Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN TUTORIAL

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

(Kasus II)

Dosen Pengampu :
Efi Febriyanti, S.Kep., Ns.

Kelas PSIK 6 C5

Anis Indriyani 2010201186


Taghsya Dhaneswara Patya 2010201187
Fanny Nugraheni 2010201188
Tri Rahayu Nur Jannah 2010201189
Erina Widayanti 2010201190
Yunita Prihandani 2010201191
Chilen Oxtaviani 2010201192
Junita Annisa Putri 2010201193
Sekar Ayu Setyaningsih 2010201194
Milatina Hanifah 2010201195
Dela Mey Sari 2010201196
Namulando Mwajib Bogere 2010201197
Nugraheni Nurismasari 2010201198
Ridho Muhammad Putra 2010201199
Diah Ayu Oktavia 2010201200

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2023
KASUS 2

Seorang pasien wanita berusia 44 tahun dibawa ke IGD setelah mengalami kecelakaan lalu
lintas. Pasien mengeluhkan sesak nafas dan nyeri dada dengan skala 6. Nyeri dirasakan
seperti ditusuk, terus menerus dan bertambah saat bernafas. Hasil pemeriksaan menunjukkan
kesadaran GCS=E3V5M6, nadi 110x/menit, tekanan darah 130/80 mmHg, pernafasan
25x/menit (irama irregular), suhu 36,5oC dan saturasi oksigen 94%. Pemeriksaan dada
menunjukkan pernafasan paradoksal, deformitas dinding dada serta penurunan suara pada
daerah apek dan tengah paru. Hasil analisa gas darah: pH 7,30 ; PO2 92 mmHg, pCO2 49
mmHg; HCO3 24 mEq/liter dan B.E 1,5. Hasil X-ray menunjukkan multiple fraktur pada
costa kiri (ke 4-9) (Flail Chest) dan pneumothorax kiri dengan gambaran sebagai berikut:

Ketua : Tri Rahayu Nur Jannah (2010201189)

Waki Ketua : Junita Annisa Putri (2010201193)

Step 1 Mengidentifikasi Masalah dan Tujuan Belajar dan step 2 Menjawab Pertanyaan

1. Pneumothoraks Pneumothorax adalah kondisi ketika udara terkumpul di


(Ridho Muhammad rongga pleura, yaitu ruang di antara paru-paru dan dinding
Putra) dada. Udara tersebut dapat masuk akibat adanya cedera di
dada atau robekan di paru-paru. Akibatnya, paru-paru jadi
mengempis (kolaps) dan tidak bisa mengembang.
(Milatina Hanifah)
2. Deformitas dinding Deformitas dinding dada adalah kelainan struktural dada
dada yang dapat berkisar dari ringan hingga parah. Kelainan
(Milatina Hanifah) bentuk dinding dada terjadi ketika tulang rawan yang
menghubungkan tulang rusuk tumbuh tidak merata.
Berikut ada dua jenis kelainan bentuk dinding dada yang
paling umum yaitu :
1. Pectus excavatum , juga dikenal sebagai dada
corong atau dada cekung, terjadi ketika tulang dada
terdorong ke dalam.Anak-anak dengan kelainan
bentuk ini tampaknya memiliki dada
cekung. Pectus excavatum adalah jenis kelainan
bentuk dinding dada yang paling umum,
menyerang 1 dari setiap 300 hingga 400 anak dan
anak laki-laki tiga kali lebih banyak daripada anak
perempuan.
2. Pectus carinatum , juga dikenal sebagai dada
merpati atau dada terangkat, adalah kondisi di
mana tulang dada dan tulang rusuk
menonjol. Untuk beberapa anak, kedua sisi dada
menonjol, tetapi untuk yang lain, satu sisi dada
mungkin lebih menonjol daripada sisi
lainnya.Kondisi tersebut mempengaruhi sekitar 1
dari setiap 1.500 anak dan lebih sering terjadi pada
anak laki-laki daripada anak perempuan.
(Chilen Octaviani)
3. Pernafasan paradoksal Menurut Journal of Neurology, Neurosurgery, &
(Anis Indriyani) Psychiatry, pernapasan paradoksal atau paradoxical
breathing adalah gangguan pernapasan yang diakibatkan
oleh kelainan fungsi kontraksi otot diafragma. Normalnya,
otot diafragma harus menekan ke bawah agar Anda bisa
bernapas. Namun, kondisi ini menyebabkan otot diafragma
malah terdorong naik sehingga paru-paru tidak dapat
mengembang. Pernapasan paradoksal juga menyebabkan
tubuh tidak dapat mengeluarkan karbon dioksida sebanyak
mestinya. Hal ini dapat menjadi penyebab sesak napas dan
berbagai gangguan kesehatan lainnya.
(Dela Mey Sari)
4. Multiple fraktur Multiple fraktur adalah keadaan dimana terjadi hilangnya
(Chilen Octaviani) kontinuitas jaringan tulang lebih dari satu garis yang
disebabkan oleh tekanan eksternal yang ditandai oleh
nyeri, pembengkakan, deformitas dan gangguan fungsi
pada area fraktur (Sylvia A. Price). Multiple fraktur adalah
terputusnya kontinuitas jaringan atau tulang dan atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa
(Sjamsu Hidajat).
(Fanny Nugraheni)
5. Daerah apex Istilah apeks paru berasal dari kata Apex. Apex merupakan
(Fanny Nugraheni) bahasa latin yang diterjemahkan sebagai suatu puncak dari
suatu bangunan, ataupun ujung yang membulat lancip.
Pada bagian paru, daerah apeks merupakan daerah teratas
dari paru yang mengandung banyak oksigen, dan biasanya
pada daerah ini bakteri tuberkulosis berkembang pada
pasien pengidap TBC, karena mengandung banyak
oksigen.
(Sekar Ayu Setyaningsih)
6. X-ray FOTO Rontgen atau X-Ray dalam dunia medis,
(Diah Ayu Oktavia) merupakan pemeriksaan penunjang menggunakan mesin
X-Ray. Dari foto ini tentu menghasilkan sebuah gambar
dua dimensi serta akan tampak warna-warna yang berbeda
pada setiap jenis benda yang terdapat di dalamnya.
Pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi masalah
kesehatan serta sebagai prosedur penunjang dalam
tindakan medis tertentu. “Pada foto rontgen akan
menghasilkan gambar dalam bentuk dua dimensi.
(Anis Indriyani)
7. Flail chest Flail chest adalah jenis patah tulang rusuk tertentu ketika
(Namulondo Mwajib tiga atau lebih tulang rusuk yang letaknya berurutan
Bogere) mengalami patah minimal di dua titik. Flail chest
umumnya disebabkan oleh benturan benda tumpul yang
hebat pada dada dan merupakan kondisi darurat yang
mengancam nyawa karena dapat disertai cedera paru yang
parah. (Nugraheni Nurismasari)
8. Trauma dada (Yunita) Trauma dada adalah kondisi medis yang terjadi akibat
cedera atau benturan pada dada. Trauma dada dapat
melibatkan kerusakan pada tulang, organ dalam dada, atau
jaringan lunak di sekitar dada. Penyebab umum dari
trauma dada adalah kecelakaan mobil, kecelakaan
olahraga, jatuh, atau tindakan kekerasan fisik.
(Diah Ayu Oktavia)
9. B.E 1,5 Nilai Beecf (Base Excess) merupakan salah satu nilai
(Sekar Ayu tanda keseimbangan nitrogen tubuh yang berkaitan dengan
Setyaningsih) ke-asam basa-an tubuh yang ditimbulkan dari faktor
metabolik (renal, dan GIT).
(Dela Mey Sari)
10. Analisa gas darah Analisa gas darah (AGD) adalah tes laboratorium yang
(Erina Widayanti) dilakukan untuk mengukur konsentrasi gas dalam darah
arteri, seperti oksigen, karbon dioksida, dan pH darah. Tes
ini digunakan untuk mengevaluasi fungsi pernapasan dan
keseimbangan asam-basa pada pasien dengan gangguan
pernapasan, penyakit paru, gagal jantung, atau gangguan
keseimbangan elektrolit. AGD biasanya dilakukan dengan
mengambil sampel darah dari arteri radial di pergelangan
tangan, meskipun pada beberapa kasus, sampel darah
dapat diambil dari arteri femoral di panggul atau arteri
brachial di lengan atas.

