Anda di halaman 1dari 18

1

MODUL PERKULIAHAN

Analisis Biaya
(Anbi)
Topik :
Pencatatan Akuntansi

Abstract Kompetensi
Modul ini mencakup pengertian dan Mahasiswa diharapkan mampu
bagaimana metode pencatatan dan memahami dan dpt menjelaskan
proses akuntansi serta metode kalkulasi kembali metode pencatatan dan proses
kartu besar FIFO, LIFO dan metode akuntansi serta metode kalkulasi kartu
rata-rata yg dpt diaplikasikan pd biaya besar FIFO, LIFO dan metode rata-rata
produksi baik pd industri manufaktur yg dpt diaplikasikan pd biaya produksi
maupun jasa. baik pd industry manufaktur maupun
jasa.

1. Tujuan Pembelajaran
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Teknik Teknik Industri 160203 Ir Muhammad Kholil, MT.,Ph.D,IPU

02
1. Pentingnya mengetahui metode pencatatan akuntansi
2. Mengetahui arti dan manfaat dari proses akuntansi
3. Memahami metode kalkulasi baik FIFO maupun LIFO.
4. Memahami metode rata-rata dlm aplikasi pd biaya produksi.

2. Pendahuluan
2.1 Pendahuluan Proses Akuntansi
Proses akuntansi dapat dianalogikan sebagai sebuah alur dimulai dari transaksi yang
memiliki bukti berupa kwitansi, faktur, bon, ataupun memo. Segala hal yang berkaitan
dengan debit ataupun kredit sebuah perusahaan harus tercatat dalam buku besar.
Akan tetapi perusahaan yang sudah besar tentunya memiliki banyak jumlah transaksi.
Oleh sebab itu sebelum masuk ke dalam buku besar, maka transaksi masuk ke dalam
buku jurnal.

Bukti Buku Buku Laporan


jurnal besar biaya
transaksi

Buku

pembantu

1. Pencatatan Akuntansi
Setiap transaksi perusahaan dapat dianalisa dan dicatat berdasarkan efeknya terhadap
persamaan akuntansi. Sehingga terlihat transaksi mana sebagai penambah atau
pengurang atas jenis harta, utang atau modal. Cara ini kurang praktis untuk perusahaan
menengah dan besar, karena:
- Membutuhkan kertas yang lebar dan panjang.
- Risiko salah karena kertas lebar dan panjang.
- Tidak dapat memperoleh informasi pada saat dibutuhkan.
- Tidak dapat menyusun laporan keuangan tanpa mengadakan catatan tersendiri untuk
tiap jenis harta, utang, modal, pendapatan dan biaya.
Untuk mengatasi itu disediakan satu formulir tempat pencatatan penambahan dan
pengurangan masing-masing jenis harta, utang, modal, pendapatan dan beban yang
disebut ”perkiraan” atau ”rekening” atau ”account”. Kumpulan semua perkiraan dalam
perusahaan disebut ”buku besar” atau ”ledger”.

2021_MK.01 Analisis Biaya


2 Ir Muhammad Kholil, MT.Ph.D.,IPU
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Setiap transaksi dalam perusahaan harus ditulis dalam bukti berupa kwitansi, faktur,
dsb. Semua bukti ini bisa langsung dicatat dalam perkiraan buku besar. Tapi untuk
mengurangi kemungkinan kesalahan dalam mencatat bukti ke dalam buku besar,
maka bukti penerimaan dan pengeluaran itu harus dicatat dulu dalam ”jurnal umum”
atau ”buku harian”.

3. Landasan Teori
3.1 Definisi Akuntansi Biaya

a. Jurnal Umum
Sebagai tempat pertama pencatatan bukti-bukti pembukuan adalah jurnal umum. Disini
ditentukan perkiraan yang harus di debit dan yang harus di kredit serta keterangan singkat
atas transaksi. Sehingga dapat digunakan sebagai sumber informasi bila diperlukan
sewaktu-waktu.
Bentuk jurnal umum
Jurnal Umum Halaman
Tanggal Perkiraan dan keterangan Reff Debit Kredit

2010

Jan 1 Kas Rp.300.000 00

Modal Rp. 300.000 00

Investasi pertama dg
uang tunai

Keterangan:
Tanggal:
- Ditulis tanggal terjadinya transaksi sesuai tanggal bukti pembukuan
- Pencatatan dilakukan secara kronologis
Perkiraan dan keterangan:
- Perkiraan yang harus di debit dan yang harus di kredit
- Perkiraan yang harus di debit ditulis lebih dahulu (di atas) berdekatan dengan garis
vertikal tanggal.
- Perkiraan yang harus di kredit ditulis di bawah sebelah kanan
- Dibawah perkiraan yang harus di kredit ditulis keterangan singkat tentang transaksi
bersangkutan.
Referensi:

