Anda di halaman 1dari 2

BASUR

Beberapa bulan terakhir ini hari-hari memang tampak gelap, bahkan siang hari di Banjar Sari
serasa dipeluk oleh malam. Sayangnya bukan pelukan teduh yang diberikan oleh malam, melainkan
pelukan mencekam yang membuat hati merinding dan kerja darah membeku. Kengerian semakin
bertambah ketika lolongan anjing yang terdengar saling bersahutan di kejauhan malam.

Para penduduk tak berani menembus keluar dinginnya malam pada saat itu, dimana Ni
Sukasti terserang penyakit aneh. Ni Sukasti adalah seorang gadis cantik anak dari Nyoman Karang
seorang petani makmur di Banjar Sari. Ia anak sulung dari dua bersaudara, adiknya, Ni Rijasa tak
kalah cantiknya dengan kakaknya sehingga mereka disebut sebagai ‘kembang desa’ disana. Ibu
mereka meninggal saat melahirkan Ni Rijasa, mereka pun hanya tinggal dengan ayah mereka.

Penyakit Ni Sukasti ini tak bisa disebut penyakit medis, sejak dua hari yang lalu badan Ni
Sukasti menggigil tak karuan, mulutnya berteriak-teriak entah meminta tolong dan mengeluarkan
busa, sekujur tubuhnya mengeluarkan keringat dingin. Sudah beberapa dokter dimintai tolong oleh
Nyoman Karang, tak juga bisa disembuhkan, sehingga ia sadar ini akibat pengaruh ilmu hitam. Sadar
Ni Sukasti sedang terkena ilmu hitam, pikiran Nyoman Karang dihinggapi sebuah nama, yaitu Jro
Gede Basur.

Jro Gede Basur, nama tersebut memang sudah tak asing ditelinga para penduduk Banjar
Sari. Siapa yang tak kenal orang kaya raya, bergelimang harta yang mempunya pengikutnya sendiri
itu. Beliau dikenal karena beliaulah satu-satunya orang yang menguasai ajaran ilmu hitam di Banjar ,
beliau juga dikenal sombong dan angkuh. Kecurigaan Nyoman karang terhadap Jro Gede Basur yang
merupakan dalang dari semua ini bukan tak beralasan. Satu minggu yang lalu Nyoman Karang
menolak lamaran pernikahan anaknya Jro Gede Basur, I Tigaron dengan Ni Sukasti. Penolakan
tersebut diakibatkan sikap I Tigaron yang suka berjudi, mabuk-mabukan, serta main perempuan,
serta karena Ni Sukasti sudah memadu kasih dengan I Tirtha, pemuda dari Banjar Tegeh.

Hal tersebut diyakini pemicu marahnya Jro Gede Basur, lalu mengirim guna-guna kepada Ni
Sukasti. Memang benar adanya Jro Gede Basur berbuat demikian dikarenakan merasa diejek oleh
Nyoman Karang dengan menolak mentah-mentah lamarannya. Nyoman Karang semakin gelisah
karena Ni Sukasti penyakitnya semakin merajalela ditubuhnya, karena diserang oleh ilmu tak kasat
mata maka harus diobati menggunakan ilmu yang sama juga. Pengobatnya disebut Balian, Nyoman
Karang pun mencari balian ternama di daerah sekitar sana.

Kaki Balian, orang yang sempat dipercayai oleh Nyoman Karang dalam mengobati Ni Rijasa
saat terkena kutukan dulu. Kini Kaki Balian sedang berada diluar desa mengobati seseorang yang
terkena penyakit yang sama, ia tak akan pernah kembali jika sang pasiennya benar-benar sembuh
atau sebaliknya. Sementara menunggu Kaki Balian pulang, Nyoman Karang meminta bantuan kepada
balian lokal di Banjar Sari. Setelah diterawang oleh balian tersebut memang benar Jro Gede Basur
pelakunya, membuat keluarga kecilnya dan warga sekitar tidak terkejut mendengarnya. Namun I
Tirtha yang terkejut bukan main mendengar tersebut langsung naik amarahnya, bergumam dalam
hatinya akan membunuh si Jro Gede Basur itu.

Hari demi hari berlalu, Ni Sukasti masih tak sembuh-sembuh juga. Sampai pada akhirnya Kaki
Balian sudah pulang dari desa sebelah setelah berhasil menyelamatkan si pasiennya. Nyoman Karang
langsung meminta pertolongan kepada Kaki Balian perihal Ni Sukasti, langsung bergegas Kaki Balian
ke rumah Nyoman Karang. Diterawangnya Ni Sukasti, hasilnya mengatakan harus berdamai secara
langsung dengan Jro Gede Basur, selaku pelaku dari semua ini. Maka Nyoman Karang bersama Kaki
Balian dan I Tirtha langsung bertandang ke rumah Jro Gede Basur untuk meminta maaf dan
berdamai. Setibanya disana mereka langsung dicegat oleh salah satu murid Jro Gede Basur, ia
bertanya dengan nada lantang kenapa kemari, Nyoman Karang menjawab ingin bertemu Jro Gede
Basur perihal pernikahan anaknya. Mendengar hal itu muridnya langsung memanggil Jro Gede Basur

Jro Gede Basur sudah tak bisa memaafkan Nyoman Karang atas perbuatannya sebelumnya,
mendengar hal itu Nyoman Karang terkejut dan memohon anaknya bisa sembuh. Jro Gede Basur
menantang Nyoman Karang melawannya, dengan berat hati Nyoman Karang dibantu Kaki Balian
melawan Jro Gede Basur dengan jalan tak kasat mata, pertempuran mereka sangat dahsyat. Ilmu
hitam Jro Gede Basur sudah pada puncaknya, Jro Gede Basur mengeluarkan senjata pamungkasnya
yaitu dengan memanggil semua setan di muka bumi ini untuk melawan Kaki Balian dan Nyoman
Karang. Dengan kewalahan mereka melawannya, sementara I Tirtha hanya menyaksikan
pemandangan mengerikan tersebut.

Setelah pertempuran yang cukup seimbang, mereka berdua akhirnya bisa mengalahkan Jro
Gede Basur dengan penuh perjuangan. Jro Gede Basur pun meninggal akibat ilmu hitam yang
digunakannya terlalu besar, I Tigaron hanya bersedih tak mengerti apa yang terjadi. Sementara Ni
Sukasti perlahan membaik, walaupun tak langsung sembuh ia tetap merasa biasa saja. Ni Rijasa
hanya bisa memeluk erat-erat kakaknya, pertanda bahwa ilmu hitam yang dikenai oleh Ni Sukasti
telah hilang. Dan Nyoman Karang bersama Kaki Balian dan I Tirtha pulang membawa kemenangan.

Anda mungkin juga menyukai