1. Hasil AGD memberikan informasi tentang


beberapa parameter, seperti:

2. Tekanan oksigen dalam darah arteri (PaO2):


Ukuran konsentrasi oksigen yang dibawa oleh
darah dari paru-paru ke seluruh tubuh. PaO2 yang
rendah dapat menunjukkan adanya masalah
pernapasan, seperti PPOK atau asma.

3. Tekanan karbon dioksida dalam darah arteri


(PaCO2): Ukuran konsentrasi karbon dioksida
yang dihasilkan oleh sel dan dikeluarkan oleh paru-
paru. PaCO2 yang tinggi dapat menunjukkan
adanya gangguan pernapasan, seperti gagal nafas
atau asidosis respiratorik.

4. pH darah: Ukuran keseimbangan asam-basa dalam


darah. pH yang rendah dapat menunjukkan adanya
kondisi asidosis, sedangkan pH yang tinggi dapat
menunjukkan adanya kondisi alkalosis.

AGD juga dapat memberikan informasi tentang


konsentrasi ion bikarbonat (HCO3-) dalam darah, yang
merupakan indikator penting dari keseimbangan asam-
basa. AGD merupakan tes penting dalam mengevaluasi
pasien dengan masalah pernapasan dan penyakit paru-
paru, dan sering dilakukan sebagai bagian dari penilaian
status klinis pasien. (Yunita Prihandani)
11. Irama Irregular Nadi yang ireguler merupakan kondisi dimana ritme atau
(Dela Mey Sari) irama denyut nadi pada perabaan atau auskultasi dengan
stetoskop terasa dan terdengar tidak teratur.
(Anis Indriyani)
12. GCS Glasgow coma scale (GCS) adalah alat yang digunakan
(Chilen Octaviani) untuk mengukur tingkat kesadaran seseorang.
Pengukurannya berdasarkan tiga aspek, yaitu respons
pembukaan mata, verbal, dan motorik.”
(Erina Widayanti)
13. IGD IGD merupakan singkatan dari "Instalasi Gawat Darurat"
(Anis Indriyani) atau "Emergency Department" dalam bahasa Inggris. IGD
adalah bagian dari rumah sakit yang menyediakan layanan
medis darurat 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Ini adalah
tempat di mana orang mencari perawatan segera untuk
cedera atau penyakit yang membutuhkan perhatian medis
mendesak.
(Diah Ayu Oktavia)
14. Costa kiri costae adalah tulang panjang yang melengkung dan
(Yunita Prihandani) membentuk rongga rusuk.) Tulang rusuk melindungi dada
(Latin: thorax), paru-paru, jantung, hati, dan organ dalam
lainnya di rongga dada. cosra kiri berati tulang rusuk yang
berada dibagian kiri.
(Erina Widayanti)
15. Kesadaran "Glasgow coma scale (GCS) adalah alat yang digunakan
GCS=E3V5M6 untuk mengukur tingkat kesadaran seseorang.
(Sekar Ayu Pengukurannya berdasarkan tiga aspek, yaitu respons
Setyaningsih) pembukaan mata, verbal, dan motorik.”
(Ridho Muhammad Putra)

Menentukan LO (Learning Objective)

1. Definisi Trauma Dada (Anis Indriyani)

Trauma dada adalah trauma tajam atau tembus yang dapat menyebabkan tamponade
jantung, perdarahan, pneumothoraks, hematothoraks, dan hematoma pneumothoraks.

Sumber:
https://dosen.ung.ac.id/00160793/home/2021/2/8/penatalaksanaan-kegawatdaruratan-
trauma-thorax-dada.html#:~:text=Trauma

(Chilen Octaviani)

2. Manifestasi Klinis Trauma Dada (Sekar Ayu Setyaningsih)


A. Trauma tumpul: dyspnea, agitasi, restlessness, anxiety, chest pain during Respiration
- Potensial Komplikasi: Pneumothorax, flail chest, hemothorax, pulmonarv contusion.
mvocardial contusion. cardiac tamponade
- Inspeksi :RR>20x/mnt, Hiperpnea, ventilatory distress, penggunaan otot-otot asesori,
penurunan tidal volume, hemoptasis, asymmetric chest wall motion, jugular venous
distention, sianosis, pucat pda kulit, bibir.
- Palpasi: flail chest segmen, tanda-tanda fraktur. Perkust dullness pertanda
hemothorax.hiperesonan pertanda pneumothorax.
- Auskultasi : krepitasi disekitar patahan tulang, penurunan tekanan darah.
B. Trauma tajam : dyspnea, nyeri yang hebat, cemas, gangguan istirahat
- Potensial komplikasi Hemothorax рneumotoгах. annision pneumothorax, hemorrhage,
shock, infeksi.
- Inspeksi: RR>20x/mnt, hiperpnea, respiratory distress, use acessory muscle, decrease
tidal volume, asymetris chest wall, sianosis, estimate blood loss, do not remove
penetrating obiect.
- Palpasi:deviasitrachea,empisemasubcutan,akraldingin,Perkusi: pertanda hemothorax,
hiperesonan pertanda pneumothorax,
- Auskultasi : pernafasan stridor, bradicardi.

Sumber:

https://www.studocu.com/id/document/politeknik-kesehatan-banjarmasin/keperawatan-
gadar-dan-kritis/pembahasan-trauma-dada/44915333

(Anis Indriyani)
3. Etiologi Trauma Dada (Dela Mey Sari)
a) Trauma tumpul
b) Terjadi sebagai akibat penekanan langsung pada daerah dada, biasanya tertutup
sehingga tidak terdapat hubungan antara ruang dalam dada dengan udara atmosfir,
disebabkan oleh benda tumpul.
c) Trauma tajam/penetrasi
d) Terjadi sebagai akibat luka tembak/tusuk, hal ini menyebabkan luka dada terbuka
karena terdapat hubungan antara ruang dalam dada dengan udara atmosfir, trauma ini
yang paling sering disebabkan oleh tembakan peluru kemudian karena pisau/ditusuk.
e) Tamponade jantung : Disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke
mediastinum/daerah jantung
f) Hematotoraks : Disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatic
atau spontan
g) Pneumothoraks : Disebabkan oleh trauma, Insersi CVP, penggunaan ventilasi
dengan tekanan positif

Sumber:

https://journal.uwks.ac.id/index.php/jikw/article/download/440/pdf

(Sekar Ayu Setyaningsih)


4. Penatalaksanaan Fraktur (Fanny Nugraheni)
Menurut Muttaqin (2013) konsep dasar penatalaksanaan fraktur yaitu:
A. Fraktur terbuka.
Merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi kontaminasi oleh bakteri dan
disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam (golden period). Kuman belum
terlalu jauh meresap dilakukan:
Pembersihan luka, eksisi jaringan mati atau debridement, hecting situasi, dan
pemberian antibiotik.
B. Seluruh fraktur.
Rekognisi (Pengenalan). Riwayat kejadian harus jelas untuk menentukan diagnosa
dan tindakan selanjutnya.
1) Reduksi (Reposisi) terbuka dengan fiksasi interna (OpenReduction and Internal
Fixation/ORIF).
Merupakan upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali seperti
semula secara optimum. Dapat juga diartikan reduksi fraktur (setting tulang)
adalah mengembalikan fragmen tulang pada kesejajaran dan rotasi anatomis.
2) Reduksi tertutup dengan fiksasi eksterna (Open Reduction and Enternal
Fixation/ORIF), digunakan untuk mengobati patah tulang terbuka yang
melibatkan kerusakan jaringan lunak. Ekstremitas dipertahankan sementara
dengan gips, bidai atau alat lain. Alat imobilisasi ini akan menjaga reduksi dan
menstabilkan ekstremitas untuk penyembuhan tulang. Alat ini akan memberikan
dukungan yang stabil bagi fraktur comminuted (hancur dan remuk) sementara
jaringan lunak yang hancur dapat ditangani dengan aktif (Smeltzer & Bare, 2013).
3) Retensi (Immobilisasi)
Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali seperti
semula secara optimal. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus
dimobilisasi, atau di pertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar sampai
terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksternal meliputi
pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin, dan teknik gips, atau fiksatoreksternal.
Implant logam dapat digunakan untuk fiksasi internal yang berperan sebagia bidai
interna untuk mengimobilisasi fraktur.
4) Graf tulang, yaitu penggantian jaringan tulang untuk menstabilkan sendi, mengisi
defek atau perangsangan dalam proses penyembuhan. Tipe graf yang digunakan
tergantung pada lokasi yang terkena, kondisi tulang, dan jumlah tulang yang
hilang akibat cidera. Graft tulang dapat berasal dari tulang pasien sendiri
(autograft) atau tulang dari tissue bank (allograft) (Smeltzer & Bare, 2013).
5) Rehabilitasi adalah upaya menghindari atropi dan kontraktur dengan fisioterapi.
Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan. Status
neurovaskuler (missal: Pengkajian peredaran darah, nyeri, perabaan, gerakan)
dipantau, dan ahli bedah orthopedi diberitahu segera bila ada tanda gangguan
neurovaskuler. Kegelisahan ansietas dan ketidaknyamanan dikontrol dengan
berbagai pendekatan (misalnya: menyakinkan, perubahan posisi, stageri peredaan
nyeri, termasuk analgetik). Latihan isometric dan setting otot diusahakan untuk
meminimalkan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah. Partisipasi dalam
aktivitas hidup sehari-hari diusahakan untuk memperbaiki kemandirian fungsi
dan harga diri. Pengembalian bertahap pada aktivitas semula diusahakan sesuai
batasan terapeutik.

Sumber:
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1370/3/BAB%20II%20TINJAUAN%20PUSTAKA.pd
f
(Milatina Hanifah)
5. Pathways Pneumothoraks (Milatina Hanifah)
(Sekar Ayu Setyaningrum)
6. Terapi Farmakologi dan Non-Farmakologi Trauma Dada (Sekar Ayu Setyaningsih)
Pasien dengan trauma dada atau fraktur costa harusnya dilakukan pemantauan ketat
sejak masuk rumah sakit, 24 jam pertama merupakan identifikasi awal adanya
komplikasi yang menyebabkan depresi pernafasan. Menurut penelitian Coary, et.al (2020)
fraktur costa adalah cedera paling serius pada 55% pasien berusia di atas 60 tahun yang
menyebabkan kematian karena 90% dari patah tulang rusuk menunjukkan cedera
tambahan pada pemeriksaan sistemik. Trauma langsung dan hipoventilasi yang diinduksi
nyeri menyebabkan komplikasi pernafasan sehingga menjadi beban morbiditas dan
mortalitas. Komplikasi yang sering terjadi adalah pneumotoraks diikuti hemothoraks,
kontusio paru dan flail chest.
Penanganan manajemen nyeri untuk mengontrol nyeri terus-menerus dan mencegah
depresi pernafasan harus diberikan terapi yang agresif dengan pendekatan multimodalitas.
Penelitian yang dilakukan oleh Peek, et.al, (2019) dengan membandingkan pemberian
analgesik dengan 4 metode yaitu analgesia epidural, analgesia intravena, blok
paravertebral dan blok intercostal, diperoleh hasil berdasarkan systematic review dan
meta-analysis analgesia epidural signifikan mengurangi rasa sakit dibandingkan
intervensi yang lain. Intervensi keperawatan sendiri menekankan pada terapi non
farmakologis untuk kontrol nyeri pada pasien fraktur. Terapi nonfarmakologis dengan
guided imagery dapat mengurangi intensitas dan skala nyeri pada pasien fraktur. Guided
imagery mempengaruhi hampir semua fisiologis sistem kontrol tubuh yaitu pernapasan,
denyut jantung, tekanan darah, tingkat metabolisme dalam sel, mobilitas dan sekresi
gastrointestinal, fungsi seksual, dan bahkan respon imun (Rossman, 2000). Intervensi ini
juga dapat mempercepat penyembuhan pasien dan mengurangi hari rawat inap (Forward
et.al, 2015)
(Yunita Prihandani)
Sumber : https://ejournal.upnvj.ac.id/Gantari/article/view/4151
7. Klasifikasi Trauma Dada (Anis Indriyani)

Trauma dada diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Trauma Tajam

a. Pneumothoraks terbuka
b. Hemotoraks
c. Trauma trakeobronkial
d. Contusio Paru
e. Pecah diafragma
f. Trauma Mediastinum
2. Trauma Tumpul
a) Tension pneumothoraks
b) Trauma trakeobronkhial
c) Mengepak Dada
d) Pecahnya diafragma
e) Trauma mediastinum
f) Fraktur kosta

Sumber:

https://www.academia.edu/8836065/MAKALAH_TRAUMA_DADA

(Fanny Nugraheni)
8. Penatalaksanaan Nyeri (Taghsya Dhaneswara Patya)
9. Komplikasi Trauma Dada (Yunita Prihandani)

Komplikasi trauma dada yang umum meliputi pneumothorax (kollaps paru-paru),


hemotoraks (darah mengumpul di antara paru-paru dan dinding dada), fraktur tulang
dada, cedera jantung, cedera pembuluh darah, infeksi paru-paru, dan sindrom
kompartemen dada. Penting untuk segera mencari perawatan medis jika mengalami
trauma dada atau gejala serius seperti sesak napas, nyeri dada yang hebat, atau perubahan
warna kulit pada dada.

Sumber:

https://doktersehat.com/penyakit-a-z/trauma-thoraks-cedera-di-dada-yang-bisa-
berdampak-serius/amp/

(Diah Ayu Oktavia)

10. Tanda-Tanda Yang Dapat Diamati Dari Flail Chest (Namulondo Mwajib Bogere)

Flail chest adalah gangguan traumatis yang terjadi ketika tiga atau lebih tulang rusuk
yang terletak bersebelahan patah di dua tempat atau lebih. Ini menyebabkan dinding dada
menjadi tidak stabil, mengganggu pernapasan.

Tanda dan Gejala

- Pernapasan Anda dangkal karena rasa sakit yang luar biasa.


- Jaringan Anda tidak mendapatkan cukup oksigen ( hipoksia ).
- Bibir atau jari Anda membiru.

(Taghsya Dhaneswara Patya)

11. Patofisiologi Trauma Dada (Nugraheni Nurismasari)

Kerusakan anatomi yang terjadi akibat trauma dapat ringan sampai berat tergantung
besar kecilnya gaya penyebab terjadinya trauma. Kerusakan anatomi yang ringan pada
dinding thoraks berupa fraktur kosta simpel. Sedangkan kerusakan anatomi yang lebih
berat berupa fraktur kosta multipel dengan komplikasi pneumothoraks, hematothoraks
dan kontusio pulmonum. Trauma yang lebih berat menyebakan robekan pembuluh darah
besar dan trauma langsung pada jantung.

Akibat kerusakan anatomi dinding thoraks dan organ didalamnya dapat mengganggu
fungsi fisiologi dari pernafasan dan sistem kardiovaskuler. Gangguan sistem pernafasan
dan kardiovaskuler dapat ringan sampai berat tergantung kerusakan anatominya.
Gangguan faal pernafasan dapat berupa gangguan fungsi ventilasi, difusi gas, perfusi dan
gangguan mekanik alat pernafasan. Salah satu penyebab kematian pada trauma thoraks
adalah gangguan faal jantung dan pembuluh darah.

(Dela Mey Sari)

12. Pemeriksaan Penunjang Pneumothoraks(Chilen Octaviani)


Peneriksaan penunjang pneumotorax
A. Tes diagnostik
- X-ray dada, melihat adanya udara atau cairan dalam rongga pleura,
- membedakan pneumuthorax atau hematothorax, konfirmasi adanya
- patah tulang thorax
- Analisa Gas darah ; evaluasi oksigenasi adekuat atau tidak
- ECG: melihat efektifitas elektrik jantung, denyut arteri dan denyut jantung
- Hb/Hct: untuk mengetahui kebutuhan darah (tranfusi)
- Sel darah putih ; indicator dasar adanya infeksi
- Tekanan Arteri
- Tekanan vena sentral (CVP) pada pasien syok dan ventilasi mekanik
- Volume Urine (diukur dengan kateter urin pada pasien syok)
- Cardiac Indeks

sumber:

https://www.studocu.com/id/document/politeknik-kesehatan-banjarmasin/keperawatan-
gadar-dan-kritis/pembahasan-trauma-dada/44915333

(Erina Widayanti)
13. Tanda dan Gejala Trauma Dada (Erina Widayanti)
o Pneumotoraks spontan: Tidak ada tanda atau gejala klinis pada pneumotoraks
spontan primer sampai bleb pecah dan menyebabkan pneumotoraks. Tanda dan
gejala yang muncul adalah nyeri dada akut dan sesak napas, terutama dengan
pneumotoraks spontan sekunder.
o Pneumotoraks Iatrogenik: Gejala yang mirip dengan pneumotoraks spontan,
tergantung pada usia pasien, adanya penyakit paru yang mendasari, dan luasnya
pneumotoraks
o Tension pneumotoraks: Hipotensi, hipoksia, nyeri dada, dispnea
o Pneumotoraks katamenial: Wanita berusia 30-40 tahun dengan onset gejala dalam
waktu 48 jam setelah menstruasi, pneumotoraks sisi kanan, dan kekambuhan
o Pneumomediastinum: Harus dibedakan dari pneumotoraks spontan, pasien mungkin
memiliki gejala nyeri dada, batuk terus-menerus, sakit tenggorokan, disfagia, sesak
napas, atau mual/muntah.

Sumber:

https://www.academia.edu/8343269/Pneumothoraks_makalah

(Nugraheni Nurismasari)
14. Perbedaan flail chest, tenssion pneumothorax, hematothorax, pneumotoraks
 Flail chest adalah jenis patah tulang rusuk tertentu ketika tiga atau lebih tulang rusuk
yang letaknya berurutan mengalami patah minimal di dua titik. Ini berarti tulang rusuk
memiliki segmen yang tidak terhubung dengan bagian tulang rusuk lainnya. Bagian
dinding dada pada segmen tulang yang patah menjadi tidak terhubung dengan dinding
dada di sekitarnya, sehingga akan terlihat mengambang, terutama saat pasien menarik
dan menghembuskan napas. Kondisi ini dapat mengganggu pernapasan secara serius.
 Tension pneumothorax adalah kondisi medis darurat ketika udara terperangkap di
rongga pleura antara paru-paru kiri dan kanan. seluruh bagian dari paru-paru dapat
kolaps sehingga dapat menyebabkan penurunan fungsi jantung dan organ tubuh lain.

 Pneumothorax adalah kondisi ketika udara terkumpul di rongga pleura, yaitu ruang di
antara paru-paru dan dinding dada. Udara tersebut dapat masuk akibat adanya cedera
di dada atau robekan di paru-paru. Akibatnya, paru-paru jadi mengempis (kolaps) dan
tidak bisa mengembang.
 Hemotoraks adalah akumulasi abnormal darah di rongga pleura. Gejala hemotoraks
mungkin termasuk nyeri dada, kesulitan bernapas, berkurangnya suara napas di sisi
yang terkena dan detak jantung yang cepat. Hemotoraks biasanya terjadi karena
cedera, kanker yang menyerang rongga pleura, kelainan pembekuan darah,
manifestasi endometriosis yang tidak biasa, respons terhadap paru-paru yang kolaps,
atau kondisi lainnya. Biasanya, kondisi ini dapat didiagnosis menggunakan rontgen
dada.

Sumber:

https://lmsspada.kemdikbud.go.id/pluginfile.php/144412/mod_folder/content/0/SGD%20
6_LT%201_Keperawatan%20Gawat%20Darurat.pdf?forcedownload=1#:~:text=Tension
%20pneumothorax%20adalah%20kondisi%20medis,jantung%20dan%20organ%20tubuh
%20lain

(Anis Indriyani)
15. Penatalaksanaan Flail Chest

Penanganan flail chest dilakukan untuk beberapa tujuan berikut:

o Memastikan pasien bernapas dengan baik dan mendapatkan oksigen yang cukup.
o Memastikan pasien tidak mengalami perdarahan internal. Bila ada perdarahan, operasi
akan dilakukan untuk menghentikannya.
o Mengelola rasa sakit untuk memudahkan pasien bernapas.
o Menstabilkan bagian dada yang tidak terhubung.
o Pertama-tama, pasien yang mengalami flail chest akan diberi masker oksigen untuk
membantu pernapasannya. Dokter juga akan memberi obat untuk membantu
mengatasi rasa sakitnya.

Dalam kasus yang lebih serius di mana ada cedera paru-paru yang mendasarinya, pasien
perlu mengenakan ventilator mekanis untuk menjaga rongga dada tetap stabil.
Tergantung pada tingkat keparahan cedera dan risikonya, operasi mungkin juga
dibutuhkan untuk mengatasi kondisi ini.

(Ridho Muhammad Putra)


16. Penatalaksanaan Tenssion Pneumothorax

Penatalaksanaan Pada tension pneumothorax, penanganan awalnya adalah dengan


menusukkan jarum ke rongga dada yang mengalami pneumothorax. Tindakan ini disebut
dekompresi jarum. Langkah ini harus dilakukan secepat mungkin oleh dokter.
Dekompresi jarum bertujuan untuk menghentikan udara terus menerus masuk ke dalam
rongga pleura. Setelah melakukan pertolongan awal, pengobatan utama untuk
pneumotoraks adalah dengan melakukan pemasangan WSD (water sealed drainage).
Tindakan ini dilakukan dengan memasukkan selang ke dalam rongga pleura. Selang
tersebut disambungkan ke wadah tertutup yang berisi air.
WSD bertujuan untuk memindahkan udara di rongga pleura ke dalam wadah tertutup
tersebut. Umumnya WSD dipasang selama beberapa minggu, tergantung beratnya
pneumotoraks yang terjadi.

Sumber:

https://www.klikdokter.com/penyakit/masalah-pernapasan/pneumotoraks#

(Anis Indriyani)
17. Penatalaksanaan Hematothorax

Hemothorax adalah kondisi medis di mana terjadi penumpukan darah di rongga pleura,
yaitu ruang antara paru-paru dan dinding dada. Penatalaksanaan hemothorax bertujuan
untuk mengendalikan perdarahan, mengembalikan fungsi pernapasan, dan mencegah
komplikasi yang lebih serius. Berikut adalah beberapa langkah penatalaksanaan yang
umum dilakukan:

a) 1.Stabilisasi pasien: Jika pasien mengalami gejala yang parah atau tanda-tanda
syok, perhatian segera harus diberikan untuk menjaga stabilitas hemodinamik.
Pasien mungkin memerlukan pemantauan ketat, terapi cairan intravena, dan
transfusi darah jika diperlukan.
b) 2.Drainase pleura: Pada kebanyakan kasus hemothorax, tindakan drainase pleura
diperlukan untuk mengeluarkan darah yang terkumpul di rongga pleura. Prosedur
ini biasanya dilakukan dengan memasukkan sebuah jarum atau kateter khusus ke
dalam rongga pleura melalui dinding dada atau melalui prosedur torakoskopi.
c) 3.Kontrol perdarahan: Jika hemothorax disebabkan oleh kerusakan pada struktur
internal, seperti pecahnya pembuluh darah atau cedera organ dalam dada, upaya
harus dilakukan untuk mengendalikan perdarahan. Ini bisa mencakup tindakan
bedah dada darurat atau prosedur lainnya yang sesuai dengan penyebab
perdarahan.
d) 4.Perawatan medis: Pasien dengan hemothorax biasanya membutuhkan
perawatan medis tambahan. Hal ini dapat mencakup pemantauan yang ketat
terhadap fungsi pernapasan, pemberian analgesik untuk mengontrol nyeri, dan
pemberian antibiotik jika infeksi dicurigai.
e) 5.Tindak lanjut: Setelah drainase pleura dilakukan, pasien perlu dipantau secara
teratur untuk memastikan pengeluaran darah dari rongga pleura berkurang dan
tidak ada komplikasi yang timbul. Pemantauan radiologi seperti foto toraks atau
ultrasonografi dapat membantu memantau perkembangan kondisi.
(Diah Ayu Oktavia)
18. Penatalaksanaan Pneumotoraks

Penatalaksanaan pneumothorax dapat melibatkan beberapa pendekatan tergantung pada


tingkat keparahan dan jenis pneumothorax yang terjadi. Di bawah ini adalah beberapa
penatalaksanaan yang umum dilakukan:

1) Pneumothorax kecil atau spontan: Angka kejadian pneumotoraks spontan terdapat 18


hingga 28 kasus pada laki-laki dan 2 hingga 6 kasus pada wanita untuk tiap 100.000
populasi. Simple pneumothorax dapat berubah cepat menjadi tension
pneumothorax bila tak segera dikenali. Pada pneumothorax kecil atau spontan tanpa
gejala yang signifikan, pendekatan yang dapat diambil adalah observasi aktif dengan
pemantauan ketat. Paru-paru biasanya akan mengabsorbsi udara yang terperangkap
dalam beberapa hari.
2) Pneumothorax besar atau gejala yang signifikan: Pneumothorax besar atau
pneumothorax yang menyebabkan gejala seperti sesak napas atau nyeri dada
memerlukan intervensi medis. Tension pneumothorax adalah keadaan yang
mengancam nyawa. Tension pneumothorax biasanya ditangani secara darurat dengan
dekompresi jarum (needle decompression atau disebut juga needle thoracocentesis)
dengan cara memasukkan kateter jarum besar ke dalam ruang pleura (kavum
pleura). Beberapa metode yang digunakan meliputi:
o Torakosentesis: Prosedur ini melibatkan penyisipan jarum atau kateter ke dalam
rongga pleura untuk mengeluarkan udara yang terperangkap. Ini dapat
mengembalikan paru-paru ke posisi normal.
o Pemasangan tabung dada: Dalam beberapa kasus, diperlukan pemasangan tabung
dada untuk mengeluarkan udara secara terus-menerus dari rongga pleura. Tabung
dada biasanya dipasang melalui insisi kecil di dinding dada dan dikoneksikan ke
sistem penghisap untuk mengeluarkan udara.
o Thoracotomy: Jika pneumothorax berulang atau tidak merespon terhadap tindakan
lain, thoracotomy (operasi terbuka pada dada) mungkin diperlukan untuk
memperbaiki kebocoran atau memperbaiki paru-paru yang kolaps.

Sumber:
(Journal) Malik, R. H. (2020, April). Penanganan Gawat Darurat Tension Pneumothorax
Dengan Needle Thoracocentesis ICS ke-5 & Pemasangan... Retrieved June 2, 2023, from
ResearchGate website:

https://www.researchgate.net/publication/341279515_Penanganan_Gawat_Darurat_Tens
ion_Pneumothorax_Dengan_Needle_Thoracocentesis_ICS_ke-5_Pemasangan_Mini-
WSD_A_Case_Report

(Yunita Prihandani)
19. Asuhan Keperawatan (Erina Widayanti)

ASUHAN KEPERAWATAN

Analisa Data

No. Data Senjang Masalah Keperawatan


1. Ds: - Gangguan Pertukaran Gas b.d
Do: Pneumonia d.d PCO2 menurun dan
PCO2 menurun dan dispnea dispnea.
(Taghsya Dhaneswara) (Taghsya Dhaneswara)
2. Ds: Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisik
- Pasien mengeluh nyeri dibagian dada d.d Pasien mengeluh nyeri dibagian
- P: Fraktur pada costa kiri/Trauma dada dan terdapat multiple fraktur pada
- Q: Seperti ditusuk costa kiri.
- R: Dada (Dela Mey Sari)
- S: 6
- T: Terus menerus
- Pasien mengatakan nyeri bertambah
saat bernafas.

Do:
- N: 110x/menit
- RR: 25x/menit
- TD: 130/80 mmHg
- S: 36,5 C
- SPO2: 94%
- Hasil X-Ray menunjukkah adanya
multiple fraktur pada costa kiri
(Dela Mey Sari)
3. Ds: Pola napas tidak efektif b.d Hambatan
- Pasien mengelu sesak nafas upaya napas d.d x-ray (ke 4-9) fail
- Deformitas (kebiruan) dinding dada chest
Do : (Namulondo Mwajib Bogere)
- RR = 25x/menit
- Hasil X-Ray menunjukkah adanya
multiple fraktur pada costa kiri
(Namulondo Mwajib Bogere)

Prioritas Diagnosa Keperawatan

1) Pola napas tidak efektif b.d Hambatan upaya napas d.d x-ray (ke 4-9) fail chest
2) Gangguan Pertukaran Gas b.d Pneumonia d.d PCO2 menurun dan dispnea.
3) Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisik d.d Pasien mengeluh nyeri dibagian dada dan
terdapat multiple fraktur pada costa kiri.

Rencana Asuhan Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan (SLKI) Rencana Tindakan Rasional


Keperawatan (SIKI)
1. Gangguan Pertukaran gas SIKI Gangguan Pemantauan
Pertukaran Gas L.01003 Pertukaran Gas. Respirasi (I.01014)
b.d Pneumonia Setelah dilakukan Pemantauan Observasi
d.d PCO2 tindakan keperawatan Respirasi (I.01014) Monitor ferkuensi,
menurun dan 1x3 jam diharapkan Observasi irama, kedalaman
dispnea. pasien: - Monitor dan upaya napas
Gangguan - Tingkat kesadaran ferkuensi, irama, o Untuk
Pertukaran Gas pasien dari menurun kedalaman dan mengetahui
b.d Pneumonia 1 menjadi upaya napas frekuensi,
d.d PCO2 meningkat 3 - Monitor pola irama, dan
menurun dan - dispnea dari napas (seperti upaya napas
dispnea. meningkat 1 bradipnea, pasien
menjadi menurun 5 takipnea, membaik atau
- pco2 dari memburuk hiperventilasi, memburuk
1 menjadi membaik kussmaul, Monitor pola
5 cheyne-stokes, napas (seperti
- po2 dari memburuk biot, ataksik). bradipnea,
1 menjadi membaik - Monitor adanya takipnea,
5 produksi sputum hiperventilasi,
- sianosis dari - Monitor adanya kussmaul, cheyne-
memburuk 1 sumbatan jalan stokes, biot,
menjadi membaik 5 napas ataksik).
- pola napas dari - Auskulatasi o Untuk
memburuk 1 bunyi napas mengetahui
menjadi membaik 5 - Monitor saturasi tingkat
- warna kulit dari oksigen kesulitan
memburuk 1 - Monitor nilai bernapas pada
menjadi membaik 5 AGD pasien
(Fanny Nugraheni) - Monitor hasil x- Monitor adanya
ray toraks produksi sputum
o Untuk
Terapeutik mengetahui
- Atur interval bersihan jalan
pemantauan napas pasien
respirasi sesuai dan apakah
kondisi pasien perlu dilakukan
- Dokumentasikan suction
hasil pemantauan Monitor adanya
sumbatan jalan
Edukasi napas
- Jelaska tujuan o Untuk
dan prosedur mengetahui
pemantauan apakah jalan
- Informasikan napas pasien
hasil lancar dan
pemantauan, jika bersih
perlu Auskulatasi bunyi
(Nugraheni napas
Nurismasari) o Untuk
mengetahui
suara napas
tambahan yang
abnormal
Monitor saturasi
oksigen
o Untuk
mengetahui
tingkat
kecukupan
oksigen dalam
tubuh pasien
Monitor nilai AGD
o Untuk
mengetahui
tekanan
oksigen dan
karbon
dioksida dalam
tubuh
Monitor hasil x-
ray toraks
o Untuk
mengetahui
kelainan atau
ketidaknormala
n organ
Terapeutik
Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
o Memberikan
bantuan
pernapasan
pasien sesuai
kebutuhan
Dokumentasikan
hasil pemantauan
o Untuk
mengetahui
perkembangan
kondisi pasien

Edukasi
o Untuk
memberikan
edukasi dan
penjelasan
mengenai
tindakan yang
sedang
dilakukan.
o Memberi tahu
pasien dan
keluarga
mengenai hasil
pemantauan
kondisi apabila
diperlukan
tindakan lebih
lanjut
(Yunita
Prihandani)
2. Nyeri Akut b.d Tingkat nyeri Manajemen nyeri (I. Manajemen Nyeri
Agen (L.08066) 08238)
Pencedera setelah dilakukan Observasi Observasi
Fisik d.d tindakan keperawatan - identifikasi 1) Untuk
Pasien 1x24 jam maka lokasi, durasi, mengetahui
mengeluh diharapkan tingkat frekuensi, lokasi,
nyeri dibagian nyeri dapat menurun kualitas, karakteristik,
dada dan dengan kriteris hasil : intensitas nyeri durasi,
terdapat - keluhan nyeri dari - identifikasi skala frekuensi,
multiple meningkat (1) nyeri kualitas dan
fraktur pada menjadi menurun - identifikasi intensitas nyeri.
costa kiri. (5) respon non 2) Agar
- pola nafas dari verbal mengetahui
memburuk (1) - identifikasi tingkat nyeri
menjadi membaik faktor yang yang dirasakan
(5) memperberat dan oleh klien.
- frekuensi nadi dari memperingan 3) Agar kita
memburuk (1) nyeri mengetahui
menjadi membaik - identifikasi tingkat nyeri
(5) pengetahuan dan yang
(Erina Widayanti) keyakinan sebenarnya
tentang nyeri pada klien.
- monitor 4) Agar dapat
keberhasilan mengurangi
terapi Faktor-faktor
komplementer yang dapat
yang sudah memperparah
diberikan nyeri yg
- monitor efek dirasakan klien.
samping 5) Agar kita
penggunaan mengetahui
analgetik sejauh mana
pemahaman dan
Terapeutik pengetahuan
- berikan teknik pasien terhadap
nonfarmakologis nyeri yang
untuk mengurangi dirasakan
rasa nyeri 6) Karena budaya
- kontrol pasien dapat
lingkungan yang mempengaruhi
memperberat rasa bagaimana
nyeri pasien
- pertimbangankan mengartikan
jenis dan sumber nyeri itu sendiri
nyeri dalam 7) Untuk
pemilihan strategi mencegah
meredakan nyeri terjadinya
penurunan
Edukasi kualitas hidup
- jelaskan dari pasien itu
penyebab, sendiri
periode dan
pemicu nyeri Terapeutik:
- jelaskan strategi 1) Agar dapat
meredakan nyeri mengurangi rasa
- ajarkan teknik nyeri yang
non farmakologis dirasakan oleh
untuk pasien dengan
mengurangi rasa menggunakan
nyeri cara
nonfarmakologi
Kolaborasi s
- kolaborasi 2) Agar nyeri yang
pemberian dirasakan oleh
analgetik, jika pasien tidak
perlu menjadi lebih
(Chilen Octaviani) buruk
3) Agar tindakan
yang akan kita
berikan sesuai
dengan jenis
nyeri dan
sumber dari
nyeri itu sendiri,
serta dapat
mengurangi rasa
nyeri yang
dirasakan oleh
klien

Edukasi
1) Agar pasien
dapat
menghindari
penyebab dari
nyeri yang
dirasakan
2) Untuk
menambah
pengetahuan
agar pasien
dapat
meredakan
nyeri mandiri
secara ketika
sudah pulang
dari rumah
sakit
3) Agar ketika
nyeri yang
dirasakan klien
mulai parah dia
dapat
memberitahu
keluiarga
bahkan tenaga
medis agar
mendapat
penanganan
segera atau
mulai parah dia
dapat
memberitahu
keluiarga
bahkan tenaga
medis agar
mendapat.
penanganan
segera.

Kolaborasi
Agar rasa nyeri
yang dirasakan
pasien dapat
dihilangkan atau
dikurangi
(Dela Mey Sari)
3. Pola napas Pola Napas (L.01004) Manajemen jalan Observasi
tidak efektif Setelah dilakukan napas (I.01011) Untuk
b.d Hambatan tindakan keperawatan Observasi mengetahui
upaya napas selama 1x24 jam 1. Monitor pola apakah adanya
d.d x-ray (ke diharapkan pola napas napas (frekuensi gangguan pada
4-9) fail chest membaik dengan kedalaman, usaha pola napas.
kriteria hasil : napas) Untuk
- Ventilasi semenit 2. Monitor bunyi mengetahui
cukup meningkat napas tambahan apakah terdapat
skala (4) (gurgling, bunyi napas
- Kapasitas vital mengi, wheezing, tambahan.
cukup meningkat ronkhi kering) Untuk
skala (4) 3. Monitor sputum mengetahui
- Tekanan ekspirasi (jumlah, warna, apakah terdapat
cukup meningkat aroma) perubahan warna
skala (4) dan aroma pada
- Tekanan inspirasi Terapeutik sputum
cukup meningkat 1. Pertahankan
skala (4) kepatenan jalan Terapeutik
- Dispnea cukup napas dengan  Agar kepatenan
menurun skala (4) head-tlit dan jalan napas
- Pernapasan cuping chin- liftaw- tetap terjaga.
hidung cukup thrust jika  Agar pasien
menurun skala (4) dicurigai adanya tidak terlalu
- Frekuensi napas trauma servikal. merasakan
membaik skala (5) 2. Posisikan semi sesak yang
- Kedalaman napas fowler atau dialami.
cukup membaik fowler.  Untuk
skala (4) 3. Lakukan mengurangi
- Ekskursi dada fisioterapi dada rasa sakit yang
cukup membaik bila perlu di rasakan.
skala (4)
(Milatina Hanifah) Edukasi Edukasi
Ajarkan teknik Untuk
batuk efektif mengeluarkan
sputum.
Kolaborasi
Kolaborasi Kolaborasi
pemberian Agar dapat
bronkodilator, diberikan obat
ekspektoran, pernapasan sesuai
mukolitik jika perlu anjuran dokter.
(Sekar Ayu (Sekar Ayu
Setyaningsih) Setyaningsih)

Implementasi dan Evaluasi

Pola napas tidak efektif b.d Hambatan upaya napas d.d x-ray (ke 4-9) fail chest
TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
31/05/2023 08.00 WIB Memonitor jalan napas S:
s: pasien mengatakan nyeri Pasien wanita berusia 44 tahun
seperti di tusuk dibawa ke IGD setelah
o: pasien terlihat menahan mengalami kecelakaan lalu
nyeri, pernafasan 25x/mnt lintas. Pasien mengeluhkan
irama irregular, deformitas sesak nafas .
dinding dada pada daerah apek O:
dan tengah paru - Kesadaran GCS (Glasgow
Coma Scale) = E3V5M6
- Nadi: 110x/menit
Melakukan auskultasi untuk - Tekanan darah: 130/80
09.00 WIB memonitor bunyi napas mmHg
s: - - Pernafasan: 25x/menit
o: terdengar bunyi mengi (irama irregular)
- Suhu: 36,5°C
Mengajarkan batuk efektif - Saturasi oksigen: 94%
09.30 WIB - Penurunan suara pada
Memposisikan pasien semi daerah apek dan tengah
10.00 WIB fowler paru terdengar pada
pemeriksaan dada
Menjadwalkan terapi dada - Hasil X-ray menunjukkan
15.00 WIB multiple fraktur pada costa
Memberikan obat jika perlu kiri (ke 4-9) (Flail Chest)
16.00 WIB dan pneumothorax kiri
(Fanny Nugraheni) A:
Masalah pola nafas tidak
efektif belum teratasi .
Pasien mengalami pola nafas
tidak efektif yang disebabkan
oleh flail chest (fraktur
multiple pada costa kiri) dan
pneumothorax kiri.
P:
- Pasien akan dipasang
oksigen dengan masker nasal
untuk meningkatkan saturasi
oksigen.
- Pasien akan dijaga posisi
tubuhnya yang nyaman dan
diberikan dukungan
emosional.

(Diah Ayu Oktavia)

Gangguan Pertukaran Gas b.d Pneumonia d.d PCO2 menurun dan dispnea. Gangguan
Pertukaran Gas b.d Pneumonia d.d PCO2 menurun dan dispnea.
TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP)
1/06/2023 10.00 WIB Melakukan Observasi S:
- Memonitor ferkuensi, irama, Pasien mengeluh masih
kedalaman dan upaya napas merasakan sesak nafas
- Memonitor pola napas
(seperti bradipnea, takipnea, O :
hiperventilasi, kussmaul, - KU lemah
cheyne-stokes, biot, - TTV
ataksik). TD : 125/80 mmHg
- Memonitor adanya produksi RR : 25x/ menit
sputum N : 115x/ menit
- Memonitor adanya SPO2 : 96%
sumbatan jalan napas
- Meauskulatasi bunyi napas A:
- Meonitor saturasi oksigen Masalah gangguan pertukaran
- Memonitor nilai AGD gas belum teratasi
- Memonitor hasil x-ray
toraks P:
10.30 WIB Intervensi dilanjutkan:
Melakukan Terapeutik - Monitor pola napas
- Mengatur interval - Monitor saturasi oksigen
pemantauan respirasi sesuai - Monitor nilai AGD
kondisi pasien - Atur interval pemantauan
- Mengondokumentasikan respirasi sesuai kondisi pasien
hasil pemantauan
11.00 WIB (Nugraheni Nurismasari)
Melakukan Edukasi
- Menjelaska tujuan dan
prosedur pemantauan
- Menginformasikan hasil
pemantauan
(Ridho Muhammad Putra)

Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisik d.d Pasien mengeluh nyeri dibagian dada dan
terdapat multiple fraktur pada costa kiri.
TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP)
2/06/2023 08.00 WIB Observasi S:
- Mengidentifikasi lokasi, Pasien mengatakan Nyeri nya
durasi, frekuensi, kualitas, sudah menurun
intensitas nyeri O:
- Mengidentifikasi skala nyeri Hasil score nyeri ( 2)
- Mengidentifikasi respon non A:
verbal Masalah Nyeri akut belum
- Mengidentifikasi faktor yang teratasi
memperberat dan P:
memperingan nyeri - Lajutkan intervensis
- Mengidentifikasi keperawatan yang
pengetahuan dan keyakinan Modifikasi
tentang nyeri - _Kaji Nyeri secara
- memonitor keberhasilan komprehensif
terapi komplementer yang - _Observasi reasksi non
sudah diberikan verbal
- memonitor efek samping - _ kolaborasi Modifikasi
penggunaan analgetik pengobatan untuk
menghilangkan nyeri
09.00 WIB Terapeutik
- memberikan teknik (Namulondo Mwajib Bogere)
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- mengkontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- mempertimbangankan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan
nyeri.
09.30 WIB Edukasi
- menjelaskan penyebab,
periode dan pemicu nyeri
- menjelaskan strategi
meredakan nyeri
- mengajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
10.00 WIB - mengkolaborasi pemberian
analgetik
(Taghsya Dhaneswara Patya)

Anda mungkin juga menyukai