Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL PRAKTIK KERJA LAPANG

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI VETERAN KECAMATAN


BANJARMASIN TIMUR KALIMANTAN SELATAN

Oleh :
MUTIARA RAHMI
2010714120002

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
BANJARBARU
2023
PROPOSAL PRAKTIK KERJA LAPANG
ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI VETERAN KECAMATAN
BANJARMASIN TIMUR KALIMANTAN SELATAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Melaksanakan Kegiatan Praktik Kerja
Lapang pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat

Oleh :
MUTIARA RAHMI
2010714120002

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
BANJARBARU
2023
LEMBAR

JUDUL : ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI VETERAN


KECAMATAN BANJARMASIN TIMUR
KALIMANTAN SELATAN
NAMA : MUTIARA RAHMI
NIM 2010714120002
JURUSAN : MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
PROGRAM STUDI : MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

Persetujuan,

Pembimbing 1

Dr. DINI SOFARINI, S.Pi., M.S.


NIP. 19770126 200212 2 002

Pembimbing 2

DEDDY DHARMAJI, S.Pi., M.S.


NIP. 19720313 199803 1 002

Mengetahui,

Dekan Koordinator Fakultas Perikanan


dan Kelautan ULM

Dr. Ir Hj. AGUSTIANA, M.P. ABDUR RAHMAN, S.Pi., M.Sc.


NIP. 19630808 198903 2 002 NIP. 19720414 200501 1 003
KATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Proposal Praktik Kerja
Lapang yang berjudul “Analisis Kualitas Air Sungai Veteran Kecamatan
Banjarmasin Timur Kalimantan Selatan” ini dapat diselesaikan.
Proses persiapan pelaksanaan dan penyusunan proposal ini telah
melibatkan kontribusi pemikiran dan saran konstruktif banyak pihak. Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Dini Sofarini, S.Pi., M.S. selaku pembimbing 1 yang telah
memberikan arahan mengenai “Analisis Kualitas air Sungai Veteran
Kecamatan Banjarmasin Timur Kalimantan Selatan”.
2. Bapak Deddy Dharmaji, S.Pi., M.S. selaku pembimbing 2 atas kesediaan
waktu yang telah diberikan untuk mengoreksi dan revisi terhadap sejumlah
data dan informasi.
3. Bapak Abdur Rahman, S.Pi., M.Sc. selaku koordinator progam studi.
4. Bapak Arif Dhiaksa, S.T,. M.T. selaku Subkoordinator Layanan Teknis Balai
Teknik Rawa yang telah memberikan izin untuk melaksanakan Praktik Kerja
Lapang.
5. Ibu Elis Kumala Devi, M.Ling. selaku analis kualitas air yang telah banyak
membantu dalam menyelesaikan proposal Praktik Kerja Lapang.
6. Seluruh karyawan dan staff Balai Teknik Rawa yang telah banyak membantu
dalam menyelesaikan proposal Praktik Kerja Lapang.
Praktikan menyadari dalam pembuatan Proposal Praktik Kerja Lapang
masih terdapat kekurangan. Praktikan mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar Proposal Praktik Kerja Lapang dapat menjadi lebih baik lagi.

Banjarbaru, Oktober 2023

Mutiara Rahmi

iv
DAFTAR

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................ iv
DAFTAR ISI .......................................................................... v
DAFTAR TABEL .................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................ vi
BAB 1. PENDAHULUAN.................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................. 2
1.2. Rumusan Masalah ............................................................ 3
1.3. Tujuan............................................................................... 3
1.4. Manfaat ............................................................................. 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 5
2.1. Sungai Veteran .................................................................. 5
2.2. Kualitas Air ....................................................................... 5
2.2.1. Suhu......................................................................... 6
2.2.2. Derajat Keasaman (pH) ............................................ 6
2.2.3. Oksigen Terlarut (DO) ............................................. 7
2.2.4. Total Padatan Terlarut (TDS)................................... 7
2.2.5. Total Padatan Solid (TSS)........................................ 7
2.3. Metode storet..................................................................... 8
2.4. PP No 21 Tahun 2021........................................................ 9
2.5. Ikan ................................................................................... 9
BAB 3. RENCANA KERJA PRAKTIK ............................................. 11
3.1. Tempat dan Waktu ................................................................... 11
3.2. Alat dan Bahan ......................................................................... 12
3.2.1. Alat ................................................................................... 10
3.2.2. Bahan .............................................................................. 10
3.3. Metode Pengumpulan Data................................................ 13
3.3. Metode Pengolahan Data ................................................... 15
3.4. Program Kerja ........................................................................... 16
v
DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 17
LAMPIRAN ........................................................................... 19
DAFTAR

vi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
2.1. Penentuan Sistem Nilai Untuk Menetukan Status Mutu Air...... 8
3.1. Kegiatan Praktik Kerja Lapang di Laboratorium Balai Teknik Rawa 12
3.2. Alat .......................................................................................... 12
3.3. Bahan....................................................................................... 13
3.4. Titik Pengambilan Sampel........................................................ 14
3.5. Jadwal Kegiatan Praktik Kerja Lapang di Balai Teknik Rawa .. 14

DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
3.1. Tempat Lokasi Praktik Kerja Lapang di Balai Teknik Rawa..... 11
3.2. Peta Lokasi Pengambilan Sampel............................................. 14

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Peta Lokasi PKL ...................................................................... 19
2. Program Kerja Praktik Kerja Lapang di Balai Teknik Rawa ..... 20
3. Logbook Harian Kegiatan Praktik Kerja Lapang ...................... 24
4. Lembar Penilaian Individu ....................................................... 31
5. PP No.22 Tahun 2021 .............................................................. 38
6. Lembar Konsultasi ................................................................... 43

vii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu bentuk implementasi


yang dilakukan secara sistematis dan sinkron antara program pendidikan di
sekolah atau perguruan tinggi dengan penguasaan keahlian yang diperoleh melalui
kegiatan kerja secara langsung didunia kerja lapangan maupun memberikan
keuntungan baik yang melaksanakan PKL maupun pelaksana sekolah atau
perguruan tinggi, karena keahlian yang tidak diajarkan didunia pendidikan bisa
didapat didunia usaha, sehingga dengan adanya PKL dapat meningkatkan mutu
dan relevansi bagi dunia pendidikan maupun dunia usaha sesuai dengan
bidangnya.
Bidang ilmu yang dipelajari dalam Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan sangat beragam dan tentunya tetap berkaitan dengan lingkup
perairan, perikanan serta lingkungan. Air merupakan kebutuhan baku bagi
makhluk hidup, sehingga kualitas air harus dijaga untuk melindungi ketersediaan
jumlah air baku. Air merupakan sumberdaya alam yang penting dalam kehidupan
manusia, hewan dan tumbuhan. Keberadaan air di permukaan bumi sangat
berlimpah dari laut, danau, waduk, dan sungai.
Sungai merupakan salah satu wadah tempat berkumpulnya air dari suatu
kawasan. Air permukaan atau air limpasan mengalir secara grafitasi menuju
tempat yang lebih rendah. Kualitas air sungai di suatu daerah sangat dipengaruhi
oleh aktifitas manusia, khususnya yang berada di sekitar sungai. Aktifitas tersebut
diimbangi oleh kesadaran masyarakat yang tinggi dalam melestarikan lingkungan
sungai, maka kualitas air sungai akan relatif baik. Namun, jika kesadaran
masyarakat masih rendah maka akan mengakibatkan pencemaran. (Yogafanny,
2015)
Berdasarkan penelitian Siahaan et al (2011) bahwa kegiatan manusia yang
memanfaatkan air sungai dan membuang sampah atau limbah ke sungai dapat
menurunkan kualitas air sungai. Penurunan kualitas air sungai pada akhirnya akan
menurunkan fungsi dan nilai ekosistem sungai bagi manusia dan kehidupan
hewan liar yang ada di dalam sungai. Pencemaran sungai ini menjadi salah
satu
1
2

permasalahan yang banyak ditemui pada daerah dengan kepadatan penduduk yang
tinggi.
Kepadatan penduduk berdampak pada meningkatnya pemakaian air bersih,
terutama di wilayah perkotaan yang kemudian akan mengakibatkan jumlah
pembuangan limbah domestik semakin bertambah. Pembuangan limbah secara
langsung ke sungai mengakibatkan penurunan kualitas air bahkan dapat mencapai
level yang berbahaya bagi makhluk hidup yang berada didalamnya seperti ikan.
Selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Akhirul (2020) bahwa seiring
dengan pertambahan penduduk yang cepat mengakibatkan mutu air semakin
menurun karena limbah dari aktivitas penduduk turut mempercepat penurunan
kualitas air sungai. Parameter Fisika dan Kimia sangat berpengaruh untuk
mengetahui kualitas air sungai dan kelayakan hidup biota yang ada didalamnya.
Salah satu nya parameter DO yang berperan penting bagi ekosistem perairan
mencerminkan kemampuan badan air dalam menyesuaikan diri dengan kehadiran
beban pencemar yang ada di sungai (Pramana,2018)
Perubahan kualitas air sungai dapat diketahui dengan status mutu air dan
perbandingan sampel air dengan baku yang telah ditetapkan. Pedoman penentuan
status mutu air bahwa status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air yang
menunjukan kondisi cemar atau kondisi baik pada sumber air dalam waktu
tertentu dengan membandingkan baku mutu air yang ditetapkan (Kepmen LH no.
115 Tahun 2003). Baku mutu air merupakan ukuran batasan kadar yang harus ada
dan atau unsur pencemar yang ditoleransi keberadaannya di dalam sungai.
Salah satu sungai yang ada di Kalimantan Selatan Kota Banjarmasin yaitu
Sungai Veteran yang dikenal dengan julukan kota seribu sungai, saat ini diduga
terjadi pencemaran. Menurut penelitian Aqila Putri (2022) Dari hasil pengukuran
parameter fisika dan kimia bahwa tingkat pencemaran air Sungai Veteran di Kota
Banjarmasin tergolong dalam tercemar ringan dengan nilai IP yaitu 2,8146 yang
termasuk ke dalam golongan B. Tingginya kepadatan penduduk di jalan Veteran
selaras dengan aktivitas masyarakat di sekitar perairan Sungai Veteran sehingga
menjadi faktor yang berpengaruh terhadap keberadaan sampah domestik di
perairan yang pada akhirnya memberi dampak terhadap kualitas air untuk
kepentingan hidup biota di perairan tersebut. Tingkat kualitas air yang dibutuhkan
untuk setiap
3

