Anda di halaman 1dari 39

Pedoman Teknis Membuat Media Tanam

Pot ‘Bermutu Tinggi’


2 December 2020 / Tips & Trik
Telah diperbarui Desember 2020.

Anda suka menanam buah dalam pot?

Tahukah anda, masa depan mereka sangat ditentukan oleh media


tanam yang anda pakai.

Kesalahan membuat media tanam pot, akan berdampak buruk pada


pertumbuhan tanaman dalam jangka panjang.

Bahkan tidak jarang, efeknya langsung terlihat hanya hitungan hari atau
minggu pasca tanam, seperti daun mendadak layu, kering, rontok,
hingga berujung kematian.

Saya yakin anda tidak ingin mengalaminya.

Artikel ini akan membimbing anda cara membuat media tanam pot
bermutu tinggi yang belum banyak diketahui penghobi manapun.
Sebab, di sini saya menerapkan kaedah-kaedah penting yang diadopsi
dari teknologi pertanian modern yang saya kumpulkan dari banyak
referensi ilmiah lokal hingga internasional, kemudian saya adaptasikan
agar bisa diterapkan untuk tabulampot (tanaman buah dalam pot).

Anda tidak perlu bersusah payah melakukan itu, karena saya telah

merangkum semuanya untuk anda, GRATIS. 😀

Sudah siap untuk belajar ilmu baru?

Mari kita mulai!

1. Kriteria Media Tanam Pot Bermutu Tinggi


Ada banyak sekali versi media tanam yang dibagikan oleh kawan-kawan
penghobi di luar sana.

Saking banyaknya, mungkin membuat anda bingung versi mana yang


benar dan cocok untuk anda.

Sekarang, hilangkan kebingungan anda!

Karena ada parameter yang bisa anda gunakan untuk mengukur apakah
suatu media tanam memiliki mutu yang baik atau buruk.

Media tanam yang BERKUALITAS SUPER harus memenuhi 6 kriteria


berikut:

1. Bertesktur gembur, remah dan porous


2. Kaya kandungan bahan organik dan unsur hara
3. pH tanah cenderung netral atau kisaran level 6-7
4. Didominasi organisme tanah bermanfaat dan minim organisme
merugikan (patogen)
5. Mampu menyimpan air dalam jumlah sedang, tidak kurang atau
berlebihan
6. Dalam jangka panjang, tekstur tanah tidak mudah memadat dan
mengeras
Apapun alasannya, hindari menggunakan media tanam yang tidak
memenuhi salah satu dari enam kriteria di atas. Karena mereka semua
saling mendukung dan mempengaruhi.

Jika salah satu kriteria tidak terpenuhi, maka akan ada kriteria lain
yang terpengaruh dan ikut hilang.

Contohnya begini:

Apabila media tanam anda didominasi oleh organisme patogen dan


minim organisme bermafaat, maka bahan organik yang terkandung di
dalam media tanam tersebut bukannya menguntungkan dan
menyuburkan tanaman, justru akan menjadi sumber tumbuh-
kembangnya hama & penyakit tanaman.

Itulah mengapa banyak penghobi yang mengeluhkan media tanam


mereka menjadi sarang semut, rayap, uret/embug, nematoda,
tungau/kutu akar, siput, jamur dan seterusnya.

Contoh berikutnya:

Apabila pH media tanam tidak netral, maka kandungan nutrisi atau unsur
hara dalam tanah akan diikat oleh unsur kimiawi tanah tertentu.

Sehingga, unsur hara di dalam media tanam akan sulit diserap oleh
tanaman, sekalipun jumlah unsur hara di sana sangat berlimpah.
(Tabel: Pengaruh pH tanah terhadap ketersediaan unsur hara dalam
tanah. Sumber: University of California)
Dengan kata lain, tanaman tidak bisa makan.

Jika kondisi tersebut berlangsung lama, pohon bisa mati kelaparan.

Di samping itu, pH tanah yang tidak netral juga akan membunuh


sebagian besar organisme tanah bermanfaat, baik dari golongan bakteri,
cendawan, hingga cacing.
(Gambar: Pengaruh pH tanah terhadap pertumbuhan mikroorganisme
tanah. Sumber: Washington State University)
Mudah-mudahan, dua contoh di atas sudah cukup untuk membuat anda
semakin paham.

Nah, di Google, Facebook hingga Youtube, banyak referensi cara


membuat media tanam pot dengan beragam versi. Sayangnya, sebagian
besar mereka tidak didasarkan pada kaedah-kaedah yang tepat.

