PSIK 6C5 - Tutorial Gawat Darurat - Kasus 2
PSIK 6C5 - Tutorial Gawat Darurat - Kasus 2
(Kasus II)
Dosen Pengampu :
Efi Febriyanti, S.Kep., Ns.
Kelas PSIK 6 C5
Seorang pasien wanita berusia 44 tahun dibawa ke IGD setelah mengalami kecelakaan lalu
lintas. Pasien mengeluhkan sesak nafas dan nyeri dada dengan skala 6. Nyeri dirasakan
seperti ditusuk, terus menerus dan bertambah saat bernafas. Hasil pemeriksaan menunjukkan
kesadaran GCS=E3V5M6, nadi 110x/menit, tekanan darah 130/80 mmHg, pernafasan
25x/menit (irama irregular), suhu 36,5oC dan saturasi oksigen 94%. Pemeriksaan dada
menunjukkan pernafasan paradoksal, deformitas dinding dada serta penurunan suara pada
daerah apek dan tengah paru. Hasil analisa gas darah: pH 7,30 ; PO2 92 mmHg, pCO2 49
mmHg; HCO3 24 mEq/liter dan B.E 1,5. Hasil X-ray menunjukkan multiple fraktur pada
costa kiri (ke 4-9) (Flail Chest) dan pneumothorax kiri dengan gambaran sebagai berikut:
Step 1 Mengidentifikasi Masalah dan Tujuan Belajar dan step 2 Menjawab Pertanyaan
Trauma dada adalah trauma tajam atau tembus yang dapat menyebabkan tamponade
jantung, perdarahan, pneumothoraks, hematothoraks, dan hematoma pneumothoraks.
Sumber:
https://dosen.ung.ac.id/00160793/home/2021/2/8/penatalaksanaan-kegawatdaruratan-
trauma-thorax-dada.html#:~:text=Trauma
(Chilen Octaviani)
Sumber:
https://www.studocu.com/id/document/politeknik-kesehatan-banjarmasin/keperawatan-
gadar-dan-kritis/pembahasan-trauma-dada/44915333
(Anis Indriyani)
3. Etiologi Trauma Dada (Dela Mey Sari)
a) Trauma tumpul
b) Terjadi sebagai akibat penekanan langsung pada daerah dada, biasanya tertutup
sehingga tidak terdapat hubungan antara ruang dalam dada dengan udara atmosfir,
disebabkan oleh benda tumpul.
c) Trauma tajam/penetrasi
d) Terjadi sebagai akibat luka tembak/tusuk, hal ini menyebabkan luka dada terbuka
karena terdapat hubungan antara ruang dalam dada dengan udara atmosfir, trauma ini
yang paling sering disebabkan oleh tembakan peluru kemudian karena pisau/ditusuk.
e) Tamponade jantung : Disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke
mediastinum/daerah jantung
f) Hematotoraks : Disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatic
atau spontan
g) Pneumothoraks : Disebabkan oleh trauma, Insersi CVP, penggunaan ventilasi
dengan tekanan positif
Sumber:
https://journal.uwks.ac.id/index.php/jikw/article/download/440/pdf
Sumber:
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1370/3/BAB%20II%20TINJAUAN%20PUSTAKA.pd
f
(Milatina Hanifah)
5. Pathways Pneumothoraks (Milatina Hanifah)
(Sekar Ayu Setyaningrum)
6. Terapi Farmakologi dan Non-Farmakologi Trauma Dada (Sekar Ayu Setyaningsih)
Pasien dengan trauma dada atau fraktur costa harusnya dilakukan pemantauan ketat
sejak masuk rumah sakit, 24 jam pertama merupakan identifikasi awal adanya
komplikasi yang menyebabkan depresi pernafasan. Menurut penelitian Coary, et.al (2020)
fraktur costa adalah cedera paling serius pada 55% pasien berusia di atas 60 tahun yang
menyebabkan kematian karena 90% dari patah tulang rusuk menunjukkan cedera
tambahan pada pemeriksaan sistemik. Trauma langsung dan hipoventilasi yang diinduksi
nyeri menyebabkan komplikasi pernafasan sehingga menjadi beban morbiditas dan
mortalitas. Komplikasi yang sering terjadi adalah pneumotoraks diikuti hemothoraks,
kontusio paru dan flail chest.
Penanganan manajemen nyeri untuk mengontrol nyeri terus-menerus dan mencegah
depresi pernafasan harus diberikan terapi yang agresif dengan pendekatan multimodalitas.
Penelitian yang dilakukan oleh Peek, et.al, (2019) dengan membandingkan pemberian
analgesik dengan 4 metode yaitu analgesia epidural, analgesia intravena, blok
paravertebral dan blok intercostal, diperoleh hasil berdasarkan systematic review dan
meta-analysis analgesia epidural signifikan mengurangi rasa sakit dibandingkan
intervensi yang lain. Intervensi keperawatan sendiri menekankan pada terapi non
farmakologis untuk kontrol nyeri pada pasien fraktur. Terapi nonfarmakologis dengan
guided imagery dapat mengurangi intensitas dan skala nyeri pada pasien fraktur. Guided
imagery mempengaruhi hampir semua fisiologis sistem kontrol tubuh yaitu pernapasan,
denyut jantung, tekanan darah, tingkat metabolisme dalam sel, mobilitas dan sekresi
gastrointestinal, fungsi seksual, dan bahkan respon imun (Rossman, 2000). Intervensi ini
juga dapat mempercepat penyembuhan pasien dan mengurangi hari rawat inap (Forward
et.al, 2015)
(Yunita Prihandani)
Sumber : https://ejournal.upnvj.ac.id/Gantari/article/view/4151
7. Klasifikasi Trauma Dada (Anis Indriyani)
1. Trauma Tajam
a. Pneumothoraks terbuka
b. Hemotoraks
c. Trauma trakeobronkial
d. Contusio Paru
e. Pecah diafragma
f. Trauma Mediastinum
2. Trauma Tumpul
a) Tension pneumothoraks
b) Trauma trakeobronkhial
c) Mengepak Dada
d) Pecahnya diafragma
e) Trauma mediastinum
f) Fraktur kosta
Sumber:
https://www.academia.edu/8836065/MAKALAH_TRAUMA_DADA
(Fanny Nugraheni)
8. Penatalaksanaan Nyeri (Taghsya Dhaneswara Patya)
9. Komplikasi Trauma Dada (Yunita Prihandani)
Sumber:
https://doktersehat.com/penyakit-a-z/trauma-thoraks-cedera-di-dada-yang-bisa-
berdampak-serius/amp/
10. Tanda-Tanda Yang Dapat Diamati Dari Flail Chest (Namulondo Mwajib Bogere)
Flail chest adalah gangguan traumatis yang terjadi ketika tiga atau lebih tulang rusuk
yang terletak bersebelahan patah di dua tempat atau lebih. Ini menyebabkan dinding dada
menjadi tidak stabil, mengganggu pernapasan.
Kerusakan anatomi yang terjadi akibat trauma dapat ringan sampai berat tergantung
besar kecilnya gaya penyebab terjadinya trauma. Kerusakan anatomi yang ringan pada
dinding thoraks berupa fraktur kosta simpel. Sedangkan kerusakan anatomi yang lebih
berat berupa fraktur kosta multipel dengan komplikasi pneumothoraks, hematothoraks
dan kontusio pulmonum. Trauma yang lebih berat menyebakan robekan pembuluh darah
besar dan trauma langsung pada jantung.
Akibat kerusakan anatomi dinding thoraks dan organ didalamnya dapat mengganggu
fungsi fisiologi dari pernafasan dan sistem kardiovaskuler. Gangguan sistem pernafasan
dan kardiovaskuler dapat ringan sampai berat tergantung kerusakan anatominya.
Gangguan faal pernafasan dapat berupa gangguan fungsi ventilasi, difusi gas, perfusi dan
gangguan mekanik alat pernafasan. Salah satu penyebab kematian pada trauma thoraks
adalah gangguan faal jantung dan pembuluh darah.
sumber:
https://www.studocu.com/id/document/politeknik-kesehatan-banjarmasin/keperawatan-
gadar-dan-kritis/pembahasan-trauma-dada/44915333
(Erina Widayanti)
13. Tanda dan Gejala Trauma Dada (Erina Widayanti)
o Pneumotoraks spontan: Tidak ada tanda atau gejala klinis pada pneumotoraks
spontan primer sampai bleb pecah dan menyebabkan pneumotoraks. Tanda dan
gejala yang muncul adalah nyeri dada akut dan sesak napas, terutama dengan
pneumotoraks spontan sekunder.
o Pneumotoraks Iatrogenik: Gejala yang mirip dengan pneumotoraks spontan,
tergantung pada usia pasien, adanya penyakit paru yang mendasari, dan luasnya
pneumotoraks
o Tension pneumotoraks: Hipotensi, hipoksia, nyeri dada, dispnea
o Pneumotoraks katamenial: Wanita berusia 30-40 tahun dengan onset gejala dalam
waktu 48 jam setelah menstruasi, pneumotoraks sisi kanan, dan kekambuhan
o Pneumomediastinum: Harus dibedakan dari pneumotoraks spontan, pasien mungkin
memiliki gejala nyeri dada, batuk terus-menerus, sakit tenggorokan, disfagia, sesak
napas, atau mual/muntah.
Sumber:
https://www.academia.edu/8343269/Pneumothoraks_makalah
(Nugraheni Nurismasari)
14. Perbedaan flail chest, tenssion pneumothorax, hematothorax, pneumotoraks
Flail chest adalah jenis patah tulang rusuk tertentu ketika tiga atau lebih tulang rusuk
yang letaknya berurutan mengalami patah minimal di dua titik. Ini berarti tulang rusuk
memiliki segmen yang tidak terhubung dengan bagian tulang rusuk lainnya. Bagian
dinding dada pada segmen tulang yang patah menjadi tidak terhubung dengan dinding
dada di sekitarnya, sehingga akan terlihat mengambang, terutama saat pasien menarik
dan menghembuskan napas. Kondisi ini dapat mengganggu pernapasan secara serius.
Tension pneumothorax adalah kondisi medis darurat ketika udara terperangkap di
rongga pleura antara paru-paru kiri dan kanan. seluruh bagian dari paru-paru dapat
kolaps sehingga dapat menyebabkan penurunan fungsi jantung dan organ tubuh lain.
Pneumothorax adalah kondisi ketika udara terkumpul di rongga pleura, yaitu ruang di
antara paru-paru dan dinding dada. Udara tersebut dapat masuk akibat adanya cedera
di dada atau robekan di paru-paru. Akibatnya, paru-paru jadi mengempis (kolaps) dan
tidak bisa mengembang.
Hemotoraks adalah akumulasi abnormal darah di rongga pleura. Gejala hemotoraks
mungkin termasuk nyeri dada, kesulitan bernapas, berkurangnya suara napas di sisi
yang terkena dan detak jantung yang cepat. Hemotoraks biasanya terjadi karena
cedera, kanker yang menyerang rongga pleura, kelainan pembekuan darah,
manifestasi endometriosis yang tidak biasa, respons terhadap paru-paru yang kolaps,
atau kondisi lainnya. Biasanya, kondisi ini dapat didiagnosis menggunakan rontgen
dada.
Sumber:
https://lmsspada.kemdikbud.go.id/pluginfile.php/144412/mod_folder/content/0/SGD%20
6_LT%201_Keperawatan%20Gawat%20Darurat.pdf?forcedownload=1#:~:text=Tension
%20pneumothorax%20adalah%20kondisi%20medis,jantung%20dan%20organ%20tubuh
%20lain
(Anis Indriyani)
15. Penatalaksanaan Flail Chest
o Memastikan pasien bernapas dengan baik dan mendapatkan oksigen yang cukup.
o Memastikan pasien tidak mengalami perdarahan internal. Bila ada perdarahan, operasi
akan dilakukan untuk menghentikannya.
o Mengelola rasa sakit untuk memudahkan pasien bernapas.
o Menstabilkan bagian dada yang tidak terhubung.
o Pertama-tama, pasien yang mengalami flail chest akan diberi masker oksigen untuk
membantu pernapasannya. Dokter juga akan memberi obat untuk membantu
mengatasi rasa sakitnya.
Dalam kasus yang lebih serius di mana ada cedera paru-paru yang mendasarinya, pasien
perlu mengenakan ventilator mekanis untuk menjaga rongga dada tetap stabil.
Tergantung pada tingkat keparahan cedera dan risikonya, operasi mungkin juga
dibutuhkan untuk mengatasi kondisi ini.
Sumber:
https://www.klikdokter.com/penyakit/masalah-pernapasan/pneumotoraks#
(Anis Indriyani)
17. Penatalaksanaan Hematothorax
Hemothorax adalah kondisi medis di mana terjadi penumpukan darah di rongga pleura,
yaitu ruang antara paru-paru dan dinding dada. Penatalaksanaan hemothorax bertujuan
untuk mengendalikan perdarahan, mengembalikan fungsi pernapasan, dan mencegah
komplikasi yang lebih serius. Berikut adalah beberapa langkah penatalaksanaan yang
umum dilakukan:
a) 1.Stabilisasi pasien: Jika pasien mengalami gejala yang parah atau tanda-tanda
syok, perhatian segera harus diberikan untuk menjaga stabilitas hemodinamik.
Pasien mungkin memerlukan pemantauan ketat, terapi cairan intravena, dan
transfusi darah jika diperlukan.
b) 2.Drainase pleura: Pada kebanyakan kasus hemothorax, tindakan drainase pleura
diperlukan untuk mengeluarkan darah yang terkumpul di rongga pleura. Prosedur
ini biasanya dilakukan dengan memasukkan sebuah jarum atau kateter khusus ke
dalam rongga pleura melalui dinding dada atau melalui prosedur torakoskopi.
c) 3.Kontrol perdarahan: Jika hemothorax disebabkan oleh kerusakan pada struktur
internal, seperti pecahnya pembuluh darah atau cedera organ dalam dada, upaya
harus dilakukan untuk mengendalikan perdarahan. Ini bisa mencakup tindakan
bedah dada darurat atau prosedur lainnya yang sesuai dengan penyebab
perdarahan.
d) 4.Perawatan medis: Pasien dengan hemothorax biasanya membutuhkan
perawatan medis tambahan. Hal ini dapat mencakup pemantauan yang ketat
terhadap fungsi pernapasan, pemberian analgesik untuk mengontrol nyeri, dan
pemberian antibiotik jika infeksi dicurigai.
e) 5.Tindak lanjut: Setelah drainase pleura dilakukan, pasien perlu dipantau secara
teratur untuk memastikan pengeluaran darah dari rongga pleura berkurang dan
tidak ada komplikasi yang timbul. Pemantauan radiologi seperti foto toraks atau
ultrasonografi dapat membantu memantau perkembangan kondisi.
(Diah Ayu Oktavia)
18. Penatalaksanaan Pneumotoraks
Sumber:
(Journal) Malik, R. H. (2020, April). Penanganan Gawat Darurat Tension Pneumothorax
Dengan Needle Thoracocentesis ICS ke-5 & Pemasangan... Retrieved June 2, 2023, from
ResearchGate website:
https://www.researchgate.net/publication/341279515_Penanganan_Gawat_Darurat_Tens
ion_Pneumothorax_Dengan_Needle_Thoracocentesis_ICS_ke-5_Pemasangan_Mini-
WSD_A_Case_Report
(Yunita Prihandani)
19. Asuhan Keperawatan (Erina Widayanti)
ASUHAN KEPERAWATAN
Analisa Data
Do:
- N: 110x/menit
- RR: 25x/menit
- TD: 130/80 mmHg
- S: 36,5 C
- SPO2: 94%
- Hasil X-Ray menunjukkah adanya
multiple fraktur pada costa kiri
(Dela Mey Sari)
3. Ds: Pola napas tidak efektif b.d Hambatan
- Pasien mengelu sesak nafas upaya napas d.d x-ray (ke 4-9) fail
- Deformitas (kebiruan) dinding dada chest
Do : (Namulondo Mwajib Bogere)
- RR = 25x/menit
- Hasil X-Ray menunjukkah adanya
multiple fraktur pada costa kiri
(Namulondo Mwajib Bogere)
1) Pola napas tidak efektif b.d Hambatan upaya napas d.d x-ray (ke 4-9) fail chest
2) Gangguan Pertukaran Gas b.d Pneumonia d.d PCO2 menurun dan dispnea.
3) Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisik d.d Pasien mengeluh nyeri dibagian dada dan
terdapat multiple fraktur pada costa kiri.
Edukasi
o Untuk
memberikan
edukasi dan
penjelasan
mengenai
tindakan yang
sedang
dilakukan.
o Memberi tahu
pasien dan
keluarga
mengenai hasil
pemantauan
kondisi apabila
diperlukan
tindakan lebih
lanjut
(Yunita
Prihandani)
2. Nyeri Akut b.d Tingkat nyeri Manajemen nyeri (I. Manajemen Nyeri
Agen (L.08066) 08238)
Pencedera setelah dilakukan Observasi Observasi
Fisik d.d tindakan keperawatan - identifikasi 1) Untuk
Pasien 1x24 jam maka lokasi, durasi, mengetahui
mengeluh diharapkan tingkat frekuensi, lokasi,
nyeri dibagian nyeri dapat menurun kualitas, karakteristik,
dada dan dengan kriteris hasil : intensitas nyeri durasi,
terdapat - keluhan nyeri dari - identifikasi skala frekuensi,
multiple meningkat (1) nyeri kualitas dan
fraktur pada menjadi menurun - identifikasi intensitas nyeri.
costa kiri. (5) respon non 2) Agar
- pola nafas dari verbal mengetahui
memburuk (1) - identifikasi tingkat nyeri
menjadi membaik faktor yang yang dirasakan
(5) memperberat dan oleh klien.
- frekuensi nadi dari memperingan 3) Agar kita
memburuk (1) nyeri mengetahui
menjadi membaik - identifikasi tingkat nyeri
(5) pengetahuan dan yang
(Erina Widayanti) keyakinan sebenarnya
tentang nyeri pada klien.
- monitor 4) Agar dapat
keberhasilan mengurangi
terapi Faktor-faktor
komplementer yang dapat
yang sudah memperparah
diberikan nyeri yg
- monitor efek dirasakan klien.
samping 5) Agar kita
penggunaan mengetahui
analgetik sejauh mana
pemahaman dan
Terapeutik pengetahuan
- berikan teknik pasien terhadap
nonfarmakologis nyeri yang
untuk mengurangi dirasakan
rasa nyeri 6) Karena budaya
- kontrol pasien dapat
lingkungan yang mempengaruhi
memperberat rasa bagaimana
nyeri pasien
- pertimbangankan mengartikan
jenis dan sumber nyeri itu sendiri
nyeri dalam 7) Untuk
pemilihan strategi mencegah
meredakan nyeri terjadinya
penurunan
Edukasi kualitas hidup
- jelaskan dari pasien itu
penyebab, sendiri
periode dan
pemicu nyeri Terapeutik:
- jelaskan strategi 1) Agar dapat
meredakan nyeri mengurangi rasa
- ajarkan teknik nyeri yang
non farmakologis dirasakan oleh
untuk pasien dengan
mengurangi rasa menggunakan
nyeri cara
nonfarmakologi
Kolaborasi s
- kolaborasi 2) Agar nyeri yang
pemberian dirasakan oleh
analgetik, jika pasien tidak
perlu menjadi lebih
(Chilen Octaviani) buruk
3) Agar tindakan
yang akan kita
berikan sesuai
dengan jenis
nyeri dan
sumber dari
nyeri itu sendiri,
serta dapat
mengurangi rasa
nyeri yang
dirasakan oleh
klien
Edukasi
1) Agar pasien
dapat
menghindari
penyebab dari
nyeri yang
dirasakan
2) Untuk
menambah
pengetahuan
agar pasien
dapat
meredakan
nyeri mandiri
secara ketika
sudah pulang
dari rumah
sakit
3) Agar ketika
nyeri yang
dirasakan klien
mulai parah dia
dapat
memberitahu
keluiarga
bahkan tenaga
medis agar
mendapat
penanganan
segera atau
mulai parah dia
dapat
memberitahu
keluiarga
bahkan tenaga
medis agar
mendapat.
penanganan
segera.
Kolaborasi
Agar rasa nyeri
yang dirasakan
pasien dapat
dihilangkan atau
dikurangi
(Dela Mey Sari)
3. Pola napas Pola Napas (L.01004) Manajemen jalan Observasi
tidak efektif Setelah dilakukan napas (I.01011) Untuk
b.d Hambatan tindakan keperawatan Observasi mengetahui
upaya napas selama 1x24 jam 1. Monitor pola apakah adanya
d.d x-ray (ke diharapkan pola napas napas (frekuensi gangguan pada
4-9) fail chest membaik dengan kedalaman, usaha pola napas.
kriteria hasil : napas) Untuk
- Ventilasi semenit 2. Monitor bunyi mengetahui
cukup meningkat napas tambahan apakah terdapat
skala (4) (gurgling, bunyi napas
- Kapasitas vital mengi, wheezing, tambahan.
cukup meningkat ronkhi kering) Untuk
skala (4) 3. Monitor sputum mengetahui
- Tekanan ekspirasi (jumlah, warna, apakah terdapat
cukup meningkat aroma) perubahan warna
skala (4) dan aroma pada
- Tekanan inspirasi Terapeutik sputum
cukup meningkat 1. Pertahankan
skala (4) kepatenan jalan Terapeutik
- Dispnea cukup napas dengan Agar kepatenan
menurun skala (4) head-tlit dan jalan napas
- Pernapasan cuping chin- liftaw- tetap terjaga.
hidung cukup thrust jika Agar pasien
menurun skala (4) dicurigai adanya tidak terlalu
- Frekuensi napas trauma servikal. merasakan
membaik skala (5) 2. Posisikan semi sesak yang
- Kedalaman napas fowler atau dialami.
cukup membaik fowler. Untuk
skala (4) 3. Lakukan mengurangi
- Ekskursi dada fisioterapi dada rasa sakit yang
cukup membaik bila perlu di rasakan.
skala (4)
(Milatina Hanifah) Edukasi Edukasi
Ajarkan teknik Untuk
batuk efektif mengeluarkan
sputum.
Kolaborasi
Kolaborasi Kolaborasi
pemberian Agar dapat
bronkodilator, diberikan obat
ekspektoran, pernapasan sesuai
mukolitik jika perlu anjuran dokter.
(Sekar Ayu (Sekar Ayu
Setyaningsih) Setyaningsih)
Pola napas tidak efektif b.d Hambatan upaya napas d.d x-ray (ke 4-9) fail chest
TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
31/05/2023 08.00 WIB Memonitor jalan napas S:
s: pasien mengatakan nyeri Pasien wanita berusia 44 tahun
seperti di tusuk dibawa ke IGD setelah
o: pasien terlihat menahan mengalami kecelakaan lalu
nyeri, pernafasan 25x/mnt lintas. Pasien mengeluhkan
irama irregular, deformitas sesak nafas .
dinding dada pada daerah apek O:
dan tengah paru - Kesadaran GCS (Glasgow
Coma Scale) = E3V5M6
- Nadi: 110x/menit
Melakukan auskultasi untuk - Tekanan darah: 130/80
09.00 WIB memonitor bunyi napas mmHg
s: - - Pernafasan: 25x/menit
o: terdengar bunyi mengi (irama irregular)
- Suhu: 36,5°C
Mengajarkan batuk efektif - Saturasi oksigen: 94%
09.30 WIB - Penurunan suara pada
Memposisikan pasien semi daerah apek dan tengah
10.00 WIB fowler paru terdengar pada
pemeriksaan dada
Menjadwalkan terapi dada - Hasil X-ray menunjukkan
15.00 WIB multiple fraktur pada costa
Memberikan obat jika perlu kiri (ke 4-9) (Flail Chest)
16.00 WIB dan pneumothorax kiri
(Fanny Nugraheni) A:
Masalah pola nafas tidak
efektif belum teratasi .
Pasien mengalami pola nafas
tidak efektif yang disebabkan
oleh flail chest (fraktur
multiple pada costa kiri) dan
pneumothorax kiri.
P:
- Pasien akan dipasang
oksigen dengan masker nasal
untuk meningkatkan saturasi
oksigen.
- Pasien akan dijaga posisi
tubuhnya yang nyaman dan
diberikan dukungan
emosional.
Gangguan Pertukaran Gas b.d Pneumonia d.d PCO2 menurun dan dispnea. Gangguan
Pertukaran Gas b.d Pneumonia d.d PCO2 menurun dan dispnea.
TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP)
1/06/2023 10.00 WIB Melakukan Observasi S:
- Memonitor ferkuensi, irama, Pasien mengeluh masih
kedalaman dan upaya napas merasakan sesak nafas
- Memonitor pola napas
(seperti bradipnea, takipnea, O :
hiperventilasi, kussmaul, - KU lemah
cheyne-stokes, biot, - TTV
ataksik). TD : 125/80 mmHg
- Memonitor adanya produksi RR : 25x/ menit
sputum N : 115x/ menit
- Memonitor adanya SPO2 : 96%
sumbatan jalan napas
- Meauskulatasi bunyi napas A:
- Meonitor saturasi oksigen Masalah gangguan pertukaran
- Memonitor nilai AGD gas belum teratasi
- Memonitor hasil x-ray
toraks P:
10.30 WIB Intervensi dilanjutkan:
Melakukan Terapeutik - Monitor pola napas
- Mengatur interval - Monitor saturasi oksigen
pemantauan respirasi sesuai - Monitor nilai AGD
kondisi pasien - Atur interval pemantauan
- Mengondokumentasikan respirasi sesuai kondisi pasien
hasil pemantauan
11.00 WIB (Nugraheni Nurismasari)
Melakukan Edukasi
- Menjelaska tujuan dan
prosedur pemantauan
- Menginformasikan hasil
pemantauan
(Ridho Muhammad Putra)
Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisik d.d Pasien mengeluh nyeri dibagian dada dan
terdapat multiple fraktur pada costa kiri.
TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP)
2/06/2023 08.00 WIB Observasi S:
- Mengidentifikasi lokasi, Pasien mengatakan Nyeri nya
durasi, frekuensi, kualitas, sudah menurun
intensitas nyeri O:
- Mengidentifikasi skala nyeri Hasil score nyeri ( 2)
- Mengidentifikasi respon non A:
verbal Masalah Nyeri akut belum
- Mengidentifikasi faktor yang teratasi
memperberat dan P:
memperingan nyeri - Lajutkan intervensis
- Mengidentifikasi keperawatan yang
pengetahuan dan keyakinan Modifikasi
tentang nyeri - _Kaji Nyeri secara
- memonitor keberhasilan komprehensif
terapi komplementer yang - _Observasi reasksi non
sudah diberikan verbal
- memonitor efek samping - _ kolaborasi Modifikasi
penggunaan analgetik pengobatan untuk
menghilangkan nyeri
09.00 WIB Terapeutik
- memberikan teknik (Namulondo Mwajib Bogere)
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- mengkontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- mempertimbangankan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan
nyeri.
09.30 WIB Edukasi
- menjelaskan penyebab,
periode dan pemicu nyeri
- menjelaskan strategi
meredakan nyeri
- mengajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
10.00 WIB - mengkolaborasi pemberian
analgetik
(Taghsya Dhaneswara Patya)