kegiatan tertentu memiliki baku mutu yang berbeda oleh karena itu harus
dilakukan pengujian untuk mengetahui kesesuaian kualitas dengan mengacu pada
baku mutu menurut PP NO 22 tahun 2021 kelas 2 yang peruntukannya dapat
digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, dan
atau untuk peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut. Dengan dasar pemikiran ini, maka perlu dilakukan analisa
kualitas air dengan berdasarkan beberapa parameter yaitu parameter fisika dan
kimia.
Parameter fisika dan kimia dapat dilakukan dengan proses pengujian di
laboratorium Balai Teknik Rawa yang dijadikan tempat untuk Praktik Kerja
Lapang (PKL). Laboratorium tersebut menyediakan beberapa parameter untuk
pengukuran kualitas air. Parameter yang tersedia seperti suh, pH, DO, TSS dan
TDS dan beberapa parameter lain. Ketersediaan parameter tersebut dapat
mendukung pelaksanaan PKL mahasiswa untuk analisis kualitas air di Sungai
Veteran Kota Banjarmasin.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan pada latar belakang dalam


kajian Praktik Kerja Lapang ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat pencemaran Sungai Veteran berdasarkaan metode storet?
2. Bagaimana kadar parameter fisika dan kimia air Sungai Veteran berdasarkan
baku mutu PP nomor 22 tahun 2021 kelas 2 untuk kelayakan hidup ikan?

1.3. Tujuan

Tujuan pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapang di Balai Teknik Rawa


sebagai berikut :
1. Mengetahui tingkat pencemaran di Sungai Veteran berdasarkan metode storet.
2. Mengetahui kadar kualitas air Sungai Veteran berdasarkan baku mutu PP
nomor 22 tahun 2021 kelas 2 untuk kelayakan hidup ikan.
4

1.4. Manfaat

Manfaat yang bisa diambil dari kegiatan Praktik Kerja Lapang adalah
memperoleh pengalaman kerja di Laboratorium Balai Teknik Rawa sehingga
mampu menerapkan dan mengaplikasikan teori yang telah didapat di bangku
perkuliahan, belajar secara langsung mengenai analisis kualitas air dengan ahli
terkait secara langsung, serta mendapatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan
wawasan yang nantinya bermanfaaat di dunia kerja.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sungai Veteran

Sungai Veteran merupakan salah satu sungai yang melintas di sepanjang


jalan Veteran, Kecamatan Banjarmasin Timur dengan panjang 1,219 km dan lebar
sungai antara 6-8 meter dan kedalaman sungai antara 0,4-3 meter. Sungai Veteran
merupakan sungai periodik yaitu sungai yang jumlah debit airnya bergantung
pada musim tertentu. Kualitas air sungai dipengaruhi faktor alam dan faktor
manusia. Faktor alam yang mempengaruhi sungai seperti hujan deras, banjir,
musim kemarau, dan lain sebagainya. Adanya faktor tersebut dapat menyebabkan
sungai meluap, keruh atau kekeringan, sedangkan faktor yang berasal dari
manusia seperti pembuangan limbah dari berbagai aktifitas industri, pertanian,
perkebunan dan limbah domestik atau limbah rumah tangga (Warman, 2015).
Semakin banyaknya populasi dan urbanisasi di Jl.Veteran kerap membuat
orang berbondong-bondong membangun rumah di pinggir-pinggir sungai.
Akibatnya sungai dipenuhi pemukiman kumuh, di mana warga kerap membuang
sampah sembarangan. Perilaku tak baik ini dapat menyebabkan penumpukan
sampah, tercemarnya air sungai dan menganggu kehidupan biota salah satunya
ikan. Dampak lainnya bisa menyebabkan banjir dan air sungai tidak dapat
digunakan untuk peruntukan budidaya maupun aktifitas masyakarakat.

2.2. Kualitas Air

Kualitas air dapat dilihat dari besaran kimia maupun besaran fisik. Besaran
kimia tersebut meliputi kadar suhu, pH, DO, Total Suspended Solid (TSS) dan
Total Dissolve Solid (TDS) Sifat-sifat kimia air berhubungan dengan pembawa
zat-zat hara yang diperlukan bagi pembentukan bahan-bahan organik bagi
tumbuhan. Karakteristik fisik meliputi bahan padat keseluruhan yang terapung
maupun yang terlarut, kekeruhan, dan temperatur (suhu) air. Sifat-sifat fisik air
berhubungan dengan medium tempat hidup tumbuh-tumbuhan dan hewan
(Pramana, 2018). Parameter fisika-kimia air seperti suhu, pH, Dissolved Oxygen
(DO), Total Suspended Solid (TSS) dan Total Dissolve Solid (TDS) adalah
beberapa parameter
5
6

yang paling banyak mendapat perhatian karena mencerminkan kualitas air dan
kesehatan manusia maupun ekosistem perairan. Batas konsentrasi minimum serta
peran DO bagi ekosistem perairan mencerminkan kemampuan badan air dalam
menyesuaikan diri dengan kehadiran beban pencemar (Pramana, 2018)
2.2.1. Suhu

Suhu perairan merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi
kehidupan organisme di perairan. Suhu merupakan salah satu faktor eksternal
yang paling mudah untuk diteliti dan ditentukan. Aktivitas metabolisme serta
penyebaran organisme air banyak dipengaruhi oleh suhu air (Nontji, 2015). Suhu
juga sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan biota air, suhu
pada badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, waktu dalam hari, sirkulasi
udara, penutupan awan dan aliran serta kedalaman air. Suhu perairan berperan
mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Peningkatan suhu menyebabkan
peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba (Koniyo, 2020)
2.2.2. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) adalah jumlah konsentrasi ion Hidrogen (H +) pada


larutan yang menyatakan tingkat keasaman dan kebasaan yang dimiliki. pH
merupakan besaran fisis dan diukur pada skala 0 sampai 14. Bila pH < 7 larutan
bersifat asam, pH > 7 larutan bersifat basa dan pH = 7 larutan bersifat netral
(Hidayat, 2014). Derajat keasaman (pH) dipengaruhi oleh konsentrasi
karbondioksida serta ion–ion bersifat asam atau basa. Fitoplankton dan tanaman
air akan mengambil karbondioksida selama proses fotosintesis berlangsung,
sehingga mengakibatkan pH perairan menjadi meningkat pada siang hari dan
menurun pada malam hari (Rahmawati, 2020)
2.2.3. Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut atau Dissolvred Oxygen (DO) merupakan parameter


kualitas air yang penting dalam penentuan kehadiran makhluk hidup dalam air.
Umumnya konsentrasi DO di suatu perairan akan bersifat sementara atau
musiman dan berfluktuasi dari waktu ke waktu kandungan oksigen akan tertahan
lebih lama dalam air yang dingin (Djoharam, 2018). Oksigen terlarut adalah
oksigen dalam bentuk terlarut di dalam air karena ikan tidak mengambil oksigen
dalam perairan
7

secara difusi langsung dari udara. Tingkat konsumsi oksigen ikan bervariasi
tergantung pada suhu, konsentrasi oksigen terlarut, ukuran ikan, tingkat aktivitas,
waktu setelah pemberian pakan dan lain sebagainya. Tingkat metabolisme juga
bervariasi antar spesies dan dibatasi oleh rendahnya kandungan oksigen yang
tersedia. Pada umumnya, ikan kecil akan mengkonsumsi oksigen per berat badan
lebih banyak dibandingkan ikan besar dari satu spesies (Samsundari, 2013).
2.2.4. Total Suspended Solid (TSS)

