INFORMASI UMUM
A. IDENTITAS MODUL
Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan Teknologi Balung
Tahun : 2023
Jenjang Sekolah : SMK
Bidang Keahlian : Teknologi Manufaktur dan Rekayasa
Program Keahlian : Teknik Konstruksi dan Perumahan
Judul Elemen : Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Perumahan
Fase/smester : F/3
Alokasi Waktu : 12 JP
Jumlah Pertemuan : 2 Kali Pertemuan @6 x 45 Menit
B. KOMPETENSI AWAL
Sebelum mempelajari materi ini peserta didik diharapkan sudah memahami :
1. Bahan- bahan bangunan
2. Memahami peralatan-peralatan kerja batu dan cara kerjanya
3. Memahami perhitungan campuran beton
2. Melalui kebhinekaan global peserta didik menerima dan menghargai setiap keragaman
potensi, budaya, komunikasi dan sikap setiap anggota kelas.
5. Dengan bernalar kritis dan kreatif peserta didik mengkaji setiap informasi yang
diterima terkait pembelajaran untuk menyelesaikan masalah.
B. PEMAHAMAN BERMAKNA
Pembelajaran praktik membuat adukan beton segar ini dapat membuat siswa lebih
memahami cara pembuatan adukan beton dengan benar yang bisa dimanfaatkan untuk
diterapkan dalam dunia kerja.
C. PERTANYAAN PEMANTIK
1) Apa yang dimaksud dengan Beton?
2) Apa sajakah bahan penyusun beton?
3) Bagaimanakah cara membuat adukan beton?
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan saintifik dan TPACK dengan model
pembelajaran Projeck Based Learning (PJBL), adapun langkah-langkahnya sebagai
berikut:
Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Apersepsi
E. ASESMEN
1. Asesmen Formatif
a) Asesmen di awal pembelajaran (asesmen diagnostic)
Tanya jawab dan diskusi untuk memetakan kondisi sisawa terhadap:
Pengetahuan tentang beton
Pengetahuan tentang bahan-bahan penyusun beton
A. Penugasan
1. Buatlah adukan beton segar (beton normal) sesuai dengan petunjuk yang sudah
dijelaskan.
2. Buatlah kesimpulan hasil praktik pembuatan adukan beton segar kemudian
presentasikan.
B. Ketentuan Tugas
1. Praktik dikerjakan secara berkelompok, 1 kelompok terdiri dari 6 orang siswa
2. Campuran adukan beton menggunakan volume campuran 1 PC: 2 PS : 3 KR
3. Penilaian praktikum dilakukan pada saat proses praktik berlangsung dan hasil
laporan praktik
4. Pembuatan adukan beton segar dilakukan selama 3 jp atau 180 menit.
5. Hasil Pratik disajikan dalam bentuk laporan.
C. Penilaian
Penilaian dilakukan secara berkala setiap pertemuan, sesuai dengan sesuai dengan
target yang sudah ditentukan, dengan kriteria penilaian sebagai berikut;
1. Komponen Penilaian
Indikator Penilaian Butir Penilaian Score Bobot
Waktu Pembuatan 1-4 1-4 20
Proyek
Kerja sama 1-4 1-4 20
Cara kerja 1-4 1-4 30
Hasil kerja 1-4 1-4 30
2. Rubrik Penilaian
SKOR
NO KRITERIA PENILAIAN
4 3 2 1
A Waktu
B Kerja sama
C Cara kerja
D Hasil kerja
No. Nama Nama Siswa Waktu Kerja Cara kerja Hasil kerja
Kelompok sama
SKOR 1-4 1-4 1-4 1-4
1 Kelompok 1 Ade Yudha Trifayana
2 Bagus Dwi Saputra
3 Bagus Prayoga
4 Cindy Amanda Puspita Sari
5 Dian Firmansyah
6 Marsha Dhanu Prastyo
7 Kelompok 2 Rabil Walidi
8 Rahmad Fernandhika Yudha
Pratama
9 M. Ikhsan Syafiqo Akbar R.
10 Anindya Aleeya Mayzara
11 Sunar Duwi Andika Putra
12 Azam Maulana Muhamad
Rumusan penilaian :
Nilai Waktu = {(jumlah skor perolehan/total skor ) x 100} x bobot
Nilai Kerja sama = {(jumlah skor perolehan/total skor ) x 100} x bobot
Nilai Cara Kerja = {(jumlah skor perolehan/total skor ) x 100} x bobot
Nilai Hasil Kerja = {(jumlah skor perolehan/total skor ) x 100} x bobot
Nilai akhir = Nilai waktu + Nilai kerja sama + Nilai cara kerja + Nilai hasil kerja
Guru juga mengadakan pengamatan perkembangan sikap siswa berkenaan dengan:
1) Disiplin
2) Tanggung jawab
3) Kejujuran
4) Sabar
5) Cermat dan teliti
6) Profesional
Mengadakan pembimbingan pada sikap-sikap siswa yang dipandang perlu
pembimbingan.
Lampiran 2: Instrumen Penilaian Sikap
Satuan Pendidikan : SMK
Tahun Pelajaran : 2023/2024
Fase/Semester :F/3
Mata Pelajaran : Pelaksanaan Pekerjaan Kostruksi Perumahan
Catatan :
1. Kejadian/perilaku
Berisi kejadian positif/negatif selama PBM
2. Butir Sikap
a. Disiplin
b. Tanggung jawab
c. Kejujuran
d. Sabar
e. Cermat dan teliti
f. Profesional
3. Pos/Neg
( beri tanda + / -)
2. Asesmen Sumatif
1. Penilaian akhir
2. Lampiran 3: Instrumen Penilaian Sumatif
MATERI:
1. Pengertian Beton
Beton dalam konstruksi teknik didefinisikan sebagai batu-batuan yang dicetak pada
suatu wadah cetakan dalam keadaan cair kental, yang kemudian mampu untuk mengeras
secara baik.
Beton terdiri dari agregat halus, agregat kasar dan satu bahan pengikat. Bahan pengikat
yang lazim dipakai umumnya adalah bahan pengikat yang bersifat hidrolik dalam arti akan
mengikat dan mengeras secara baik kalau dicampur dengan air. Setelah terjadi pengerasan,
beton dalam konstruksi praktis hanya menahan tekan saja, maka bagian yang menahan
tarik perlu diperkuat dengan “tulangan”, karena kekuatan tarik beton sangat kecil.
Bahan pengikat yang dipakai umumnya adalah dari jenis semen Portland (s.p) atau
disebut juga Portland Cement (P.C). Agregat kasar umumnya adalah dipakai kerikil atau
batu pecah kecil (krikak) dan sebagai agregat halus lazim digunakan pasir. Untuk
mudahnya dapat disebutkan, beton terdiri dari campuran semen Portland, pasir dan kerikil
atau batu pecah ditambah dengan air untuk proses pembuatan beton.
Tulangan perkuatan, baik yang untuk melawan kekuatan tarik ataupun untuk membantu
melawan kekuatan tekan dan geser umumnya dipergunakan baja.
Sejarah dari pada beton, yang tentu saja belum memenuhi persyaratan beton masa kini,
sebetulnya sudah dimulai sejak jaman kuno.
Orang-orang jaman Romawi kuno telah menggunakan bahan beton sebagai bahan
konstruksi ataupun bahan pengisi. Bahkan diduga, bahwa sejak lebih kuno lagi bangsa
Mesir telah mengenal dasar-dasar dari beton, meskipun masih berada dalam tingkat sangat
sederhana.
Bangunan beton yang terkenal sebagai peninggalan sejarah dan bekas-bekasnya masih
menunjukkan kekuatan kekedapan air yang cukup tinggi, dapat disebut misalnya bangunan
saluran air sepanjang 90 km dari Eifel ke Keulen. Saluran tersebut dibuat lebih kurang pada
tahun 70 sesudah Masehi dari bahan beton tumbuk.
Beton yang digunakan pada masa itu terbuat dari campuran pemecahan batu dan semen
Romawi. Adapun semen Romawi pada hakekatnya terbuat dari campuran kapur yang telah
dibakar dan tanah puzzolan yang mengandung silikat, yang apabila dicampur dengan kapur
tersebut di atas dengan air, dapat mengeras.
Pada saat itu panas pembakaran tidak dapat mencapai tingkat panas lebur (800 0 – 10000C),
maka hasilnya hanyalah sejenis semen Romawi. Tahun 1844, I.C. Johnson membakar
bahan-bahan sampai pada suhu yang lebih tinggi, yaitu sekitar 1400 0C, sehingga dapat
dicapai mutu semen yang kita kenal sekarang. Secara kebetulan pula oleh Johnson Monier
(orang Perancis) tahun 1861; ditemukan prinsip perkuatan tulangan meskipun sebetulnya
oleh Lambot tahun 1850 telah berhasil dibuat biduk beton bertulang dianggap Monier.
Baru pada tahun 1867, cara pemakaian ini dimintakan pencatatan hak cipta oleh Monier.
Beberapa kegagalan ditemui pada beberapa konstruksi beton bertulang pada saat
tersebut, karena prinsip-prinsip dasar ilmu gaya belum seluruhnya dikuasai, sehingga
ukuran-ukuran dan bagian konstruksi beton beserta penulangannya ditentukan hanya
berdasarkan perkiraan saja. Hak cipta dari Monier pada tahun 1884 telah dijual kepada
perusahaan Freytag dan Heidschuch, selanjutnya pada tahun 1885 hak cipta tersebut untuk
Jerman dan Australia, berpindah tangan pada Waysz. Waysz bersama-sama dengan Prof.
Bauschinger mengadakan penelitian dan percobaan yang lebih bersifat ilmiah. Hal-hal
penting yang dapat terungkap adalah :
1) Beton dan besi memiliki daya saling lekat yang cukup kuat.
2) Koefisien muai dari kedua bahan tersebut hampir sama, sehingga pada suhu yang
berbeda
tidak akan terjadi tegangan-tegangan perlawanan yang melepaskan hubungan kedua
bahan tersebut.
3) Pada pembuatan mutu beton yang cukup baik, maka tulangan di dalam beton tidak akan
berkarat.
Pada tahun 1886 Koenen dari Jerman berhasil membuat cara perhitungan yang lebih
meyakinkan, sehingga pengetrapan konstruksi beton menjadi lebih luas lagi.
Beton bertulang dibataskan sebagai beton yang diberi batang tulangan dan
direncanakan berdasarkan anggapan bahwa kedua bahan tersebut bekerja sama dalam
memilkul bebannya. Cara perhitungan umumnya berdasarkan pada teori elastisitas atau
teori garis lurus atau sering disebut juga sebagai teori tegangan ijin atau working stress
MODUL AJAR- Membuat Adukan Beton Segar 19
design (W.S.D), baik dengan perbandingan modulus elastisitas antara baja dan beton
yang bersifat tetap seperti yang termaktub dalam PBI – 1955. ataupun yang harganya
berubah-ubah tergantung dari mutu beton dan waktu (kecepatan) pembebanannya (PBI –
1971).
Ada pula cara perhitungan berdasarkan prinsip-prinsip kekuatan batas atau lazim disebut
ultimate strength design (U.S.D) adalah satu cara perhitungan berdasarkan daya tahan
tertinggi dari bahan melawan momen lentur.
Selanjutnya berdasarkan ilham dari kulit telor yang tipis tetapi kuat, maka para
arsitek dan insinyur berusaha menirukan bentuk-bentuk tersebut dalam bentuk bangunan
modern, maka terciptalah apa yang disebut sebagai konstruksi kuhah dan konstruksi kulit
telor (eggshell). Umumnya konstruksi-konstruksi tersebut diatas sulit dilaksankan dengan
berdasarkan perhitungan dan pelaksanaan beton biasa.
Keuntungan Beton antara lain:1) Dapat mengikuti bentuk bangunan secara bebas,
2)Tahan terhadap karat, 3) Tahan terhadap bahaya kebakaran, 4) Pemeliharaan hampir
tidak ada, 5) Tahan terhadap gempa bumi, 6) Ukurannya lebih kecil jika dibandingkan
dengan beton tak bertulang atau pasangan batu,7) Sebagai lantai dasar dan pondasi pada
tanah yang jelek (lembek) adalah baik sekali.
Kerugian Beton antara lain :1) Mutu beton sangat tergantung dari pelaksanaan, 2) Tak
dapat dibongkar pasang atau dipindahkan, 3) Bongkaran tidak dapat dipakai lagi, 4) Berat
konstruksi besar, jika dibandingkan dengan konstruksi kayu atau baja.
2. Pengertian Agregat
Agregat adalah butiran mineral jika dicampur dengan semen Portland akan
menghasilkan beton.Dilihat dari asalnya , agregat terdiri dari dua macam yaitu agregat
batuan alam dan agregat buatan.Agregat batuan alam dilihat dari uikurannya ada dua
macam yaitu; agegat halus(pasir) dan agegat kasar (krikil/batu pecah)
Didalam beton agregat berfungsi sebagai bahan pengisi yang netral , merupakan 70 – 75%
dari masa beton. Maksud penggunaan agregat dalam adukan beton adalah:
pasta semen, maka susut pengerasan hanya disebabkan oleh pengerasan pasta semen.
Semakin banyak agregat didalam beton semakin berkurang susut pengerasan beton.
Gradasi agregat yang baik dapat menghasilkan beton padat , sehingga volume rongga
berkurang dan penggunaan semen Portland berkurang pula. Sifat dapat dikerjakan dari
adukan beton dapat diusahakan dengan mengatur gradasi dari agregat, tetapi gradasi
untuk mobilitas yang baik diperlukan butir-butir agregat berlapis pasta semenyang cukup
dan butiran agregat tidak saling bersinggungan, hingga dapat memudahkan gerak adukan
beton.
Pasir adalah batuan halus, terdiri dari butiran sebesar 0,14 – 5 mm, didapat dari hasil
disintegrasi batuan alam(naturan sand) atau dapat juga dengan memecahkan(artificial
sand), tergantng dari dari kondisi pembentukan tempat terjadinya. Pasir alam dapat
dibedakan antara lain: 1) Pasir galian, 2) Pasir sungai, 3)Pasir laut, 4) Pasir dune (bukit-
bukit pasir yang dibawa angin ketepi pantai) Agrgat halus untuk beton dapat berupa pasir
alam sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang
dihasilkan oleh alat pemecah batu. Sesuai dengan syarat-syarat pengawasan mutu agregat
untuk berbagai mutu beton, maka agregat halus harus memnuhi syarat. Pasir laut tidak
boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton, kecuali dengan petunjuk-
petunjuk dari Lembaga Pemeriksaan Bahan-bahan yang diakui.
Agregat halus harus terdiri dari butiran yang tajanm dan keras , pasir tidak boleh
mengandung lumpur lebih dari 5% terhadap berat kering, jika kadar lumpur lebig dari 5%
harus dicuci. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton,
kecuali dengan petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan yang diakui.
Agrgat kasar sebagai bahan campuran untuk membuat beton dapat berupa kerikil
atau batu pecah. Kerikil adalah bahan yang terjadi sebagai hasil disintegrasi alami dari
bebatuan yang berbentuk agak bulat serta permukaannya agak licin. Menurut asalnya
kerikil dapat dibedakan antara lain: 1) Kerikil galian, 2) Kerikil sungai, 3) Kerikil pantai
Kerikil galian biasanya mengandung zat-zat tercampur seperti: Tanah liat, Debu, Pasir, Zat
organic. Kerikil sungai dan kerikil pantai biasanya bebas dai zat-zat tercampur ,
permukaanya licin dan bentuknya bulat.Hal ini disebabkan oleh pengaruh air.Butiran
kerikil galian kasar yang menjamin pengikatan lebih baik. Butir-butir kerikil agak bulat
menguntungkan, sedangkan untuk butir-butir bentuk pipih dan tajam tidak baik. Menurut
ukurannya kerikil dapat dibagi sebagai berikut:1) Ukuran butir : 5 – 10 mm disebut
kerikil halus, 2) Ukuran butir : 10 – 20 mm disebut kerikil sedang, 3) Ukuran butir : 20 –
40 mm disebut kerikil kasar, 4) Ukuran butir : 40 – 70 mm disebut kerikil kasar sekali.
Ukuran butir ≥ 70 mm digunakan untuk konstruksi beton siklop(cyclopean beton).
MODUL AJAR- Membuat Adukan Beton Segar 21
Batu pecah atau kericak yaitu bahan yang diperoleh dari batu yang digiling
(dipecah)menjadi pecahan-pecahan berukuran 5-70 mm.Sebagai batu pecah dapat berasal
dari batu primer, batu scundair ataupun bahan metamorf. Agrgat kasar untuk beton dapat
berupa kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah
yang diperoleh dari pemecahan batu. Pada umumnya yang dimaksud dengan aghregat
kasar adalah agregat dengan besar butir lebih dari 5 mm. Sesuai dengan syarat-syarat
pengawasan mutu agregat untuk berbagai mutu beton , maka agregat kasar harus
memenuhi syarat.
4. Semen Portland
Semen Portland sebagai komponen beton yang berfungsi sebagai bahan pengikat
anorganik, secara umum sifat utamanya adalah mengikat dengan adanya air dan mengeras
secara hidrolik . Semen Portland sebagai komponen beton yang berfungsi sebagai bahan
pengikat anorganik, secara umum sifat utamanya adalah mengikat dengan adanya air dan
mengeras secara hidrolik. Semen Portland merupakan bahan bubukan halus, butirannya
sekitar 0,05 mm dan pada hakekatnya terdiri dari tablur-tablur senyawa yang kompleks.
Bahan baku semen sangat tergantumg pada kadar bahan asli yang terdapat didaerah
tertentu.
Untuk mendapatkan komponen bahan baku semen Portland yang baik ternyata
diperlukan perbandingan :
menggunakan molen, prinsip dasarnya sama dengan pengadukan secara manual, hanya
proses pencampuran bahan adukan beton dilakukan di dalam molen yang terus menerus
berputar. Hasil adukan beton dengan menggunakan molen lebih baik dan lebih merata
dibandingkan dengan proses pengadukan secara manual.
3. Pengangkutan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengankutan beton dari tempat penyiapan adukan
ke tempat pengecoran adalah sebagai berikut;
a. Harus dihindari adanya pemisahan dan kehilangan bahan-bahan.
b. Cara pengangkutan adukan beton harus lancar sehingga tidak terjadi perbedaan waktu
pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang akan dicor.
c. Adukan beton umumnya sudah harus dicor dalam waktu 1 jam setelah pengadukan
dengan air dimulai. Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang sampai 2 jam bila adukan
beton digerakkan kontinyu secara mekanis.
d. Apabila jangka waktu pengangkutan memakan waktu yang panjang, harus dipakai bahan
penghambat pengikatan.
MODUL AJAR- Membuat Adukan Beton Segar 23
Bagian bawah mistar pengukur dibuat rata dan tingginya sama dengan tebal lantai yang
dicor. Pada waktu pengecoran telah mencapai tebalnya, mistar pengukur dapat dipindah
tempatnya.
e. Pengecoran harus dilaksanakan terus menerus sampai selesai. Bila hal tersebut tidak
memungkinkan, pengecoran dapat dihentikan pada tempat-tempat tertentu yang tidak
membahayakan.