Anda di halaman 1dari 14

TUGAS PRAKTIKUM MANUFAKTUR SEDIAAN STERIL

LEMBAR KERJA 3

Topik 3 : Pencampuran (compounding) Sediaan Steril

A. PEMBUATAN SEDIAAN INJEKSI REKONSTITUSI STERIL


1. Jelaskan perbedaan mendasar sediaan injeksi volume kecil dalam bentuk larutan
dan larutan rekonstitusi!
Jawab :
Sediaan Injeksi volume kecil dalam Sediian injeksi volume kecil dalam
bentuk larutan bentuk larutan rekonstitusi
Sediaan disimpan dan diaplikasikan Sediaan disimpan dan sipasarkan
dalambentuk cair (larutan injeksi) dalam bentuk padat dan kering (serbuk
atau granul). Hal ini ditunjukkan untuk
menghindari proses degradasi atau
berkurangnya kadar bahan aktif yang
tidak stabil apabila kontak dengan air.
Sediaan akan dilarutkan dengan aqua
pro injeksi atau NaCl 0,9% tepat
sebelum diberikan ke pasien
(diaplikasikan)
Bentuk sediaan larutan dipilih apabila Bentuk sediaan larutan rekonstitusi
bahan aktif larut dalam air dan stabil dipilih apabila bahan aktif memiliki
dalam air stabilitas yang buruk dalam ait
Stabilitas larutan lebih rendah (waktu Dapat disimpan dalam waktu yang
penyimpanan lebih singkat) daripada lebih lama (bentuk padatan memiliki
zat berbentuk padat stabilitas tinggi)
Tidak memerlukan waktu tambahan, Rekonstitusi memerlukan waktu
bisa langsung diberikan ke pasien khususnya bila sediaan sulit larut
Resiko kontaminasi lebih rendah Resiko kontaminasi lebih tinggi karena
dapat terpapar oleh lingkungan
maupun mikroba yang terdapat dalam
pelarut sebelum diberikan kepada
pasien
Pustaka : Praktikum Teknologi Sediaan Steril, Kemenkes. Hlm. 160

2. Sebutkan syarat-syarat sediaan steril dalam bentuk serbuk untuk


direkonstitusi
Jawab:
Persyaratan Sediaan Suspensi Rekonstitusi (Pharm.Dosage Forms
:Disperse System, 1989, Vol 2, hlm 244)
a. Campuran serbuk/granul merupakan campuran yang homogen,
sehingga konsentrasi/dosis tetap untuk setiap pemberian obat.
b. Selama rekonstitusi campuran serbuk harus terdispersi secara cepat
dan sempurna dalam medium pembawa.
c. Suspensi yang sudah direkonstitusi harus dengan mudah didispersikan
kembali dan dituang oleh pasien untuk memperoleh dosis yang tepat
dan homogen.
d. Produk akhir haruslah menunjukkan penampilan, rasa, dan aroma
yang menarik.
Pustaka :
Praktikum Teknologi Sediaan Steril Komprehensif halaman 161,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

3. Jelaskan alasan pembuatan sediaan injeksi dalam bentuk rekonstitusi!


Jawab : Alasan utama sediaan injeksi dibuat dalam bentuk rekonstitusi adalah
stabilitas bahan aktif dalam pembawa. Apabila bahan aktif mengalami degradasi
atau pengurangan kadar bila kontak dengan air, maka sediaan tidak dapat dibuat
dalam bentuk larutan. Untuk menjaga agar kadar bahan aktif tetap berada pada
rentang sesuai dengan spesifikasi kadar sediaan, maka dibuat dalam bentuk kering
untuk kemudian akan direkonstitusi ketika akan digunakan/ diaplikasikan.
Pustaka :
Praktikum Teknologi Sediaan Steril Komprehensif halaman 160, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

4. Jelaskan perbedaan bahan tambahan dalam sediaan injeksi larutan dan


larutan rekonstitusi!
Jawab : Dalam sediaan injeksi rekonstitusi, apabila pembuatan sediaan
dilakukan dengan pencampuran cara kering (mencampur bahan aktif dan
bahan tambahan dalam bentuk serbuk kering), maka bahan tambahan
yang ditambahkan harus dalam keadaan padat (biasanya serbuk) pada
suhu ruang. Apabila pembuatan sediaan dilakukan dengan cara beku
kering (freeze dry), dimana bahan aktif dan bahan tambahan dilarutkan
dalam air, untuk kemudian dilakukan sublimasi air, sehingga sediaan
akhir dalam bentuk serbuk kering. Bila dilakukan pembuatan dengan cara
ini, maka bahan tambahan dapat berupa cairan di suhu ruang, misalnya :
benzalkonium klorida digunakan sebagai pengawet. Sedangkan, bahan
tambahan dalam sediaan injeksi larutan akan dicampur dalam bentuk
dilarutkan kemudian dicampur menjadi satu larutan atau sediaan akhirnya
tidak dalam bentuk serbuk kering melainkan dalam bentuk injeksi
larutan sehingga tidak perlu dilakukan rekonstitusi dan bisa langsung
diberikan pada pasien.
Pustaka :
Praktikum Teknologi Sediaan Steril Komprehensif halaman 161,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

5. Jelaskan secara umum prosedur pembuatan sediaan steril injeksi


rekonstitusi yang dapat dilakukan!
Jawab :
a. Sterilisasi (grey area)
Semua alat dan wadah yang telah dicuci bersih serta pelarut
disterilisasi menurut prosedur yang sesuai.
b. Penimbangan bahan (grey area)
Penimbangan dilakukan di atas wadah penimbangan yang telah
disterilkan (kaca arloji, cawan penguap, atau gelas kimia).
c. Pencampuran bahan aktif dan eksipien, serta pengisian bahan
padat ke wadah primer (white area grade A background B/LAF)
Bahan aktif digerus di mortir sampai halus, lalu ditambahkan
bahan tambahan lainnya dan diaduk hingga homogen.
Selanjutnya, serbuk ditimbang sesuai bobot per wadah dan
dimasukkan ke dalam wadah yang sesuai. Wadah ditutup
sementara dengan aluminium foil.
Pencampuran bahan aktif dapat dilakukan dengan 2 cara berikut:
 Cara kering: dilakukan pencampuran langsung serbuk bahan
aktif dan bahan tambahan dalam kondisi kering.
 Cara beku kering: larutan produk yang mengandung solut dan
pelarut dibekukan, lalu dikeringkan tahap pertama untuk
menghilangkan solven dalam bentuk es dari produk dengan
proses sublimasi. Selanjutnya, produk dikeringkan kembali
dengan menghilangkan air yang terikat pada solut dengan cara
memberikan panas dalam kondisi terkontrol (suhu di bawah
40°C).
d. Pembuatan dan pengisian pelarut ke wadah primer (white area
grade A background B/LAF)
Pelarut ditambahkan bahan tambahan lainnya (misal: pengawet),
lalu diaduk dengan batang pengaduk hingga tercampur merata.
Pelarut dilakukan filtrasi dengan membran 0.22 mikron lalu
dimasukkan ke dalam wadah yang sesuai. Wadah ditutup
sementara dengan aluminium foil.
e. Penutupan wadah primer (grey area)
Wadah berupa ampul atau vial ditutup/disegel dengan cara yang
tepat.
f. Sterilisasi akhir pelarut (grey area) Sterilisasi akhir pelarut
dilakukan dengan autoklaf suhu 121°C selama 15 menit, apabila
wadahnya ampul, ampul diletakkan terbalik dalam gelas kimia
yang telah dialasi kapas.
g. Evaluasi sediaan (grey area)
Melakukan evaluasi sediaan, lalu sediaan diberi etiket dan
dikemas dalam wadah sekunder yang dilengkapi dengan brosur
informasi obat yang sesuai.
Pustaka : Praktikum Teknologi Sediaan Steril, Kemenkes. Hal 141-142;
161

6. Lakukanlah studi praformulasi mengenai sediaan injeksi rekonstitusi


natrium amoksisilin. Informasi yang ditelusuri antara lain:
a. Sifat fisika kimia amoksisilin natrium
 Pemerian : serbuk berwarna putih atau hampir putih; sangat
higroskopis. (FI Edisi VI hal 132)
 Kelarutan: Sangat mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol
mutlak: sangat sukar larut dalam aseton (FI Edisi VI Hal 132)
 Stabilitas
- Stabilitas fisik:
Tidak tahan pada suhu tinggi (37°, 80°, 90°, 100°, 110°) dan akan
mengalami degradasi oleh panas. (Codex 12th ed. p. 730)
- Stabilitas kimia:
Larutan natrium amoksisilin 10% memiliki pH antara 8.0 hingga
10.0; larutan natrium amoksisilin yang tidak mengandung dapar
paling stabil pada pH 5.8 dan larutan dalam dapar sitrat paling
stabil pada pH 6.5. (Codex 12th ed. p. 729-730)
 Bentuk bahan aktif terpilih: garam (natrium amoksisilin)
 Kandungan sodium: 3,3 mmol sodium dalam 1 gram obat (Handbook
on Injectable Drugs 17th Ed, p. 186)

b. Bentuk sediaan terpilih: serbuk rekonstitusi


Alasan :
Amoksisilin natrium sangat larut dalam air namun tidak memiliki stabilitas
yang baik dalam air, sehingga apabila amoksisilin natrium disimpan dalam
bentuk terlarut, obat akan mengalami degradasi sehingga terjadi penurunan
kadar obat. Oleh karena itu, bentuk sediaan yang terpilih adalah serbuk
rekonstitusi / injeksi kering yang baru akan dilarutkan / direkonstitusi
dengan pelarut yang kompatibel saat akan diinjeksikan.

c. Pendekatan formula dan cara pembuatan

Jumlah larutan pembawa yang dibuat : 6 ampul @10 ml

Volume terpindahkan tiap botol : 0.5 ml (FI Edisi IV hal 1044)


Total larutan pembawa: 100 ml
→ 6 ampul x 10ml = 60 ml
→ Volume terpindahkan 6 * 0.5 ml = 3ml
Untuk penimbangan komponen serbuk rekonstitusi dalam 60 ml larutan
pembawa (6ampul * 10 ml), massa zat aktif dan dapar fosfat masing-
masing ditambah 10% dari massa yang dibutuhkan.

Tabel penimbangan bahan

Cara Pembuatan
Pustaka : Praktikum Teknologi Sediaan Steril, Kemenkes. Hal 137-142)

d. Cara sterilisasi sediaan :


Proses pembuatan dilakukan secara aseptik di bawah LAF : sterilisasi
dengan filtrasi membran 0,22 µm.
Pustaka : Praktikum Teknologi Sediaan Steril, Kemenkes. Hal 137)
e. Kemasan dan kondisi penyimpanan
Kemasan: Vial, tertutp baik. (Codex 12th ed. p. 730)
Kondisi penyimpanan: Disimpan dalam wadah kedap udara (Codex 12 th
ed. p. 730)
f. Rute pemberian :
Amoksisilin natrium dapat diadministrasikan melalui injeksi intramuskular
(i.m), injeksi intravena (iv) bolus selama 3-4 menit, atau infus intravena
(iv) selama 30-60 menit.
Pustaka : Handbook on Injectable Drugs 17th Ed, p. 186)
g. Cairan untuk rekonstitusi, volume cairan, dan volume akhir sediaan setelah
direkonstitusi
Untuk rute injeksi i.m :

Untuk rute injeksi i.v :

Untuk infus i.v:


Serbuk rekonstitusi dapat ditambahkan ke larutan intravena pada minibag
atau burette chamber pada sebuah set administrasi.
Pustaka : Handbook on Injectable Drugs 17th Ed, p. 186

h. Stabilitas setelah direkonstitusi


Setelah rekonstitusi dengan sterile water for injection, warna transisi
merah muda atau sedikit opalescence dapat muncul. Larutan rekonstitusi
normalnya berwarna kekuningan pucat. Larutan yang telah direkonstitusi
harus diadministrasikan atau diencerkan langsung dalam larutan infus yang
sesuai.
Pustaka : Handbook on Injectable Drugs 17th Ed, p. 186
B. PENCAMPURAN OBAT SUNTIK
1. Buatlah perencanaan kerja secara skematik mengenai pencampuran obat suntik
berikut ini : Injeksi clonazepam dengan kekuatan sediaan 1 mg/ml diberikan melalui
infus intravena.
Skema yang dibuat dilengkapi dengan gambar!

Personel menggunakan alat pelindung diri (APD) yang telah disterilisasi

Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi sesuai prosedur tetap

Menghidupkan Laminar Air Flow (LAF) sesuai prosedur tetap

Menyiapkan meja kerja LAF dengan memberi alas penyerap cairan dalam LAF

Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan alkohol 70%

Mengambil alat kesehatan dan obat-obatan dari pass box (sudah disterilkan)

Melakukan pencampuran secara aseptis (memindahkan Clonazepam dari wadah ampul ke botol cairan infus)

Membuka ampul larutan Clonazepam:


1. Memindahkan semua larutan obat dari leher ampul dengan mengetuk bagian atas ampul
2. Seka bagian leher ampul dengan alkohol 70%, dibiarkan mengering
3. Melilitkan kassa di sekitar ampul
4. Pegang ampul dengan posisi 45° , bagian atas ampul dipatahkan dengan arah menjauhi personel (pegang
ampul dengan posisi ini sekitar 5 detik)
5. Ampul diberdirikan
6. Membungkus patahan ampul dengan kassa dan dibuang ke dalam kantong buangan

Ampul diposisikan 45° , memasukkan spuit ke dalam ampul, lalu menarik seluruh larutan dari ampul, dan needle
ditutup

Ampul diposisikan 45° , menyesuaikan volume larutan dalam syringe sesuai yang diinginkan dengan menyuntikkan
kembali larutan Clonazepam yang berlebih ke dalam ampul

Needle ditutup kembali

Menyuntikkan larutan Clonazepam ke dalam botol infus dengan posisi 45° perlahan-lahan melalui dinding agar
tidak berbuih dan tercampur sempurna

Setelah selesai, seluruh bahan yang telah terkontaminasi di buang ke dalam kantong buangan tertutup
Memberi label yang sesuai untuk infus yang sudah berisi Clonazepam hasil pencampuran

Memasukkan infus ke dalam wadah untuk pengiriman

Mengeluarkan wadah yang telah berisi infus melalui pass box

Membuang semua bekas pencampuran obat ke dalam wadah pembuangan khusus

Pustaka : Pedoman Pencampuran Sediaan Suntik dan Penanganan Sitostatika, hal 4-5

2. Lakukanlah penelusuran pustaka mengenai injeksi clonazepam:


a. Kekuatan sediaan dan komponen formula
- Kekuatan sediaan : 1 mg/ml (larutan dalam ampul)
- Komponen formula:
 Bahan aktif = Clonazepam
 Eksipien = Benzil alkohol, etanol, propilenglikol (efek yang tidak
diinginkan dapat muncul apabila eliminasi ginjal terganggu dan
dapat berinteraksi dengan disulfiram dan metronidazol)
 Pelarut (untuk rekonstitusi) = WFI, NaC1 0,9%, Glukosa 5%,
NaCl-glukosa
Pustaka : Injectable Drugs Guide 15th Ed. p. 170-171

b. Rute dan cara pemberian


- Rute pemberian injeksi i.v:
1) Mengambil dosis yang dibutuhkan dan dienderkan dengan WFI
dalam volume yang setara untuk memberikan konsentrasi 0,5 mg/ml
2) Larutan harus jernih dan tidak berwarna hingga agak kuning
kehijauan. Inspeksi secara visual ada tidaknya partikulat atau
perubahan warna sebelum diadministrasikan dan buang jika ada
partikulat / perubahan warna
3) Diberikan melalui injeksi i.v ke pembuluh darah vena besar dari
fossa antekubiti dengan kecepatan maksimum 0,5 mg/menit (terdapat
risiko tromboflebitis jika pembuluh darah vena terlalu kecil atau
kecepatan yang digunakan terlalu cepat)
- Rute pemberian infusi i.v :
1) Mengambil dosis yang dibutuhkan dan ditambahkan dengan cairan
infusi yang kompatibel dengan volume yang sesuai untuk memberikan
konsentrasi maksimum 3 mg dalam 250 ml, misalnya: menambahkan 1
mg ke 100 ml NaCl 0,9%
2) Larutan harus jernih dan tidak berwarna hingga agak kuning kehijauan.
Inspeksi secara visual ada tidaknya partikulat atau perubahan warna
sebelum diadministrasikan dan buang jika ada partikulat / perubahan
warna
3) Diberikan melalui infusi i.v dengan kecepatan maksimum 0,5
mg/menit via alat infusi volumetrik
Pustaka : Injectable Drugs Guide 15th Ed, p. 170-171

c. Stabilitas sediaan
- Tidak stabil terhadap cahaya dan udara sehingga harus disimpan dalam
wadah kedap dan dilindungi dari cahaya (Martindale 38th Ed. p. 519)
- Stabil pada pH 3,8 (Injectable Drugs Guide 15th Ed, p. 171)
- Stabilitas setelah direkonstitusi: Injeksi yang diencerkan digunakan
slangsung. Infusi yang disiapkan digunakan langsung. Infusi diselesaikan
dalam 2 jam jika kontainer PVC digunakan, atau 12 jam apabila botol
gelas digunakan. (Injectable Drugs Guide 15th Ed, p. 171)

d. Kompatibilitas
- Flush → NaCl 0,9%
- Solutions → NaCl 0,9%, Glukosa 5%, NaCl-glukosa
- Y-site → Nil
Pustaka : Injectable Drugs Guide 15th, p. 171
C. TUGAS PENELUSURAN PUSTAKA DAN PENYUSUNAN PROSEDUR KERJA
Topik: Rekonstitusi serbuk steril ampilicin 500 mg dalam Vial untuk Injeksi
Intravena
1. Dosis
Jika digunakan dalam kombinasi dengan aminoglikosida (misalnya amikasin,
gentamisin, tobramisin), sebaiknya berikan di tempat yang berbeda. Jika ini tidak
memungkinkan, bilas saluran secara menyeluruh dengan larutan yang kompatibel
dengan obat-obatan yang digunakan.
- Dosis standar: 500 mg melalui injeksi i.m atau i.v; atau infus i.v setiap 4-6 jam
- Untuk listerial meningitis (dalam kombinasi dengan antibiotik lain jika
diindikasikan): 2 g melalui infus i.v setiap 6 jam, ditingkatkan menjadi 2 g setiap
4 jam pada enterococcal endocarditis atau pada monoterapi
- Dosis untuk pasien dengan gangguan ginjal, di-adjust berdasarkan nilai klirens
kreatinin (ClCr)
CrCl > 20-50 ml/menit = dosis sama dengan fungsi ginjal normal
CrCl 10-20 ml/menit = 2500 mg-2 g setiap 6 jam
CrCl < 10 ml/menit = 250 mg-1 g setiap 6 jam
2. Kompatibilitas & Inkompatibilitas
Kompatibilitas:
- Flush  NaCl 0,9%
- Solutions  NaCl 0,9% (termasuk penambahan KCl)
- Y-site  Asiklovir, aztreonam, kloramfenikol natrium suksinat, klaritromisin,
klindamisin, esmolol, fluklokasilin, furosemid, labetalol, magnesium sulfat,
metronidazole, pantoprazole, phytomenadione, propofol, remifentanil,
vankomisin.
Inkompabilitas:
Tidak kompatibel dengan glukosa 5% (tetapi dapat diinjeksikan ke dalam tabung drip
selama 3-4 menit), natrium bikarbonat, adrenalin (epinerfin), amikasin, amfoterisin,
kalsium glukonat, cisatracurim, dopamin, eritromisin laktobionat, flukonazole,
gentamisin, hidralazin, hidrokartison natrium suksinat, metoklopramid, midazolam,
ondansetron, tobramyzin, verapamil.
3. Efek Samping
Immediate:
- Anafilaksis dan reaksi hipersensitivitas lainnya
Lainnya:
- Gangguan GI (diare, mual)
- Gangguan kulit (urtikaria; maculopopular rashes, sering muncul >7 hari setelah
terapi)
- Demam
- Nyeri sendi
- Angioedema
4. pH = 8-10
5. Kandungan Sodium = Sekitar 1,3 mmol/500 mg vial
6. Penyimpanan = Simpan pada suhu di bawah 25° C
7. Special Handing = Hindari kontak dengan kulit karena dapat menyebabkan
sensitisasi
8. Stabilitas Setelah Rekonstitusi
- Rekonstitusi menggunakan vial harus digunakan segera
- Dilihat dari sudut pandang mikrobiologi, infus yang disiapkan harus digunakan
langsung; namun, sediaan dapat disimpan pada suhu 2-8 ° C dan diinfusikan (pada
suhu ruang) dalam waktu 24 jam
9. Preparasi dan Administrasi untuk Pemberian Rute Intravena
Rute injeksi i.v:
a. Rekonstitusi setiap vial 500 mg dengan 5 ml WFI
b. Mengambil dosis yang dibutuhkan
c. Larutan harus jernih dan tidak berwarna. Lakukan inspeksi secara visual untuk
partikulat atau perubahan warna sebelum diadministrasikan dan dibuang apabila
ditemukan partikulat / perubahan warna
d. Diberikan secara injeksi i.v selama 3-5 menit
Rute infusi i.v:
a. Rekonstitusi setiap vial 500 mg dengan 5 ml WFI
b. Mengambil dosis yang dibutuhkan dan ditambahkan ke NaCl 0,9% dengan
volume yang sesuai (biasanya 100 ml)
c. Larutan harus jernih dan tidak berwarna. Lakukan inspeksi secara visual untuk
partikulat atau perubahan warna sebelum diadministrasikan dan dibuang apabila
ditemukan partikulat / perubahan warna
d. Diberikan secara infusi i.v selama 30-60 menit
Pustaka : Injectable Drugs Guide 15th Ed, p. 51-53)
D. TUGAS PEMBELAJARAN MELALUI VIDEO
Sebelum pelaksanaan praktikum silahkan mempelajari video compounding sediaan
steril melalui link berikut: https://bit.lv/compoundingsteril

Pustaka :
1. Handbook on Injectable Drugs, 17th Edition
2. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulation Sterile Product
3. Pedoman Pencampuran Sediaan Suntik dan Penanganan Sitostatika
4. Injectable Drugs Guide 15th Edition
5. Martindale 38th Edition
6. Praktikum Teknologi Sediaan Steril, Kemenkes
7. Farmakope Indonesia Edisi IV
8. Farmakope Indonesia Edisi VI
9. The Pharmaceutical Codex 12th Edition

Anda mungkin juga menyukai