Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEHNIK MOTIVATIONAL INTERVIEWING

Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah


Teori dan Praktik Konseling Humanistik
Dosen Pengampu : Ananda Rachmaniar, M. Pd

Disusun Oleh :

Fauziyah M Husna (2256090)


Regina Fitaloka Trisakti (225609012)
Sany Octaviani (2256090

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PRODI BIMBINGAN KONSELING

MA’SOEM UNIVERSITY

2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur bagi Allah SWT, yang telah memberikan

kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada kami

sehingga dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang “ Tehnik Motivational

Interviewing” tepat pada waktunya. Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan kepada

baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus

berupa ajaran agama yang sempurna.

Dalam penyusunan makalah, kita banyak mendapat tantangan dan hambatan tetapi

dengan semangat, dan kerja sama sesama anggota kelompok kami dan berbagai cara,

tantangan itu bisa teratasi. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah

membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu

Ananda Rachmaniar , M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah atas pemberian tugas ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini. Maka dari itu,

saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Kami berharap semoga makalah ini

dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Rabu, 18 Oktober 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

BAB I...................................................................................................................3

PENDAHULUAN...............................................................................................3

1. Latar Belakang..............................................................................................3

2. Rumusan Masalah.........................................................................................4

3. Tujuan Penulisan...........................................................................................4

BAB II..................................................................................................................5

PEMBAHASAN..................................................................................................5

A. Pengertian Motivational Interviewing..........................................................5

B. Komponen-komponen Motivational Interviewing........................................7

C. Prinsip-prinsip Tehnik Motivational Interviewing.......................................8

D. Pelaksanaan Tehnik Motivational Interviewing...........................................9

BAB III..............................................................................................................16

PENUTUP.........................................................................................................16

Kesimpulan.......................................................................................................16

Saran..................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknik Motivational Interviewing atau yang dikenal dengan teknik “wawancara

motivasi” adalah pendekatan konseling berorientasi solusi yang digunakan untuk

menciptakan motivasi internal individu serta dapat menyelesaikan ambivalensi

individu. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan meningkatkan motivasi klien

mengenai perubahan yang pasti secara terus-menerus (Miller & Rollnick, 2009).

Menerapkan prinsip-prinsip motivational interviewing menekankan kekuatan sumber

daya dan harapan konselor. Tujuan yang sebenarnya dari teknik wawancara motivasi

adalah untuk menemukan motivasi dalam diri seseorang klien mampu bergerak untuk

berubah. Proses teknik wawancara motivasi melibatkan teknik yang dieksplorasi oleh

konselor saat berbicara dengan klien agar secara tidak langsung klien dapat berbicara

pada dirinya sendiri untuk tujuan perubahan (Kurniati, 2018).

Teknik wawanacara motivasi (MI) memiliki empat elemen penting termasuk

prinsip-prinsip wawancara motivasi diantaranya yang terdiri dari open-ended question

atau pertanyaan terbuka, affirmation atau afirmasi, reflecting skill atau keterampilan

merefleksikan dan summering atau rangkuman yang disingkat dengan (OARS) dan

perubahan. Keempat elemen ini harus ada pada implementasi dan kemudian dapat

digabungkan untuk kesimpulannya membentuk perubahan atau sebuah pernyataan

dari konseli sendiri yang menunjukkan bahwa mereka telah mencapai titik positif

terhadap perubahan sebelumnya. Miller dan Rollnick mengidentifikasi empat metode

wawancara motivasi atau wawancara motivasi ini antara lain ialah mengembangkan

diskrepansi (konselor membantu klien dengan terampil dalam menjelaskan pikiran,

perasaan, konselor meminta klien untuk menggambarkan aktivitas sehari-hari mereka,

4
menyampaikan empati dan menunjang efikasi diri dan menerima resistensi. Wawancara

motivasi membuat seseorang konstruktif yang memiliki kekuatan dan keinginan untuk

berubah. Individu memiliki motivasi intrinsik yaitu motivasi yang berasal dari dalam

diri setiap orang dan dapat dimunculkan dari dalam diri untuk membentuk suatu

kekuatan energik ketika memechkan masalah. Dalam Motivational Interviewing

tersebut, individu dikatakan bermasalah ketika didalam dirinya terdapat perasaan

ambivalensi. Ambivalensi merupakan perasaan yang bertentangan sekaligus. Maka dari

itu Motivational Interviewing dapat digunakan sebagai teknik untuk memberikan dan

membangkitkan motivasi individu dalam suatu masalah dan dalam masalah tersebut

harus mengupayakan bentuk penyelesaian permasalahan hukum yang sesuai dengan

tindakan kejahatan yang dilakukan. Ketika anak tertangkap telah melakukan tindak

pidana kasus yang anak hadapi dapat diselesaikan melalui proses hukum formal

maupun upaya diversi atau pengalihan jalur hukum formal ke non formal berdasarkan

kategori berat atau tidaknya tindak pidana yang telah dilakukan (Hambali, 2019).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah Pengertian dari Tehnik Motivational Interviewing ?

2. Bagaimana Komponen-komponen dari Motivational Interviewing ?

3. Bagaimana Prinsip dari Motivational Interviewing ?

4. Bagaimana Pelaksanaan Tehnik Motivational Intrviewing ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari Tehnik Motivational Interviewing

2. Untuk mengetahui komponendari Tehnik Motivational Interviewing

3. Untuk mengetahui prinsip dari Tehnik Motivational Interviewing

5
4. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Tehnik Motivational Interviewing.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Motivational Interviewing

Motivation interviewing merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam perubahan

perilaku. Awalnya teknik ini dikembangkan oleh Miller (1983), ia menerapkan konsep

ini pada peminum (drinker). Kemudian pada tahun 1991, Miller dan Rollinck

mengembangkan konsep ini secara detail dan utuh dalam setting klinis.

Menurut Rollnick dan Miller (1995) “Motivational interviewing is a directive, client-

centered counseling style for eliciting behavior change by helping clients to explore and

resolve ambivalence”. Motivation interviewing mencoba menumbuhkan motivasi

intrinsik klient untuk berubah dengan cara mengeksplorasi dan memecahkan

ambivalensi. Miller dan Rollnick mengatakan ada tiga teknik yang digunakan dalam

motivation interviewing, yaitu menggunakan konseling cilent-centered yang berdasarkan

konseling Rogerian, mendengar secara reflektif, mengajukan pertanyaan langsung dan

6
strategi untuk menimbulkan motivasi internal dari klien, menerapkan dalam wujud

statemen yang self-motivating dari klien itu.

Keterampilan ini digunakan untuk mendorong klien untuk menyelidiki dua sifat

bertentangan (ambivalensi) tentang perubahan dan bagaimana keputusan mereka sendiri

tentang mengapa dan bagaimana cara berproses; dan strategi untuk memastikan bahwa

resistensi klien diperkecil. Rapport yang baik dicapai dengan menghindarkan

argumentasi dengan keterampilan mendengarkan reflektif, dan strategi seperti pergeseran

fokus dan reframing, yang mana mengijinkan konselor untuk mengikuti klien dan

melakukan suatu percakapan bersifat membangun tentang perubahan.

Motivational interviewing merupakan salah satu teknik konseling yang ditujukan untuk

mendorong individu mengeksplorasi dan menemukan alasan dalam dirinya yang

sebelumnya belum pernah dipikirkan untuk mengubah perilakunya (Notoatmodjo, 2010).

Penerapan motivational interviewing diharapkan dapat memperbaiki perilaku klien

dalam hal ini ditanamkan kesadaran individu untuk mentaati prinsip konseling yang

didasari adanya keinginan dari diri sendiri untuk dapat menyelesaikan masalahnya.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivational

interviewing adalah salah satu teknik yang ada dalam proses konseling yang mencoba

menumbuhkan motivasi intrinsik klient untuk berubah dengan cara mengeksplorasi dan

memecahkan ambivalensi (perbedaan) dalam dirinya.

2.2 Komponen – komponen Motivational Interviewing

Miller dan Rollnick (2002) mengidentifikasi tiga komponen Motivational

Interviewing (MI) yaitu:

a. Collaboration (kolaborasi) melibatkan konselor profesional dan klien bersama-

sama mengeksplorasi motivasi klien dengan cara yang suportif.

b. Evocation(evokasi) melibatkan konselor profesional yang memperpanjang

7
motivasi klien.Autonomy (otonomi) meletakkan tanggung jawab untuk berubah

pada klien, yang menghormati kehendak bebas klien.

2.3 Prinsip-prinsip Motivational Interviewing

Miller dan Rolnick mengidentifikasi empat prinsip umum motivational

interviewing (MI)39 yaitu:

1. Mengekspresikan empati

Mengekspresikan empati artinya melibatkan, menampilkan kondisi- kondisi

rasa empati, kehangatan, ketulusan, dan anggapan positif tanpa syarat dan

mengembangkan aliansi terapeutik yang kuat untuk menanagani resistensi klien dan

membantu klien untuk berubah. Konselor profesional harus menunjukkan sikap

menerima klien tanpa syarat dan menggunakan keterampilan mendengarkan reflektif

dan aktif untuk memastikan bahwa klien merasa dipahami, dan agar klien juga

memahami signifikansi pikiran, perasaan dan prilakunya sendiri. Penting juga bahwa

konselor menyoroti dan menerima perasaan ambivalen klien tentang perubahan.

