Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH FISIKA KOMPUTASI

PENYELESAIAN FENOMENA ROKET SECARA NUMERIK DENGAN MENGGUNAKAN


INTERPOLASI LAGRANGE

OLEH
RIGIS SUGIANTI (14034032)
Drs. Akmam, M.Si

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2017

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Penyelesaian Fenomena Roket
Secara Numerik Dengan Menggunakan Interpolasi Lagrange.

Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada sang Pembaharu yaitu pembawa
pencerahan, Nabi Agung Muhammad SAW, yang telah mencerahkan dunia dan isinya dengan
suri tauladannya.Makalah ini ditulis untuk melengkapi tugas akhir dari perkuliahan FISKOM
yang telah dijalankan oleh penulis selama masa satu semester ini.

Makalah ini secara umum membahas tentang fenomena fisika yaitu kecepatan ke atas
sebuah roket dan bagaimana penyelesaian persamaannya dengan cara numerik. Penyelesaiannya
dengan cara numerik dengan menggunakan program Matlab akan lebih memudahkan dalam
memperoleh penyelesaian dari masalah tersebut. Hal ini disebabkan karena ada kalanya
persamaan-persamaan yang muncul dari fenomena tersebut bukanlah persamaan yang sederhana
tetapi berupa persamaan yang lebih rumit yang akan menyulitkan jika diselesaikan secara
analitik.

Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan makalah ini. Kepada dosen pembimbing, Drs. Akmam, M.Si, yang telah bersusah
payah membimbing kami selama satu tahun ini. Kepada teman-teman atas semangat dan
dukungannya, dan kepada pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu disini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan,
semua itu karena keterbatasan kemampuan penulis dalam menganalisis fenomena yang ada,
namun saran dan kritik selalu penulis harapkan demi perbaikan selanjutnya. Semoga dengan
adanya makalah ini dapat memberikan kebaikan kepada semua orang.

Padang, 08 Juni 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER..................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ 2
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 5
B. Tujuan .......................................................................................................................... 5
C. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................. 6
A. Fenomena Roket........................................................................................................... 6
BAB III PENUTUP..................................................................................................................... 19
A. Kesimpulan.................................................................................................................... 19
B. Saran 19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................... 21

B
AB I

3
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Peran komputasi dalam perkembangan ilmu fisika baik terapan maupun
teoritik semakin besar. Hal ini dipengaruhi oleh semakin tingginya tuntutan untuk
menyelesaikan problem-problem matematis kompleks pada suatu model fisika yang
tidak dapat diselesaikan melalui metode analitik secara lebih presisi. Begitu
pentingnya peran komputasi sehingga disebut-sebut sebagai pilar ketiga dalam sains
selain eksperimen dan teori. Lebih jauh lagi, teknologi komputasi adalah poin
penting dalan era theory-driven experiments, yang berarti bahwa penelitian dan
percobaan pada era tersebut tidak lagi sekedar bergantung pada trial and error, akan
tetapi didukung dan digerakkan oleh teori-teori dasar yang menyokongnya.
Banyak fenomena-fenomena fisika yang terdapat dalam kehidupan kita mulai dari
fenomena yang sederhana sampai kepada fenomena yang rumit untuk dijelaskan.
Fenomena-fenomena tersebut nantinya akan menghasilkan suatu bentuk rumusan secara
matematik jika dibahasakan secara kuantitatif. Rumusan-rumusan inilah yang kemudian
diolah untuk kepentingan selanjutnya.
Pengolahan rumusan fenomena tersebut ada kalanya menemukan kesulitan jika
diolah secara analitik karena berbagai keterbatasan. Untuk memudahkannya, maka
rumusan tersebut diolah secara numerik dengan berbagai metoda dan pendekatan-
pendekatan untuk mendapatkan hasil yang sebenarnya. Metoda-metoda ini bukan tanpa
kesalahan, walaupun diolah dengan komputer, tetapi yang namanya kesalahan akan tetap
ada. Dalam pengolahan ini kita berusaha untuk mencapai hasil sebenarnya dengan nilai
kesalahan yang sangat kecil.
Dengan demikian, metoda numerik dapat sangat membantu dalam penyelesain
masalah fenomena-fenomena yang ada di alam, khususnya fenomena fisika.

B. Tujuan
Adapun tujuan yang penulis angkat dalam penyelesaian makalah ini adalah sebagai
berikut :

4
1. Menyelesaikan masalah kecepatan ke atas suatu roket pada waktu tertentu
menggunakan metode interpolasi lagrange untuk menentukan kecepatan pada saat
t=16s.

C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang penulis angkat pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana menentukan kecepatan ke atas roket pada waktu t=16s?

BAB II
PEMBAHASAN

A. FENOMENA ROKET

5
Sebelum membahas fenomena fisika tentang roket, alangkah baiknya terlebih
Dahulu kita membahas hal-hal yang berhubungan dengan roket tersebut. Dalam hal ini
pergerakan roket sesuai dengan Hukum Newton ke 3 yang berbunyi :”Apabila sebuah
benda memberikan gaya kepada benda lain, maka benda kedua memberikan gaya kepada
benda yang pertama. Kedua gaya tersebut memiliki besar yang sama tetapi berlawanan
arah”.

Secara matematis Hukum III Newton dapat ditulis sebagai berikut :

F A ke B = – F B ke A

F A ke B adalah gaya yang diberikan oleh benda A kepada benda B, sedangkan F B ke

A adalah gaya yang yang diberikan benda B kepada benda A. Misalnya ketika anda
menendang sebuah batu, maka gaya yang anda berikan adalah F A ke B , dan gaya ini
bekerja pada batu. Gaya yang diberikan oleh batu kepada kaki anda adalah – F B ke A.

Tanda negatif menunjukkan bahwa arah gaya reaksi tersebut berlawanan dengan gaya
aksi yang anda berikan. Jika anda menggambar tanda panah yang melambangkan
interaksi kedua gaya ini, maka gaya F A ke B digambar pada batu, sedangkan gaya yang
diberikan batu kepada kaki anda, – F B ke A, digambarkan pada kaki anda.

Persamaan Hukum III Newton di atas juga bisa kita tulis sebagai berikut :

Faksi = -Freaksi

Hukum warisan Newton ini dikenal dengan julukan hukum aksi-reaksi. Ada aksi maka
ada reaksi, yang besarnya sama dan berlawanan arah. Kadang-kadang kedua gaya
tersebut disebut pasangan aksi-reaksi. Ingat bahwa kedua gaya tersebut (gaya aksi-
gaya reaksi) bekerja pada benda yang berbeda. Berbeda dengan Hukum I Newton
dan Hukum II Newton yang menjelaskan gaya yang bekerja pada benda yang sama.

Gaya aksi dan reaksi adalah gaya kontak yang terjadi ketika kedua benda bersentuhan.
Walaupun demikian, Hukum III Newton juga berlaku untuk gaya tak sentuh, seperti gaya
gravitasi yang menarik buah mangga kesayangan anda. Ketika kita menjatuhkan batu,
misalnya, antara bumi dan batu saling dipercepat satu dengan lain. batu bergerak menuju ke

6
permukaan bumi, bumi juga bergerak menuju batu. Gaya total yang bekerja pada bumi dan
batu besarnya sama. Bumi bergerak ke arah batu yang jatuh karena massa bumi sangat besar
maka percepatan yang dialami bumi sangat kecil (Ingat hubungan antara massa dan percep
atan pada persamaan hukum II Newton). Walaupun secara makroskopis tidak tampak, tetapi
bumi juga bergerak menuju batu atau benda yang jatuh akibat gravitasi. Bumi menarik batu,
batu juga membalas gaya tarik bumi, di mana besar gaya tersebut sama namun arahnya
berlawanan.
Suatu penerapan hukum fisika yang begitu hebat, adalah roket, yang
didasari atas hukum ketiga Newton, dan penerapan impuls dan momentum. Dengan semua
hal diatas roket dapat bergerak melawan gravitasi bumi.
Dari hukum ketiga Newton, bahwa ketika suatu benda
mengerjakan gaya pada benda lain, maka benda yang dikerjakan gaya akan mengerjakan
gaya pada benda yang mengerjakan gaya padanya, gaya ini disebut gaya aksi-reaksi yang
besarnya sama, namun arahnya berkebalikan, dan juga impuls dan momentum, dikatakan
bahwa gaya eksterna yang bekerja pada suatu benda atau sistem akan mengakibatkan laju
perubahan momentum benda tersebut.
Dari hal tersebut kita akan menurunkan persamaan
untuk gaya dorong yang mengakibatkan roket dapat melawan gravitasi. Asumsikan ketika
t=0, roket diam sehingga massa roket ditambah massa bahan bakar adalah m, setelah ∆t,
roket telah membakar sebesar ∆m bahan bakar sehingga kecepatan roket bertambah sebesar
∆v dan ∆v akan terus bertambah besar terhadap t dan gas hasil pembakaran memiliki
kecepatan keluar sebesar -u konstan.
sehingga untuk roket (momentum roket)

P1=0
P2=(m-∆m)∆v
maka

( m−Δm ) Δv
F−( m− Δm ) g=
Δt
…………………….. (1)

untuk gas yang keluar dari roket dengan massa ∆m (momentum gas)

7
P1=0
P2=-(∆m)u
maka

( Δm ) u
−( F + ( Δm ) g )=−
Δt
F= ( (ΔtΔm) u )−(( Δm ) g)
untuk lim ∆t →0, maka ∆m→0 juga, maka suku (∆m)g bisa kita abaikan terhadap suku lainnya,
sehingga persamaan diatas menjadi
dm
F=u
dt ……………….. (2)

dm
dengan dt adalah laju pembakaran bahan bakar dan persamaan diatas merupakan persamaan
gaya dorong roket

sekarang lihat persamaan 1

( m−Δm ) Δv
F−( m− Δm ) g=
Δt
F−( m− Δm ) g=
mΔt
Δt ( )(

ΔmΔv
Δt )
untuk lim ∆t →0, maka ∆m→0 juga dan ∆v→0 juga, maka suku (∆m∆v/∆t) dan (∆m)g bisa kita
abaikan terhadap suku lainnya, sehingga persamaan diatas menjadi

F−mg= m ( ) dv
dt
dm dv
u −mg=m
dt dt
dm dv
u −g=
dt ( m) dt
sehingga untuk mendapatkan kecepatan roket ketika t maka kita integralkan persamaan diatas
dari t=o sampai t dan dari m sampai m saat t

8
dm
∫ u m −∫ gdt=∫ dv

( )
mawal
( u ) ln −gt =v t
m akhir
………….(3)

Persamaan 3 merupakan persamaan untuk kecepatan roket ketika waktu t dengan syarat V 0=0
dan tawal=0

Jika kita mengasumsikan V0≠0 dan tawal≠0, maka persamaan 3 akan menjadi

( )
m awal
( u ) ln −( gt 2 −gt 1 ) =v t −v 0
m akhir

Inilah persamaan umum untuk kecepatan roket dengan syarat u haruslah harga mutlak karena
saat awal kita sudah memasukkan u negatif, maka pada rumus umum, u harus harga mutlak.

Sebuah roket mendapatkan dorongan dengan membakar bahan bakar dan membuang gas
yang terbentuk lewat belakang. Roket mengerjakan gaya pada gas buang, dan dari hukum ketiga
Newton, gas mengerjakan gaya yang sama dan berlawanan pada roket, mendorongnya ke depan.
Momentum yang hilang karena gas yang dikeluarkan sama dengan momentum yang yang
diperoleh roket. Roket mendorong melawan gas buangannya sendiri, yang mendorong kembali
melawan roket tersebut.

Persamaan Roket :

dv dm
m =u keluar| |+F eks
dt dt

besaran ukeluar |dm/dt| dinamakan dorongan roket :

Fdorongan = ukeluar |dm/dt|

9
Ketika roket bergerak didekat permukaan bumi, gaya eksternal Feks adalah berat roket.
Dalam persamaan Roket, gaya ini negative karena gaya ini langsung berlawanan dengan arah
kecepatan, seandainya roket bergerak ke atas. Jadi, dorongan harus lebih besar dibandingkan
berat roket jika roket harus dipercepat ke atas. Setelah kita mensubstitusi Fkeluar = -mg dan
membagi dengan m, maka persamaannya menjadi :

dv dm
=−g+ukeluar m| |
dt dt

Untuk memecah persamaan diatas guna memperoleh kecepatan v, maka harus


mengetahui kelajuan pembuangan relatif terhadap roket u ex dan laju pembakaran bahan bakar
roket |dm/dt|. Pemecahan persamaan ini rumit karena m tidak konstan, tetapi merupakan fungsi
waktu. Dengan demikian persamaan di atas menjadi :

dv = -gdt - ukeluar dm/m

dengan menganggap bahwa g konstan dan mengintegrasi dari t=0 sampai t=tb ketika bahan bakar
terbakar sempurna, kita dapatkan :

mi
v f −v i=−gt b −ukelur ln
mf

Dalam persamaan di atas kita telah menggunakan ∫(dm/m) = In m. Dengan menggunakan –In
mf/mi = In (mi/mf), kita mendapatkan :

mi
v f −v i =+ ukelur ln −gt b
mf

persamaan di atas menyatakan perubahan kecepatan roket yang bergerak dalam medan gravitasi
yang konstan yang dinyatakan dalam kelajuan pembuangan, waktu untuk membakar bahan bakar
tb, dan rasio massa awal terhadap massa akhir. Untuk roket yang bergerak dalam ruang bebas
tanpa gaya eksternal, perubahan kecepatan diberikan oleh :

10
mi
v f −v i =+ ukeluar ln
mf
(tanpa gaya eksternal)

massa roket tanpa bahan bakar sama sekali dinamakan berat roket kosong(payload). Jika berat
kosong hanya 10 persen dari massa awal total, artinya, 90 persen massa awal adalah bahan bakar,
rasio mi/mf ketika bahan bakar habis adalah 10. Untuk roket yang bergerak dengan v i = 0 dan
tanpa gaya eksternal, kelajuan akhir akan sama dengan :

vf = ukeluar In 10 = 2,3 ukeluar

Di bawah ini dapat kita lihat sebuah data kecepatan keatas suatu roket pada waktu
tertentu yang akan kita selesaikan dengan metode interpolasi lagrange

Kecepatan roket keatas adalah diberikan sebagai fungsi waktu dalam tabel berikut :

t(s) V(t) (m/s)


0 0
10 227,04
15 362,78
20 517,35
22,5 602,97
30 901,67
Tentukan nilai dari kecepatan pada t=16 detik menggunakan interpolasi lagrange pendekatan
orde 1, orde 2 dan orde 3

Penyelesaian :

A) Untuk interpolasi polinomial orde pertama(disebut juga interpolasi linear) diberikan


kecepatan dengan
1
v ( t ) = ∑ Li ( t ) v ( t i )
i =0

=L0 ( t ) v ( t 0 ) + L1 ( t ) v ( t 1 )

Karena kita mau menemukan kecepatan pada t=16s dan kita sedang menggunakan
polynomial orde 1 maka kita perlu memilih kedua titik data yang terdekat pada t=16s.
kedua titik tersebut adalah pada saat t0=15s dan t1=20s, kemudian.

11
t0=15s, v(t0)=362,78

t1=20s, v(t1)=517,35

gunakan rumus berikut untuk mencari kecepatannya

¿ j≠0 ¿¿¿ ¿
1
t −t 1
=
t 0 −t 1

¿ j≠0 ¿¿¿ ¿
1
t −t 0
=
t 1−t 0

Maka

Pada selang 15≤t≤20 untuk mencari kecepatan pada saat t=16s

t−t 1 t−t 0
v (t )= v (t 0 )+
t 0 −t 1 t 1 −t 0 v(t )
1

t−20 t−15
= ( 362 ,78 )+ ( 517 ,35 )
15−20 20−15

16−20 16−15
v (16 )= ( 362 , 78 ) + ( 517 ,35 )
15−20 20−15

=0 ,8 ( 362 , 78 ) +0 , 2 (517 ,35 )


=393 , 69 m/s
Kita dapat melihat bahwa L0(t)=0,8 dan L1(t)=0,2 seperti kecepatan pada t=15s dan
t=20s untuk menghitung kecepatan pada t=16s.

B) Untuk interpolasi orde kedua (interpolasi kuadrat) diberikan kecepatan dengan :


2
v ( t )=∑ Li ( t ) v ( t i )
i=0

12
=L0 ( t ) v ( t 0 ) + L1 ( t ) v ( t 1 ) + L 2 ( t ) v ( t 2 )

Karena kita ingin menemukan kecepatan pada saat t=16s menggunakan interpolasi
lagrange orde kedua maka kita perlu memilih tiga titik data yang terdekat pada t=16s.
tiga titik data tersebut adalah pada saat t0=10s,t1=15s,t2=20s

Maka

t0=10, v(t0)=227,04

t1=15, v(t1)=362.78

t2=20, v(t2)=517.3

lalu masukkan ke persamaan berikut

¿ j≠0 ¿¿¿ ¿
2
( )( )
t −t 1 t −t 2
=
t 0 −t 1 t 0 −t 2

¿ j≠0 ¿¿¿ ¿
2

¿ j≠0 ¿ ¿ ¿ ¿
2

( )( )
t −t 0 t −t 2
=
t 1 −t 0 t 1 −t 2

( )( )
t −t 0 t −t 1
=
t 2 −t 0 t 2 −t 1

Jadi

13
( )( ) ( )( ) ( )( )
t −t 1 t −t 2 t −t 0 t −t 2 t −t 0 t −t 1
v ( t )= v (t 0)+ v (t 1)+ v ( t2 )
t 0 −t 1 t 0 −t 2 t 1 −t 0 t 1 −t 2 t 2 −t 0 t 2−t 1

Kcepatan pada saat t=16s

v ( 16 )= (16−15 )( 16−20
10−15 10−20 ) ( 227 . 04 ) + ( )(
16−10 16−20
15−10 15−20 ) ( 362 .78 )+ (
20−10 )(20−15 )
16−10 16−15
(517 . 35 )

=(−0 . 08 ) ( 227 .04 ) + ( 0 . 96 ) ( 362. 78 ) + ( 0 . 12 ) (517 . 35 )

=392.19 m/s

Untuk interpolasi orde 2 dihitung kesalahan relatif absolut dengan mempetimbangkan hasil
interpolasi orde 1 seperti sebelumnya

392. 19−393 . 69
|ε|=| |×100 0 0
392. 19
=0.3825%

C) Untuk interpolasi orde ke-3 diberikan kecepatan dengan


3
v ( t ) = ∑ Li ( t ) v ( t i )
i=0

L 0 ( t ) v ( t 0 ) + L1 ( t ) v ( t 1 ) + L 2 ( t ) v ( t 2 ) + L3 ( t ) v ( t 3 )
=

Kita menggunakan interpolasi orde ke-3 jadi perlu 4 titik data terdekat untuk mencari kecepatan
pada saat t=16s

t0=10, v(t0)=227.04

t1=15, v(t1)=362.78

t2=20, v(t2)=517.35

t3=22.5, v(t3)=602.97

maka

f3(t) = L0(t)v(t0) + L1(t)v(t1) + L2(t)v(t2) + L3(t)v(t3)

14
jadi

( )( )( ) ( )( )( )
t −t 1 t −t 2 t −t 3 t −t 0 t −t 2 t −t 3
v3 ( t ) = v (t 0) + v (t)+
t 0−t 1 t 0 −t 2 t 0 −t 3 t 1−t 0 t 1 −t 2 t 1−t 3

( )( )( ) ( ) ( )( )( ) (
t−t 0 t −t 1 t −t 3 t −t 0 t −t 1 t−t 2
v t2 + v t3 )
t 2−t 0 t 2 −t 1 t 2−t 3 t 3 −t 0 t 3 −t 1 t 3 −t 2

(16−15
v3 ( t ) = )( )(
16−20 16−22 .5
10−15 10−20 10−22. 5 ) ( 227 . 04 ) + (
15−10 )(15−20 )(15−22 . 5 )
16−10 16−20 16−22. 5
( 362 . 78 )

(16−10 )( )(
16−15 16−22. 5
20−10 20−15 20−22. 5 ) ( 517 .35 )+ (
22 .5−10 22 .5−15 22 .5−20 )
16−10
)( 16−15
)( 16−20
( 602. 97 )

=(-0.0416)(227.04)+(0.832)(362.78)+(0.312)(517.35)+(-0.1024)(602.97)

=392.06 m/s

Maka persentase kesalahan relatifnya adalah dengan membandingkan hasil orde ke-3 dengan orde ke-2

392. 06−392. 19
|ε|=| |×100 0 0
392. 06
=0.03316%

Interpolasi Lagrange

BEGIN

15
Baca N

I=0…N

Baca x(i),fx(i)

Baca t

vt=0

I=0…N

Vc=1

j=0…N

I<>j

V=v*(t-x(j))/(x(i)-x(j))

Vt=Vt+v*f(i)

Tulis t,Vt
Program menggunakan interpolasi lagrange

%program lagrange end


n=input('baca n=');
for i=1:n

16
x(i)=input('baca x(i)= ');
fx(i)=input('baca fx(i)= ');
end;
vc=input('baca vc=');
vt=0;
for i=1:n
v=1;
for j=1:n
if i~=j
v=v*(vc-x(j))/(x(i)-x(j));
end;
end;
vt=vt+v*fx(i);
end;
fprintf('vc= %d\n,vt= %d\n',vc,vt);

17
Keluaran dari program di atas adalah

baca n=6

baca x(i)= 0

baca fx(i)= 0

baca x(i)= 10

baca fx(i)= 227.04

baca x(i)= 15

baca fx(i)= 362.78

baca x(i)= 20

baca fx(i)= 517.35

baca x(i)= 22.5

baca fx(i)= 602.97

baca x(i)= 30

baca fx(i)= 901.67

18
baca vc=16

vc= 16

,vt= 3.920706e+002

Dengan demikian di dapat kecepatan roket pada t=16s adalah 392.07m/s

BAB III
PENUTUP

A KESIMPULAN

19
Seperti yang telah disebutkan pada pendahuluan, yaitu metode numerik digunakan
untuk membantu penyelesaian fenomena-fenomena yang ada di alam. Dengan menggunakan
metode interpolasi Lagrange, dapat diselesaikan kecepatan roket pada t=16 detik dengan rumus

n
f n ( x )=∑ Li ( x ) . f ( xi )
i =0

Dengan ¿ j≠i ¿ ¿ ¿ ¿
n
sehingga diperoleh kecepatan roket 392.07 m/s
Jadi, dengan menggukan metode numerik dan pendekatan, fenomena di alam dapat
diselesaikan dengan lebih mudah.

B SARAN
Kepada pembaca penulis sarankan agar jangan mengabaikan kesalahan. Dalam
perhitungan secara numerik, walaupun dilakukan oleh komputer, kesalahan tidak dapat
diabaikan. Dalam analisis secara numerik kita menggunakan beberapa pendekatan.

DAFTAR PUSTAKA
Luknanto,Djoko. 2001. Metode Numerik. Yogyakarta: FT UGM

Masril. et. al. 2003. Penyusunan Petunjuk Pratikum Fisika Komputasi. Padang:

FMIPA.UNP.

20
Susila,I nyoman. 1998. Dasar-Dasar Metode Numeric. Bandung: FMIPA ITB

Syakbaniah,dkk. 2011. Petujuk pratikum eksperimen fisika. Padang: FMIPA UNP

21

Anda mungkin juga menyukai