Alhasil, akan timbul banyak masalah yang tidak diharapkan di kemudian


hari seperti:

 Pohon mudah diserang hama & penyakit


 Pertumbuhan pohon lambat bahkan kerdil
 Sulit berbuah, atau meskipun bisa berbuah tetapi buah mudah
rontok dan kualitasnya pun rendah
 Pada kasus yang parah, pohon mengalami kematian
Baik, setelah memahami apa saja kriteria media tanam pot berkualitas,
sekarang kita masuk ke bagian teknis pembuatannya.

2. Empat Langkah Mudah Membuat Media Tanam Pot


Berkualitas Super

Langkah 1: Menentukan Komposisi Media Tanam

Langkah pertama yang harus anda lakukan adalah mempertimbangkan


komposisi bahan baku media tanam yang ingin anda gunakan.

Bahan baku yang umum dipakai untuk campuran media tanam pot
adalah tanah, pasir, sekam padi, arang sekam/sekam bakar, cocopeat,
kompos, pupuk kandang, hingga media tanam kemasan siap pakai yang
banyak dijual di lapak-lapak bibit tanaman.

Manakah yang terbaik?

Yang terbaik adalah yang paling mudah anda dapatkan.


Tidak ada yang sempurna, masing-masing bahan memiliki kelebihan dan
kekurangan.

Selama bahan-bahan tersebut bisa mendukung tercapainya kriteria atau


kaedah dasar yang kita bahas di awal, maka tidak ada alasan untuk tidak
menggunakannya.

Jadi, jangan terlalu kaku dalam masalah ini.

Pilihlah bahan yang paling mudah anda dapatkan! Itu saja poinnya.

Supaya mudah dipahami, saya membagi komposisi media tanam


pot menjadi 3 kelompok:

1. Menggunakan tanah berat


2. Menggunakan tanah ringan
3. Menggunakan media tanam kemasan siap pakai
Alasan saya membuat pembagian di atas karena masing-masing
kelompok memerlukan komposisi bahan baku yang berbeda.

Mari kita bahas satu per satu.


a. Menggunakan tanah berat

Tanah berat adalah tipe tanah yang strukturnya didominasi kandungan


liat dan sangat sedikit pasir maupun debu.

Contohnya: tanah merah, tanah lempung, tanah liat, dst.

Ciri-ciri tanah berat yaitu jika kondisi kering teksturnya menjadi padat
dan keras, serta tidak menghasilkan banyak debu saat tertiup angin.
Sedangkan dalam kondisi basah, tanah sangat lengket ketika diinjak.

Ciri lainnya adalah tanah berat biasanya memiliki warna yang lebih
terang, akibat minimnya bahan organik yang dikandungnya.
Nah, jika anda menggunakan tanah jenis ini, maka diperlukan
penambahan bahan lain untuk memperbaiki teksturnya yang padat dan
keras menjadi lebih gembur, remah dan porous.

Pilihan komposisi yang bisa anda gunakan:

1. Tanah berat + pasir + kompos/pupuk kandang + arang sekam


(1:1:1:1)
2. Tanah berat + pasir + kompos/pupuk kandang + sekam padi
(1:1:1:1)
3. Tanah berat + pasir + kompos/pupuk kandang (1:1:1)
Dari ketiga pilihan di atas, komposisi No.1 adalah yang terbaik.

Keterangan (1:1:1:1) dan (1:1:1) di atas maksudnya adalah jumlah


perbandingan antar bahan.

Misalnya anda menggunakan komposisi No.3, maka perbandingannya


adalah 1 ember tanah berat, 1 ember pasir, 1 ember kompos.
Penggunaan ember sebagai alat takar juga hanyalah contoh saja. Anda
bisa gunakan alat takar lain seperti karung, sekop, kaleng atau lainnya.
(Gambar: Arang sekam / sekam bakar)
Catatan PENTING:

Pasir yang saya maksud adalah pasir yang masih kasar, bukan yang
sudah diayak. Anda bisa gunakan pasir bangunan, pasir sungai, atau bisa
juga mengeruk lapisan pasir yang biasanya tersebar di pinggiran jalan,
parit, pekarangan rumah dan semisalnya.

