PERCOBAAN 4
PENGUJIAN ANTIDEPRESAN
Disusun oleh:
Shift/Kelompok: A/2
IV. Prosedur
Pengujian dilakukan dengan metode berenang (Forced Swimming Test).
Disiapkan alat, bahan dan hewan yang diperlukan. Hewan percobaan dibagi atas
tiga kelompok, yang terdiri dari: Kelompok kontrol yang diberi CMC 1%,
kelompok uji dosis I yang diberi obat amitriptilin dosis I, dan kelompok uji dosis
II yang diberi obat amitriptilin dosis II. Setiap kelompok terdiri dari 3 ekor
mencit, kemudian mencit diberikan obat sesuai kelompok masing-masing secara
oral dengan bantuan alat suntik dan sonde oral. Disiapkan bejana plastik berisi air,
kedalaman air diatur sedemikian rupa sehingga kaki mencit tidak dapat
menyentuh dasar bejana. Setelah 30 menit terhitung sejak diberikan obat uji,
mencit dimasukkan kedalam bejana plastik berisi air. Pergerakan mencit diamati
dan dicatat lamanya sikap tidak bergerak (imobilitas) mencit setiap 5 menit
selama 15 menit waktu pengamatan. Dilakukan analisis data yang diperoleh
secara statistik, kemudian data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
V. Data Pengamatan
5.1. Perhitungan Konversi Dosis
Konversi dosis
Amitriptilin dosis I : 12,5 mg (kekuatan sediaan 5,2 mg/20 mL)
Amitriptilin dosis II : 25 mg (kekuatan sediaan 5,2 mg/20 mL)
Bobot mencit
Mencit kontrol : 27 gram
Mencit uji amitriptilin dosis I : 28 gram
Mencit uji amitriptilin dosis II : 26 gram
Perhitungan konversi dosis mencit kontrol
a. Amitriptilin dosis I
Dosis manusia dewasa
Dosis obat x Faktor konversi
= 12,5 mg x 0,0026
= 0,0325 mg/20 gram BB mencit
Dosis mencit kontrol BB 27 gram
= 0,043875 mg
Volume yang diberikan
= 0,16875 mL
b. Amitriptilin dosis II
Dosis manusia dewasa
Dosis obat x Faktor konversi
= 25 mg x 0,0026
= 0,065 mg/20 gram BB mencit
Dosis mencit kontrol BB 27 gram
= 0,08775 mg
Volume yang diberikan
= 0,03375 mL
Perhitungan konversi dosis mencit uji amitriptilin dosis I
Dosis manusia dewasa
Dosis obat x Faktor Konversi
= 12,5 mg x 0,0026
= 0,0325 mg/20 gram BB mencit
Dosis mencit uji BB 28 gram
= 0,0455 mg
Volume yang diberikan
= 0,175 mL
Perhitungan konversi dosis mencit uji amitriptilin dosis II
Dosis manusia dewasa
Dosis obat x Faktor konversi
= 25 mg x 0,0026
= 0,065 mg/20 gram BB mencit
Dosis mencit uji BB 26 gram
= 0,0845 mg
Volume yang diberikan
= 0,325 mL
5.2. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Pengujian Antidepresan Metode Forced Swimming Test
Waktu (detik)
Hewan Uji
t15 t30 t45 t60
CMC-Na 62,63 59,25 60,33 46,52
Amitriptilin dosis I 13,50 10,45 11,30 9,48
Amitriptilin dosis II 4,88 5,15 3,45 4,55
60
Waktu imobilitas
50
40
30
20
10
0
15 30 45 60
Waktu pengamatan
VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian aktivitas antidepresan
terhadap obat amitriptilin pada mencit. Mencit adalah hewan yang mudah untuk
ditangani dan memberikan efek yang cepat. Terdapat beberapa percobaan yang
dapat dilakukan untuk melihat aktivitas obat antidepresan, yaitu uji renang (forced
swimming test), uji rotary road, dan lain lain. Namun, dalam praktikum ini
dilakukan uji renang (forced swimming test) karena pengujian aktivitas obat
antidepresan dengan pengujian ini tidak memerlukan alat-alat khusus sehingga
lebih mudah dilakukan.
Obat antidepresan yang digunakan pada percobaan ini adalah amitriptilin
yang merupakan obat antidepresan golongan trisiklik yang bekerja memperbaiki
mood paling besar. Golongan trisiklik adalah salah satu kelompok antidepresan
yang mengandung tiga cincin yang menyatu dalam struktur kimiawinya dan
memperkuat kerja katekolamin. Mekanisme kerja obat amitriptilin yaitu dengan
meningkatkan serotonin, norepinefrin, dan dopamine di terminal saraf,
peningkatan 3 NT tersebut dapat menghambat MAOI (Monoamine Oxidase
Inhibitors) di otak. MAOI bekerja dengan menghambat enzim monoamine
oxidase yang dapat menghancurkan serotonin, epinefrin, dan dopamine. Obat
MAOI akan menghambat kinerja senyawa noradrenalin dan serotonin untuk
mencegah timbulnya gejala depresi.
Pada percobaan ini disediakan 3 kelompok mencit percobaan yang terdiri
dari mencit uji kontrol, uji dosis 1 dan uji dosis 2. Mencit kontrol merupakan
mencit yang digunakan sebagai acuan kondisi normal pada mencit yang tidak
diberikan sediaan uji sehingga dapat terlihat perbedaan aktivitas yang signifikan
antara hewan yang diberi sediaan uji dan yang tidak diberikan sediaan uji. Mencit
ditimbang terlebih dahulu untuk menghitung konversi dosis yang akan digunakan.
Pada percobaan ini digunakan mencit kontrol diberikan larutan Na-CMC secara
oral. Kelompok kontrol negatif artinya hewan uji tidak diberikan obat
antidepresan yang akan digunakan sebagai pembanding dengan mencit yang
diberikan obat. Sedangkan untuk mencit kelompok uji dosis 1 diberi amitriptilin
sebesar 0,0455 mg dan kelompok uji dosis 2 diberi amitriptilin sebesar 0,0845
mg. Adanya pemberian tingkatan dosis amitriptilin yang berbeda bertujuan untuk
menganalisis adanya perbedaan efek farmakologi yang ditimbulkan berdasarkan
dosis yang diberikan.
Pada percobaan ini, sediaan uji diberikan secara oral. Setelah pemberian
sediaan uji secara oral, mencit dibiarkan selama 30 menit. Pemberian waktu jeda
30 menit ini bertujuan agar obat yang diberikan secara oral dapat teradsorpsi ke
dalam tubuh mencit secara keseluruhan sehingga dapat menimbulkan efek
farmakologi yang diinginkan. Selanjutnya mencit diuji dengan metode forced
swimming test dengan cara mencit diberenangkan selama 5 menit dan dalam
waktu pengamatan selama 15 menit. Mencit dimasukkan ke dalam bejana berisi
air dan diatur agar kedalaman air pada tabung disesuaikan sehingga membuat kaki
mencit tidak dapat menyentuh dasar bejana dan mencit berenang secara aktif.
Pengujian ini bertujuan untuk melihat sikap mencit terhadap pergantian ekosistem
dimana mencit merupakan hewan yang hidup di darat. Perbedaan ekosistem ini
akan menimbulkan perasaan panik kepada mencit. Anti depressan akan bekerja
untuk menurunkan rasa panik yang ditimbulkan oleh situasi ini sehingga mencit
akan terus berusaha menyelamatkan dirinya agar tidak tenggelam, efek
farmakologi ini dapat dilihat dari immobilitas dari mencit uji, semakin rendah
immobilitas mencit maka semakin rendah tingkat depresinya. Pengamatan
dilakukan dengan cara membiarkan mencit berenang selama 15 menit. Setiap 5
menit, dihitung dengan stopwatch mengenai lama waktu mencit mengalami
depresi, sehingga diperoleh data lamanya depresi tiap mencit pada waktu ke 15,
30, 45, dan 60 menit seperti yang tercantum dalam tabel pengamatan.
Dari data pengamatan kelompok kontrol negatif yang diberikan larutan
CMC-Na 1% pada selang waktu ke 15, 30, 45, dan 60 menit didapatkan sebanyak
62,63 detik; 59,25 detik; 60,33 detik; dan 46,52 detik. Ini membuktikan bahwa
pada kontrol negatif telah sesuai dengan hanya memberikan CMC-Na 1% tidak
akan memberikan efek terhadap pengurangan depresi dari mencit yang diamati.
Mencit yang hanya diberikan CMC-Na 1% mengalami depresi yang akan semakin
parah dan mencit statis saat diberenangkan. Pada mencit yang diberikan
amitriptilin dosis 1 sebanyak 0,0455 mg pada selang waktu ke 15, 30, 45, dan 60
didapatkan sebanyak 13,50 detik; 10,45 detik; 11.30 detik; dan 9,48 detik. Pada
mencit yang diberikan amitriptilin dosis 2 sebanyak 0,0845 mg pada selang waktu
ke 15, 30, 45, dan 60 didapatkan sebanyak 4,88 detik; 5,15 detik; 3,45 detik; dan
4,55 detik.
Pada percobaan ini didapatkan hasil bahwa mencit yang diberikan sediaan
uji amitroptilin dosis 2 memiliki immobilitas paling rendah, dapat disimpulkan
bahwa mencit yang diberikan amitroptilin dosis 2 menimbulkan efek farmakologi
antidepresan sehingga tikus terus berenang dan tidak putus asa. Sedangkan pada
mencit kontrol CMC Na didapatkan hasil bahwa mencit kontrol memiliki tingkat
immobilitas paling tinggi dimana tikus seringkali terdiam dikarenakan stress dan
depresi karena adanya perbedaan ekosistem. Kondisi depresi ini membuat mencit
putus asa sehingga lebih cenderung pasrah untuk tenggelam sehingga tidak terus
menerus berenang untuk menyelamatkan hidupnya. Namun, mencit yang
diberikan amitriptilin sebanyak 0,325 ml imobilitasnya lebih kecil apabila
dibandingkan dengan mencit yang diberikan amitriptilin sebanyak 0,175 ml. Ini
dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi antidepresan yang diberikan maka
imobilitasnya akan mengalami penurunan, begitupun sebaliknya.
Pada grafik terlihat bahwa pemberian CMC-Na memiliki waktu diam yang
paling tinggi. Tetapi pada waktu 15 menit lamanya imobilitas dari pemberian
CMC-Na cenderung sama berada di atas dengan lamanya imobilitas dari
amitriptilin dosis 1 dan 2 karena lamanya amitriptilin memiliki efek antidepresan.
Dapat dilihat bahwa dari ketiga kelompok mencit yang diuji, ketiganya
menunjukkan terjadinya depresi yang ditandai dengan adanya waktu imobilitas,
waktu imobilitas yang paling lama terjadi pada kelompok 1 yang diberi CMC-Na,
pada pemberian amitriptilin dosis 1 lebih tinggi dibandingkan dosis 2. Hal ini
dikarenakan amitriptilin memiliki efek antidepresan yang menghambat terjadinya
depresi pada mencit yang ditandai dengan rendahnya waktu imobilitas.
Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa semakin lama mencit
diberenangkan, maka semakin depresi mencit tersebut sehingga waktu depresinya
pun meningkat. Pada perbandingan kelompok kontrol mengalami tingkat depresi
lebih tinggi dibandingkan kelompok mencit yang diuji dengan obat amitriptilin.
Yang menunjukkan bahwa amitriptilin memiliki aktivitas yang baik dalam
menurunkan depresi.
VII. Kesimpulan
7.1. Pengujian aktivitas antidepresan pada percobaan ini dilakukan dengan metode
Forced Swimming Test, dimana mencit uji diamati pada bejana plastik berisi air
setelah pemberian obat kemudian dilakukan pengamatan sikap imobilitasnya.
7.2. Pengujian antidepresan dengan obat amitriptilin yang merupakan golongan
trisikilik diberikan dengan berbagai dosis berbeda, dengan mekanisme kerjanya
yaitu menekan psikomotorik (menurunkan aktivitas), dimana serotonin akan
dilepaskan kemudian berikatan dengan reseptor post sinap sehingga akan
menaikkan mood dan menghambat terjadinya re-uptake NA atau 5-HT di celah
sinaptik dalam aksoplasma.
DAFTAR PUSTAKA
Davies, A.M. 1999. Ageing and Health A Global Challenge for Twenty First
Century. Kobe, 20-27.
Depkes RI. 2007. Konsep Asuhan Kebidanan. Jakarta: Keputusan Mentri
Kesehatan RI No: 900/MENKES/VII/2007.
Dipiro, J. T., Dipiro, C.V., Wells, B.G., & Scwinghammer, T.L. 2008.
Pharmacoteraphy Handbook Seventh Edition. USA : McGraw-Hill
Company.
Hardywinoto, Setiabudi, T. 1999. Panduan Gerontologi Tinjauan dari berbagai
Aspek. Jakarta: PT Gramedia.
Kane. 1999. Essentials of Clinical Geriatrics 4th edition. USA : McGrow-Hill
Companies, 231-245
Kaplan, H.I., Sadock, B.J. 2010. Retardasi Mental dalam Sinopsis Psikiatri.
Tangerang : Binarupa Aksara
Landefeld. 2004. Current Geriatric Diagnosis and Treatmet. USA :McGrow-
Hill, 156-160
Lesler, Zayas, C. 2001. Comprehensive Geriatric Assessment. USA : McGraw
Hill Companies, 465-475.
Mutchler , Ernst. 1991. Dinamika Obat Edisi Kelima. Bandung: Penerbit ITB.
Sadock, & Kaplan. 1997. Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri.
Medan: PT Refika Aditama.
Semiun, Drs Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Unutzer dkk. 2002. Collaborative Care Management of Late Life Depression in
The Primary Care Setting. Journal American Medical Association.