Oleh:
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................................1
DAFTAR GRAFIK..........................................................................................................................2
DAFTAR TABEL...........................................................................................................................3
BАB І..........................................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Identifikasi Masalah.......................................................................................................7
C. Tujuan Dasar Penelitian.................................................................................................8
D. Manfaat Penulisan........................................................................................................8
BAB II..........................................................................................................................................9
A. Definisi Upah..................................................................................................................9
B. Jenis-jenis Upah...........................................................................................................10
C. Teori Pengupahan........................................................................................................11
D. Sistem Pengupahan di Indonesia.................................................................................12
E. Pasar Tenaga Kerja.......................................................................................................13
BAB III.......................................................................................................................................20
A. Kesimpulan...................................................................................................................20
B. Saran............................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................21
2
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR TABEL
BАB І
PENDАHULUАN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi pada suatu negara sangat dipengaruh oleh kegiatan
ekonomi dalam negara tersebut, dimana hal tersebut tidak terlepas dari peran
pengusaha dan terkhusus para pekerja dimana mereka adalah elemen produksi yang
paling penting. Oleh karena itu isu tentang upah dan perburuhan selalu menjadi topik
yang hangat karena terdapat kesenjangan kepentingan antara kepentingan pekerja
dengan kepentingan pemilik usaha.
Pemerintah negara berperan penting dalam menjamin kestabilan upah di pasar
tenaga kerja. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan kebijakan upah minimum
untuk menjamin kesejahteraan buruh dan keseimbangan permintaan dan penawaran
tenaga kerja dalam pasar tenaga kerja. Karena ketika upah sepenuhnya diserahkan
kepada pengusaha akan menimbulkan masalah bagi para pekerja, karena pengusaha itu
sendiri lebih berorientasi untuk meminimalisir pengeluaran perusahaan untuk profit
yang lebih besar yang berujung pada penetapan upah yang tidak adil.
Adanya konflik kepentingan antara pengusaha dan pekerja ini menjadi
tantangan dalam merumuskan nominal upah. Upah yang cenderung besar akan
merugikan pengusaha yang bisa mengurangi minat pemilik modal ataupun pengusaha
untuk menjalankan bisnis. Sedangkan ketika upah yang kecil akan menimbulkan
ketidak puasan bagi para pekerja dan seringkali berujung pada pergerakan massa dan
konflik.
Adakalanya ketika upah merugikan pihak pekerja/buruh maka akan terjadi
pemogokan. Keberadaan pemogokan telah menjadi masalah bagi para ekonom karena
pemogokan sebagai hasil yang tidak efisien dari proses tawar-menawar kolektif.
Pemogokan menimbulkan sehingga baik serikat pekerja maupun perusahaan akan
lebih baik jika mereka menyetujui penyelesaian pascapemogokan sebelum pemogokan
5
terjadi; oleh karena itu, para ekonom sering memandang pemogokan sebagai
kecelakaan atau kesalahan dalam proses negosiasi. pemogokan sebagai kecelakaan
atau kesalahan dalam proses negosiasi (McConnel, 2017).
Pembahasan tentang upah minimum di Indonesia sudah dimulai sejak tahun
1969 dan dalam 50 tahun terakhir, Indonesia telah tiga kali mengganti standar
kebutuhan hidup sebagai dasar dalam menetapkan tingkat upah minimum. Standar
yang digunakan sekarang ialah KHL (kebutuhan hidup layak), standar kebutuhan
hidup ini digunakan dari tahun 2006 hingga sekarang, dimana hal ini diatur dalam
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 17 Tahun 2005 tentang komponen dan
penahapan KHL.
Survey tentang kebutuhan hidup layak (KHL) itu dilakukan oleh dewan
pengupahan dimana hasil perhitungan tersebut digunakan sebagai dasar dalam
penentuan upah minimum tahun pertama dalam kurun waktu 5 tahun periode. Tapi
yang melakukan survey KHL bukan hanya dewan pengupahan yang dibentuk oleh
negara tapi serikat buruh/pekerja juga melakukan survey yang sama untuk dijadikan
perbandingan dalam penentuan upah.