Pupuk kompos bisa anda beli di toko tanaman hias terdekat. Pilihlah
kompos yang menggunakan kemasan pabrik/profesional.
Contohnya seperti ini:

(Gambar: Contoh pupuk kompos berkualitas)


Setidaknya, hal tersebut bisa dijadikan parameter apakah suatu produk
kompos memiliki kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan atau tidak.

Namun jika anda menggunakan pupuk kandang, maka pupuk kandang


harus difermentasi sempurna terlebih dahulu hingga tekstur, warna dan
aroma pupuk telah berubah mirip seperti tanah.

Cara fermentasinya bisa anda cari di Google atau Youtube.


(Gambar: Contoh pupuk
kandang yang telah difermentasi sempurna)
Penggunaan pupuk kandang yang belum difermentasi sempurna akan
menimbulkan masalah panjang di kemudian hari.

Sebab, pupuk kandang segar umumnya mengandung banyak bibit hama


& penyakit, serta masih mengeluarkan gas metana atau unsur-unsur
lainnya yang berbahaya bagi tanaman.

Apabila menggunakan sekam padi, pilihlah sekam yang sudah berwarna


gelap dan lapuk/mudah hancur.
b. Menggunakan tanah ringan
Tanah ringan adalah tipe tanah yang strukturnya didominasi kandungan
pasir dan debu dengan sedikit liat.

Contohnya: tanah hitam, tanah lempung berpasir, tanah lembang, dst.

Ciri-cirinya yaitu dalam kondisi kering maupun basah, tekstur tanah tetap
remah, gembur dan porous, serta tidak lengket ketika diinjak. Pada
kondisi kering, tanah mudah mengeluarkan banyak debu saat tertiup
angin.

Ciri lainnya, tanah ringan memiliki warna yang cenderung gelap, mulai
dari coklat gelap hingga hitam, akibat tingginya bahan organik yang
dikandungnya.

Pilihan komposisi yang bisa anda gunakan:

1. Tanah ringan + kompos/pupuk kandang + arang sekam (1:1:1)


2. Tanah ringan + kompos/pupuk kandang + sekam padi (1:1:1)
3. Tanah ringan + kompos/pupuk kandang (1:1)
Sama seperti sebelumnya, komposisi No.1 adalah yang terbaik.
c. Menggunakan media tanam kemasan siap pakai

Media tanam siap pakai adalah produk media tanam kemasan yang
banyak dijual di toko bibit tanaman.

Dikatakan siap pakai karena media tanam ini telah memiliki campuran
aneka jenis bahan (kompos, pupuk kandang, tanah merah, cocopeat,
sekam bakar, dsb) dan dikemas dalam karung atau kemasan plastik.

Sama halnya produk kompos, belilah media tanam siap pakai yang
dikemas secara profesional seperti contoh berikut:
(Gambar: Con
toh media tanam siap pakai berkualitas)
Namun perlu anda ketahui, bahwa media tanam kemasan
sejatinya BELUM SIAP PAKAI.

Sebab, di dalamnya belum mengandung pasir atau arang sekam dalam


jumlah yang cukup, sehingga porousitasnya masih sangat buruk.

Oleh karena itu, anda perlu menambahkan campuran berikut:

1. Media tanam kemasan + pasir + arang sekam (3:1:1)


2. Media tanam kemasan + arang sekam (1:1)
3. Media tanam kemasan + pasir (2:1)
Komposisi No.1 yang terbaik.

Setelah anda menentukan dan menyiapkan komposisi utama media


tanam, selanjutnya adalah melakukan sterilisasi bahan supaya bebas dari
bibit hama & penyakit tanaman.
Langkah 2: Sterilisasi Tanah

Bagi anda yang ingin membuat media tanam dengan komposisi


tanah (baik tanah berat maupun ringan), maka tanah yang anda gunakan
tersebut harus disterilkan.

Mengapa?

Karena dalam setiap 1 sendok teh tanah mengandung jutaan


mikroorganisme (bakteri, cendawan, protozoa, dst) yang kita tidak pernah
tahu apakah didominasi oleh mikroorganisme bermanfaat atau
merugikan/patogen…

…kecuali anda mengeceknya ke laboratorium.


(Ilustrasi: Ada jutaan mikroorganisme dalam 1 sendok teh tanah)
Oleh sebab itu, sterilisasi adalah solusi yang paling efektif untuk
mengatasi masalah tersebut.

Proses sterilisasi akan membunuh seluruh mikroorganisme apapun, baik


yang bermanfaat maupun yang merugikan di dalam tanah.

Semua dimusnahkan tak tersisa.

Setelah tanah disterilkan, kita perlu memasukkan kembali


mikroorganisme bermanfaat ke dalamnya menggunakan kompos
atau pupuk kandang.

Karena kompos dan pupuk kandang adalah bahan organik yang sangat
kaya akan kandungan mikoorganisme bermanfaat.

Namun untuk pupuk kandang, hal tersebut akan tercapai apabila telah
dilakukan fermentasi sempurna seperti yang sudah saya bahas
sebelumnya.

Jadi, bagaimana cara sterilisasi tanah?

Ada berbagai metode sterilisasi tanah yang diterapkan di seluruh dunia.


Namun di sini, saya hanya share 2 metode yang menurut saya paling
murah dan mudah untuk berkebun skala hobi atau pekarangan rumah.
Kedua metode tersebut adalah:

1. Solarisasi tanah (Soil Solarization)


2. Penyiraman dengan air panas (Hot Water Soil Sterilization)
Meskipun teknisnya berbeda, namun kedua metode ini memiliki prinsip
kerja yang sama, yaitu meningkatkan suhu tanah di atas 60°C.

Pada suhu tersebut, hampir semua organisme tanah jenis apapun akan
mati.
(Tabel: Soil Temperature Sterilization Table)
Berikut adalah petunjuk teknis cara menerapkan kedua metode sterilisasi
tanah di atas.
a. Metode Solarisasi Tanah
Seperti namanya, Solarisasi Tanah atau Soil Solarization adalah metode
sterilisasi tanah yang memanfaatkan panas matahari untuk menaikkan
suhu tanah mencapai temperatur yang diinginkan.

(Gambar: Publikasi tahun 2008 tentang solarisasi tanah)


Metode ini sangat ideal untuk anda yang ingin membuat media tanam
dalam jumlah banyak.

Alat yang perlu anda siapkan hanyalah plastik transparan jenis


PE (Polietilena/Polyethylene). Anda bisa membelinya di toko bangunan.
Bilang saja ke penjualnya; “Beli plastik cor transparan”, mereka pasti
paham.
Di daerah saya harganya kisaran Rp7.500/meter. Belilah sepanjang 3-5
meter. Nantinya, plastik harus dibelah supaya lebarnya menjadi 2 meter.

Petunjuk teknis solarisasi tanah:

#1 – Sebarkan tanah dengan ketebalan maksimal 5 cm, tidak boleh lebih,


karena semakin tebal lapisan, maka semakin sulit mencapai suhu di atas
60°C.

#2 – Siram seluruh tanah dengan air sebasah-basahnya. Fungsi air di sini


untuk memudahkan energi panas matahari merambat ke seluruh bagian
tanah hingga lapisan terbawah. Sebab, air memiliki sifat
konduksi (menghantar panas).

#3 – Tutupi tanah dengan plastik transparan dan letakkan batu, bata,


kayu atau semisalnya di pinggiran plastik sebagai pemberat supaya
posisi plastik tidak bergeser dan aman dari hempasan angin.

(Gambar: Contoh solarisasi tanah yang saya lakukan)


#4 – Biarkan selama 1-2 hari. Namun jika cuaca ternyata mendung atau
hujan, maka durasinya harus diperpanjang sampai mendapatkan cuaca
yang benar-benar panas.

#5 – Selesai! Tanah siap digunakan.

Jika anda penasaran seperti apa suhu tanah selama proses solarisasi
berlangsung, silahkan pegang permukaan tanah di dalam plastik ketika
matahari sedang sangat terik!

Mungkin anda bertanya; “Apa fungsi plastik transparan? Mengapa


tanah tidak dijemur begitu saja tanpa penutup plastik?”

Plastik transparan harus digunakan karena berfungsi untuk menahan dan


mengisolasi energi panas matahari yang masuk ke dalam plastik
sehingga energi panas tersebut dapat merambat ke dalam tanah dalam
waktu lama.

Sebaliknya, apabila tidak menggunakan plastik, maka energi panas


matahari sangat mudah terlepas ke udara, lebih-lebih jika kecepatan
angin di lokasi penjemuran cukup tinggi. Hal tersebut menyebabkan
energi panas sulit merambat ke dalam tanah.

Silahkan anda coba!

Jemurlah tanah yang telah dibasahi air selama beberapa jam di siang hari
seperti metode di atas namun tanpa menggunakan plastik.

Setelah itu genggamlah tanah hingga lapisan terbawah. Saya yakin anda
akan dapati suhu tanah tersebut hanya kisaran 30°C bahkan kurang.
b. Metode Penyiraman Dengan Air Panas

Metode ini paling cepat dibandingkan metode pertama. Namun, hanya


ideal untuk mensterilkan tanah atau media tanam dalam jumlah sedikit.
Kecuali jika anda siap merebus air sebanyak puluhan hingga ratusan liter,

maka silahkan saja mensterilkan media tanam dalam jumlah banyak. 😀

(Gambar: Publikasi tentang


sterilisasi tanah menggunakan air panas)
Pada metode solarisasi, proses sterilisasi memakan waktu 1-2 hari.
Sedangkan pada metode ini, hanya perlu waktu kurang dari 1 jam
saja (tidak termasuk durasi waktu saat merebus air).

Yang perlu anda siapkan adalah air panas dengan suhu sekitar 90°C.

Caranya adalah dengan merebus air hingga mendidih, kemudian setelah


mendidih, air didiamkan/diangin-anginkan selama beberapa menit untuk
menurunkan suhu air dari 100°C menjadi 90°C.
Mengapa tidak boleh menggunakan air mendidih atau 100°C?

Alasan karena pada suhu tersebut air dapat merusak kandungan C-


Organik atau bahan organik tanah. Padahal kita tahu, bahan tersebut
sangat dibutuhkan untuk menunjang kesuburan tanah.

Petunjuk teknis sterilisasi tanah menggunakan air panas:

#1 – Sebarkan tanah hingga ketebalan maksimal 5 cm.

#2 – Siram tanah dengan air biasa sebasah-basahnya.

#3 – Angin-anginkan tanah selama beberapa waktu sampai air berlebih


mengalir keluar dari tanah.

#4 – Terakhir, siram tanah dengan air panas hingga sebasah-basahnya.

#5 – Selesai! Tanah siap anda gunakan.

Saran saya, anda merebus airnya dilakukan bersamaan dengan langkah


#3. Jadi, sambil menunggu media tanamnya diangin-anginkan, anda
barengi dengan merebus air.

Sedangkan untuk mengetahui berapa banyak air panas yang diperlukan,


anda bisa gunakan patokan jumlah air yang anda habiskan saat
melaksanakan langkah #2.

Jadi, salah satu tujuan menyiram media tanam dengan air biasa terlebih
dahulu seperti pada langkah #2 adalah untuk mengukur jumlah air panas
yang diperlukan.

Di samping itu, tujuan lainnya adalah untuk melembabkan tanah supaya


suhu panas bisa dengan mudah merambat ke seluruh bagian media
tanam.
TAMBAHAN: Sterilisasi Sekam Padi
Jika anda ingin menggunakan sekam padi sebagai campuran media
tanam, saya sarankan sekam padi juga ikut disterilkan bersamaan
dengan sterilisasi tanah.

Caranya, tanah dan sekam padi dicampur dengan perbandingan 1:1,


kemudian disterilkan.

Setelah disterilkan, selanjutnya anda tinggal menambahkan bahan lain


dengan takaran yang sama.

Contohnya begini:

Misal anda menggunakan komposisi: tanah ringan + kompos + sekam


padi (1:1:1).

Artinya, setiap 2 ember campuran tanah dan sekam padi yang telah
disterilkan tadi perlu ditambah kompos sebanyak 1 ember. Dengan
begitu, didapatlah campuran bahan tanah + sekam padi + kompos
dengan perbandingan 1:1:1.

Mengapa sekam padi perlu disterilkan?

Pengalaman saya pribadi, sekam padi sering menjadi sarang


tungau/kutu akar atau jenis kutu lainnya dan ditumbuhi berbagai macam
jamur yang tidak jelas apakah aman bagi tanaman atau justru merugikan.

Maka, sterilisasi diperlukan untuk memusnahkan itu semua.


Langkah 3: Menambahkan Kapur Dolomit (Bila Perlu)

Di awal, saya telah menjelaskan betapa pentingnya pH tanah terhadap


kualitas tanah. Sebagus apapun media tanam anda, akan sia-sia jika pH-
nya tidak netral atau kisaran level 6-7.

Umumnya, tanah di Indonesia memiliki level pH yang asam atau kurang


dari level 6.
Begitu juga dengan media tanam kemasan siap pakai dan pupuk
kompos/kandang, terkadang masih memiliki pH yang asam.

Namun akan jauh lebih baik jika anda memiliki alat pH Meter. Dengan
alat tersebut anda bisa memastikan lebih dulu apakah media tanam yang
anda buat memiliki level asam, basa, atau sudah dalam kondisi netral.

(Gambar: Con
toh alat pH Meter)
Di sini, saya berasumsi bahwa pH media tanam anda dalam kondisi asam
atau kurang dari level 6, sehingga saya menyarankan anda untuk
menambahkan kapur dolomit.

Kapur dolomit adalah bahan organik berupa kapur alam yang tinggi
kandungan kalsium dan magnesium. Kedua mineral tersebut mampu
menaikkan pH tanah ke level yang diinginkan.
Maka dari itu, jangan memberikan kapur dolomit ke tanah atau media
tanam yang sudah dalam kondisi netral, karena akan menaikkan level pH
melebihi batas netral yang justru dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman.

(Gambar: Kap
ur dolomit)
Oya, bedakan antara kapur dolomit dan kapur pertanian!

Kedua produk tersebut memiliki kandungan berbeda, di mana kapur


dolomit mengandung kalsium dan magnesium, sedangkan kapur
pertanian hanya mengandung kalsium tanpa magnesium.
Pilihlah kapur dolomit saja, karena kapur pertanian hanya mampu
mempertahankan pH tanah dalam waktu yang singkat akibat tidak
adanya magnesium di dalamnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Basuki dan Vega Kartika Sari dari
Universitas Jember (2019) mengungkapkan hal itu.

Kapur dolomit diberikan saat media tanam telah dimasukkan ke dalam


pot, dan dosisnya akan menyesuaikan dengan ukuran pot yang anda
gunakan.

Cara aplikasinya yaitu ditabur merata di atas media tanam, lalu disiram
air hingga kapur dolomit larut ke dalam media tanam.

Rekomendasi dosis kapur dolomit berdasarkan diameter pot:

 Diameter 30-40cm= 1-2 sendok teh


 Diameter 40-50cm= 1-2 sendok makan
 Diameter 50-60cm= 2-3 sendok makan
 Diameter 60-70cm= 3-4 sendok makan
Catatan: takaran sendok yang saya maksud adalah penuh/menggunung
sebagaimana ilustrasi di bawah ini:
(Ilust
rasi: Takaran dosis kapur dolomit)
Langkah 4: Menambahkan Mikroorganisme Penangkal Hama & Penyakit

Seiring berjalannya waktu, media tanam kita akan didatangi berbagai


macam hama & penyakit yang ingin bersarang dan berkembang-biak di
sana.

Kita tidak pernah tahu hama & penyakit apa yang akan datang dan
kapan mereka datang. Semua itu berada di luar kendali kita.

Biasanya, kita baru menyadari kehadiran mereka setelah mereka


bersarang dan memiliki populasi besar di dalam media tanam, sehingga
dampaknya terlihat ketika koloni hama & penyakit tersebut merusak
tanaman dengan munculnya gejala-gejala tertentu seperti:

 daun mendadak menguning, layu, atau mengering


 batang mendadak patah atau membusuk
 pohon mendadak mati
 dan gejala lainnya…
Sayangnya, ketika gejala-gejala tersebut muncul, semua telah terlambat.

Dalam artian, perakaran pohon sudah dirusak parah oleh mereka,


sehingga sulit untuk menyembuhkannya.

Anda tidak ingin mengalaminya, bukan!?

Nah, di sini saya akan memberikan solusi agar kasus di atas tidak terjadi.

Caranya sangat mudah dan sederhana, kok.

Anda hanya memerlukan produk Anfush dan Metarizep sebagai


penangkal hama & penyakit dalam tanah.

Metarizep adalah produk bioinsektisida yang mengandung 2 jenis


cendawan antagonis bernama Metarhizium anisopliae dan Beauveria
bassiana yang berperan membunuh puluhan bahkan ratusan jenis hama
pengganggu tanaman, termasuk semut, rayap, uret, ulat, belalang,
kumbang dan seterusnya.

Anfush adalah produk biofungisida yang mengandung 2 jenis


cendawan antagonis yaitu Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. yang
berguna untuk membunuh berbagai jenis cendawan patogen penyebab
penyakit pada tanaman.

(Gambar: Bioinsektisida Metarizep)


(Gambar: Anfush)
Kedua produk tersebut akan menjadi pasukan keamanan yang bekerja
24 jam setiap hari untuk melindungi media tanam anda dari segala
serangan hama & penyakit.

Dosis & Cara Aplikasi:


Anfush sebanyak 10 gram di benamkan ke dalam area perakaran
tanaman.
 Metarizep sebanyak 1 gram dilarutkan ke dalam 1 liter air bersih,
kemudian didiamkan dulu selama 6-12 jam untuk mengaktifkan
cendawan di dalamnya. Setelah itu siramkan ke media tanam. 1
liter larutan Metarizep bisa digunakan untuk 1 pot diameter 40-
70cm atau 2 pot diameter < 40cm.
Waktu aplikasi:

 Anfush dan Metarizep bisa diberikan sebelum atau setelah


pohon ditanam dalam pot. Namun keduanya tidak boleh
diberikan bersamaan, harus ada jeda waktu minimal 3 hari
supaya cendawan dari masing-masing produk tidak saling
berbenturan.
 Aplikasi Anfush harus diulang sebanyak 2-3 kali aplikasi setiap 1
bulan sekali sesuai petunjuk di kemasan produk. Kemudian
diulangi kembali pada tahun berikutnya sebanyak 2-3 kali
aplikasi sebagaimana tahun pertama.
 Metarizep harus diulang 5-6 kali setahun atau setiap 2 bulan
sekali sesuai petunjuk di kemasan produk.
(!) Peringatan:

 Dilarang keras memasukkan pestisida kimia apapun ke dalam


media tanam, karena akan membunuh cendawan-cendawan dari
Anfush dan Metarizep.
Apa Selanjutnya?
Tabulampot atau tanaman buah dalam pot adalah solusi berkebun buah
di pekarangan sempit.

Dan salah satu kunci keberhasilan berkebun tabulampot adalah


membuat media tanam pot yang tepat.

Sebagus apapun bibit yang anda tanam…


Semahal apapun pupuk yang anda gunakan…

Semua itu akan sia-sia jika media tanam anda bermutu rendah!

Tidak sedikit penghobi yang melewatkan bagian penting ini.

Sehingga, mereka terus mengalami banyak masalah pada tumbuh-


kembang tabulampot mereka di kemudian hari, tanpa henti.

Mudah-mudahan anda tidak. 😀

Oya, sekalipun panduan membuat media tanam ini lebih


berorientasi untuk tanaman buah, tapi sebetulnya, sangat relevan
untuk hampir semua jenis tanaman, baik buah, hias, sayur, rempah
dan sebagainya.

Orientasi saya lebih ke tanaman buah karena pengunjung blog


Daunku.com ini didominasi oleh penghobi tanaman buah.

Sekarang, setelah paham cara membuat media tanam pot berkualitas


super, langkah berikutnya adalah anda perlu mempelajari teknis
budidaya tanaman yang ingin anda tanam.

Karena setiap jenis tanaman memiliki teknis perawatan yang


berbeda.

Tidak bisa kita samakan cara merawat pohon mangga dengan pohon
jeruk, pohon alpukat dengan pohon anggur, dan seterusnya.

Mungkin itu saja yang bisa saya share. Semoga bermanfaat.


Simak, Cara Membuat Media Tanam untuk
Isian di Polybag

Lihat Foto
Ilustrasi menanam tanaman di polybag. (SHUTTERSTOCK/AISYAQILUMARANAS)
Sumber Cybext Kementerian Pertanian

JAKARTA, KOMPAS.com - Media tanam adalah salah satu hal penting dalam kegiatan
bercocok tanam. Media tanam akan menentukan baik atau buruknya pertumbuhan tanaman yang
pada akhirnya memengaruhi hasil produksi.

Dikutip dari laman Cybex Kementerian Pertanian RI, Minggu (19/12/2021), jenis-jenis media
tanam sangat banyak dan beragam.

Media tanam yang baik harus memenuhi persyaratan tertentu, seperti tidak mengandung bibit
hama dan penyakit, bebas gulma, mampu menampung air, tetapi juga mampu membuang atau
mengalirkan kelebihan air, remah dan porous, sehingga akar bisa tumbuh dan berkembang
menembus media tanam dengan mudah dan derajat keasaman (pH) antara 6 sampai 6,5.
Lihat Foto
Ilustrasi pupuk kandang, pupuk dari kotoran hewan.(SHUTTERSTOCK/SINGKHAM)

Bahan-bahan untuk media tanam dapat dibuat dari bahan tunggal maupun kombinasi dari
beberapa bahan, asalkan tetap berfungsi sebagai media tumbuh yang baik.

