َّب ُر َع ْن َه َذ ا اِإْل ْم َر اِر‬
di bawah kulupnya orang yang ‫َتْح َت اْلُقْلَفِة ِم َن اأْل ْقَلِف َو ِإَلى‬ dengan bahasa “dalku (menggosok . ‫ِبالَّد ْلِك‬
memiliki kulup (belum disunnat). Dan ‫َم ا َيْبُد ْو ِم ْن َفْر ِج اْلَم ْر َأِة ِع ْن َد‬ badan)”.
mengalirkan air ke bagian farji .‫ُقُعْو ِد َها ِلَقَض اِء َح اَجِتَها‬
perempuan yang nampak saat ia Dan muwallah (terus menerus). ‫(َو اْلُم َو ااَّل ُة) َو َس َبَق َم ْعَناَه ا‬
duduk untuk buang hajat. Makna muwallah telah dijelaskan di . ‫ِفي اْلُوُضْو ِء‬
bab “wudlu’”.
Di antara bagian badan yang wajib ‫َو ِمَّم ا َيِج ُب َغْس ُلُه اْلَم ْس َر َبُة‬
dibasuh adalah masrabah (tempat ‫َأِلَّنَها َتْظ َهُر ِفْي َو ْقِت َقِض اِء‬ Dan mendahulukan bagian badan ‫(َو َتْق ِد ْيُم اْلُيْم َنى) ِم ْن ِش َّقْيِه‬
keluarnya kotoran (Bol : jawa). Karena
‫اْلَح اَج ِة َفَتِص ْيُر ِم ْن َظ اِهِر‬
sebelah kanan sebelum membasuh .)‫(َع َلى اْلُيْس َر ى‬
bagian badan sebelah kiri.
sesungguhnya bagian itu nampak saat . ‫اْلَبَد ِن‬
buang hajat sehingga termasuk dari
badan bagian luar. Dari kesunahan-kesunahan mandi, ‫َو َبِقَي ِم ْن ُس َنِن اْلُغ ْس ِل ُأُم ْو ٌر‬
masih ada beberapa perkara yang ‫َم ْذ ُك ْو َر ٌة ِفي اْلَم ْبُس ْو َطاِت‬
disebutkan di dalam kitab-kitab yang . ‫ِم ْنَها الَّتْثِلْيُث َو َتْخ ِلْيُل الَّش ْع ِر‬
BAB KESUNAHAN-KESUNAHAN MANDI luas keterangannya. Di antaranya
Kesunahan-kesunahan mandi ada ‫(َو ُس َنُنُه) َأِي اْلُغ ْس ِل (َخ ْمَس ُة‬ adalah mengulangi basuhan sebanyak
lima perkara. . ‫َأْش َياَء‬ tiga kali dan menyelah-nyelahi
rambut.
Yaitu membaca basmalah. Dan ‫الَّتْس ِم َّيُة َو اْلُو ُض ْو ُء ) َك اِم اًل‬
melakukan wudlu’ secara sempurna .)‫(َقْبَلُه‬
sebelum melaksanakan mandi. BAB MANDI-MANDI SUNNAH
(Fasal) mandi-mandi yang di sunnah ‫(َفْص ٌل) َو اِاْل ْغ ِتَس ااَل ُت‬
Orang yang melakukan mandi, maka ‫َو َيْن ِوْي ِب ِه اْلُم ْغ َتِس ُل ُس َّنَة‬ ada tujuh belas mandi. . ‫اْلَم ْس ُنْو َنُة َس ْبَع َة َع َش َر ُغ ْس اًل‬
dia melaksanakan wudlu’ dengan ‫اْلُغ ْس ِل ِإْن َتَج َّر َد ْت ِج َناَبُت ُه‬
niat “sunnah mandi”, jika jinabahnya ‫َع ِن اْلَح َد ِث اَأْلْص َغ ِر َو ِإاَّل‬ Yaitu mandi Jum’at bagi orang yang .‫ُغ ْس ُل اْلُج ُمَع ِة) ِلَح اِض ِرَها‬
tidak disertai hadats kecil. Jika tidak, hendak menghadirinya. Dan
‫َو َو ْقُتُه ِم َن اْلَفْج ِر الَّصاِد ِق‬
waktunya mulai dari terbitnya fajar berdua telah mengeluarkan sperma - .‫ِإْنَز اٌل‬
shadiq. saat belum sembuh-.
Dan mandi dua hari raya, yaitu hari ‫(َو ) ُغ ْسُل (اْلِع ْي َد ْيِن ) اْلِفْط ِر‬
raya Idul Fitri dan Idul Adlha. ‫ َو َي ْد ُخ ُل َو ْقُت‬.‫َو اَأْلْض َح ى‬ Sehingga, jika dipastikan bahwa ‫َف ِإْن َتَح َّق َق ِم ْنُهَم ا ِإْن َز اٍل‬
Waktunya mandi ini mulai tengah
‫َهَذ ا اْلُغ ْسُل ِبِنْص ِف الَّلْيِل‬ keduanya telah mengeluarkan sperma, ‫َو َج َب اْلُغ ْس ُل َع َلى ُك ٍّل‬
malam. maka wajib bagi mereka berdua untuk .‫ِم ْنُهَم ا‬
mandi.
Mandi sholat istisqa’, yaitu meminta ‫َقاِء ) َأْي َطَلِب‬ ‫(َو اِاْل ْس ِتْس‬
siraman dari Allah Swt. ‫الُّس ْقَيا ِم َن ِهللا‬ Mandi ketika hendak ihram. Dalam ‫(َو اْلُغ ْس ُل ِع ْن َد) ِإَر اَد ِة‬
mandi ini, tidak ada perbedaan antara ‫(اِإْل ْح َر اِم ) َو اَل َف ْر َق ِفْي َه َذ ا‬
Mandi karena hendak melakukan ‫ِر‬ ‫ْو ِف ) ِلْلَقَم‬ ‫(َو اْلُخ ُس‬ orang sudah baligh dan ‫اْلُغ ْس ِل َبْيَن َب اِلٍغ َو َغْي ِر ِه َو اَل‬
sholat gerhana rembulan dan gerhana
‫(َو اْلُك ُسْو ِف ) ِللَّش ْم ِس‬ selainnya, antara orang gila dan orang
‫َبْيَن َم ْج ُن ْو ٍن َو َعاِق ٍل َو اَل َبْيَن‬
matahari. yang memiliki akal sehat, antara orang
‫ َفِإْن َلْم َيِج ِد‬.‫َطاِهٍر َو َح اِئٍض‬
yang suci dan wanita yang haidl. Jika
. ‫اْلُم ْح ِر ُم اْلَم اَء َتَيَّم َم‬
Dan mandi karena memandikan ‫(َو اْلُغ ْس ُل ِم ْن ) َأْج ِل (ُغ ْس ِل‬ orang yang ihram itu tidak
mayat orang Islam atau kafir. ‫اْلَم ِّيِت) ُم ْس ِلًم ا َك اَن َأْو َك اِفًرا‬ menemukan air, maka sunnah
melakukan tayammum.
Dan mandinya orang kafir ketika ) ‫(َو ) َغ ْسُل (اْلَك اِفِر ِإَذ ا َأْس َلَم‬
masuk Islam jika dia tidak junub di ‫ِإْن َلْم ُيْج ِنَب ِفْي ُك ْف ِر ِه َأْو َلْم‬ Mandi karena hendak masuk Makkah )‫(َو ) اْلُغ ْس ُل (ِل ُد ُخ ْو ِل َم َّك َة‬
masa kufurnya. Atau wanita kafir ‫َتِح ِض اْلَك اِفَر ُة َو َإاَّل َو َج َب‬ bagi orang yang ihram haji atau ‫ِلُم ْح ِر ٍم ِبَح ٍّج َأْو ُع ْمَر ٍة‬
yang tidak mengalami haidl -saat ‫اْلُغ ْس ُل َبْع َد اِإْل ْس اَل ِم ِفي‬ umrah.
masih kufur-. Jika junub atau haidl,
‫ َو ِقْيَل َيْس ُقُط ِإَذ ا َأْس َلَم‬, ‫اَأْلَص ِّح‬
maka wajib bagi mereka berdua untuk Mandi karena wukuf di Arafah pada ‫(َو ِلْلُو ُقْو ِف ِبَعَر َفَة) ِفْي َتاِس ِع‬
melakukan mandi setelah masuk tanggal sembilan Dzul Hijjah. .‫ِذ ي اْلَح َّج ِة‬
Islam menurut pendapat al ashah. Ada
yang mengatakan bahwa kewajiban Mandi karena ‫(َو ِلْلَمِبْيِت ِبُم ْز َد ِلَف َة َو ِل َر ْم ِي‬
mandinya telah gugur ketika masuk untuk mabit (bermalam) di ‫اْلِجَم اِر الَّثاَل ِث) ِفْي َأَّي اِم‬
Islam. Muzdalifah, dan karena untuk ‫الَّتْش ِر ْيِق الَّثاَل َثِة‬
melempar jumrah tsalats (tiga
Dan mandinya orang gila atau ‫(َو اْلَم ْج ُن ْو ِن َو اْلُم ْغ َم ى َع َلْي ِه‬ jumrah) pada tiga hari tasyrik.
pingsan ketika keduanya telah ‫ِإَذ ا َأَفاَق ا) َو َلْم َيَتَح َّق َق ِم ْنُهَم ا‬
sembuh dan tidak dipastikan mereka Maka dia sunnah melakukan mandi ‫َفَيْغ َتِس ُل ِلَرْم ِي ُك ِّل َي ْو ٍم ِم ْنَه ا‬
untuk melempar jumrah setiap hari ‫ُغ ْس اًل‬
dari tiga hari tasyrik. Perkataan mushannif yang berbunyi, ‫َو َأْش َعَر َقْو ُلُه َج اِئٌز َأَّن َغْس َل‬
“di perbolehkan” memberi
‫الِّر ْج َلْيِن َأَفَض ُل ِم َن اْلَم ْس ِح‬
Sedangkan untuk melempar jumrah ‫َأَّم ا َر ْمُي ُج ْم َر ِة اْلَع َقَب ِة ِفْي‬ pehamaman bahwa sesungguhnya
Aqabah di hari Nahar (hari raya ‫َي ْو ِم الَّنْح ِر َفاَل َيْغ َتِس ُل َل ُه‬ membasuh kedua kaki itu lebih utama
kurban), maka dia tidak sunnah dari pada mengusap muza.
‫ِلُق ْر ِب َز َم ِن ِه ِم ْن ُغ ْس ِل‬
mandi karena hendak
‫اْلُو ُقْو ِف‬
melakukannya, sebab waktunya Mengusap muza itu hanya ‫َو ِإَّنَم ا َيُجْو ُز َم ْس ُح اْلُخ َّفْيِن اَل‬
terlalu dekat dari mandi untuk wukuf. diperbolehkan jika memang ‫َأَح ِدِهَم ا َفَق ْط ِإّال َأْن َيُك ْو َن‬
mengusap keduanya tidak salah ‫َفاِقَد اُأْلْخ َر ى‬
Dan mandi karena untuk melakukan ) ‫(َو ) اْلُغ ْس ُل (ِللَّط َو اِف‬ satunya saja, kecuali jika dia tidak
thawaf yang mencakup ‫الَّص اِد ِق ِبَط َو اِف ُق ُد ْو ٍم‬ memiliki kaki yang satunya lagi.
thawaf Qudum, Ifadlah dan Wada’.
‫َو ِإَفاَض ٍة َو َو َداٍع‬
Sisa-sisa mandi yang disunnah telah ‫َو َبِقَّي ُة اَأْلْغ َس اُل اْلَم ْس ُنْو َنُة‬ Syarat Mengusap Muza
dijelaskan di kitab-kitab yang .‫َم ْذ ُك ْو َر ٌة ِفي اْلُم َطَّو اَل ِت‬
panjang keterangan. -diperbolehkan- dengan tiga syarat, ) ‫(ِبَثاَل َث ِة َش َر اِئَط َأْن َيْبَت ِدَئ‬
yaitu seseorang mulai mengenakan ‫َأْي الَّش ْخ ُص (ُلْبَس ُهَم ا َبْع َد‬
kedua muza tersebut setelah dalam )‫َك َم اِل الَّطَهاَر ِة‬
BAB MENGUSAP MUZA keadaan suci secara sempurna.
(Fasal) mengusap dua muza ‫(َفْص ٌل َو اْلَم ْس ُح َع َلى الْخ ُّفْيِن‬
diperbolehkan dalam wudlu’, tidak di ‫َج اِئٌز ) ِفي اْلُو ُض ْو ِء اَل ِفْي‬ Sehingga, kalau ia membasuh salah ‫َفَل ْو َغ َس َل ِر ْج اًل َو َأْلَبَس َها‬
dalam mandi wajib ataupun sunnah, ‫ُغ ْس ِل َفْر ٍض َأْو َنْف ٍل َو اَل ِفْي‬
satu kakinya dan mengenakan muza ‫ُخ َّفَها ُثَّم َفَعَل ِباُأْلْخ َر ى َك َذ ِلَك‬
dan tidak di dalam menghilangkan pada kaki tersebut, kemudian hal ‫َلْم َيْك ِف‬
.‫ِإَز اَلِة َنَج اَسٍة‬
najis. yang sama dilakukan pada kaki yang
satunya lagi, maka tidak mencukupi.
Sehingga kalau ada seseorang yang ‫َفَل ْو َأْج َنَب َأْو ُد ِمَيْت ِر ْج ُل ُه‬
junub atau kakinya berdarah, ‫َفَأَر اَد الَم ْس َح َب َد اًل َع ِن َغْس ِل‬
Dan seandainya ia mulai mengenakan ‫َو َلْو اْبَتَد َأ َلْبَس ُهَم ا َبْع َد َك َم اِل‬
kemudian ia ingin mengusap muza ‫ َبْل َال ُب َّد ِم َن‬, ‫الِّر ْج ِل َلْم َيُج ْز‬ kedua muza setelah sempurnanya ‫الَّطَه اَر ِة ُثَّم َأْح َد َث َقْب َل‬
sebagai ganti dari membasuh kaki, suci, namun kemudian ia hadats ‫ُوُصْو ِل الِّر ْج ِل َقَد َم اْلُخ ِّف َلْم‬
. ‫اْلَغْس ِل‬
maka tidak diperkenankan, bahkan sebelum kakinya sampai di dasar .‫َيُج ِز اْلَم ْسُح‬
harus membasuh kakinya. muza, maka tidak diperkenankan
untuk mengusapnya.
Juga disyaratkan keduanya harus suci. ‫َو ُيْش َتَر ُط َأْيًضا َطَهاَر ُتُهَم ا‬
Syarat kedua adalah kedua muza ‫(َو َأْن َيُك ْو َن ا) َأِي اْلُخ َّف اِن‬
tersebut bisa menutupi bagian kedua ‫(َس اِتَر ْيِن ِلَم َح ِل َغْس ِل‬ Dan seandainya ia memakai muza ‫َو َل ْو َلِبَس ُخ ًّف ا َف ْو َق ُخ ٍّف‬
telapak kaki yang wajib di ) ‫اْلَف ْر ِض ِم َن اْلَق َد َم ْيِن‬ berlapis karena cuaca terlalu dingin ‫ِلِش َّد ِة اْلَب ْر ِد َم َثاًل َف ِإْن َك اَن‬
basuh hinggah kedua mata kakinya. semisal, maka, jika muza yang luar / ‫اَأْلْع َلى َص اِلًحا ِلْلَم ِس ْح ُد ْو َن‬
‫ِبَكْع َبْيِهَم ا‬
atas layak untuk diusap tidak muza ‫اَأْلْس َفِل َص َّح اْلَم ْس ُح َع َلى‬
Sehingga, kalau kedua muza tersebut ‫َفَل ْو َكاَن ا ُد ْو َن اْلَكْع َبْيِن‬ yang dalam, maka syah mengusap
‫اَأْلْع َلى‬
tidak sampai menutup kedua mata ‫َك اْلُم َداِس َلْم َيْك ِف اْلَم ْس ُح‬ muza yang luar.
kaki seperti sepatu, maka tidak cukup ‫َع َلْيِهَم ا‬
mengusap keduanya. Dan jika yang layak diusap adalah ‫َو ِإْن َك اَن اَأْلْس َفُل َص اِلًحا‬
muza yang dalam, bukan yang luar, ‫ِلْلَم ْس ِح ُد ْو َن اَأْلْع َلى َفَم َس َح‬
Yang di kehendaki dengan “satir ‫َو اْلُمَر اُد ِبالَّساِتِر ُهَّن ا اْلَح اِئ ُل‬ kemudian ia mengusap muza yang .‫اَأْلْس َفَل َص َّح‬
(yang menutup)”di dalam bab ini ‫اَل َم اِنُع الُّر ْؤ َيُة‬ dalam, maka hukumnya sah.
adalah penghalang, bukan sesuatu
yang mencegah penglihatan. Atau ia mengusap muza yang atas, ‫َأِو اَأْلْع َلى َفَو َص َل اْلَبَل َل‬
namun kemudian basah-basah air ‫ِلَأْلْس َفِل َص َّح ِإْن َقَص َد‬
Yang harus ‫َأْس َفَل‬ ‫َو َأْن َيُك ْو َن الَّس ْتُر ِم ْن‬ sampai ke muza yang dalam, maka ‫اَأْلْس َفَل َأْو َقَص َد ُهَم ا َم ًع ا اَل‬
tertutup adalah bagian bawah dan ‫اَل ِم ْن‬ ‫َو ِم ْن َج َو اِنِب اْلُخ َّفْيِن‬ hukumnya sah jika ia menyengaja . ‫ِإْن َقَص َد اَأْلْع َلى َفَقْط‬
sampingnya kedua muza, tidak arah ‫َأْعاَل ُهَم ا‬ untuk mengusap yang dalam atau
atas keduanya. mengusap keduanya, dan tidak sah
jika ia menyengaja mengusap muza
Muza tersebut harus terbuat dari ‫(َو َأْن َيُك ْو َنا ِمَّم ا ُيْمِكُن َتَت اُبُع‬ yang luar saja.
sesuatu yang bisa digunakan untuk
‫اْلَم ْش ِي َع َلْيِهَم ا) ِلَتَر ُّد ِد ُمَس اِفٍر‬
berjalan naik turun bagi seorang ‫ِفْي َح َو اِئِج ِه ِم ْن َح ٍّط‬ Dan jika ia tidak menyengaja ‫َو ِإْن َلْم َيْقِص ْد َو اِح ًدا ِم ْنُهَم ا‬
musafir guna memenuhi kebutuhan-
‫َو ِتْر َح اٍل‬ mengusap salah satunya, akan tetapi ‫َبْل َقَص َد اْلَم ْس َح ِفي اْلُج ْم َل ِة‬
kebutuhannya. ia menyengaja mengusap secara ‫َأْج َز َأ ِفي اَأْلَص ِّح‬
umum, maka dianggap cukup
Dari ucapan mushannif di atas bisa ‫َو ُيْؤ َخ ُذ ِم ْن َكاَل ِم اْلُمَص ِّنِف‬ menurut pendapat al Ashah.
diambil pemahaman bahwa kedua ‫َك ْو ُنُهَم ا َقِو َّيْيِن ِبَح ْيُث َيْم َنَع اَن‬
muza tersebut harus kuat, sekira bisa ‫ُنُفْو َذ اْلَم اِء‬
mencegah masuknya air.
Masa Mengusap Muza saat mengenakan muza itu masih ada,
yaitu ibadah fardlu dan beberapa
Bagi orang yang muqim (tidak ‫(َو َيْمَس ُح اْلُمِقْيُم َيْو ًم ا َو َلْيَل ًة‬ ibadah sunnah.
bepergian) diperkenankan mengusap ‫َو ) َيْمَس ُح (اْلُمَس اِفُر َثاَل َث َة‬
selama sehari semalam. Dan bagi ‫َأَّياٍم ِبَلَي اِلْيِهَّن ) اْلُم َّتِص َلِة ِبَه ا‬ Sehingga, kalau sudah melakukan ‫َفَلْو َص َّلى ِبُطْهِر ِه َفْر ًضا َقْبَل‬
musafir diperkenankan mengusap ‫َس َو اٌء َتَقَّد َم ْت َأْو َتَأَّخ َر ْت‬ ibadah fardlu sebelum mengalami ‫َأْن ُيْح ِد َث َم َس َح َو اْس َتَباَح‬
selama tiga hari beserta malam- hadats, maka ia diperkenankan ‫الَّنَو اِفَل َفَقْط‬
malamnya yang bersambung, baik mengusap muza dan melakukan
malam-malamnya itu lebih dahulu ibadah-ibadah sunnah saja.
atau belakangan.
Jika ada seseorang yang mengusap ‫(َف ِإْن َم َس َح ) الَّش ْح ُص (ِفي‬
Permulaan masa tersebut terhitung ‫(َو اْبِتَداُء اْلُم َّد ِة) ُتْح َس ُب (ِم ْن‬ muza saat masih di rumah kemudian ‫اْلَحَض ِر ُثَّم َس اَفَر َأْو َم َس َح‬
sejak ia hadats, maksudnya sejak ‫ِح ْيِن ُيْح ِد ُث ) َأْي ِم ِن اْنِقَض اِء‬ ia bepergian, atau mengusap saat ‫ِفي الَّس َفِر ُثَّم َأَق اَم ) َقْب َل‬
selesainya hadats yang terjadi setelah
‫اْلَح َد ِث اْلَك اِئِن (َبْع َد) َتَم اِم‬ bepergian kemudian ia muqim
‫ُمِض ِّي َي ْو ٍم َو َلْيَل ٍة (َأَتَّم َم ْس َح‬
sempurna mengenakan kedua muza. ) ‫(َلْبِس اْلُخ َّفْيِن‬ sebelum melewati sehari semalam,
) ‫ُمِقْيٍم‬
maka dia diperkenankan
Bagi orang yang melakukan maksiat ‫َو اَلَع اِص ْي ِبالَّس َفِر َو اْلَه اِئِم‬ menyempurnakan masa mengusap
dengan bepergiannya dan orang yang ‫َيْمَسَح اِن َم ْس َح ُمِقْيٍم‬ bagi orang yang muqim -sehari
berkelana tanpa tujuan, maka semalam-.
diperkenankan mengusap seperti
mengusapnya orang yang muqim - Cara Mengusap Muza
sehari semalam-.
Yang wajib saat mengusap muza ‫َو اْلَو اِج ُب ِفْي َم ْس ِح اْلُخ ِّف َم ا‬
Orang yang selalu mengeluarkan ‫َو َداِئُم اْلَح َد ِث ِإَذ ا َأْح َد َث َبْع َد‬ adalah melakukan sesuatu yang sudah ‫ُيْط َل ُق َع َلْي ِه اْس ُم اْلَم ْس ِح ِإَذ ا‬
hadats (daimul hadats), ketika ia ‫َلْبِس اْلُخ ِّف َح َد ًثا آَخ َر َم َع‬ layak disebut mengusap, jika memang ‫َك اَن َع َلى َظاِهِر اْلُخ ِّف‬
mengalami hadats yang lain di dilakukan di bagian luar muza.
‫َح َد ِثِه الَّد اِئِم َقْبَل َأْن ُيَص ِّلَي ِبِه‬
samping hadatsnya yang selalu ‫َفْر ًض ا َيْمَس ُح َو َيْس َتِبْيُح َم ا‬
ada, setelah mengenakan muza dan Tidak mencukupi mengusap bagian ‫َو اَل ُيْج ِزُئ اْلَم ْس ُح َع َلى‬
‫َك اَن َيْسَتِبْيُحُه َل ْو َبِقَي ُطْه ُر ُه‬
sebelum melakukan sholat fardlu, dalam, tungkak muza, tepi dan bagian ‫َباِط ِنِه َو اَل َع َلى َع ِقِب اْلُخ ِّف‬
‫اَّلِذ ْي َلِبَس َع َلْي ِه ُخ َّفْي ِه َو ُه َو‬ bawahnya.
maka ia diperkenankan mengusap
‫َفْر ٌض َو َنَو اِفُل‬ ‫َو اَل َع َلى َح ْر ِف ِه َو اَل َع َلى‬
muza dan melakukan hal-hal yang ‫َأْس َفِلِه‬
boleh ia lakukan seandainya kesucian
Yang sunnah di dalam mengusap ‫َو الُّس َّنُة ِفْي َم ْس ِح ِه َأْن َيُك ْو َن‬
adalah mengusap dengan posisi ‫ُخ ُطْو ًطا ِب َأْن ُيَف ِّر َج اْلَم اِس ُح‬ Dalam sebagian redaksi matan, ‫َو ِفْي َبْع ِض ُنَس ِخ اْلَم ْتِن َتْق ِد ْيُم‬
menggaris, dengan artian orang yang ‫َبْيَن َأَص اِبِع ِه َو اَل َيُض ُّمَها‬ mendahulukan fasal ini dari pada ‫َهَذ ا اْلَفْص ِل َع َلى اَّلِذ ْي َقْبَلُه‬
mengusap muza tersebut fasal sebelumnya.
merenggangkan jari-jarinya, tidak
merapatkannya. Tayammum secara bahasa bermakna ‫َو الَّتَيُّمُم ُلَغ ًة اْلَقْص ُد َو َش ْر ًعا‬
menyengaja. Dan secara syara’ adalah ‫ِإْيَص اُل ُتَر اٍب َطُه ْو ٍر ِلْلَو ْج ِه‬
Yang Membatalkan Untuk Mengusap mendatangkan debu suci mensucikan ‫َو اْلَيَّد ْيِن َب َد اًل َع ْن ُو ُض ْو ٍء َأْو‬
pada wajah dan kedua tangan sebagai
‫ُغ ْس ٍل َأْو َغْس ِل ُعْض ٍو‬
Mengusap dua muza hukumnya batal ‫(َو َيْبُط ُل اْلَم ْس ُح) َع َلى‬ pengganti dari wudlu’, mandi atau
‫ِبَش َر اِئَط َم ْخ ُصْو َص ٍة‬
sebab tiga perkara, yaitu melepas ‫اْلُخ َّفْيِن (ِبَثاَل َث ِة َأْش َياَء‬ membasuh anggota dengan syarat-
keduanya, melepas salah satunya, syarat tertentu.
‫ِبَخ ْلِع ِهَم ا) َأْو َخ ْلِع َأَح ِدِهَم ا َأِو‬
terlepas sendiri atau muza sudah ‫اْنِخ اَل ِع ِه َأْو ُخ ُرْو ِج اْلُخ ِّف‬
keluar dari kelayakan untuk diusap
seperti sobek. ‫َع ْن َص اَل ِح َّيِة اْلَم ْس ِح‬
‫َكَتَح ُّر ِقِه‬
Dan habisnya masa mengusap. Dalam ‫(َو اْنِقَض اِء اْلُم َّد ِة) َو ِفْي َبْع ِض‬ Syarat-Syarat Tayammum
sebagian redaksi diungkapkan dengan ‫الُّنَس ِخ ُم َّد ِة اْلَم ْس ِح ِم ْن َي ْو ٍم‬
bahasa “habisnya masa ‫َو َلْيَل ٍة ِلُمِقْيٍم َو َثاَل َث ِة َأَّي اٍم‬ Syarat-syarat tayammum ada lima ‫(َو َش َر اِئُط الَّتَيُّم ِم َخ ْمَس ُة‬
mengusap” yaitu sehari semalam bagi
orang muqim, dan tiga hari tiga
‫ِبَلَياِلْيَها ِلُمَس اِفٍر‬ perkara. Dalam sebagian
‫) َو ِفْي َبْع ِض ُنَس ِخ‬: ‫َأْش َياَء‬
redaksi matan menggunakan
malam bagi orang musafir. ‫اْلَم ْتِن َخ ْم ُس ِخ َص اٍل‬
bahasa “khamsu khishalin (lima hal)”.
Dan sebab terjadinya sesuatu yang ‫(َو ) ِبُع ُرْو ِض (َم ا ُي ْو ِج ُب‬
Salah satunya adalah ada udzur sebab ‫َأَح ُدَها (ُو ُج ْو ُد اْلُع ْذ ِر ِبَس َفٍر‬
mewajibkan mandi seperti jinabah, ‫اْلُغ ْس َل ) َك ِج َناَب ٍة َأْو َح ْيٍض َأْو‬
bepergian atau sakit.
‫َأْو َم َر ٍض‬
haidl, atau nifas pada orang yang . ‫ِنَفاٍس ِلاَل ِبِس اْلُخ ِّف‬
mengenakan muza.
Yang kedua adalah masuk waktu ‫َو ) الَّث اِنْي (ُد ُخ ْو ُل َو ْقِت‬
sholat. Maka tidak sah tayammun ‫الَّص اَل ِة) َفاَل َيِص ُّح الَّتَيُّمُم َلَها‬
untuk sholat yang dilakukan sebelum ‫َقْبَل ُد ُخ ْو ِل َو ْقِتَها‬
BAB TAYAMMUM masuk waktunya.
(Fasal) menjelaskan tentang ‫(َفْص ٌل) ِفي الَّتَيُّم ِم‬
Yang ketiga adalah mencari air setelah ‫(َو ) الَّثاِلُث (َطَلُب اْلَم اِء ) َبْع َد‬
tayammum. masuknya waktu sholat, baik diri ‫ُد ُخ ْو ِل اْل َو ْقِت ِبَنْفِس ِه َأْو ِبَم ْن‬
sendiri atau orang lain yang telah ia ‫َأِذ َن َل ُه ِفْي َطَلِب ِه َفَيْطُلُب‬ mendapatkannya.
beri izin. Maka ia harus mencari air di ‫اْلَم اَء ِم ْن َر ْح ِلِه َو ُر ْفَقِتِه‬
tempatnya dan teman-temannya. Yang kelima adalah debu suci, ‫(َو ) اْلَخ اِم ُس (الُّت َر اُب‬
maksudnya debu suci mensucikan dan ‫الَّط اِهُر) َأِي الَّطُه ْو ُر َغْي ُر‬
Jika ia sendirian, maka cukup melihat ‫َفِإْن َك اَن ُم ْنَفِرًدا َنَظَر َح َو اَلْيِه‬ tidak basah. ‫اْلَم ْنِد ِّي‬
ke kanan kirinya dari ke empat arah, ‫ِم َن اْلِج َهاِت اَأْلْر َب ِع ِإْن َك اَن‬
jika ia berada di dataran yang rata. Debu suci mencakup debu hasil ‫اِهُر‬ ‫ُدُق الَّط‬ ‫َو َيْص‬
‫ِبُم ْسَتٍو ِم َن اَأْلْر ِض‬ ghasab dan debu kuburan yang tidak ‫ِباْلَم ْغ ُصْو ِب َو ُتَر اِب َم ْقَبَر ٍة ْمَل‬
Jika ia berada di tempat yang naik ‫َف ِإْن َك اَن ِفْيَه ا اْر ِتَف اٌع‬ digali. ‫ُتْنَبْش‬
turun, maka harus berkeliling ke ‫َو اْنِخ َفاٌض َتَر َّد َد َقْد َر َنَظِر ِه‬
tempat yang terjangkau oleh Di dalam sebagian redaksi matan, ‫َو ُيْو َج ُد ِفْي َبْع ِض اْلَنْس ِخ‬
pandangan matanya. ditemukan tambahan di dalam syarat ‫ِز َي اَد ٌة ِفْي َه َذ ا الَّش ْر ِط َو ِهَي‬
ini, yaitu debu yang memiliki ghubar. ‫(اَّلِذ ْي َلُه ُغ َب اٌر َف ِإْن َخ اَلَط ُه‬
Dan yang ke empat adalah sulit )‫(َو ) الَّراِبُع (َتَع ُّذ ُر اْس ِتْع َم اِلِه‬ Sehingga, jika debu tersebut ) ‫َج ٌّص َأْو َر ْمٍل َلْم َيُج ْز‬
menggunakan air. ‫َأِي اْلَم اِء‬ tercampur oleh gamping atau pasir,
Dengan gambaran jika menggunakan ‫ِبَأْن َيَخ اَف ِم ِن اْس ِتْع َم اِل اْلَم اِء‬ maka tidak diperbolehkan.
air, ia khawatir akan kehilangan ‫َع َلى َذ َه اِب َنْفٍس َأْو َم ْنَفَع ِة‬
nyawa atau fungsi anggota badan. Dan ini sesuai dengan pendapat imam ‫َو َه َذ ا ُمَو اِف ٌق ِلَم ا َقاَل ُه‬
‫ُعْض ٍو‬ an Nawawi di dalam kitab Syarh ‫الَّن َو اِوُّي ِفْي َش ْر ِح اْلُمَه َّذ ِب‬
‫َو َيْد ُخ ُل ِفي اْلُع ْذ ِر َم ا َلْو َك اَن‬ Muhadzdzab dan at Tashhih.
Termasuk udzur adalah seandainya di ‫َو الَّتْص ِح ْيِح‬
dekatnya ada air, namun jika ‫ِبُقْر ِبِه َم اٌء َو َخ اَف َل ْو َقَص َد ُه‬
mengambilnya, ia khawatir pada Akan tetapi di dalam kitab ar Raudlah ‫َلِكَّنُه ِفي الَّر ْو َض ِة َو اْلَفَت اَو ى‬
‫َع َلى َنْفِس ِه ِم ْن َس ُبٍع َأْو َع ُد ٍّو‬ dan al Fatawa, beliau
dirinya dari binatang buas atau
‫َأْو َع َلى َم اِل ِه ِم ْن َس اِرٍق َأْو‬ ‫َج َّو َز َذ ِلَك‬
musuh, atau khawatir hartanya akan memperbolehkan hal itu.
‫َغاِص ٍب‬
diambil oleh pencuri atau orang yang
ghasab. Dan juga sah melakukan tayammum ‫َو َيِص ُّح الَّتَيُّمُم َأْيًض ا َبَر َم ٍل‬
dengan pasir yang ada ghubar-nya. ‫ِفْيِه ُغ َباٌر‬
Di dalam sebagian redaksi matan, ‫َو ُيْو َج ُد ِفْي َبْع ِض ُنَس ِخ اْلَم ْتِن‬
tepat di dalam syarat ini, di temukan ‫ِفْي َه َذ ا الَّش ْر ِط ِزَي اَد ٌة َبْع َد‬
Dengan ungkapan mushannif ‫َو َخ َر َج ِبَق ْو ِل اْلُمَص ِّنِف‬
“debu”, mengecualikan selain debu ‫الُّت َر اُب َغْي ُر ُه َكَن ْو َر ٍة‬
tambahan setelah syarat sulit
‫َتَع ُّذ ِر اْس ِتْع َم اِلِه َو ِهَي‬ seperti gamping dan remukan
menggunakan air, yaitu .)‫(َو ِإْع َو اُز ُه َبْع َد الَّطَلِب‬ ‫َو َسَح اَقِة َخ َز ٍف‬
genteng.
membutuhkan air setelah berhasil
tayammum dengan memindah debu ‫الُّت َر اِب ِلْلَو ْج ِه َو اْلَي َّد ْيِن‬
Dikecualikan dengan debu yang suci ‫َو َخ َر َج ِبالَّطاِهِر الَّنَج ُس‬ pada wajah dan kedua tangan, dan
‫َو اْس ِتَداَم ِة َهِذِه الِّنَّيِة ِإَلى َم ْس ِح‬
yaitu debu najis. melanggengkan niat hinggah ‫َشْيٍئ ِم َن اْلَو ْج ِه‬
mengusap sebagian wajah.
Adapun debu musta’mal, maka tidak ‫َو َأَّم ا الُّت َر اُب اْلُم ْس َتْع َم ُل َفاَل‬
syah digunakan tayammum. ‫َيِص ُّح الَّتَيُّمُم ِبِه‬ Seandainya dia hadats setelah ‫َو َلْو َأْح َد َث َبْع َد َنْق ِل الُّت َر اِب‬
memindah debu, maka tidak ‫َلْم َيْمَس ْح ِب َذ ِلَك الُّت َر اِب َب ْل‬
Fardlu-Fardlu Tayammum diperkenankan mengusap dengan ‫َيْنُقُل َغْيَر ُه‬
debu tersebut, akan tetapi harus
Fardlunya tayammum ada empat ): ‫(َو َفَر اِئُضُه َأْر َبَع ُة َأْش َياَء‬ memindah / mengambil debu yang
perkara. lain.

Salah satunya adalah niat. Dalam ‫َأَح ُدَها (الِّنَّي ُة) َو ِفْي َبْع ِض‬ Rukun yang kedua dan ketiga adalah ‫(َو ) الَّث اِنْي َو الَّث اِلُث (َم ْس ُح‬
sebagian redaksi matan, menggunakan ‫ُنَس ِخ اْلَم ْتِن َأْر َبُع ِخ َص اٍل ِنَّي ُة‬ mengusap wajah dan mengusap ‫اْلَو ْج ِه َو َم ْس ُح اْلَي َّد ْيِن َم َع‬
bahasa “empat pekerjaan, yaitu niat
‫اْلَفْر ِض‬ kedua tangan beserta kedua siku. ) ‫اْلِم ْر َفَقْيِن‬
fardlu”.
Dalam sebagian ‫َو ِفْي َبْع ِض ُنَس ِخ اْلَم ْتِن ِإَلى‬
Jika orang yang melakukan ‫َف ِإْن َن َو ى اْلُم َتَيِّمُم اْلَف ْر َض‬ redaksi matan menggunakan bahasa ‫اْلِم ْر َفَقْيِن‬
tayammum niat fardlu dan sunnah, ‫َو الَّنْفَل اْسَتَباَح ُهَم ا‬ “hingga kedua siku”.
maka dia diperkenankan melakukan
keduanya. Mengusap kedua bagian ini (wajah & ‫َو َيُك ْو ُن َم ْسُحُهَم ا ِبَض ْر َبَتْيِن‬
kedua tangan) dengan dua pukulan
Atau niat fardlu saja, maka di samping ‫َأِو اْلَفْر َض َفَقْط اْسَتَباَح َم َع ُه‬ pada debu.
fardlu tersebut, ia juga diperkenankan ‫الَّنْفَل َو َص اَل َة اْلَج َن اِئِز َأْيًض ا‬
melakukan ibadah sunnah dan sholat ‫َأِو الَّنْفَل َفَق ْط َلْم َيْس َتِبْح َم َع ُه‬ Seandainya ia meletakkan tangannya ‫َو َل ْو َو َض َع َي َّد ُه َع َلى ُت َر اٍب‬
jenazah. Atau niat sunnah saja, maka ‫اْلَف ْر َض َو َك َذ ا َل ْو َن َو ى‬ ke debu yang lembut kemudian ada ‫َن اِعٍم َفَع َل َق ِبَه ا ُت َر اٌب ِم ْن‬
ia tidak diperkenankan melakukan debu yang menempel pada tangannya ‫َغْيِر َض ْر ٍب َكَفى‬
‫الَّص اَل َة‬
fardlu besertaan dengan ibadah tanpa memukulkan tangan, maka
sunnah, begitu juga seandainya ia niat sudah dianggap cukup.
sholat saja.
Rukun yang ke empat adalah tertib. ‫(َو ) الَّراِبُع (الَّتْر ِتْيُب ) َفَيِج ُب‬
Dan wajib membarengkan niat ‫َو َيِج ُب َقْر ُن ِنَّي ِة الَّتَيُّم ِم ِبَنْق ِل‬ Maka wajib mendahulukan mengusap
‫َتْقِد ْيُم َم ْس ِح اْلَو ْج ِه َع َلى َم ْس ِح‬
wajah sebelum mengusap kedua ‫اْلَيَّد ْيِن َس َو اٌء َتَيَّم َم َع ْن َح َدٍث‬ Dan muwallah. Maknanya telah ‫(َو اْلُم َو ااَّل ُة) َو َس َبَق َم ْعَناَه ا‬
tangan, baik tayammum untuk hadats ‫َأْص َغ َر َأْو َأْك َبَر‬ dijelaskan di dalam bab “wudlu’”. ‫ِفي اْلُوُضْو ِء‬
kecil ataupun hadats besar.
Masih ada beberapa kesunahan- ‫َو َبِقَي ِللَّتَيُّم ِم ُس َنٌن ُأْخ َر ى‬
Dan seandainya ia meninggalkan ‫َو َلْو َتَر َك الَّتْر ِتْيَب َلْم َيِص َّح‬ kesunahan tayammum yang ‫َم ْذ ُك ْو َر ٌة ِفي اْلُم َطَّو اَل ِت‬
tertib, maka tayammumnya tidak sah. disebutkan di dalam kitab-kitab yang
diperluas keterangannya.
Adapun mengambil debu untuk ‫َو َأَّم ا َأْخ ُذ الُّت َر اِب ِلْلَو ْج ِه‬
mengusap wajah dan kedua tangan, ‫َو اْلَي َّد ْيِن َفاَل ُيْش َتَر ُط ِفْي ِه‬ Di antaranya adalah orang yang ‫ِم ْنَها َنْز ُع الُم َتَيِّمِم َخاَتَم ُه ِفي‬
maka tidak disyaratkan harus tertib. ‫َتْر ِتْيٍب‬ tayammum sunnah melepas cincinnya ‫الَّض ْر َبِة اُأْلْو َلى َأَّم ا الَّثاِنَي ُة‬
saat memukul debu pertama. .‫َفَيِج ُب َنْز ُع اْلَخاَتِم ِفْيَها‬
Dan seandainya ia memukulkan ‫َو َلْو َض َر َب ِبَي ِّد ِه َد ْفَع ًة َع َلى‬ Sedangkan untuk pukulan yang
tangan satu kali ke debu dan ‫ُتَر اٍب َو َم َس َح ِبَيِم ْيِن ِه َو ْج َه ُه‬ kedua, maka wajib melepas cincin.
mengusap wajahnya dengan tangan . ‫َو ِبَيَس اِر ِه َيِم ْيَنُه َج اَز‬
kanan, dan mengusap tangan Hal-Hal yang Membatalkan Tayammum
kanannya dengan tangan kirinya,
maka hal itu diperkenankan. Hal-hal yang membatalkan ‫(َو اَّل ِذ ْي ُيْبِط ُل الَّتَيُّم َم َثاَل َث ُة‬
tayammum ada tiga perkara. ): ‫َأْش َياَء‬
Kesunahan-Kesunahan Tayammum
Salah satunya adalah setiap perkara ‫َأَح ُدَها ُك ُّل (َم ا َأْبَط َل‬
Kesunahan tayammum ada tiga ‫(َو ُس َنُنُه) َأِي الَّتَيُّم ِم (َثاَل َث ُة‬ yang membatalkan wudlu’. Dan telah ‫اْلُو ُض ْو َء ) َو َس َبَق َبَياُن ُه ِفْي‬
perkara. Dalam sebagian
‫َأْش َياَء ) َو ِفْي َبْع ِض ُنَس ِخ‬ dijelaskan di dalam bab “Sebab-Sebab ‫َأْس َباِب اْلَح َد ِث‬
redaksi matan, menggunkan bahasa Hadats”.
‫اْلَم ْتِن َثاَل ُث ِخَص اٍل‬
“tiga khishal”. Sehingga, ketika seseorang dalam ‫َفَم َتى َك اَن ُم َتَيِّمًم ا ُثَّم َأْح َد َث‬
keadaan bertayammum kemudian ‫َبَطَل َتَيُّمُم ُه‬
Yaitu membaca basmalah, ‫(الَّتْس ِم َّيُة َو َتْق ِد ْيُم اْلُيْم َنى) ِم َن‬ hadats, maka tayammumnya batal.
mendahulukan bagian kanan dari ‫اْلَيَّد ْيِن (َع َلى اْلُيْس َر ى) ِم ْنُهَم ا‬
kedua tangan sebelum bagian kiri dari ‫َو َتْق ِد ْيُم َأْع َلى اْلَو ْج ِه َع َلى‬ Yang ke dua adalah melihat air di ) ‫(َو ) الَّث اِنْي (ُر ْؤ َي ُة اْلَم اِء‬
keduanya, dan mendahulukan wajah selain waktu sholat. Dalam sebagian ‫َو ِفْي َبْع ِض الُّنَس ِخ ُو ُج ْو ُد‬
‫َأْس َفِلِه‬
bagian atas sebelum wajah bagian redaksi menggunakan bahasa ‫اْلَم اِء (ِفْي َغْي ِر َو ْقِت‬
bawah. “wujudnya air”. )‫الَّص اَل ِة‬
Sehingga, barang siapa melakukan ‫َفَم ْن َتَيَّم َم ِلَفْق ِد اْلَم اِء ُثَّم َر َأى‬ badan, maka jika pada anggota ‫َع َلْيِه َس اِتٌر َو َج َب َع َلْيِه الَّتَيُّمُم‬
tayammum karena tidak ada air ‫اْلَم اَء َأْو َتَو َّهَم ُه َقْب َل ُد ُخ ْو ِل ِه‬ tersebut tidak terdapat penutup, maka ‫َو َغ ْسُل الَّص ِح ْيِح َو اَل َت ْر ِتْيَب‬
kemudian ia melihat atau menyangka ‫ِفي الَّص اَل ِة َبَطَل َتَيُّمُم ُه‬ bagi dia wajib melakukan tayammum ‫َبْيَنُهُم ا ِلْلُج ُنِب‬
ada air sebelum melakukan sholat, dan membasuh anggota yang sehat,
maka tayammumnya batal. dan tidak ada kewajiban tertib antara
keduanya (tayammum & membasuh
Sehingga, jika ia melihat air saat ‫َف ِإْن َر آُه َبْع َد ُد ُخ ْو ِل ِه ِفْيَه ا‬ yang sehat) bagi orang yang junub.
melakukan sholat, dan sholat yang ‫َو َكاَنِت الَّص اّل ُة ِمَّم ا اَل َيْس ُقُط‬
dilakukan termasuk sholat yang tidak ‫َفْر ُض َها ِبالَّتَيُّم ِم َك َص اَل ِة ُمِقْيٍم‬ Adapun orang yang hadats kecil, ‫َأَّم ا اْلُم ْح ِد ُث َفِإَّنَم ا َيَتَيَّمُم َو ْقَت‬
gugur kewajibannya dengan
‫َبَطَلْت ِفي اْلَح اِل‬
maka dia boleh melakukan ‫ُد ُخ ْو ِل َغْس ِل اْلُعْض ِو اْلَع ْلِيِل‬
tayammum -tetap wajib qadla’- seperti tayammum ketika sudah waktunya
sholatnya orang muqim, maka membasuh anggota yang sakit.
seketika itu sholatnya batal. Jika ada penghalang (satir) pada ‫َفِإْن َك اَن َع َلى اْلُعْض ِو َس اِتٌر‬
Atau termasuk sholat yang sudah ‫َأْو ِمَّم ا َيْس ُقُط َفْر ُض َها ِبالَّتَيُّم ِم‬ anggota yang sakit, maka hukumnya ‫َفُح ْك ُم ُه َم ْذ ُك ْو ٌر ِفْي َق ْو ِل‬
gugur kewajibannya dengan ‫َك َص اَل ِة ُمَس اِفٍر َفاَل َتْبُط ُل‬ dijelaskan di dalam perkataan ‫اْلُمَص ِّنِف‬
tayammum seperti sholatnya seorang ‫َفْر ًضا َكاَنِت الَّص َالُة َأْو َنْفاًل‬ mushannif di bawah ini.
musafir, maka sholatnya tidak batal, Orang yang ‫(َو َص اِح ُب اْلَجَب اِئِر ) َجْم ُع‬
baik sholat fardlu ataupun sunnah. memakai jaba’ir (perban), jaba’ir adala ‫َر ٍة ِبَفْتِح اْلِج ْيِم َو ِهَي‬ ‫َج ِبْي‬
h bentuk kalimat jama’nya ‫َأْخ َش اٌب َأْو َقْص ٌب ُتَس َّو ى‬
Jika seseorang melakukan tayammum ‫َو ِإْن َك اَن َتَيُّمُم الَّش ْخ ِص‬ lafad jabirah, yaitu kayu atau bambu
‫َو ُتَش ُّد َع َلى َم ْو ِض ِع اْلَكْس ِر‬
karena sakit atau sesamanya, ‫ِلَم َر ٍض َو َنْح ِو ِه ُثَّم َر َأى اْلَم اَء‬ yang dipasang dan diikatkan pada
‫ِلَيْلَتِح َم (َيْمَس ُح َع َلْيَها) ِباْلَم اِء‬
kemudian ia melihat air, maka melihat
‫َفاَل َأَثَر ِلُر ْؤ َيِتِه َبْل َتَيُّمُم ُه َباٍق‬ anggota yang luka / retak agar supaya
‫ِإْن َلْم ُيْمِكْن ُه َنْز ُع َه ا ِلَخ ْو ِف‬
air tidaklah berpengaruh apa-apa, bersatu kembali / sembuh, maka ia
‫ِبَح اِلِه‬ ‫َض َر ٍر ِمَّم ا َسَبَق‬
bahkan tayammumnya tetap sah. wajib mengusap perbannya dengan
air jika tidak memungkinkan untuk
Yang ketiga adalah murtad. Murtad ‫(َو ) الَّث اِلُث (الِّر َّد ُة) َو ِهَي‬ melepasnya karena khawatir terjadi
adalah memutus Islam. ‫َقْط ُع اِإْل ْس اَل ِم‬ bahaya yang telah dijelaskan di depan.

Shahibul Jaba’ir (Orang yang Memakai Perban) Dan orang yang memakai perban ‫(َو َيَتَيَّمُم ) َص اِح ُب اْلَجَب اِئِر‬
harus melakukan tayammum di wajah ‫ِفْي َو ْج ِهِه َو َيَّد ْيِه َك َم ا َسَبَق‬
Ketika secara syara’ tercegah untuk ‫َو ِإَذ ا اْم َتَن َع َش ْر ًعا اْس ِتْع َم اُل‬ dan kedua tangan seperti yang telah
menggunakan air pada anggota ‫اْلَم اِء ِفْي ُعْض ٍو َف ِإْن َلْم َيُك ْن‬ dijelaskan.
Ia harus melakukan sholat dan tidak ‫(َو ُيَص ِّلْي َو اَل ِإَعاَد َة َع َلْي ِه ِإْن‬ Sesorang harus melakukan )‫(َو َيَتَيَّمُم ِلُك ِّل َفِر ْيَض ٍة‬
wajib mengulangi -ketika sudah
‫َك اَن َو ْض ُع َها) َأِي اْلَجَب اِئِر‬ tayammum setiap hendak ‫َو َم ْن ُذ ْو َر ٍة َفاَل َيْج َم ُع َبْيَن‬
sembuh-, jika ia memasang perbannya ‫(َع َلى ُطْه ٍر ) َو َك اَنْت ِفْي‬ melakukan satu ibadah fardlu dan ‫َص اَل َتِي َف ْر ٍض ِبَتَيُّمٍم َو اِح ٍد‬
dalam keadaan suci dan diletakkan ibadah nadzar.[4] Sehingga ia tidak
‫َغْيِر َأْع َض اِء الَّتَيُّم ِم‬ ‫َو اَل َبْيَن َط َو اَفْيِن َو اَل َبْيَن‬
pada selain aggota tayammum. diperkenankan melakukan dua sholat
‫َص اَل ٍة َو َط َو اٍف َو اَل َبْيَن‬
fardlu, dua thowaf, sholat dan thowaf,
‫ُج ُم َعٍة َو ُخ ْط َبِتَها‬
Jika tidak demikian, maka ia wajib ‫اَد َو َه َذ ا َم اَقاَل ُه‬ ‫َو ِإاَّل َأَع‬ sholat Jum’at dan khutbahnya hanya
mengulangi sholatnya -ketika sudah ‫ِفي الَّر ْو َض ِة‬ ‫الَّنَو ِوُّي‬ dengan satu kali tayammum.
sembuh-. Dan ini adalah pendapat
yang disampaikan imam an Nawawi Ketika seorang wanita melakukan ‫َو ِلْلَم ْر َأِة ِإَذ ا َتَيَّم َم ْت ِلَتْمِكْيِن‬
di dalam kitab ar Raudlah. tayammum guna melayani sang ‫اْلَح ِلْي ِل َأْن َتْفَع َل ُه ِم َر اًرا‬
suami, maka bagi dia diperkenankan ‫َو َتْج َم ُع َبْيَن ُه َو َبْيَن الَّص اَل ِة‬
Akan tetapi di dalam kitab al Majmu’, ‫َلِكَّن ُه َق اَل ِفي اْلَم ْج ُم ْو ِع ِإَّن‬ melakukan pelayanan berulang kali
‫ِبَذ ِلَك الَّتَيُّم ِم‬
beliau berpendapat bahwa ‫ِإْط اَل َق اْلُج ْم ُه ْو ِر َيْقَتِض ْي‬ dan melakukan sholat dengan
sesungguhnya kemutlakan yang ‫َعَد َم اْلَف ْر ِق َأْي َبْيَن َأْع َض اِء‬ tayammum tersebut.
disampaikan jumhur (mayoritas .‫الَّتَيُّم ِم َو َغْيِر َها‬
ulama’) menetapkan bahwa tidak ada Perkataan mushannif “ dengan satu ‫َو َقْو ُلُه (َو ُيَص ِّلي ِبَتَيُّمٍم َو اِح ٍد‬
perbedaan, maksudnya antara posisi tayammum, seseorang diperkenankan ‫َم اَش اَء ِم َن الَّنَو اِف ِل ) َس اِقٌط‬
perban yang berada pada anggota melakukan ibadah-ibadah sunnah . ‫ِم ْن َبْع ِض ُنَس ِخ اْلَم ْتِن‬
tayammum dan selainnya. yang ia kehendaki” tidak tercantum di
Perban disyaratkan harus tidak ‫َو ُيْش َتَر ُط ِفي اْلَج ِبْي َر ِة َأْن اَل‬ dalam sebagian redaksi matan.
menutup anggota yang sehat kecuali ‫َتْأُخ َذ ِم َن الَّص ِح ْيِح ِإاَّل َم ا‬
anggota sehat yang memang harus ‫اَل ُبَّد ِم ْنُه ِلِاْل ْس ِتْمَس اِك‬ [1] Sesuatu yang ditempelkan pada luka baik berupa kain, kapas atau sesamanya.
tertutup guna memperkuat perban [2] Sesuatu yang diikatkan pada luka baik berupa tali atau sesamanya.
tersebut. [3] Obat yang ditabutkan ke luka.
[4] Sholat, thowaf da khutbah Jum’at saja.
Lushuq[1], ishabah[2], murham[3] dan ‫َو الَّلُص ْو ُق َو اْلِعَص اَبُة‬
sesamanya yang terdapat pada luka ‫َو اْلَم ْر َهُم َو َنْح ُوَه ا َع َلى‬ BAB NAJIS
hukumnya sama dengan jabirah. ‫اْلُجْر ِح َك اْلَج ِبْيَر ِة‬
(Fasal) menjelaskan najis dan ‫اِت‬ ‫(َفْص ٌل) ِفْي َبَي اِن الَّنَج اَس‬
menghilangkannya. Di dalam ‫ُل‬ ‫َو ِإَز اَلِتَه ا َو َه َذ ا اْلَفْص‬
Yang Boleh Dilakukan dengan Tayammum sebagian redaksi, fasal ini disebutkan ‫َم ْذ ُك ْو ٌر ِفْي َبْع ِض الُّنَس‬
‫ِخ‬
sebelum “Kitab Sholat”. ‫ُقَبْيَل ِكَتاِب الَّص اَل ِة‬ membahayakan” mengecualikan batu ‫َو الَّنَب اُت اْلُمِض ُّر ِبِب َد ٍن َأْو‬
dan tanaman yang berbahaya pada ‫َع ْقٍل‬
Najis secara bahasa adalah sesuatu ‫َو الَّنَج اَس ُة ُلَغ ًة الَّش ْيُئ‬ badan atau akal.
yang dianggap menjijikkan. Dan ‫اْلُم ْس َتْقَذ ُر َو َش ْر ًعا ُك ُّل َع ْيٍن‬
secara syara’ adalah setiap benda yang
‫َح ُر َم َتَناُو ُلَه ا َع َلى اِإْل ْط اَل ِق‬ Maksudnya, semua barang-barang
haram digunakan secara mutlak yang dikecualikan tersebut adalah
‫َح اَل َة اِإْل ْخ ِتَي اٍر َم َع ُس ُهْو َلِة‬
dalam keadaan normal beserta mudah barang-barang yang haram digunakan
‫الَّتْم ِيِي ِز اَل ِلُحْر َم ِتَه ا َو اَل‬
untuk dibedakan, bukan karena bukan karena najis tapi karena hal-hal
‫إِل ْس ِتْقَذ اِر َها َو اَل ِلَض َر ِر َها‬
kemuliannya, menjijikkannya dan yang telah disebutkan.
bukan karena berbahaya pada badan ‫ِفْي َبَد ٍن َأْو َع ْقٍل‬
atau akal. Macam-Macam Najis
Bahasa “mutlak” mencakup najis ‫َو َد َخ َل ِفي اِإْل ْط اَل ِق َقِلْي ُل‬
sedikit dan banyak. ‫الَّنَج اَسِة َو َك ِثْيُرَها‬ Kemudian mushannif menyebutkan ‫ُثَّم َذ َك َر اْلُمَص ِّنُف َض اِبًطا‬
Dengan bahasa “dalam keadaan ‫َو َخ َر َج ِباِاْل ْخ ِتَياِر الَّض ُرْو َر ُة‬ batasan najis yang keluar dari qubul (jalur ‫ِللَّنَج ِس اْلَخاِر ِج ِم َن اْلُقُب ِل‬
depan) dan dubur (jalur belakang) denga ‫َو الُّد ُبِر ِبَقْو ِلِه‬
normal” mengecualikan keadaan ‫َفِإَّنَها ُتِبْيُح َتَناُوَل الَّنَج اَسِة‬ n perkataan beliau,
darurat. Karena sesungguhnya
keadaan darurat memperbolehkan
untuk menggunakan najis.
Setiap benda cair yang keluar dari dua ‫(َو ُك ُّل َم اِئٍع َخ َر َج ِم َن‬
jalan hukumnya adalah najis. Hal ini ‫الَّس ِبْيَلْيِن َنَج ٌس ) ُه َو‬
Dengan bahasa “mudah dipisahkan” ‫َو ِبُسُهْو َلِة الَّتْم ِيْيِز َأْك ُل الُّد ْو ِد‬ mencakup benda yang biasa keluar
mengecualikan memakan ulat yang ‫ٍة‬ ‫اْلَم ِّيِت ِفْي ُجْبٍن َو َفاِكَه‬ ‫َص اِد ٌق ِباْلَخ اِر ِج اْلُم ْعَت اِد‬
seperti kencing dan tanji, dan benda yang
mati di dalam keju, buah dan ‫َو َنْح ِو َذ ِلَك‬ jarang keluar seperti darah dan nanah.
‫َك اْلَبْو ِل َو اْلَغاِئِط َو ِبالَّن اِد ِر‬
sesamanya. ‫َك الَّد ِّم َو اْلَقْيِح‬
Dengan ungkapan mushannif “bukan ‫َو َخ َر َج ِبَقْو ِل ِه اَل ِلُحْر َم ِتَه ا‬ Kecuali sperma dari anak Adam atau ‫(َإاَّل اْلَم ِنَّي ) ِم ْن آَد ِمٍّي َأْو‬
karena kemuliannya” mengecualikan ‫َم ْيَتُة اآْل َد ِمِّي‬ binatang selain anjing, babi dan ‫َحَي َو اٍن َغْي ِر َك ْلٍب‬
mayatnya anak Adam.
peranakan keduanya atau salah satunya ‫َو ِخ ْنِز ْيٍر َو َم ا َتَو َّل َد ِم ْنُهَم ا‬
hasil perkawinan dengan binatang yang
Dengan keterangan “tidak karena ‫ِتْقَذ اِر اْلَم ِنُّي‬ ‫َو ِبَع َد ِم اِإْل ْس‬ ‫َأْو ِم ْن َأَحِدِهَم ا َم َع َح َيَو اٍن‬
suci.
menjijikkan” mengecualikan sperma ‫َو َنْح ُو ُه‬ ‫َطاِهٍر‬
dan sesamanya.
Dengan bahasa “benda cair”, ‫َو َخ َر َج ِبَم اِئٍع الُّد ْو ُد َو ُك ُّل‬
mengecualikan ulat dan setiap benda ‫ُم َتَص ِّلٍب اَل ُتِح ْيُل ُه اْلَم ِع َّد ُة‬
Dengan bahasa “tidak karena ‫ُر‬ ‫َر ِر اْلَح َج‬ ‫َو ِبَنْفِي الَّض‬ padat yang tidak diproses oleh lambung,
‫َفَلْيَس ِبَنَج ٍس َب ْل ُه َو‬
maka hukumnya tidak najis, akan tetapi ‫ُم َتَنِج ٌس َيْط ُهُر ِباْلَغْس ِل‬ mengalirnya air pada tempat yang ‫َع َلى اْلُم َتَنِّج ِس ِبَها َو َل ْو َم َّر ًة‬
terkena najis yang bisa suci dengan terkena najis tersebut, walaupun ‫َو اِح َد ًة‬
dibasuh. hanya satu kali aliran.
Najis Mukhafafah
Dalam sebagian redaksi diungkapkan ‫َو ِفْي َبْع ِض الُّنَس ِخ َو ُك ُّل‬
dengan bahasa “setiap perkara yang akan
‫َم ا َيْخ ُرُج ِبَلْفِظ اْلُمَض اِر ِع‬
Kemudian dengan bahasa “jenisnya ‫ُثَّم اْس َتْثَنى اْلُمَص ِّنُف ِم َن‬
keluar” dengan menggunakan lafadz fi’il .‫َو ِإْس َقاُط َم اِئٍع‬ air kencing”, mushannif ‫اَأْلْب َو اِل َقْو َل ُه (ِإاَّل َب ْو َل‬
mudlari’ dan membuang lafadz “ma’i’ mengecualikan perkataan beliau yang
‫الَّص ِبِّي اَّل ِذ ْي َلْم َيْأُك ِل‬
(benda cair). berbunyi, “kecuali air kencingnya ‫الَّطَع اَم ) َأْي َلْم َيَتَن اَو ْل‬
anak kecil laki-laki yang belum pernah
‫َم ْأُك ْو اًل َو اَل َم ْش ُرْو ًبا َع َلى‬
Cara Mensucikan Najis memakan makanan, maksudnya
belum pernah mengkonsumsi
‫ِج َّهِة الَّتَغ ِّذ ِي (َفِإَّن ُه) َأْي َب ْو َل‬
Membasuh semua jenis air kencing ‫(َو َغْس ُل َج ِم ْي ِع اَأْلْب َو اِل‬ makanan dan minuman untuk ‫الَّص ِبِّي (َيْطُه ُر ِب َر ِّش اْلَم اِء‬
dan kotoran walaupun keduanya dari ‫َو اَأْلْر َو اِث) َو َل ْو َكاَن ا ِم ْن‬ penguat badan. Maka sesungguhnya )‫َع َلْيِه‬
binatang yang halal dimakan ) ‫َم ْأُك ْو ِل الَّلْح ِم (َو اِج ٌب‬ air kencing anak laki-laki tersebut
dagingnya, hukumnya adalah wajib. sudah bisa suci
dengan hanya memercikkan air
Cara membasuh najis jika terlihat oleh ‫َو َكْيِفَّي ُة َغْس ِل الَّنَج اَس ِة ِإْن‬ padanya.
mata dan ini disebut dengan “najis ‫َك اَنْت ُم َش اَهَد ًة ِب اْلَع ْيِن َو ِهَي‬ Dalam memercikkan air, tidak ‫َو اَل ُيْش َتَر ُط ِفي الَّرِّش َس َياَل ُن‬
ainiyah” adalah dengan ‫اْلُمَس َّم اُة ِباْلَع ْيِنَّي ِة َتُك ْو ُن‬ disyaratkan harus sampai mengalir. ‫اْلَم اِء‬
menghilangkan bendanya dan
‫ِبَز َو اِل َع ْيِنَها َو ُمَح اَو َلِة َز َو اِل‬
menghilangkan sifat-sifatnya, baik Jika anak kecil laki-laki tersebut telah ‫َفِإْن َأَك َل الَّص ِبُّي الَّطَع اَم َع َلى‬
‫َأْو َص اِفَها ِم ْن ُطْع ٍم َأْو َلْو ٍن َأْو‬
rasa, warna, atau baunya. mengkonsumsi makanan untuk ‫ِج َّه ِة الَّتَغ ِّذ ِي ُغ ِس َل َبْو ُل ُه‬
‫ِر ْيٍح‬ penguat badan, maka air kencingnya ‫َقْط ًعا‬
harus dibasuh secara pasti.
Jika rasanya najis masih ada, maka ‫َفِإْن َبِقَي ُطْع ُم الَّنَج اَس ِة َض َّر‬
berbahaya. Atau yang masih tersisa ‫َأْو َلْو ٌن َأْو ِر ْيٌح َعُس َر َز َو اُل ُه‬ Dengan bahasa “anak laki-laki”, ‫َو َخ َر َج ِباْلَص ِبِّي الَّص ِبَّيُة‬
adalah warna atau bau yang sulit ‫َلْم َيُضَّر‬ mengecualikan anak kecil perempuan .‫َو اْلُخْنَثى َفُتْغ َس ُل ِم ْن َبْو ِلِهَم ا‬
dihilangkan, maka tidak masalah. dan huntsa, maka air kencing
Jika najisnya tidak terlihat oleh mata ‫َو ِإْن َك اَنِت الَّنَج اَس ُة َغْي َر‬ keduanya harus dibasuh.
dan ini disebut dengan “najis ‫ُم َش اَهَدٍة َو ِهَي اْلُمَس َّم اُة‬
hukmiyah”, maka cukup dengan ‫ِباْلُح ْك ِم َّيِة َفَيْك ِفْي َج ْر ُي اْلَم اِء‬ Di dalam membasuh barang yang ‫َو ُيْش َتَر ُط ِفْي َغْس ِل اْلُم َتَنِّج ِس‬
terkena najis, disyaratkan airnya yang ‫ُوُرْو ُد اْلَم اِء َع َلْي ِه ِإْن َك اَن‬ sesungguhnya seandainya bangkai ‫َأَّنُه َل ْو ُط ِر َح َم ا اَل َنْفَس َل ُه‬
didatangkan/dialirkan pada barang ‫َقِلْياًل َفِإْن َع َك َس َلْم َيْطُهْر‬ binatang yang tidak memiliki darah ‫َس اِئَلٌة ِفْي اْلَم اِئِع َض َّر َو ُه َو‬
tersebut jika airnya sedikit. Jika mengalir itu dimasukkan ke dalam ‫َم اَج َز َم ِب ِه الَّراِفِعُّي ِفي‬
dibalik, maka barang tersebut tidak benda cair, maka berbahaya ‫الَّش ْر ِح الَّص ِغ ْيِر َو َلْم‬
suci. (menajiskan). Imam ar Rafi’i mantap ‫َيَتَع َّرْض ِلَه ِذِه اْلَم ْس َأَلِة ِفي‬
dengan pendapat ini di dalam kitab
Sedangkan jika air yang banyak, maka ‫َأَّم ا اْلَم اُء اْلَك ِثْيُر َفاَل َفْر َق َبْيَن‬ asy Syarh ash Shaghir, namun beliau ‫اْلَك ِبْيِر‬
tidak ada bedanya antara barang yang ‫ْو ِن اْلُم َتَنِّج ِس َو اِر ًدا َأْو‬ ‫َك‬ tidak menyinggung masalah ini di
terkena najis yang datang atau ‫َم ْو ُرْو ًدا‬ dalam kitab asy Syarh al Kabir.
didatangi air.
Najis Ma’fu Ketika bangkai binatang yang tidak ‫َو ِإَذ ا َك ُثَر ْت َم ْيَت ُة َم ا اَل َنْفَس‬
memiliki darah mengalir itu ‫َلُه َس اِئَلٌة َو َغَّي َر ْت َم ا َو َقَع ْت‬
Tidak ada najis yang dima’fu kecuali ‫(َو اَل ُيْع َفى َع ْن َش ْيٍئ ِم َن‬ berjumlah banyak dan merubah sifat ‫ِفْيِه َنَّج َس ْتُه‬
darah dan nanah yang sedikit. Maka ‫الَّنَج اَس اِت ِإاَّل اْلَيِس ْيُر ِم َن‬ cairan yang dimasukinya, maka
keduanya dima’fu di pakaian dan ‫الَّد ِّم َو اْلَقْيِح) َفُيْع َفى َع ْنُهَم ا‬ bangkai itu menajiskan benda cair
badan, dan sholat yang dilakukan ‫ِفْي َث ْو ٍب َأْو َب َد ٍن َو َتِص ُّح‬ tersebut.
tetap sah walaupun membawa
‫الَّص اَل ُة َم َع ُهَم ا‬ Ketika bangkai ini muncul dari benda ‫َو ِإَذ ا َنَش َأْت َه ِذُه اْلَم ْيَت ُة ِم َن‬
keduanya. cair seperti ulatnya cukak dan buah- ‫اْلَم اِئِع َك ُد ْو ِد َخ ٍّل َو َفاِكَه ٍة َلْم‬
Dan kecuali bangkai binatang yang ‫(َو ) ِإاَّل (َم ا) َأْي َش ْيٌئ (اَل‬ buahan, maka tidak menajiskan cairan ‫ُتَنِّجْسُه َقْط ًعا‬
tidak memiliki darah yang mengalir ‫َنْفَس َلُه َس اِئَلٌة) َك ُذ َباٍب َو َنْم ٍل‬ tersebut secara pasti.
seperti lalat dan semut, ketika ‫(ِإَذ ا َو َق َع ِفْي اِإْل َن اِء َو َم اَت‬
binatang tersebut masuk ke dalam )‫ِفْيِه َفِإَّنُه اَل ُيَنِّجُسُه‬ Di samping apa yang telah dijelaskan ‫َو ُيْس َتْثَنى َم َع َم ا َذ َك َر َه ا‬
wadah air dan mati di sana. Maka oleh mushannif, masih ada beberapa ‫ْذ ُك ْو َر ٌة ِفي‬ ‫اِئُل َم‬ ‫َم َس‬
sesungguhnya bangkai binatang permasalahan yang dikecualikan yang ‫اْلَم ْبُس ْو َطاِت َس َبَق َبْعُض َها‬
tersebut tidak menajiskan wadah air disebutkan di dalam kitab-kitab yang
‫ِفْي ِكَتاِب الَّطَهاَر ِة‬
yang dimasukinya. diperluas keterangannya, sebagiannya
telah dijelaskan di dalam “Kitab
Dalam sebagian redaksi menggunakan ‫َو ِفْي َبْع ِض الُّنَس ِخ ِإَذ ا َم اَت‬ Thaharah”.
bahasa “ketika mati di dalam wadah”. ‫ِفي اِإْل َناِء‬
Najis Mughaladhah
Perkataan mushannif “terjatuh ‫َو َأْفَهَم َقْو ُل ُه َو َق َع َأْي ِبَنْفِس ِه‬
sendiri”, memberi pemahaman bahwa Semua binatang hukumnya suci ‫(َو اْلَح َّي َو اُن ُك ُّل ُه َط اِهٌر ِإاَّل‬
kecuali anjing, babi, dan peranakan ‫اْلَك ْلَب َو اْلِخ ْنِز ْي َر َو َم ا َتَو َّل َد‬ tersebut belum hilang kecuali dengan ‫اْلَك ْلِبَّي ِة ِإاَّل ِبِس ِّت َغ َس اَل ٍت‬
keduanya atau salah satunya hasil ‫ِم ْنُهَم ا َأْو ِم ْن َأَح ِدِهَم ا) َم َع‬ enam basuhan semisal, maka seluruh ‫َم َثاًل ُح ِس َبْت ُك ُّلَه ا َغْس َلًة‬
perkawinan dengan binatang yang basuhan dianggap satu kali basuhan.
‫َح َّيَو اٍن َطاِهٍر‬ ‫َو اِح َد ًة‬
suci.
Tanah yang berdebu -yang terkena ‫َو اَأْلْر ُض الُّتَر اِبَّي ُة اَل َيِج ُب‬
Ungkapan mushannif ini mencakup ‫َو ِعَباَر ُت ُه َتْص ُدُق ِبَطَه اَر ِة‬ najis ini- tidak wajib diberi debu -saat .‫الُّتَر اُب ِفْيَها َع َلى اَأْلَص ِّح‬
terhadap sucinya ulat yang muncul ‫الُّد ْو ِد اْلُم َتَو ِّل ِد ِم َن الَّنَج اَس ِة‬ membasuhnya- menurut
dari najis, dan memang demikinlah ‫َو ُهَو َك َذ ِلَك‬ qaul al ashah.
hukumnya.
Najis Mutawasithah
Bangkai, semuanya hukumnya adalah ‫(َو اْلَم ْيَت ُة ُك ُّلَه ا َنَجَس ٌة ِإاَّل‬
najis kecuali bangkai ikan, belalang ) ‫الَّس َم َك َو اْلَج َر اَد َو اآْل َد ِمَّي‬ Untuk najis-najis yang lain, maka ‫(ِو ُيْغ َس ُل ِم ْن َس اِئِر ) َأْي َباِقي‬
dan anak Adam. Dalam sebagian cukup dibasuh satu kali yang di ‫(الَّنَج اَس اِت َم َّر ًة َو اِح َد ًة) َو ِفْي‬
‫َو ِفْي َبْع ِض الُّنَس ِخ اْبُن آَد َم‬
redaksi diungkapkan dengan bahasa ‫َأْي َم ْيَت َة ُك ٍّل ِم ْنَه ا َفِإَّنَه ا‬
alirkan pada najis tersebut. Dalam ‫َبْع ِض الُّنَس ِخ َم َّر ًة (َت ْأِتْي‬
sebagian redaksi menggunakan
‫َع َلْي ِه َو الَّثاَل ُث ) َو ِفْي َبْع ِض‬
“ibn Adam”, maksudnya bangkai ‫َطاِهَر ٌة‬
masing-masing barang di atas, maka bahasa “marratan (sekali)”. Tiga kali
‫الُّنَس ِخ َو الَّثاَل َث ُة ِبالَّت اِء‬
sesungguhnya hukumnya suci. (ats tsalatsu) basuhan adalah lebih
)‫(َأْفَض ُل‬
‫(َو َيْغ ِس ُل اِإْل َن اَء ِم ْن ُو ُل ْو ِغ‬
Wadah yang terkena liur anjing atau utama. Dalam sebagian redaksi
menggunakan bahasa “ats tsalatsatu”
babi, maka harus dibasuh tujuh kali ‫اْلَك ْلِب َو اْلِخ ْنِز ْي ِر َس ْبَع‬
dengan menggunakan air suci dengan menggunakan ta’ diakhirnya.
‫َم َّراٍت) ِبَم اٍء َطُه ْو ٍر‬
mensucikan, salah satu basuhan ‫(ِإَح َداُهَّن ) َم ْص ُحْو َبٌة‬
dicampur dengan debu suci Air Sisa Basuhan Najis
‫(ِب الُّتَر اِب) الَّطُه ْو ِر َيُع ُّم‬
mensucikan yang merata ke seluruh
tempat yang terkena najis.
‫اْلَم َح َّل اْلُم َتَنِّج َس‬ Ketahuilah sesungguhnya air basuhan ‫َو اْع َلْم َأَّن َغ َس اَلَة الَّنَج اَس ِة‬
najis setelah sucinya tempat yang ‫َبْع َد َطَهاَر ِة اْلَم َح ِّل اْلَم ْغ ُس ْو ِل‬
dibasuh, hukumnya adalah suci, jika ‫َط اِهَر ٌة ِإِن اْنَفَص َلْت َغْي َر‬
Jika barang yang terkena najis ‫َفِإْن َك اَن اْلُم َتَنِّج ُس ِبَم ا ُذ ِك َر‬
air tersebut terpisah dari tempat yang
tersebut dibasuh dengan air mengalir ‫ِفْي َم اٍء َج اٍر َك َد ٍر َكَفى‬ ‫ُم َتَغ ِّيَر ٍة َو َلْم َي ِز ْد َو ْز ُنَه ا َبْع َد‬
dibasuh dalam keadaan tidak berubah
yang keruh, maka cukup mengalirnya ‫ُم ُرْو ُر َس ْبِع َجَر َياٍت َع َلْيِه ِباَل‬ ‫اْنِفَص اِلَها َع َّم ا َك اَن َبْع َد‬
air tersebut tujuh kali tanpa harus dan tidak bertambah ukurannya dari
‫َتْع ِفْيٍر‬ ‫اْع ِتَب اِر ِم ْق َداِر َم ا َيَتَش َّرُبُه‬
dicampur dengan debu. kadar ukuran
sebelumnya besertaan menghitung ‫اْلَم ْغ ُسْو ُل ِم َن اْلَم اِء‬
kadar air yang diserap oleh tempat
Ketika benda najis anjing ‫َو ِإَذ ا َلْم َت ُز ْل َع ْيُن الَّنَج اَس ِة‬
yang dibasuh. menjadi cuka dengan memasukkan ) ‫َشْيٍئ ِفْيَها َلْم َتْط ُهْر‬
sesuatu ke dalamnya, maka khamer
Hal ini jika air basuhan tersebut tidak ‫َه َذ ا ِإْن َلْم َتْبُل ْغ ُقَّلَتْيِن َف ِإَّن‬ tersebut tidak suci.
mencapai dua qullah. Jika mencapai
‫َبَلَغ ْتُهَم ا َفالَّش ْر ُط َعَد ُم الَّتَغُّيِر‬
dua qullah, maka syaratnya adalah Ketika khamer menjadi suci, maka ‫َو ِإَذ ا َطُه َر ِت اْلَخ ْم َر ُة َطُه َر‬
tidak berubah. wadahnya pun menjadi suci karena .‫ُد ُّنَها َتْبًعا َلَها‬
mengikut pada khamernya.
Khamer Menjadi Cuka
BAB HAIDL, NIFAS DAN ISTIHADLAH
Setelah mushannif selesai menjelaskan ‫َو َلَّم ا َف َر َغ اْلُمَص ِّنُف ِمَّم ا‬ (Fasal) menjelaskan hukum-hukum ‫(َفْص ٌل) ِفْي َبَي اِن َأْح َك اِم‬
najis yang bisa suci dengan dibasuh, ‫َيْط ُه ُر ِباْلَغْس ِل َش َر َع ِفْيَم ا‬ haidl, nifas dan istihadlah.
‫اِس‬ ‫اْلَح ْيِض َو الِّنَف‬
maka beliau berlanjut menjelaskan
‫َيْط ُه ُر ِباِاْل ْس ِتَح اَلِة َو ِهَى‬ ‫َو اِاْل ْس ِتَح اَض ِة‬
najis yang suci dengan istihalah, yaitu ‫اْنِقاَل ُب الَّش ْيِئ ِم ْن ِص َفٍة ِإَلى‬ Ada tiga macam darah yang keluar ‫(َو َيْخ ُرُج ِم َن اْلَف ْر ِج َثاَل َث ُة‬
perubahan sesuatu dari satu sifat ke
. ‫ِص َفٍة ُأْخ َر ى َفَقاَل‬ dari vagina perempuan, yaitu darah
‫ِد َم اٍء َد ُم اْلَح ْيِض َو الِّنَف اِس‬
sifat yang lain. Beliau berkata, haidl, nifas dan istihadlah. .‫َو اِاْل ْس ِتَح اَض ِة‬
Darah Haidl
Ketika khamer telah menjadi cuka ‫(ِإَذ ا َتَخ َّلَلِت اْلَخ ْم َر ُة) َو ِهَي‬
dengan sendirinya, maka hukumnya ‫اْلُم َّتَخ َذُة ِم ْن َم اِء اْلِع َنِب‬
suci. Khamer adalah minuman yang ‫ُم ْح َتَر َم ًة َكاَنِت اْلَخ ْم َر ُة َأْم اَل‬
Haidl adalah darah yang keluar dari ‫(َف اْلَح ْيُض ُه َو ) الَّد ُم‬
terbuat dari air perasan anggur. Baik ‫َو َم ْعَنى َتَخ َّلَلْت َص اَر ْت َخ اًّل‬
vagina wanita pada usia haidl, yaitu
‫(اْلَخ اِر ُج) ِفْي ِس ِّن اْلَح ْيِض‬
usia sembilan tahun atau lebih, dalam ‫َو ُهَو ِتْسُع ِس ِنْيَن َف َأْكَثَر (ِم ْن‬
khamer tersebut dimuliakan ataupun ‫َو َك اَنْت َص ْيُرْو َر ُتَها َخ اًّل‬ keadaan sehat, yaitu tidak karena sakit
tidak. Makna takhallalat adalah khamer
) ‫(ِبَنْفِس َها َطُهَر ْت‬ ‫َف ْر ِج اْلَم ْر َأِة َع َلى َس ِبْيِل‬
akan tetapi pada batas kewajaran,
menjadi cuka. ‫الِّص َح ِة) َأْي اَل ِلِع َّل ٍة َب ْل‬
bukan karena melahirkan.
‫ِلْلِج ِبَّل ِة (ِم ْن َغْي ِر َس ِبْيِل‬
Begitu juga hukumnya suci, ‫َو َك َذ ا َل ْو َتَخ َّلَلْت ِبَنْقِلَه ا ِم ْن‬ )‫اْلِو اَل َد ِة‬
seandainya ada khamer yang berubah ‫َش ْم ٍس ِإَلى ِظ ٍّل َو َع ْك ِس ِه‬ Ucapan mushannif “dan berwarna ‫َو َقْو ُلُه (َو َلْو ُن ُه َأْس َو ُد ُم ْح َت ِدٌم‬
menjadi cuka sebab dipindah dari
tempat yang terkena matahari ke
hitam, terasa panas dan menyakitkan”
‫َل َّذ اٌع ) َلْيَس ِفْي َأْكَث ِر ُنَس ِخ‬
tidak terdapat di kebanyakan
tempat yang teduh dan sebaliknya. ‫اْلَم ْتِن َو ِفي الَّص َح اِح اْح َت َد َم‬
redaksi matan. Dalam kitab as Shahhah ‫َد ٌم اْش َتَّد ْت ُح ْمَر ُت ُه َح َّتى‬
terdapat keterangan “darah sangat
Jika khamer berubah menjadi cuka ‫(َو ِإْن ) َلْم َتَتَخ َّل ِل اْلَخ ْم َر ُة‬ ‫اْس َو َّد َو َلَذ َع ْت ُه الَّن اُر َح َّتى‬
panas, warnanya sangat merah
‫اْح َر َقْتُه‬
tidak dengan sendirinya, bahkan
‫ِبَنْفِس َها َب ْل (َتَخ َّلَلْت ِبَط ْر ِح‬ hinggah berwarna hitam, api
membakarnya hinggah api tersebut secara bersambung yang biasa -tidak ‫اِاْل َّتَص اِل اْلُم ْعَتاِد ِفْي اْلَح ْيِض‬
membakarnya”. harus darah keluar dengan deras- di
dalam haild.
Darah Nifas
Maksimal masa haidl adalah lima )‫(َو َأْكَثُر ُه َخ ْمَس َة َع َش َر َيْو ًم ا‬
Nifas adalah darah yang keluar dari ‫(َو الِّنَفاُس ُهَو ) الَّد ُم (اْلَخ اِر ُج‬ belas hari lima belas malam. ‫ِبَلَياِلْيَها‬
vagina perempuan setelah melahirkan. )‫َع ِقْيَب اْلِو اَل َد ِة‬
Jika darah keluar melebihi masa di ‫ا َفُه َو‬ ‫َف ِإْن َز اَد َع َلْيَه‬
Sehingga darah yang keluar ‫َفاْلَخ اِر ُج َم َع اْلَو َلِد َأْو َقْبَل ُه اَل‬ atas, maka disebut dengan darah ‫اْس ِتَح اَض ٌة‬
bersamaan dengan bayi atau ‫ُيَسَّم ى ِنَفاًسا‬ istihadlah.
sebelumnya, maka tidak disebut darah
nifas. Masa keluarnya darah haidl yang )‫(َو َغاِلُب ُه ِس ٌّت َأْو َس ْبٌع‬
sering terjadi adalah enam atau tujuh ‫َو اْلُم ْعَتَم ُد ِفْي َذ ِلَك اِإْل ْس ِتْقَر اِء‬
Penambahan huruf ya’ di dalam ‫َو ِز َي اَد ُة اْلَي اِء ِفْي َع ِقْيِب ُلَغ ٌة‬ hari. Yang dibuat pegangan dalam hal
lafadz “’aqibin” adalah bentuk bahasa ‫َقِلْيَلٌة َو اَأْلْكَثُر َح ْذ ُفَها‬ ini adalah riset / penelitian.
yang sedikit terlaku, sedangkan yang
lebih banyak adalah membuang huruf Masa Nifas
ya’.
Minimal masa nifas ‫(َو َأَقُّل الِّنَفاِس َلْح َظٌة) َو ُأِرْي َد‬
Darah Istihadlah adalah lahdhah (sebentar). Yang ‫ِبَه ا َز َم ٌن َيِس ْيٌر َو اْبِت َداُء‬
dikehendaki dengan lahdhah adalah ‫الِّنَفاِس ِم ِن اْنِفَص اِل اْلَو َلِد‬
Istihadlah, yaitu darah istihadlah ‫(َو اِاْل ْس ِتَح اَض ُة) َأْي َد ُّمَه ا‬ masa sebentar. Dan awal masa nifas
adalah darah yang keluar dari vagina
‫(ُهَو ) الَّد ُّم (اْلَخاِر ُج ِفْي َغْي ِر‬ terhitung sejak keluarnya seluruh
perempuan di selain hari-hari ‫َأَّي اِم اْلَح ْيِض َو الِّنَف اِس) اَل‬ badan bayi.
keluarnya darah haidl dan nifas,
‫َع َلى َس ِبْيِل الِّص َح ِة‬
bukan dalam keadaan sehat. Maksimal masa nifas adalah enam ‫(َو َأْكَثُر ُه ِس ُّتْو َن َيْو ًم ا َو َغاِلُب ُه‬
puluh hari. Dan yang lumrah adalah ‫ّأْر َبُعْو َن َيْو ًم ا) َو اْلُم ْعَتَم ُد ِفْي‬
Masa Haidl empat puluh hari. Yang dibuat .‫َذ ِلَك اِاْل ْس ِتْقَر اِء َأْيًضا‬
pegangan dalam semua itu juga
Minimal masa haidl adalah sehari ‫(َو َأَق ُّل اْلَح ْيِض) َز َم ًن ا (َي ْو ٌم‬ penelitian.
semalam, maksudnya kadar sehari ‫َو َلْيَلٌة) َأْي ِم ْق َداُر َذ ِل َك َو ُه َو‬
semalam, yaitu dua puluh empat jam ‫َأْر َبَع ٌة َو ِع ْش ُرْو َن َس اَع ًة َع َلى‬ Masa Suci
Minimal usia seorang wanita bisa ‫(َو َأَق ُّل َز َمٍن َتِح ْيُض ِفْي ِه‬
Minimal masa suci yang memisahkan ‫(َو َأَقُّل الُّطْهِر ) اْلَفاِص ِل (َبْيَن‬ mengeluarkan darah haidl adalah
‫اْلَم ْر َأُة) َو ِفْي َبْع ِض الُّنَس ِخ‬
di antara dua haidl adalah lima belas ‫اْلَح ْيَض َتْيِن َخ ْمَس َة َع َش َر‬ sembilan tahun hijriyah / qomariyah. ‫اْلَج اِر َيُة (ِتْسُع ِس ِنْيَن ) َقَم ِر َّيٍة‬
hari. )‫َيْو ًم ا‬ Dalam sebagian redaksi menggunakan
bahasa “al jariyah (wanita)”.
Dengan perkataannya “pemisah di ‫َو اَخَتَر َز اْلُمَص ِّنُف ِبَقْو ِلِه َبْيَن‬
antara dua haidl”, mushannif ‫اْلَح ْيَض َتْيِن َع ِن اْلَفاِص ِل َبْيَن‬ Sehingga, kalau ada seorang wanita ‫َفَل ْو َر َأْت ُه َقْب َل َتَم اِم الِّتْس ِع‬
mengecualikan masa pemisah di ‫َح ْيٍض َوِنَف اٍس ِإَذ ا ُقْلَن ا‬ yang melihat keluar darah sebelum
‫ِب َز َمٍن َيِض ْيُق َع ْن َح ْيٍض‬
antara haidl dan nifas, ketika kita ‫ِباَأْلَص ِّح ِإَّن اْلَح اِم َل َتِح ْيُض‬ sempurnanya usia sembilan tahun ‫َو ُطْهٍر َفُهَو َح ْيٌض َو ِإاَّل َفَال‬
berpendapat dengan qaul al Ashah dengan selisih masa yang tidak cukup
‫َفِإَّن ُه َيُج ْو ُز َأْن َيُك ْو َن ُد ْو َن‬
yang mengatakan bahwa untuk masa minimal suci dan minimal
‫َخ ْمَس َة َع َش َر َيْو ًم ا‬
sesungguhnya wanita hamil bisa haidl (sembilan tahun kurang 16 hari
mengeluarkan darah haidl. Karena kurang sedikit), maka darah tersebut
sesungguhnya masa suci yang adalah darah haidl. Jika tidak
memisahkan haidl dan nifas bisa demikian, maka bukan darah haidl.
kurang dari lima belas hari. Masa Hamil

Tidak ada batas maksimal masa suci. ‫(َو اَل َح َّد َأِلْكَثِر ِه) َأِي الُّطْه ِر‬ Minimal masa hamil adalah enam ‫(َو َأَق ُّل اْلَحْم ِل ) َز َم ًن ا (ِس َّتُة‬
Karena terkadang ada seorang wanita ‫َفَقْد َتْم ُكُث اْلَم ْر َأُة َد ْهَر َه ا ِباَل‬ bulan lebih lahdhatain (dua masa ‫َأْش ُهٍر ) َو َلْح َظَتاِن‬
yang seumur hidup tidak pernah sebentar) -waktu untuk jima’ dan
‫َح ْيٍض‬
mengeluarkan darah haidl. melahirkan-.

Adapun lumrahnya masa suci ‫َأَّم ا َغ اِلُب الُّطْه ِر َفُيْعَتَب ُر‬ Maksimal masa hamil adalah empat ‫(َو َأْكَثُر ُه) َز َم ًنا (َأْر َب ُع ِس ِنْيَن‬
disesuaikan dengan lumrahnya masa ‫ِبَغ اِلِب اْلَح ْيِض َف ِإْن َك اَن‬ tahun. Masa hamil yang biasa terjadi ) ‫َو َغاِلُبُه) َز َم ًنا (ِتْس َع ُة َأْش ُهٍر‬
haidl. Jika masa haidlnya lumrah ‫اْلَح ْيُض ِس ًّتا َف الُّطْهُر َأْر َب ٌع‬ adalah sembilan bulan. Yang dibuat ‫َو اْلُم ْعَتَم ُد ِفْي َذ ِلَك اْلُوُجْو ُد‬
enam hari, maka masa sucinya dua pedoman dalam hal ini adalah
‫َو ِع ْش ُرْو َن َيْو ًم ا َأْو َك اَن‬
puluh empat hari. Atau masa haidlnya ‫اْلَح ْيُض َس ْبًعا َف الُّطْهُر َثاَل َث َة‬ kejadian nyata.
lumrah tujuh hari, maka masa sucinya
‫َع َش َر َيْو ًم ا‬ Hal-Hal yang Diharamkan Sebab Haidl dan Nifas
tiga belas hari.

Usia Haidl Ada delapan perkara yang haram )‫(َو َيْح ُر ُم ِباْلَح ْيِض َو الِّنَف اٍس‬
sebab haidl dan nifas. Dalam sebagian ‫َو ِفْي َبْع ِض الُّنَس ِخ َو َيْح ُر ُم‬
redaksi diungkapkan dengan bahasa ‫ُة‬ ‫اِئِض (َثَم اِنَي‬ ‫َع َلى اْلَح‬ disunnahkan bersedekah setengah
“ada delapan perkara yang haram ) ‫َأْش َياَء‬ dinar.
bagi wanita haidl”.
Yang ke delapan adalah bersenang- ‫(َو ) الَّث اِم ُن (اِاْل ْس ِتْم َتاُع ِبَم ا‬
Salah satunya adalah sholat fardlu ‫َأَح ُدَها (الَّص اَل ُة) َفْر ًض ا َأْو‬ senang dengan anggota wanita haidl ‫َبْيَن الُّس َّر ِة َو الُّر ْك َب ِة) ِم َن‬
atau sunnah. Begitu juga sujud tilawah ‫َنْفاًل َو َك َذ ا َس ْج َد ُة الِّتاَل َو ِة‬ yang berada di antara pusar dan lutut. ‫اْلَم ْر َأِة‬
dan sujud syukur.
‫َو الُّشْك ِر‬ Sehingga tidak haram bersenang- ‫َيْح ُر ُم اِاْل ْس ِتْم َتاُع ِبِهَم ا‬ ‫َفاَل‬
Yang kedua adalah puasa fardlu atau ‫(َو ) الَّثاِنَي (الَّص ْو ُم ) َفْر ًض ا‬ senang pada pusar dan lutut, dan
‫ِبَم ا َفْو َقُهَم ا َع َلى اْلُم ْخ َتاِر‬ ‫َو اَل‬
sunnah. ‫َأْو َنْفاًل‬ pada anggota selain keduanya ‫َشْر ِح اْلُمَهَّذ ِب‬ ‫ِفْي‬
menurut qaul yang dipilih di dalam
yang ketiga adalah membaca Al ‫(َو ) الَّث اِلُث (ِق َر اَء ُة اْلُق ْر آِن‬ kitab syarh al Muhadzdzab.
Qur’an. Dan yang ke empat adalah ) ‫َو ) الَّراِبُع (َم ُّس اْلُم ْص ًح ِف‬
memegang mushaf. Mushaf adalah
‫َو ُهَو اْس ٌم ِلْلَم ْك ُت ْو ِب ِم ْن َكاَل ِم‬ Kemudian mushannif menjelaskan ‫ُثَّم اْس َتْطَر َد اْلُمَص ِّنُف ِل ِذ ْك ِر‬
nama benda yang bertuliskan firman
‫ِهللا َتَع اَلى َبْيَن الَّد ْفَتْيِن‬
keterangan yang seharusnya lebih ‫َم ا َح ُّقُه َأْن ُي ْذ َك َر ِفْيَم ا َس َبَق‬
Allah Swt di antara dua tepi. Dan tepat dijelaskan di bab sebelumnya,
‫(َو َح ْم ُلُه) ِإاَّل ِإَذ ا َخاَفْت َع َلْيِه‬ ‫ِفْي َفْص ِل ُم ْو ِج ِب اْلُغ ْس ِل‬
haram membawa mushaf kecuali jika yaitu fasal “hal-hal yang mewajibkan
ia khawatir terhadapnya. mandi”.

Yang kelima adalah masuk masjid ‫(َو ) اْلَخ اِم ُس (ُد ُخ وُل‬ Hal-Hal yang Haram Bagi Orang Junub
bagi wanita haidl jika khawatir ‫اْلَم ْس ِج ِد ) ِلْلَح اِئِض ِإْن َخ اَفْت‬
mengotorinya. ‫َتْلِو ْيَثُه‬ Beliau berkata, “ada lima perkara ‫] (َو َيْح ُر ُم َع َلى اْلُج ُنِب‬1[ ‫َفَقاَل‬
yang haram bagi orang yang junub”. ): ‫َخ ْمَس ُة َأْش َياَء‬
Yang ke enam adalah thowaf fardlu ) ‫(َو ) الَّس اِد ُس (الَّط َو اُف‬
atau sunnah. ‫َفْر ًضا َأْو َنْفاًل‬ Salah satunya adalah sholat fardlu ‫َأَح ُدَها (الَّص اَل ُة) َفْر ًض ا َأْو‬
atau sunnah. ‫َنْفاًل‬
Yang ke tujuh adalah wathi’ / ‫(َو ) الَّساِبُع (اْل َو ْط ُء ) َو ُيَس ُّن‬
bersenggama. Bagi orang yang wathi’ ‫ِلَم ْن َو ِطَئ ِفْي ِإْقَب اِل الَّد ِّم‬ Yang kedua adalah membaca Al ) ‫(َو ) الَّث اِنْي (ِق َر اَء ُة اْلُق ْر آِن‬
di waktu darah keluar deras, maka ‫الَّتَص ُّدُق ِب ِد ْيَناٍر َو ِلَم ْن َو ِط َئ‬
Qur’an, maksudnya yang tidak ‫َأْي َغْيِر َم ْنُس ْو ِخ الِّتاَل َو ِة آَي ًة‬
disunnahkan bersedekah satu dinar. dinusakh, baik satu ayat atau satu ‫َك اَن َأْو َح ْر ًفا ِس ًّر ا َأْو َج ْهًرا‬
‫ِفْي ِإْد َباِر ِه الَّتَص ُّدُق ِبِنْص ِف‬ huruf, baik pelan-pelan ataupun keras.
Dan bagi orang yang wathi’ di waktu
darah keluar tidak deras, maka ‫ِد ْيًناٍر‬
Dikecualikan dengan Al Qur’an, yaitu ‫َو َخ َر َج ِب اْلُقْر آِن الَّت ْو َر اُة‬
kitab Taurat dan Injil. ‫َو اِإْل ْنِج ْيُل‬ Di kecualikan dengan masjid yaitu ‫َو َخ َر َج ِباْلَم ْس ِج ِد اْلَم َداِر ُس‬
madrasah-madrasah dan pondok- .‫َو الُّر ُبُط‬
Adapun dzikiran yang terdapat di ‫َأَّم ا َأْذ َك اُر اْلُق ْر آِن َفَتِح ُّل اَل‬ pondok.
dalam Al Qur’an, maka halal dibaca ‫ِبَقْص ِد ُقْر آٍن‬
tidak dengan tujuan membaca Al Hal-Hal yang Haram Bagi Orang yang Berhadats Kecil
Qur’an.
Kemudian mushannif ‫ُثَّم اْس َتْطَر َد اْلُمَص ِّنُف َأْيًض ا‬
Yang ketiga adalah menyentuh ‫(َو ) الَّثاِلُث (َم ُّس اْلُم ْص َحِف‬ juga istithrad dari menjelaskan hukum- ‫ِم ْن َأْح َك اِم اْلَح َد ِث اَأْلْك َبِر ِإَلى‬
hukum hadats besar pada hukum-
mushaf, dan terlebih membawanya. ‫َو َحْم ُلُه) ِم ْن َباِب َأْو َلى‬ ‫َأْح َك اِم اْلَح َد ِث اَأْلْص َغ ِر‬
hukum hadats kecil.
Yang ke empat adalah thowaf fardlu ) ‫َو اُف‬ ‫(َو ) الَّراِب ُع (الَّط‬
atau sunnah. ‫َفْر ًضا َأْو َنْفاًل‬ Beliau berkata, haram bagi orang yang )‫َفَقاَل (َو َيْح ُر ُم َع َلى اْلٌم ْح ِدِث‬
memiliki hadats untuk melakukan tiga : ‫َح َد ًثا َأْص َغ َر (َثاَل َثُة َأْش َياَء‬
Yang ke lima adalah berdiam diri di ‫اِم ُس (اْلُلْبُث ِفْي‬ ‫(َو ) اْلَخ‬ perkara.
masjid bagi orang junub yang muslim. ‫اْلَم ْس ِج دِ ) ِلُج ُنٍب ُم ْس ِلٍم‬
Yaitu sholat, thowaf, memegang dan ‫الَّص اَل ُة َو الَّط َو اُف َو َم ُّس‬
Kecuali karena darurat, seperti orang ‫ِإاَّل ِلَض ُرْو ُر ٍة َك َمِن اْح َتَلَم ِفْي‬ membawa mushaf. )‫اْلُم ْص َح ِف َو َحْم ُلُه‬
yang mimpi keluar sperma di dalam ‫اْلَم ْس ِج ِد َو َتَع َّذ َر َع َلْي ِه‬
masjid dan dia sulit keluar dari masjid ‫ُخ ُرْو ُج ُه ِم ْن ُه ِلَخ ْو ٍف َع َلى‬ Begitu juga kantong dan peti yang di ‫َو َك َذ ا َخ ِر ْيَط ٌة َو ُص ْنُد ْو ٌق‬
karena khawatir pada diri atau dalamnya terdapat mushaf. ‫ِفْيِهَم ا ُم ْص َح ٌف‬
‫َنْفِس ِه َأْو َم اِلِه‬
hartanya.
Hukumnya halal membawa mushaf ‫َو َيِح ُّل َحْم ُل ُه ِفْي َأْمِتَع ٍة َو ِفْي‬
Adapun lewat di dalam masjid tanpa ‫َأَّم ا ُع ُب ْو ُر اْلَم ْس ِج ِد َم اًّر ا ِب ِه‬ bersamaan dengan harta benda, yang ‫َتْفِس ْيٍر َأْكَثَر ِم َن اْلُق ْر آِن َو ِفْي‬
berdiam diri, maka hukumnya tidak ‫ِم ْن َغْيِر ُم ْك ٍث َفاَل َيْح ُر ُم َب ْل‬ berada di dalam kitab tafsir yang ‫َدَناِنْيَر َو َد َر اِهَم َو َخ َو اِتَم ُنِّقَش‬
haram, bahkan tidak makruh bagi jumlahnya lebih banyak dari pada Al
‫َو اَل ُيْك َر ُه ِفي اَأْلَص ِّح‬ ‫َع َلى ُك ٍّل ِم ْنَها ُقْر آٌن‬
orang junub menurut pendapat al Qur’annya, di dalam dinar, dirham,
Ashah. dan cincin yang berukirkan Al Qur’an.

Mondar mandir di dalam masjid yang ‫َو َت َر ُّدُد اْلُج ُنِب ِفي اْلَم ْس ِج ِد‬ Seorang anak yang sudah tamyiz dan
memiliki hadats, maka tidak dilarang
dilakukan orang yang junub itu ‫ِبَم ْنِز َلِة اْلُلْبِث‬
seperti berdiam diri di dalam masjid. menyentuh mushaf dan papan karena
tujuan membaca dan belajar Al
Qur’an.

Anda mungkin juga menyukai