Ada dua tahapan empati. Tahap pertama adalah “penghayatan perasaan masuk

kedalam”. Konselor mengalami perasaan yang sama dengan klien. Tahap kedua, lebih

menekankan pada kesadaran kognitif, melihat dunia klien sebagaimana ia

melihatnya, selanjutnya diarahkan kepada pandangan yang lebih realistis.

2. Mengembangkan diskrepansi

Mengembangkan diskrepansi artinya melibatkan konselor profesional yang

membantu klien secara terampil untuk memverbalisasikan beragam pikiran, perasaan

dan konflik sehingga klien dapat menetapkan diskrepansi- diskrepansi antara

8
bagaimana klien saat ini menjalani hidup dan bagaimana sebenarnya cara yang

diinginkan klien untuk menjalani hidup.

Miller dan Rollnick mengusulkan seperangkat keterampilan yang membantu

dalam mengempakan diskrepansi-diskrepansi klien dengan menggunakam akronim

OARS yaitu: (open-ended question) pertanyaan terbuka, (affirmation) afirmasi,

(reflecting skills) keterampilan untuk melakukan refleksi, dan (summaries)

rangkuman.

a. Pertanyaan terbuka (open quetion) tidak dapat dijawab dengan jawaban yang

mudah ya atau tidak sehingga mendorong klien untuk menggali lebih banyak

informasi dan mengklarifikasi jawaban. Pertanyaan-pertanyaan terbuka (open

quetion) sangat diperlukan untuk memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru dari

klien.42Meminta klien mendeskropsikan hari-hari tipikalnya juga dapat

membantu konselor profesional untuk melihat pola-pola yang ada dalam pikiran,

perasaan dan prilaku klien.

b. Afimasi (afirmation) menyampaikan nilai dari apa yang dikatakan oleh klien

dan membantu klien untuk mengenali kekuatan-kekuatan dan sumber-

sumber daya batiniahnya. Afirmasi seharusnya merefleksikan dengan jujur

prilaku atau atribut klien dan dimaksudkan untuk meningkatkan efikasi-diri

klien. Ketika memberikan afirmasi, penting bagi seorang konselor profesioanal

untuk menghindari penggunaan kata saya agar klien tidak merasa dievaluasi.

c. Penggunaan keterampilan untuk melakukan refleksi (reflecting skills)adalah

menyampaikan simpati, mengungkapkan perasaan- perasaan yang mendasaridan

makna peryataan-peryataan klien, memungkinkan klien untuk mengetahui

bahwa dirinya dimengerti, dan memungkinkan konselor untuk mengikuti

9
jalannya percakapan, menyoroti informasi penting yang ada pada saat itu

mungkin tidak disadari pentingnya oleh klien. Akan tetapi, Naar-King dan

Suarez juga menegaskan bahwa refleksi dua sisi yang lebih reflektif dapat

mengungkapkan perasaan-persaan campur aduk klien tentang perubahan,

sehingga membantu dalam mengembangkan diskrepansi- diskrepansi.

d. Rangkuman (summaries) digunakan untuk meninjau dan mengoneksi apa yang

telah dikatakan klien untuk mempasilitasi kemajuan. Lewis mengatakan bahwa

rangkuman seharusnya memasukkan persaaan dan sikap klien tentang

perubahan, yang disebut change talk sebuah langkah yang dibutuhkan sebelum

menetapkan tujuan. Meskipun rangkuman sering kali ditawarkan diakhir sesi,

motivational interviewing (MI) mengusulkan agar beberapa rangkuman

ditawarkan di berbagai titik waktu atau titik transisi selama sebuah

sesimotivational interviewing MI.

3. Menerima Resistensi

Menerima resistensi, mengusulkan bahwa alih-alih menentang resistensi klien

untuk berubah, konselor profesional seharusnya mengakui bahwa resistensi adalah

salah satu bagian penting dan lazim dialami dalam proses perubahan. lagi pula jika

resistensi tidak terjadi, maka perubahan akan mudah dan mestinya sudah terjadi.