Polybag atau pot merupakan tempat menanam yang banyak diminati oleh pehobi tanaman.
Polybag sangat cocok digunakan untuk menanam dalam skala kecil.

Polybag adalah tempat menanam yang praktis dan murah. Selain itu, menanam
tanaman menggunakan polybag akan mempermudah Anda jika ingin memindahkan tanaman ke
tempat yang Anda inginkan.

Hal penting yang harus diperhatikan ketika menanam menggunakan polybag adalah media
tanam. Media tanam yang baik adalah media tanam yang gembur atau porous, agar pertumbuhan
akar dan perkembangan tanaman bisa maksimal.

Media tanam dalam polybag cenderung lebih cepat padat, media tanam yang padat tidak baik
untuk tanaman. Untuk menghindari hal ini, Anda harus memperhatikan campuran media tanam
yang anda gunakan.

Jika campuran media tanam tidak tepat, kemungkinan akan lebih cepat padat dan tanaman tidak
akan tumbuh dengan baik. Selain porous (gembur), media yang baik adalah media tanam yang
mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
Untuk membuat media tanam yang baik, yang perlu Anda persiapkan adalah tanah, pupuk
kandang atau kompos dan sekam.

Lihat Foto
Ilustrasi menanam tanaman di polybag. (SHUTTERSTOCK/MARTINA SAPPE)

1. Tanah
Tanah yang baik untuk media tanam sebaiknya diambil dari lapisan bagian (top soil). Secara
umum terdapat dua tipe tanah yaitu yang harus diperhatikan yakni tanah pasir dan tanah
lempung.

Tanah yang berpasir memiliki kemampuan drainase yang baik, cepat mengalirkan air, namun
kelemahannya tanah tersebut buruk dalam menyimpan air sebagai cadangan.

Adapun tanah lempung lebih sulit ditembus oleh air sehingga akan membuat air tergenang dalam
media tanam. Tanah yang baik untuk media tanaman tidak terlalu berpasir dan tidak terlalu
lempung, melainkan harus gembur.

2. Kompos atau pupuk kandang


Kompos merupakan bahan organik yang berfungsi sebagai penyedia unsur hara bagi tanaman.
Kompos yang digunakan untuk media tanam adalah kompos padat.
Selain menyediakan nutrisi bagi tanaman, pupuk kompos bekerja dengan cara memperbaiki
struktur fisik, kimia dan biologi tanah. Secara fisik, kompos meningkatkan kemampuan tanah
untuk menyimpan air sebagai cadangan di saat kekeringan.

Kompos juga membuat tanah menjadi gembur dan cocok sebagai media tumbuh akar tanaman.
Pada tanah tipe pasir sekalipun, material kompos berguna menjadi perekat sehingga tanah
menjadi lebih solid.

Adapun pada tanah liat atau tanah lempung, kompos berfungsi menggemburkan tanah agar tidak
terlalu solid. Hampir semua jenis kompos padat bisa digunakan sebagai bahan baku media
tanam.

3. Arang sekam
Arang sekam merupakan hasil pembakaran tak sempurna dari sekam padi. Arang sekam berguna
untuk meningkatkan kapasitas porositas tanah.

Penambahan arang sekam pada media tanam akan memperbaiki struktur media tanam karena
mempunyai partikel-partikel yang berpengaruh pada pergerakan air, udara dan menjaga
kelembapan.

Lihat Foto
Ilustrasi sekam padi.(SHUTTERSTOCK/DORACLUB)
Cara membuat media tanam
Siapkan tanah yang terlihat gembur dan subur, lebih baik ambil dari bagian paling atas.
Selanjutnya, ayak tanah tersebut hingga menjadi butiran-butiran halus.

Usahakan tanah dalam keadaan kering sehingga tidak menggumpal. Tanah yang menggumpal
akan menyebabkan bahan-bahan tidak tercampur dengan merata.

Siapkan kompos yang telah matang, Ayak kompos atau humus tersebut sehingga menjadi butiran
halus.

Siapkan arang sekam. Kemudian, campurkan tanah, kompos, dan arang sekam dalam sebuah
wadah.

Komposisi campuran adalah 2 bagian tanah, 1 bagian kompos dan 1 bagian arang sekam (2 : 1 :
1). Aduk hingga merata.

Siapkan pot atau polybag, masukkan campuran tersebut ke dalamnya. Media tanam sudah siap
digunakan.

Anda mungkin juga menyukai