GANGGUAN DEPRESI
Penguji :
dr. Santi Yuliani, M.Sc., Sp.KJ
Disusun oleh :
Evita Zevanya 42220621
(Kemenkes RI, 2022; Parikh S et al, 2016; Oh et al, 2019; Lang et al, 2015).
V. ETIOPATOFISIOLOGI DEPRESI
Gambar 1. Teori monoamine depresi, (a) Pada otak normal, molekul monoamine di
lepaskan dan berikatan dengan reseptor di neuron post-sinaps, (b) Pada penderita
depresi, level monoamine sedikit dan menyebabkan gangguan suasana perasaan, (c)
Pemberian terapi SSRI akan menginhibisi reuptake monoamine sehingga jumlah
molekul dicelah sinaps meningkat dan memperbaiki gejala (Sunber : OpenLearn,
t.t).
Gambar 2. Hubungan antara neurotransmitter noradrenalin, serotonin, dan
dopamine dengan perilaku (Sumber : Lanni et al, 2009)
Severitas depresi dibagi menjadi ringan, sedang, berat, dalam masa remisi
parsial, dalam dan masa remisi sempurna. Selain itu gangguan depresi juga
diklasifikasikan menjadi episode pertama dan episode berulang (lebih dari 1 kali).
Serta, dengan atau tanpa gejala somatik.
(1) Ringan : intensitas gejala menimbulkan stress, namun masih dapat dikelola dan
mengakibatkan sedikit gangguan dalam fungsi sosial atau pekerjaan.
(2) Sedang : jumlah dan intensitas gejala, serta gangguan fungsi berada diantara
ringan dan berat.
(3) Berat : gejala menyulitkan, tidak dapat dikelola, dan sangat mengganggu fungsi
sosial maupun pekerjaan.
(4) Remisi parsial : gejala masih ada namun tidak memenuhi kriteria atau dalam
periode 2 bulan terakhir tidak didapati gejala signifikan episode depresi mayor.
(5) Remisi sempurna : selama 2 bulan terakhir tidak didapati tanda atau gejala yang
mengganggu (American Psychiatric Association, 2013).
B. Gejala campuran dapat diamati oleh orang lain dan menunjukkan perubahan
dari perilaku.
C. Untuk individu yang gejalanya memenuhi kriteria lengkap untuk mania atau
hipomania, diagnosisnya harus gangguan bipolar I atau bipolar II.
D. Gejala campuran tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (misalnya,
penyalahgunaan obat, pengobatan atau perawatan lainnya).
(5) Gangguan depresi dengan gejala psikotik, terdapat halusinasi dan/atau delusi.
- Dengan gejala psikotik yang sesuai dengan mood → delusi dan halusinasi
dengan tema depresi tipikal tentang ketidakmampuan pribadi, rasa bersalah,
penyakit, kematian, nihilisme, atau hukuman yang pantas.
- Dengan gejala psikotik yang tidak sesuai dengan mood → delusi atau
halusinasi tidak melibatkan tema-tema depresif tipikal.
(6) Gangguan depresi dengan katatonia, yang mana gejala katatonia ditemukan
pada sebagian besar episode.
(7) Gangguan depresi dengan onset peripartum, sering terjadi selama kehamilan
atau post-partum. Gangguan depresi mayor post-partum dengan gejala psikotik
ditemukan pada 1 dari 500 hingga 1 dari 100 kelahiran dan paling sering dialami
ibu primipara. Risiko episode dengan psikotik meningkat pada ibu dengan
riwayat gangguan depresi post-partum dan dengan riwayat gangguan depresi atau
bipolar atau riwayat keluarga dengan gangguan afektif bipolar. Risiko
kekambuhan pada kasus dengan gejala psikotik mencapai 30 – 50%.
Gangguan ini merupakan gabungan dari gangguan depresi mayor kronis yang
didefinisikan oleh DSM-lV dan gangguan distimia.
A. Suasana hati tertekan (depresif) hampir sepanjang hari, lebih banyak daripada tidak
merasa depresif, seperti yang ditunjukkan oleh keduanya laporan subjektif atau
pengamatan oleh orang lain, setidaknya selama 2 tahun.
Catatan: Pada anak-anak dan remaja, mood bisa mudah tersinggung dan durasinya
harus minimal 1 tahun.
B. Didapati dua (atau lebih) gejala berikut disertai mood depresi:
1) Nafsu makan berkurang atau makan berlebihan.
2) Insomnia atau hipersomnia.
3) Kekurangan energi atau kelelahan.
4) Harga diri rendah.
5) Kurang konsentrasi atau kesulitan mengambil keputusan.
6) Perasaan putus asa.
C. Selama periode 2 tahun (1 tahun untuk anak-anak atau remaja) dari gangguan tersebut,
individu tersebut tidak pernah bebas dari gejala pada kriteria A dan B selama lebih dari
2 bulan dalam 1 waktu.
D. Kriteria gangguan depresi mayor dapat terus ada selama 2 tahun.
E. Tidak pernah ada episode manik atau episode hipomania, dan kriterianya tidak pernah
memenuhi untuk gangguan siklotimik.
F. Gangguan tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan skizoafektif persisten, skizofrenia,
gangguan delusi, atau skizofrenia spesifik atau tidak spesifik lainnya spektrum dan
gangguan psikotik lainnya.
G. Gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (misalnya, penyalahgunaan obat,
pengobatan) atau kondisi medis lain (misalnya hipotiroidisme).
H. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam
bidang sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya (American Psychiatric
Association, 2013).
Diagnosis distimia dapat dispesifikkan menjadi :
- Gejala spesifik → dengan distress ansietas, manifestasi campuran, manifestasi
melankolia, atipikal, ciri psikotik yang sesuai dengan suasana perasaan, dan
psikotik yang tidak sesuai dengan suasana perasaan.
- Remisi → parsial atau sempurna.
- Onset → early (<21 tahun) atau late (>21 tahun).
- Severitas → ringan, sedang, dan berat.
- Dengan sindrom distimia murni → tidak memenuhi kriteria episode depresi mayor
selama 2 tahun.
- Dengan episode depresi mayor persisten → memenuhi kriteria episode depresi
mayor selama 2 tahun.
- Dengan episode depresi mayor intermiten, episode saat ini → memenuhi kriteria
episode depresi mayor selama 2 tahun (saat ini), tetapi terdapat periode setidaknya
8 minggu dalam 2 tahun dengan gejala lebih ringan dibandingkan episode depresi
mayor.
- Dengan episode depresi mayor intermiten, tanpa episode saat ini → tidak
memenuhi kriteria episode depresi mayor selama 2 tahun (saat ini), pernah melalui
satu atau lebih episode depresi mayor (American Psychiatric Association, 2013).
Kriteria diagnosis :
A. Pada mayoritas waktu siklus menstruasi, setidaknya 5 gejala harus ada di akhir
minggu sebelum onset menstruasi, mulai membaik dalam beberapa hari setelah onset
menstruasi, dan menjadi minimal atau tidak ada pada minggu setelah menstruasi.
B. Satu (atau lebih) gejala berikut harus ada:
(1) Labilitas afektif (misalnya, perubahan suasana hati: tiba-tiba merasa sedih atau
menangis, atau kepekaan yang meningkat terhadap penolakan).
(2) Mudah tersinggung atau marah atau konflik interpersonal meningkat.
(3) Suasana hati tertekan (depresif), perasaan putus asa, atau pikiran mencela diri
sendiri.
(4) Kecemasan, ketegangan, dan/atau perasaan tertekan atau gelisah yang nyata.
C. Satu (atau lebih) gejala berikut juga harus ada, untuk mencapai total dari lima gejala
bila dikombinasikan dengan gejala dari kriteria B.
(9) Berkurangnya minat pada aktivitas (misalnya, pekerjaan, sekolah, teman, hobi).
(10) Kesulitan dalam konsentrasi.
(11) Kelesuan, mudah lelah, atau tidak energi.
(12) Perubahan nafsu makan yang nyata; makan berlebihan; atau mengidam
makanan tertentu.
(13) Hipersomnia atau insomnia.
(14) Perasaan kewalahan atau di luar kendali.
(15) Gejala fisik seperti payudara nyeri atau bengkak, nyeri sendi atau otot, sensasi
"kembung", atau penambahan berat badan.
Catatan: Gejala pada Kriteria A - C harus sudah terpenuhi untuk sebagian besar
siklus haid itu terjadi pada tahun sebelumnya.
D. Gejala berhubungan dengan penderitaan atau gangguan yang bermakna secara klinis,
pekerjaan, sekolah, aktivitas sosial biasa, atau hubungan dengan orang lain (misalnya,
menghindari aktivitas sosial; penurunan produktivitas dan efisiensi di tempat kerja,
sekolah, atau rumah).
E. Gangguan tersebut tidak semata-mata merupakan eksaserbasi dari gejala gangguan
lain, seperti gangguan depresi mayor, gangguan panik, gangguan depresi persisten
(dysthymia), atau gangguan kepribadian (walaupun bisa terjadi bersamaan dengan
salah satu gangguan ini).
F. Kriteria A harus dikonfirmasi dengan penilaian harian prospektif selama setidaknya
dua siklus gejala.
(Catatan: Diagnosis dapat dibuat sementara sebelum konfirmasi ini).
G. Gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (misalnya, penyalahgunaan
obat, pengobatan, pengobatan lain) atau kondisi medis lain (misalnya,
hipertiroidisme) (American Psychiatric Association, 2013).
Gangguan disforia pre-menstruasi berbeda dengan sindrom pre-menstruasi
dan dismenore. Gejala sindrom pre-menstruasi tidak seberat gangguan ini dan tidak
mencakup gejala afektif. Dismenore adalah syndrome nyeri selama menstruasi.
Dismenore dibedakan dengan gangguan disforia pre-menstruasi, yaitu tidak
mencakup gejala afektif dan gejalanya mulai ketika menstruasi. Gejala gangguan
disforia pre-menstruasi ialah sebelum onset menstruasi (American Psychiatric
Association, 2013).
Gambar 4. Kode ICD-10 spesifik untuk diagnosis gangguan depresi yang diinduksi
zat/obat (American Psychiatric Association, 2013).
Kriteria diagnosis :
A. Periode suasana hati tertekan (depresi) yang menonjol dan persisten atau minat yang
sangat berkurang atau kesenangan dalam semua, atau hampir semua, aktivitas yang
menonjol dalam gambaran klinis.
B. Terdapat bukti dari anamnesis, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium bahwa
gangguan adalah konsekuensi patofisiologis langsung dari kondisi medis lain.
C. Gangguan tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain (misalnya, gangguan
penyesuaian, dengan mood depresi, yang mana stressor adalah kondisi medis yang
serius).
D. Gangguan tidak terjadi semata-mata selama perjalanan delirium.
E. Gangguan tersebut menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya (American
Psychiatric Association, 2013).
1. Keadaan perasaan sedih (sedih, putus asa, tak berdaya, tak berguna)
0 = Tidak ada
2. Perasaan bersalah
0 = Tidak ada
3. Bunuh diri
0 = Tidak ada
4. Insomnia (early)
5. Insomnia (middle)
6. Insomnia (late)
2 = Hilangnya minat dalam melakukan kegiatan tau pekerjaan dilaporkan oleh pasien atau
secara tidak langsung melalui kelesuan/tidak bergairah, keraguan dan bimbang
4 = Berhenti bekerja karna sakitnya sekarang. Di rumah sakit beri nilai 4 jika pasien tidak
melakukan kegiatan apapun.
3 = Sulit di wawancara
4 = Stupor lengkap
9. Agitasi
0 = Tidak ada
e) Berkeringat
0 = Tidak ada
1 = Ringan
2 = Sedang
3 = Berat
4 = Inkapasitas
0 = Tidak ada
1 = Tidak ada nafsu makan tanpa dorongan orang lain
2 = Sulit makan tanpa dorongan orang lain, meminta atau membutuhkan pencahar atau
obat-obatan untuk buang air besar atau obat simptom gastrointestinal
0 = Tidak ada
1 = Anggota gerak punggung dan kepala berat, nyeri punggung, nyeri kepala, nyeri otot.,
hilang tenaga dan kelelahan
0 = Tidak ada
1 = Ringan
2 = Berat
15. Hipokondriasis
0 = Tidak ada
1 = Dihayati sendiri
4 = Waham hipokondrialisis
B. Bila diukur perubahan berat badan aktual, dinilai setiap minggu oleh psikiater
17. Tilikan
1 = Mengetahui dirinya sakit tetapi disebabkan oleh makanan yang buruk, iklim, kerja
berlebihan, virus, perlu istirahat dan lain-lain
19. Depersonalisasi dan derealisasi (misalnya: merasa tidak nyata, ide nihilistik)
0 = Tidak ada
1 = Ringan
2 = Sedang
3 = Berat
4 = Inkapasitas
20. Gejala Paranoid
0 = Tidak ada
1 = Kecurigaan ringan
2 = Kecurigaan sedang
3 = Ide referensi
4 = Waham
0 = Tidak ada
1 = Ringan
2 = Berat
22. Ketidakberdayaan
0 = Tidak ada
4 = Memerlukan bantuan fisik untuk berpakaian, makan, bedside task, atau hygiene diri
23. Keputusasaan
0 = Tidak ada
1 = Sering merasa ragu bahwa “keadaan akan membaik” tetapi masih dapat ditentramkan
4 = Keteguhan spontan dan tidak sesuai bahwa “saya tidak akan pernah sembuh” atau
padanannya
24. Perasaan tidak berharga (terentang dari hilangnya harga diri, perasaan rendah
diri, mencela diri yang ringan sampai waham tentang ketidakberhargaan)
0 = Tidak ada
1 = Menunjukkan perasaan tidak berharga (kehilangan harga diri) hanya bil ditanya
3 = Berbeda dengan nilai 2 di atas berdasarkan derajat. Pasien secara sukarela menyatakan
bahwa dia “tidak baik” rendah
Alshaya D, 2022, Genetic and Epigenetic Factors Associated with Depression: An Updated
Overview, Saudi Journal of Biological Sciences, vol. 29, issue 8.
American Psychiatric Association 2013, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder
Edition (DSM-V), American Psychiatric Publishing, Washington.
Hamilton M 1960, A Rating Scale for Depression, J Neurol Neurosurg Psychiatry no.23, page
56–62.
KBBI Daring 2016, Depresi, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, diakses pada 4
Januari 2023, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/depresi
Kemenkes RI, 2022, Depresi dan Bunuh Diri, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, diakses pada 4 Januari 2023,
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1450/depresi-dan-bunuh-diri
Kroenke K, Spitzer RL, et al 2001, The PHQ-9: Validity of a Brief Depression Severity
Measure, Journal of General Internal Medicine, vol. 16, no. 9, page 606-13.
Maramis, W & Maramis, A 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi II, Airlangga University
Press, Surabaya.
Oh M, Kim JW, Yoon NH, Lee SA, et al, 2019, Differences in Personality, Defense Styles, and
Coping Strategies in Individuals with Depressive Disorder According to Age Groups
Across the Lifespan, Psychiatry Investig, vol. 16, no.12, page 911–918.
OpenLearn t.t, Understanding Depression and Anxiety, diakses pada 4 Januari 2023,
https://www.open.edu/openlearn/health-sports-psychology/health/understanding-
depression-and-anxiety/content-section-4.1
Parikh S, Quilty L, Ravitz P, et al 2016, Canadian Network for Mood and Anxiety Treatments
(CANMAT) 2016 Clinical Guidelines for the Management of Adults with Major
Depressive Disorder: Section 2, Psychological Treatments, Canadian journal of
psychiatry. Revue canadienne de psychiatrie, vol 6, no 9.
WHO, 2021, Depression, World Health Organization, diakses pada 4 Januari 2023,
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/depression