Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH LEGISLASI DAN ETIKA VETERINER

KASUS MALPRAKTIK DI PARK AVENUE ANIMAL


HOSPITAL, AMERIKA SERIKAT

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. drh. Bambang Pontjo Priosoeryanto, M. S

Disusun oleh:
Kelompok 2 Paralel 1
Adrian Saragih B04190001
Anggieta Setiawinardi B04190006
Anggit Muhammad Ahsan B04190007
Farradiba Shafa Aqila B04190032
Hana Faizah Sophia B04190036
Imas Rezki Amanah Are B04190039
Indah Dwi Nurkholifah B04190040
Jihan Cemerlang Ramadhani B04190043
Juhriyatun Annisaa B04190044
Nur Hikmah B04190064
Oscar Daniel Kusumo Digyo B04190066
Rizal Maulana B04190073
Septiyan Andi Gunawan B04190078
Ruth Agriva B04190092
Nurul Putri Fajriani B04190100

SEKOLAH KEDOKTERAN HEWAN DAN BIOMEDIS


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Malpraktik berasal dari kata “mal” yang artinya salah dan “praktik” berarti
pelaksanaan atau tindakan, sehingga malpraktik dapat diartikan sebagai
pelaksanaan atau tindakan yang salah. Kebanyakan kasus istilah malpraktik
dipergunakan untuk tindakan yang salah dan berkaitan dengan suatu profesi. Oleh
karena itu, dapat disebutkan malpraktik adalah kesalahan dalam menjalankan
profesi (misal dokter, dokter gigi, dokter hewan). Malpraktik berasal dari sikap
tidak peduli, kelalaian atau kurang keterampilan, atau kurang hati-hati dalam
melaksanakan tugas profesi, dapat berupa pelanggaran yang disengaja, pelanggaran
hukum atau pelanggaran etika (Ingtyas 2019).
Dokter hewan adalah seseorang yang memiliki kualifikasi dan otorisasi dalam
melakukan praktik kedokteran hewan. Setiap dokter hewan juga melakukan
sumpah profesi kedokteran hewan yang menekankan bahwa kepentingan kesehatan
dan kesejahteraan masyarakat adalah fungsi primer dari praktik kedokteran hewan
dalam semua aspek apapun jenis pekerjaan atau spesialisasinya. Dokter atau
petugas kesehatan dikatakan melakukan malpraktik jika kurang menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan yang sudah berlaku umum di kalangan
profesi kesehatan, melakukan pelayanan kesehatan di bawah standar profesi,
melakukan kelalaian berat atau memberikan pelayanan dengan ketidakhati-hatian,
dan melakukan tindakan medis yang bertentangan dengan hukum (Ingtyas 2019).
Beberapa jenis pelanggaran yang dapat dilakukan oleh dokter hewan adalah
pelanggaran kode etik yang diatur dalam Lampiran TAP Nomor 07/ Kongres ke-16
PDHI/2010; Pelanggaran administrasi; dan Pelanggaran Hukum perdata yang
tertera dalam pasal 1329 KUH Perdata. Pasien yang merasa dokternya melakukan
kelalaian atau malpraktik dapat melaporkan ke pihak yang berwenang, namun
dokter hewan juga memiliki perlindungan hukum yang tertera dalam Anggaran
Rumah Tangga Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia pasal 6. Apabila kasus
sudah diteruskan atau tidak ada penyelesaian secara kekeluargaan, maka pihak
berwajib atau kepolisian akan menentukan kasus tersebut termasuk ke dalam
hukum pidana/perdata atau etika. Apabila kasus termasuk hukum perdata atau
pidana maka akan melalui jalur hukum, jika termasuk ke dalam etika maka akan
diserahkan organisasi cabang atau Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan
Indonesia (PB-PDHI) atau Dewan Pertimbangan Kode Etik.
Di Amerika sendiri pelanggaran yang dilakukan oleh dokter hewan dapat
dilaporkan melalui Veterinary Medical Licensing Board sesuai dengan daerah
setempat dengan tujuan agar lisensi dokter hewan dicabut. Tidak hanya itu,
pengajuan gugatan juga bisa dilakukan di pengadilan sipil dengan pengajuan
gugatan nilai kurang dari $3000 dilakukan pada small claim court dan nilai gugatan
antara $3000 dan $15000 dapat menuntut di divisi sipil pengadilan kota atau county
court dengan membawa bukti-bukti yang telah ada. Pelanggaran yang dapat
dilaporkan diantaranya berbentuk kelalaian dapat berupa cedera yang disebabkan
oleh dokter hewan, pelanggaran kontrak antara pemilik dan pasien, dan bailment
yang berupa hewan (Murray 2008; Schaffner dan Fershtman 2009). Malpraktik
pada dokter hewan tertulis dalam Veterinary Practice Laws §63-12-124 terkait
dengan License; denial, suspension or revocation; grounds.

1.2 Tujuan
Makalah ini disusun bertujuan mempelajari kasus tentang malpraktik hewan
yang berkaitan dengan legislasi dan etika veteriner.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Permasalahan
Kasus yang terjadi di Tennessee, Amerika Serikat ini merupakan salah satu
contoh kasus yang menyangkut tindakan kelalaian dokter hewan. Pemilik kucing
mengajukan tuntutan atas kematian kucingnya yang tidak wajar terhadap dokter
hewan dan rumah sakit hewan tempat kucing tersebut dirawat. Kucing tersebut
diketahui mati karena kesalahan dokter hewan saat pemasangan tabung pemberi
makanan (feeding tube). Dokter hewan yang bertugas lalai saat memasukkan tabung
pemberi makanan sehingga masuk ke trakea kucing, bukan ke esofagus. Hal ini
menyebabkan terjadinya aspirasi karena kucing menghirup makanan hingga kucing
tersebut mati. Pengadilan menolak tuntutan tersebut karena menganggap kucing
sudah dalam kondisi yang sangat sakit dan kemungkinan tidak dapat bertahan
lama.
Seekor kucing bernama Callie berusia 10 tahun milik Jack V. DeLany dan
Yvonne DeLany dibawa ke klinik pada 9 Desember 2014 dengan keluhan tidak
mau makan selama beberapa hari dan tampak “lamban”. Mary Jo Cochran adalah
dokter hewan yang biasanya merawat Callie, tetapi dia sedang melakukan operasi
ketika Ms. DeLany tiba bersama Callie. Callie kemudian diperiksa oleh dokter
hewan Carolyn A. McCutcheon yang menyatakan bahwa Callie “sangat sakit” dan
prognosisnya buruk. Hasil pemeriksaan ditemukan bahwa Callie sangat lemah
(asthenia), edema di bawah kulit, ikterus/jaundice yang ditemukan pada kulit,
sklera, dan mulut, hipotermia, dehidrasi, dan disfagia. Setelah dilakukan
pemeriksaan oleh Dr. McCutcheon, Dr. Cochran sudah keluar dari ruang operasi
dan mengambil alih sebagai dokter hewan yang menangani Callie.
Dr. Cochran meninggal dunia pada Agustus 2017, sebelum kasus ini diadili.
Dr. McCutcheon bersaksi tentang perlakuan Dr. Cochran terhadap Callie
berdasarkan percakapannya dengan Dr. Cochran. Dr. Cochran menyarankan
dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa pemeriksaan darah, sedangkan rencana
perawatan adalah memasang kateter IV untuk memperbaiki status hidrasi Callie dan
memberikan antibiotik IV. Pemberian nutrisi pada Callie juga dilakukan karena
Callie tidak makan selama beberapa hari sehingga membutuhkan protein dan
karbohidrat untuk mencegah fungsi hatinya berhenti. Feeding tube merupakan satu-
satunya cara untuk memberi nutrisi pada Callie. Pemasangan feeding tube
dilakukan oleh Dr. Cochran yang merupakan dokter hewan yang biasa menangani
Callie. Terjadi kesalahan dalam pemasangan feeding tube yaitu masuk ke trakea
Callie bukan ke esophagus sehingga makanan masuk ke dalam paru-paru Callie.
Hal ini menyebabkan jantung Callie berhenti berdetak setelah hanya kurang dari 30
detik dilakukan pemasangan feeding tube. Dr. McCutcheon bersaksi bahwa seluruh
tenaga medis veteriner sudah mencoba untuk menyelamatkan Callie, tetapi upaya
penyelamatan tidak berhasil dan menyebabkan kematian bagi Callie.
Pihak DeLany mengajukan surat tuntutan perdata ke pengadilan sesi umum
di Shelby County dan menuntut ganti rugi atas "penyalahgunaan dan kematian yang
salah dari Callie" dengan menamakan Dr. Cochran dan Dr. McCutcheon sebagai
terdakwa. DeLany menggugat Dr. McCutcheon dalam kapasitas individu dan
melakukan bisnis sebagai Park Avenue Animal Hospital, LLC. Pengadilan sesi
umum memberikan putusan untuk para terdakwa agar melakukan ganti rugi ke
pihak DeLany sebesar $ 5.000 pada tanggal 25 Juli 2016, dan para terdakwa
mengajukan banding ke Pengadilan Sirkuit Shelby County.
Seluruh pihak yang terlibat dalam kasus ini dipertemukan kembali dalam
sidang banding pada 31 Mei 2018. Pengacara terdakwa mengakui kelalaian
tanggung jawab kliennya karena salah memasukkan feeding tube ke trakea Callie.
Pengacara terdakwa mengakui bahwa yang menjadi masalah di depan pengadilan
adalah perhitungan yang tepat atas kerugian yang dialami oleh keluarga DeLany
atas kematian kucing miliknya. Pengadilan setuju dan menyatakan: “Mereka tidak
menyangkal kelalaian. Mereka tidak memungkiri bahwa selang makanan
ditempatkan secara tidak tepat. Pertanyaan yang saya pahami adalah kerugian yang
dialami dan apakah Dr. McCutcheon harus diberhentikan sebagai terdakwa.”.
Terlepas dari pengakuan para terdakwa selama persidangan, pengadilan
mengeluarkan putusan akhir yang mendukung para terdakwa dan membatalkan
kasus DeLany. Pengadilan mula-mula menangani tuntutan DeLany terhadap Dr.
McCutcheon dalam kapasitas pribadinya terlebih dahulu. Putusan pengadilan yaitu
Dr. McCutcheon tidak bertanggung jawab dalam kapasitas pribadinya, sehingga
semua tuntutan terhadap Dr. McCutcheon dalam kapasitas pribadinya harus
dibatalkan. Pengadilan kemudian menemukan bahwa DeLany telah gagal
membuktikan penyebab sebenarnya (causation in fact) di dalam persidangan.
Pengadilan menemukan unsur tugas, standar perawatan, dan cedera atau
kematian, justru tidak dipersengketakan dalam kasus ini. Menurut hukum di
Tennessee, “penyebab (cause) atau penyebab sebenarnya (cause in fact) berarti
bahwa cedera atau kerugian tidak akan terjadi ‘kecuali karena’ perbuatan lalai
terdakwa.”. Penggugat dianggap kurang membuktikan unsur tersebut, sehingga
hakim menilai penggugat tidak dapat menunjukkan bahwa kelalaian lebih mungkin
menyebabkan kerugian.
Menurut hukum di wilayah Tennessee, “yang lebih mungkin akan menderita
kerugian yang sama seandainya perawatan medis yang tepat diberikan, tidak berhak
atas pemulihan atas peningkatan risiko kerugian atau kerugian kesempatan untuk
mendapatkan hasil medis yang lebih menguntungkan.” Dengan kata lain, penggugat
harus membuktikan bahwa masih ada kesempatan untuk bertahan atau pulih dari
kondisi yang mendasari tidak adanya tindakan lalai. Pihak DeLany gagal
membuktikan hal ini di pengadilan karena kondisi kesehatan kucingnya yang sudah
terlampau parah dan prognosisnya buruk saat tiba di Park Avenue Animal Hospital.
Berdasarkan pemeriksaan laboratorium pada hati kucing Callie menunjukkan
bahwa adanya abses septik yang menyebabkan tingkat kematian 79% dalam
keadaan tersebut. Kucing itu tidak memiliki kesempatan yang lebih baik untuk
bertahan hidup atau pulih dari kondisi yang mendasarinya tanpa adanya kelalaian
terdakwa. Jadi, karena kucing, lebih mungkin akan menderita kerugian yang sama
seandainya perawatan medis yang tepat diberikan, penggugat gagal untuk
menetapkan penyebab sebenarnya dengan bukti yang lebih banyak.
Pihak DeLany kemudian mengajukan banding atas putusan pengadilan yang
menolak kasus mereka. Mereka berpendapat bahwa sidang pengadilan salah dalam
menyimpulkan bahwa mereka telah gagal membuktikan sebab-akibat secara fakta
dan menolak klaim mereka terhadap Dr. McCutcheon dalam kapasitas pribadinya.

2.2 Analisis Risiko Permasalahan


Kasus malpraktik di wilayah Tennessee ini membuat pihak DeLany menuntut
dua hal kepada pengadilan, yaitu tindakan kelalaian oleh Dr. Cochran dan tuntutan
kepada Dr. McCutcheon dalam kapasitas pribadinya atas kelalaian Dr. Cochran.
Namun, pengadilan menolak kasus tersebut, sehingga pihak DeLany mengajukan
banding yang membutuhkan bukti lebih kuat dan mendukung terhadap fakta di
pengadilan. Untuk menang pada banding tersebut, pihak DeLany diminta dapat
membuktikan yaitu; 1) terdakwa berhutang kewajiban perawatan, 2) terdakwa
melanggar kewajiban itu, 3) ganti rugi, 4) penyebab faktual, dan 5) sebab akibat
hukum. Penyebab faktual ini mengacu terhadap hubungan sebab dan akibat antara
perilaku menyiksa dan cedera. Pengadilan menemukan bahwa DeLany menetapkan
kelalaian tugas, standar perawatan, dan cedera, namun bagaimanapun pihak
DeLany tidak membuktikan sebab dan akibat dengan bukti yang lebih banyak.
Tidak terbantahkan bahwa Callie meninggal akibat diberi makan melalui selang
yang tidak ditempatkan dengan benar pada trakea. Dr. McCutcheon juga mengakui
bahwa Callie meninggal akibat makanan yang masuk ke dalam paru-paru yang
menyebabkan jantungnya berhenti berdetak. Selain itu, Dr. Cochran juga mengakui
hal tersebut. Setelah dilakukan X-ray, hasilnya menunjukkan bahwa feeding tube
masuk ke trakea bukan ke esophagus.
Selain kelalaian yang dilakukan oleh Dr. Cochran, pihak DeLany tidak setuju
dengan keputusan pengadilan bahwa Dr. McCutcheon tidak bertanggung jawab
dalam kapasitas pribadinya atas kelalaian apapun oleh Dr. Cochran atau rumah sakit
hewan. Namun, bagian anotasi kode Tennessee 48-249-114(a) (1) menyatakan
bahwa:
1. Hutang, kewajiban dan kewajiban LLC (limited liability company) baik yang
ada dalam kontrak, kesalahan atau lainnya, semata-mata merupakan hutang,
kewajiban, dan kewajiban LLC (limited liability company),
2. Seorang anggota, direktur manager, atau pejabat dari LLC (limited liability
company) tidak memiliki kewajiban pribadi apapun dan tidak bertanggung
jawab secara pribadi atas tindakan, hutang, kewajiban, atau kewajiban LLC
(limited liability company)
3. Seorang anggota, direktur, manajer, atau pejabat dari LLC (limited liability
company) tidak memiliki kewajiban pribadi apapun dan tidak bertanggung
jawab secara pribadi atas kelalaian anggota, direktur, manager, atau pejabat
dari LLC (limited liability company)
Pihak DeLany menganut pada anotasi kode Tennessee 48-249-1119(a)
membahas LLC profesional. Namun, ketentuan tersebut tidak mendukung argumen
dalam hal apapun. Oleh karena itu, pengadilan memutuskan bahwa Dr.
McCutcheon tidak bertanggung jawab pribadi atas kelalaian Dr. Cochran dan
asistennya karena tidak terdapat bukti yang kuat. Bukti tak terbantah bahwa Dr.
Cochran tidak benar dalam menempatkan feeding tube. Dr. Cochran dan asistennya
merupakan anggota LLC dan pihak DeLany tidak memberikan bukti apakah tidak
dilatih atau dipekerjakan secara tidak benar

2.3 Faktor Risiko Permasalahan


Kelalaian Dr. Cochran menjadi faktor permasalahan pada kasus malpraktik di
wilayah Tennessee, sehingga seperti pada analisa permasalahan pihak DeLany
mengajukan tuntutan kepada pengadilan atas kelalaian tersebut. Namun, pengajuan
tuntutan dari pihak DeLany ditolak oleh pengadilan karena tidak dapat memberikan
sebab akibat dan bukti yang lebih banyak.
Faktor permasalahan berikut adalah terkait DeLany menantang putusan
pengadilan bahwa Dr. McCutcheon tidak bertanggung jawab dalam kapasitas
pribadinya atas kelalaian apapun oleh Dr. Cochran atau rumah sakit hewan. Namun,
penentangan keputusan dari DeLany mengalami penolakan dikarenakan tidak dapat
memberikan bukti bahwa Dr. McCutcheon berkontribusi dengan cara apapun
terhadap cedera atau kematian Callie. Selain itu, DeLany tidak memberikan bukti
bahwa Dr. Cochran atau teknisi tersebut tidak dilatih atau dipekerjakan secara tidak
benar.
Dapat disimpulkan dari faktor permasalahan:
1. Bahwa McCutcheon tidak bertanggung jawab secara pribadi atas kelalaian
karyawannya karena tidak adanya bukti bahwa dia secara pribadi melakukan
tindakan atau kelalaian yang lalai atau salah.
2. Bukti tidak terbantahkan bahwa Dr. Cochran secara tidak benar menempatkan
selang makanan ke dalam trakea Callie daripada esofagusnya dan bahwa
seorang teknisi memasukkan makanan ke dalam selang, seperti yang
diinstruksikan oleh Dr. Cochran.
3. Keluarga DeLany tidak memberikan bukti bahwa Dr. McCutcheon
berkontribusi dengan cara apapun terhadap cedera atau kematian Callie. Dr.
Cochran dan teknisi keduanya adalah karyawan LLC, dan keluarga DeLany
tidak memberikan bukti bahwa Dr. Cochran atau teknisi tersebut tidak dilatih
atau dipekerjakan secara tidak benar.
Putusan pengadilan dari kesimpulan atas faktor permasalahan mengenai
kelalaian adalah pembatalan klaim DeLany terhadap Dr. McCutcheon dalam
kapasitas pribadinya.
BAB III
PEMBAHASAN

Secara garis besar pihak DeLany menuntut dua hal kepada pengadilan, yaitu
tuntutan tindakan kelalaian oleh Dr. Cochran yang salah memasukkan selang
makanan ke dalam trakea kucing bukan ke kerongkongannya dan tuntutan kepada
Dr. McCutcheon dalam kapasitas pribadinya atas kelalaian Dr. Cochran. Hasil dari
kedua tuntutan ini ditolak oleh pengadilan. Tuntutan pertama mengenai kelalaian,
pihak DeLany menuntut Dr. Cochran atas tindakan medis yang ia lakukan kepada
kucing DeLany, Callie. Hal ini dianggap sebuah tindakan kelalaian medis.
Kelalaian medis atau dalam bahasa sehari-hari dikenal dengan istilah malpraktik
merupakan salah satu kejadian atau fenomena yang akhir-akhir ini muncul dan
menjadi sorotan khalayak. Hal ini dikarenakan beberapa pasien mengalami risiko
medis berupa kematian ataupun cacat dan mengakibatkan banyaknya gugatan yang
dilayangkan pasien terhadap dokter. Pengertian kelalaian medis sendiri secara
harfiah berarti praktik buruk yang berkaitan dengan praktik penerapan ilmu dan
teknologi medis dalam menjalankan profesi medis yang mengandung ciri-ciri
khusus (Ilahi 2018). Kelalaian medis juga dapat disimpulkan sebagai kesalahan
dokter karena tidak mempergunakan ilmu pengetahuan dan tingkat keterampilan
sesuai dengan standar profesinya yang akhirnya mengakibatkan pasien terluka atau
cacat badan, bahkan meninggal dunia (Isfandyarie 2005).
Pada kasus ini, DeLany diminta untuk membuktikan adanya unsur duty of
care, breach of duty, damages, factual causation, dan legal causation agar dapat
menuntut Dr. Cochran. Hal yang sama juga berlaku di Indonesia, menurut hukum
pidana adanya sebuah keteledoran bidang kesehatan dapat memberikan suatu unsur
yaitu duty of care, breach of duty, dan adanya harm and damages. Duty of care
diartikan seorang dokter memiliki suatu kewajiban pada suatu pelayanan secara
profesional kepada setiap pasien. Kewajiban ini diberikan oleh seorang dokter
sehingga bersedia untuk melakukan pemeriksaan terhadap pasien. Breach of duty
merupakan suatu unsur yang dilakukan oleh seorang dokter yang baik seperti culpa
lata (kesalahan kasar) atau culpa levis (kesalahan ringan) terhadap suatu standar
pelayanan yang dapat dilakukan. Adanya harm dan damages merupakan penentu
dari setiap unsur yang memerlukan bukti pada hubungan kausalitas yang baik
dijadikan sebagai cause in fact maupun proximate cause. Cause in fact juga disebut
sebagai penyebab faktual atau penyebab aktual adalah bukti aktual atau fakta dari
kasus tersebut, yang membuktikan salah satu pihak bersalah karena menyebabkan
kerugian, kerusakan, atau kerugian orang lain. Sedangkan Proximate cause adalah
peristiwa yang langsung menyebabkan kerugian pada diri tertanggung yang dapat
diberi ganti kerugian oleh penanggung (Wicaksono 2020). Unsur ini sangat penting
dalam menentukan sifat yang dapat melawan suatu hukum perbuatan sebagai salah
satu unsur yang ada pada tindakan pidana. Para penegak hukum wajib
membuktikan adanya hubungan yang bersifat kausalitas terhadap keteledoran atas
tindakan dari dokter dengan tindakan yang merugikan dan ditimbulkan atas suatu
perbuatan dokter atau institusi kepada seorang pasien (Agustina dan Hariri 2022).
Dalam pembuktiannya, DeLany hanya menyampaikan terkait kucingnya
yang mati akibat kelalaian Dr. Cochran karena salah memasukan selang makanan
ke dalam trakea kucing bukan ke kerongkongannya. Dokter Cochran sendiri juga
membenarkan pernyataan dari DeLany. Namun, penggugat harus membuktikan
unsur sebab-akibat dengan bukti yang lebih banyak. Hal ini dianggap penentu
sehingga penggugat dapat menunjukkan bahwa kelalaian lebih mungkin
menyebabkan kerugian. Namun, dalam pemeriksaan laboratorium pada hati Callie
menunjukkan bahwa hati Callie memiliki abses septik yang membawa tingkat
kematian 79% dalam keadaan tersebut. Kucing itu tidak memiliki kesempatan yang
lebih baik untuk bertahan hidup atau pulih dari kondisinya tanpa adanya kelalaian
terdakwa. Dengan demikian, kucing akan menderita kerugian yang sama
seandainya diberikan perawatan medis yang tepat, sehingga penggugat gagal untuk
menetapkan cause in fact dengan bukti yang lebih banyak.
Tuntutan yang kedua yaitu mengenai tuntutan kepada Dr. McCutcheon dalam
kapasitas pribadinya atas kelalaian Dr. Cochran. Tuntutan ini ditolak oleh
pengadilan karena Dr. Cochran berada di tanggung jawab Park Avenue Animal
Hospital. Hal ini dikarenakan rumah sakit hewan ini adalah perseroan terbatas dan
memiliki hukum yang mengatur bahwa hutang, kewajiban, dan kewajiban
perusahaan baik yang timbul dalam kontrak, kesalahan atau lainnya, semata-mata
merupakan utang dan kewajiban perusahaan. Seorang anggota, direktur, manajer,
pejabat, karyawan atau agen lain dari perusahaan tidak bertanggung jawab secara
pribadi, atas tindakan, utang, dan kewajiban perusahaan. Peraturan yang sama juga
dimiliki oleh Indonesia. Berdasarkan UU No 44 Tahun 2009 Pasal 46, Akibat
kelalaian tenaga kesehatan di rumah sakit, dan berdasarkan pada pasal tersebut
maka seluruh kerugian yang menimpa seseorang, rumah sakit wajib bertanggung
jawab (Manika 2022). Selain dari adanya aturan tersebut, DeLany tidak dapat
membuktikan bahwa Dr. McCutcheon berkontribusi dengan cara apapun terhadap
cedera atau kematian Callie. Selain itu, DeLany tidak dapat memberikan bukti
bahwa Dr. Cochran tidak dilatih atau dipekerjakan secara tidak benar. Oleh karena
itu, putusan pengadilan membatalkan tuntutan DeLany terhadap Dr. McCutcheon
dalam kapasitas pribadinya.
Peninjauan ulang terhadap hewan serta kasus yang terjadi menjadi salah satu
solusi alternatif untuk penentuan keputusan dan langkah selanjutnya. Kerjasama
multisektoral, di antaranya sektor hukum, dokter hewan, dan profesi yang
bersangkutan, dibutuhkan dalam peninjauan ulang kasus dan penyelesaian kasus
secara hukum. Hasil keputusan harus adil ditandai dengan keseimbanagan
(balance), kepatutan (proper), dan prinsip kewajaran (proportional). Penegakan
hukum pada kasus yang terjadi harus sesuai hukum yang berlaku. Keputusan yang
telah ditetapkan pada sidang diserahkan pada pengadilan. Penuntut seharusnya
memberikan bukti yang lebih kuat, akurat, dan banyak untuk penentuan hasil
tuntutan sesuai atau dapat diberikan jumlah ganti rugi perusahaan/instansi yang
tepat terhadap kelalaian yang dilakukan tim medis Dr. Cochran tidak ditanggung
secara perorangan sesuai hukum yang ada. Berdasarkan kasus yang terjadi, pihak
Dr. Cochran dan timnya seharusnya lebih teliti terhadap tindak pengobatan ataupun
terhadap tindakan operasi pasien nya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Malpraktik berkaitan dengan kelalaian atau kurang hati-hati dalam
melaksanakan tugas profesi. Pelanggaran kode etik profesi maupun perlindungan
hukum dokter hewan diatur oleh peraturan atau undang-undang yang berlaku di
masing-masing negara. Pihak DeLany menuntut dua dokter hewan Park Avenue
Animal Hospital, Dr. Cochran atas kelalaiannya yang memasukkan feeding tube ke
dalam trakea Callie dan Dr. McCutcheon dengan tuntutan dalam kapasitas
pribadinya atas kelalaian Dr. Cochran. Kedua tuntutan ditolak oleh pengadilan
tinggi Shelby, pihak DeLany gagal membuktikan adanya unsur duty of care, breach
of duty, damages, factual causation, dan legal causation untuk tuntutan Dr. Cochran
dan bukti bahwa Dr. McCutcheon berkontribusi terhadap cedera atau kematian
Callie.

4.2 Saran
Dokter hewan maupun profesi lainnya perlu diatur dan dipayungi oleh hukum
yang jelas. Malpraktik oleh dokter hewan merupakan pelanggaran kode etik,
sehingga dokter hewan harus berhati-hati dan teliti dalam menangani pasien.
Malpraktik akibat kelalaian dalam melakukan tugas profesi perlu ditindak sesuai
dengan hukum yang berlaku, akan tetapi tuntutan harus dibekali dengan barang
bukti yang cukup dan memadai. Adapun untuk meminimalisir kejadian berulang,
para penegak hukum wajib membuktikan adanya hubungan yang bersifat kausalitas
terhadap keteledoran atas tindakan dari dokter dengan tindakan yang merugikan
dan ditimbulkan atas suatu perbuatan dokter atau institusi kepada seorang pasien
DAFTAR PUSTAKA
[UU] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit. 2009
Agustina Z, Hariri A. 2022. Pertanggungjawaban pidana atas kelalaian diagnosa
oleh dokter hingga mengakibatkan kematian anak dalam kandungan. Iblam
Law Review. 2(2): 108-128.
Ilahi WRK. 2018. Resiko medis dan kelalaian medis dalam aspek
pertanggungjawaban pidana. Jurnal Hukum Volkghst. 2(2): 170-186.
Ingtyas TE. 2019. Dokter Hewan dan Kematian Hewan. Surabaya (ID): R.A.
De.Rozarie.
Isfandyarie A. 2005. Malpraktek dan Resiko Medik dalam Kajian Hukum Pidana.
Jakarta (ID): Prestasi Pustaka
Manika NLPDM. 2022. Tanggung jawab rumah sakit akibat kelalaian tenaga medis
dalam pelayanan kesehatan. Jurnal Kertha Wicara. 11(2): 224-233.
Murray L. 2008. Vet Confidental. New York (US): Ballentine Books.
Schaffner J, Fershtman JI. 2009. Litigating Animal Law Disputes. Chicago (IL):
ABA Publishing.
Wicaksono F. 2020. Hukum aspek pengiriman barang oleh perusahaan jasa
ekspedisi dan cargo melalui pengangkutan laut. Jurist Diction. 3(5): 1697-
1712.

Anda mungkin juga menyukai