Anda di halaman 1dari 23

MODUL AJAR PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI PERUMAHAN

MEMBUAT ADUKAN BETON SEGAR

INFORMASI UMUM

A. IDENTITAS MODUL
Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan Teknologi Balung
Tahun : 2023
Jenjang Sekolah : SMK
Bidang Keahlian : Teknologi Manufaktur dan Rekayasa
Program Keahlian : Teknik Konstruksi dan Perumahan
Judul Elemen : Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Perumahan
Fase/smester : F/3
Alokasi Waktu : 12 JP
Jumlah Pertemuan : 2 Kali Pertemuan @6 x 45 Menit

B. KOMPETENSI AWAL
Sebelum mempelajari materi ini peserta didik diharapkan sudah memahami :
1. Bahan- bahan bangunan
2. Memahami peralatan-peralatan kerja batu dan cara kerjanya
3. Memahami perhitungan campuran beton

C. PROFIL PELAJAR PANCASILA


1. Peserta didik mengawali dan mengakhiri belajar dengan berdoa sebagai wujud
beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan selalu bersyukur atas limpahan
ilmu yang bermanfaat sebagai insan berakhlak mulia. (Religius)

2. Melalui kebhinekaan global peserta didik menerima dan menghargai setiap keragaman
potensi, budaya, komunikasi dan sikap setiap anggota kelas.

3. Peserta didik bergotong royong dalam memecahkan masalah dalam pembelajaran.

4. Peserta didik bertanggungjawab secara mandiri menyelesaikan setiap tugas penuh


disiplin.

5. Dengan bernalar kritis dan kreatif peserta didik mengkaji setiap informasi yang
diterima terkait pembelajaran untuk menyelesaikan masalah.

D. SARANA DAN PRASARANA


1. Alat dan Bahan
a) Tayangan video youtube dan PPT
b) Papan tulis
c) ATK
d) Laptop
e) LCD proyektor
f) LKPD
2. Materi dan Sumber Belajar
a) Situs internet : Taufiqullah. 2022. Membuat Adukan Beton Segar.
b) Modul siswa : peralatan pekerjaan beton
c) Video youtube
d) Buku siswa

E. TARGET PESERTA DIDIK


1. Siswa kelas XI jurusan Teknik Konstruksi dan Perumahan
2. Jumlah peserta didik maksimal 12 orang

F. MODEL DAN MODA PEMBELAJARAN


1) Model Pembelajaran : Project Based Learning (PJBL)
2) Moda Pembelajaran : Luring
KOMPONEN INTI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Peserta didik mampu menyebutkan (C1-LOTS) bahan – bahan penyusun beton dan
alat-alat yang digunakan dalam praktik membuat adukan beton segar, Melalui
kegiatan menyimak dan membaca (media pembelajaran yang disajikan lewat
tayangan PPT) dengan benar.
2. Peserta didik mampu merangkum (C2-LOTS) materi bahan – bahan penyusun beton
dan alat-alat yang digunakan dalam praktik membuat adukan beton segar Melalui
kegiatan menyimak (media pembelajaran yang disajikan lewat tayangan video)
dengan benar.
3. Peserta didik mampu melaksanakan (C3-LOTS) cara membuat adukan beton segar
dengan perbandingan campuran volume 1PC:2 PS :3 KR dengan akurasi 100%.
4. Peserta didik mampu menganalisis (C4-HOTS) proses pembuatan adukan beton
segar melalui kegiatan diskusi dengan benar.
5. Peserta didik mampu mengevaluasi (C5-HOTS) hasil adukan beton segar yang sudah
dibuat, dengan merujuk pada buku : Aman Subakti. (1994). Teknologi beton dalam
praktik. Surabaya: FTS & ITS
6. Peserta didik mampu membuat (C6-HOTS) adukan beton segar melalui kegiatan
prakti, dengan hasil yang sesuai ketentuan-ketentuan dalam buku Teknologi Beton.

B. PEMAHAMAN BERMAKNA
Pembelajaran praktik membuat adukan beton segar ini dapat membuat siswa lebih
memahami cara pembuatan adukan beton dengan benar yang bisa dimanfaatkan untuk
diterapkan dalam dunia kerja.

C. PERTANYAAN PEMANTIK
1) Apa yang dimaksud dengan Beton?
2) Apa sajakah bahan penyusun beton?
3) Bagaimanakah cara membuat adukan beton?

D. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan saintifik dan TPACK dengan model
pembelajaran Projeck Based Learning (PJBL), adapun langkah-langkahnya sebagai
berikut:
Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu

Pendahuluan Orientasi 20 menit

1) Guru membuka pelajaran dengan mengucap salam,


2) Guru meminta salah satu siswa untuk memimpin
berdoa sebelum memulai kegiatan pembelajaran.
(Religius-PPP)
3) Guru menanyakan kabar dan kondisi peserta didik,
4) Guru mengecek kehadiran siswa
5) mengondisikan peserta didik untuk siap belajar.

Apersepsi

6) Guru dan siswa melakukan diskusi (Critical


Thinking) dan tanya jawab terkait dengan materi
sebelumnya dan mengaitkannya dengan materi
yang akan disampaikan yaitu cara membuat adukan
beton segar, untuk mengetahui sejauh mana tingkat
pemahaman/pengalaman peserta didik terhadap
materi tersebut.
7) Guru menjelaskan topik atau materi yang akan
dipelajari yaitu cara membuat adukan beton segar
Motivasi
8) Guru memberikan motivasi kepada peserta didik
tentang manfaat mempelajari materi membuat
adukan beton segar

Inti Sintaks 1: Penentuan pertanyaan mendasar 475 Menit

9) Guru memulai Pelajaran dengan memberikan


pertanyaan mendasar.
10) Peserta didik menyimak materi tentang bahan
penyusun beton dan peralatan yg digunakan
melalui ppt dan video (TPACK) yang ditayangkan.
11) Guru dan peserta didik melakukan tanya jawab
(communication) terkait dengan dengan materi
yang sudah ditayangkan. Pertanyaannya antara lain:
 Apa sajakah bahan penyusun beton?
 Apa saja peralatan yang digunakan untuk
melakukan pekerjaan mebuat adukan beton segar?
Bagaimanakah cara membuat adukan beton segar?
 Pernahkah kalian membuat adukan beton segar?
Jelaskan pengalaman kalian!
Sintaks 2: Mendesain perencanaan proyek

12) Guru membagikan LKPD kepada peserta didik


13) Peserta didik menyimak video (TPACK) tentang
cara membuat adukan beton.
14) Peserta didik menyimak petunjuk atau aturan
dalam proses pembuatan adukan beton, yang
meliputi:
15) Waktu pembuatan adukan beton kurang lebih 135
menit.
16) Peserta didik menyiapkan bahan dan alat untuk
membuat adukan beton.
17) Peserta didik Menyusun Langkah-langkah dalam
mebuat adukan beton.
Sintaks 3: Menyusun jadwal

18) Peserta didik dan guru Menyusun jadwal


pembuatan proyek sesuai batas waktu yang sudah
ditentukan, yaitu:
 45 menit untuk persiapan alat dan bahan
 90 menit untuk proses pembuatan adukan
beton segar.
Sintaks 4: Memonitor peserta didik dan kemajuan
proyek

19) Peserta didik bekerjasama (Collaboration)


mengerjakan proyek sesuai dengan Langkah-
langkah yang sudah mereka susun dan mencatat
setiap Langkah yang dilakukan. (gotong royong)
20) Guru berkeliling dan memonitoring proses
kegiatan praktik dan membimbing siswa jika
mengalami kesulitan.
21) Peserta melaporkan hasil perkembangan proyek
yang sudah dilakukan kepada guru setelah 135
menit.
Sintaks 5: Menguji hasil

22) Guru melihat hasil proyek dari peserta didik


apakah sudah selesai atau belum
23) Peserta didik menyiapkan hal-hal yang diperlukan
untuk presentasi (communication)
Sintaks 6: Mengevaluasi pengalaman

24) Guru membimbing peserta didik untuk


mempresentasikan hasil proyek.
25) Peserta didik lainnya diberikan kesempatan untuk
memberikan tanggapan atau masukan
26) Guru memberikan apresiasi atau feedback
terhadap hasil presentasi siswa.
27) Siswa dan guru menyimpulkan tentang materi
pembelajaran.
Penutup 1) Guru bersama siswa melakukan refleksi 45
pembelajaran yang telah dilaksanakan. 45 Menit
2) Guru menyampaikan materi yang akan
disampaikan pada pertemuan berikutnya tentang
perhitungan pembesian

3) Guru memberikan pesan moral kepasa siswa agar


memperkaya wawasan dan pengetahuan dengan
banyak membaca informasi baik buku maupun
internet.

4) Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan doa


dan mengucap salam bersama siswa. (Religius)

E. ASESMEN

1. Asesmen Formatif
a) Asesmen di awal pembelajaran (asesmen diagnostic)
Tanya jawab dan diskusi untuk memetakan kondisi sisawa terhadap:
 Pengetahuan tentang beton
 Pengetahuan tentang bahan-bahan penyusun beton

b) Asesmen di dalam proses pembelajaran


Pengamatan pada peserta didik saat praktik berlangsung. Terkait dengan persiapan alat
dan bahan praktik, Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan adukan beton,
dan guru memberikan respon pada saat kegiatan praktik berlangsung.
Lampiran 1. Instrumen Asesmen Formatif
LKPD
Satuan Pendidikan SMK
Tahun Pelajaran 2023/2024
Fase / Semester F/3
Elemen Pelaksanaan Konstruksi Perumahan

A. Penugasan
1. Buatlah adukan beton segar (beton normal) sesuai dengan petunjuk yang sudah
dijelaskan.
2. Buatlah kesimpulan hasil praktik pembuatan adukan beton segar kemudian
presentasikan.
B. Ketentuan Tugas
1. Praktik dikerjakan secara berkelompok, 1 kelompok terdiri dari 6 orang siswa
2. Campuran adukan beton menggunakan volume campuran 1 PC: 2 PS : 3 KR
3. Penilaian praktikum dilakukan pada saat proses praktik berlangsung dan hasil
laporan praktik
4. Pembuatan adukan beton segar dilakukan selama 3 jp atau 180 menit.
5. Hasil Pratik disajikan dalam bentuk laporan.
C. Penilaian
Penilaian dilakukan secara berkala setiap pertemuan, sesuai dengan sesuai dengan
target yang sudah ditentukan, dengan kriteria penilaian sebagai berikut;

1. Komponen Penilaian
Indikator Penilaian Butir Penilaian Score Bobot
Waktu Pembuatan 1-4 1-4 20
Proyek
Kerja sama 1-4 1-4 20
Cara kerja 1-4 1-4 30
Hasil kerja 1-4 1-4 30
2. Rubrik Penilaian
SKOR
NO KRITERIA PENILAIAN
4 3 2 1

A Waktu

1 Ketepatan waktu Tepat Terlambat Terlambat Terlamat 30 menit


waktu 15 menit 20 menit

B Kerja sama

1 Kerjsama kelompok Sangat baik Cukup baik Kurang baik


baik

C Cara kerja

1 Bekerja sesuai dengan Sesuai Cukup Kurang Tidak sesuai


Langkah kerja yang sudah sesuai sesuai
ditentukan.

D Hasil kerja

1 Hasil kerja menunjukkan Sangat Baik Cukup baik Kurang baik


viskositas yang baik Baik
3. Lembar Penilaian

No. Nama Nama Siswa Waktu Kerja Cara kerja Hasil kerja
Kelompok sama
SKOR 1-4 1-4 1-4 1-4
1 Kelompok 1 Ade Yudha Trifayana
2 Bagus Dwi Saputra
3 Bagus Prayoga
4 Cindy Amanda Puspita Sari
5 Dian Firmansyah
6 Marsha Dhanu Prastyo
7 Kelompok 2 Rabil Walidi
8 Rahmad Fernandhika Yudha
Pratama
9 M. Ikhsan Syafiqo Akbar R.
10 Anindya Aleeya Mayzara
11 Sunar Duwi Andika Putra
12 Azam Maulana Muhamad

Rumusan penilaian :
Nilai Waktu = {(jumlah skor perolehan/total skor ) x 100} x bobot
Nilai Kerja sama = {(jumlah skor perolehan/total skor ) x 100} x bobot
Nilai Cara Kerja = {(jumlah skor perolehan/total skor ) x 100} x bobot
Nilai Hasil Kerja = {(jumlah skor perolehan/total skor ) x 100} x bobot

Nilai akhir = Nilai waktu + Nilai kerja sama + Nilai cara kerja + Nilai hasil kerja
Guru juga mengadakan pengamatan perkembangan sikap siswa berkenaan dengan:
1) Disiplin
2) Tanggung jawab
3) Kejujuran
4) Sabar
5) Cermat dan teliti
6) Profesional
Mengadakan pembimbingan pada sikap-sikap siswa yang dipandang perlu
pembimbingan.
Lampiran 2: Instrumen Penilaian Sikap
Satuan Pendidikan : SMK
Tahun Pelajaran : 2023/2024
Fase/Semester :F/3
Mata Pelajaran : Pelaksanaan Pekerjaan Kostruksi Perumahan

JURNAL PENILAIAN SIKAP

Kejadian/ Butir Pos/ Tindak


No Hari/Tgl Nama
perilaku sikap Neg lanjut
1 Ade Yudha Trifayana
2 Anindya Aleeya
Mayzara
3 Bagus Prayoga
4 Cindy Amanda
Puspita Sari
5 Dian Firmansyah
6 Marsha Dhanu Prastyo
7 Rabil Walidi
8 Rahmad Fernandhika
Yudha Pratama
9 M. Ikhsan Syafiqo
Akbar R.
10 Bagus Dwi Saputra
11 Sunar Duwi Andika
Putra
12 Azam Maulana
Muhamad

Catatan :
1. Kejadian/perilaku
Berisi kejadian positif/negatif selama PBM
2. Butir Sikap
a. Disiplin
b. Tanggung jawab
c. Kejujuran
d. Sabar
e. Cermat dan teliti
f. Profesional
3. Pos/Neg
( beri tanda + / -)
2. Asesmen Sumatif
1. Penilaian akhir
2. Lampiran 3: Instrumen Penilaian Sumatif

LEMBAR ASESMEN AKHIR


Soal Tes Uraian
1. Apa yang dimaksud dengan beton?
2. Ada berapakah bahan penyusun beton?sebutkan!
3. Apa saja peralatan yang digunakan dalam membuat adukan beton segar?
4. Bagaimana Langkah-langkah membuat adukan beton? Jelaskan!
5. Apa yang terjadi jika adukan beton yang kalian terlalu banyak air?jelaskan!
Kunci Jawaban Soal Uraian dan Pedoman Penskoran
Alternatif
Penyelesaian Skor
jawaban
Beton merupakan suatu bahan komposit (campuran) dan beberapa
material yang bahan utamanya terdiri dari campuran antara agregat halus,
1 2
agregat kasar, air dan atau tanpa bahan tambah lain dengan perbandingan
tertentu.
3 antara lain: bahan perekat (semen), Bahan pengisi (agregat kasar dan
2 1
agregat halus), bahan pencampur (air)
3 Mesin molen, timba, cetok, sendok spesi, bak spesi 1
Pengadukan beton disyaratkan sebagai berikut;
a. Pengadukan beton sebaiknya dil akukan dengan mesin pengaduk
(molen). Mesin pengaduk harus dilengkapi dengan alat-alat yang dapat
mengukur dengan tepat jumlah agregat, semen, dan air pencampur.

b. Selama pengadukan berlangsung, kekentalan adukan beton harus


diawasi terus menerus dengan jalan memeriksa slump pada setiap
campuran beton yang baru. Besarnya slump dijadikan petunjuk untuk
menentukan jumlah air pencampur yang tepat sesuai dengan faktor air
semen yang diinginkan.
4 3
c. Waktu pengadukan bergantung pada kapasitas molen, volume adukan,
jenis dan susunan butir agregat, dan nilai slump. Secara umum, waktu
pengadukan minimal 1,5 menit setelah semua bahan-bahan dimasukkan ke
dalam molen. Setelah selesai, adukan beton harus memperlihatkan susunan
warna yang merata.
d. Apabiia karena sesuatu hal adukan beton tidak memenuhi syarat
minimal, misalnya terlalu encer karena kesalahan dalam pemberian jumlah
air pencampur, mengeras sebagian, atau tercampur dengan bahan-bahan
asing, maka adukan ini tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan dari
tempat pelaksanaan.
Terlalu banyak air dalam adukan beton akan mengurangi kekuatan beton,
membuat beton rentan terhadap retakan dan pecah, membuat permukaan
5 beton tidak rata, serta membuat waktu pengeringan beton menjadi lebih lama. 3
Oleh karena itu, sangat penting untuk memperhatikan takaran air yang sesuai
saat membuat adukan beto
Jumlah 10

Nilai Akhir = Jumlah total skor x 100


Skor maksimum
Daftar Pustaka
1. Buku Teknologi Beton.
2. Search https://www.tneutron.net/blogs/membuat-adukan-beton-segar/
3. https://www.youtube.com/watch?v=aGEk823Pb1Y
4. SNI 03-3976-1995
DAFTAR NILAI SISWA

No Nama Siswa Nilai Keterangan


1 Ade Yudha Trifayana 100 Tuntas
2 Anindya Aleeya Mayzara 100 Tuntas
3 Bagus Prayoga 100 Tuntas
4 Cindy Amanda Puspita Sari 100 Tuntas
5 Dian Firmansyah 80 Tuntas
6 Marsha Dhanu Prastyo 100 Tuntas
7 Rabil Walidi 100 Tuntas
8 Rahmad Fernandhika 100 Tuntas
Yudha Pratama
9 M. Ikhsan Syafiqo Akbar R. 100 Tuntas
10 Bagus Dwi Saputra 100 Tuntas
11 Sunar Duwi Andika Putra 100 Tuntas
12 Azam Maulana Muhamad 100 Tuntas

Balung, Oktober 2023


Guru Mata Pelajaran

Fenti Andriana, S.Pd.


DAFTAR NILAI KELOMPOK

No Kelompok Nilai Keterangan


1 1
2 2
Total
Rata-rata

Balung, Oktober 2023


Guru Mata Pelajaran

Fenti Andriana, S.Pd.


MODUL AJAR- Membuat Adukan Beton Segar 17

MATERI:

Melaksanakan pengecoran beton

1. Pengertian Beton

Beton dalam konstruksi teknik didefinisikan sebagai batu-batuan yang dicetak pada
suatu wadah cetakan dalam keadaan cair kental, yang kemudian mampu untuk mengeras
secara baik.

Beton terdiri dari agregat halus, agregat kasar dan satu bahan pengikat. Bahan pengikat
yang lazim dipakai umumnya adalah bahan pengikat yang bersifat hidrolik dalam arti akan
mengikat dan mengeras secara baik kalau dicampur dengan air. Setelah terjadi pengerasan,
beton dalam konstruksi praktis hanya menahan tekan saja, maka bagian yang menahan
tarik perlu diperkuat dengan “tulangan”, karena kekuatan tarik beton sangat kecil.

Bahan pengikat yang dipakai umumnya adalah dari jenis semen Portland (s.p) atau
disebut juga Portland Cement (P.C). Agregat kasar umumnya adalah dipakai kerikil atau
batu pecah kecil (krikak) dan sebagai agregat halus lazim digunakan pasir. Untuk
mudahnya dapat disebutkan, beton terdiri dari campuran semen Portland, pasir dan kerikil
atau batu pecah ditambah dengan air untuk proses pembuatan beton.

Tulangan perkuatan, baik yang untuk melawan kekuatan tarik ataupun untuk membantu
melawan kekuatan tekan dan geser umumnya dipergunakan baja.

Sejarah dari pada beton, yang tentu saja belum memenuhi persyaratan beton masa kini,
sebetulnya sudah dimulai sejak jaman kuno.

2. Sejarah Beton dan Beton Bertulang

Orang-orang jaman Romawi kuno telah menggunakan bahan beton sebagai bahan
konstruksi ataupun bahan pengisi. Bahkan diduga, bahwa sejak lebih kuno lagi bangsa
Mesir telah mengenal dasar-dasar dari beton, meskipun masih berada dalam tingkat sangat
sederhana.

Bangunan beton yang terkenal sebagai peninggalan sejarah dan bekas-bekasnya masih
menunjukkan kekuatan kekedapan air yang cukup tinggi, dapat disebut misalnya bangunan
saluran air sepanjang 90 km dari Eifel ke Keulen. Saluran tersebut dibuat lebih kurang pada
tahun 70 sesudah Masehi dari bahan beton tumbuk.

Beton yang digunakan pada masa itu terbuat dari campuran pemecahan batu dan semen
Romawi. Adapun semen Romawi pada hakekatnya terbuat dari campuran kapur yang telah
dibakar dan tanah puzzolan yang mengandung silikat, yang apabila dicampur dengan kapur
tersebut di atas dengan air, dapat mengeras.

Perkembangan penggunaan beton menjadi semakin pesat sejak ditemukannya semen


Portland (s.p) oleh Joseph Aspdin, (orang Inggris) pada tanggal 21 Oktober 1824 (dengan
nomor hak cipta (5022). Suatu hal yang perlu dicatat, bahwa semen Portland tidak berasal
dari daerah Portlan; disebut demikian karena pada masa tersebut secara sepintas
wujudnya sangat mirip dengan batuan yang terdapat di pulau Portland, dilepas pantai
Inggris.
MODUL AJAR- Membuat Adukan Beton Segar 18

Pada saat itu panas pembakaran tidak dapat mencapai tingkat panas lebur (800 0 – 10000C),
maka hasilnya hanyalah sejenis semen Romawi. Tahun 1844, I.C. Johnson membakar
bahan-bahan sampai pada suhu yang lebih tinggi, yaitu sekitar 1400 0C, sehingga dapat
dicapai mutu semen yang kita kenal sekarang. Secara kebetulan pula oleh Johnson Monier
(orang Perancis) tahun 1861; ditemukan prinsip perkuatan tulangan meskipun sebetulnya
oleh Lambot tahun 1850 telah berhasil dibuat biduk beton bertulang dianggap Monier.
Baru pada tahun 1867, cara pemakaian ini dimintakan pencatatan hak cipta oleh Monier.

Beberapa kegagalan ditemui pada beberapa konstruksi beton bertulang pada saat
tersebut, karena prinsip-prinsip dasar ilmu gaya belum seluruhnya dikuasai, sehingga
ukuran-ukuran dan bagian konstruksi beton beserta penulangannya ditentukan hanya
berdasarkan perkiraan saja. Hak cipta dari Monier pada tahun 1884 telah dijual kepada
perusahaan Freytag dan Heidschuch, selanjutnya pada tahun 1885 hak cipta tersebut untuk
Jerman dan Australia, berpindah tangan pada Waysz. Waysz bersama-sama dengan Prof.
Bauschinger mengadakan penelitian dan percobaan yang lebih bersifat ilmiah. Hal-hal
penting yang dapat terungkap adalah :

1) Beton dan besi memiliki daya saling lekat yang cukup kuat.
2) Koefisien muai dari kedua bahan tersebut hampir sama, sehingga pada suhu yang
berbeda
tidak akan terjadi tegangan-tegangan perlawanan yang melepaskan hubungan kedua
bahan tersebut.

3) Pada pembuatan mutu beton yang cukup baik, maka tulangan di dalam beton tidak akan
berkarat.

Pada tahun 1886 Koenen dari Jerman berhasil membuat cara perhitungan yang lebih
meyakinkan, sehingga pengetrapan konstruksi beton menjadi lebih luas lagi.

Di Perancis pada tahun 1892 Hennebique berhasil melaksanakan pekerjaan-pekerjaan


beton yang penting di mana ditrapkan pemakaian sengkang-sengkang dan tulangan yang
diserongkan.

Sejak saat itu penyelidikan terhadap beton betul-betul mengalami perkembangan.


Untuk itu dapat disebut nama-nama: Bach, Graf, Kleinlogel, Morsch, Probst, Saliger dari
Jerman, Melan dan Emperger dari Austria, Considere, Hennebique, Freysinet dari Perancis,
Fuller dan Abrams dari Amerika, Sanders dan Rengers dari Belanda. Pengetian tegangan-
tegangan ijin bagi baja maupun beton berkembang sesuai dengan berkembangnya teori-
teori ilmu gaya maupun oleh kemajuan teknologi yang mempertinggi mutu beton. Di
Indonesia untuk perhitungan dan pelaksanakan konstruksi beton bertulang dianut
peraturan-peraturan yang dimaktub dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (NI-
2) dan sebelumnya dikenal peraturan PBI – 1955 (Peraturan Beton Bertulang Indonesia
1955).

Beton bertulang dibataskan sebagai beton yang diberi batang tulangan dan
direncanakan berdasarkan anggapan bahwa kedua bahan tersebut bekerja sama dalam
memilkul bebannya. Cara perhitungan umumnya berdasarkan pada teori elastisitas atau
teori garis lurus atau sering disebut juga sebagai teori tegangan ijin atau working stress
MODUL AJAR- Membuat Adukan Beton Segar 19

design (W.S.D), baik dengan perbandingan modulus elastisitas antara baja dan beton
yang bersifat tetap seperti yang termaktub dalam PBI – 1955. ataupun yang harganya
berubah-ubah tergantung dari mutu beton dan waktu (kecepatan) pembebanannya (PBI –
1971).

Ada pula cara perhitungan berdasarkan prinsip-prinsip kekuatan batas atau lazim disebut
ultimate strength design (U.S.D) adalah satu cara perhitungan berdasarkan daya tahan
tertinggi dari bahan melawan momen lentur.

Selanjutnya berdasarkan ilham dari kulit telor yang tipis tetapi kuat, maka para
arsitek dan insinyur berusaha menirukan bentuk-bentuk tersebut dalam bentuk bangunan
modern, maka terciptalah apa yang disebut sebagai konstruksi kuhah dan konstruksi kulit
telor (eggshell). Umumnya konstruksi-konstruksi tersebut diatas sulit dilaksankan dengan
berdasarkan perhitungan dan pelaksanaan beton biasa.

Keuntungan Beton antara lain:1) Dapat mengikuti bentuk bangunan secara bebas,
2)Tahan terhadap karat, 3) Tahan terhadap bahaya kebakaran, 4) Pemeliharaan hampir
tidak ada, 5) Tahan terhadap gempa bumi, 6) Ukurannya lebih kecil jika dibandingkan
dengan beton tak bertulang atau pasangan batu,7) Sebagai lantai dasar dan pondasi pada
tanah yang jelek (lembek) adalah baik sekali.

Kerugian Beton antara lain :1) Mutu beton sangat tergantung dari pelaksanaan, 2) Tak
dapat dibongkar pasang atau dipindahkan, 3) Bongkaran tidak dapat dipakai lagi, 4) Berat
konstruksi besar, jika dibandingkan dengan konstruksi kayu atau baja.

2. Pengertian Agregat

Agregat adalah butiran mineral jika dicampur dengan semen Portland akan
menghasilkan beton.Dilihat dari asalnya , agregat terdiri dari dua macam yaitu agregat
batuan alam dan agregat buatan.Agregat batuan alam dilihat dari uikurannya ada dua
macam yaitu; agegat halus(pasir) dan agegat kasar (krikil/batu pecah)

Didalam beton agregat berfungsi sebagai bahan pengisi yang netral , merupakan 70 – 75%
dari masa beton. Maksud penggunaan agregat dalam adukan beton adalah:

1) Menghemat penggunaan semen Portland


2) Menghasilkan kekuatan besar pada beton
3) Mengurangi penyusutan pada pengerasan beton
4) Dengan gradasi agregat yang baik dap[at tercapai beton padat
5) Sifat dfapat dikerjakan (workability) dapat diperiksa pada adukan beton dengan
gradasi yang baik.
Semakin banyak agregat didalam suatu adukan betn, semakin hemat penggunaan
semen Portland , sehingga betonnya semakin murah. Tentu ada batasan asalkan pasta
semen masih cukup untuk pelekatan butir, pengisian rongga-rongga halus, sifat dapat
dikerjakan, dan sebagainya. Agregat yang baik harus keras , kuat dan ulet. Kekuatannya
harus melebihi kekuatan pasta semen yang telah mengeras. Agregat dapat mengandung
pori-pori tertutup, tetapi tidak menambah sifat menembus air betonnya. Dan bila pori-pori
terbuka harus dapt terisi oleh pasta semen. Hal ini tergantung dari mutu dan kontinuitas
MODUL AJAR- Membuat Adukan Beton Segar 20

pasta semen, maka susut pengerasan hanya disebabkan oleh pengerasan pasta semen.
Semakin banyak agregat didalam beton semakin berkurang susut pengerasan beton.

