Anda di halaman 1dari 1

Hakikat Manusia yang Bangkrut

Didalam sebuah hadist yang diriwiyatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW pernah bertanya kepada
para sahabat “Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?”. Kemudian para sahabat menjawab
“Orang yang bangkrut adalah orang yang tidak memiliki harta benda dan kekayaan”. Lalu Rasulullah
SAW bersabda : “Sesungguhnya orang yang bangkrut diantara ummatku adalah dia yang nanti datang di
hari kiamat membawa pahala sholat, membawa pahala puasa, membawa pahala zakat. Akan tetapi selama
hidup di dunia dia pernah menyakiti orang lain, mengumbar aib orang lain, mencaci-maki orang lain,
memfitnah orang lain, mengambil hak milik orang lain, menganiaya orang lain bahkan sampai
menghilangkan nyawa orang lain. Kemudian pahala yang selama ini dia kumpulkan selama hidup di
dunia akan diberikan semuanya kepada orang yang dulu pernah dia dzolimi dan jikalau semua pahala dari
amal kebaikannya telah habis sedangkan dosa dia kepada orang lain belum terbayar lunas maka semua
dosa dari orang yang dulu pernah dia dzolimi akan diberikan kepada nya dan dia akan dilemparkan
kedalam neraka jahannam”. Defini kebangkrutan atau “Muflis” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah keadaan dimana seseorang mengalami kerugian yang sangat besar. Semua harta benda
yang selama ini dia usahakan denga susah payah tiba-tiba habis dalam sekejap untuk membayar semua
hutangnya. Hidupnya berubah 180 derajat dari yang tadinya kaya raya menjadi miskin tanpa harta.
Ternyata ada kebangkrutan yang lebih buruk akibatnya dari sekedar kebangkrutan ekonomi yaitu
kebangkrutan di akhirat ketika semua pahala dari amal kebaikan yang kita lakukan selama hidup di dunia
ternyata habis untuk menebus dosa dan kesalahan kita kepada orang lain yang pernah kita sakiti dan tidak
cukup sampai disitu nantinya pun kita harus menanggung dosa dan kesalahan dari orang lain dan pada
akhirnya akan menyeret kita kedalam pintu neraka. Tidak ada manusia di dunia ini yang tidak pernah
melakukan dosa dan kesalahan. Dikatakan “al insaanu mahallul khoto` wan nisyaan” “Manusia itu
tempatnya salah dan lupa”. Ketika seseorang melakukan kesalahan, ada pintu taubat yang dapat
ditempuh untuk mendapatkan ampunan Allah SWT. Tatkala seseorang melakukan kesalahan yang
kaitannya dengan hak Allah atau “hablum minallahu” maka cara taubatnya cukuplah mudah. Cukup
dengan melakukan taubat nasuha yaitu taubat yang sebenar-sebenarnya dengan mengucapkan istighfar
memohon ampun kepada Allah, berhenti berbuat maksiat, bertekad untuk tidak mengulangi dosa yang
serupa dan berbuat baik sebanyak mungkin dengan harapan kebaikan yang kita lakukan akan menghapus
dosa kita di masa lampau. “Bertaqwalah engkau kepada Allah dimana pun engkau berada dan ikutilah
perbuatan buruk mu dengan perbuatan baik maka niscaya kebaikan yang engkau lakukan dapat
menghapus dosa dan kesalahan mu di masa lampau dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik”
Akan tetapi tatkala seseorang melakukan kesalahan yang kaitannya dengan interaksi sesama manusia atau
“hablum minannaas” maka cara pertaubatannya tidak cukup dengan hanya beristighfar. Ketika
melakukan kesalahan kepada orang lain maka yang harus kita lakukan adalah meminta maaf dan orang
tersebut haruslah memaafkan kesalahan kita. Jikalau itu tidak dilakukan maka di akhirat nanti kita akan
termasuk kedalam golongan orang-orang yang mengalami kebangkrutan sebagaimana yang
dideskripsikan pada hadist tadi. Ramadhan telah berlalu dan pergi meninggalkan kita. Alangkah baiknya
kita saling memaafkan sehingga esensi dari Ramadhan dapat kita raih yaitu predikat taqwa dan kita semua
termasuk kedalam orang-orang yang kembali kepada kesucian. Dengan meminta maaf tidak akan
membuat seseorang menjadi terhina dan dengan memaafkan akan membuat hati semakin lapang.

Anda mungkin juga menyukai