2021_MK.01 Analisis Biaya


3 Ir Muhammad Kholil, MT.Ph.D.,IPU
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
- Selama jumlah yang tercatat dalam jurnal belum diposting (dimasukkan) ke perkiraan
dalam buku besar, kolom referensi tetap kosong.
- Jika sudah masuk buku besar, kolom ii diisi nomor tiap perkiraan.
Debit
- Ditulis jumlah yang harus dicatat atas perkiraan yang harus di debit
Kredit
- Ditulis jumlah yang harus dicatat atas perkiraan yang harus di kredit
Halaman
- Nomor ini akan dicatat dalam kolom referensi perkiraan dalam buku besar.
Catatan:
- Setiap bukti pembukuan diadakan jurnal tersendiri yang terpisah dengan pos jurnal
lainnya. Terpisah dengan jurnal bukti pembukuan, walaupun tanggalnya sama.
Sebagai tanda pemisahan dibuat garis horizontal pada lajur perkiraan dan keterangan.
- Tidak selamanya setiap jurnal terdapat perkiraan yang di debit satu yang di kredit satu,
bisa saja lebih dari satu. Tapi setiap jurnal total debit dengan total kredit harus sama.
- Bila halaman pertama jurnal telah penuh, maka jurnal diteruskan ke halaman
berikutnya.
Pedoman pencatatan transaksi dalam jurnal umum:
- Kelompok harta:
 Bila harta bertambah maka dicatat debit.
 Bila harta berkurang maka kredit.
- Kelompok utang:
 Bila utang bertambah maka dicatat kredit.
 Bila utang berkurang maka di debit.
- Kelompok modal:
 Bila modal bertambah maka di kredit.
 Bila modal berkurang maka di debit.
- Kelompok pendapatan:
 Bila pendapatan bertambah maka di kredit.
 Bila pendapatan berkurang maka di debit.
- Kelompok beban:
 Bila beban bertambah maka di debit.
 Bila beban berkurang maka di kredit.
b. Buku Besar (Lajur Umum)
Buku besar atau lejer adalah kumpulan perkiraan yang terdapat dalam akuntansi suatu
perusahaan. Untuk tiap jenis harta, utang modal, pendapatan dan beban usaha dibuka

2021_MK.01 Analisis Biaya


4 Ir Muhammad Kholil, MT.Ph.D.,IPU
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
satu perkiraan atau rekening (account). Untuk suatu perusahaan mungkin akan terdapat
dalam buku besar perkiraan: kas, piutang, persediaan barang, suplai, peralatan kantor,
piutang dagang, utang wesel, modal ..., pendapatan ..., beban …, dll. Makin besar
perusahaan, maka perkiraan dalam buku besar akan makin banyak yang akan dibuka.
Dalam penyusunan perkiraan dalam buku besar dapat juga perusahaan membuat
dalam bentuk kartu. Satu perkiraan, satu kartu. Nomor kartu disesuaikan dengan nomor
urut perkiraan. Sehingga pencarian tiap perkiraan dari kotak jadi lebih lebih cepat.
Bentuk perkiraan dalam buku besar:
 Bentuk skontro (dua lajur jumlah); disini sisi kiri disebut ”debit” dan sisi kanan disebut
”kredit. Ada dua jalur jumlah yaitu sisi kiri dan sisi kanan.
Contoh:
Nama perkiraan: ............
No. Debit .......... Kredit No.
Tanggal Keterangan Ref. Debit Tanggal Keterangan Ref. Kredit

 Bentuk empat lajur jumlah; lajur tanggal, keterangan, referensi baik untuk debit
maupun kredit adalah satu. Lajur jumlah debit dan kredit berdekatan. Begitu juga
lajur saldo dibagi dua yaitu saldo debit dan saldo kredit.

Contoh:
............ (Nama perkiraan) No. Perkiraan …
Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit Saldo

Debit Kredit

- Bentuk lainnya

Contoh:
............ (Nama perkiraan) No. ….
Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit Saldo

2021_MK.01 Analisis Biaya


5 Ir Muhammad Kholil, MT.Ph.D.,IPU
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
D/K Jumlah

Penjelasan:
 Tanggal, keterangan, referensi, debit dan kredit, pengisiannya sama dengan bentuk skontro maupun
empat lajur.
 D/K saldo; bila debit lebih besar daripada kredit, maka di kolom D/K ditulis D, berarti saldo adalah saldo
debit. Bila debit lebih kecil daripada kredit, maka di kolom D/K ditulis K, berarti saldo adalah saldo kredit.
Setelah posting dari jurnal umum ke buku besar diadakan, maka selanjutnya disusun ”neraca saldo”

NERACA SALDO
No. Nama perkiraan Debit Kredit
perkiraan

Contoh:
NERACA SALDO
No. perkiraan Nama perkiraan Debit Kredit

Kas

piutang,

persediaan barang,

suplai,

peralatan kantor,

piutang dagang,

utang wesel,

modal ...,

pendapatan ...,

beban

2. Metode Kalkulasi

2021_MK.01 Analisis Biaya


6 Ir Muhammad Kholil, MT.Ph.D.,IPU
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Metode pancatatan persediaan barang. Terdapat dua metode pencatatan persediaan
barang yaitu metode fisik dan buku (Perpectual).

A. Metode Fisik
Metode ini mengharuskan adanya perhitungan barang yang masih ada pada tanggal
penyusunan laporan keuangan. Dalam metode ini tidak diikuti dengan mutasi
persediaan, setiap pembelian langsung dicatan dalam rekening pembelian. Karena
tidak ada catatan mutasi persediaan barang maka harga pokok penjualan juga tidak
dapat diketahui sewaktu-waktu.
Perhitungan harga pokok penjualan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Persediaan barang awal Rp. xxx
Pembelian Netto xxx(+)
Tersedia untuk dijual Rp. xxx
Persediaan barang akhir xxx(-)
Harga pokok penjualan xxx
B. Metode buku (Perpectual)
Dalam metode ini setiap jenis persediaan dibuatkan rekening sendiri-sendiri yang
merupakan buku pembantu persediaan, maka setiap terjadi pembelian barang maka
selalu diikuti dengan mutasi persediaan.

Potongan pembelian
Potongan pembelian merupakan suatu kondisi di mana pemasok memberikan
potongan harga. Hal tersebut dapat dikarenakan adanya perjanjian atau penawaran
khusus. Potongan pembelian umumnya bersyarat dalam kondisi yang disepakati
seperti apabila pelunasan langsung dalam rentang waktu yang ditentukan. Potongan
pembelian tersebut harus dicatat dalam jurnal pembelian karena akan berpengaruh
pada harga pokok dan laporan keuangan. Terdapat dua acara untuk mencatat
potongan pembelian yaitu pembelian dicatat dengan harga bruto dan pembelian
dicatat dengan harga netto. Berikut merupakan ilustrasi pentatan jurnal dengan
potongan pembelian :

Pada tanggal 1 Agustus 2020, ada pembelian seharga Rp500.000,00. Syarat pembayaran
dalam transaksi tersebut adalah 2/10, n/30. Kemudian, utang dibayarkan pada tanggal 10
Agustus 2020 sehingga ada potongan pembelian sebesar 2%.

1. Catatan pembelian dengan harga bruto

2021_MK.01 Analisis Biaya


7 Ir Muhammad Kholil, MT.Ph.D.,IPU
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Tanggal Keterangan Debit Kredit
1 Agt 2020 Pembelian Rp500.000,0
0
Utang Rp500.000,0
0
10 Agt Utang Rp500.000,0
2020 0
Potongan pembelian Rp10.000,00
Kas Rp490.000,0
0

Potongan pembelian senilai 2% yaitu Rp10.000,00 diberikan karena perusahaan melunasi


sebelum tanggal 10 Agustus 2020. Namun apabila pelunasan melunasi setelah tanggal 10
Agustus 2020, maka tidak ada potongan pembelian.

2. Catatan pembelian dengan harga netto


Tgl Utang Dicatat Utang Dicatat Bruto
Netto
1 Agt 2020 Pembelian Rp490.000,0 Pembelian Rp490.000,0
0 0
Utang Rp490.000,0 Cadangan Potongan Rp10.000,00
0 Pembelian
Utang Rp500.000,0
0
10 Agt Utang Rp490.000,0 Utang Rp500.000,0
2020 0 0
Kas Rp490.000,0 Cadangan Potongan Rp10.000,00
0 Pembelian
Kas Rp490.000,0
0

Dua contoh diatas merupakan contoh pencatatan potongan pembelian dalam jurnal.
Keduanya sama-sama benar selama potongan pembelian diberikan setelah memenuhi
syarat tertentu.
Sebagai catatan, beberapa metode penghitungan yang ada dalam ilustrasi pembelian di
atas definisinya adalah:
 2/10, n/30
Potongan pembelian ini berarti potongan yang diberikan adalah 2% dan dihitung dari harga
faktur untuk periode pembayaran selama 10 hari setelah tanggal faktur
 2/10, 1/15, n/30

2021_MK.01 Analisis Biaya


8 Ir Muhammad Kholil, MT.Ph.D.,IPU
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Potongan pembelian berikutnya berarti potongan sebesar 2% diberikan dalam waktu 10
hari setelah tanggal faktur. Sementara untuk pembayaran 10 hari dan tidak lewat dari 15
hari, ada potongan sebanyak 1%. Pembayaran wajib dilakukan dalam batas waktu 30 hari
setelah faktur dibuat.

Metode Penilaian Persediaan


Terdapat beberapa metode penilaian persediaan barang yang sering digunakan sering
digunakan yaitu:

1. Harga perolehan rata-rata (Average)


Metode ini di dasarkan pada anggapan bahwa barang yang tersedia untuk dijual seolah-
olah homogen. Misalnya terdapat data transaksi sebagai berikut :
Keterangan Unit Harga/Unit Total HargaPerolehan
1/1 Persediaanawal 80 Rp. 15 Rp 1.200
14/1 Pembelian 90 Rp. 20 Rp 1.800
15/1 Pembelian 120 Rp. 22 Rp 2.640
290 Rp 5.640
Dalam metode Rata-Rata (Average), nilai rata-rata yang didapat adalah Rp 19,45 yang di
dapat dari perhitungan Rp 5.640/290 unit. Jika misalnya ada 200 unit yang terjual, maka
nilai persediaan akhir dari metode Rata-Rata (Average) adalah:
Barang tersedia untuk dijual (290 unit) = Rp. 5.640
Harga Pokok barang yang dijual (200xRp.19,45) = Rp. 3.890-
PersediaanAkhir = Rp. 1.750

2. FIFO (First In First Out)


Metode ini menganggap barang yang dibeli pertama kali dijual terlebih dahulu. Hal ini
berarti harga perolehan barang yang dijual adalah harga perolehan yang pertama dibeli.
Misalnya, barang yang tersedia untuk dijual sebanyak 290 unit, akan dijual sebanyak 200
unit, maka nilai persediaan akhir adalah:
Tanggal Unit Harga Pokok/Unit Total HargaPokok
1/1 80 Rp. 15 Rp. 1.200
14/1 90 Rp. 20 Rp. 1.800
15/1 30 Rp. 22 Rp. 660
200 Rp 3.660
Maka nilai persediaan akhir dari metode FIFO (First In First Out) adalah:
Barang tersedia untuk dijual = Rp. 5.640
Harga Pokok Penjualan = Rp. 3.660-

2021_MK.01 Analisis Biaya


9 Ir Muhammad Kholil, MT.Ph.D.,IPU
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
PersediaanAkhir = Rp. 1.980

3. LIFO (Last In First Out)


Metode LIFO adalah kebalikan dari metode FIFO. Metode ini beranggapan bahwa barang
yang dibeli terakhir akan dijual atau dikeluarkan terlebih dahulu. Persediaan akhir
menggunakan harga pokok barang yang dibeli terlebih dahulu. Metode ini sering disebut
masuk terakhir keluar pertama. Misalnya, barang yang tersedia untuk dijual sebanyak 290
unit, akan dijual sebanyak 200 unit, maka nilai persediaan akhir adalah:

Tanggal Unit Harga Pokok/Unit Total Harga Pokok


15/1 120 Rp. 22 Rp. 2.640
14/1 80 Rp. 20 Rp. 1.600 +
200 Rp. 4.240
Maka nilai persediaan akhir dari metode LIFO (Last In First Out) adalah:
Barang tersedia untuk dijual = Rp. 5.640
Harga Pokok Penjualan = Rp. 4.240-
Persediaan Akhir = Rp. 1.400

Perhitungan diatas merupakan contoh transaksi yang masih sederhana. Sedangkan pada
praktiknya transaksi yang dilakukan dalam suatu perusahaan sangat banyak dan sangat
terpengaruhi pada urutan pembelian dan penjualannya. Berikut adalah contoh perhitungan
dengan menggunakan metode Rata-rata, FIFO dan LIFO dalam bentuk data yang
transaksi beberapa bulan :

PT. IOP merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang mebel memiliki data
pembelian dan penjualan untuk produk kursi sebagai berikut :

Kuantitas Harga
Tanggal Keterangan
(unit) (Rp)
Persediaan
01-Jan 50 50.000
awal
07-Feb Pembelian 150 60.000
06-Mar Penjualan 50 75.000
14-Apr Penjualan 50 75.000
08-May Pembelian 50 65.000
06-Jun Penjualan 100 80.000
04-Jul Pembelian 150 62.500
03-Aug Penjualan 50 80.000

2021_MK.01 Analisis Biaya


10 Ir Muhammad Kholil, MT.Ph.D.,IPU
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
12-Sep Penjualan 100 85.000
05-Oct Pembelian 50 65.000

Dari data diatas terlihat 10 periode dengan transaksi yang berbeda-beda setiap blenny.
Perhitungan persediaan akhir dapat dilakukan menggunakan ketiga metode yang telah
disebutkan dengan bantuan tabel.

Penyelesaian dengan metode rata – rata :


Pembelian Harga Pokok Penjualan Persediaan
Harga/ Total Harga/ Total Harga/ Total
Tanggal
Unit Unit Harga Unit Unit Harga Unit Unit Harga
(Rp)* (Rp)* (Rp)* (Rp)* (Rp)* (Rp)*
01-Jan - - - - - - 50 50 2.500
07-Feb 150 60 9.000 - - - 200 55 11.000
06-Mar - - - 50 55 2.750 150 55 8.250
14-Apr 0 0 0 50 55 2.750 100 55 5.500
08-May 50 65 3.250 - - - 150 60 9.000
06-Jun - - - 100 60 6.000 50 60 3.000
04-Jul 150 63 9.375 - - - 200 61 12.250
03-Aug - - - 50 61 3.063 150 61 9.188
12-Sep - - - 100 61 6.125 50 61 3.063
05-Oct 50 65 3.250 - - - 100 63 6.313
Total
800 - 99.500 700 - 82.750 200 - 6.313
Akhir

Penyelesaian dengan FIFO :


Pembelian Harga Pokok Penjualan Persediaan
Harga/ Total Harga/ Total Harga/ Total
Tanggal
Unit Unit Harga Unit Unit Harga Unit Unit Harga
(Rp)* (Rp)* (Rp)* (Rp)* (Rp)* (Rp)*
01-Jan - - - - - - 50 50 2.500
150 60 9.000 - - - 50 50 2.500
07-Feb
- - - - - - 150 60 9.000
06-Mar - - - 50 50 2.500 150 60 9.000
14-Apr - - - 50 60 3.000 100 60 6.000
50 65 3.250 - - - 100 60 6.000
08-May
- - - - - - 50 65 3.250
06-Jun - - - 100 60 6.000 50 65 3.250

2021_MK.01 Analisis Biaya


11 Ir Muhammad Kholil, MT.Ph.D.,IPU
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
150 63 9.375 - - - 50 65 3.250
04-Jul
- - - - - - 150 63 9.375
03-Aug - - - 50 65 3.250 150 63 9.375
12-Sep - - - 100 63 6.250 50 63 3.125
50 65 3.250 - - - 50 63 3.125
Oct-20
- - - - - - 50 65 3.250

Total Akhir 400 - 49.250 350 - 42.000 100 - 6.375

Penyelesaian dengan LIFO :


Pembelian Harga Pokok Penjualan Persediaan
Harga/ Total Total Total
Tanggal Harga/ Harga/Unit
Unit Unit Harga Unit Harga Unit Harga
Unit (Rp)* (Rp)*
(Rp)* (Rp)* (Rp)* (Rp)*
01-Jan - - - - - - 50 50 2.500
150 60 9.000 - - - 50 50 2.500
07-Feb
- - - - - - 150 60 9.000
- - - 50 60 3.000 50 50 2.500
06-Mar
- - - - - - 100 60 6.000
- - - 50 60 3.000 50 50 2.500
14-Apr
- - - - - - 50 60 3.000
50 65 3.250 - - - 50 50 2.500
08-May - - - - - - 50 60 3.000
- - - - - - 50 65 3.250
- - - 50 65 3.250 50 50 2.500
06-Jun
- - - 50 60 3.000 0 0 0
150 63 9.375 - - - 50 50 2.500
04-Jul
- - - - - - 150 63 9.375
- - - 50 63 3.125 50 50 2.500
03-Aug
- - - - - - 100 63 6.250
12-Sep - - - 100 63 6.250 50 50 2.500
50 65 3.250 - - - 50 50 2.500
Oct-20
- - - - - - 50 65 3.250
Total
800 - 98.500 700 - 86.500 200 - 5.750
Akhir

Pengawasan Persediaan
Pengertian pengawasan persediaan adalah suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan
komposisi, sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dan penjualan
serta kebutuhan-kebutuhan pembelanjaan perusahaan secara efektif dan efisien.
Adapn tujuan Pengawasan Persediaan sebagai berikut :

2021_MK.01 Analisis Biaya


12 Ir Muhammad Kholil, MT.Ph.D.,IPU
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
 Menyediakan persediaan yang dibutuhkan dengan efisiensi dan dapat menghindari
terganggunya kegiatan perusahaan karena keterlambatan datangnya persediaan.
 Menjamin adanya persediaan yang cukup untuk melayani permintaan pelanggan
yang bersifat mendadak.
 Menyelenggarakan jumlah persediaan yang agak longgar untuk menghadapi
kelangkaan penawaran barang dipasar dalam jangka pendek karena faktor-faktor
tertentu.
 Menyelenggarakan penyimpanan bahan yang dapat menekan biaya dan waktu
serta menjaga kemungkinan kebakaran, penyelewengan dan bentuk kerugian
lainnya.
 Menjaga agar persediaan yang rusak, using dan kelebihan yang tidak dipakai dapat
ditekan serendah mungkin.
 Menentukan jumlah investasi dan dana yang tepat dalam persediaan dan sesuai
kebutuhan untuk operasi dan rencana manajemen.
Pengawasan terhadap persediaan dapat digolongkan menjadi 3 bagian yaitu :
1. Pengawasan fisik
Karena persediaan merupakan benda berwujud, sehingga persediaan harus disimpan
pada tempat penyimpanan yang aman dari segala macam gangguan seperti pencurian,
pengaruh suhu dan dan lain-lain. Perusahaan yang baik akan menugaskan orang-orang
yang dapat dipercaya untuk bertanggung jawab terhadap keamanan gudang serta
mengansuransikan persediaan resiko kebakaran dan sebagainya.
2. Pengawasan akuntansi
Pengawasan akuntansi timbul karena adanya pemusatan tugas dan wewenang serta
tanggung jawab antara petugas dibidang pencatatan, penyimpanan dan operasi.
Pengawasan akuntansi terhadap persediaan meliputi:
 Perlindungan terhadap harta kekayaan perusahaan berupa persediaan bahan baku
maupun persediaan produksi/bahan jadi.
 Melakukan pencatatan yang pantas atau wajar untuk penerimaan dan pemakaian
atau penjualan persediaan serta menjaga agar arus barang berjalan dengan
sebaik-baiknya, yang dimulai dari proses produksi sampai menjadi barang yang
siap dipasarkan.
3. Pengawasan jumlah yang dibutuhkan
Pengawasan ini penting agar perusahaan terhindar resiko kekurangan dan kelebihan
jumlah persediaan. Kekurangan persediaan yang menyebabkan terganggunya operasi
perusahaan, sedangkan persediaan yang terlalu besar menyebabkan biaya penyimpanan

2021_MK.01 Analisis Biaya


13 Ir Muhammad Kholil, MT.Ph.D.,IPU
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
yang terlalu besar pula. Untuk menentukan berapa besar jumlah yang dibutuhkan ada
beberapa kebijakan umum yang biasa digunakan:
a. Menetapkan jumlah maksimum dan minimum
Dalam keadaan stabil, cara ini baik digunakan karena tingkat penjualan dapat
diramalkan dengan tepat. Pada penetapan ini yang diperhatikan adalah:

 Tingkat penggunaan atau penjualan barang


 Jangka aktu pesanan atau tibanya barang
 Jangka waktu pembuatan barang untuk perusahaan industry.
b. Menggunakan perputaran persediaan
Perputaran persediaan merupakan angka yang menunjukkan kecepatan
penggantian persediaan dalam periode tertentu, biasanya dalam 1 tahun.
c. Budgeting Control
Dengan menyusun anggaran produksi dan anggaran penjualan, perusahaan
dengan cepat dapat mengetahui berapa jumlah persediaan yang ada dalam suatu
periode berjalan. Hal ini sangat menguntungkan perusahaan, bahwa perusahaan
dapat bertindak lebih dini terhadap hal-hal yang timbul dalam persediaan. Ramalan
tentang jumlah persediaan memang bisa menyimpang dari kenyataan yang
sebenarnya, namun dengan ramalan tersebut setidaknya perusahaan dapat
mengadakan evaluasi sekaligus pengawasan yang lebih terarah terhadap
persediaan.

Sesuai dengan namanya, Cost & Benefit Analysis didasarkan pada dua
komponen penilaian, yaitu
komponen biaya dan komponen manfaat.
Menurut Frederick H. Wu dalam bukunya Accounting Information Systems,
Theory and Practice, komponen biaya yang berhubungan dengan
pengembangan sebuah sistem informasi dapat diklasifikasikan dalam empat
kategori, yaitu :

1. Procurement Cost
Procurement Cost atau biaya pengadaan adalah semua biaya yang dikeluarkan
berkaitan dengan pengadaan hardware. Diantaranya adalah seperti : biaya
konsultasi pengadaan hardware, biaya pembelian hardware, biaya instalasi
hardware, biaya fasilitas (ruang, ac, dll.), biaya modal untuk pengadaan hardware,
biaya manajerial dan personalia untuk pengadaan hardware.

2021_MK.01 Analisis Biaya


14 Ir Muhammad Kholil, MT.Ph.D.,IPU
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Biaya pengadaan ini biasanya dikeluarkan pada tahun-tahun pertama (initial cost)
sebelum system dioperasikan, kecuali apabila pengadaan hardware dilakukan
dengan cara leasing.

2. Start Up Cost

Start Up Cost atau biaya persiapan operasional adalah semua biaya yang
dikeluarkan sebagai upaya membuat sistem siap untuk dioperasionalkan. Biaya-
biaya persiapan operasional meliputi : biaya pembelian software system
informasi berikut instalasinya, biaya instalasi perangkat komunikasi/jaringan, biaya
reorganisasi, biaya manajerial dan personalia untuk persiapan operasional.

Sama dengan biaya pengadaan, biaya persiapan operasional ini juga merupakan
“initial cost”.

3. Project Related Cost

Project Related Cost atau biaya proyek adalah biaya yang berkaitan dengan biaya
mengembangkan sistem termasuk biaya penerapannya. Biaya proyek diantaranya
adalah : biaya analisis system; seperti biaya untuk mengumpulkan data, biaya
dokumentasi (kertas, fotocopy, dll), biaya rapat, biaya staff analis, biaya
manajerial dalam tahap analisis sistem; biaya disain sistem; seperti biaya
dokumentasi, biaya rapat, biaya staff analis, biaya staff pemrograman, biaya
pembelian software aplikasi, biaya manajerial dalam tahap desain sistem, biaya
penerapan sistem; seperti biaya pembuatan form baru, biaya konversi data,
biaya pelatihan sumber daya manusia, biaya manajerial dalam tahap penerapan
sistem.

4. Ongoing and Maintenance Cost

Ongoing and Maintenance Cost atau biaya operasional adalah biaya untuk
mengoperasikan sistem agar sistem dapat beroperasi dengan baik. Sedangkan
biaya perawatan adalah biaya untuk merawat sistem dalam masa
pengoperasionalannya. Yang termasuk biaya operasi dan perawatan sistem
adalah : biaya personalia (operator, staff administrasi, staff pengolah data, staff
pengawas data), biaya overhead dll.

Sedangkan komponen manfaat atau - dalam hal ini dapat disebut pula sebagai -

efektivitas yang di dapat dari sebuah sistem informasi dapat diidentifikasikan


sebagai berikut :

2021_MK.01 Analisis Biaya


15 Ir Muhammad Kholil, MT.Ph.D.,IPU
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
1. Manfaat atau efektifitas yang didapat dari pengurangan biaya.
2. Manfaat atau efektifitas yang didapat dari pengurangan kesalahan-kesalahan.
3. Manfaat atau efektifitas yang didapat dari peningkatan kecepatan aktivitas.
4. Manfaat atau efektifitas yang didapat dari peningkatkan perencanaan dan
pengendalian manajemen.
Manfaat atau efektifitas dari sebuah sistem informasi dapat juga diklasifikasikan
dalam dua bentuk yaitu : tangible benefits dan intangible benefits.
Tangible Benefits atau manfaat keuntungan yang berwujud adalah
keuntungan penghematan penghematan atau peningkatan-peningkatan di dalam
perusahaan yang dapat di ukur secara kuantitatif dalam bentuk satuan nilai
moneter/uang.

Misalnya berdasarkan taksiran yang dibuat didapat data bahwa :

Diperkirakan sebesar 55% pelanggan akan mengurangi 9% pesanannya, sebesar


20% pelanggan akan mengurangi 40% pesanannya, sebesar 10% pelanggan akan
mengurangi 80% pesanannya, dan sebesar 5% pelanggan akan mengurangi 100%
pesanannya. Maka taksiran kehilangan pesanan pelanggan perusahaan dapat
dihitung seperti dibawah ini.

Kehilangan pesanan : (55%x9%)+(20%x40%)+(10%x80%)+(5%x100%)

: (4.95%+8%+8%+5%)

: 25.95 %
Artinya : akibat dari pelayanan yang kurang baik
maka 25,95% dari pesanan penjualan
akan hilang.
Jika pelanggan melakukan pemesanan setiap tahunnya rata-rata sebesar

Rp. 5.000.000-, maka diperkirakan akan terjadi kehilangan pemesanan pelanggan


sebesar 25.95% dari keseluruhan rata-rata pemesanan pelanggan per tahunnya, yaitu
sebesar Rp.5.000.000,-x25.95% : Rp. 1.297.500,-.

Dan jika perusahaan memiliki misalnya 100 pelanggan saat itu, maka dapat
diperkirakan jumlah total dari kehilangan pemesanan adalah : 100xRp.1.297.500,- :
Rp.129.750.000,-.

2021_MK.01 Analisis Biaya


16 Ir Muhammad Kholil, MT.Ph.D.,IPU
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
4. Kesimpulan
Intangible Benefits atau manfaat keuntungan yang tidak berwujud adalah nilai
keuntungan yang sulit atau tidak mungkin di ukur dalam bentuk satuan nilai
moneter/uang. Diantaranya adalah seperti : keuntungan akibat peningkatan
pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan, keuntungan akibat peningkatan
kepuasan kerja sumber daya manusia yang ada, dan keuntungan akibat
peningkatan pengambilan keputusan manajerial yang lebih baik. Intangible
benefits sulit untuk diukur dalam satuan nilai moneter/uang, karena itu cara
pengukurannya dapat dilakukan dengan menggunakan penaksiran. Sebagai
contoh : kualitas pelayanan kepada pelanggan yang menjadi lebih baik
merupakan salah satu bentuk intangible benefits. Dan tentu saja akan sulit untuk
mengukur dalam satuan nilai uang peningkatan pelayanan yang lebih baik
tersebut. Dan untuk itu dapat dilakukan analisis seperti yang dicontohkan berikut
ini..

5. Daftar Pustaka
Alijoyo, Antonius: Wijaya, Boby: Jacob, Intan. 2018. ”Cost/Benefit Analysis (Anaisis
Biaya/Manfaat)”. CRMS. Bandung
Dadan Kurniawan Harun. 2003. “ Prinsip-prinsip Ekonomi Teknik “.Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Eduardus, T. (2001). Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. In Edisi I (1st ed.).
BPFE-Yogyakarta.
Kholil, Muhammad. 2017. Analisis Kelayakan Investasi Workshop Pembuatan Spare
Parts Mesin Industri Dengan Menggunakan Metode Kriteria Investasi. Journal
of Chemical Information and Modeling, 8(9), 1–58.
Kholil, Muhammad; Chandra, Agung; Hanum, Bhetriza. 2019. ”Perencanaan
Pengendalian Produksi dan Logistik”. Edisi Pertama. Mitra Wacana Media.
Jakarta.
Manullang, D. W., Karamoy, H., & Pontoh, W. (2019). Analisis Kelayakan Investasi
Aktiva Tetap ( Studi Kasus Pada Cincau Jo , Blencho Dan Brownice Unit
Kreativitas ( Case Study On Cincau Jo , Blencho And Brownice Sam
Ratulangi University Student Creativity Unit ). 7(2), 2561–2570.
Newnan, G. Donald. 2012. “Engineering Economic Analysis”. Eleventh Edition. Oxford
University Press. New York.
Nizar, C., Hamzah, A., & Syahnur, S. (2013). Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Serta Hubungannya Terhadap Tingkat
Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pascasarjana Universitas Syah
Kuala, 1(No. 2), 3.
Sulistiani, H., Miswanto, M., Alita, D., & Dellia, P. (2020). Pemanfaatan Analisis Biaya
Dan Manfaat Dalam Perhitungan Kelayakan Investasi Teknologi Informasi.
Jurnal Ilmiah Edutic, 6(2).
Syukron, Amin dan Kholil, Muhammad. 2014. Pengantar Teknik Industri. Graha Ilmu.
Yogyakarta.

2021_MK.01 Analisis Biaya


17 Ir Muhammad Kholil, MT.Ph.D.,IPU
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Thuesen, H.G et al. 2002. “Engineering Economy” New Delhi : Prentice-Hall of India
Private Ltd,
Yosan, R.B., Kholil, Muhammad., Hanum, B. Implementation of Inventory.2018. Case
Study Management System (IMS) on the XYZ Online Store Business Unit.
Jurnal IOP Cenference Series: Materials Science and Engineering, 343
012022..
Raymond McLeod, Management Information Systems, 8th Edition, Prentice Hall
International, 2001. Url : www.prenhall.com/mcleod.
Jogiyanto H.M., Analisis & Disain Sistem Informasi : Pendekatan Terstruktur Teori Dan
Praktek Aplikasi Bisnis, Edisi Kedua, Andi Offset Yogyakarta, 2001.
Barry Render & Ralph M. Stair, Jr., Quantitative Analysis for Management, 7th
Edition, Prentice Hall International, 2000. Url : www.prenhall.com/render
Frederick H. Wu., Accounting Information Systems, Theory and Practice, McGraw
Hill Book Company Japan, Tokyo, International Student Edition, 1984.
Williams S. Davis., Systems Analysis and Design, A Structured Approach, Reading,
Massachussetts : Addison Wesley Publishing Company, Inc., 1983.
Jeffrey L. Whitten, System Analysis & Design Methods, 5th Edition, McGrawHill,
2001.
Richard Brealey, Principles of Corporate Finance (R) + Student CD +
PowerWeb+Standard & Poor's Educational Version of Market Insight, 7th
Edition, McGraw-Hill Higher Education, 2003.
Richard A. Brealey, Stewart C. Myers, Principles of Corporate Finance, The
McGraw-Hill Companies, Inc., 1999.

2021_MK.01 Analisis Biaya


18 Ir Muhammad Kholil, MT.Ph.D.,IPU
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai