Anda di halaman 1dari 2

PEMBAHASAN

Penetrasi merupakan kekerasan yang dinyatakan sebagai kedalaman masuknya jarum


penetrasi standar secara vertikal yang dinyatakan dalam satuan 0,1 mm pada kondisi beban, waktu
dan temperatur yang diketahui (SNI 2456:2011).

Tujuan pengujian penetrasi adalah untuk menentukan penetrasi bahan-bahan bitumen keras
atau lembek (solid atau semi solid). Dilihat dari sifat kekerasannya, penggunaan aspal keras pada
perkerasan jalan tergantung dari kelas penetrasinya. Pengujian penetrasi ini sangat dipengaruhi oleh
faktor berat beban total, ukuran sudut dan kehalusan permukaan jarum, temperatur dan waktu. Hal
ini sangat cocok untuk iklim di Indonesia yang panas kering dan lembab. Pembangunan perkerasan
lentur di Indonesia umumnya menggunakan jenis aspal penetrasi 60/70 dan 85/100 (Bina Marga,
2010).

Berdasarkan pengujian di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,


Dari kedua pengujian tersebut didapatkan rata-rata penetrasi benda uji 1 sebesar 65,7 dan benda uji
2 sebesar 65,9. Hasil pengujian yang telah dilakukan masuk kedalam standar spesifikasi penetrasi
aspal dengan rentang 60/70.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian penetrasi yang telah dilakukan, didapatkan nilai-nilai sebagai berikut :

1. Penetrasi benda uji I sebelum kehilangan minyak : 53,9

2. Penetrasi benda uji I sesetelah kehilangan minyak : 53,8

3. Penetrasi benda uji II sebelum kehilangan minyak : 59,3

4. Penetrasi benda uji II setelah kehilangan minyak : 59,1

5. Hasil penetrasi rata-rata benda uji I : 65,7

6. Hasil penetrasi rata-rata benda uji II : 65,9

Berdasarkan hasil pengujian di atas, dapat disimpulkan bahwa kedua benda uji telah memenuhi
rentang aspal penetrasi 60/70.
REFERENSI

Badan Standarisasi Nasional, SNI 2456:2011: Cara Uji Penetrasi Aspal. Badan Standarisasi Nasional,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai