Anda di halaman 1dari 27

BAGAIMANA

MEMBUAT VALUE
DALAM BISNIS?
DAFTAR ISI

Apa Itu Value Bisnis ? 5

Mengapa Value Bisnis Penting? 8

Bagaimana Membuat Value Bisnis 9

10 Cara Menilai Pasar 11

Economic Value 13

Relative Importance Testing 18

Shadow Testing 21

Minimum Viable Offer 23

Penutup 26

2
Dunia ini dipenuhi dengan kesempatan untuk membuat
hidup orang lain lebih baik.

Beberapa kelompok orang memiliki masalah tertentu


dan tidak menemukan solusi untuk mengatasinya. Di
sini, kontribusi dan peran kita sangat dibutuhkan.

“ SEBAGAI BUSINE
TUGAS KITA ADA
MENGANALISA M
SSMAN,
LAH
ASALAH,
I ATAS
MENCARI SOLUS
POK
MASALAH KELOM
TERSEBUT, KEMU
MENCARI CARA U
DIAN
NTUK
OLUSINYA.

MENYEDIAKAN S

3
Saat membangun bisnis, hal-hal apa saja yang harus
dimiliki?

Modal, pasti. Riset target pasar, pasti. Namun, selain itu,


ada satu lagi yang tidak kalah penting. Value namanya.

Setiap bisnis yang berhasil pasti menghasilkan sesuatu


dengan value. Value yang kita ciptakan bisa berbeda-
beda, tapi tujuannya selalu sama: membuat hidup orang
lain sedikit lebih baik.

Bisnis-bisnis terbaik di dunia ini adalah bisnis yang


mampu menciptakan value. Beberapa berjuang keras
untuk membuat value kecil yang berdampak bagi
banyak orang, sedangkan yang lain berfokus untuk
membuat value besar bagi segelintir orang aja.

Tapi, mau gimana pun, kuncinya adalah sungguh-


sungguh dan nyata. Semakin baik dan nyata value yang
kita ciptakan dari bisnis kita, kita akan semakin dekat
dengan keberhasilan.

4
Apa itu Value Bisnis?

Sebelum kita bahas cara menciptakan value bisnis secara


lebih jauh, kita perlu tahu apa itu value dan konsepnya
dalam bisnis.

Secara umum, value diartikan sebagai unsur yang


melekat pada bisnis.

“VALUE ADALAH BENEFIT YANG


DIBERIKAN OLEH BUSINESSMAN
KEPADA KONSUMEN AGAR
KONSUMEN MENDAPAT

SESUATU MELEBIHI BIAYA YANG
MEREKA KELUARKAN.

5
Di marketing, rumus umum VALUE adalah benefit
yang diterima konsumen dikurangi biaya yang mereka
keluarkan.

Kalau dilihat dari sisi kita sebagai pemilik usaha, kita


harus paham gimana kita bisa ngasih benefit produk
melebihi biaya yang dikeluarkan sama konsumen.
Supaya lebih ada gambaran tentang value bisnis, kita
juga perlu paham elemen-elemennya.

Elemen pertama dan utama yang membuat value bisnis


adalah kebutuhan (need).

Saat menjual suatu produk, kita memenuhi kebutuhan


sekelompok orang. Selama konsumen masih
membutuhkan produk tersebut, selama itu juga kita
menjual produk kita.

Kedua, solusi (solution).

Produk yang kita jual harus jadi solusi untuk mengatasi


masalah konsumen. Misalnya kita menjual kopi dengan
konsep take away di dekat perkantoran.

Produk kita akan jadi solusi untuk karyawan perkantoran


yang butuh kopi dengan cepat dan dapat langsung
dibawa.

6
Selama mereka masih membutuhkan kopi dengan
konsep tersebut, selama itu juga kita dapat berjualan.
Elemen ketiga adalah lebih baik (better).

Kita tahu kalau semua orang ingin mendapat produk


yang terbaik. Mereka juga mempertimbangkan hal lain
seperti pelayanannya.

Kalau begitu, tugas kita sebagai pemilik bisnis adalah


menyediakan produk dan layanan yang baik dan
berkualitas untuk mereka.

Di sinilah kita bisa membuat value bisnis yang kuat.


Buat produk yang berkualitas dengan pelayanan yang
memuaskan.

Keempat, unik (unique).

Saat berbisnis, sudah pasti kita memiliki kompetitor.


Kompetitor menjual produk yang mirip atau bahkan
sama dengan yang kita jual.

Jangan langsung ciut dan berkecil hati, kita dapat


memanfaatkan situasi ini untuk membuat value dengan
satu keunikan yang hanya dimiliki oleh produk kita.

Jika kita berhasil menemukan dan menunjukkan


keunikan dari produk kita, konsumen akan lebih tertarik
untuk membeli.
7
Mengapa Value Bisnis Penting?

Value adalah sesuatu yang penting dalam bisnis karena


dapat membantu perkembangan perusahaan menuju
ke arah yang lebih baik.

Value bakal jadi sesuatu yang selalu menarik perhatian


konsumen dan meningkatkan loyalitas mereka buat
brand perusahaan. Makanya, value creation itu sangat
penting dan harus kita lakukan.

“Value creation sepenting itu kah?”

Gini deh, coba bayangin, gimana bisnis mau jalan


kalau nggak ada sesuatu unik atau nilai plus yang kita
tawarkan di produk kita. Tentu orang-orang nggak akan
tertarik dan nggak rela mengeluarkan uang untuk beli
produk kita. Betul, kan?

“Memangnya bisnis yang nggak punya value creation


bakal gimana?”

Kalau nggak ada value creation, bisnis nggak akan bisa


jalan. Kita nggak bisa melakukan transaksi sama orang
lain kalau kita nggak punya something valuable yang
bisa ditukerin sama uang mereka.

8
Satu lagi, bayangkan kalau kita mau menawarkan produk
kita buat dijual, tapi kita sendiri nggak tahu apa benefit
dari produk itu. Pasti bakal mengherankan.

Bagaimana Membuat Value Bisnis?

Value bisnis harus dibuat agar bisnis semakin


berkembang.

Sebagai businessman, kita bisa membuatnya dengan


berbagai cara. Yang penting, kita tahu bagaimana produk
kita dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
konsumen kita dan apa kelebihan produk kita.

Untuk membuat value bisnis, tentu kita harus fokus pada


tujuan utama. Apa yang mau dicapai dengan adanya
bisnis ini?

Gimana cara untuk mencapainya?

Kita juga perlu fokus pada produk yang kita tawarkan.


Apa kelebihannya kalau dibandingkan dengan produk
kompetitor?

Apa benefit produk kita?

9
Kalau sudah fokus dan bisa mengenali benefit dan
kelebihan produk, kita juga harus terus berinovasi. Inovasi
ini hasilnya dari mana? Dari ide kreatif dan pengetahuan
yang kita miliki.

Kenapa harus terus berinovasi? Supaya konsumen terus


tertarik dan menyukai produk yang kita tawarkan.

Katakanlah kita punya bisnis F&B. kita boleh berinovasi


dengan mengkreasikan produk kita yang sudah ada dan
memadukannya dengan tren yang lagi happening.

Jadi lah, ada beberapa menu varian baru dari produk kita.
Konsumen kita jadi bisa mencoba lebih banyak pilihan
dari produk kita.

Kita juga harus rutin melakukan evaluasi produk yang


sudah ada. Supaya apa? Supaya kita bisa melihat lagi,
“Produk saya kurangnya apa, sih?”, “Kenapa konsumen
kurang tertarik sama produk A”, dan sebagainya.

Kalau sudah evaluasi, kita bisa terus meningkatkan


kelebihan produk kita atau mempertahankannya jika
dirasa sudah cukup baik dan bisa memenuhi permintaan
pasar.

10
10 Cara Menilai Pasar

Josh Kaufman, seorang penulis buku bisnis best seller


“The Personal MBA”, memberikan 10 metode atau cara
untuk menilai daya tarik dan membuat target pasar.

Metode ini akan berguna jika diterapkan saat kita akan


membuka bisnis. Caranya adalah menilai kesepuluh
metode di bawah ini menggunakan skala 1 sampai 10.
Skala 0 artinya kurang menarik dan 10 artinya sangat
menarik.

1. Urgency - Seberapa ingin atau seberapa butuh


orang-orang akan produk kita?
2. Market size - Berapa banyak orang yang akan
membeli produk seperti yang kita tawarkan?
3. Pricing potential - Berapa rata-rata harga
tertinggi yang akan dikeluarkan pembeli untuk
produk kita?
4. Cost of Customer Acquisition - Seberapa mudah
untuk mendapatkan pembeli baru? Dari sisi kita
sendiri, berapa rata-rata uang atau usaha yang
bisa dikeluarkan demi menghasilkan penjualan?
5. Cost of Value-Delivery - Seberapa besar uang
atau usaha yang dikeluarkan untuk membuat
atau menyampaikan value yang kita tawarkan?

11
6. Uniqueness of Offer - Seberapa unik penawaran
yang kita buat kalau dibandingkan dengan
penawaran yang dilakukan kompetitor kita di luar
sana?
7. Speed to Market - Seberapa cepat kita bisa
membuat sesuatu untuk dijual?
8. Up-Front Investment - Seberapa banyak uang
yang bisa kita investasikan sebelum kita siap
untuk memulai bisnis?
9. Up-Sell Potential - Apakah ada penawaran kedua
yang bisa kita berikan kepada pembeli?
10. Evergreen Potential - Seberapa besar usaha
tambahan yang akan kita lakukan agar bisnis kita
bisa terus berjualan?

Kalau sudah memberi nilai ke setiap metode, jumlahkan


semuanya. Kalau skor kita lebih dari 50 ke bawah, coba
cari ide bisnis yang lain. Kalau 75 ke atas, ide yang kita
kembangkan sudah sangat menjanjikan.

Bagaimana kalau skornya di antara 50 dan 75?


Sebenarnya sudah cukup potensial, tapi kurang bisa
bertahan lama tanpa energi dan sumber daya yang lebih.

Jadi, kita harus hati-hati dalam merencanakan


semuanya.

12
Economic Values

Setiap kali kita masuk ke toko untuk beli barang, kita


pasti punya banyak pertimbangan sebelum beli barang
tersebut.

Istilahnya, faktor yang membuat kita akhirnya


memilih barang tersebut dari berbagai pilihan yang
ada. Nah, ternyata ada beberapa aspek yang menjadi
pertimbangan seseorang sebelum beli sesuatu.

Menurut Josh Kaufman, ada sembilan economic value


yang jadi pertimbangan orang-orang saat menilai
potensi pembelian dari sesuatu yang ditawarkan.

Kesembilan economic value itu adalah efisiensi


(efficiency), kecepatan (speed), kekitalan (reliability),
kemudahan penggunaan (ease of use), fleksibilitas
(flexibility), status, daya tarik secara estetika (aesthetic
appeal), emosi (emotion), dan terakhir yang nggak kalah
penting… biaya (cost).

Coba kita bahas satu per satu, ya. Kita pakai studi kasus
waktu mau beli sepeda.

13
Ceritanya, sepeda ini bakal kita pakai sebagai alat
transportasi buat ke kantor yang jaraknya 700 meter aja
dari tempat tinggal kita.

Pertama, efisiensi. Efisiensi artinya seberapa efisien atau


seberapa baik barang itu.

Kira-kira waktu dinaikin nanti bakal nyaman atau


enggak? Bakal awet atau enggak? Kalau udah beli, saya
bakal terbantu banyak atau enggak ya? Nah, ini sering
jadi pertimbangan kita sebelum beli sesuatu.

Kecepatan artinya seberapa cepat barang ini bekerja


buat menuhin kebutuhan kita.

Kecepatan di sini bukan selalu tentang seberapa cepat


sepeda itu bisa bergerak di jalan ya, karena ‘kan tetap
tergantung kita yang ngayuh sepedanya.

Pertimbangan tentang kecepatan ini misalnya secepat


apa kita bisa dapet manfaatnya? Begitu saya pakai,
apakah saya langsung bisa terbantu?

Next, reliability atau keandalan. Saya betul-betul bisa


ngandalin sepeda ini buat mempersingkat waktu ke
kantor atau enggak ya? Kira-kira saya masih bisa naik
sepeda ini atau enggak ya misal saya lagi buru-buru?

14
Keempat, ease of use atau kemudahan dalam
menggunakan barang tersebut.

Sepeda ini mudah dipakai atau enggak sih? Apakah


tingginya cukup dengan proporsi badan saya? Kalau
saya naik sepeda ini, saya bakal dapat kemudahan apa
aja? Percuma ‘kan kalau saya beli tapi ternyata ribet dan
malah bikin saya sendiri repot.

Kemudian ada fleksibilitas. Fleksibilitas artinya kira-kira


sepeda ini bisa dimanfaatin buat apa aja selain ke kantor?
Apakah bisa kita pakai waktu diajak gowes bareng
teman-teman SMA?

Enam, status. Nilai ekonomi yang satu ini erat kaitannya


sama ego dan perasaan gengsi kita.

Kalau kita naik sepeda ini, kita bakal dipandang gimana


ya sama orang lain terutama orang kantor? Buat
beberapa orang, status ngaruh banget. Tapi, beberapa
juga nggak mempermasalahkannya.

Next, daya tarik barang secara estetika. Daya tarik


atau bagaimana rupa suatu barang kadang menjadi
pertimbangan kuat. Apakah warna sepeda ini bagus?
Apakah kita menyukai desain fisiknya?

15
Selanjutnya ada emosi. Gimana perasaan saya kalau saya
punya sepeda ini? Saya bakal senang dan bersemangat
terus kah dengan menaiki sepeda ini ke kantor?

Terakhir, ada biaya. Berapa uang yang harus saya


keluarkan untuk bisa mendapatkan sepeda ini? Apakah

ECONOMIC V
ALUE DI ATA
BISA TERBA S
GI MENJAD
K ARAKTER I DUA
ISTIK UTAM
YAITU KENY A,
AMANAN
(CONVENIE
KESETIAAN
(FIDELITY).
NCE) DAN
ATAU LOYA

LITAS

Kalau sepeda itu bisa diandalkan, mudah dipakai, cepat,


dan fleksibel, berarti sepeda itu cenderung condong ke
arah nyaman.

Di sisi lain, kalau sepeda itu berkualitas, menarik, bisa


meningkatkan status, dan membuat kita bahagia,
sepeda itu bisa membangun rasa loyal kita terhadap
brand-nya.

16
Dua karakteristik utama ini dipaparkan oleh Kevin Maney
dalam buku yang berjudul Trade-Off: Why Some Things
Catch On, and Others Don’t.

Pertanyaannya sekarang adalah, jika saya menjadi


penjual sepeda, apakah saya bisa mengoptimalkan
keduanya?

Jawabannya: sangat sulit. Ada satu karakteristik yang


harus dikorbankan. Kenyamanan dan loyalitas jarang
berhasil jika dioptimalkan dalam waktu bersamaan.

Salah satu cara untuk mengakalinya adalah dengan


menerapkan trade-off yang spesifik.

Kita mungkin tidak dapat memenuhi selera semua


orang karena selera setiap orang berbeda-beda, tetapi
kita dapat mengoptimalkan beberapa nilai ekonomi dan
menjadikan itu kekuatan dari produk yang kita tawarkan.

Sebagai contoh, kita lebih menekankan aspek estetika


dan model sepeda. Kita mengesampingkan fungsi
(efisiensi) sehingga mematok harga yang murah untuk
produk yang kita tawarkan.

17
Relative Importance Testing

Apa itu Relative Importance Testing?

Menurut Josh Kaufman, Relative Importance Testing


adalah metode yang bisa membantu kita menentukan
apa yang sebenarnya diinginkan orang-orang. Relative
Importance Testing pertama kali dilakukan oleh ahli
statistika Jordan Louviere di tahun 1980an.

Dengan bertanya langsung ke responden, kita bisa


mengumpulkan informasi akurat tentang respon mereka
ketika dihadapkan pada pilihan yang sama di kehidupan
nyata. Bisa dikatakan kalau metode ini mirip cek ombak.

Gimana cara kerjanya?

Caranya adalah dengan mengajukan pertanyaan yang


dirancang seperti simulasi trade-off di kehidupan
nyata. Semakin banyak set pertanyaan yang diisi oleh
responden, semakin kita bisa menilai kepentingan relatif
dari tiap benefit.

Tes ini akan membantu kita menentukan benefit apa


yang harus kita fokuskan untuk membuat penawaran
kita lebih menarik.

18
Masalahnya, Relative Importance Testing ini sedikit
tricky. Kita semua tahu kalau orang-orang itu pasti
want everything. Mereka ingin semua hal yang bisa
menguntungkan mereka.

Detailnya gini: apapun produk yang kita tawarkan, semua


orang pasti ingin produk yang menawarkan hasil secara
instan tanpa effort yang besar.

Di saat bersamaan, mereka ingin penawaran yang bisa


bikin mereka kaya, terkenal, dan sebagainya. Lebih
parahnya lagi, mereka juga ingin itu semua free.

Tapi, realitanya setiap orang tetap membeli produk yang


nggak free dan nggak sempurna. Kenapa begitu?

Orang-orang nggak pernah menerima konsep trade-off


kecuali mereka dipaksa untuk membuat pilihan. Kalau
ada pilihan yang sempurna dan sesuai sama apa yang
mereka inginkan, mereka bakal pilih itu, mereka bakal
beli.

Tapi, sejatinya nggak ada satupun hal di dunia ini yang


sempurna, termasuk penawaran. Jadi orang-orang akan
pilih the next best alternative.

Sekarang coba kita lebih jauh cara kerja Relative


Importance Testing ini. Contoh studi kasusnya, kita ingin
membuka sebuah coffee shop.
19
Kemudian kita melakukan metode Relative Importance
Testing ke beberapa responden calon pelanggan kita.
Di metode ini, kita akan membuat beberapa set pilihan
seperti:

• Pesanan jadi dengan cepat, kurang dari 5 menit


• Harga kopi yang dijual rata-rata di bawah 30 ribu
rupiah.
• Dekorasi coffee shop-nya aesthetic, menarik,
instagrammable
• Banyak variasi menu kopi

Setelah itu, berikan pertanyaan seperti “Di antara


keempat pilihan di atas, mana yang paling penting bagi
kita?” “Mana yang paling tidak penting?” Kemudian,
biarkan mereka menjawab. Berikan set pilihan yang lain
sampai akhir tes. Dalam satu set, cantumkan 4-5 kriteria
sampai tidak ada lagi kombinasi yang bisa dibuat.

Gimana hasilnya?

Cukup membuka pikiran. Responden pasti nggak


butuh waktu lama untuk menjawab masing-masing
set pertanyaan itu. Dengan meminta responden untuk
memilih, kita bisa mengumpulkan informasi akurat
tentang respon mereka ketika kita mulai berjualan besok.

20
Kalau hasilnya bisa dianalisis secara statistik, relative
importance atau kepentingan relatif dari tiap benefit
menjadi jelas.

Semakin banyak set yang diisi oleh responden, semakin


kita bisa menilai relative importance dari tiap benefit
yang diberikan dari bisnis kita. Dengan demikian, kita
bisa menentukan dengan cepat benefit mana yang
harus kita fokuskan agar bisnis kita terlihat menarik dan
unik.

Shadow Testing

Metode kedua yang bisa kita coba adalah shadow


testing. Shadow Testing adalah metode di mana kita
menjual penawaran sebelum penawaran tersebut ada.

Kuncinya, kita harus dengan jelas memberi tahu kepada


pelanggan kita bahwa penawaran produk masih dalam
proses. Dari metode ini, kita akan mendapat melihat
apakah orang-orang bersedia membeli produk kita atau
tidak sejak awal.

21
Meskipun terdengar aneh, tapi metode ini dinilai cukup
efektif untuk mengurangi risiko kegagalan project kita.
Kita dapat mengumpulkan data atau feedback dari calon
pelanggan sesegera mungkin.

Risiko kegagalan juga sebaiknya dikurangi. Caranya


gimana? Dengan menguji penawaran kita kepada
pelanggan yang pasti menginginkan produk tersebut
daripada langsung menawarkannya kepada audiens luas.

Cara ini didukung oleh Josh Kaufman yang


mengatakan bahwa cara terbaik untuk memvalidasi
kebenaran dari asumsi kita adalah mengujinya secara
langsung.

Dari metode Shadow Testing, kita bisa mendapat


feedback penting dari pelanggan. kita bisa melihat
apakah orang-orang benar-benar akan mengeluarkan
uang mereka untuk produk yang kita tawarkan.

Saat melakukan tes ini, tanamkan pada diri kita sebuah


tujuan utama, yaitu mulai mengumpulkan data dari
real paying customer atau pelanggan yang benar-benar
tertarik sesegera mungkin.

22
Minimum Viable Offer

Minimum Viable Offer adalah prototype dari produk


yang akan dibeli oleh orang-orang. Penawaran ini
memberikan benefit terkecil untuk penjualan. Dengan
metode ini, kita dapat mengumpulkan feedback dari real
customer secepat mungkin. Setelahnya, kita mulai bisa
menguji asumsi kita sendiri.

Tujuan metode ini adalah untuk mengurangi risiko


kegagalan project dengan berinvestasi seminim
mungkin tapi segera mengetahui apa yang berhasil dan
apa yang tidak.

Untuk bisa mencapai tujuan ini, kita harus memiliki


sesuatu untuk dijual. Namun, kita tidak perlu membuat
penawaran sebelum kita mulai berjualan.

Minimum Viable Offer adalah penawaran yang


menjanjikan dan memberikan benefit sekecil mungkin
demi menghasilkan penjualan yang sesungguhnya.

Prototype produk dalam Minimum Viable Offer sudah


dikembangkan sedemikian rupa agar dapat membuat
seseorang langsung membayar produk tersebut.

23
Metode ini berguna karena kita tidak dapat sepenuhnya
memprediksi atau mengira-ngira penawaran seperti apa
yang akan berhasil.

Kita tidak ingin mengeluarkan banyak waktu, uang,


dan tenaga untuk sesuatu yang belum pasti berhasil.
Dengan kata lain, kita tidak ingin gambling. Jadi, kita
lebih memilih untuk mencari tahu apakah ide kita akan
berhasil atau tidak.

Feedback dari pelanggan prospektif dan yang sudah


pasti akan membeli sebenarnya berbeda sekali. Dengan
menerapkan Minimum Viable Offer, kita bisa mulai
mengumpulkan data atau feedback dari real customer
sesegera mungkin. Kita bisa menguji apakah asumsi
kita benar sehingga bisa mengurangi risiko kegagalan
project.

24
Metode testing ini sederhana, cepat, dan tidak mahal.
Kita hanya butuh waktu dan strategi yang tepat untuk
menawarkan prototype produk kita.

Ketimbang mengeluarkan banyak uang untuk


memasarkan produk kita, akan lebih baik kalau kita
membuat prototype dan menawarkannya dengan
strategi yang tepat.

Dengan investasi yang kecil, baik dalam segi uang,


tenaga, dan usaha, kita akan bisa menemukan apa
yang kira-kira berhasil dan apa yang tidak. Jika ide kita
menjanjikan, kita pasti bisa mewujudkannya.

25
Penutup

Sekarang kita sudah paham apa itu value bisnis,


mengapa hal itu penting, dan beberapa metode untuk
membuatnya. kita dapat mempraktikkan mana yang
sesuai dengan bisnis kita, dan sesuaikan juga dengan
modal yang kita miliki.

Kalau bisnis kita sudah punya value, kita bisa terus


meningkatkan value-value itu saat dalam proses bisnis.
Tujuannya apa? Tentu untuk menarik konsumen dan
mempertahankan loyalitas konsumen kita.

Loyalitas konsumen biasanya dibangun dari ikatan


emosional, kepercayaan, dan kepuasan. Jadi, pastikan
value kita bisa membantu membangun itu semua.
Contoh konkritnya, kita bisa membuat program loyalitas
konsumen atau mungkin promo khusus keanggotaan.
Kita pasti ingin konsumen terus membeli produk kita
bukan?

Meningkatkan value bisnis bisa diawali dengan


membantu calon konsumen memahami value bisnis
kita. Apa yang kita tawarkan, kelebihan, hingga unique
selling point-nya.

26
Kalau kita tidak menjelaskannya, calon konsumen tidak
akan aware dengan benefit produk kita. Saat membuat
unique selling point pun, diperlukan inisiatif yang tinggi
agar produk kita semakin berkembang dan mampu
bersaing dengan kompetitor.

Satu hal lagi yang tidak kalah penting, berikan pelayanan


terbaik dan tentunya berkualitas. Contoh konkritnya
adalah melayani dengan ramah.

Calon konsumen atau konsumen loyal kita pasti


akan terkesan. Selain itu, pelayanan yang ramah juga
membantu mempererat keterikatan emosional mereka
dengan produk kita.

Value yang kuat akan membawa bisnis kita terus


berkembang dan memiliki posisi penting di pasaran.
Dengan adanya value juga, bisnis kita dapat menuju
bisnis yang berkelanjutan.

Artinya, bisnis kita punya manfaat jangka panjang dan


tidak mengejar profit saja. Kita bisa membuat bisnis kita
bermanfaat bagi aspek lingkungan dan sosial, kemudian
menjadikannya sebagai salah satu value yang kuat.

27

Anda mungkin juga menyukai