Anda di halaman 1dari 6

SEMOGA BUKAN USTADZ IRHAM

Ditakdirkan sebagai guru Matematika tentunya sebuah tanggung jawab


besar bagi saya, terlebih pelajaran ini merupakan momok yang menakutkan bagi
siswa di sekolah. Matematika sering kali dikatakan pelajaran yang paling susah,
paling dibenci dan paling membosankan, hal ini membuat saya senantiasa berpikir
bagaimana merubah semua keadaan ini menjadi “TIDAK”.
Terpikir oleh saya “tak apalah, biarlah mereka benci asalkan
mereka paham, kalau mereka paham suatu saat nanti mereka akan
merasakan manfaatnya dijenjang SMP bahkan SMA, namun jika dari
dasar ini mereka sudah lemah dalam pelajaran matematika maka mereka
akan lebih susah lagi ke depannya”. Oleh sebab itu, saya mengambil
keputusan bahwa hal yang paling utama dilakukan agar siswa dapat memahami
pelajaran matematika adalah Pengendalian Kelas.

Bagaimana cara mengendalikan kelas?


Mengendalikan kelas terkadang
dapat menguras energi bagi guru yang
mengajar, sulitnya mengendalikan kelas
tentu akan berdampak pada hasil belajar
siswa hal ini disebabkan karena pada saat
guru menjelaskan materi pelajaran, siswa
tidak fokus pada penjelasan yang
diberikan guru sehingga ketika diberikan
tugas sebagai bahan latihan siswa
Gambar 1.1. Suasana kelas terkendali
tersebut mendapat hasil belajar yang dengan baik

buruk. Beragam cara yang dilakukan


dalam mengendalikan kelas agar siswa dapat fokus saat guru menjelaskan materi
pelajaran, salah satu cara yang paling efektif dalam mengendalikan kelas agar
tetap kondusif adalah Ketegasan.
Saya senantiasa bersikap “tegas”
ketika sedang berada di dalam kelas,
ternyata benar saja hal ini sangat efektif
dan efisien dalam proses belajar dan mengajar. Saya tidak akan segan-segan
menegur jika terdapat siswa yang tidak fokus saat menyimak pelajaran, misalnya
menghadap ke belakang, mengajak temannya bercerita dan bermain dengan
mainan yang ia bawa. Jika terdapat siswa yang melakukan hal tersebut, maka
tindakan awal yang saya lakukan adalah menegur secara lisan namun jika terulang
kembali maka siswa tersebut akan dikenakan vanishment seperti menghitamkan
dagunya menggunakan penghapus papan tulis seakan mirip orang yang
berjenggot, memakaikan helm, memberi tanda hitam di pipinya dengan spidol
seperti tompel dan banyak hal lainnya. Biasanya siswa yang sudah diberi
vanishment, dengan demikian mereka tidak akan mengulangi kesalahannya
sehingga ia bisa sedikit lebih fokus pada materi pelajaran.

Siswa bersyukur guru kejam tidak mengajar di kelasnya.


Menjadi salah satu guru yang memiliki sikap yang cukup tegas saat berada
di kelas membuat saya menjadi salah satu guru yang banyak ditakuti oleh siswa,
hal ini dapat dibuktikan saat sedang berjalan menuju ke kelas akan tampak
beberapa siswa yang berlarian masuk ke dalam kelas langsung duduk ditempat
masing-masing dan dilanjutkan dengan menyiapkan buku yang sudah siap terletak
di atas meja. Tegas serta kerap kali memberikan hukuman kepada siswa membuat
saya disebut sebagai “guru yang paling kejam” di sekolah.
Informasi sebagai guru yang paling kejam dengan cepat tersebar mulai
dari kelas I hingga kelas VI, namun kelas I hingga kelas IV sedikit bersyukur
ternyata guru yang paling kejam (ustadz Irham) hanya masuk di kelas V dan kelas
VI saja. Salah satu siswa kelas IV menuturkan
”Alhamdulillaahhh… ustadz Irham tidak masuk ke kelas kami, kalau sempat
ustadz itu yang masuk pasti kami pun kena hukum”.
Mendengar hal itu saya senyum-senyum tipis dari kejauhan dengan berpura-pura
tidak mendengar percakapan mereka, namun dalam hati saya berkata “karena
kalian belum merasakan, kalau sudah apakah kalian akan berkata hal yang
sama?”.

Siapa yang mengajar matematika dikelas kita?


Salah satu program sekolah khusus bagi kelas tinggi adalah mendapat jam
tambahan di sore hari, sehingga bagi kelas IV, V dan VI akan melanjutkan
pelajaran selama satu jam setelah selesai sholat dzuhur dan makan siang.
Pelajaran yang menjadi jam tambahan di sore hari adalah pelajaran, B. Inggris, B.
Arab, IPA dan Matematika. Masing-masing pelajaran tersebut sudah ditentukan
gurunya, ketika diumumkan bahwa akan ada rotasi atau perubahan antara guru
yang mengajar jam pagi dan guru yang mengajar jam sore. Bagi kelas V dan VI
sudah mulai terbiasa bahwa yang mengajar Matematika tentu Ustadz Irham,
namun di sisi lain ternyata kelas IV tampak kebingungan siapa yang bakal
mengajar pelajaran Matematika di sore hari. Mereka terus mencari informasi siapa
yang bakal masuk di kelas mereka pada sore hari. Sangat tampak kekhawatiran
mereka dan kegundahan mereka apabila yang akan masuk adalah ustadz Irham.
“weee mudah-mudahan bukan ustadz Irham yang masuk ke kelas kita ya, karena
kalua sempat ustadz tu yang masuk nanti kena hukum kita seperti kelas V dan
kelas VI tu.”
begitulah laporan wali kelas mereka saat setelah pengumuman disebarkan.

Detik-detik Ustadz Irham masuk ke kelas IV.

Ternyata siswa kelas IV sangat antusias, mereka mencari informasi siapa


yang bakal masuk dan mengajar matematika di kelasnya. Tak butuh waktu lama,
mereka mengetahui siapa guru yang bakal mengajar, ternyata hal yang mereka
takutkan terjadi bahwa yang mengajar matematika pada jam sore adalah ustadz
Irham. Mendengar informasi tersebut mereka sangat gundah, takut dan khawatir
bercampur aduk serta gelisah sambil melihat-lihat dari kelasnya ke arah kantor
apa benar ustadz Irham akan berjalan dari kantor menuju ke kelas mereka.

Benar saja, perlahan namun pasti ustadz Irham berjalan dari kantor menuju ke
kelas IV. Hiruk pikuk dalam kelas menandakan kegelisahan mereka saat melihat
ustadz Irham berjalan menuju ke kelas.

“wooyy…!!! Ustadz Irham datang woy, cepat masuk cepaaattt…!!!”


“amayy…!!! Ngerinya tuh bawa kayu ustadz tu.”

Berubahnya kelas yang hening.


Dari kejauhan saya menyaksikan betapa gelisahnya mereka ketika melihat
saya berjalan lurus menuju kelasnya, pandangan lurus mengarah kelas mereka
menambah kepastian yang tidak bisa diganggu gugat. Sambil berjalan saya
berkata dalam hati “apakah ketakutan kalian akan permanent?, mari kita liat”
“Assalamu’alaikum…!!”
“wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh” jawab mereka dengan keras
dan kompak.

Saya memandangi satu per satu siswa tersebut, tampak duduk mereka
sangat rapi melipat tangan dan tidak tampak satu orang pun yang bersuara,
semuanya tertekun diam seribu kata, tidak ada satu orang pun yang bergerak dari
tempat, bergeser, berjalan ataupun bersuara sehingga saat itu suasana kelas
menjadi hening. Andai saja ada satu pulpen atau pensil yang jatuh dari meja, maka
suara jatuhnya bend aitu terdengar amat jelas.
Perlahan saya menyapa barulah mereka bersuara dengan serentak, diawali
dengan memberikan beberapa candaan terhadap beberapa orang anak sehingga
tampak sedikit demi sedikit suasana kelas berubah yang tadinya tegang menjadi
cair. Dilanjutkan dengan menebar senyum dan saya pun membuka kelas dengan
sebuah permainan “Tepuk Tangan” yang sangat sederhana sebagai latihan fokus
untuk mengawali pelajaran.

Game Tepuk Fokus.


Melihat situasi yang sangat berbeda tidak sesuai dengan informasi yang
beredar bahwasanya ustadz Irham yang dikenal ternyata seperti ini. Belum saya
mulai permainan langsung terdengar komentar jelas dan keras dari salah seorang
siswa, dengan pedenya ia berdiri dan mengatakan.
“wooyyy…!!! Siapa yang bilang ustadz ni gak enak, siapa?”
“siapa tadi tu siapaaa…???” jawab teman lainnya.
“bukan aku tadi yaa..!!”
“Aku pun bukan”
“aku pun gak ada bilang gitu”

Mereka saling sahut-sahutan atas kondisi yang sangat berbeda ini, saya hanya bisa
tersenyum menyaksikan situasi mereka yang tadinya tegang kini berubah menjadi
keceriaan dan penuh semangat. Sambil tersenyum memandang mereka, hati saya
berkata.
“kalian hanya belum merasakan seperti apa ustadz Irham di dalam kelas, kini
kalian sudah tahu bahwa ustadz Irham juga bisa seperti ini, ustadz yakin setelah
ini akan ada lagi komentar kalian?”

Tidak berlama-lama Game Tepuk Fokus dimulai yang diawali dengan


penjelasan aturan permainan.
1. Jika ustadz bilang “Tepuk Satu…!!!” maka semuanya tepuk tangan sekali.
2. Jika ustadz bilang “Tepuk Dua…!!!” maka semuanya tepuk tangan dua kali.
3. Jika ustadz bilang “Tepuk Tiga…!!!” maka semuanya tepuk tangan tiga kali.
4. Namun jika ustadz bilang “Satu…!!!” maka tidak ada yang tepuk, ataupun
jika ustadz bilang “dua…!!!” tidak ada yang tepuk, intinya jika intruksinya
ada kata “Tepuk 1, 2 dan 3” maka semuanya tepuk tangan sesuai jumlah.
5. Tepuk tangan hanya berlaku untuk tepuk 1, 2 dan 3 lebih dari itu jangan di
ikuti.
6. Jika salah tepuk maka akan diberi hukuman yaitu bersedia dagunya
dihitamkan dengan penghapus seperti orang berjenggot.

Setelah menjelaskan,Gambar
maka1.3. Menjelaskan aturan Game Tepuk Fokus
permainan pun dimulai. Tampak keceriaan mereka
selama permainan, seakan mereka sudah lupa sosok ustadz Irham yang mereka
sebut sebagai guru paling kejam dan mengerikan. Hanya bermodal permainan
tepuk tangan suasana kelas bisa berubah total, anggapan anak yang semula takut
kini beralih menjadi suka cita.

“Ustaaaddzz…!!! Besok lagi ya masuk ke kelas kami?”


“Kenapa ustadz tidak masuk pagi di kelas kami?”
Mendengar pertanyaan tersebut, saya hanya bisa tersenyum sambil mengingat
bagaimana anggapan mereka pada awal sebelum saya masuk, kini mereka minta
saya masuk lagi bahkan bukan hanya untuk pelajaran siang tetapi mereka juga
ingin saya mengajar di kelasnya pada jam pagi. Hal ini menandakan bahwa
mereka senang dengan guru matematika yang dikenal paling kejam. Akhir kata,
sebagai guru matematika sikap tegas itu sangat penting guna dalam
mengendalikan kelas agar siswa bisa fokus dalam menyimak materi, namun di sisi
lain juga harus diimbangi dengan keramahan serta sesekali perlu mencairkan
suasana kelas dengan berbagai bentuk permainan yang mengedukasi agar anak-
anak semakin bersemangat dan siap untuk belajar.

Anda mungkin juga menyukai