Perumusan upah minimum juga memiliki kelemahan dalam menjamin
kesejahteraan pekerja, karena perhitungan KHL itu melihat standar kebutuhan hidup
layak secara fisik bagi seorang pekerja/buruh yang lajang selama satu bulan.
Sedangkan banyak pekerja yang sudah berkeluarga atau memiliki tanggungan yang
masih menerima upah standar (sama dengan UMR) sehingga pendapatan mereka tidak
dapat menjamin kehidupan layak bagi keluarganya. Bahkan lebih parahnya lagi
banyak pekerja yang menerima upah di bawah upah minimum yang di dominasi oleh
pekerja pada sektor informal.
6
52.00%
50.90% 51.25%
50.61%
50.00% 49.67%
48.66%
48.00%
47.07%
46.00% 46.12%
44.00%
43.46%
42.00%
40.00%
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus
2019 2019 2020 2020 2021 2021 2022 2022
orang. Jika dihitung dari angka tersebut, jumlah karyawan yang gajinya di bawah
UMP ada sekitar 23,49 juta orang.
Fenomena tersebut masih banyak terjadi, padahal pemerintah sudah memberi
ancaman sanksi bagi pengusaha yang menggaji karyawannya dibawah UMP.
Berdasarkan Pasal 81 angka 63 UU Cipta Kerja yang mengubah Pasal 185 ayat (1) UU
Ketenagakerjaan, pengusaha yang membayar upah lebih rendah dari upah minimum
diancam sanksi pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 4 tahun,
dan/atau denda paling sedikit Rp100 juta dan paling banyak Rp400 juta. Namun,
berdasarkan Pasal 81 angka 28 UU Cipta Kerja yang memuat baru Pasal 90B ayat (1)
UU Ketenagakerjaan, ketentuan upah minimum itu dikecualikan bagi usaha mikro dan
usaha kecil.
Masalah ketimpangan upah/gaji antar gender juga terjadi di Indonesia. Satu
dari tiga pekerja di indonesia menerimaupah rendah pekerja berupah rendah cenderung
lebih banyak perempuan, dan tren ini kemungkinan mencerminkan pe meningkatnya
jumlah perempuan yang beralih dari pekerjaan keluarga yang tidak dibayar ke
pekerjaan kontrak. Tren upah rendah ini menyoroti bahwa upaya lebih lanjut
diperlukan untuk menjembatani kesenjangan upah berdasarkan gender dan mengatasi
kesenjangan upah berdasarkan gender dan mengatasi ketdaksetaraan pendapatan di
indonesia. (ILO, 2015)
Berdasarkan masalah yang dipaparkan diatas maka penulis tertarik untuk
menulis makalah yang akan menganalisis perkembangan upah di indonesia. Dimana
judul yang diambil adalah “Teori Upah dan Analisis Perkembangan Upah di Indonesia
Periode 2018-2022”.
8
B. Identifikasi Masalah
Berlandaskan pada fenomena yang diuraikan sebelumnya, ada beberapa
masalah yang ingin dikaji dalam riset ini yakni:
1. Bagaimana kondisi pengupahan para pekerja di Indonesia ?
2. Bagaimana kesenjangan pendapatan di Indonesia baik itu antar sektor, gender
dan yang lainnya?
3. Apakah upah di indonesia sudah menjamin kesejahteraan bagi para pekerja?
D. Manfaat Penulisan
Di bawah ini adalah beberapa hal yang penulis harapkan dengan diadakannya
riset ini :
1. Diharapkan dari makalah ini pembaca lebih memahami pengertian upah, teori
dan pembagian upah berdasarkan jenisnya.
2. Diharapkan analisis dari penulis bisa menjadi referensi bagi khalayak luas, baik
bagi pemerinta sebagai pengampu kebijakan, pengusaha dan juga para pekerja.
9
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Upah
Upah merupakan salah satu hal yang mendorong atau memotivasi karyawan
untuk bekerja atau mengabdi secara menyeluruh terhadap perusahaan. Upah sering
juga disebut gaji atau sebaliknya, tetapi kedua sebutan tersebut memiliki sedikit
perbedaan. Dengan adanya pengkategorian karyawan tetap dan karyawan kontrak di
sebuah perusahaan, maka ada perbedaan sistem pembayaran kompensasi antara gaji
dan upah. Perbedaan definisi antara gaji dan upah dapat dilihat sebagai berikut:
Menurut Soemarso upah didefinisikan sebagai imbalan kepada buruh yang
melakukan pekerjaan kasar dan lebih banyak mengandalkan kekuatan fisik dan
biasanya jumlahnya ditetapkan secara harian, satuan atau borongan (Soemarso, 2009).
Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Mulyadi yang mengemukakan
bahwa, upah umumnya merupakan pembayaran atas penyerahan jasa yang dilakukan
oleh karyawan pelaksana/buruh (Mulyadi, 2008). Pendapat lain tentang upah
diungkapkan oleh Diana dan Setiawati yang mendifinisikan bahwa, upah diberikan
atas dasar kinerja harian, biasanya praktik ini ditemukan pada pabrik. Upah adakalanya
juga didasarkan pada unit produk yang dihasilkan. (Diana, 2011)
Selanjutnya teori upah menurut pakar ekonomi islam Muhammad Sharif
Chaudhry, menyatakan bahwa istilah upah dapat digunakan dalam pengertian sempit
maupun luas. Dalam arti luas, istilah itu berarti pembayaran yang diberikan sebagai
imbalan untuk jasa tenaga kerja. Lebih lanjut Chaudhry menjelaskan dalam arti sempit,
upah didefinisikan sebagai sejumlah uang yang dibayarkan oleh majikan kepada
pekerjanya untuk jasa yang dia berikan. Chaudhry tidak membedakan antara upah
dengan gaji atau istilah kompensasi lain yang diterima oleh karyawan, menurutnya
semua yang diterima imbalan yang diterima karyawan disamakan (Chaudhry, 2012).
Dengan demikian upah dapat disimpulkan sebagai kompensasi yang
dibayarkan berdasarkan hari kerja, jam kerja, atau jumlah satuan produk yang
10
dihasilkan oleh karyawan. Oleh karena itu dalam pemberian upah, perusahaan perlu
memperhatikan prinsip adil dan layak. Yang dimaksud adil adalah bahwa besarnya
upah harus dikaitkan dengan nilai relatif pekerjaan–pekerjaan. Dengan kata lain
pekerjaan–pekerjaan sejenis memperoleh bayaran yang sama. Sedangkan yang
dimaksud layak adalah bahwa besarnya upah yang diberikan pada karyawan harus
sama dengan pembayaran yang di terima karyawan yang serupa diperusahaan lain.
Selajutnya jika dibandingkan dengan istilah Gaji maka pendapat dari para ahli
bisa menjadi referensi pembanding, seperti pendapat Umar, menyatakan bahwa Gaji
adalah balas jasa yang dibayar secara periodik kepada karyawan tetap serta
mempunyai jaminan yang pasti (Umar,2001). Sedangkan menurut Soemarso gaji
didefiniskan sebagai berikut, gaji adalah imbalan kepada pegawai yang diberikan atas
tugas-tugas administrasi dan pimpinan yang jumlahnya biasanya tetap secara bulanan.
Selanjutnya pendapat dari Mulyadi mengemukakan bahwa gaji merupakan
pembayaran atas penyerahan jasa yang dilakukan oleh karyawan yang mempunyai
jenjang jabatan manajer (Mulyadi, 2017).
B. Jenis-jenis Upah
serentak dan juga tidak pada tingkat yang sama besarnya. Perubahan yang
berbeda ini akan menimbulkan kesulitan untuk mengetahui sampai dimana
kenaikan pendapatan merupakan suatu gambaran dari kenaikan kesejahteraan
yang dinikmati oleh tenaga kerja.
