”M”
POST LAPARATOMI SURGICAL STAGING DENGAN CA
OVARIUM III C HARI KE 1 DENGAN TINDAKAN
PENGELOLAAN BENDA TAJAM DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH PROVINSI NTB
TAHUN 2022
Oleh:
1
LEMBAR PENGESAHAN
Mahasiswa
NIM.
Mengetahui,
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM :-
Mataram,…………………..2022
Mahasiswa
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT atas petunjuk dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Keterampilan Dasar Praktek Klinik
(KDPK) dengan judul asuhan kebidanan pada ny.”M” post laparatomi
surgical staging dengan ca ovarium III c hari ke 1 dengan tindakan
pengelolaan benda tajam di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB ini.
1. Pada penulisan laporan Keterampilan Dasar Praktek Klinik (KDPK)
ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada, Drs. H. Muh. Nagib,
M. Kes, selaku Ketua STIKes Hamzar Lombok Timur
2. Nyoman Tribuana. T.D, S.ST, selaku Kepala Ruangan VK Teratai
RSUD Provinsi NTB
3. Eka Faizaturrahmi, S.ST.,M.Kes, selaku Ketua Program Studi S1
Pendidikan Bidan
4. Nurlathifah N.Yusuf, S.ST.,M.Keb selaku dosen Pembimbing yang
telah memberikan motivasi, arahan dan keluangan waktu dalam
penyelesaian laporan kasus ini.
5. Ni Kadek Sinta C.S.L Amd.,Keb selaku Pembimbing klinik yang
telah banyak memberikan motivasi, arahan dan keluangan waktu
dalam dalam penyelesaian laporan ini.
6. Teman-teman, mbak-mbak dan ibu-ibu seangkatan sealmamater
yang selalu saling memberi motivasi.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang
membangun. Akhirnya, semoga laporan KDPK ini dapat menambah
wawasan mengenai Asuhan dengan Keterampilan Dasar Praktek Klinik.
(KDPK) Kebidanan.
iv
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………….i
HALAMAN JUDUL………………………………………………………ii
LEMBAR PERSETUJUAN………………………………………………iii
KATA PENGENTAR……………………………………………………..iv
DAFTAR ISI………………………………………………………………..v
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………..1
A. Latar Belakang…………………………………………………………...1
B. Tujuan…………………………………………………………………….2
A.Definisi……………………………………………………………..3
1.Sampah Medis……………………………………………………..3
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................29
BAB V PENUTUP………………………………………………………...32
A.KESIMPULAN…………………………………………………32
B. SARAN…………………………………………………………33
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..34
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan
kesehatan secara keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif
maupun preventif serta menyelenggarakan pelayanan rawat jalan dan
rawat inap juga perawatan di rumah. Di samping itu, rumah sakit
juga berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan
tempat penelitian (Adisasmito, 2009:2).
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan bagi
masyarakat. Selain membawa dampak positif, rumah sakit juga
membawa dampak negatif yaitu menghasilkan sampah selama
kegiatannya, salah satunya sampah medis. Sampah medis rumah
sakit dikategorikan sebagai sampah bahan berbahaya dan beracun
(B3) dengan kode sampah D227 seperti disebutkan dalam Lampiran
I PP No. 18 Tahun 1999 dan PP 85 Tahun 1999. Yang termasuk
sampah medis antara lain sampah infeksius, patologi, benda tajam,
farmasi, sitotoksis, kimia, radioaktif, kontainer bertekanan, dan
sampah dengan kandungan logam yang berat yang tinggi (Ditjen PP
& PL, 2006).
Rumah sakit dapat dianggap sebagai mata rantai penyebaran
penyakit menular karena sampah menjadi tempat
berkembangbiaknya mikroorganisme penyebab penyakit dan sarang
serangga serta tikus. Di samping itu kadang-kadang dapat
mengandung bahan kimia beracun dan benda-benda tajam yang
dapat menimbulkan penyakit atau cidera (Djuhaeni, 2007: 5).
Sampah medis benda tajam dapat menyebabkan luka gores
maupun luka tusuk tetapi juga menginfeksi luka jika terkontaminasi
patogen. Karena memiliki potensi cedera dan menularkan penyakit,
benda tajam termasuk dalam kelompok sampah yang sangat
berbahaya. Infeksi yang ditularkan melalui subkutan lewat agent
penyebab penyakit. Jarum suntik merupakan bagian yang penting
1
dalam sampah medis benda tajam dan berbahaya karena sering
terkontaminasi darah pasien (A.Pruss dkk, 2005: 22). Oleh karena itu
pentingnya memiliki kemampuan dalam mengelola benda tajam
sesuai dengan tempat dan cara melakukannya.
Sub instalasi sanitasi RSUD Provinsi NTB membuat SOP
(Prosedur Tetap) mengenai pemisahan sampah. Petugas kebersihan
melapisi bagian dalam tempat sampah dengan kantong plastik sesuai
jenisnya, yaitu: (1) kantong plastik kuning untuk sampah medis
umum (non sitostatik, non radioaktif, non suntik bekas), (2) kantong
plastik hitam untuk sampah non medis, dan (3) untuk sampah medis
bekas suntik dimasukan ke dalam kotak SAFETYBOX.
Untuk dapat memenuhi kebutuhan secara holistik ini dalam
pengelolaan benda tajam terutama setelah kontak dengan pasien,
diperlukan keahlian dan keterampilan dasar praktek klinik yang
kompeten.
B. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui cara melakukan pengelolaan benda tajam di
RSUDP NTB
Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi limbah: padat, cair, tajam, infeksius atau
non infeksius
2. Untuk mengetahui cara pemisahan benda tajam dengan sampah
medis lainnya
3. Untuk mengetahui tempat penampungan khususnya pada limbah
benda tajam
4. Untuk mengetahui cara packing yang baik dan benar pada
limbah benda tajam
5. Untuk mengetahui cara penyimpanan, pengangkutan,
penanganan/pemusnahan, dan penanganan jika terkontaminasi.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
1. Sampah medis
Sampah medis adalah yang berasal dari pelayanan medis,
perawatan, gigi, veterinari, farmasi atau sejenis, pengobatan,
perawatan, penelitian atau pendidikan yang menggunakan bahan-
bahan beracun, infeksius berbahaya atau bisa membahayakan
kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu. Bentuk sampah
medis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang
terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan sebagai berikut
meurut Adisasmito, 2007 (dalam ST. Hardianty S, 2013).
2. Sampah medis benda tajam
Sampah medis benda tajam adalah obyek atau alat yang
memiliki sudut tajam, /sisi, ujung atau bagian menonjol yang
dapat memotong atau menusuk kulit, seperti jarum hipodermik,
perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau
bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan
dapat menyebabkan cidera melalui sobekan atau tusukan.
Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh
darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi dan beracun bahan
sitotoksik atau radioaktif. Sampah medis benda tajam
mempunyai potensi bahaya tambahan yang dapat menyebabkan
infeksi atau cidera karena mengandung bahan kimia beracun atau
radioaktif. Potensi untuk menularkan penyakit akan sangat besar
bila benda tajam tadi digunakan untuk pengobatan pasien infeksi
atau penyakit infeksi (Ditjen PP & PL, 2005: 38).
Menurut Kristina (2014) menyatakan bahwa sampah medis
benda tajam adalah materi padat yang memiliki sudut tajam
kurang dari 90 derajat, sisi, ujung atau bagian menonjol yang
dapat memotong, mengiris dan menusuk kulit. Misalnya: jarum
suntik, perlengkapan intervena, pipet pasteur, kaca sediaan atau
preparat gelas, infuse set, ampul atau vial obat, pisau bedah.
3
Selain itu meliputi benda-benda tajam yang terbuang yang
mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan
mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif.
Dalam Pedoman bersama International Labour Organization
dan World Health Organization (ILO dan WHO) tentang
Pelayanan Kesehatan dan HIV atau AIDS disebutkan bahwa
rumah sakit harus membuat prosedur untuk menangani dan
membuang benda tajam, termasuk alat suntik, dan memastikan
bahwa pelatihan, pemantauan dan evaluasi penerapannya
dilaksanakan dengan baik. Prosedur tersebut harus mencakup:
(1) penempatan wadah harus tahan tusukan dan diberi tanda
dengan jelas untuk membuang benda-benda tajam ditempatkan
sedekat mungkin ke daerah dimana benda-benda tajam tersebut
digunakan atau ditemukan, (2) penempatan ulang yang teratur
dari wadah benda-benda tajam sebelum mereka mencapai garis
isi dari manufaktur atau bila mereka sudah setengah penuh;
wadah harus ditutup sebelum dibuang, (3) pembuangan dari
benda tajam yang tidak bisa dipakai ulang dalam wadah yang
ditempatkan dengan aman, yang memenuhi peraturan nasional
yang relevan dan pedoman tehnisi, (4) hindari penutupan ulang,
dan bila penutupan jarum diperlukan, gunakan tehnik sekop
dengan satu tangan, (5) tanggung jawab untuk pembuangan yang
benar oleh orang yang menggunakan benda-benda tajam, (6)
tanggung jawab untuk pembuangan yang tepat dan melaporkan
setiap kejadian oleh setiap orang yang menemukan benda tajam
(ILO dan WHO, 2005: 26).
3. Proses Pembuangan Sampah Medis Benda Tajam
a. Pengelolaan Sampah Medis Benda Tajam
Dalam Kepmenkes RI Nomor
1204/Menkes/SK/X/2004 disebutkan bahwa dalam
pengelolaan sampah medis benda tajam terdapat enam
tahapan, yaitu: (1) pemilahan (2) pewadahan, (3)
4
pemanfaatan kembali dan daur ulang, (4) pengumpulan dan
pengangkutan, (5) pengolahan dan pemusnahan, dan (6)
pembuangan akhir.
b. Pemilahan Sampah Medis Benda Tajam
Pemilahan sampah sesuai jenis dan karakteristiknya
merupakan langkah awal prosedur pembuangan yang benar.
Pemilahan sampah medis yang berbahaya dari semua sampah
pada tempat penghasil sampah merupakan kunci
pembuangan yang baik. Pemilahan sampah harus sesuai jenis
dan karateristiknya sehingga akan mengurangi kemungkinan
kesalahan petugas dalam penanganannya (Ditjen PP & PL,
2005: 44).
Pemilahan sampah harus dimulai dari sumber yang
menghasilkan sampah. Jarum dan syringers harus dipisahkan
agar tidak dapat digunakan kembali untuk mengurangi risiko
terjadinya cedera, setelah sudah dirasa aman sampah tersebut
dimasukan ke dalam kontainer khusus benda tajam (A. Pruss
dkk, 2005: 64). Jarum suntik bisa disediakan safety box di
tempat dilakukan tindakan. Setelah menyuntik, suntik
langsung dimasukan ke dalam safety box tanpa menutup
kembali. Jarum suntik juga bisa menggunakan needle cutter
atau needle destroyer untuk memisahkan siringe dengan
spoitnya (PERMENKES 7/2019 tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit dan Permen LHK no. P56 th.
2015).
5
c. Pewadahan Sampah Medis Benda Tajam
Sampah medis benda tajam harus dikumpulkan
bersamaan baik yang terkontaminasi ataupun yang tidak.
Sampah medis benda tajam harus dimasukan ke dalam
wadah yang antirobek (A. Pruss dkk, 2005: 57).
Sampah medis benda tajam hendaknya ditempatkan
dalam kontainer benda tajam yang dirancang cukup kuat,
tahan tusukan dan diberi label dengan benar. Desain dan
konstruksi kontainer hendaknya sedemikian untuk
mengurangi kemungkinan cidera bagi orang yang menangani
pada saat pengumpulan dan pengangkutan sampah benda
tajam itu. Label untuk sampah benda tajam termasuk simbol
biohazard (Ditjen PP & PL, 2005: 38).
Kontainer khusus benda tajam harus antirobek, kokoh
dan impermiabel agar dapat menahan benda tajam.
Kontainer biasanya terbuat dari logam atau plastik yang
berdensitas tinggi dan pas dengan tutupnya. Kontainer harus
tahan banting (sulit dibuka atau dipecahkan). Umumnya
kontainer untuk sampah medis berwarna kuning dan diberi
label “BENDA TAJAM” (A.Pruss dkk, 2005: 64).
6
Kontainer benda tajam yang sudah tertutup rapat
dimasukan ke dalam kantong kuning berlabel untuk sampah
medis infeksius sebelum diangkut. Pengumpulan dari tiap
ruangan dilakukan setiap hari dan diangkut ke lokasi
penampungan dengan menggunakan gerobak atau troli
khusus yang tertutup (A. Pruss dkk, 2005: 67).
7
Insinerator untuk sampah medis rumah sakit dioperasikan
pada suhu antara 9000C dan 12000C (A. Pruss dkk, 2005:
87). Perlu diperhatikan lokasi penempatan insinerator yang
berkaitan dengan jalur pengangkutan sampah, jalur
pembuangan abu, dan sarana gedung untuk melindungi
insinerator dari bahaya kebakaran (Chandra, 2006: 199).
10
imunisasi typhoid, dan imunisasi hepatitis (A. Pruss dkk,
2005: 153).
4) Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, periodik,
dan khusus, termasuk bila perlu, pemeriksaan biologis
dan radiologi, pemeriksaan tersebut harus menjamin
pengamatan khusus pada golongan pekerja tertentu,
misalnya wanita (Koesyanto dan Sugiharto, 2006: 51).
5) Pencatatan dan Pelaporan
Pengelolaan sampah medis harus diselenggarakan
dengan baik dan tertib untuk mengendalikan risiko yang
mungkin ditimbulkan, baik terkait aspek kesehatan
maupun legal serta berfungsi pula untuk pengukuran
kinerja pengelolaan sampah medis. Sistem pencatatan
yang perlu dilakukan meliputi (1) buku pencatatan harian
berupa sampah yang dihasilkan, (2) buku pencatatan
insiden berupa kecelakaan kerja yang terjadi pada
petugas dan deskripsi singkat kejadian, (3) buku
pencatatn perjalanan mengenai jenis dan volume apabila
sampah diangkut ke lokasi pengolahan yang lain.
Informasi mengenai kegiatan pengelolaan sampah perlu
dilaporkan kepada instansi terkait seperti pimpinan
layanan kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten atau
Kota, dan Bapelda Kabupaten atau Kota (Ditjen PP &
PL,2005: 65).
Menurut (Depkes & Kessos RI, 2000: 77)
pencegahan terhadap bahaya potensial dari sampah medis
benda tajam yaitu: (1) menggunakan alat suntik sekali
pakai, (2) jangan tutup kembali atau menyentuh jarum
suntik yang telah dipakai tapi langsung dibuang ke
tempat yang telah disediakan (sebaiknya menggunakan
destruction clip), dan (3) bekerja dibawah pencahayaan
11
yang cukup.
B. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Pengertian manajemen kebidanan Manajemen kebidanan adalah
pendekatan yang dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan
kebidan dengan menggunakan metode pemecahan masalah
(Nurhayati, dkk, 2012).
2. Tahapan Dalam Manajemen Asuhan Kebidanan. Varney
mengatakan bahwa seorang bidan perlu lebih kritis melakukan
analisi dalam menerapkan manjemen untuk mengantisipasi
diagnosis dan masalah potensial (Nurhayati, dkk, 2013).
Varney kemudian menyempurnakan proses kebidanan menjadi
tujuh langkah yaitu: a.) Pengkajian/ Pengumpulan Data Dasar, b.)
Identifikasi Diagnosis, c.) Antisipasi Timbulnya Diagnosis atau
Masalah Potensial, d.) Perlunya Tindakan Segera Dan Kolaborasi,
e.) Rencana Asuhan Sesuai Kebutuhan, f.) Implementasi
Langsung untuk Memenuhi Kebutuhan.
C. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)
Dokumentasi SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment, Planning)
1. Pembuatan grafik metode SOAP merupakan pengelolaan
informasi yang sistematis yang mengatur penemuan dan konklusi
kita menjadi suatu rencana asuhan.
2. Metode ini merupakan inti sari dari proses penatalaksanaan
kebidanan guna menyusun dokumentasi asuhan.
3. SOAP merupakan urutan langkah yang dapat membantu kita
mengatur pola pikir kita dan memberikan asuhan yang
menyeluruh.
SUBJEKTIF
1. Pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesis.
2. Berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien
(ekspresi mengenai kekhawatiran dan keluahannya)
3. Pada orang yang bisu, dibelakang data diberi tanda “0” atau
“X”
OBJEKTIF
13
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN
I. PENGKAJIAN DATA
A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama Ibu : Ny. M Nama Suami : Tn. M
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan nyeri pada luka bekas operasi, ibu sudah bisa
miring kanan-kiri dan duduk sedikit-dikit
3. Riwayat Keluhan
a. Keluhan di rasakan setelah operasi tanggal 12 Desember
2022 hingga saat ini.
b. Sifat keluhan hilang timbul
c. Lokasi keluhan di daerah abdomen (daerah bekas luka
operasi)
d. ibu merasa cemas dengan keadaanya
14
e. Upaya ibu untuk mengatasi keluhan yaitu dengan istirahat
(berbaring dalam posisi terlentang)
4. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU
a. Ibu tidak pernah menderita penyakit hipertensi, jantung,
DM, hepatitis maupun penyakit menular lainya.
b. Tidak ada riwayat ketergantungan obat-obatan dan
Alkohol.
c. Tidak ada riwayat alergi
5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Tidak ada penyakit menular dan turunan dalam keluarga
6. RIWAYAT REPRODUKSI
1) Riwayat haid
a. Menarche : Umur 14 tahun
b. Siklus Haid : 28-30 hari
c. Lamanya : 5-7 hari
d. Dismenorhea : ada, setiap hari pertama sampai hari
kedua haid
2) Riwayat Gynekologi
a. Ibu pernah mengalami STGO ( Supect Tumor Ganas
Ovarium).
b. Ibu tidak pernah mengalami infeksi organ reproduksi.
c. Ibu tidak pernah menderita penyakit kelamin.
3) Riwayat KB
Ibu pernah menjadi akseptor KB suntik 3 bulan
7. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar
1) Kebutuhan Nutrisi
Kebiasaan :
a. Menu makan nasi dan lauk pauk
b. Frekuensi makan 3 x sehari
c. Nafsu makan baik
d. Kebutuhan minum ± 6–7 gelas /hari
Setelah operasi hari ke I :
15
a. Menu makan bubur
b. Frekuensi 2 x sehari
c. Nafsu makan kurang baik
d. Kebutuhan minum ± 6–7 gelas / hari
8. Kebutuhan Eliminasi
Kebiasaan :
1) Frekuensi BAK 4–5 x sehari
2) Warna kuning jernih
3) Bau amoiak
4) Frekuensi BAB 1 kali sehari
5) Konsisten padat
Setelah operasi Hari ke I:
9. Personal Hygiene
Kebiasaan :
1) Mandi 2x sehari dengan menggunakan sabun mandi
2) Sikat gigi 2x sehari
3) Keramas 2-3x seminggu
4) Mengganti pakaian tiap habis mandi
Setelah operasi hari ke I :
16
Klien dapat tidur apabila tidak nyeri pada daerah bekas
luka operasi namun masih belum merasa nyaman
11. Riwayat Psikologi, Spiritual dan Ekonomis
1) Klien menerima keadaanya dan setelah operasi ini klien
berharap agar cepat sembuh
2) Ibu dapat beradaptasi dengan keadaan dan lingkungannya
3) Biaya operasi ditanggung oleh suami dan BPJS.
4) Penghasilan suami dirasakan cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : composmenitis
c. TTV
TD : 120/80 mmHg RR : 19x/menit
N : 80x/menit S : 36,3
SPO2 : 97% DC : ± 200 ml
Drainase : ±800ml
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Inspeksi : kulit kepala bersih, rambut hitam dan
bergelombang, tidak mudah dicabut.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, benjolan maupun massa.
b. Wajah
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, wajah nampak pucat
dan meringis apabila menggerakkan badannya.
Palpasi : tidak ada oedema dan nyeri tekan
c. Mata
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah
muda dan sklera tidak ikterus.
d. Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran pada kelenjar thyroid.
17
Palpasi : tidak ada pembengkakan kelenjar lymfe dan vena
jugularis.
e. Payudara
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, puting susu menonjol
dan terbentuk, hyperpigmentasi pada areola mammae.
Palpasi : tidak ada massa dan nyeri tekan
f. Abdomen
Inspeksi : tampak luka bekas operasi tertutup verban
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada luka bekas operasi
g. Genitalia
Inspeksi : terdapat pengeluaran darah didaerah genetalia
tidak banyak, tidak berbau, kondisi ibu sudah lebih
membaik sehingga kateter dapat dilepaskan saat ini juga.
Palpasi : tidak ada oedema dan kelenjar bartolini.
h. Anus
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada varices
i. Eksteremitas
Atas
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, terpasang infus RL 20
Tpm di kanan dan NaCL yang di aff infus pada tangan
sebelah kiri
Bawah
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : tidak ada oedema dan varices
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium Post Operasi
- Haemoglobin : 10,5 gr/dl%
- HbSAg : –
b. Instruksi residen terapi injeksi lanjut :
- PCT infus 1000 ml/ 8jam
18
- Cefadroxil 500mg /12 jam / Oral
-Asam Traneksamat 500 mg / 8 jam / IV
- Ketorolac 1 amp / 8 jam / IV
1. Diagnosa
a. Post Laparatomi Surgical Staging dengan CA Ovarium III C hari
I dengan tindakan pengelolaan benda tajam di Rumah Sakit
Umum Daerah Provinsi NTB
b. Data subjektif
- Ibu mengatakan dioperasi tanggal 12 Desember 2022 malam
- Ibu mengatakan masih merasakan nyeri luka setelah operasi
- Keluhan dirasakan sejak setelah operasi
c. Data objektif
- Keadaan umum ibu baik
- Kesadaran komposmentis
- Tampak pengeluaran darah sedikit, ibu terpasang kateter dan
melihat dari kondisi ibu yang cukup membaik, kateter yang
terpasang dapat dilepaskan
- Pengkajian tanggal 13 Desember 2022 jam 10.15 Wita
d. Analisis dan Interpretasi Data
Laparatomi merupakan prosedur pembedahan yang
melibatkan suatu insisi pada dinding abdomen hingga ke cavitas
abdomen (Sjamsurihidayat dan Jong, 2010). tindakan bedah
obgyn yang sering dilakukan dengan tindakan laparatomi adalah
berbagai jenis operasi pada uterus, operasi pada tuba fallopi, dan
operasi ovarium, yang meliputi hissterektomi, baik histerektomi
19
total, radikal, eksenterasi pelvic, salpingooferektomi bilateral
(Smeltzer, 2014). Masalah yang timbul biasanya timbul rasa
nyeri, terapi maupun tindakan yang diberikan pada pasien
merupakan hasil kolaborasi antara bidan, dokter serta tim
perawat. Pemberian terapi pre dan post operasi yang diberikan
melalui injeksi sangat perlu diperhatikan, tertutama spuit yang
digunakan harus 1 kali pemakaian tidak diperbolehkan 1 spuit
untuk beberapa pasien dan spuit yang sudah terpakai langsung di
buang pada khusus limbah benda tajam yaitu safetybox.Sehingga
menghindari terjadinya kecelakaan tindakan. Limbah benda tajam
yang telah digunakan untuk pemberian obat pada pasien setelah
digunakan harus dilakukan pemilahan, pewadahan, pemanfaatan
kembali dan daur ulang jika bisa, pengumpulan dan
pengangkutan, pengolahan dan pemusnahan serta pembuangan
akhir. Pelaksanaan tersebut dapat membantu pasien dan petugas
terhindar dari dampak negatif dari limbah tajam tersebut.
2. Masalah Aktual
Diagnosis : Post Laparatomi Surgical Staging dengan CA Ovarium III
C hari I dengan tindakan pengelolaan benda tajam di Rumah Sakit
Umum Daerah Provinsi NTB oleh karena Nyeri Pada luka operasi
a. Data subjektif
- Ibu mengatakan ada jahitan pada bagian perut
-Ibu mengatakan nyeri pada luka bekas operasi
-Ibu mengatakan sakitnya hilang timbul
b. Data objektif
-Ekspresi wajah ibu tampak meringis saat bergerak
-Tampak luka operasi tertutup kasa steril pada abdomen
-Tingkat nyeri sedang
c. Analisa dan interpretasi Data
Terputusnya continuitas jaringan akan melepaskan hormon
vasilitator yang merangsang saraf perifer ke hipotalamus sehingga
20
terjadi feedback ke dalam tubuh melalui saraf efferent sehingga
dipersepsikan sebagai nyeri (Nunung, Dkk, 2013).
3. Kecemasan
a. Data subjektif
- Ibu mengatakan merasa cemas dengan keadaan yang dialaminya
- Ibu sering menanyakan tentang keadaanya.
b. Data objektif
Ekspresi ibu tampak murung dan meringis bila ditekan pada daerah
abdomen
c. Analisa dan interpretasi data
Kurangnya pengetahuan tentang keadaanya menyebabkan timbul
rasa takut yang merangsang hipotalamus untuk menghasilkan
hormon adrenalin serta kurangnya pengetahuan dan informasi
dapat mempengaruhi mekanisme koping dalam menghadapi
konsinya sehingga cemas dipersepsikan. Cemas yang timbul pada
pasien harus diminimalisir dengan penjelasan yang tepat oleh
petugas kesehatan yang merawat dengan memberikan informasi
pada saat mengecek kondisi pasien dan pada saat petugas
memberikan obat berupa oral atau injeksi. Petugas harus mampu
menjelaskan bahwa dalam pemberian obat yang disuntikkan pada
pasien menggunakan alat yang steril ata 1x pakai sehingga dalam
proses perawatan tidak dikhawatirkan terkontaminasi oleh pasien
yang lain, jarum yang sudah digunakan untu menyuntik pasien
langsung dibuang pada safetybox dengan prinsip memilah,
pewadahan, pengumpulan dan pengangkutan, pengolahan dan
pemusnahan, serta pembuangan terakhir sehingga dari pelaksanaan
tersebut tidak dikhawatirkan terinfeksi dan penyembuhan pasien
semakin baik.
LANGKAH III IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH
POTENSIAL
Masalah Potensial : Antisipasi terjadinya infeksi luka operasi
a. Data subjektif
21
- Ibu dioperasi tanggal 12 Desember 2022
- Ibu mengatakan nyeri pada luka bekas operasi
b. Data objektif
- Tampak luka bekas operasi tertutup kain kasa
- Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/ menit
Pernafasan : 19x/ menit
Suhu : 36,3˚C
SPO2 : 97%
c. Analisa dan interpretasi data
Adanya luka operasi merupakan pintu masuknya kuman
pathogen dan menjadi tempat untuk berkembangnya
mikroorganisme sehingga dapat menimbulkan infeksi (Sarwono
Prawirohardjo, 2011).
22
sampai dengan 90x/menit Pernapasan = 16 sampai
dengan 24x/menit
c. Tidak ada keluhan rasa nyeri
d. Ekspresi wajah ibu tidak meringis
e. Luka bekas operasi di tutup dengan kasa kering dan
bersih
f. Tidak ada tanda-tanda infeksi (bengkak, kemerahan,
nyeri, panas, ada pus)
Intervensi tanggal 13 Desember 2022 jam 10:15 Wita
1. Ucapkan selamat kepada ibu atas berhasilnya tindakan operasi yang telah
dilalui oleh ibu
2. Observasi Keadaan Umum ibu
3. Observasi Tanda-tanda vital
4. Observasi dengan membersihkan daerah alat genetalia dan melihat
pengeluaran darah serta membantu melepaskan kateter karena kondisi
ibu cukup baik dan mempersiapkan alat. Selanjutnya membuang spuit
yang telah digunakan mengambil cairan pengunci pada kateter dibuang
pada safety box dengan membuang cairan yang telah disedot terlebih
dahulu. Benda tajam yaitu spuit yang digunakan untuk pemberian terapi
pada ibu setelah terapi diberikan, spuit langsung dibuang pada tempatnya
dengan melakukan pemilahan dengan limbah lainnya, pewadahan
sampah, dilanjutkan pengumpulan dan pengangkutan jika telah
terkumpul minimal ¾ bagian dari box yang tersedia, pengolahan dan
pemusnahan sampah medis benda tajam, serta pembuangan akhir sesuai
SOP yang berlaku dilingkup Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB.
5. Anjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang lunak bergizi seperti sayur-
sayuran dan mengandung protein, karbohidrat, vitamin
6. Jelaskan ibu penyebab nyeri
7. Observasi tanda-tanda infeksi pada luka operasi
8. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
9. Konseling tentang personal hygiene dan ajarkan pada ibu cara perawatan
luka
23
10. Observasi pemberian cairan infus dan melakukan pelepasan infus
pada tangan sebelah kiri yaitu cairan NACL yang sudah tidak terpakai
lagi dan cairan RL pada lengan kanan di pertahankan
11. Observasi pengeluaran urin sebelum dilepaskan kateternya. Saat ini
ibu sudah lebih membaik untuk dilepaskan kateternya.
12. Anjurkan ibu untuk mobilisasi secara bertahap dan teratur
13. Gunakan teknik aseptic dan antiseptic dalam melakukan tindakan
14. Berikan terapi sesuai jadwal pemberian
LANGKAH VI IMPLEMENTASI
24
pengumpulan dan pengangkutan jika telah terkumpul minimal ¾
bagian dari box yang tersedia, pengolahan dan pemusnahan sampah
medis benda tajam, serta pembuangan akhir sesuai SOP yang
berlaku dilingkup Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB.
Hasil: ibu merasa lebih nyaman dan spuit yang digunakan dibuang di
safety box dan pengolahan benda tajam yang digunakan untuk
pemberian terapi disesuaikan dengan SOP yang ada dilingkup
RSUD Provinsi NTB.
5. Menganjurkan ibu mengkonsumsi makanan lunak yang bergizi
seperti sayur-sayuran dan mengandung protein, karbohidrat, vitamin
Hasil : ibu mengerti dan mau melaksanakannya
6. Menjelaskan ulang penyebab nyeri yaitu karena terputusnya
kontinuitas jaringan otot, dan serabut akibat dari rangsangan otot
abdomen yang berlebihan saat operasi dengan adanya luka ini maka
dapat merangsang ujung-ujung saraf sehingga timbulnya nyeri.
Hasil : ibu telah memahami keadaanya
7. Mengobservasi tanda-tanda infeksi pada luka bekas operasi
Hasil : verban tampak kering dan tidak ada tanda-tanda infeksi
8. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
Hasil : Tidur siang 1-2 jam, Tidur malam 7-8 jam
9. Memberikan penjelasan tentang personal hygiene yaitu mengganti
pembalut minimal 3x sehari dan pakaian bila basah/ kotor.
Hasil : Ibu sudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan
bersedia melakukan nya.
10. Mengobservasi pemberian cairan infus RL dan melepaskan cairan
infus NaCL pada tangan sebelah kiri. Selanjutnya flabot infus dan
transfuse set dibuang terpisah pada wadah yang telah disediakan.
Hasil : keadaan ibu merasa lebih baik dan ibu merasa nyaman,
sampah medis telah terbuang sesuai pewadahannya.
11. Mengobservasi pengeluaran urine dan kondisi ibu terlihat lebih baik
sehingga dianjurkan oleh petugas untuk melepaskan kateter ibu
25
Hasil : urine sebanyak 200 ml tertampung didalam urine bag, urine
sudah dibuang dan kateter sudah dilepaskan, spuit 10cc yang
digunakan untuk sedot pengunci cairan telah dibuang di safety box.
12. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi secara bertahap dan teratur
Hasil : ibu sudah bisa melakukan gerakan di tempat tidur dengan
miring ke kiri dan ke kanan dan segera latihan duduk.
13. Menggunakan teknik aseptic dan antiseptic dalam melakukan
tindakan Hasil : telah dilakukan tekhnik aseptik dan antiseptik
14. Memberikan dosis pemberian terapi oral dan injeksi sesuai advice
Hasil : PCT infus 3x1, tramadol injek 3x1, ketorolac injeksi 3x1,
cefahidroxil tab, injeksi kalnex 3x1. Obat injeksi yang telah
diberikan selanjutnya spuit yang digunakan ketika pemberian obat
langsung dibuang pada safety box yang telah tersedia disetiap
ruangan sehingga tidak mencederai pasien maupun petugas. Benda
tajam seperti spuit yang digunakan untuk pemberian terapi pada ibu
setelah terapi diberikan, spuit langsung dibuang pada tempatnya
dengan melakukan pemilahan dengan limbah lainnya, pewadahan
sampah, dilanjutkan pengumpulan dan pengangkutan jika telah
terkumpul minimal ¾ bagian dari box yang tersedia, pengolahan dan
pemusnahan sampah medis benda tajam, serta pembuangan akhir
sesuai SOP yang berlaku dilingkup Rumah Sakit Umum Daerah
Provinsi NTB. Tindakan tersebut dapat membantu meminimalisir
kecelakaan terjadi dan diharapkan pemulihan pasien meningkat.
26
- TTV dalam batas normal : Tekanan darah : 120/80 mmHg Nadi :
0 menit Pernafasan : menit Suhu : 36,3 C SPO2: 97%
drainase : 800ml DC : 200 ml
3. ibu makan dan minum sesuai yang telah disedikan RSUD Provinsi
NTB
4. Ibu dapat beristirahat dengan tenang
5. Infus yang terpasang pada lengan sebelah kiri yaitu cairan NaCL
dilepaskan dan cairan RL pada lengan sebelah kanan masih
terpasang, selnjutnya flabot infus dan transfuse set dibuang terpisah
sesuai wadah.
6. Kateter sudah dilepaskan dan spuit 10cc yang digunakan untuk
menyedot cairan pengunci telah dibuang di safety box dengan
membuang cairan terlebih dahulu lalu spuit nya dibuang. Benda
tajam seperti spuit yang digunakan untuk pemberian terapi pada ibu
setelah terapi diberikan, spuit langsung dibuang pada tempatnya
dengan melakukan pemilahan dengan limbah lainnya, pewadahan
sampah, dilanjutkan pengumpulan dan pengangkutan jika telah
terkumpul minimal ¾ bagian dari box yang tersedia, pengolahan dan
pemusnahan sampah medis benda tajam, serta pembuangan akhir
sesuai SOP yang berlaku dilingkup Rumah Sakit Umum Daerah
Provinsi NTB. Tindakan tersebut dapat membantu meminimalisir
kecelakaan terjadi dan diharapkan pemulihan pasien meningkat.
7. Nyeri berkurang, ibu dapat beradaptasi dengan nyeri
8. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (demam, merah, bernanah,
bengkak).
9. Pemberian terapi oral dan injeksi pada ibu telah diberikan sesuai
jadwal pemberian dan spuit yang digunakan untuk injeksi telah
dibuang di safety box yang disediakan disetiap ruangan. Benda tajam
seperti spuit yang digunakan untuk pemberian terapi pada ibu setelah
terapi diberikan, spuit langsung dibuang pada tempatnya dengan
melakukan pemilahan dengan limbah lainnya, pewadahan sampah,
dilanjutkan pengumpulan dan pengangkutan jika telah terkumpul
27
minimal ¾ bagian dari box yang tersedia, pengolahan dan
pemusnahan sampah medis benda tajam, serta pembuangan akhir
sesuai SOP yang berlaku dilingkup Rumah Sakit Umum Daerah
Provinsi NTB. Tindakan tersebut dapat membantu meminimalisir
kecelakaan terjadi dan diharapkan pemulihan pasien meningkat.
28
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan antara teori dan hasil
tinjauan kasus pada pelaksanaan Manajemen Asuhan Kebidanan KDPK
pada Ny.”M” dengan Post Laparatomi Surgical Staging dengan CA
Ovarium III C hari ke-1 dengan tindakan pengelolaan benda tajam di
Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB, Pada tanggal 13 Desember 2022
jam 10.15 wita. Fokus yang dikaji adalah pada pengelolaan benda tajam di
RSUD Provinsi NTB, dimana dalam pengelolahan limbah medis di
wajibkan melakukan pemilihan menurut limbah dan penyimpanannya di
dalam kantong plastic yang berbeda-beda menurut karaktristik dan jenis
limbahnya ( Sari Wulan dari, Dkk, 2021).
29
pembuangan yang baik. Pemilahan sampah harus sesuai jenis dan
karateristiknya sehingga akan mengurangi kemungkinan kesalahan petugas
dalam penanganannya (Ditjen PP & PL, 2005: 44).
31
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
32
B. Saran
3. Bagi Mahasiswa
33
DAFTAR PUSTAKA
http://lib.unnes.ac.id/28047/1/6411411236.pdf
https://sippn.menpan.go.id/pelayanan-publik/kalimantan-barat/kabupaten-
sekadau/rumah-sakit-umum-daerah/standar-pelayana-pengolahan-
limbah-benda-tajam-rumah-sakit
http://repository.poltekkesdenpasar.ac.id/262/8/REPOSITORY%20BAB%2
0II.pdf
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 6, nomor 4,
agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
Ratna Sari Wulandari, Dkk. 183 JKL-UHO (Vol.1, No. 4,Januari 2021)
Sumber: PERMENKES 7/2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit dan Permen LHK no. P56 th. 2015
https://bapelkesjabar.diklat.id/wp-content/uploads/2019/09/MD.1
Pengelolaan-LIMBAH-MEDIS-FASYANKES.pdf
http://repository.poltekkesdenpasar.ac.id/9985/3/BAB%20II%20TINJAUA
N%20PUSTAKA.pdf
http://eprints.uniskabjm.ac.id/3773/1/artikel%20yudisium%20%20mdharma
wan%20ini%20dharma%20ini.pdf
http://repository.poltekkes-
denpasar.ac.id/262/8/REPOSITORY%20BAB%20II.pdf
https://bapelkesjabar.diklat.id/wp-content/uploads/2019/09/MD.1-
Pengelolaan-LIMBAH-MEDIS-FASYANKES.pdf
http://repository.unimus.ac.id/2595/5/BAB%20II.pdf
34