Anda di halaman 1dari 23

RESUME FINAL EXAM PERDATA

PERIKATAN (VERBINTENIS)
Definisi : Suatu hubungan hukum antara dua pihak yang menimbulkan hak dan kewajiban atas
suatu prestasi.
Unsur : adanya hubungan hukum, 2 pihak (kreditur dan debitur), hak dan kewajiban, prestasi.
Prestasi → barang sesuatu yg dapat dituntut, berupa :
a. berbuat sesuatu
b. menyerahkan /memberikan sesuatu
c. Tidak berbuat sesuatu
Syarat prestasi : tertentu atau dapat ditentukan diperbolehkan, dimungkinkan. Suatu prestasi
yg tidak mungkin dilaksanakan disebut sebagai syarat potestatif sehingga perjanjian yg timbul
karenanya batal demi hukum (null and void).
Pembedaan Perikatan :
1. Obligatio Civilis/perikatan perdata → menimbulkan akibat hukum
2. Obligatio Naturalis/perikatan alami → tidak ada akibat hukum
3. Inspanning Verbintenis
- perikatan yang prestasinya berupa upaya.
e.g : perjanjian terapiotonik dokter-pasien seperti pengobatan kanker.
- Resuultaat Verbintenis → prestasinya berupa hasil
e.g : oplas, tambal gigi, reparasi motor.
4. Perikatan prinsipal (perikatan pokok)
- Perikatan yang dapat berdiri sendiri. E.g : Hutang piutang, kredit.
- Perikatan accesoir → perikatan pelengkap. E.g : garansi, gadai, jaminan.
Macam Perikatan :
1. Perikatan bersyarat
Perikatan digantungkan pada suatu peristiwa yg belum tentu dan belum terjadi.
a. Perikatan dengan syarat tangguh : perikatan lahir dengan terjadinya peristiwa yg
diperjanjikan. Contoh : perjanjian akan dibelikan mobil jika lulus ujian pengacara.
b. Peristiwa dengan syarat batal : perikatan yg justru berakhir dengan peristiwa yg
diperjanjikan. Contoh : beasiswa dengan syarat tidak menikah
2. Perikatan dengan ketetapan waktu
Perikatan sudah lahir tetapi pelaksanaannya ditunda sampai waktu yg ditentukan dalam
perjanjian. Contoh : vendor pernikahan, jasa delivery paket, perjanjian perburuhan.
3. Perikatan yg dapat dan tidak dapat dibagi-bagi
Tidak dapat dibagi karena sifat prestasinya atau karena ditentukan dalam perjanjan.
4. Perikatan tanggung renteng
Kreditur tanggung renteng : ada lebih dari 1 kreditur terhadap 1 debitur.
Debitur tanggung renteng : ada lebih dari 1 debitur terhadap 1 kreditur
Masing masing dapat dituntut untuk membayar hutang itu seluruhnya, tetapi jika salah satu
membayar maka dapat juga membebaskan semua orang yang berhutang tadi.
5. Perikatan alternatif (manasuka)
Perikatan dimana debitur diminta memilih satu dari beberapa prestasi yg ditawarkan. Misal :
debitur boleh memilih apakah ia akan memberikan kuda atau mobil atau uang 500 juta.
6. Perikatan dengan ancaman hukuman (strafbeding)
Debitur diwajibkan melakukan sesuatu jika tidak melaksanakan prestasi yg diperjanjikan.
Ditujukan agar jangan sampai si berhutang lalai dengan kewajibannnya.

PERIKATAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG


Perikatan berdasarkan UU timbul karena :
a. Berdasarkan UU saja (an sich)
- Pasal 625 : pekarangan yg berdampingan berlaku beberapa hak dan kewajiban
- Pasal 104 : kewajiban mendidik dan memelihara anak (alimentasi)

b. Perbuatan manusia (1352)


1. Perbuatan Menurut Hukum (1254;1359)
➢ Perwakilan sukarela

Didefinisikan : suatu perbuatan dimana seseorang secara sukarela


menyediakan dirinya dengan maksud mengurus kepentingan orang lain dengan
atau tanpa sepengetahuan orang tersebut.
Contoh : orang yg sedang berpergian → memelihara kebunnya, membasmi
kebakaran yg timbul dirumahnya, membuat perjanjian yg perlu untuk orang itu,
dll.
Unsur perwakilan sukarela :
1) Dilakukan secara sukarela, kesadaran sendiri dan ada niat mengurus
tanpa mengharap upah/imbalan, bukan karena kewajiban yg timbul dari
UU atau perjanjian (tidak ada kewajiban hukum)
2) Tanpa mendapat perintah (kuasa atau penugasan) dari pihak lain yg
kepentingannya diurus melainkan inisiatif sendiri
3) Suatu perbuatan hukum pengurusan kepentingan orang lain/mewakili
urusan orang lain
4) Dilakukan dengan atau tanpa sepengetahuan orang yg diwakili
5) Pengurusan dilakukan hingga selesai atau hingga yg diwakili tsb dapat
mengurus kepentingannya sendiri
6) Harus ada keadaan yg mendukung. Misal : seseorang tidak berada di
tempat/berpergian, sakit, atau sebab lain sheingga ia tidak bisa mengurus
kepentingannya sendiri
Wujud tindakan → mengurus benda tertentu atau kepentingan yg diwakili
Pihak Perwakilan Sukarela :
a. Pihak yg mewakili/mengurus → Gestor
b. Pihak yg diwakili → Dominus
- Gestor tidak berhak menarik upah (1358)
- Dalam melakukan perbuatan hukum, gestor dapat bertindak atas
namanya sendiri maupun atas nama dominus
- Apabila perbuatan hukum itu dilakukan atas nama gestor maka
akan menimbulkan hubumgan hukum anatara gestor – pihak
ketiga
- Apabila dilakukan atas nama dominus maka akan menimbulkan
hubungan hukum antara dominus – pihak ketiga

Kewajiban Gestor Hak Gestor


1. Wajib meneruskan pekerjaan yg telah 1. Mendapat penggantian biaya-biaya
diurusnya sampai selesai hingga yg dan ganti rugi kerugian yg telah
diwakili dapat mengurus dikeluarkan dalam rangka pengurusan
kepentingannya sendiri kepentingan dominus tsb
2. Kewajiban pengurusan ini tetap 2. Hak retensi yaitu menahan barang
berlangsung meski dominus barang kepunyaan dominus sampai
meninggal dunia hingga ahli waris pengeluaran-pengeluarannya dibayar
mengoper urusan tsb
3. Bertindak sebagai bapak rumah
tangga yg baik dan melakukan
pengurusan secara layak
4. Memberikan laporan
pertanggungjawaban tentang apa yg
dilakukan selama pengurusan
5. Memberikan perhitungan mengenai
apa yg diterima
6. Bertanggungjawab atas kerugian,
biaya dan bunga kepada dominus
akibat pelaksanaan pengurusan yg
kurang

Kewajiban Dominus Hak Dominus

1. Memenuhi perikatan yg muncul dari 1. Kebalikan dari kewajiban gestor


tindakan pengurusan Gestor terhadap 2. Terpenuhinya segala perikatan dia
pihak ketiga dengan pihak ketiga
2. Membayar ganti kerugian 3. Perlindungan dominus – pasal 1357
3. Mengganti semua biaya/pengeluaran “Pihak yang kepentingannya diwakili oleh
Gestor guna keperluan dalam orang lain dengan baik, diwajibkan memenuhi
pengurusan perikatan-perikatan, yang dilakukan oleh
wakil itu atas namanya, memberi ganti rugi
dan bunga yang disebabkan oleh segala
perikatan yang secara perorangan dibuat
olehnya, dan mengganti segala pengeluaran
yang berfaedah dan perlu.”
Syarat pengurusan dilakukan dengan baik
dan pengeluaran yg
bermanfaat/berfaedah/perlu.

➢ Pembayaran tak terutang (solutio indebiti)

Pembayaran yg dimaksud adalah setiap pemenuhan prestasi (uang, narang,


melakukan pekerjaan, dsb)
Contoh : penggugat dapat memulihkan apa yg telah dia bayarkan kepada
terdakwa secara tidak sengaja, tuntutan pengembalian.
Perbuatan yg demikian menimbulkan suatu perikatan → memberikan hak
kepada orang yg telah membayar untuk menuntut kembali apa yg telah
dibayarkan dan meletakkan kewajiban di pihak lain untuk mengembalikan
pembayaran tsb.
Penjelasan :
- Penuntutan pengembalian pembayaran tidak terhutang dapat didasarkan
pada adanya kekhilafan/kekeliruan
- Pembayaran yg dilakukan bukanlah bersifat sukarela, namun merasa ada
kewajiban yg harus dipenuhi yaitu hutang
- Hak untuk menuntut kembali pembyaran tsb lenyap apabila kreditur
setelah adanya pembayaran telah memusnahkan surat pengakuan
hutangnya
- Namun demikian orang yg telah membayar berhak menuntut
pengembalian dari orang yg sesungguhnya berhutang
- Yang menerima pembayaran tsb berkewajiban untuk mengembalikan →
larangan untuk memperkaya diri tanpa alasan
- Kewajiban pembuktian tidak adanya hutang ada pada si pembayar
- Si pembayar hanya diberikan hak penuntutan kembali sampai sebesar si
penerima menjadi lebih kaya
- Jika orang menuntut pembayaran yg tidak terhutang, yg tidak dapat
dikembalikan dalam wujudnya semula maka ia dapat menuntut nilainya
dalam sejumlah uang tertentu
- Pembayaran yg sejak semula memang diketahui tidak diwajibkan
(perikatan bebas) tidak termasuk dalam pembayaran tidak terhutang
- Orang yg menerima pengembalian barang wajib mengganti semua
pengeluaran yg perlu guna keselamatan barangnya
- Hak retensi → orang yg menguasai barang itu berhak memegangnya
dalam waktu sekian lama hingga pengeluaran-pengeluaran tsb telah
diganti
- Jika pembayaran yg tidak terhutang itu dilakukan atas nama orang lain
maka yg berhak menuntut pengembalian adalah orang yg diwakili
- Dalam hal pembayaran dilakukan kepada seorang penerima kuasa yg
ternyata alas haknya tidak sah maka si pembayar tsb hanya dapat
menuntut pengembalian dari si pemberi kuasa
Itikad Buruk : dalam hal si penerima pembayaran tanpa hak beritikad buruk
maka ia wajib mengembalikan apa yg telah diterimanya, ditambah dengan
bunga-bunga dan hasil-hasilnya terhitung sejak hari pembayaran. Ia juga harus
mengganti biaya, rugi dan bungan jika nilai barangnya menjadi
berkurang/menyurut. Jika barangnya musnah meskipun diluar kesalahannya, ia
harus membayar harga barangnya ditambah penggantian biaya, rgu dan bungan
kecuali jika ia dapat membuktikan bahwa barang tsb akan musnah juga skelipun
berada pada orang yg seharusnya diberikan/berhak.
Itikad Baik : jika seseorang menerima pembayaran yg tidak terhutang dengan
itikad baik kemudian menjual barang tsb, ia hanya berkewajiban membayar
kembali harganya. Jika ia dengna itikas baik telah memberikan dengan
cuma-cuma, menghibahkan/menghadiahkan barang tsb pada orrang lain maka ia
tidak wajib mengembalikan sesuatu apapun.
Perikatan Alamiah/bebas/wajar :

Perikatan tanpa ada hak gugat → ada schuld tetapi tidak ada haftung

Contoh perikatan alamiah : utang yang timbul dari perjudian atau pembayaran
bunga yang tidak diperjanjikan.

2. Perbuatan Melawan Hukum (1356)


Istilah : onrechtmatigedaad (deutch) – tort (british)
Unsur PMH :
1) Ada perbuatan yg melawan hukum
2) Mengakibatkan kerugian pihak lain
3) Harus ada kesalahan
4) Adanya hubungan kausal antara perbuatan – kerugian
Elemen-elemen :
1) Perbuatan
Intepretasi sempit : tindakan aktif
Intepretasi luas : tindakan aktif dan pasif

Perbuatan dalam PMH :


- Nonfeasance : tidak melakukan sesuatu yg diwajibkan oleh hukum
- Misfeasance : perbuatan yg dilakukan secara salah, tindakan mana
yang merupakan kewajiban mereka atau merupakan tindakan yang
berhak dilakukannya
- Malfeasance : adalah perbuatan yang dilakukan tanpa hak untuk
melakukannya
2) Melanggar hukum
Secara sempit : penafsiran dari aliran positivisme. Melanggar hukum berarti
tindakan yg bertentangan dengan hak subjektif dan kewajiban hukum
perundang-undangan → onrechtmatigedaad = onwetmatigedaad → pelanggaran
kewajiban hukum berdasarkan UU/hak subjektif
Hak subjektif : hak kepemilikan dan hak pribadi (hak hidup, keamanan, martabat,
dll)
Karakteristik → memiliki minat bernilai tinggi terhadap orang tertentu, pengakuan
otoritas tertentu oleh hukum tertentu, bukti kuat dalam kemungkinan perselisihan.
Secara luas : tidak hanya perbuatan yang bertentangan dengan UU tetapi juga
bertentangan dengan hak orang lain, dengan kewajiban hukum dari si pembuat
sendiri, dengan kesusilaan, dengan kepatutan yg berlaku dalam lalu lintas masy
baik terhadap diri maupun barang orang lain.
PERBUATAN MELANGGAR HUKUM :
- Tindakan yg bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku
- Tindakan melanggar hak subjektif orang lain
- Tindakan yg melanggar aturan tidak tertulis yg mengatur moralitas
- Tindakan yg bertentangan dengan kepatutan dan kehatian-hatian
3) Kerugian
Apa itu kerugian ?
Kerusakan adalah "kompensasi uang atau ganti rugi, yang dapat dipulihkan di
pengadilan oleh siapa pun yang telah menderita kerugian atau cedera, baik
untuk orang, properti, atau haknya, atas akibat tindakan melanggar hukum atau
kelalaian atau kelalaian orang lain.” - Black’s Law
Remedies atau Pemulihan Hak : “restitutio in integrum” pemulihan ke kondisi
semula → untuk meniadakan kerugian dari pihak yg dirugikan. Sedangkan
contractual remedies bertujuan menempatkan penggugat pada posisi dimana
kontrak selesai sebagaimana mestinya.
- Kompensasi dalam bentuk uang. Kompensasi dalam bentuk aslinya atau
untuk mengembalikan ke keadaan sebelumnya sebelum kerusakan
terjadi
- Pernyataan bahwa tindakan tertentu yg dilakukan oleh pelaku kesalahan
adalah melanggar hukum
- Larangan tindakan tertentu
- Untuk memadamkan sesuatu yg ditetapkan dengan cara yg melanggar
hukum
- Pengumuman keputusan atau bahwa sesuatu telah dipulihkan
4) Kesalahan (schuld)

Kesalahan mencakup Sengaja dan Kelalaian (culpa).


Objektif → dalam keadaan tertentu manusia normal dapat menduga
kemungkinan timbulnya akibat dan kemungkinan akan mencegah perbuatannya
untuk dilakukan/tidak
Subjektif : apakah dia dapat menduga/tidak akibat dari perbuatannya
So, seseorang dikatakan bersalah jika terhadapnya dapat disayangkan bahwa ia
telah melakukan/tidak melakukan sesuatu perbuatan yg seharusnya dihindarkan.
Alasan pemaaf – pembenar → force majeure (art 48 CC), pembelaan diri (49),
perintah UU (50), dan perintah atasan (51).
Oleh karena itu, suatu tindakan dianggap oleh hukum terdiri dari unsur kesalahan
jika memenuhi unsur-unsur berikut:
a. ada unsur intensionalitas, ATAU
b. Ada unsur kelalaian (negligence, culpa), DAN
c. Tidak ada pembenaran atau alasan memaafkan (rechtvaardigingsrond),
seperti overmacht, pembelaan diri, kegilaan, dll
5) Kausalitas
Teori kausalitas :
Disebabkan oleh siapa saja ?
- ortu/wali – anak
- Majikan – karyawan
- Guru – siswa
- Kepala – pekerja
- Hewan – pemilik (1368)
- Bangunan runtuh – pemilik (1369)

PERIKATAN DARI PERJANJIAN


Pasal 1313 “suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya dengan
satu orang atau lebih lainnya” → definisi terlalu luas dan tidak lengkap, disebutkan ‘perbuatan’
yg mencakup PMH dan perbuatan lain dan hanya mengatur perjanjian sepihak
Doktrin Klasik → perjanjian adalah suatu perbuatan hukum antara 2 orang atau lebih lain yg
saling mengikatkan diri berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum
Doktrin Baru → perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara 2 orang atau lebih yg saling
mengikatkan diri berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum
Lahirnya perjanjian → dengan tercapainya kata sepakat atas suatu hal tertentu diantara para
pihak.
Syarat Sahnya Perjanjian :
Syarat subjektif → jika tidak dipenuhi maka perjanjian dapat dibatalkan
1) Adanya kata sepakat
Persesuaian kehendak antara bertemunya penawaran dan penerimaan. Dianggap tidak
terjadi jika terdapat cacat kehendak → berbedanya apa yg ingin disampaikan/dipikirkan
dengan apa yg dilakukan
Faktor cacat kehendak : (1322-1328)
a. kekhilafan /kesesatan (dwaling)
b. Paksaan (dwang)
c. Penipuan (bedrog)
d. Penyalahgunaan keadaan (misbuik van omstadigehen)
2) Kecakapan para pihak
Seseorang dianggap cakap jika telah 21>/kawin dan tidak berada dibawah
pengampuan. Badan hukum selalu dianggap cakap melakukan perbuatan hukum.
Syarat objektif → jika tidak dipenuhi maka perjanjian batal demi hukum
3) Suatu hal tertentu
Merupakan objek perjanjian → tertentu/dapat ditentukan termasuk didalamnya
benda-benda dalam perdagangan :
- benda yang dibutuhkan → untuk mendapatkan kebutuhan tsb diperlukan
persetujuan hukum
- ada saat benda tsb menjadi benda dlm perdagangan, ada saat tidak termasuk
benda dlm perdagangan.
Benda diluar perdagangan → fasilitas umum, berkaitan dengan personal seseorang
(organ tubuh)
Syarat lainnya tidak bertentangan dengan UU/kesusilaan (sifatnya dinamis non
universal) /ketertiban umum, serta harus dimungkinkan.
4) Sebab yg halal
Merupakan sebab/dasar dibuatnya suatu perjanjian. Suatu sebab adalah halal jika tidak
bertentangan dengan UU/Ketertiban umum/kesusilaan.
Syarat Sah Menurut Law of Contract : Meeting of mind (pertemuan pikiran/sepakat),
kompetensi, subjek hukum, pertimbangan (consideration)
Asas-Asas Hukum Perjanjian :
Asas Konsensualisme → berkaitan dengan lahirnya suatu perjanjian. Perjanjian lahir dengan
kata sepakat, tidak semua perjanjian selalu lahir dengan adanya kata sepakat, ada
pengecualian
1. Perjanjian formil
Perjanjian lahir tidak dengan kata sepakat tapi dengan formalitas dan ketentuan perjanjian
itu dipenuhi. Contoh : fidusia → perjanjian jaminan fidusia yg lahir ketika terdapat akta
notaris dan didaftarkan. Surat kuasa membebankan hak tanggungan → SKMHT harus
dibuat dengan akta otentik notaris/ppat agar valid. Hibah → harus dibuat dengan akta
otentik.
2. Perjanjian riil
Perjanjian lahir tidak cukup dengan kata sepakat, lahir ketika diserahkannya objek
perjanjian.
Contoh : parkir, penitipan barang, pegadaian.
Asas Kebebasan Berkontrak → asas yg membuka pintu sistem hukum asing masuk ke
sistem hukum Indonesia. Contoh : leasing, MoU → berkaitan dengan isi dan syarat kehendak
suatu perjanjian. Terdapat 5 kebebasan dalam perjanjian :
1. Setiap orang bebas membuat/tidak membuat perjanjian
2. Setiap orang bebas membuat perjanjian dengan siapapun
3. Setiap orang bebas menentukan isi dan syarat perjanjian
4. Setiap orang bebas menentukan bentuk perjanjian → lisan atau tertulis.
5. Setiap orang bebas tunduk pada hukum mana perjanjian ini dibuat
Konsekuensinya ketika tunduk pada suatu hukum lain lalu terjadi sengketa maka hukum
negara tsb yg digunakan untuk menyelesaikan sengketa.
Perjanjian standar → yg isi dasarnya ditentukan secara a priori oleh salah satu pihak → apakah
dalam perjanjian ini terdapat kebebasan berkontrak ? Ada, ada 2 yaitu bebas berkehendak dan
membuat/tidak membuat.
Perkecualian, Pelaku ekonomi yg melakukan monopoli → PLN → perjanjian standar yg dibuat
tidak memenuhi kebebasan berkontrak sama sekali tidak ada. Apakah selalu merugikan ? Tidak
selalu, tergantung pelayanannya.
Asas Pacta Sunt Servanda → berkaitan dengan kekuatan mengikat suatu perjanjian.
Perjanjian yg dibuat secara sah mengikat sebagai UU yg mengikat para pihak pembuatnya →
hukum yg memaksa → diatur dalam pasal 1338 ayat (1) KUHPer.
'pacta' → perjanjian
'sunt' → mengikat
'survanda' → kekuatan
Perkecualian asas ini : A menjual barang kepada B, A punya kewajiban menyerahkan barang
tapi dia tidak menyerahkannya hal tsb tidak apa-apa jika terjadi force majeure atau overmacht.
Misal barangnya musnah karena bencana alam.
Asas Kepribadian → berkaitan dengan berlakunya suatu perjanjian.
Perjanjian hanya berlaku bagi para pihak yg membuatnya. Pengecualian thd asas ini:
a. Derden Beding → perjanjian untuk kepentingan pihak ketiga.
Contoh : Asuransi pendidikan, pihak saya dan perusahaan asuransi sedang anak
sebagai pihak ketiga. Contoh lain : Perjanjian kartu kredit → perjanjian antara customer
antara dengan penerbit kartu kredit (mastercard) sedangkan bank misalnya BRI adalah
kuasa penerbit.

→ Perjanjian untuk kepentingan pihak ketiga ada di nomor 2


b. Derden werking → berlaku bagi pihak ketiga
Contoh : ketika kirim paket menggunakan ekspedisi ada ketentuan jaminan 'jika barang
rusak/cacat/tidak terkirim akan diganti xx kali ongkir' → jika memang tidak terkirim/cacat
maka dapat dilakukan klaim. Jika sudah diklaim bagi customer sudah selesai urusannya,
namun bagi pihak ekspedisi dan pihak ketiga misalnya pihak bandara ini urusannya belum
selesai. Untuk terjadi derden werking minimal ada 2 yaitu : JNE - Klien, lalu JNE - Pihak
ketiga.
Contoh case : Misal A membuat perjanjian dengan B, A punya kewajiban bayar xx rupiah
kepada B. Namun sebelum dapat membayar A ini meninggal. Apakah B dapat menagih
kepada anak anak A ? Bisa kalau anak-anak tsb merupakan ahli waris.
Apakah anak-anak A wajib membayar hutang A kepada B? Tidak wajib membayar (secara
kontraktual), kalau anak-anaknya dinyatakan menerima warisan maka anak-anak A wajib
membayar, ahli waris menerima aktiva dan pasiva. Kalau ahli warisnya menolak/pewaris
tidak memiliki ahli waris gimana ? Segala harta dan hutang akan dikelola oleh Balai Harta
Peninggalan.
Siapa sih pihak ketiga ini ? Diluar pihak perjanjian, contoh 'perantara'→ secara yuridis
dibedakan
● Yg berkepentingan
● Yg tidak berkepentingan
Asas Itikad Baik → berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian → 1338 ayat (3) KUHPer →
harus sudah ada di tahap pra-kontraktual. Itikad baik dibedakan menjadi:
1. Subjektif → sudah ada pada tahap pra-kontraktual. Contohnya kejujuran
2. Objektif → ada pada tahap perjanjian dibuat. Objektif karena berbicara ttg hak dan
kewajiban thd objek yg diperjanjikan
Baik objektif/subjektif merupakan sikap batin yg tidak dapat diketahui manusia manapun. Lalu
bagaimana agar para pihak tahu itikad baik? Ada interpretasi thd itikad baik, Hoge Raad→
pengadilan tinggi → itikad baik ditafsirkan sebagai memenuhi syarat dari kelayakan dan
kepatutan. Layak dan patut yg bagaimana ? → layak rasio; pantas moral.
Bentuk Perjanjian :
a. Lisan
b. Tertulis. Umumnya menggunakan materai, fungsinya: 1) memenuhi persyaratan
administratif; 2) secara yuridis bisa menjadi alat bukti di pengadilan.
- Akta otentik : akta yg dibuat oleh pejabat atau dihadapan pejabat yg berwenang
untuk itu → akta notaris, akta PPAT
- Akta di bawah tangan : akta yg dibuat sendiri oleh para pihak
- Perjanjian standar : perjanjian yang izinnya ditentukan secara a priori oleh pihak
yg dominan → purpose for efficiency take it or leave it contract → melanggar
asas kebebasan berkontrak.
- Perjanjian dibawah tangan biasa
Unsur perjanjian :
1. Essensialia → unsur yg wajib ada dalam perjanjian. Misal dalam perjanjian jual beli →
barang dan harga
2. Naturalia → unsur yg selalu dicantumkan. Misal pasal 1266 KUHPer jual beli
→ ketentuan cacat tersembunyi yg menyebabkan berkurangnya fungsi benda tsb →
hanya benda spesifik
Aertio rechtbitorie → dibalikin barangnya duitnya dikembalikan
3. Accidentalia → ditentukan sendiri oleh para pihak
Tahap-tahap perjanjian :
1. Pra kontraktual/negosiasi → proses tawar-menawar sampai mencapai kata sepakat
perjanjian yg masuk domain privat → domain publik dapat diketahui pada tahap ini.
2. Kontraktual
3. Post kontraktual → perjanjian berakhir belum tentu hak dan kewajiban sudah dihapus.
Contoh case : A menawarkan pajero 400 jt → nego sepakat 350 jt → 2 Mei 2023 → selain
harga sepakat pula perjanjian tertulis di ttd A dan B 4 Mei 2023 → Kapan perjanjian JB lahir ? 2
Mei, perjanjian lahir saat ada kata sepakat. Ketika perjanjian tertulis sudah dibuat timbul hak
dan kewajiban.
Berakhirnya perjanjian :
Perjanjian berakhir itu perikatannya belum tentu hangus.
Hapusnya perikatan diatur dalam pasa 1081 ? Melalui 10 cara hapusnya perikatan. Dalam BW
tidak ada secara eksplisit menyebutkan berakhirnya perjanjian, namun dalam buku III terdapat 7
cara yaitu :
1. Waktunya ditentukan para pihak → Perjanjian sewa-menyewa
2. Waktu perjanjian ditentukan oleh UU → SKMHT jangka waktunya ditentukan oleh UU
yaitu 1-3 bulan. 1 bulan jika objeknya sudah terdaftar dan 3 bulan jika objeknya belum
terdaftar. Contoh lain perjanjian untuk ahli waris agar tidak membagi warisan, ditentukan
oleh UU YA BOLEH untuk jangka waktu 5 tahun.
3. Berakhir karena putusan pengadilan
4. Berakhir karena kesepakatan para pihak (herroeping) → bedanya dengan nomor 1
adalah kesepakatan terjadi didalam pelaksanaan perjanjiannya.
5. Tujuan tercapai → misal beli makanan piring sendoknya dikembalikan pas makan sudah
habis
6. Berakhir karena terjadinya peristiwa tertentu
7. Berakhirnya karena penghentian (obzegginng) → misalnya sewa rumah 4 tahun dengan
konsen diawal sewa rumah untuk tempat tinggal selama kuliah lalu selama berjalannya
masa sewa rumah sewa tsb dijadikan bengkel → ada wanprestasi maka pihak yg
menyewakan dapat menghentikan perjanjian sewa menyewa tsb. Hanya untuk
perjanjian bersifat sementara → perjanjian yg tidak mengalihkan hak milik

WANPRESTASI DAN OVERMACHT


Kewajiban → debitur
Hak → kreditur
Wujud Prestasi :
a. Melakukan sesuatu
b. Tidak melakukan sesuatu
c. Memberikan/menyerahkan sesuatu
Wanprestasi → prestasi buruk (ingkar janji)
Definisi : tidak memenuhi sesuatu yang diwajibkan seperti yg telah ditetapkan dalam perikatan.
Suatu keadaan dimana debitur tidak melakukan apa yg dijanjikannya kepada kreditur.
Bentuk Wanprestasi
a. Tidak melaksanakan sama sekali → A pinjam uang ke B dengan janji dikembalikan
seminggu kemudian, namun setelah seminggu A tidak kunjung atau tidak pernah
mengembalikan. Penjual di e-commerce tidak mengirimkan pesanan yg di order
customer.
b. Terlambat memenuhi (tidak tepat waktu) → telat bayar hutang/sewa, pengiriman barang
terlambat dari kurir/seller, pembangunan mangkrak dari kontrak pembangunan awal.
c. Melaksanakan secara tidak baik/keliru → ketika beli barang dan barang tsb tidak sesuai
dengan deskripsi barang di katalog, ketika membangun rumah namun kualitas rumah
tsb tidak sesuai dengan kualitas yg diperjanjikan
d. Melakukan sesuatu yg menurut perjanjian tidak boleh dilakukan → A memberikan
barang kepada B dengan tambahan syarat barang tsb tidak boleh dijual kepada
siapapun, ketika B menjual barang tsb ia wanprestasi.
Syarat terjadinya keadaan wanprestasi :
a. Syarat materiil → adanya unsur kesalahan debitur (sengaja/lalai)
b. Syarat formil → adanya peringatan/teguran terhadap debitur
Alasan tidak dipenuhinya kewajiban debitur mungkin disebabkan karena :
a. Kesalahan debitur baik disengaja maupun lalai (wanprestasi)
b. Keadaan memaksa (overmacht)
Apa sih perbedaan lalai dan sengaja ?
Sengaja → seseorang sudah paham, sadar, dan menghendaki perbuatan dan konsekuensi
perbuatan tsb. A tidak membayar kewajiban sewa saat sudah jatuh tempo, dan menggunakan
uangnya untuk keperluan lain
Lalai → perbuatan tidak didasari niat untuk melakukan perbuatan yg berkonsekuensi
merugikan, contoh A lupa harus membayar sewa pada saat jatuh tempo. Dia memiliki alasan
tertentu yg menyebabkan tidak dapatnya ia memenuhi kewajiban tsb. Lalai dia tidak
menghendaki konsekuensi tsb.
Lanjutan …
Seseorang dapat dituntut seketika atas dasar perbuatan lalai, terutama apabila hal tersebut
benar-benar telah disebutkan dalam suatu klausula dalam perjanjian yg telah dibuat dan
disepakati oleh para pihak.
Apabila telah ditentukan adanya tenggang waktu pemenuhan prestasi maka menurut pasal
1238 → debitur dianggap lalai dengan lewatnya tenggang waktu yg telah ditetapkan dalam
perjanjian.

Jika ditentukan tenggang waktu menurut pasal 1328 KUHPer ketika debitur lalai maka dapat
dituntut (?)
Apabila tidak ditentukan jangka waktu pemenuhan prestasi maka saat terjadinya ingkar janji itu
memerlukan adanya bentuk peringatan/teguran agar debitur berprestasi yaitu dengan
pernyataan/penetapan lalai (ingebreke stelling) → Jika tidak ditentukan tenggang waktu, saat
ingkar janji itu perlu peringatan → diperingati, disomasi → dituntut
Penetapan lalai adalah pesan dari kreditur kepada debitur dimana kreditur memberitahu pada
saat kapan selambat-lambatnya debitur harus memenuhi prestasi.
Peringatan berupa :
a. Tidak resmi (ingebreke stelling/pernyataan lalai) → Surat, telegram, disampaikan
langsung oleh kreditur dengan tanda terima.
b. Resmi tertulis (sommatie) → Melalui kepaniteraan PN → Jurus sita menyampaikan surat
peringatan dari pengadilan tsb kepada debitur disertai berita acara penyampaiannya.
SEMA 3/1963 → Salinan surat gugatan dapat dianggap sebagai somasi.
Pernyataan lalai tidak diperlukan, jika :
1. Tidak memenuhi prestasi sama sekali
2. Ditentukan oleh UU 1626 KUHPer

3. Jika dalam perjanjian telah ada batas akhir (verval termijn)


4. Debitur mengakui dirinya dalam keadaan lalai
Akibat Wanprestasi :
1. Membayar ganti rugi atas kerugian yg diderita oleh kreditur 1243 KUHPer

2. Pembatalan perjanjian melalui hakim 1266

3. Peralihan resiko kpd debitur 1237 KUHPer → resiko atas barang yg dia kuasa itu
rusak/hilang sehingga resiko melekat pada si debitur bukan kreditur, sehingga debitur memiliki
kewajiban menggantinya.

4. Membayar biaya perkara apabila beracara di pengadilan


Pembelaan debitur yang dianggap wanprestasi :
a. Mengajukan bahwa kreditur sendiri juga telah lalai (exceptio non adimpleti contractus) :
contoh : Perjanjian timbal balik, debitur dituduh lalai dengan xx, PO jatuh tempo dalam
tgl 1 bulan 3, pembeli baru bayar dp dan belum melakukan pelunasan hingga tgl 1 bulan
3 sehingga penjual tidak dapat mengirimkan barang pada tanggal tsb sebab pembeli
sendiri juga tak kunjung melunasi. Perjanjian pemberian kuasa.
b. Mengajukan bahwa kreditur telah melepas haknya untuk menuntut ganti rugi
(rechtsverwerking)
Contoh : debitur telat bayar misalnya, namun disisi lain kreditur sendiri tidak menuntut
ganti rugi atau memaafkan keterlambatan pembayaran tsb
c. Mengajukan tuntutan adanya keadaan memaksa (overmacht, forcemajeure)
Yg dapat dituntut kepada debitur yg melakukan wanprestasi :
a. Pemenuhan perjanjian
b. Pemenuhan perjanjian disertai ganti rugi
c. Ganti rugi
Objek jasa, barang → baju pernikahan yg terlambat diselesaikan → daripada dipenuhi
tidak akan terpakai sebagaimana mestinya mending diganti rugi, and so on tiket
pesawat karena delay dan katering
d. Pembatalan perjanjian
e. Pembatalan perjanjian disertai ganti rugi
Pembatalan perjanjian :
- Tujuan pembatalan perjanjian → membawa kedua belah pihak kembali ke keadaan
sebelum perjanjian diadakan
- Pembatalan berlaku surut sampai detik dilahirkannya perjanjian
- Apa yg sudah terlanjur diterima oleh satu pihak, dikembalikan kepada pihak lainnya
- Dalam praktek, pembatalan perjanjian dilakukan dengan putusan hakim
- Istilah pembatalan perjanjian sama dengan pemecahan perjanjian
Ganti Rugi :
- Unsur : kerugian, biaya-biaya, bunga
- Untuk dapat menuntut ganti rugi harus dibuktikan adanya hubungan kausal antara
wanprestasi dengan kerugian yg timbul
- Ketentuan ini menyangkut masalah kausalitas yg mempersoalkan apakah antara akibat
dan perbuatan ada hubungan satu sama lain dalam arti adanya akibat ditimbulkan oleh
perbuatan yg dilakukan → Harus dibuktikan adanya hub kausal antara wanpres -
kerugian yg timbul
Contoh case : skema reseller, A beli ke B → B ambil barang ke C → B - C buat perjanjian,
namun si C terlambat mengirimkan barang sehingga barang yg diterima A pun terlambat
sampai. → meskipun si B mengatakan pada A bahwa wanprestasinya disebabkan kesalahan si
C. Perjanjian B-C ini berada diluar pengetahuan si A sehingga perjanjian tsb seharusnya tidak
boleh berdampak pada A, sehingga B tidak dapat dibebaskan dari tuntutan ganti rugi dengan
dalih kesalahan C. Ada hubungan hukumnya sendiri-sendiri, untuk menjadi keringanan itu
adalah hak subjektif si kreditur. Jadi kesalahan si B tetap merupakan wanprestasi.

Pasal 1246 KUHPer

1. Kerugian yg nyata-nyata diderita


2. Keuntungan yg seharusnya diperoleh
Unsur ganti rugi meliputi :
a. Segala biaya pengeluaran atau ongkos yg nyata sudah diderita/dikeluarkan salah satu
pihak
b. Kerugian karena kerusakan atau kehilangan atas barang-barang kepunyaan kreditur yg
diakibatkan kelalaian si debitur
c. Bunga/keuntungan yg diharapkan/sudah dibayangkan atau dihitung oleh kreditur
!telaah dari sisi kesalahan kalau ada wanprestasi, kalau tidak ada masuk kelalaian!

Overmacht → keadaan memaksa, diatur dalam 1244 dan 1245

Definisi : Tidak terlaksananya prestasi yg disebabkan bukan karena kesalahannya, yg


dikarenakan hal-hal atau peristiwa yg sama sekali tidak dapat diduga/diketahui sebelumnya
akan terjadi yg menghalangi debitur untuk berprestasi karena debitur tidak dapat berbuat
apa-apa terhadap keadaan/peristiwa yg timbul tsb.
Key point : tidak bisa dicegah/diantisipasi yg serta merta menghalangi debitur untuk berprestasi
karena debitur tidak dapat berbuat apa-apa thd keadaan yg timbu
Keywords : tidak terduga, dikemudian hari, debitur tidak bisa apa-apa.
Unsur Overmacht :
a. Objek perikatan musnah
b. Terjadi peristiwa yg menghalangi perbuatan debitur berprestasi
c. Peristiwa tidak diketahui/terduga
d. Tidak dapat dipertanggungjawabkan karena tidak terkandung adanya kesalahan
Overmacht yg menimpa benda sebagai objek perikatan → bisa menimbulkan kerugian
sebagian atau kerugian total.
Contoh case :
a) dalam case kebakaran dilihat dulu kalau konslet itu ada unsur kelalaian, kalau
kebakaran karena kesambar petir ini bisa overmacht. Lihat dulu ada pencegahan yg
bisa dilakukan dulu atau tidak ?
b) Kerusuhan/perang
Overmacht menghalangi perbuatan debitur memenuhi prestasi → bisa bersifat sementara
maupun bersifat tetap.
Contoh case :
a) Tetap → kuli pembangunan berkontrak namun dia mengalami kecelakaan kerja dan
akibatnya mengalami kecacatan dan tidak dapat melanjutkan kontra. NAMUN, jika ia
tidak memenuhi sop k3 ia wanprestasi, namun jika ternyata ada kerusakan pada mesin
ini termasuk overmacht.
b) Kebijakan pemerintah yg melarang impor bahan baku barang x → jika tidak dicabut
maka overmacht ini tetap, perjanjian tidak dapat berlangsung karena bahan bakunya
tidak bisa masuk ke Indo.
Sifat overmacht :
a. Mutlak/absolut/objektif → sama sekali tidak mungkin bagi debitur untuk berprestasi atau
benda yg menjadi objek perikatan tidak mungkin dapat dipenuhi.
Teori Upaya – Houwing “jika debitur telah berusaha sebaik mungkin sesuai dengan
ukuran yang wajar dalam masyarkat, maka tidak dipenuhinya prestasi tidak dapat lagi
di-persalahkan kepadanya”.
Disini yang pokok adalah unsur ketaksalahan, bukan ketidak mampuan.
b. Relatif/subjek → debitur masih mungkin berprestasi tetapi ada kesulitan karena harus
dengan pengorbanan luar biasa, tidak sebanding dengan apa yg ia peroleh atau
menimbulkan bahaya timbul kerugian bagi debitur.
!lihat dari sisi kelalaian itu terjadi akibat apa?apakah ada upaya preventif? apakah
debitur sudah berusaha semaksimal mungkin?!
Akibat Overmacht :
- Berakitan dengan adanya risiko → siapa yg memikul risiko
- Risiko → kewajiban untuk memikul kerugian jika terjadi suatu peristiwa yg menimpa
objek perjanjian atau menghalangi perbuatan debitur untuk memenuhi prestasi yg
disebabkan karena suatu kejadian diluar kesalahan salah satu pihak.
- Kreditur tidak lagi dapat meminta pemenuhan prestasi dari debitur (pemenuhan prestasi
dilakukan jika keadaan overmacht telah berakhir)
- Debitur tidak lagi dapat dinyatakan dan karenanya tidak wajib mengganti biaya, rugi dan
bunga
- Risiko tidak beralih kepada debitur
- Pihak lawan tidak perlu meminta pemutusan perjanjian pada perjanjian timbal balik
(pasal 1266 tidak berlaku sehingga tidak perlu putusan hakim)
Ketentuan Risiko, yg diatur dalam perjanjian tertentu :
- Dalam perjanjian sepihak, misal hibah risiko ada pada kreditur. Pasal 1237 → “Dalam
hal adanya perikatan untuk memberikan suatu barang tertentu, maka barang itu
semenjak perikatan dilahirkan, adalah atas tanggungan si berpiutang”
- Pasal 1460 KUHPerdata → “Jika barang yang dijual itu berupa suatu barang yang
sudah ditentukan, maka barang ini sejak saat pembelian adalah tanggungan si pembeli,
meskipun penyerahannya belum dilakukan, dan si penjual berhak menuntut harganya”.
Perkembangannya → dalam perjanjian jual beli, risiko ada pada kedua belah pihak
(SEMA No. 3 tahun 1963 mengenai Pasal 1460 KUHPerdata).
- Dalam perjanjian tukar menukar risiko ada pada pemiliknya
- Pasal 1545 KUHPerdata → “Jika suatu barang tertentu, yang telah dijanjikan untuk
ditukar musnah di luar kesalahan pemiliknya, maka perjanjian dianggap sebagai gugur,
dan pihak yang telah memenuhi perjanjian dapat menuntut kembali barang yang telah
diberikannya dalam tukar-menukar itu”.
- Dalam perjanjian sewa-menyewa risiko ada pada pemilik benda. Diatur dalam 1553

HAPUSNYA PERIKATAN
Berakhirnya perikatan tidak sama dengan berakhirnya perjanjian. Pasal 1381 KUHPer
mengatur 10 cara hapusnya perikatan :
10 cara diatas kemudian dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu :
a. Hapusnya perikatan dimana kreditur memperoleh prestasi tertentu (1-5)
b. Hapusnya perikatan dimana kreditur dengan sukarela melepaskan prestasi yg
seharusnya diterima (6)
c. Hapusnya perikatan dimana kreditur tidak menerima prestasi (7-10)
Terdapat beberapa cara hapusnya perikatan diluar ketentuan pasal 1381 :
a. Terhadap perikatan yg prestasinya berbuat sesuatu, maka perikatan hapus apabila
debitur meninggal dunia.
b. Pada perjanjian sewa-menyewa dan perjanjian kerja tanpa adanya jangka waktu, maka
perikatan hapus setelah diberi tenggang waktu tertentu sesuai kebiasaan setempat.
Perihal Cara Hapusnya Perikatan :
1. Pembayaran
Pengertian pembayaran :
○ 1383 KUHPer
○ 1384 KUHPer

Pembayaran adalah tiap-tiap pemenuhan perikatan apapun bentuk prestasinya


Pengertian pembayaran ini luas tidak hanya berarti pembayaran dalam bentuk sejumlah
uang.
Siapa yg melakukan pembayaran ?
Yang wajib bayar adalah debitur. Pembayaran harus dilakukan oleh debitur (pemilik
barang dan punya kewenangan). Pihak yang dapat melakukan pembayaran dalam
1328:
a. Pihak ketiga yg berkepentingan :
- yang turut berhutang (mede debitur)
- Penanggung hutang (borgtocht)
- Pihak ketiga yg menggantikan kedudukan kreditur (subrogasi 1400)
Perjanjian awal antara misal A-B ini tidak mati, namun disisi lain timbul
hubungan hukum A-C dengan cara C membayar/memberi piutangnya B
terhadap A.
→ perjanjiannya tetap hanya saja krediturnya yg digantikan.

b. Pihak ketiga yg tidak berkepentingan


- Untuk dan atas nama debitur
ada pihak ketiga datang ke B (kreditur) yg datang tsb datang atas nama
debitur membayarkan hutang debitur. Sehingga akan dianggap debitur itu
sendiri yg membayar.
- Untuk dan atas namanya sendiri asal tidak menggantikan hak-hak
kreditur
Ditujukan pada siapa pembayaran itu ?
Pasal 1385 KUHPer
a. Kepada kreditur
Syaratnya kreditur harus cakap, jika tidak cakap maka perjanjian dapat
dibatalkan, oleh siapa? Walinya misal.
Jika terlanjur diberikan kemudian bagaimana ? Selama debitur dapat
membuktikan bahwa membayarkan tsb memberi manfaat bagi kreditur maka
perjanjian tsb sah. Yg tidak cakap → belum dewasa, dibawah pengampuan, dll
b. Orang yg dikuasakan oleh kreditur
Kreditur memberi kuasa kepada pihak lain untuk menerima pembayaran hutang.
c. Orang yg dikuasakan oleh hakim atau UU
A (kreditur) mempunyai hak tagih kepada B (debitur), dalam hal ini sudah ada
tittle executorialnya sehingga 'tagihan' ini dapat dilaksanakan. Sedang B memiliki
piutang terhadap C. Maka jika perjanjian A-B sudah jatuh tempo, hakim dapat
Memberi kuasa kepada A untuk memaksakan B-C menyelesaikan prestasinya.
Dimana pembayaran dilakukan ?
Pasal 1393 KUHPer

a. Ditempat ditentukan dalam perjanjian


Pada saat membuat perjanjian penting bagi kita untuk harus menentukan tempat
pembayarannya.
Unsur Kontrak :
i. Esensalia → untuk melakukan perjanjian itu harus jelas
ii. Naturalia
iii. accidentalia
b. Ditempat barang pada saat dibuat perjanjian
Jika pada perjanjian tidak ditentukan tempat pembayarannya.
c. Ditempat tinggal kreditur
d. Ditempat debitur

Asas pacta sunt servanda → perjanjiannya akan mengikat para pihak selayaknya
mereka menaati UU.
Biaya untuk penyelenggaraan pembayaran akan dipikul oleh Debitur

Kapan pembayaran dilakukan ?


○ UU tidak mengatur jadi sesuai dengan perjanjian
○ Jika tidak ditentukan dalam perjanjian maka pembayaran harus dilakukan segera
setelah perjanjian terjadi.
2. Penawaran pembayaran tunai diikuti penitipan
Pengaturan :
○ 1404
○ 1412
Terjadi apabila debitur akan melakukan pembayaran tetapi tidak diterima oleh kreditur.
Selanjutnya debitur menitipkan apa yg akan dibayarkan tsb kepada lembaga yg
berwenang untuk itu.
Dalam hal debitur sudah punya itikad baik namun debitur tidak mau/menolak, maka
debitur dapat :
→ debitur dapat melakukan pembayaran tunai
→ dilakukan penitipan kepada pengadilan (konsinyasi)
Syarat sah penawaran pembayaran tunai :

Penawaran pembayaran tunai :


1) Penawaran harus dilakukan kepada kreditur/kuasanya
2) Penawaran harus dilakukan oleh orang yg berkewajiban membayar
3) Harus meliputi jumlah utang pokok ditambah bunga dan biaya-biaya
4) Penawaran harus dilakukan setelah semua syarat perikatan dipenuhi
5) Penawaran harus dilakukan ditempat yg menurut perjanjian itu pembayaran
harus dilakukan, jika tidak di tempat tinggal kreditur
6) Harus dilakukan oleh notaris atau juru sita disertai 2 orang sajsu
PROSEDUR PPT
○ Debitur meminta notaris/juru sita PN untuk membantunya menawarkan secara resmi
barang/uang yg akan dibayar kepada kreditur
○ Notaris/juru sita membuat rincian ttg barang/uang yg akan ditawarkan
○ Notaris/jurus sita datang ke tempat kreditur untuk menyatakan bahwa ia mendapat
kuasa untuk membayarkan hutang debitur → jika diterima maka kewajiban debitur
sudah selesai.
→ jika kreditur menolak maka akan dituangkan dalam berita acara “telah ditawarkan
pembayaran tunai tetapi kreditur menolak menerima”
○ Dalam hal kreditur menolak maka akan dilakukan penitipan barang/uang.
Syarat dan Prosedur Penitipan → Pasal 1406 KUHPer

Akibat PPT yang diikuti penitipan :


○ Debitur dapat menolak tuntutan pemenuhan prestasi, ganti rugi, dan bunga
○ Resiko barang/uang yg dititipkan ke kepaniteraan ada pada kreditur
○ Debitur dapat menuntut pemenuhan prestasi oleh kreditur
3. Pembaharauan utang (Novasi)
Pengaturan :
○ 1413 - 1424
Definisi : pembaharuan hutang adalah suatu perjanjian yg dibuat untuk menghapuskan
perjanjian yg sudah ada dan sekaligus menjadikan perjanjian yg baru itu sebagai
perjanjian yg berdiri sendiri. Jadi akibat dari novasi adalah hapusnya perjanjian yg lama
dan timbul perjanjian yg baru.
Syarat untuk adanya Novasi :
○ Adanya perjanjian yg mendahului novasi tsb
○ Adanya perjanjian baru yg diadakan sebagai pengganti dari perjanjian lama
○ Adanya hubungan kausal antara hapusnya perjanjian lama dengan timbulnya
perjanjian yg baru
○ Adanya kehendak untuk mengadakan novasi
Macam-macam Novasi :
Novasi Objektif :
○ Dengan penggantian isi perjanjian
○ Dengan penggantian sebab perjanjian
Novasi Subjektif
○ Aktif
→ yg diganti hanya perjanjian pokoknya sebab tidak ada perjanjian asesor,
sehingga perjanjian lama mati namun di detik itu juga timbul perjanjian baru.
○ Pasif
- Expromissie (tanpa bantuan debitur lama)
- Delegatie (dengan bantuan debitur lama)
4. Penjumpaan utang (kompensasi)
Diatur dalam 1425 - 1435 KUHPer
Kompensasi terjadi apabila 2 orang masing-masing merupakan debitur antara yg satu
dengan yg lain secara timbal balik mengadakan perhitungan atas utang-utangnya.
Kompensasi dapat terjadi untuk seluruh hutang atau sebagian hutang.
Syarat untuk adanya kompensasi :
1) Ada 2 orang yg secara timbal balik merupakan debitur
2) Objeknya sejumlah uang/barang yg sejenis yg dapat dipakai habis
3) Hutang dapat ditetapkan jumlahnya
4) Hutang-hutangnya dapat ditagih seketika
Apakah setelah semua syarat terpenuhi kompensasi terjadi demi hukum ?
- Ajaran Martinus, terjadi demi hukum didasarkan 1426.

- Ajaran Azo, terjadinya dengan adanya pernyataan dasarnya adalah 1431 dan
1433

- Utang alimentasi tidak dapat dikompensasikan karena penting untuk kehidupan


seseorang
Apa aja sih hutang yg g bisa dikompensasikan ? (1429)
1) Dituntutnya pengembalian barang yg secara melawan hukum diambil dari
pemiliknya
2) Dituntutnya pengembalian barang yg dititipkan
3) Terhadap suatu hutang yg bersumber pada tunjangan nafkah/kewajiban
alimentasi
Menurut Yurisprudensi : hutang pajak dan hutang karena perikatan wajar
5. Pencampuran utang (1436 - 1437)
1436 : Terjadi demi hukum apabila kedudukan kreditur dan debitur berada dalam tangan
satu orang. Dengan adanya percampuran hutang ini maka piutang antara debitur dan
kreditur menjadi hapus untuk seluruhnya.
1437 : percampuran utang pada debitur utama berlaku juga bagi penanggung hutang.
Percampuran hutang pada si penanggung hutang tidak membebaskan hutang pokok.
Contoh case : A menikah dengan B tanpa ada perjanjian kawin maka berimplikasi pada
pencampuran harta termasuk hutang.
6. Pembebasan utang (1438 - 1443)
Pembebasan hutang → suatu perbuatan hukum dari kreditur yg berupa pelepasan hak
untuk menagih piutangnya dari debitur. Dengan adanya pembebasan ini maka perikatan
antara kreditur – debitur menjadi hapus. Pembebasan hutang dapat dilakukan secara
sepihak maupun timbal balik.
1348 : pembebasan suatu hutang tidak dipersangkakan tetapi harus dibuktikan :
- Pengembalian tanda bukti piutang asli oleh kreditur, merupakan bukti
pembebasan hutang (1439)
- Tetapi pengembalian barang jaminan gadai tidak cukup dijadikan persangkaan
ttg pembebasan hutang pokok.
1440 : pembebasan salah satu debitur dalam tanggung renteng akan membebaskan
kawan berhutang lainnya.
1442 : pembebasan yg diberikan pada penanggung hutang tidak membebaskan dbeitur.
Pembebasan yg diberikan pada salah seorang penanggung hutang tidak membebaskan
penanggung hutang lainnya.
7. Musnahnya barang yg terutang (1444-14450)
1444: apabila barang tertentu yang menjadi objek perikatan musnah, tidak dapat lagi
diperdagangkan, atau hilang di luar kesalahan debitur, sebelum ia lalai menyerahkan
pada waktu yang telah ditentukan maka perikatan menjadi hapus.
1445 : Apabila karena kehilangan itu debitur telah memperoleh ganti kerugian dari orang
lain (perusahaan asuransi), maka hak atas ganti kerugian tersebut harus diserahkan
kepada kreditur, karena pada hakekatnya barang sudah menjadi milik kreditur.
8. Pembatalan perikatan
1446 :
(1) Semua perikatan yang dibuat orang-orang belum dewasa atau orang-orang yang ditaruh
di bawah pengampuan, adalah batal demi hukum, dan atas penuntutan yang
diajukan oleh atau dari pihak mereka, harus dinyatakan batal, semata-mata atas dasar
kebelum dewasaan atau pengampuannya.
(2) Perikatan-perikatan yang dibuat oleh orang-orang perempuan yang bersuami dan oleh
orang-orang belum dewasa yang telah mendapat suatu pernyataan persamaan dengan
orang dewasa, hanya batal demi hukum, sekedar perikatan-perikatan tersebut
melampaui kekasaan mereka.
Cara Pembatalan :
a. Aktif → menuntut pembatalan kepada hakim dengan mengajukan gugatan (untuk
ini diberi jangka waktu 5 tahun)
b. Pasif → tidak berprestasi dan menunggu sampai ada gugatan di muka hakim yg
selanjutnya debitur mengajukan pembelaan atas cacatnya perikatan.
9. Berlakunya suatu syarat batal (1265)
1) Suatu syarat batal adalah syarat apabila dipenuhinya menghentikan perikatan dan
membawa segala sesuatu kembali pada keadaan semula, seolah-olah tidak pernah ada
suatu perikatan.
2) Syarat ini tidak menangguhkan pemenuhan perikatan, hanyalah ia mewajibkan si
berpiutang mengembalikan apa yang telah diterimanya apabila peristiwa yang dimaksud
terjadi.
1253 : Perikatan bersyarat adalah perikatan yang digantungkan pada suatu syarat, yaitu
suatu peristiwa yang masih akan terjadi dan belum pasti terjadinya.
1254 : Semua syarat untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin dilaksanakan,
bertentangan dengan kesusilaan baik, dilarang oleh UU adalah batal.
Dengan dipenuhinya syarat tersebut maka perikatan batal/hapus.
10. Daluwarsa/lampaunya waktu (verjaring)
1946 : Daluwarsa adalah suatu alat untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari
suatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang ditentukan
oleh UU.
Macam Daluwarsa :
a. Daluwarsa untuk memperoleh hak milik atas suatu barang (acquistif verjaring), diatur
dalam Pasal 1963.
b. Daluwarsa untuk dibebaskan dari suatu perikatan atau dibebaskan dari tuntutan
(extinctif verjaring), diatur dalam Pasal 1967. → berkaitan dengan berakhirnya perikatan
jika lewat 30 tahun maka perikatan hapus.
LATIHAN UJIAN
KASUS
Anto (19 tahun), seorang mahasiswa yang kost di wilayah Barek, Sleman, merupakan
penggemar burung berkicau. Di tempat dia kost (yang akan berakhir 30 Desember 2024),
dipelihara beberapa burung berkicau. Pak Sarjono, pemilik kost, ternyata tertarik dengan
burung-burung peliharaan Anto. Pak Sarjono ikut menikmati ramainya kicauan burung-burung
peliharaan Anto sehingga berkeinginan untuk memiliki burung berkicau jenis murai seperti salah
satu burung milik Anto.
Pak Sarjono menyampaikan keinginannya untuk memiliki burung murai kepada Anto
dan menawar burung murai milik Anto. Anto keberatan dan berjanji akan mencarikan burung
murai untuk pak Sarjono. Pak Sarjono menolak dan hanya ingin burung murai milik Anto. Pak
Sarjono mengatakan jika Anto menolak menjual burung murai miliknya, Anto diminta pindah
kost dalam waktu 3 hari. Pak Sarjono beralasan bahwa Anto telah melanggar janji karena dia
tidak menggunakan kamar untuk kost saja, tetapi juga untuk memelihara burung.
PERTANYAAN
1. Jika akhirnya Anto setuju untuk menjual burung murai kepada pak Sarjono karena dia tidak
mungkin pindah kost dalam waktu 3 hari, sah kah perjanjian jual beli burung murai tersebut?
Jelaskan !
Jawab : Tidak sah. Sebab ditinjau dari pemenuhan syarat sah perjanjian :
Syarat sahnya perjanjian :
1) Adanya kata sepakat → “akhirnya Anto setuju” telah terjadi penawaran dari Sarjono dan
diterima oleh Anto atas rasio keadaannya yg tidak mungkin pindah dalam kurun 3 hari.
Namun, dalam rangka memberikan penawaran tsb Sarjono telah melakukan cacat
kehendak yg diatur dalam 1321-1328, dimana cacat tsb berupa penyalahgunaan
keadaan (misbuik van omstadigehen) dan paksaan (dwang) → 1324.
2) Kecakapan para pihak → tidak terpenuhi (1330 yg belum dewasa <21 tahun/tidak kawin
sebelumnya)
3) Suatu hal tertentu → terpenuhi (objek perjanjian adalah burung)
4) Sebab yang halal → terpenuhi
2. Jika disepakati bahwa harga burung murai dibayar dengan 6 bulan kost gratis, sah kah
kesepakatan tersebut? Jelaskan alasan anda !
Jawab : Sah. sebab dalam konteks terdapat penawaran 6 bulan kost maka pembayaran tsb
dinilai setimpal dengan kondisi anto yg mana juga tidak mungkin pindah dalam waktu 3 hari
artinya paksaan disini telah diminimalisir, dan dalam hal anto menerima/menyanggupi
penawaran tsb maka perjanjian tsb pun sah karena dia telah sepakat juga karena telah ada
kompensasi setimpal – dan kedudukan para pihak disini setara karena anto memiliki bargaining
power untuk menawar-negosiasi hingga tercapai kesepakatan 6 bulan.
3. Dari kasus tersebut di atas, kapan perjanjian jual beli burung murai antara Anto dan pak
Sarjono lahir?
Jawab : Perjanjian jual beli burung tersebut lahir pada saat terjadi kesepakatan atau terucap
kata sepakat, sebagaimana perjanjian jual beli termasuk dalam perjanjian konsensuil.
4. Dari kasus tersebut di atas, apa cara berakhirnya perjanjian yang mungkin terjadi? Jelaskan !
Jawab :
Terhadap perjanjian sewa kost Anto –
a. Jika Anto tidak menerima penawaran/melakukan jual beli dimungkinkan berakhir karena
penghentian (obzegging), dengan alasan bahwa kamar kost tidak digunakan untuk
kamar saja tetapi juga untuk memelihara hewan ‘burung’ yang mana hal ini merupakan
wanprestasi.
b. Berdasarkan berakhirnya tenggat waktu → perjanjian berakhir paa 30 Desember jika
pembayaran atas burung dengan uang. Atau 6 bulan setelah 30 Desember jika
penawaran pak Sarjono diterima.
Terhadap perjanjian jual-beli – ?
PERIKATAN BERDASARKAN UU
1. Apa pembeda antara wanprestasi dan PMH?
Apa perbedaan Wanprestasi dan PMH ?
JAWAB :
Wanprestasi didasarkan atas perjanjian, jadi ketika debitur melakukan tindakan yg melanggar
kewajiban pemenuhan atas pretasi maka tindakan tersebut adalah wanpres. Sedangkan PMH
tindakan yg terjadi adalah perbuatan yg merupakan kesalahan, melawan hukum yg mana
berakibat pada kerugian dan antara kerugian tsb terdapat hubungan kausalitas.
Unsur wanprestasi :
a. Ada perjanjian;
b. Ada pihak yang ingkar janji atau melanggar perjanjian; dan
c. Telah dinyatakan lalai, namun tetap tidak melaksanakan isi perjanjian.
Unsur perbuatan melawan hukum :
a. Harus ada perbuatan (positif maupun negatif);
b. Perbuatan itu harus melawan hukum;
c. Ada kerugian;
d. Ada hubungan sebab akibat antara perbuatan melawan hukum itu dengan kerugian;
e. Ada kesalahan.
Dalam perbuatan melawan hukum si penggugat harus dapat membuktikan semua
unsur-unsur kesalahan pada si tergugat. Sedangkan, dalam wanprestasi si penggugat cukup
menunjukkan adanya wanprestasi, sementara pembuktian, dalil bahwa tidak adanya
wanprestasi dibebankan pada si tergugat.
Tuntutan pengembalian pada keadaan semula (restitutio in integrum) hanyalah dapat
dilakukan jika terjadi gugatan perbuatan melawan hukum, sedangkan dalam gugatan
wanprestasi tidak dapat dituntut pengembalian pada keadaan semula.
Bilamana terdapat beberapa orang debitur yang bertanggung gugat, maka dalam hal
terjadi tuntutan ganti kerugian pada gugatan perbuatan melawan hukum, masing-masing
debitur dapat bertanggung gugat untuk keseluruhan ganti kerugian tersebut, sekalipun tidak
berarti bahwa tanggung gugat tersebut sama dengan tanggung renteng.
2. Apakah setiap orang memiliki kewajiban yang melekat terhadap orang lain?
Ya. Pasal 28J ayat (1) dan (2) UUD Menetapkan bahwa setiap orang memiliki kewajiban
menghormati hak asasi manusia lain dan atas menjalankan kebebasan dan hak tsb setiap
orang harus tunduk pada pembatasan yg ditetapkan UU.
3. Apakah pemerintah dapat bertanggung jawab berdasarkan PMH?
Pemerintah dapat melakukan ganti rugi atau kompensasi dalam hal pemerintah melakukan
tindakan yang merugikan → pelanggaran hak asasi
4. Apakah setiap tindak pidana selalu mencakup PMH?
Ya. penjatuhan pidana didasarkan atas kesalahan → perbuatan melawan hukum secara
kepentingan publik
5. Apakah PMH lebih luas dari PMH?

Anda mungkin juga menyukai