Dengan menggunakan keterampilan melakukan refleksi, konselor memberikan umpan

balik, me-reframe pertanyaan dari beragam perspektif, dan bahkan mengingatkan

kembali pertanyaan klien sebelum tentang motivasi untuk berubah. Disini,

pentinguntuk membantu klien mengeksplorasi berbagai pro dan kontra terhadap

perubahan, dan konselor bahkan dapat menambah pelintiran dengan mengakui

resistensi klien sambil menambahkan pemikiran tambahan atau me- reframe sesuatu

10
yang mungkin sebelumnya tidak dipertimbangkan oleh klien, sehingga mengarahkan

klien ke sebuahkemungkinan arah baru. Ketika

2.4 Pelaksanaan Motivational Interviewing

Menurut Miller dan Rollnick (Bundy, 2004) ada delapan tahap dalam melakukan

motivation interviewing. Adapun tahapannya yaitu sebagai berikut:

1. Membangun rapport (establishing rapport).

Rapport sangat berguna dalam melakukan konseling atau terapi. Fungsi rapport untuk

membangun kepercayaan pada diri klien kepada konselor. Dengan kepercayaan

perubahan perilaku akan lebih mudah, karena kepercayaan merupakan hal yang esensi

dalam perubahan perilaku.

2. Setting agenda.

Pembuatan agenda dilakukan oleh klien dengan dibantu oleh konselor melalui

feedback, tujuannya dalah untuk mengetahui hal apa yang harus diperioritaskan,

permasalahan yang disadari atau tidak, dan bagimana mencapai tujuan. Agenda dapat

direvisi secara reguler untuk melihat perubahan perioritas dan untuk penguatan progres.

3. Penilaian kesiapan untuk berubah (assessing readiness to change).

Tujuan untuk melihat sejauh mana kesiapan klien untuk berubah. Caranya dengan

mengajukan pertanyaan mengenai keinginan, kemauan, motivasi dan kemampuan,

sehingga diperoleh informasi yang jujur mengenai mengenai kesiapannya. Kesiapan,

kemauan dan kemampuan klien merupakan hal penting untuk melakukan perubahan.

Terkadang ada yang ingin berubah, tapi tidak siap, bisa berubah tapi tidak siap dan

sebagainya. Untuk itu perlu sharing mengenai alasan atas pertanyaan, sehingga

memperoleh pemahaman.

4. Pertajam fokus (sharpening focus).

Klien harus mampu memahami apa yang harus dirubah dari dirinya. Apakah perubahan

11
itu realistik atau tidak realistik? untuk itu perlu melakukan breakdown terhadap

komponen yang menjadi perilaku yang ingin dirubah. Dan menemukan pola perilaku

tersebut. Tujuanya untuk agar lebih fokus dan spesifik dan membuat tugas kelihatan

lebih mudah dicapai.

5. Identifikasi ambivalensi (identifying ambivalence).

Ambivalesi merupakan suatu hal normal jika klien tidak setuju, atau terjadi penolakan

atas pernyataan refleksi yang telah direncanakan. Tugas terapi adalah untuk

memperoleh informasi hal apa yang menjadi penyebab ambivalensi dalam diri klien.

Dan menjelaskan konsep ambivalensi tersebut.

6. Memperoleh pernyataan self- motivattion dari diri klien.

Ambil setiap kesempatan untuk menggali ungkapan positif dari klien. Salah satu cara

dengan mengajukan pertanyaan tentang apa yang akan dilakukan untuk meraih hasil

terbaik. Selain itu bisa menggunakan pharaprase dari klien untuk membangkitkan

motivasinya.

a. Menangani resistensi (handling resistance).

Refleksi merupakan salah satu kekuatan untuk menangani resisitensi klien. Observasi

dan proses mendengar merupakan hal penting dalam melakukan refleksi. Konselor

harus memperhatikan kata, arti dan konteks emosi yang berasal dari ucapan klien.

b. Fokus bergeser (shifting the focus).

Terapis atau konselor harus bisa membuat fokus klien bergeser atau berubah ketika

dalam melakukan konseling. Hal ini berguna agar klien bisa fokus kepada

agenda yang telah ditetapkan.

12
BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Teknik Motivational Interviewing atau yang dikenal dengan teknik “wawancara

motivasi” adalah pendekatan konseling berorientasi solusi yang digunakan untuk

menciptakan motivasi internal individu serta dapat menyelesaikan ambivalensi individu.

Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan meningkatkan motivasi klien mengenai

perubahan yang pasti secara terus-menerus.

Teknik wawanacara motivasi (MI) memiliki empat elemen penting termasuk

prinsip-prinsip wawancara motivasi diantaranya yang terdiri dari open-ended question

atau pertanyaan terbuka, affirmation atau afirmasi, reflecting skill atau keterampilan

merefleksikan dan summering atau rangkuman yang disingkat dengan (OARS) dan

perubahan. Keempat elemen ini harus ada pada implementasi dan kemudian dapat

digabungkan untuk kesimpulannya membentuk perubahan atau sebuah pernyataan dari

konseli sendiri yang menunjukkan bahwa mereka telah mencapai titik positif terhadap

perubahan sebelumnya.

13
14
DAFTAR PUSTAKA

15

Anda mungkin juga menyukai