Gradasi agregat yang baik dapat menghasilkan beton padat , sehingga volume rongga
berkurang dan penggunaan semen Portland berkurang pula. Sifat dapat dikerjakan dari
adukan beton dapat diusahakan dengan mengatur gradasi dari agregat, tetapi gradasi
untuk mobilitas yang baik diperlukan butir-butir agregat berlapis pasta semenyang cukup
dan butiran agregat tidak saling bersinggungan, hingga dapat memudahkan gerak adukan
beton.

3. Perbedaan Agregat Halus dan Agregat Kasar

3.1 Agregat halus (pasir)

Pasir adalah batuan halus, terdiri dari butiran sebesar 0,14 – 5 mm, didapat dari hasil
disintegrasi batuan alam(naturan sand) atau dapat juga dengan memecahkan(artificial
sand), tergantng dari dari kondisi pembentukan tempat terjadinya. Pasir alam dapat
dibedakan antara lain: 1) Pasir galian, 2) Pasir sungai, 3)Pasir laut, 4) Pasir dune (bukit-
bukit pasir yang dibawa angin ketepi pantai) Agrgat halus untuk beton dapat berupa pasir
alam sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang
dihasilkan oleh alat pemecah batu. Sesuai dengan syarat-syarat pengawasan mutu agregat
untuk berbagai mutu beton, maka agregat halus harus memnuhi syarat. Pasir laut tidak
boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton, kecuali dengan petunjuk-
petunjuk dari Lembaga Pemeriksaan Bahan-bahan yang diakui.

Agregat halus harus terdiri dari butiran yang tajanm dan keras , pasir tidak boleh
mengandung lumpur lebih dari 5% terhadap berat kering, jika kadar lumpur lebig dari 5%
harus dicuci. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton,
kecuali dengan petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan yang diakui.

3.2. Agregat Kasar (Kerikil/Batu pecah)

Agrgat kasar sebagai bahan campuran untuk membuat beton dapat berupa kerikil
atau batu pecah. Kerikil adalah bahan yang terjadi sebagai hasil disintegrasi alami dari
bebatuan yang berbentuk agak bulat serta permukaannya agak licin. Menurut asalnya
kerikil dapat dibedakan antara lain: 1) Kerikil galian, 2) Kerikil sungai, 3) Kerikil pantai

Kerikil galian biasanya mengandung zat-zat tercampur seperti: Tanah liat, Debu, Pasir, Zat
organic. Kerikil sungai dan kerikil pantai biasanya bebas dai zat-zat tercampur ,
permukaanya licin dan bentuknya bulat.Hal ini disebabkan oleh pengaruh air.Butiran
kerikil galian kasar yang menjamin pengikatan lebih baik. Butir-butir kerikil agak bulat
menguntungkan, sedangkan untuk butir-butir bentuk pipih dan tajam tidak baik. Menurut
ukurannya kerikil dapat dibagi sebagai berikut:1) Ukuran butir : 5 – 10 mm disebut
kerikil halus, 2) Ukuran butir : 10 – 20 mm disebut kerikil sedang, 3) Ukuran butir : 20 –
40 mm disebut kerikil kasar, 4) Ukuran butir : 40 – 70 mm disebut kerikil kasar sekali.
Ukuran butir ≥ 70 mm digunakan untuk konstruksi beton siklop(cyclopean beton).
MODUL AJAR- Membuat Adukan Beton Segar 21

Batu pecah atau kericak yaitu bahan yang diperoleh dari batu yang digiling
(dipecah)menjadi pecahan-pecahan berukuran 5-70 mm.Sebagai batu pecah dapat berasal
dari batu primer, batu scundair ataupun bahan metamorf. Agrgat kasar untuk beton dapat
berupa kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah
yang diperoleh dari pemecahan batu. Pada umumnya yang dimaksud dengan aghregat
kasar adalah agregat dengan besar butir lebih dari 5 mm. Sesuai dengan syarat-syarat
pengawasan mutu agregat untuk berbagai mutu beton , maka agregat kasar harus
memenuhi syarat.

4. Semen Portland

Semen Portland sebagai komponen beton yang berfungsi sebagai bahan pengikat
anorganik, secara umum sifat utamanya adalah mengikat dengan adanya air dan mengeras
secara hidrolik . Semen Portland sebagai komponen beton yang berfungsi sebagai bahan
pengikat anorganik, secara umum sifat utamanya adalah mengikat dengan adanya air dan
mengeras secara hidrolik. Semen Portland merupakan bahan bubukan halus, butirannya
sekitar 0,05 mm dan pada hakekatnya terdiri dari tablur-tablur senyawa yang kompleks.
Bahan baku semen sangat tergantumg pada kadar bahan asli yang terdapat didaerah
tertentu.

Untuk mendapatkan komponen bahan baku semen Portland yang baik ternyata
diperlukan perbandingan :

Batu kapur(ca0) = 60-67%

Pasir silikat(Si02) = 19-24%

Tanah liat (Al 2 03 ) = 4-8%

Bijih besi (Fe 2 03 ) =2-6%,

Serta senyawa lainnya seperti Mg 0 ± 4,5% dan S03 ±3%.

CARA MEMBUAT ADUKAN BETON


1. Pengadukan Beton.
Pengadukan beton dapat dilakukan dengan beberapa 2 cara, yaitu; pengadukan manual dan
pengadukan dengan molen. Cara pengadukan beton secara manual adalah sebagai berikut;
a. Pengadukan beton dengan tangan harus dilakukan di atas bak dengan dasar lantai dari
papan kayu atau dari pasangan yang diplester. Hal tersebut dilakukan agar kotoran atau
tanah tidak mudah tercampur dan air pencampur tidak meluap keluar dari campuran.
b. Pengadukan beton dengan jumlah besar, sebaiknya dilakukan dibawah atap agar
terlindung dari panas matahari dan hujan.
c. Pengadukan beton manual biasanya menggunakan perbandingan volume. Yang lazim
digunakan di lapangan adalah dengan membuat kotak takaran untuk perbandingan volume
pasir, semen, dan krikil.
d. Urutan pencampuran adukannya adalah; pasir dan semen yang sudah ditakar dicampur
kering di dalam bak pengaduk, lalu krikil dituangkan dalam bak pengaduk kemudian
diaduk sampai merata. Setelah adukan merata, tuangkan air sesuai kebutuhan, aduk
sampai campuran merata dan sesuai dengan persyaratan. Untuk pengadukan
MODUL AJAR- Membuat Adukan Beton Segar 22

menggunakan molen, prinsip dasarnya sama dengan pengadukan secara manual, hanya
proses pencampuran bahan adukan beton dilakukan di dalam molen yang terus menerus
berputar. Hasil adukan beton dengan menggunakan molen lebih baik dan lebih merata
dibandingkan dengan proses pengadukan secara manual.

2. Persyaratan Pengadukan Beton


Pengadukan beton disyaratkan sebagai berikut;
a. Pengadukan beton sebaiknya dil akukan dengan mesin pengaduk (molen). Mesin
pengaduk harus dilengkapi dengan alat-alat yang dapat mengukur dengan tepat jumlah
agregat, semen, dan air pencampur.
b. Selama pengadukan berlangsung, kekentalan adukan beton harus diawasi terus menerus
dengan jalan memeriksa slump pada setiap campuran beton yang baru. Besarnya slump
dijadikan petunjuk untuk menentukan jumlah air pencampur yang tepat sesuai dengan
faktor air semen yang diinginkan.
c. Waktu pengadukan bergantung pada kapasitas molen, volume adukan, jenis dan susunan
butir agregat, dan nilai slump. Secara umum, waktu pengadukan minimal 1,5 menit setelah
semua bahan-bahan dimasukkan ke dalam molen. Setelah selesai, adukan beton harus
memperlihatkan susunan warna yang merata.
d. Apabiia karena sesuatu hal adukan beton tidak memenuhi syarat minimal, misalnya
terlalu encer karena kesalahan dalam pemberian jumlah air pencampur, mengeras
sebagian, atau tercampur dengan bahan-bahan asing, maka adukan ini tidak boleh dipakai
dan harus disingkirkan dari tempat pelaksanaan.

3. Pengangkutan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengankutan beton dari tempat penyiapan adukan
ke tempat pengecoran adalah sebagai berikut;
a. Harus dihindari adanya pemisahan dan kehilangan bahan-bahan.
b. Cara pengangkutan adukan beton harus lancar sehingga tidak terjadi perbedaan waktu
pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang akan dicor.
c. Adukan beton umumnya sudah harus dicor dalam waktu 1 jam setelah pengadukan
dengan air dimulai. Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang sampai 2 jam bila adukan
beton digerakkan kontinyu secara mekanis.
d. Apabila jangka waktu pengangkutan memakan waktu yang panjang, harus dipakai bahan
penghambat pengikatan.
MODUL AJAR- Membuat Adukan Beton Segar 23

Bagian bawah mistar pengukur dibuat rata dan tingginya sama dengan tebal lantai yang
dicor. Pada waktu pengecoran telah mencapai tebalnya, mistar pengukur dapat dipindah
tempatnya.

e. Pengecoran harus dilaksanakan terus menerus sampai selesai. Bila hal tersebut tidak
memungkinkan, pengecoran dapat dihentikan pada tempat-tempat tertentu yang tidak
membahayakan.

Gambar VIII-5, Pengecoran Beton

Anda mungkin juga menyukai