Padatan dalam air, termasuk partikel tanah (tanah liat, lumpur, dan pasir),
alga, plankton, dan zat lainnya dengan ukuran berkisar antara 0.004 mm (tanah
liat) sampai 1.0 mm (pasir). TSS paling banyak berasal dari limbah-limbah rumah
tangga, kegiatan industri dan pertanian yang masuk dari berbagai sungai yang
bermuara di perairan. Peningkatan TSS akan meningkatkan kekeruhan yang
selanjutnya menghambat penetrasi cahaya matahari ke dalam kolom perairan.
Kurangnya intensitas cahaya matahari yang masuk ke perairan akibat tingginya
TSS akan menghambat pertumbuhan fitoplankton. Padatan tersuspensi ini juga
bisa berdampak negatif terhadap ekosistem perairan. Jika suatu perairan memiliki
nilai konsentrasi total suspended solid yang tinggi maka semakin rendah nilai
produktivitas perairan tersebut (Wirasatriya, 2011).
2.2.5. Total Padatan Terlarut (TDS)

Total Padatan Terlarut atau Total Dissolved Solids (TDS) adalah


terlarutnya zat padat, baik berupa ion, berupa senyawa, koloid di dalam air. TDS
biasanya disebabkan oleh bahan anorganik yang berupa ion-ion yang biasa
ditemukan di perairan. Bila total zat padat terlarut bertambah maka kesadahan
pada perairan akan naik pula (Sumarno, 2017). Total padatan terlarut (TDS)
mengandung berbagai zat terlarut dalam air berupa zat organik dan anorganik
yang dapat mempengaruhi kekeruhan sebuah perairan, air yang keruh
mengakibatkan cahaya matahari yang masuk ke permukaan perairan berkurang
(Urbasa, 2015).
Nilai TDS dalam perairan biasanya akibat adanya pelapukan batuan,
limpasan dari tanah maupun pengaruh aktivitas antropogenik yang dapat berasal
dari limbah domestik dan industri (Khoiri, 2020). Konsentrasi TDS di perairan
alami tidak bersifat toksik akan tetapi dalam kondisi yang berlebihan
menyebabkan kekeruhan
8

meningkat sehingga dapat menghambat masuknya cahaya matahari ke badan air


yang akan mempengaruhi proses fotosintesis di perairan (Suryono dan Badjoeri,
2013).

2.3. Metode Storet

Metode storet merupakan salah satu metoda untuk menentukan status mutu
air yang umum digunakan. Dengan metoda storet ini dapat diketahui parameter-
parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air. Secara prinsip
metoda storet adalah membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu
air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status mutu air.
Prosedur Penggunaan Penentuan status mutu air dengan menggunakan metoda
storet dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Lakukan pengumpulan data kualitas air dan debit air secara periodik sehingga
membentuk data dari waktu ke waktu (time series data).
2. Bandingkan data hasil pengukuran dari masing-masing parameter air dengan
nilai baku mutu yang sesuai dengan kelas air.
3. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran < baku
mutu) maka diberi skor 0.
4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran >
baku mutu), maka diberi skor :

Tabel 2.1. Penentuan system nilai untuk menetukan status mutu air
Jumlah Nilai Parameter
Contoh
Fisika Kimia Biologi
<10 Maksimum -1 -2 -3
Minimum -1 -2 -3
Rata-rata -3 -6 -9
≥ 10 Maksimum -2 -4 -6
Minimum -2 -4 -6
Rata-rata -6 -12 -18

5. Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status


mutunya dari jumlah skor yang didapat dengan menggunakan sistem nilai.
9

Cara untuk menentukan status mutu air adalah dengan menggunakan


sistem nilai dari “US-EPA (Environmental Protection Agency)” dengan
mengklasifikasikan mutu air dalam empat kelas, yaitu :
(1) Kelas A : baik sekali, skor = 0 (memenuhi baku mutu)
(2) Kelas B : baik, skor = -1 s/d -10 (cemar ringan)
(3) Kelas C : sedang, skor = -11 s/d -30 (cemar sedang)
(4) Kelas D : buruk, skor ≥ -31 (cemar berat)

2.4. PP NO 22 Tahun 2021

PP No 22 Tahun 2021 yaitu mengatur penyelenggaraan perlindungan dan


pengelolaan lingkungan hidup Provinsi atau Kabupaten atau Kota. Dalam
peraturan pemerintah ini yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perkehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan
terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan
mencegah terjadinya pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan
Perlindungan.
Perlindungan dan pengegakan mutu air sebagaimana dimaksud salah
satunya dilakukan terhadap air yang berada di dalam badan air. Badan air
permukaan meliputi sungai, anak sungai dan sejenisnya. Pada lampiran IV PP No
22 Tahun 2021 mempunyai empat kelas untuk baku mutu air sungai dan
sejenisnya. Kelas satu merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
air baku air minum, dana atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas dua merupakan air yang
peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana atau sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dana
tau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut. Kelas tiga merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman, dana tau
peruntukan lain yang mempresyaratkan mutu air yang sama dengan keguanaan
tersebut. Kelas empat
1

merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman


dana tau untuk peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.

2.5. Ikan

Lingkungan perairan adalah faktor penting bagi kelangsungan hidup


organisme akuatik. Ikan adalah organisme yang hidupnya di lingkungan perairan
baik di perairan tawar, payau, maupun laut. Ikan mempunyai berbagai macam
jenis dengan morfologi dan karakteristik tubuh yang berbeda-beda. Perubahan
kondisi lingkungan selalu terjadi karena pengaruh aktivitas manusia atau
perubahan alam. Kondisi lingkungan yang tidak stabil berpengaruh terhadap
perubahan organisme akuatik baik secara langsung maupun tidak langsung
(Braga, 2017).
Ikan air tawar merupakan vertebrata yang memiliki habitat di perairan
tawar. Ikan merupakan hewan berdarah dingin dengan ciri khas mempunyai
tulang belakang, insang dan sirip serta memiliki bentuk tubuh yang unik dan
bervariasi. Ikan air tawar hidup di habitat yang berbeda-beda seperti sungai,
danau, rawa, dan kolam. Umumnya ikan air tawar dapat hidup dalam kisaran suhu
optimal antara 28°C - 32°C (Maniagasi, 2013).
Pengaruh kegiatan dari manusia atau faktor alami lain yang dapat
mengubah kualitas dan kondisi perairan sungai akan berdampak pada kehidupan
ikan. Perubahan kualitas air baik sifat fisika atau kimia dapat mempengaruhi
keberadaan komunitas ikan. Keadaan ini mengakibatkan perubahan
keanekaragaman spesies ikan yang terdapat pada komunitas ikan serta ekosistem
di sungai dari waktu ke waktu (Aprilliyani dan Rahayuningsih, 2020).
BAB 3. RENCANA KERJA PRAKTIK

3.1. Tempat dan Waktu

Praktik Kerja Lapang akan dilaksanakan selama 1 bulan pada tanggal 18


September 2023 sampai dengan 18 Oktober 2023 dan bertempat di Laboratorium
Kualitas Air Balai Teknik Rawa Jl. Gatot Subroto No.6, Kebun Bunga, Kec.
Banjarmasin Tim., Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan 70235 dapat dilihat
pada Gambar 3.1

Gambar 3.1. Tempat Lokasi Praktik Kerja Lapang di Balai Teknik Rawa

Rencana Jadwal kegiatan Praktik Kerja Lapang di Laboratorium Balai


Teknik Rawa pada Tabel 3.2.

11
1

Tabel 3.1. Rencana Jadwal Kegiatan Praktik Kerja Lapang


No Kegiatan Waktu Keterangan
A. PRA PRAKTIK KERJA LAPANG
1. Penetapan Pembimbing 1 September 2023 Program Studi
dan Fakultas
2. Survey Lokasi PKL 2 September 2023 Mahasiswa
3. Pembekalan PKL 6 September 2023 Panitia PKL dan
Mahasiswa
4. Penyusunan dan konsultasi 6 September – 18 Pembimbing dan
proposal kegiatan PKL September 2023 Mahasiswa
B. OPERASIONAL PRAKTIK KERJA LAPANG
1. Pelaksanaan PKL 18 September – 18 Mahasiswa
Oktober 2023
C. PASCA PRAKTIK KERJA LAPANG
1. Penyusunan Laporan dan 23 Oktober – 24 Pembimbing PKL
Konsultasi November 2023 dan Mahasiswa
2. Ujian dan Perbaikan Praktik 27 November – 29 Mahasiswa
Kerja Lapang Desember
3. Pengumpulan Laporan 12 Januari 2024 Mahasiswa
Praktik Kerja Lapang

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat

Alat–alat yang digunakan untuk penelitian dapat dilihat pada tabel 3.4.

Tabel 3.2. Alat


No. Alat Kegunaan
1. Eutech Mengukur pH dan DO
2. Horiba U-52 Mengukur Suhu dan Kekeruhan
3. Botol Sampel Sebagai penampung sampel
4. Lakban Menulis titik titik pada botol sampel
5. Water Sampler Horizontal Untuk pengambilan sampel air di
sungai
7. Oven Melakukan sterilisasi alat
8. Vacum pump Menghilangkan udara dan gas lainnya
dalam ruang hampa udara
9. Desikator Menurunkan suhu akibat pemanasan
pada suhu tinggi selama berada di
oven
10. Gelas ukur 100 ml Untuk sampel bahan cair
11. Glass Microfiber Filters Untuk menguji kadar TSS
12. Water bath Untuk menguapkan zat larutan
1

3.2.2. Bahan

Bahan–bahan yang digunakan untuk penelitian terdapat pada tabel 3.5.

Tabel 3.3. Bahan


No. Bahan Kegunaan
1. Aquades Membersihkan alat-alat laboratorium
2. Sampel air Sampel yang akan di uji

3.3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada Praktik Kerja Lapang ini terdiri dari 3 (tiga) metode

yaitu:

1. Metode Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan


pengamatan tentang keadaan yang ada di lapangan. Observasi adalah prosedur
yang terencana, yang meliput: melihat, dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas
tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo,
2018). Observasi yang dilakukan mengarah kepada pengukuran kualitas air
sungai dengan parameter suhu, pH, DO, TSS dan TDS. Dengan melakukan
observasi, penulis menjadi lebih memahami tentang subjek dan objek yang
sedang diteliti.

2. Metode Wawancara
Wawancara merupakan percakapan yang berlangsung secara sistematis
dan terorganisasi yang dilakukan oleh peneliti sebagai pewawancara dengan
sejumlah staff analis kualitas air sebagai responden atau yang diwawancarai.
Wawancara pada Praktik Kerja Lapang ini dilakukan secara langsung, dimana
peneliti bertanya langsung kepada staff yang bersangkutan untuk mendapatkan
informasi yang lebih akurat tentang topik penelitan yaitu analisis kualitas air
Sungai Veteran Banjarmasin.

3. Metode partisipasi Aktif


Metode partisipasi aktif adalah keterlibatan dalam suatu kegiatan yang
dilakukan secara langsung di lapangan maupun di kantor. Partisipasi aktif ialah
1

peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh narasumber. Metode


partisipasi aktif pada kegiatan Praktik Kerja Lapang ini berupa keikutsertaaan
mahasiswa pada setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh Balai Teknik Rawa
Banjarmasin.

Gambar 3.2. Peta Lokasi Pengambilan Sampel


Titik pengambilan sampel di Sungai Veteran dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Titik Pengambilan Sampel


Titik Pengamatan Lokasi Koordinat Uraian
Titik I Jl. Veteran (Depan Candi 3°19’11.15°S Hulu
Natha Agung) 114°37’4.85”E
Titik II Jl. Veteran (Pasar 3°19’12.42”S Tengah
Batuah) 114°36’34.32”E
Titik III Jl. Veteran (Depan Kimia 3°19’14.03”S Hilir
Farma) 114°35’48.08”E

Pengambilan sampel air di Sungai Veteran dilakukan pada tiga titik di


lapangan (in situ) yaitu parameter suhu, pH dan DO. Pengukuran di
Laboratorium Kualitas Air Balai Teknik Rawa (exsitu) yaitu parameter TSS dan
TDS. Penentuan lokasi dan titik pengukuran parameter kualitas air ditetapkan
secara purporsive yang mengacu pada lokasi pengambilan sampel air agar bisa
mewakili kondisi lokasi Sungai Veteran.
1

Pengambilan sampel air pada Sungai Veteran dilakukan sebanyak 4


(empat) kali dalam satu bulan yaitu pengukuran satu tanggal 26 September
2023 dilakukan waktu pagi hari saat kondisi air sungai pasang, pengukuran dua
tanggal 02 Oktober 2023 dilakukan waktu sore hari saat kondisi air sungai
surut, pengukuran tiga tanggal 05 Oktober 2023 dilakukan pagi hari saat
kondisi air sungai pasang dan pengukuran empat tanggal 09 Oktober 2023
dilakukan sore hari saat kondisi air sungai surut.

3.4. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan sebuah proses manipulasi data menjadi


sebuah informasi. Kumpulan data yang awalnya tidak memiliki informasi yang
dapat disimpulkan jika dilakukan proses pengolahan data maka akan
menghasilkan informasi yang mudah dipahami oleh pembaca. Pengolahan data
pada penelitian PKL disajikan dalam bentuk tabulasi data. Dara kualitas air sungai
Veteran yang didapatkan dari hasil pengumpulan data sampel dari waktu kewaktu.
Metode pengolahan data yang digunakan pada kegiatan PKL ini yaitu metode
storet dan penentuan status baku mutu berdasarkan PP No 22 Tahun 2021 untuk
kelayakan hidup ikan.
Penentuan status mutu air untuk mengetahui tingkat pencemaran Sungai
Veteran yaitu menggunakan metode storet dilakukan langkah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data kualitas air Sungai secara periodik sehingga membentuk
data dari waktu ke waktu ( Time series data)
2. Bandingkan data hasil pengukuran dari masing-masing parameter air dengan
nilai baku mutu yang sesuai dengan kelas air.
3. jika hasil pengukuran memenuhi baku mutu air (hasil pengukuran < baku mutu)
maka diberi skor 0
4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air ( hasil pengukuran >
baku mutu) maka diberi skor sesuai penentuan sistem nilai.
5. Jumlah negative dari seluruh parameter dihitung dan di tentukan status mutunya
dari jumlah skor yang didapat dengan menggunakan sistem nilai.
Berdasarkan PP No 22 Tahun 2021 kelas dua untuk mengetahui kadar
kualitas air Sungai Veteran bagi kelayakan hidup ikan. Metode yang digunakan
1

yaitu dengan cara membuat tabulasi hasil data parameter yang digunakan
kemudian membandingkan hasil data parameter fisika dan kimia seperti suhu,pH,
DO, TSS dan TDS yang sudah didapat dari hasil pengukuran dengan baku mutu
PP No 22 Tahun 2021 kelas dua untuk mengetahui data-data parameter tersebut
sesuai peruntukannya.

3.4. Program Kerja

Program Kerja yang akan dilaksanakan terdapat pada tabel 3.5.

Tabel 3.5. Jadwal Kegiatan Praktik Kerja Lapang di Balai Teknik Rawa
Minggu Minggu Minggu Mingu
Kegiatan
No ke-1 ke-2 ke-3 Ke-4
Hari ke- 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3
1 Pengenalan staff
instansi Praktik
Kerja Lapang
2 Diskusi
rencana
Praktik Kerja
Lapang
3 Kegiatan persiapan
sampling
5 Kegiatan
Pelaksanaan
Sampling
6 Kegiatan
Pengolahan Data
7 Penutupan
Praktik Kerja
Lapang
DAFTAR PUSTAKA

Aprilliyani, Ela Puji, and Margareta Rahayuningsih. 2020. Keanekaragaman


Spesies Ikan Sebagai Bioindikator Kualitas Perairan di Sungai
Kaligarang Kota Semarang. Life Science 9.1 (2020): 1-10.
Braga ES Azevedo JS, Oliveira AL, Favaro DIT. 2017. Trace elements
and nuclear abnormalities in fish species of two brazilianestuarine
regions an attempt to increase the matrix for environmental monitoring.
Journal of Aquaculture and Marine Biology. 6(2) : 1-11.
Djoharam, Veybi, Etty Riani, and Mohamad Yani. 2018. Analisis kualitas air dan
daya tampung beban pencemaran sungai pesanggrahan di wilayah
provinsi DKI Jakarta. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan
Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental
Management) 8.1 (2018): 127-133.
Ernawati, N. M., & Dewi, A. P. W. K. 2016. Kajian Kesesuaian Kualitas Air
Untuk Pengembangan Keramba Jaring Apung Di Pulau Serangan, Bali.
Ecotrophic, 10(1), 75-80.
Hidayat Ihsanto E, S. (2014), Rancang Bangun Sistem Pengukuran pH Meter
dengan Menggunakan Mikrokontroller Arduino Uno. Jurnal Teknik
Elektro, 3(5) : 139-146.
Irfannur, I., & Khairan, K. 2021. Analisis Parameter Fisika Kimia Kualitas
Perairan di Sungai Krueng Mane Aceh Utara. Arwana: Jurnal Ilmiah
Program Studi Perairan, 3(1), 16-23.
Junaidi M. Affan. 2012. Identifikasi Lokasi untuk Pengembangan Budidaya
Keramba Jaring Apung (KJA) Berdasarkan Faktor Lingkungan dan
Kualitas Air di Perairan Pantai Timur Bangka Tengah. Depik, 1(1):78-
85. April 2012. ISSN 2089-7790
Khoiri, M., & Mauludiyah, N. 2020. Analisa Dampak Pembuangan Limbah
Pengolahan Tepung Ikan Terhadap Kualitas Air Sungai dan Ekosistem
Mangrove di Sungai Kalimireng, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik.
Jurnal Teknik Lingkungan, 5(2), 91-97.
Koniyo, Yuniarti. 2020. Analisis Kualitas Air Pada Lokasi Budidaya Ikan Air
Tawar di Kecamatan Sumawa Tengah. Jurnal Technopreneur 8(1), 52 –
58.
Rochyani, N. 2018. Analisis Karakteristik Lingkungan Air dan Kolam dalam
Mendukung Budidaya Ikan. Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya
Perairan, 13(1): 51-56.
Siahaan, R., Indrawan, A., Soedharma, D., & Prasetyo, L. B. (2011). Kualitas
Air Sungai Cisadane, Jawa Barat - Banten. Jurnal Ilmiah Sains, 15(1),
268.
Pramana, R. (2018). Perancangan Sistem Kontrol dan Monitoring Kualitas Air
dan Suhu Air Pada Kolam Budidaya Ikan. Jurnal Sustainable: Jurnal Hasil
Penelitian Dan Industri Terapan, 7(1), 13–23.
Lampiran 1 . Peta Lokasi Praktik Kerja Lapang

Anda mungkin juga menyukai