Anda di halaman 1dari 2

Namaku Edo, Aku mulai berangkat ke sekolah seperti bisa diantar sama bapakku.

Di smp ini, aku


tidak mempunyai teman satu pun yang aku kenal sebelumnya. waktu SD saya terkenal culun dan
orang yang tidak terlalu PD dengan diri sendiri.

Aku tidak pernah melakukan perlawanan saat orang lain mengejekku. Itu merupakan salah satu faktor
kenapa aku sering dibully, Dengan badanku yang gemuk dan kulit hitam.

Melanjutkan yang tadi, sesampainya aku di sekolah dengan diantar sama bapakku. Seperti sekolah
lainnya di hari senin ini akan ada upacara bendera. Ini merupakan saat dimana aku malas untuk
mengikuti, dengan badanku yang gemuk ini seperti biasa teman-teman akan mengejek.

Bel sekolah sudah berbunyi menandakan upacara bendera akan segera dimulai. Aku sudah siap
dengan perlengkapan upacara seperti topi dan juga dasi. Sesampainya di lapangan upacara, perkelas
akan membuat barisannya sendiri.

Dari teman lain aku merupakan seorang siswa yang paling gemuk dan akan membuat barisan menjadi
lebih sempit.

Seperti biasanya saat upacara temanku yang paling iseng dan nakal di kelas namanya Engga, dia
mulai mengejekku dengan fisikku ini. “Edo kamu buat barisan aja sendiri, sempit nih, atau di tengah
lapangan situ” Dia mengejek sambil tertawa.

Aku hanya bisa diam karena yang dia katakan memang sesuai dengan keadaan yang ada. Disini aku
tidak mungkin melawan karena dia memiliki gang atau teman yang banyak sedangkan aku cuman
siswa sendirian smp ini yang belum memiliki teman yang akrab.

Sebenarnya ada temanku yang bernama Dewi, dia suka membela aku saat Engga sedang mengejekku.
Bisa dikatakan dia teman yang paling buat aku setidaknya lebih nyaman di sekolah ini.

Upacara pun dimulai, aku tepat berada di samping engga di barisan ke 3 dari depan. “Edo geser dong
badan kamu bikin penuh aja, sampe aku keluar barisan nih.” Kata Engga sambil nyindir aku.

Aku hanya bisa diam saat dikatakan seperti itu. Yahh seperti bisanya, diam dan menerima ejekannya.
Paling berani aku hanya bisa berkata “iya”.

Setelah 30 menitan berjalan upacara bendera selesai dengan lancar. Semua siswa mulai kembali ke
kelasnya masing-masing dan mulai mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Setelah duduk di kelas kadang aku berfikir, kenapa ini tidak adil dengan ejekan yang diberikan kepada
aku. Sementara aku tidak bisa melawan sedikit pun.

Di kelas aku duduk di bagian tengah sedangkan Engga berada di paling pojok. Jarak yang cukup jauh
ini sampai bisa membuat aku sangat nyaman, dengan terhindar dari omongan Engga yang membuat
aku semakin hari menjadi orang yang tidak PD.

Beberapa saat kemudian guru IPA pun datang untuk mengajar kelas pagi pertama kali. Saat itu sedang
membahas flora dan fauna, yah ada hewan-hewannya gitu.

Setelah di pertengahan materi sampai di pembahasan soal binatang beruang. Engga pun teriak. “Lahh
itu kayak Edo dong” Teriaknya di kelas sambil tertawa.
Saat itu aku hanya bisa diam dengan malu. Dewi pun membalas teriakan Engga tadi “Engga jangan
gitu dong, keterlaluan tu” Teriaknya dewi membelaku.

Aku cukup senang ada teman yang membelaku. Aku pun juga tidak tau kenapa Engga terus
mengejekku, Aku rasa tidak punya salah sama sekali dengan dia selama ini.

Setelah kejadian itu semua siswa yang ada di kelas semua tertawa. Sampai guru IPA menenangkan
semua siswa untuk diam. Setelah beberapa waktu sampai 2 pelajaran telah selesai, waktunya untuk
istirahat.

Sebelum keluar kelas aku sama Engga bertatapan, seolah tatapannya seperti membenci yang sangat
mendalam sama aku.

Disitu aku memberanikan diri untuk ngomong. “Kenapa” Kataku sambil menatapnya. Engga pun
membahas ucapanku tadi “Lahh kenapa” Katanya Engga sambil nada yang lebih keras. Aku mulai
memberanikan diri untuk melawannya saat itu.

“Maksud kamu apa tadi ngejek aku didepan semua kelas” Kataku ke Engga sambil nada tinggi juga.
Engga menjawabnya “Yahh terserah aku, ngga merugikan orang lain juga kan”.

Aku menjawabnya. “Kamu tau ngga sudah membuat aku malu didepan seluruh kelas” Kataku dengan
menyautnya. “Ngga peduli sih aku, kamu malu apa ngga” Katanya Engga sambil nyinyir.

Percakapan tadi akhirnya membuat aku sama Engga bertengkar. Disitu selain aku dan Engga ada 2
temannya Engga. Mereka tidak menyerangku untuk membela Engga tapi malah justru melerai
pertengkaran aku sama Engga.

Setelah kejadian itu Engga pun langsung pergi dengan diseret 2 temannya untuk keluar kelas. Aku
masih sendirian di dalam kelas sambil menahan rasa sakit setelah pertengkaran tadi. Kejadian itu pun
menjadikan pertemanan aku dan Engga semakin tidak baik.

Aku merasa takut saat pulang sekolah nanti pertengkaran ini terus berlanjut. Waktu istirahat itu aku
gunakan cuman untuk di kelas saja. Setelah beberapa waktu jam istirahat pun habis dan semua siswa
masuk kelas lagi.

Sampainya jam sekolah selesai aku langsung pulang dan menunggu bapakku menjemput di depan
gerbang. Sesampainya di rumah aku terus memikirkan bagaimana dengan besok.

Anda mungkin juga menyukai