C. Teori Pengupahan
Teori pengupahan adalah suatu ilmu yang mempelajari cara penentuan dan perubahan
bentuk upah yang ditetapkan. Para pakar mencoba menguraikan teori pengupahan dengan
asumsinya msing-masing bahwa upah merupakan fungsi dari berbagai faktor untuk
merumuskan sistem yang digunakan dalam suatu organisasi. Menurut Sihotang (2017)
beberapa teori pengupahan menurut para ahli yaitu:
mereka telah ditakdirkan hidup miskin di dunia ini, sedangkan majikan sudah takdir
Tuhan juga menjadi majikan dan orang kaya selama hidup di dunia.
3. Teori Upah Besi
Teori upah besi adalah teori upah yang dikemukakan oleh Ferdinand Lassalle.
Menurutnya, upah yang diterima pekerja merupakan upah yang minimal
sehingga pengusaha dapat meraih laba yang sebesar-besarnya. Karena pekerja
berada dalam posisi yang lemah maka mereka tidak dapat berbuat apa-apa dan
terpaksa menerima upah tersebut.
Teori ini menolak teori upah wajar. Dalam pandangannya, upah wajar
menimbulkan tekanan terhadap kaum buruh. Kebijakan upah hanya ditentukan
oleh para produsen tanpa memperhatikan kebutuhan hidup buruh. Dalam teori
upah besi, buruh perlu membentuk serikat pekerjaagar dapat mengatur
kebijakan upah yang ditetapkan oleh para produsen.
Di Indonesia, ada tiga sistem pengupahan yang berlaku sesuai regulasi yang ditetapkan.
Regulasi mengenai pengupahan ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2021 tentang Pengupahan.
Berikut penjelasan tentang pembagian upah di Indonesia :
Pasar tenaga kerja ialah pasar dimana tenaga kerja sebagai komoditas yang diperjual
belikan dan upah/wage sebagai harga untuk tenaga kerja tersebut. Dalam pasar tenaga kerja
terdapat interaksi antara permintaan TK dan penawaran TK. Permintaan tenaga kerja ialah
jumlah tenga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi baik permintaan yang datang dari
perusahaan maupun rumah tangga. Sedangkan penawaran tenaga kerja adala jumlah angkatan
kerja yang sedang bekerja atau sedang mencari pekerjaan sehingga dapat di katakan bahwa
penawaran tenaga kerja ialah jumlah tenaga kerja yang tersedia pada pasar tenaga kerja.
14
Kondisi pasar tenaga kerja dapat digambarkan melalui kurva penawaran dan
permintaan tenaga kerja. Dimana permintaan dan penawaran tenaga kerja selalu di kaitkan
dengan upah/wage sebagai faktor penentu. Seperti pada kurva dibawah ini yang menjelaskan
hubungan antar upah dan permintaan/penawaran tenaga kerja.
Pada kurva penawaran (SL) diketahui hubungan penawaran dan upah adalah
positif, yang berarti ketika upah rendah penawaran juga akan rendah dan ketika upah
tinggi maka penawaran juga akan tinggi. Sehingga bentuk kuva (S L) mulai dari kiri
bawah dan condong ke kanan atas. Jumlah tenaga kerja yang terserap kemudian
didapatkan dari pertemuan antara kurva permintaan dan kurva penawaran tenaga kerja.
15
Dalam realita upah yang berada di pasar tenaga kerja bergantung pada jenis lapangan
pekerjaan utama dan penggunaan teknologi pada sektor tersebut. Ada dua industri yang
berbeda, pertama ialah industri yang cenderung pada peningkatan modal manusia atau tenaga
kerja dan hanya sedikit menggunnakan teknologi (industri padat karya), akan tetapi pada jenis
industri ini upah para pekerja cenderung rendah. Sedangkan industri yang lebih cenderung
menggunakan teknologi dan memakai sedikit tenaga kerja, upah pekerja yang diterima
cenderung lebih tinggi.
Ketika dilihat berdasarkan lapangan usaha, real estate memiliki rata-rata upah
paling tinggi ketimbang lapangan usaha yang lain. Hal tersebut dapat dilihat pada
grafik 2.1. dimana 3 urutan lapangan usaha dengan rata-rata upah tertinggi secara
berturut-turut ialah real estate, jasa keuangan dan asuransi, serta pertambangan dan
penggalian. Perbedaan upah yang terjadi pada lapangan usaha yang berbeda ini terjadi
karena dipengaruhi beberapa faktor baik eksternal maupun internal perusahaan.
16
Faktor eksternal ialah faktor berasal dari luar perusahaan yang mampu
mempengaruhi tingkat upah. Faktor tersebut ialah kebijakan pemerintah, kebutuhan
hidup layak (KHL), peran seriktat pekerja, kompensasi rata-rata. Sedangkan faktor
internal berasal dari dalam perusahaan itu sendiri, yang terdiri dari jabatan dan
tanggung jawab dari pekerja itu sendiri, kondisi finansial dari perusahaan, masa kerja,
produktivitas karyawan.
terlihat pada grafik 2.1. dimana rata-rata upahnya itu sekitar dua juta rupiah. Berbeda
dengan sektor real estate, dimana data dari bps menunjukkan bahwa ada 471.378 orang
yang bekerja pada sektor tersebut namun memiliki rata-rata upah paling tinggi yakni
berkisar Rp. 4.824.840. dari sini dapat disimpulkan bahwa terjadi ketimpangan
penerimaan upah antar sektor dan mayoritas pekerja masih menerima upah rendah.
Tertinggi Terendah
Tahun Rata-rata
Nominal (Rp) Provinsi Nominal (Rp) Provinsi
DKI Jakarta D.I Jogjakarta 2,2
2019 3,648,036 1,454,154
68,874
2,4
2020 3,940,973 DKI Jakarta 1,570,923 D.I Jogjakarta
55,662
2,6
2021 4,276,350 DKI Jakarta 1,704,608 D.I Jogjakarta
72,371
2,7
2022 4,416,186 DKI Jakarta 1,765,000 D.I Jogjakarta
04,613
2,7
2023 4,641,854 DKI Jakarta 1,840,915 D.I Jogjakarta
20,000
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) 2023.
Terlihat dari data pada tabel 2.1. bahwa UMP di Provinsi DKI Jakarta paling
tinggi di Indonesia, ini dikarenakan biaya hidup di ibukota indonesia sangat tinggi hal
itu di dukung oleh hasil survey KHL. Bahkan nominal UMP Jakarta jauh di atas rata-
rata UMP Indonesia, bahkan hampir dua kali dari jumlah rata-ratanya. Pada saat yang
sama provinsi D.I. Jogjakarta memilik UMP paling rendah se Indonesia yang
nominalnya dalam 5 tahun terakhir berada di bawah 2 juta rupiah.
18
Meskipun begitu penerapan upah minimum hanya berlaku pada sektor formal
saja, pada sektor informal tidak terikat pada kebijakan upah minimum yang ditetapkan
oleh pemerintah. Hal tersebut didasari oleh fakta bahwa sektor informal kebanyakan
terdiri dari orang yang berusaha sendiri seperti UMKM, pemulung pedagang asongan
dll. Berdasarkan data dari BPS proporsi penduduk yang bekerja pada sektor formal
masih lebih sedikit ketimbang sektor informal.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, rata-rata upah buruh di Indonesia sebesar
Rp2,94 juta per bulan pada Februari 2023. Jumlah itu mengalami penurunan 4,11%
dibandingkan pada Agustus 2022 yang sebesar Rp3,07 juta per bulan. Meski demikian,
nilainya masih meningkat 1,80% dibandingkan setahun sebelumnya. Pada Februari
2022, rata-rata upah buruh di Indonesia tercatat sebesar Rp2,89 juta per bulan.
Berdasarkan jenis kelaminnya, upah buruh laki-laki lebih besar, yakni Rp3,23
juta. Sementara, upah buruh perempuan tercatat sebesar Rp2,42 juta. Upah buruh
paling besar berada di sektor real estat yang mencapai Rp4,82 juta pada Februari 2023.
Posisinya diikuti oleh buruh di sektor aktivitas keuangan dan asuransi yang menerima
upah sebesar Rp4,81 juta. Kemudian, upah buruh di sektor pertambangan dan
penggalian sebesar Rp4,59 juta. Upah buruh di sektor informasi dan komunikasi serta
pengadaan listrik dan gas masing-masing sebesar Rp4,37 juta dan Rp4,26 juta.
Adapun, upah buruh terendah berada di kategori jasa lainnya, yakni Rp1,79
juta. Di atasnya ada buruh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang menerima
upah senilai Rp2,06 juta. Lebih lanjut, rata-rata buruh lulusan universitas menerima
upah paling besar, yakni Rp4,46 juta. Sementara, upah buruh lulusan Sekolah Dasar
(SD) ke bawah menjadi yang terendah lantaran hanya Rp1,90 juta. Dari kelompok
umurnya, rata-rata buruh berusia 50-54 tahun menerima upah paling besar, yakni
Rp3,66 juta. Sedangkan, rata-rata upah buruh paling rendah dari kelompok umur 15-19
tahun senilai Rp1,76 juta.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Upah di Indonesia telah diatur dan dilindungi oleh undang-undang serta adanya
penetapan upah minimum yang bertujuan untuk menjamin para pekerja mendapatkan
upah yang layak untuk keberlangsungan hidup mereka. Namun terdapat dugaan
pelanggaran pemberian dan pemotongan upah yang mulai bermunculan di Indonesia.
Menurut Ketua Federasi Serikat Buruh Persatuan Indonesia Dian Septi Trisnanti
mengatakan bahwa ada perusahaan di Jakarta Utara yang memberlakukan secara
sepihak Peraturan Menteri Ketenagakerjaan (Permenaker) Nomor 5 Tahun 2023. Per
Juni 2023 upah buruh di potong sebesar 25 %. Hal tersebut hanya satu dari sekian
banyak pelanggaran terkait pengupahan yang terjadi di Indonesia.
Tidak hanya itu, masalah upah di Indonesia juga terdapatnya kesenjangan
pendapatan/upah/gaji yang terjadi antara sektor lapangan usaha, gender dan masih
banyak proposi pekerja/pegawai/buruh yang menerima upah di bawah upah rata-rata
indonesia.
B. Saran
1. Penetapan UMP sebaiknya di kaji kembali karena survey KHL yang dilakukan
hanya menghitung kebutuhan hidup layak untuk seorang saja (masih lajang),
sehingga tidak efektif dalam menjamin kesejahteraan buruh yang sudah
berkeluarga atau memiliki tanggungan.
2. Survey KHL juga sebaiknya di lakukan oleh serikat buruh sebagai pembanding
dari survey yang di lakukan oleh dewan pengupahan sehingga perhitungannya
lebih transparan.
3. Untuk mengatasi masalah kesenjangan upah/pendapatan di Indonesia ada
beberapa langkah yang dapat dilakukan termasuk transparansi gaji,
memperkuat hak pekerja, dan meningkatkan keterampilan serta produktivitas
karyawan/pekerja.
21
DAFTAR PUSTAKA
Anastasia, Diana & Lilis Setiawati. 2011. Sistem Informasi Akuntansi, Perancangan, Proses
dan Penerapan. Edisi I (Yogyakarta: Andi Yogyakarta).
Chaudhry, Muhammad Sharif. 2012. Sistem Ekonomi Islam Prinsip Dasar (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group).
McConnell, Campbell, Stanley Brue & David Macpherson. 2017. Contemporary Labor
Economics. (New Yok : McGraw-Hill Education).
Soemarso, 2009. Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Kelima (Jakarta : Salemba Empat)
Umar. 2005. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama)