DOSEN PENGAMPU:
KELOMPOK 9
DISUSUN OLEH :
PEMBAHASAN
Mobilitas tenaga kerja merupakan perpindahan orang dari satu negara ke negara lain atau
dari satu wilayah ke wilayah lain untuk memperoleh pekerjaan. Kemudahan peralihan kerja
menjadi salah satu faktor penting dalam studi ekonomi. Alasannya karena melihat bagaimana
tenaga kerja, menjadi salah satu faktor utama dalam produksi, bisa mempengaruhi pertumbuhan
serta produksi.
Terdapat 2 jenis mobilitas tenaga kerja, yaitu mobilitas geografis mengacu kepada
kemampuan pekerja dalam bekerja di lokasi tertentu dan mobilitas pekerjaan mengacu kepada
kemampuan pekerja dalam mengubah jenis pekerjaan.
1. Mobilitas geografis
Jenis mobilitas ini mengacu pada kemudahan seorang pekerja saat ia beralih ke
lokasi maupun wilayah yang berbeda. Mobilitas geografis memungkinkan keterlibatan
pergerakan faktor lintas industri di daerah yang berbeda. Misalnya, seorang pekerja
meninggalkan pekerjaan di sebuah perusahaan tekstil di Semarang. Lalu ia mulai bekerja
di pabrik mobil yang berlokasi di Bekasi. Selain itu mobilitas bisa melibatkan pergerakan
faktor antar negara, baik itu di dalam industri maupun lintas industri.
2. Mobilitas pekerjaan
Mobilitas pekerjaan dibagi menjadi dua, yaitu mobilitas vertikal dan horizontal.
• Mobilitas vertikal terjadi ketika pekerja berpindah dari satu tingkatan menuju
tingkatan lainnya. Misalnya ada seorang asisten manajer bank hendak berpindah ke
pekerjaan menjadi manajer bank.
• Mobilitas Horizontal merupakan perpindahan pekerja yang sebelumnya dari satu
pekerjaan menuju pekerjaan lain yang masih dalam tingkatan yang setara.
Contohnya Account Officer Bank pindah ke Account Officer Bank lain.
2.2 Komposisi Angkatan Tenaga Kerja
Angkatan Tenaga Kerja (ATK) adalah kelompok orang yang pada saat tertentu
dalam suatu periode dianggap bekerja atau mencari pekerjaan. Komposisi ATK mengacu
pada pembagian dan karakteristik dari kelompok tersebut, yang terdiri dari berbagai faktor
seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lokasi geografis, sektor pekerjaan, dan lain
sebagainya.
Komposisi ATK dapat memberikan gambaran mengenai keadaan perekonomian
suatu negara, termasuk di dalamnya tingkat pengangguran, tingkat partisipasi dalam
angkatan kerja, serta kesenjangan sosial dan ekonomi antara kelompok-kelompok tertentu.
Berikut adalah beberapa faktor yang membentuk komposisi ATK:
1. Usia
Usia merupakan faktor penting dalam komposisi ATK karena orang yang lebih tua
cenderung mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan, sementara orang yang lebih
muda memiliki kesempatan lebih besar untuk bergabung dengan angkatan kerja.
2. Jenis Kelamin
Komposisi ATK juga dipengaruhi oleh jenis kelamin. Meskipun tingkat partisipasi
angkatan kerja pria dan wanita semakin sama, wanita masih menghadapi tantangan yang
berbeda dalam mencari pekerjaan. Beberapa di antaranya adalah ketidakadilan upah,
kesulitan dalam menyeimbangkan tuntutan pekerjaan dengan tanggung jawab keluarga,
dan diskriminasi gender.
3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan juga mempengaruhi komposisi ATK, karena biasanya orang yang lebih
terdidik cenderung memiliki lebih banyak kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang
lebih baik dan lebih terampil. Namun, ada juga kelompok yang memiliki kesulitan dalam
mencari pekerjaan meskipun mereka memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, terutama
jika keterampilan mereka tidak sesuai dengan permintaan pasar.
4. Lokasi Geografis
Lokasi geografis juga mempengaruhi komposisi ATK, karena ada perbedaan dalam
kesempatan kerja di berbagai wilayah dan kota. Daerah pedesaan cenderung memiliki
tingkat pengangguran yang lebih tinggi daripada kota, dan seringkali terbatas pada jenis
pekerjaan tertentu seperti pertanian.
5. Sektor Pekerjaan
Komposisi ATK juga dipengaruhi oleh sektor pekerjaan, karena ada perbedaan dalam
permintaan dan penawaran tenaga kerja di berbagai sektor. Misalnya, sektor industri dan
manufaktur cenderung menawarkan pekerjaan dengan gaji yang lebih tinggi dan lebih
stabil dibandingkan dengan sektor jasa seperti pariwisata
6. Keahlian dan Keterampilan
Kemampuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang juga mempengaruhi komposisi
ATK. Orang yang memiliki keahlian atau keterampilan khusus memiliki lebih banyak
peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan dengan gaji yang lebih tinggi.
Pada saat yang sama, orang yang kurang terampil atau tidak memiliki keterampilan khusus
cenderung menghadapi kesulitan dalam mencari pekerjaan dan mungkin terpaksa
menerima pekerjaan dengan gaji yang rendah.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, status imigrasi dapat
mempengaruhi komposisi ATK dalam suatu negara. Penting bagi pemerintah dan
pengusaha untuk memahami faktor-faktor ini dan berusaha menciptakan kesempatan yang
setara bagi semua anggota masyarakat, termasuk imigran untuk memperoleh pekerjaan
yang layak dan bermanfaat.
3 Kelompok difabel
Kelompok ini seringkali menghadapi kesulitan dalam mencari pekerjaan karena adanya
hambatan fisik atau mental yang membatasi kemampuan mereka dalam melakukan tugas-
tugas tertentu. Mereka seringkali diabaikan dalam proses perekrutan dan seleksi pekerjaan,
atau tidak diberikan kesempatan yang sama dalam pengembangan karir.
4 Kelompok LGBT
Kelompok ini seringkali menghadapi diskriminasi dalam pekerjaan berdasarkan orientasi
seksual atau identitas gender mereka. Mereka seringkali diabaikan dalam proses perekrutan
dan seleksi pekerjaan, atau diberikan perlakuan yang tidak adil atau diskriminatif di tempat
kerja.
Untuk mengatasi masalah ini, penting untuk menerapkan kebijakan yang adil dan
inklusif di tempat kerja, mempromosikan kesetaraan dan keragaman dalam pengambilan
keputusan, dan meningkatkan kesadaran tentang hak-hak kelompok minoritas di tempat
kerja. Selain itu, penting untuk memperkuat akses kelompok minoritas ke pelatihan dan
pendidikan, serta memperkuat jaringan dukungan dan promosi yang memungkinkan
mereka untuk mencapai potensi penuh mereka dalam karir mereka. Melalui upaya-upaya
ini, kelompok minoritas dapat menjadi bagian integral dari angkatan tenaga kerja yang
beragam dan produktif.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan yang kami paparkan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tenaga kerja
merupakan salah satu pendukung dalam perekonomian suatu negara yang memerlukan tenaga
kerja yang berkualitas. Dimensi-dimensi dalam mengukur tenaga kerja adalah kualitas dan
kuantitas. Kualitas tenaga kerja ditentukan oleh sikap, Pendidikan, dan keterampilan yang
dimiliki oleh seorang karyawan yang tersedia. Kuantitas tenaga kerja mengacu pada jumlah
karyawan yang tersedia dengan keterampilan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan bisnis
dari orang yang memberikan pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, M. (2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi penduduk lanjut usia memilih untuk
bekerja. Journal of Indonesian Applied Economics, 3(2)
Akbar, Nur. 2014. Analisis Penawaran Tenaga Kerja Usia Muda di Kabupaten Takalar. Skripsi.
Makassar.
Andini, Ni Kadek, dkk. 2013. Faktor-faktor yang Memengaruhi Penduduk Lanjut Usia Masih
Bekerja. Vol. IX No 1 :44-49. Fakultas MIPA Universitas Udayana. Piramida
Badan Pusat Statistik. 2011. Angkatan Kerja Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistika.
Priambodo, Luthfi Setiya. 2015. “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Riil dan Investasi
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Semarang”.Skripsi. Semarang: FEB UNDIP
Sinaga, Tianggur. 2008. Kebijakan Pengupahan Di Indonesia. Jurnal Ketenagakerjaan, Vol. 03.
No. 02, Edisi Juli-Desember. pp 29-46.
Sobita, Nindya Eka dan I wayan Suparta. 2014. “Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan Tenaga
Kerja di Provinsi Lampung”. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 0. No. 2, Juli 2014.