Anda di halaman 1dari 53

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

HUBUNGAN PENGALAMAN MENGAJAR DENGAN KOMPETENSI


PEDAGOGIK GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
SMP NEGERI DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2009

Skripsi
Oleh:
Weni Kumalasari
NIM K 6404061

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Di era globalisasi seperti sekarang keadaan dunia senantiasa mengalami
perubahan yang berlangsung secara cepat, menyeluruh, mendalam dan serba tidak
terduga. Dengan adanya perubahan tersebut manusia harus dapat mempersiapkan diri
menjadi sumber daya yang berkualitas agar dapat berkompetisi dalam percaturan
dunia yang semakin kompetitif. Sumber daya manusia berkualitas lahir dari
pendidikan yang berkualitas sehingga untuk dapat meningkatkan kualitas sumber
daya manusia diperlukan peningkatan mutu pendidikan nasional.
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pasal 3 menyatakan bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap krteatif, mandiri, dan
menjadi Warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Peningkatan mutu penidikan nasional membutuhkan spirit dan komitmen


dari semua elemen bangsa serta harus memfokuskan profesionalisme di semua aspek
dunia pendidikan. Guru merupakan salah satu komponen yang penting dalam usaha
peningkatan mutu pendidikan karena guru adalah faktor esensial dari
keberlangsungan pendidikan. Guru adalah faktor penggerak dari proses pendidikan
disamping menjadi faktor pendorong kemajuan dari sistem pendidikan. Oleh karena
itu guru dan pendidikan merupakan dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Hal ini
menunjukkan betapa besarnya peranan guru dalam dunia pendidikan serta dalam
peningkatan mutu pendidikan nasional.
Oleh karena guru merupakan komponen penting dalam peningkatan mutu
pendidikan maka dibutuhkan guru yang profesional.

1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Undang –Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 8
menyatakan bahwa :
Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidikan,
sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
Menurut Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 Pasal (9), (10), dan (12)
tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa :
Kualifikasi akademik adalah ijazah tentang akademik yang harus dimiliki oleh
guru dan dosen sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal ditempat
penugasan. (Pasal 9)
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang
harus dimiliki oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.
(Pasal 10)
Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan
kepada guru dan dosen sebagai tenaga professional. (Pasal 12)
Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal,
keilmuan, teknologi, dan sosial, dan spiritual yang membentuk kompetensi standar
profesi guru yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik,
pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005
Pasal 28 ayat (3) Tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa :
Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi :
a. Kompetensi pedagogik;
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan pengelolaan pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.
b. Kompetensi kepribadian;
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,


stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik,
dan beraklak mulia.
c. Kompetensi professional;
Kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan
dalam Standar Nasional Pendidikan.
d. Kompetensi sosial.
Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali
peserta didik dan masyarakat sekitar.
Penguasaan kompetensi guru sebagai agen pembelajaran dibuktikan dengan
sertifikat sebagai pendidik. Untuk mendapatkan sertifikat seorang guru harus
mengikuti uji sertifikasi. Sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses
pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk
melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji
kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Dengan kata lain
sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan
penguasaan kompetensi seorang guru sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik.
Kompetensi yang diujikan meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional dan sosial. Untuk kompetensi pedagogik materi yang diujikan meliputi
aspek kegiatan : pra pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran, dan penutup.
Mekanisme pelaksanaan sertifikasi guru terdiri dari dua mekanisme, yaitu :
melalui penilaian portofolio bagi guru dalam jabatan dan melalui pendidikan dan
pelatihan profesi guru. Penilaian portofolio bagi guru dalam jabatan adalah bukti fisik
yang menggambarkan pengalaman berkarya atau berprestasi dalam menjalankan
profesi sebagai seorang guru dalam suatu satuan pendidikan, ketika Undang – undang
No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen diberlakukan. Bentuk penilaian
terhadap kumpulan dokumen portofolio mendeskripsikan : kualifikasi akademik,
pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran, penilaian dari atasan dan pengawas, prestasi akademik, karya
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pengembangan profesi, keikutsertaan dalam forum ilmiah, pengalaman organisasi di


bidang pendidikan dan sosial, penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
Dari penilaian ini guru yang memiliki nilai portofolio di atas batas minimal
dinyatakan lulus penilaian portofolio dan berhak menerima sertifikat pendidik.
Namun, guru yang hasil nilai portofolio memperoleh nilai kurang sedikit dari batas
minimal diberi kesempatan untuk melengkapi portofolio. Setelah lengkap guru
dinyatakan lulus dan berhak menerima sertifikat pendidik.
Bagi guru yang memperoleh nilai ujian di bawah batas minimal lulus wajib
mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) profesi guru yang dilaksanakan oleh
perguruan tinggi yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional. Pada akhir
diklat profesi guru, dilakukan ujian dengan materi uji mencakup empat kompetensi
guru. Bagi guru yang lulus ujian berhak menerima sertifikat pendidik, dan guru yang
belum lulus diberi kesempatan untuk mengulang materi diklat yang belum lulus
sebanyak 2 kali kesempatan.
Menurut Prof. Baedhowi, M.Si., Direktur Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik Dan Tenaga Kependidikan atau PMPTK Departemen Pendidikan Nasional
dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Manajemen Sumber Daya
Manusia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Solo,
Jawa Tengah, Kamis 12 November 2009, beliau mengatakan bahwa program
sertifikasi guru model portofolio seperti yang diterapkan saat ini ternyata tidak
menjamin kualitas kompetensi guru. Hasil kajian yang dilakukan Ditjen Peningkatan
Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Depdiknas tahun 2008
menunjukkan bahwa meskipun lolos sertifikasi, nilai komptensi guru rata – rata pada
angka yang berkisar dari 52 – 64 persen. Beliau menjelaskan bahwa kompetensi yang
dinilai dalam sertifikasi meliputi kompetensi pedagogik yang terkait dengan
kemampuan mengajar, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan
kompetensi sosial. Rata – rata nilai untuk kompetensi pedagogik para guru yang lolos
sertifikasi sebesar 54,33 %, nilai kompetensi kepribadian 52,37 %, kompetensi
profesional 64,36% dan kompetensi sosial sebesar 53,92 %. Beliau juga mengatakan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

bahwa kompetensi seorang guru yang telah dinyatakan lulus sertifikasi melalui
penilaian portofolio tidak secara otomatis meningkat, menujukkan tidak terjadi
peningkatan mutu guru, bahkan menunjukkan adanya penurunan kinerja guru. Untuk
kompetensi pedagogik mengalami penurunan sebesar 44,77 %, kompetensi
kepribadian sebesar 28,56 %, kompetensi profesional sebesar 19,59 %, dan
kompetensi sosial sebesar 23,62 %. Beliau mengatakan bahwa kenyataan kompetensi
guru setelah sertifikasi belum menunjukkan peningkatan seperti yang diharapkan.
(www-koran-jakarta.com-berita-detail terkini.php?id=16903, 12 November 2009).
Berkaitan dengan keadaan kompetensi guru yang dikemukakan oleh Prof.
Baedhowi, M.Si tersebut di atas maka seorang guru harus memiliki kesadaran untuk
meneliti dan mengevaluasi dirinya apakah dia sebagai seorang guru dalam
menjalankan tugasnya telah dapat memenuhi kompetensi –kompetensi tersebut.
Apabila belum guru yang baik harus berani mengakui kekurangannya dan berusaha
untuk mencapai perbaikan (self correction). Dengan demikian guru tersebut selalu
berusaha untuk mengubah, menyempurnakan, dan mengembangkan diri sesuai
dengan tuntutan zaman secara terus menerus.
Kompetensi guru dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pendapat Sustermeister
dalam S. Eko Putro Widoyoko ( 2009 : 7 ) bahwa kompetensi guru dipengaruhi oleh
faktor diri atau faktor internal, faktor situasional dan faktor eksternal. Faktor internal
berasal dari individu guru itu sendiri, yang meliputi : latar belakang pendidikan,
pengalaman mengajar, penataran pelatihan, dan etos kerja. Sedangkan faktor
situasional yang mempengaruhi kompetensi guru meliputi : iklim dan kebijaksanaan
organisasi, lingkungan kerja, sarana dan prasarana, gaji, serta lingkungan sosial.
Faktor faktor tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi kompetensi guru dalam
mengajar. (http//www.um.pwr/ac.id/web download/publikasasi…/ : 15 Januari 2009)
Dari pendapat tersebut, pengalaman mengajar merupakan salah satu faktor
internal yang dapat mempengaruhi kompetensi guru dalam mengajar dan dapat
dikatakan bahwa pengalaman mengajar memilki hubungan dengan kompetensi guru.
Pengalaman mengajar diartikan sebagai masa kerja atau jangka waktu yang ditempuh
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

guru selama mengajar sehingga memperoleh segala pengetahuan, ketrampilan


maupun nilai-nilai yang merupakan proses pembelajaran atas jabatan yang
dimilikinya.
Pengalaman mengajar juga merupakan salah satu komponen portofolio,
dimana pengalaman mengajar yaitu masa kerja guru (termasuk guru bimbingan dan
konseling) dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan
tertentu dari lembaga yang berwenang (dapat dari pemerintah dan atau kelompok
masyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari komponen ini dapat berupa
surat keputusan atau surat keterangan yang sah dari lembaga yang berwenang.
Salah satu bagian dari kompetensi guru adalah kompetensi pedagogik,
sehingga pengalaman mengajar juga berpengaruh terhadap kompetensi pedagogik
dan keduanya saling berhubungan. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan
guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang meliputi : menguasai
karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional
dan intelektual, menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik, mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang
diampu, menyelengarakan pembelajaran yang mendidik, memanfaatkan teknologi
komunikasi dan informasi untuk kepentingan pembelajaran, memfasilitasi
pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimiliki, berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik,
menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan
hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, melakukan tindakan
reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Seorang guru jika sudah memiliki pengalaman mengajar yang cukup maka
guru tersebut akan memilki tingkat kecakapan serta ketrampilan dalam mengajar
karena memperoleh pengalaman secara langsung dari proses pembelajaran yang
diselenggarakan, sebab guru selalu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Guru yang setiap hari mengajar maka
ia akan terlatih untuk mampu melaksanakan tugas dengan baik. Latihan yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dilakukan berkali-kali dan diulang secara terus menerus akan membuat guru lebih
menguasai kompetensi yang dipersyaratkan, termasuk juga kompetensi pedagogik
yang berkaitan langsung dengan proses belajar mengajar.
Pengalaman mengajar seorang guru akan mempengaruhi kemampuannya
dalam mengelola pembelajaran sehingga semakin lama seorang guru melaksanakan
tugas mengajar, maka kemampuan pengelolaan pembelajarannya akan lebih baik,
sedangkan guru yang kurang berpengalaman, maka kemampuan pengelolaan
pembelajarannya belum dapat berkembang secara optimal.
Semakin lama seorang guru mengajar maka guru tersebut akan banyak
memperoleh pengalaman sehingga dapat membentuk sikap profesionalisme.
Seorang guru yang memiliki pengalaman mengajar belum lama akan
menemui kesulitan jika menghadapi permasalahan dalam tugasnya, sedangkan guru
yang memiliki pengalaman mengajar sudah lama juga tidak dapat terhindar dari
masalah dalam menjalankan tugas, tetapi yang membedakan adalah pada tingkat
kesulitan yang dihadapi, atau dapat dikatakan bahwa kesulitan yang dihadapi akan
berkurang sejalan dengan pengalaman yang dialami.
Pengalaman mengajar berpengaruh terhadap kompetensi pedagogik guru
sehingga keduanya saling berhubungan.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “ Hubungan Pengalaman Mengajar Dengan Kompetensi Pedagogik Guru
Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri Di Kota Surakarta Tahun 2009”.

B. Identifikasi Masalah
Masalah yang muncul dan dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Kualitas sumber daya manusia dipengaruhi oleh kualitas pendidikan. Kualitas
pendidikan dipengaruhi oleh kualitas guru.
2. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kompetensi pedagogik guru yang
memerlukan perhatian dan penanganan optimal.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Sertifikasi guru tidak menjamin adanya peningkatan kompetensi pedagogik


guru.
4. Tidak semua guru mampu memanfaatkan pengalaman mengajar yang dimiliki
untuk meningkatkan kompetensi pedagogiknya.
C. Pembatasan Masalah
Dari beberapa masalah yang telah teridentifikasi, penelitian ini membatasai
masalah pada :
Ada atau tidaknya hubungan pengalaman mengajar dengan kompetensi
pedagogik Guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri Di Kota Surakarta Tahun
2009”.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut diatas ,
maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut ;
Adakah hubungan pengalaman mengajar dengan kompetensi pedagogik Guru
Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri Di Kota Surakarta Tahun 2009”.

E. Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan tentu mempunyai tujuan tertentu agar penelitian
menjadi terarah. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini sebagai berikut :
Untuk mengetahui adakah hubungan pengalaman mengajar dengan
kompetensi pedagogik Guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri Di Kota
Surakarta Tahun 2009”.
F. Manfaat Penelitian
Suatu penelitian dapat memberikan sesuatu yang bermanfaat. Adapun manfaat
yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkenbangan
ilmu pengetahuan di bidang pendidikan dan pengajaran, khususnya Pendidikan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kewarganegaraan yaitu dengan diketahuinya hubungan pengalaman mengajar dengan


kompetensi pedagogik Guru Pendidikan Kewarganegaraan sehungga dapat
menambah pengetahuan bagi guru dan khasanah pustaka.

2. Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi guru Pendidikan
Kewarganegaraan untuk selalu meningkatkan kualitas mengajarnya agar lebih
berkompeten sehingga dapat memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Pengalaman Mengajar
a. Pengertian Pengalaman Mengajar
Pengalaman mengajar diartikan, berikut dikemukakan beberapa
pengertian pengalaman mengajar antara lain :
Dalam Tesis Deby Setyawati (2007 : 40) “Pengalaman mengajar dapat
dikatakan sebagai masa kerja yang dihayati oleh setiap guru yang merupakan
proses pembelajaran atas jabatan yang dimilikinya.”.
Masnur Muslich (2007 : 13), menyatakan bahwa :
Pengalaman mengajar yaitu masa kerja guru (termasuk guru
bimbingan konseling) dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik
pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari
lembaga yang berwenang (dapat dari pemerintah, dan atau kelompok
masyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari komponen ini
dapat berupa surat keputusan atau surat keterangan yang sah dari
lembaga yang berwenang.
Menurut Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional 2009
Pengalaman mengajar adalah masa kerja sebagai guru pada jenjang,
jenis, dan satuan pendidikan formal tertentu. Bukti fisik dari
komponen pengalaman mengajar ini berupa surat keputusan, surat
tugas atau surat keterangan dari lembaga yang berwenang (
pemerintah, pemda, penyelenggara pendidikan atau satuan
pendidikan).” psg 15 .um.ac.id/cup – content/uploads/2009.
Sedangkan menurut Suci Kuswardani (2007 : 20) mengatakan bahwa :
Pengalaman atau lama mengajar dapat diartikan sebagai jangka waktu
yang digunakan oleh seorang guru dalam pengalamannya untuk
menciptakan, menyajikan, menyampaikan dan membimbing anak
didiknya untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill,
attitude, ideas (cita-cita), appreciations (penghargaan) dan knowledge,
dengan kata lain dapat juga diartikan sebagai jangka waktu yang
ditempuh guru dalam pengalamannya selama mengajar.

10
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa


pengalaman mengajar adalah masa kerja atau jangka waktu yang ditempuh guru
selama mengajar sehingga memperoleh segala pengetahuan, ketrampilan
maupun nilai-nilai yang merupakan proses pembelajaran atas jabatan yang
dimilikinya.
Dalam penelitian ini pengalaman mengajar yang dimaksud adalah
jangka waktu yang ditempuh guru selama mengajar. Jangka waktu dihitung dari
jumlah tahun lamanya mulai mengajar pada satu mata pelajaran. Seorang guru
dikatakan memiliki pengalaman mengajar apabila masa kerjanya cukup lama,
untuk melakukan perubahan atau pembaharuan terhadap strategi pembelajaran
yang diterapkan, memiliki ketrampilan mengajar yang bervariasi, memiliki
banyak pengetahuan berkaitan dengan peran dan tugasnya sebagai pendidik.
b. Kategori Pengalaman Mengajar
Dalam buku pedoman penilaian sertifikasi guru, Pengalaman
Mengajar dikategorikan sebagai berikut :
a. > 25 tahun
b. 23 – 25 tahun
c. 20 – 22 tahun
d. 17 – 19 tahun
e. 14 – 16 tahun
f. 11 – 13 tahun
g. 8 – 10 tahun
h. 5 – 7 tahun
i. 2 – 4 tahun
Berbagai penelitian mengenai kategori pengalaman mengajar yang
dikemukakan oleh :
Marsin (2002 : 185 ) mengkategorikan menjadi tiga, yaitu:
a) Kategori Rendah ( 0 sampai dengan 16 tahun )
b) Kategori Sedang ( 17 sampai dengan 26 tahun)
c) Kategori Tinggi ( 26 tahun > )
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Setya Nurachmandani (2002 : 77). Mengkategorikan Masa Kerja Guru


sebagai berikut :
a) 1 - 5 tahun
b) 6 - 10 tahun
c) 11 - 15 tahun
d) 16 - 20 tahun
e) 21 - 25 tahun
f) 26 - 30 tahun
g) 31 - 35 tahun
h) 36 - 40 tahun
Suci Kuswardani (2007 : 44) Membagi kategori lama mengajar guru
menjadi empat, yaitu :
a) < 10 tahun
b) 10-20 tahun
c) 20-30 tahun
d) > 30 tahun
Dari beberapa penelitian mengenai pengalaman mengajar di atas,
terdapat perbedaan mengenai kategori rentang waktu pengalaman mengajar,
yaitu 5 tahun, 10 tahun dan 15 tahun.
Dalam penelitian ini pengalaman mengajar dibagi menjadi 5 kategori,
yaitu :
a) < 5 tahun
b) 6-10 tahun
c) 11-15 tahun
d) 16-20 tahun
e) > 20 tahun
Dengan memiliki pengalaman mengajar yang sudah lama seorang guru
dapat memperbaiki kekurangan dirinya dan meningkatkan kemampuan
profesinya melalui pengalaman mengajar yang dimilikinya. Guru yang memiliki
pengalaman mengajar baru sebentar akan menemui kesulitan jika menghadapi
permasalahan dalam tugasnya, sedangkan bagi guru yang memiliki pengalaman
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mengajar sudah lama juga tidak dapat terhindar dari masalah di sekolah tetapi
yang membedakan tingkat kesulitan yang dihadapinya atau dapat dikatakan
bahwa kesulitan yang dihadapi guru akan berkurang seiring dengan pengalaman
mengajar yang dialaminya.

2. Tinjauan Tentang Kompetensi Pedagogik


a. Pengertian Kompetensi Pedagogik
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun
2005 Pasal 28 ayat (3) :
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan
dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Menurut E. Mulyasa (2007 : 75), dalam RPP tentang Guru
dikemukakan bahwa : Kompetensi pedagogik adalah merupakan kemampuan
guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya
meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
b. Pemahaman terhadap peserta didik
c. Pengembangan kurikulum/ silabus
d. Perancangan pembelajaran
e. Pelaksanaanpembelajaran yang mendidik dan dialogis
f. Pemanfaatan teknologi pembelajaran
g. Evaluasi hasil belajar (EHB)
h. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.
Giyarni (2008 :23) “ Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan
guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya
meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Kemampuan mengelola pembelajaran
b. Pemahaman terhadap peserta didik
c. Perancangan pembelajaran
d. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

e. Pemanfaatan teknologi pembelajaran


f. Evaluasi Hasil Belajar
g. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.
Secara lebih rinci dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Kualifikasi dan kompetensi guru, kompetensi inti guru untuk kompetensi
pedagogik meliputi :
a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,
spiritual, sosial, kultural, emosional dan intelektual.
1) Memahami peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik,
intelektual, sosial emosional, moral, spiritual, dan latar
belakang sosial budaya.
2) Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran
yang diampu.
3) Mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik dalam mata
pelajaran yang diampu.
4) Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dala mata
pelajaran yang diampu.
b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik.
1) Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik terkait dengan mata pelajaran
yang diampu.
2) Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik
pembelajaran yang mendidik secara kretatif dalam mata
pelajaran yang diampu.
c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran
yang diampu.
1) Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
2) Menentukan tujuan pembelajaran yang diampu.
3) Menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang diampu.
4) Memilih materi pembelajaran yang diampu yang terkait
dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran.
5) Menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan
pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik.
6) Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian.
d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik
1) Memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang
mendidik.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2) Mengembangkan komponen-komponen rancangan


pembelajaran.
3) Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk
kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan.
4) Melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di
laboratorim, dan di lapangan dengan memperhatikan standar
keamanan yang dipersyaratkan.
5) Menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang
relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran
yang diampu sesuai dengan situasi yang berkembang.
6) Mengambil keputusan transaksional dalam pembelajaran yang
diampu sesuai dengan situasi yang berkembang.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan pembelajaran.
1) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam
pembelajaran yang diampu.
f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
1) Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk
mendorong peserta didik mencapai prestasi secara optimal.
2) Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk
mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk
kreatifitasnya.
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta
didik.
1) Memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif,
empatik, dan santun, secara lisan, tulisan, dan/atau bentuk lain.
2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan
peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi
kegiatan/permainan yang mendidik yang terbangun secara
siklikal dari (a) penyiapan kondisi psikologis peserta didik
untuk ambil bagian dalam permainan melalui bujukan dan
contoh, (b) ajakan kepada peserta didik untuk ambil bagian, (c)
respons peserta didik terhadap ajakan guru, dan (d) reaksi guru
terhadap respons peserta didik, dan seterusnya.
h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
1) Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses hasil
belajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang
diampu.
2) Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting
untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran yang diampu.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3) Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil


belajar.
4) Mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan
hasil belajar.
5) Mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara
berkesinambungan dengan menggunakan berbagai instrumen.
6) Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk
berbagai tujuan.
7) Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar.
i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.
1) Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk
menentukan ketuntasan belajar.
2) Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk
merancang program remedial dan pengayaan.
3) Mengkomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada
pemangku kepentingan.
4) Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi
pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
pembelajaran.
1) Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
2) Memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan
pengembangan pembelajaran dalam mata pelajaran yang
diampu.
3) Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu.

3.Tinjauan Tentang Guru


a. Pengertian Guru
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996 : 330) ”Guru adalah orang yang
pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya )mengajar.
Menurut Undang-Undang RI No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen Bab I Pasal 1 ayat 1 ” Guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Menurut Oemar Hamalik (2008:36) ”Guru adalah jabatan profesional


yang memerlukan berbagai keahlian khusus.
Wikipedia (2009 : 2), ”In education, a teacher is a person who
educates other. A teacher who educates an individual student may also be
described as a personal tutor. The role of teacher is often formal and ongoing,
carried but by way of occupation profession at a school or other place formal
education.” http://wikipedia.com, 2009.
Rumusan di atas mengandung pengertian bahwa, seorang guru adalah
seseorang yang mendidik orang lain. Seorang guru yang mendidik siswa,
seorang, seorang individu juga dapat digambarkan sebagai pribadi guru. Peran
guru secara formal dan berkelanjutan, dilakukan dengan cara dari pekerjaan
atau profesi sekolah atau tempat formal pendidikan.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan
menengah.

4. Pendidikan Kewarganegaraan
a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan, berikut dikemukakan
beberapa pengertian Pendidikan Kewarganegaraan antara lain :
Pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan dan bagian yang
tidak terpisahkan dalam sistem pendidikan nasional. Pendidikan
Kewarganegaraan adalah “Pendidikan yang mengembangkan semangat
kebangsaan dan cinta tanah air. (Penjelasan pasal 37 Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional).
Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara
Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh
Pancasila dan UUD 1945. (Permendiknas No 22 tahun 2006 ).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Menurut Udin S. Winataputra (2007:1) “Pengertian pendidikan


kewarganegaraan sebagai citizenship education, secara substantif dan
paedagogis didesain untuk mengembangkan warga negara yang cerdas dan baik
untuk seluruh jalur dan jenjang pendidikan”. Paedagogis didesain untuk
mengembangkan warga negara yang cerdas dan baik untuk seluruh jalur dan
jenjang pendidikan”. Lebih lanjut beliau menyebutkan “Tiga Pendekatan dalam
Membangun Karakter Bangsa”. Pertama, pendekatan socio-cultural
development yang menganjurkan bahwa untuk membangun karakter dapat
dilakukan melalui penciptaan dan pembiasaan perilaku dalam kehidupan sehai-
hari di masyarakat. Data empirik telah dibuktikan oleh para “ founding father”,
karena ditempa dalam situasi kehidupan penuh tantangan dalam perjuangan
merebut dan mempertahankan kemerdekaan, maka karakter dan jiwa
kebangsaan mereka amat tebal, sekalipun tidak mereka pelajari di sekolah.
Kedua, pendekatan psycho-paedagigical development yang menganjurkan
bahwa karakter dapat dibangun melalui perkembangan psikologis seseorang
melalui proses belajar. Pendekatan inilah yang sedang diupayakan oleh dunia
pendidikan, baik formal maupun non formal, melalui Pendidikan
Kewarganegaraan. Ketiga, pendekatan socio-political development yang
mempercayai bahwa karakter bangsa dapat ditumbuhkembangkan melalui
berbagai intervensi politik pemerintah.
Sampai saat ini bidang itu sudah menjadi bagian inheren dari
instrumentasi serta praksis pendidikan nasional Indonesia dalam lima status:
1) Pertama, sebagai mata pelajaran di sekolah.
2) Kedua, sebagai mata kuliah di perguruan tinggi.
3) Ketiga, sebagai salah satu cabang pendidikan disiplin ilmu
pengetahuan sosial dalam rangka pendidikan guru.
4) Keempat, sebagai program pendidikan politik yang dikemas dalam
bentuk Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengalaman
Pancasila ( Penataran P4 ) atau sejenisnya yang pernah dikelola
oleh pmerintah sebagai crash program.
5) Kelima, sebagai suatu kerangka konseptual dalam bentuk
pemikiran individual dan kelompok pakar terkait, yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dikembangkan sebagai landasan dan kerangka berpikir mengenai


pendidikan kewaraganegaraan dalam status pertama, kedua,
ketiga,dan keempat.http://sps.upi.edu/pend/wp, 2007
Dalam hal ini peneliti memfokuskan pendidikan kewarganegaraan
pada status pertama yaitu sebagai mata pelajaran di sekolah.
Pendidikan kewarganegaraan di Indonesia ternyata tidak hanya
mengemban misi sebagai pendidikan demokrasi. Menurut Winarno (2007 : 114-
115) Pendidikan kewarganegaraan mengemban beberapa misi. Misi tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan dalam arti
sesungguhnya yaitu civic education.
2) Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan nilai dan
karakter.
3) Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan bela negara.
4) Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi (
politik).
Sedangkan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian pada satuan pendidikan dasar dan menengah dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 22 tahun 2006 tentang
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah adalah sebagai
berikut:
Kelompok mata pelajaran yang dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran
dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya
sebagai manusia.
Menurut (David Kerr, 1999:3) citizenship education is a proces to
encompas the preparation of young people for their roles and responsibilities as
citizen and particular, the role of education (trough scooling, teaching, and
learning) in that prepatory process.
Rumusan di atas mengandung pengertian bahwa kewarganegaraan
atau pendidikan kewarganegaraan ditafsirkan secara luas untuk mencakup
persipan orang muda untuk mereka dalam peran dan tanggung jawabnya
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sebagai warga negara dan khususnya peranan pendidikan (melalui pendidikan,


pengajaran dan belajar) dalam proses persiapan. http://
www/imca.org.uk/pdf/citizhenship-no-intro-pdf, I999.
Menurut (Reid, A and Gill J, 2009:5) :
The formalised knowledge represented in the curriulum as’ civics and
citizenship” usually concerned with the stuctures of power and governance,
citizen”s rights and responsibilities, and the skills and disposition foer
participation in the polity and civil society. This may have constitued a subject
as in the first half of the 20 th century, but since the 1960 it subyek has usually
been taught across the curriculum, particularly within social studies or through
a strand of what is now known as Studies of Society and the environment
(SOSE), as well as throught the more traditional subjects (sose), such as
history,geography,science and the arts. (http : www/citized info.©.2009)
Rumusan di atas mengandung arti bahwa representasi formal
kewarganegaraan dan kewarganegaraan dalam kurikulum pengetahuan
diformalkan diwakili dalam kurikulum sebagai ”kewarganegaraan dan
kewarganegaraan, biasanya berkaitan dengan struktur kekkuasaaan dan
pemerintahan dan masyarakat sipil. Ini mungkin merupakan suatu subyek yang
terpisah seperti pada paruh pertama abad 20, tetapi sejak tahun 1960-an itu
biasanya telah diajarkan di kurikulum, terutama dalam sosial. Atau melalui
seuntai apa yang dikenal sebagai studi masyarakat dan lingkungan dan juga
mata pelajaran yang lebih tradisional seperti sejarah, geografi, sastra, sains dan
seni.
Menurut Torney Purta, J., Richardson, and W, Barber, C (2009:5) :
The ministry of education is considering introducing civic education as
a core subject in the school curriculum. He said the seeming future of most
Africa countries.
Rumusan di atas mengandung pengertian bahwa Menteri pendidikan
menyatakan bahwa kewarganegaraan sebagai pokok inti dalam kurikulum
sekolah. Ia berkata masa depan yang faktanya nampak di kebanyakan negara –
negara Afrika.
Dalam Wikipedia ( 2009 : 1 ), dinyatakan bahwa :
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

”citizenship” is used to refer to an educational activity – that is, to the


process of helping people learn how to become active, informed and
responsible citizen. Citizenship in this sense is also known as citizenship
education or education for citizenship. It encompass all forms of education,
from informal educationin the home or through youth work to more formal
types of education provided in schools, colleges, universities, trainingg
organisations and the workplace. Wherever it occurs, citizenship education has
the sam e basic aims purposes. It is education for citizenship – that is,
education which aims to help people learn how to become active, informed and
responsible citizens. More specifically, it aims to prepare them for life as
citizens of a democracy. http://en.wikipedia.org // wiki / Citizhenship education,
2009.
Rumusan di atas mengandung arti bahwa ” kewarganegaraan ”
digunakan untuk merujuk kepada kegiatan pendidikan – yaitu, untuk proses
membantu orang belajar bagaimana untuk menjadi aktif, informasi dan
bertanggung jawab warga negara. Kewarganegaraan dalam pengertian ini
dikenal sebagai pendidikan kewarganegaraan. Ini mencakup semua bentuk
pendidikan, dari pendidikan informal di rumah atau melalui kerja muda untuk
lebih formal jenis pendidikan yang diberikan di sekolah – sekolah, kolase,
universitas, organisasi pelatihan dan tempat kerja. Di mana pun itu terjadi,
pendidikan kewarganegaraan memilki dasar yang sama dan tujuan. Ini adalah
pendidikan untuk kewarganegaraan – yaitu, pendidikan yang bertujuan untuk
membantu orang belajar bagaimana untuk menjadi aktif, informasi dan
bertanggung jawab warga negara. Lebih khusus lagi, bertujuan untuk
mempersiapkan mereka untuk hidup sebagai warga negara demokrasi.
Dari berbagai pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
Pendidikan kewarganegaraan adalah suatu pendidikan yang bertujuan untuk
mendidik generasi muda agar menjadi warga negara yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air, yang berpartisipasi aktif dalam rangka
membangun sistem bangsa yang maju dan modern.

5. Tinjauan Tentang Hubungan Pengalaman Mengajar Dengan


Kompetensi Pedagogik
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Hubungan Pengalaman Mengajar Dengan Kompetensi Pedagogik


Kompetensi guru dipengaruhi oleh beberapa faktor, pendapat
Sustermeister dalam S. Eko Putro Widoyoko (2009: 7) tentang faktor yang
mempengaruhi kompetensi guru yaitu faktor diri atau faktor internal, faktor
situasional dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari individu guru itu
sendiri, yang meliputi: latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar,
penataran dan pelatihan, etos kerja dan sebagainya. Sedangkan faktor
situasional yang mempengaruhi kompetensi guru meliputi: iklim dan
kebijaksanaan organisasi, lingkungan kerja, sarana dan prasarana, gaji, serta
lingkungan sosial. Faktor faktor tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi
kompetensi guru dalam mengajar.
(http// www. um.pwr/ac.id/web download/publikasasi, 15 Januari 2009)
Debi Setiawati (2007 : 41) “Kompetensi guru tidak hanya dipengaruhi
oleh latar belakang pendidikannya saja, namun pengalaman mengajar ikut
mempengaruhi dalam pembentukan kompetensi guru, sebab dengan
pengalaman mengajar yang cukup seorang guru dapat memperbaiki kekurangan
dirinya dan meningkatkan kemampuan profesinya melalui pengalaman yang
dialaminya”.
Suci Kuswardani (2007 : 4) “Kompetensi guru menunujuk pada
kualifikasi tingkat pendidikan dan lamanya mengajar. Untuk itu kedua
komponen itu sangat mempengaruhi kompetensi guru, dimana jika tidak
dipedulikan maka akan berakibat kurang baik pada siswa dan masyarakat pada
umumnya”.
Maka dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa Kompetensi
guru dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain : tingkat pendidikan,
pengalaman mengajar, penataran dan pelatihan, dan etos kerja.. Kompetensi
pedagogik merupakan bagian dari kompetensi guru sehingga juga dipengaruhi
oleh faktor-faktor tesebut di atas. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kompetensi guru terdapat faktor pengalaman mengajar, sehingga kompetensi


pedagogik juga dipengaruhi oleh pengalaman mengajar.

B. Penelitian Yang Relevan


Dalam bagian ini akan dikemukakan beberapa hasil penelitian yang
mempunyai relevansi dengan penelitian ini :
Marsin (2002) dalam Tesis yang berjudul Kemampuan Mengajar Guru
Sekolah Dasar Ditinjau dari Model Penyelenggaraan Program Penyeteraaan D-II PGSD
dan Pengalaman Mengajar di Kabupaten Boyolali” menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan pengaruh yang signifikan model penyelenggaran program penyetaraan D-
II PGSD terhadap kemampuan mengajar guru Sekolah Dasar dengan P= 0,003,
terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan pengalaman mengajar terhadap
kemampuan mengajar guru Sekolah Dasar dengan P=0,000; terdapat perbedaan
pengaruh interaksi model penyelenggaraan program penyetaraan D-II PGSD dan
pengalaman mengajar dalam meningkatkan kemampuan guru Sekolah Dasar dengan
P=3,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengajar guru
Sekolah Dasar dapat ditingkatkan melalui penyelenggaraan Program penyetaraan D-
II PGSD yang benar-benar efektif dengan didukung oleh pengalaman mengajar yang
memadai. Penelitian ini dapat memberikan gambaran bahwa pengalaman kerja yang
dimiliki oleh seorang guru apabila tidak pernah dikembangkan tidak dapat
mendukung dalam peningkatan kualitas pengajaran. Untuk itu pengalaman kerja akan
mempengaruhi dalam kinerjanya.
Debi Setiawati (2007) dalam Tesis yang berjudul Kontribusi Motivasi Kerja
Dan Pengalaman Mengajar Terhadap kinerja Guru Sejarah Di Surakarta.”
Menunjukkan bahwa ada kontribusi motivasi kerja terhadap kinerja guru sejarah
sebesar 24 %, ada kontribusi pengalaman mengajar terhadap kinerja guru sejarah
sebesar 45 %, dan ada kontribusi motivasi kerja dan pengalaman mengajar secara
bersama-sama terhadap kinerja guru sejarah sebesar 49 %. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa secara bersama-sama, motivasi kerja dan pengalaman mengajar
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

memberikan sumbangan yang berarti terhadap kinerja guru sejarah yang


mengindikasikan bahwa kedua variabel tersebut dapat menjadi prediktor yang baik
bagi kinerja guru sejarah. Dilihat dari besarnya kontribusi tiap variabel prediktor
(bebas) terhadap variabel respon (terikat), kontribusi pengalaman mengajar terhadap
kinerja guru sejarah menunjukkan bahwa pengalaman mengajar dapat menjadi
prediktor yang lebih baik dari motivasi kerja.
Suci Kuswardani (2007) dalam skripsi berjudul Hubungan antara Tingkat
Pendidikan dan Lama Mengajar dengan Kompetensi Guru PKn Sekolah Menengah
Pertama Negeri Purworejo Kabupaten Purworejo tahun 2005/2006 ‘’ Menunjukkan
bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara tingkat pendidikan dengan
kompetensi guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMPN Purworejo Kabupaten
Purworejo tahun 2005/2006 hal ini ditunjukkan dengan rx1y = 0,291 > rtabel = 0,250,
ada hubungan yang positif dan signifikan antara lama mengajar dengan kompetensi
guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMPN Purworejo Kabupaten Tahun 2005/2006
hal ini ditunjukkan dengan rx2y = 0,272 > rtabel= 0,250, ada hubungan yang positif dan
signifikan antara tingkat pendidikan dan lama mengajar secara bersama dengan
kompetensi guru PKn di SMPN Purworejo Kabupaten Purworejo tahun 2005/2006,
hal ini ditunjukkan dengan Rxy (1,2) = 0,3864 dan Fhitung = 4,826 > Ftabel =3,17.
Sumbangan Relatif (SR % ) variabel tingkat pendidikan sebesar 53,65 %, dan
Sumbangan Relatif (SR %) variabel lama mengajar sebesar 46,35%, sedangkan
Sumbangan Efektif (SE%) variabel tingkat pendidikan sebesar 8,01% dan sumbangan
efektif variabel lama mengajar sebesar 6,92 %.
Dari berbagai uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengalaman mengajar memiliki pengaruh terhadap kemampuan mengajar, kinerja,
dan kompetensi guru. Sehingga antara satu dan lainnya saling berhubungan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini sebagai berikut :
Pengalaman mengajar adalah masa kerja atau jangka waktu yang ditempuh
guru selama mengajar sehingga memperoleh segala pengetahuan, ketrampilan
maupun nilai-nilai yang merupakan proses pembelajaran atas jabatan yang
dimilikinya.
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran peserta didik yang meliputi : menguasai karakteristik peserta didik dari
aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional dan intelektual, menguasai
teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, mengembangkan
kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu, menyelenggarakan
pembelajaran yang mendidik, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk kepentingan pembelajaran, memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, berkomunikasi secara
efektif, empatik dan santun dengan peserta didik, menyelenggarakan penilaian dan
evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk
kepentingan pembelajaran, melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
pembelajaran.
Kompetensi guru dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu faktor diri
atau faktor internal, faktor situasional dan faktor eksternal. Faktor internal berasal
dari individu guru itu sendiri, yang meliputi : latar belakang pendidikan, pengalaman
mengajar, penataran dan pelatihan, dan etos kerja. Sedangkan faktor situasional yang
mempengaruhi kompetensi guru meliputi : iklim dan kebijaksanaan organisasi,
lingkungan kerja, sarana dan prasarana, gaji, serta lingkungan sosial. Faktor - faktor
tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi kompetensi guru dalam mengajar.
Pengalaman mengajar merupakan salah satu faktor internal yang dapat
mempengaruhi kompetensi guru dalam mengajar dan dapat dikatakan bahwa
pengalaman mengajar memilki hubungan dengan kompetensi guru. Salah satu bagian
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dari kompetensi guru adalah kompetensi pedagogik, sehingga pengalaman mengajar


juga berpengaruh terhadap kompetensi pedagogik dan keduanya saling berhubungan.
Dengan pengalaman mengajar seorang guru akan mendapatkan tambahan
pengetahuan dan ketrampilan tentang mengajar. Pengalaman mengajar dapat dihitung
dari jumlah tahun lamanya mengajar, khususnya dalam mata pelajaran yang
diampunya. Semakin lama seseorang menekuni profesi sebagai seorang guru akan
semakin tinggi juga tingkat kompetensi pedagogiknya, demikian juga sebaliknya.
Kerangka berpikir di atas dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

Pengalaman Kompetensi
mengajar Pedagogik

Gambar 1. Skema kerangka berpikir

D. Rumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
sebenarnya masih akan diuji secara empiris dengan melalui berbagai pengujian. Atas
dasar pemikiran di atas maka hipotesis yang peneliti ajukan adalah : “Ada hubungan
yang positif dan signifikan antara pengalaman mengajar dengan kompetensi
pedagogik guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri Di Kota Surakarta Tahun
2009”.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penulis mengambil lokasi penelitian SMP Negeri di Kota Surakarta. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel. 1 Tempat Penelitian
No Nama Sekolah Alamat Sekolah
1. SMP Negeri 1 Surakarta Jl. MT Haryono No. 4
2. SMP Negeri 2 Surakarta Jl. Apel No. 3 Jajar
3. SMP Negeri 3 Surakarta Jl. Kartini No. 18
4. SMP Negeri 4 Surakarta Jl. DI. Panjaitan No. 14
5. SMP Negeri 5 Surakarta Jl. Diponegoro No. 45
6. SMP Negeri 6 Surakarta Jl. Kapten Mulyadi No. 254
7. SMP Negeri 7 Surakarta Jl. Mr. Sartono No. 37
8. SMP Negeri 8 Surakarta Jl. H.O.S Cokro Aminoto No. 51
9. SMP Negeri 9 Surakarta Jl. Sekarjagat 1, Pajang
10. SMP Negeri 10 Surakarta Jl. Kartini No.12
11. SMP Negeri 11 Surakarta Jl. Sungai Kapuas No. 30
12. SMP Negeri 12 Surakarta Jl. A. Yani No. 370
13. SMP Negeri 13 Surakarta Jl. Urip Sumoharjo No. 49
14. SMP Negeri 14 Surakarta Jl. Prof. WZ. Yohanes No. 254
15. SMP Negeri 15 Surakarta Jl. Purwonegaran No.60
16. SMP Negeri 16 Surakarta Jl. Kol. Sutarto No. 188
17. SMP Negeri 17 Surakarta Jl. Jend. A. Yani
18. SMP Negeri 18 Surakarta Jl. Tembus Kadipiro
19. SMP Negeri 19 Surakarta Jl. Brondongan, Serengan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

No Nama Sekolah Alamat Sekolah


20. SMP Negeri 20 Surakarta Jl. Surya No. 155
21. SMP Negeri 21 Surakarta Jl. Karegan No. 276
22. SMP Negeri 22 Surakarta Jl. Makam Bergola, Serengan
23. SMP Negeri 23 Surakarta 26 Jl. Adi Sumarmo, Banyuanyar
24. SMP Negeri 24 Surakarta Jl. Dr. Muwardi No. 36
25. SMP Negeri 25 Surakarta Jl. Dr. Muwardi No. 37
26. SMP Negeri 26 Surakarta Jl. Joyonegaran No. 2
27. SMP Negeri 27 Surakarta Jl. Arifin No. 17
( Sumber Data Sekunder, 2009)
Alasan penulis mengambil lokasi tersebut karena lokasi tersebut dekat dengan
tempat tinggal peneliti sehingga sedapat mungkin akan mempermudah penelitian
maupun waktu, biaya dan tenaga dalam perijinan riset maupun dalam proses
pengumpulan data.

2. Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti membutuhkan waktu kurang lebih 11 bulan.,
yang dimulai dari bulan Februari sampai dengan bulan Desember 2009. Adapun
perincian jadwal sebagai berikut :
Tabel 2. Waktu dan Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Penelitian 2009
Feb Mar- Jul- Sept Okt Nov Des
Juni Ags
1. Penyusunan Proposal

2. Pengurusan Ijin
Penelitian
3. Pengumpulan Data
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

No Kegiatan Penelitian 2009


Feb Mar- Jul- Sept Okt Nov Des
Juni Ags

4. Analisis Data

5. Penyusunan Laporan.

B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif yang bersifat
Ex post facto, karena penelitian ini dilaksanakan dengan mendeskripsikan situasi
sekarang yang datanya berupa angka-angka, kemudian dicari hubungan dengan
faktor-faktor yang lain yang terjadi sebelumnya. Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim
(1989 : 64) menerangkan bahwa metode deskriptif adalah penelitian yang berusaha
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang.
Ex post facto menurut Nana Sudjana dan Ibrahim (1989 : 56) adalah : “Ex
post facto artinya sesudah fakta Ex post facto sebagai metode penelitian menunjuk
kepada perlakuan atau manipulasi variabel bebas (X) telah terjadi sebelumnya
sehingga peneliti tidak perlu memberikan perlakuan lagi, tinggal melihat efeknya
pada variabel terikat (Y).

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Suharsimi Arikunto (2006 : 130) menyatakan bahwa “Populasi adalah
keseluruhan subyek penelitian”.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru Pendidikan
Kewarganegaraan SMP Negeri di Kota Surakarta, yang berjumlah 67 guru.
Tabel 3. Data Populasi Guru Pendidikan Kewarganegaraan Berdasarkan
Pengalaman Mengajar
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

No. Pengalaman Mengajar Populasi


1. <5 tahun 6
2. 6 – 10 tahun 6
3. 11 – 15 tahun 9
4. 16 – 20 tahun 5
5. > 20 tahun 41
Jumlah 67

2. Sampel
Suharsimi Arikunto (2006 : 131 ) menyatakan bahwa ” Sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.
Untuk menentukan besarnya sampel dalam penelitian ini peneliti
menggunakan rumus Slovin ( dalam Consuelo, 1993 :161) sebagai berikut :
N
n=
1  Ne 2
Keterangan :
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran populasi
e = Nilai kritis sebesar 0,05
Populasi sejumlah 67 orang dan nilai kritis 0,05 diambil dari tabel yang
dikutip dari Pagoso, Garcia dan Guererro de Leon (1978) dalam bukunya Consuello
(1993:162) maka perhitungan sampelnya adalah sebagai berikut :
N
n=
1  Ne 2
67
=
1  67.0,05 2
67
=
1  0,2
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

67
=
1,2
= 55,833
= 56
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian adalah 56 guru Pendidikan
Kewarganegaraan SMP Negeri di Kota Surakarta.

3. Teknik Sampling
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik Proportional Random
Sampling yaitu setiap anggota populasi akan mempunyai kesempatan dan peluang
yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel. Dengan menggunakan teknik
random sampling ini diharapkan anggota sampel dapat benar-benar mewakili dari
sejumlah populasi yang ada. Dalam penelitian ini dari 67 guru Pendidikan
Kewarganegaraan SMP Negeri di Kota Surakarta diambil 56 guru sebagai sampel.

D. Teknik Pengumpulan Data


1. Variabel Penelitian
Data yang akan dikumpulkan adalah data dari variabel sebagai berikut :
a. Variabel Bebas
Variabel bebas yaitu pengalaman mengajar (X)

b. Variabel Terikat
Variabel terikat yaitu kompetensi pedagogik (Y)

2. Penyusunan Instrumen
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang ditempuh untuk mendapat
data yang diperlukan dengan menggunakan suatu alat tertentu. Untuk mendapatkan
data yang obyektif dan valid, dalam penelitian ini maka digunakan teknik angket.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Angket untuk mengumpulkan data tentang pengalaman mengajar dan kompetensi


pedagogik.
a. Angket
1. ) Pengertian Angket
Suharsimi Arikunto (2006 : 151 ) ” Angket atau kuesioner adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”. Dengan
kata lain angket merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara menggunakan pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang
yang menjadi sasaran angket tersebut secara tertulis disertai petunjuk yang ada.
Dengan menggunakan angket data akan terkumpul dalam waktu yang singkat.
Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mengumpulkan data pengalaman
mengajar dan kompetensi pedagogik guru.
2. ) Macam - Macam Angket
Suharsimi Arikunto (2006 : 152) tentang macam kuesioner ( angket )
dapat ditinjau dari beberapa segi :
a) Dipandang dari segi yang menjawab
(1) Kuesioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk
menjawab pertanyaan dengan kalimatnya sendiri.
(2) Kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga
responden tinggal memilih.
b) Dipandang dari jawaban yang diberikan :
(1) Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya.
(2) Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang orang
lain.

c) Dipandang dari bentuknya :


(1) Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan kuesioner
tertutup.
(2) Kuesioner isian, yang dimaksud adalah kuesioner terbuka.
(3) Check list, sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda
cheeck ( V ) pada kolom yang sesuai.
(4) Rating scale ( skala bertingkat ), yaitu sebuah pernyataan diikuti kolom
– kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan misalnya dari sangat
setuju sampai ke sangat tidak setuju.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Berdasarkan klasifikasi tersebut maka dalam penelitian ini digunakan


jenis angket langsung tertutup, karena peneliti langsung memberikan angket
kepada guru yang isinya mengungkapkan diri tentang responden itu sendiri dan
responden tinggal memberi tanda silang ( X ) pada salah satu alternatif jawaban
yang telah disediakan sesuai dengan pilihan masing-masing.
3.) Keuntungan dan Kelemahan Kuesioner
a) Keuntungan Kuesioner
(1) Tidak memerlukan hadirnya peneliti,
(2) Dapat dibagikan serentak kepada banyak responden,
(3) Dapat dijawab oleh responden menurut ketepatannya masing-masing
dan menurut waktu senggang responden,
(4) Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu
– malu menjawab,
(5) Dapat dibuat terstandar sehingga bagi responden dapat diberi
pertanyaan- pertanyaan yang benar – benar sama.

b) Kelemahan Kuesioner
(1)Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga pertanyaan
yang terlewati tidak dijawab, padahal sukar diulangi dikembalikan
lagi kepadanya,
(2) Sering sukar dicari validitinya,
(3) Walaupun dibuat anonim, kadang- kadang responden sengaja
memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur,
(4) Seringkali tidak kembali, terutama jika dikirim lewat pos. Menurut
penelitian angket yang dikirim lewat pos pengembaliannya sangat
rendah, hanya sekitar 20 %,
(5) Waktu pengembaliaanya tidak bersama – sama, bahkan kadang-
kadang ada yang terlalu lama sehingga terlambat.
4.) Teknik Pengukuran
a) Pengukuran Variabel Pengalaman Mengajar
Pengukuran variabel pengalaman mengajar yaitu responden
menjawab pertanyaan mengenai lamanya pengalaman mengajar.
Pengalaman mengajar tersebut dikategorikan sebagai berikut :
(1) < 5 tahun = skornya 1
(2) 5 – 10 tahun = skornya 2
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(3) 10 – 15 tahun = skornya 3


(4) 15 – 20 tahun = skornya 4
(5) > 20 tahun = skornya 5
b) Pengukuran Variabel Kompetensi Pedagogik
Pengukuran variabel kompetensi pedagogik yaitu responden
menjawab pertanyaan mengenai kompetensi pedagogik dengan memilih
salah satu jawaban yang disediakan. Jawaban yang disediakan dan
skoring atas jawaban setiap item dari masing- masing responden adalah
sebagai berikut :
(1) Untuk pertanyaan atau pernyataan yang bersifat positif maka
skoring untuk setiap alternatif jawaban adalah sebagai berikut :
(a) Untuk jawaban A ( Selalu ) = Skor 5
(b) Untuk jawaban B ( Sering ) = Skor 4
(c) Untuk jawaban C ( Kadang-kadang ) = Skor 3
(d) Untuk jawaban D ( Jarang ) = Skor 2
(e) Untuk jawaban E ( Tidak Pernah) = Skor 1
(2) Untuk pertanyaan atau pernyataan bersifat negatif maka skoring
untuk setiap alternatif jawaban sebagai berikut :
(a) Untuk jawaban A ( Selalu ) = Skor 1
(b) Untuk jawaban B ( Sering ) = Skor 2
(c) Untuk jawaban C ( Kadang-kadang ) = Skor 3
(d) Untuk jawaban D ( Jarang ) = Skor 4
(e) Untuk jawaban E ( Tidak Pernah) = Skor 5

5.) Langkah- Langkah Penyusunan Angket


Langkah- langkah dalam penyusunan angket berdasarkan pelaksanaan
a) Menentukan konsep variabel penelitian,
b) Menentukan aspek dan indikator yang akan disusun dari variabel
penelitian,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c) Menyusun kisi – kisi angket, ( lihat lampiran 1 )


d) Menyusun butir – butir pertanyaan, (lihat lampiran 2)
e) Melakukan uji coba angket / try out dengan tujuan mengetahui validitas
dan reliabilitas, ( lihat lampiran 3 dan 4 )
f) Melakukan revisi angket
g) Memperbanyak angket sebanyak sampel,
h) Menggunakan angket yang telah diperbanyak dan setelah mendapat
umpan balik dari responden kemudian dianalisis.
b. Uji Coba
Sebelum angket yang sebenarnya digunakan dalam penelitian maka
angket perlu diuji cobakan terlebih dahulu. Uji coba angket dilaksanakan pada
bulan Juli 2009 terhadap 30 guru Pendidikan Kewarganegaraan sebagai
responden. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan angket yang
sahih dan terandalkan. Adapun angket yang diuji cobakan yaitu angket
kompetensi pedagogik guru.
Agket yang diuji cobakan terdiri dari 37 butir. Sehubungan dengan hal
tersebut skor minimal 1 dan skor maksimal 5 sehingga jumlah seluruhnya untuk
skor minimal 37 dan skor maksimal 185.
1.) Uji validitas
Instrumen setelah diuji cobakan dihitung validitasnya dengan tujuan
untuk mengetahui apakah butir-butir yang diuji cobakan dapat mengukur
keadaan responden yang sebenarnya. Menurut Suharsimi Arikunto (2006 :
168) “ Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Jadi suatu instrumen yang valid
atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang
valid berarti memiliki validitas yang rendah. Valid tidaknya instrument diuji
dengan rumus Korelasi Product Moment yang dikemukakan oleh Pearson
dalam Suharsimi Arikunto (2006 : 170) :
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

NXY  (X )(Y )


rxy =
N .X ²  (X )²N .Y ²  (Y )²
Keterangan
rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
∑X : Skor masing-masing item
∑Y : Skor total
∑ XY : Jumlah penelitian X dan Y
2
∑X : Jumlah kuadrat dari X
2
∑Y : Jumlah kuadrat dari Y
N : Jumlah Subyek
Hasil analisis validitas nilai korelasi item kemudian dikonsultasikan
dengan tabel rtabel dalam taraf signifikansi 5 %. Item dinyatakan valid apabila
rhitung > rtabel.
Hasil uji coba dari 37 item angket kompetensi pedagogik guru,
diketahui bahwa dari 37 item angket tersebut dinyatakan valid semua. Contoh
perhitungan validitas angket disajikan dalam ( lampiran 3 dan 4).

2.) Uji Reliabilitas


Menurut Suharsimi Arikunto, (2006 : 170) “ reliabilitas menunjuk
pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah
baik”. Untuk mengetahui tingkat kestabilan alat ukur digunakan reabilitas.
Adapun cara mencari reliabilitas menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 180)
adalah dengan rumus Spearman Brown, (2) dengan rumus Flanagan, (3)
dengan rumus Rulon, (4) dengan rumus K-R.20, (5) dengan rumus K-R.21,
dengan rumus Hoyt, dan (7) dengan rumus Alpha.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Penelitian ini menghitung reliabilitas dengan rumus Spearman


Brown sebagai berikut :
2 xr1 / 21 / 2
r11 =
(1  r1 / 21 / 2 )

Keterangan
r11 = reliabilitas instrumen
r1/21/2 = rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan
instrumen
(Suharsimi Arikunto, 2006 : 180)
Hasil analisis reliable kemudian dikonsultasikan dengan koefisien
reabilitas. Adapun mengenai besarnya koefisien korelasi dapat digunakan
rumus sebagai berikut :
1 ) Antara 0,800 sampai dengan 1,00 = Tinggi
2 ) Antara 0,600 sampai dengan 0,800 = Cukup
3 ) Antara 0,400 sampai dengan 0,600 = Agak rendah
4 ) Antara 0,200 sampai dengan 0,400 = Rendah
5 ) Antara 0,000 sampai dengan 0,200 = Sangat rendah (tak
berkorelasi)

( Suharsimi Arikunto, 2006 : 276)

Hasil uji coba angket tersebut diperoleh r11 = 0,934. maka angket
tersebut dapat dikatakan mempunyai reliabilitas yang sangat tinggi. Contoh
perhitungan uji reliabilitas angket disajikan dalam lampiran 5.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan membuktikan kebenaran hipotesis penelitian.
Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi
sederhana. Langkah-langkah analisis data sebagai berikut :
1. Uji Persyaratan Analisis
a) Uji Normalitas
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui sampel baris berasal dari


populasi berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji hal ini digunakan rumus
chi kuadrat sebagai berikut :
( fo  fh) 2
X2 = 
fh
(Suharsimi Arikunto,1998:259)
Keterangan
X2 = chi kuadrat
fo = frekuensi yang diperoleh
fh = frekuensi yang diharapkan
b.) Uji Linieritas
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas dengan
variabel terikatnya terdapat hubungan linier. Pengujian linieritas dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1) Nilai X yang sama disusun beserta pasangannya.
 Yi² 
2) a) JK(E) = Yi² 
 N 
b) JKTC = Jkres-JK (E)
3) a) dFE = N-K atau dFres-dFTC
K = banyaknya kelompok X
b) dFTC = K-2
JK ( E )
4) a) RJK (E) =
dF ( E )
JK (TC )
b) RJK (TC) =
dF (TC )
RJK (TC )
5) FHitung =
RJK ( E )
6) Ftabel (1-α) (K-2, N-K)
a) Jika Fhitung ≥ Ftabel tolak Ho berarti tidak linear
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b) Jika Fhitung < Ftabel tolak Ho berarti linear


(Hassan Suryono, 2005 : 86)

2.Uji Hipotesis
Teknik analisis korelasi sederhana dilaksanakan untuk menguji
hipotesis yang diajukan. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut:
Menghitung koefisien koerelasi sederhana X dan Y
NX 1Y  (X 1 )(Y )
rxy =
N .X 1 ²  (X 1 )²N .Y ²  (Y )²
Keterangan:
rxy = Koefisien kolerasi antara X dengan Y
n = Jumlah subjek
X = Jumlah skor
Y = Jumlah skor Y
Kriteria pengujian, jika rhitung > rtabel maka terdapat hubungan antara X
dengan Y dan jika rhitung ≤ rtabel maka tidak ada hubungan antara X dengan Y.
(Sudjana, 2005 : 369)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data
Penelitian dengan judul “ Hubungan Pengalaman Mengajar dengan
Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Kewaraganegaraan SMP Negeri di Kota
Surakarta Tahun 2009”. Penelitian ini menyajikan data dari dua variabel yaitu : (1)
pengalaman mengajar dan (2) kompetensi pedagogik guru Pendidikan
Kewarganegaraan SMP Negeri di Kota Surakarta Tahun 2009.

1. Pengalaman Mengajar
Hasil pengumpulan data tentang variabel pengalaman mengajar yang diukur
dari lamanya waktu mengajar melalui angket yang diberikan kepada guru PKn,
diperoleh hasil sebagai berikut : (1) skor tertinggi 5, (2) skor terendah 1, (3) mean
sebesar 3,86 (4) standart deviasi 1,46. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 6. Adapun sebaran frekuensi pengalaman mengajar seperti pada tabel
berikut :
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Data Pengalaman Mengajar

Prosentase Prosentase
Interval Fmutlak Fkomulatif
mutlak komulatif
1,0 - 1,9 6 10,714 % 6 10,714 %
2,0 - 2,9 6 10,714 % 12 21,428 %
3,0 - 3,9 9 16,071 % 21 37,499 %
4,0 - 4,9 4 7,143 % 25 44,642 %
5,0 - 5,9 31 55,358 % 56 100,00 %

( Sumber Data Primer, 2009 )


Tabel distribusi frekuensi data pengalaman mengajar sebagaimana tersebut
di atas, dapat digambarkan dengan grafik histogram sebagai berikut

38
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2. Grafik Histogram Pengalaman Mengajar Guru

2. Kompetensi Pedagogik Guru


Hasil pengumpulan data tentang variabel kompetensi pedagogik guru
melalui angket yang diberikan kepada guru, diperoleh hasil sebagai berikut : (1) skor
tertinggi 183, (2) skor terendah 144, (3) mean sebesar 163,98, (4) standar deviasi
sebesar 11,10. Perhitungan selengkapnya pada lampiran 7. Adapun sebaran frekuensi
kompetensi pedagogik guru seperti pada tabel berikut :
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Data Kompetensi Pedagogik Guru

Prosentase Prosentase
Interval Fmutlak Fkomulatif
mutlak komulatif
141,0 - 147,0 4 7,143 % 4 7,143 %
147,1 - 153,1 7 12,500 % 11 19,643 %
153,2 - 159,2 8 14,286 % 19 33,929 %
159,3 - 165,3 9 16,071 % 28 50,000 %
165,4 - 171,4 13 23,214 % 41 73,214 %
171,5 - 177,5 10 17,857 % 51 91,017 %
177,6 - 183,6 5 8,929 % 56 100,00 %
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel distribusi frekueni data kompetensi pedagogik guru diatas dapat digambarkan
dengan histogram sebagai berikut :

Gambar 3. Grafik Histogram Kompetensi Pedagogik Guru

B. Pengujian Persyaratan Analisis


Teknik statistik sebagai analisa data, terdapat beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah sampel diambil secara
random / acak, bentuk distribusi variabel X dan Y merupakan garis lurus / linear.
Hipotesis sebelum diuji, harus menguji persyaratan analisis data dengan uji
normalitas dan uji linearitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel diambil dari
populasi berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan perhitungan uji normalitas dari
data – data penelitian diperoleh hasil prasyarat yang dapat dilihat dalam tabel berikut
ini :
Tabel. 5 Uji Normalitas
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Variabel 2 hitung 2 tabel Keputusan Uji


Kompetensi Pedagogik 3,3305 9,49 Normal
Guru
Setelah dilakukan perhitungan bahwa pada taraf signifikansi 5 % untuk dk =
k – 3 = 4 diperoleh X = 9,49. Karena 2 hitung < 2 tabel atau 3, 3305 < 9,49 maka
dinyatakan bahwa sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. (Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8).
2. Uji Liniearitas
Uji Liniearitas diperlukan untuk mendeteksi adanya hubungan liniear antara
variabel X dan Y.
Uji Linearitas Variabel X dan Y
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh harga-harga sebagai berikut :
JK(E) = 5067,61 RJK(TC) = 31,53
JK(TC) = 94,59 RJK(E) = 99,36
dk(TC) = 3 Fhitung = 0,32
dk(E) = 51
Setelah dilakukan perhitungan bahwa pada taraf signifikasi 5 % dengan dk
pembilang = 1 dan dk penyebut = 51 diperoleh Ftabel= 4,02. Karena Fhitung< Ftabel
atau 0,32 < 4,02 maka dinyatakan bahwa X linear terhadap Y. ( Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9).

C. Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan uji persyaratan analisis melalui uji normalitas dan uji
linearitas, langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis. Adapun
hipotesisnya adalah sebagai berikut : “ ada hubungan yang positif dan signifikan
antara pengalaman mengajar dengan kompetensi pedagogik guru Pendidikan
Kewarganegaraan SMP Negeri di Kota Surakarta Tahun 2009”. Pengujian hipotesis
penelitian ini menggunakan analisis korelasi sederhana.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Berdasarkan hasil analisis diperoleh besarnya koefisien korelasi antara X


dengan Y (rxy) sebesar 0,488. Setelah hasil tersebut dikonsultasikan dengan rtabel N=
56 dan taraf signifikasi 5 % diperoleh rtabel sebesar 0,250, karena rxy > rtabel atau 0,488
> 0,250 maka dapat dikatakan ada hubungan positif antara pengalaman mengajar (X)
dengan kompetensi pedagogik guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri di
Kota Surakarta. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10).
.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Berdasarkan hasil analisis data di atas, maka dapat dilakukan pembahasan
hasil analisis data sebagai berikut :
Untuk uji normalitas diperoleh 2 hitung =3,3305 < 2 tabel = 9,49 , ini
menunjukkan bahwa sampel yang digunakan berasal dari populasi bersitribusi
normal, sedangkan untuk uji linieritas variabel pengalaman mengajar didapatkan
Fhitung = 0,32 < Ftabel = 4,02 menunjukkan bahwa variabel pengalaman mengajar linear
terhadap variabel kompetensi pedagogik guru Pendidikan Kewarganegaraan.
Terpenuhinya uji prasyarat analisis data dapat dilanjutkan untuk pengujian hipotesis.
Dari perhitungan analisis data untuk uji keberartian regresi linear didapatkan
harga Fhitung = 16,85 > Ftabel = 4,02, menunjukkan bahwa regresi antara pengalaman
mengajar dengan kompetensi pedagogik guru Pendidikan Kewarganegaraan adalah
berarti. Hasil analisis korelasi product moment didapatkan harga koefisien korelasi
sederhana antara pengalaman mengajar dengan kompetensi pedagogik guru
Pendidikan Kewarganegaraan sebesar rxy = 0,488 > 0,250. Hasil perhitungan tersebut
menunjukkan bahwa pengalaman mengajar mempunyai hubungan dengan
kompetensi pedagogik guru Pendidikan Kewarganegaraan. Untuk koefisien korelasi
diperoleh harga t hitung > ttabel atau 4,105 > 1,67 sehingga dapat dikatakan bahwa
koefisien korelasinya berarti. Besarnya kontribusi pengalaman mengajar terhadap
kompetensi pedagogik sebesar 24 %. Untuk persamaan regresi diperoleh Ŷ =
149,6618 + 3,7127 X yang menunjukkan bahwa apabila ada perubahan satu unit atau
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

adanya kenaikan satu angka pada variabel pengalaman mengajar ( X ) maka


membawa perubahan sebesar 3,7127 pada kompetensi pedagogik guru Pendidikan
Kewarganegaraan SMP Negeri di Kota Surakarta.
Dari hasil tersebut berarti apabila seorang guru sudah mempunyai
pengalaman mengajar yang cukup atau sudah lama mengajar maka guru tersebut akan
memiliki kompetensi pedagogik yang tinggi pula, sebab dengan pengalaman
mengajar yang cukup seorang guru dapat memperbaiki kekurangan pada dirinya dan
senantiasa meningkatkan kemampuan profesinya melalui pengalaman yang
dialaminya. Hal ini diperkuat oleh pendapat Sustermeister dalam S. Eko Putro
Widoyoko ( 2009 : 7 ) bahwa kompetensi guru dipengaruhi oleh faktor diri atau
faktor internal, faktor situasional dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari
individu guru itu sendiri, yang meliputi : latar belakang pendidikan, pengalaman
mengajar, penataran dan pelatihan, serta etos kerja. Sedangkan faktor situasional yang
mempengaruhi kompetensi guru meliputi : iklim dan kebijaksanaan organisasi,
lingkungan kerja, sarana dan prasarana, gaji, lingkungan sosial dan sebagainya.
Faktor faktor tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi kompetensi guru dalam
mengajar.
(http//www.um.pwr/ac.id/web download/publikasasi.15 Januari 2009).
Dari pendapat tersebut, pengalaman mengajar merupakan salah satu faktor
internal yang dapat mempengaruhi kompetensi guru dalam mengajar dan dapat
dikatakan bahwa pengalaman mengajar memilki hubungan dengan kompetensi guru.
Pengalaman mengajar diartikan sebagai masa kerja atau jangka waktu yang ditempuh
guru selama mengajar sehingga memperoleh segala pengetahuan, ketrampilan
maupun nilai-nilai yang merupakan proses pembelajaran atas jabatan yang
dimilikinya.
Salah satu bagian dari kompetensi guru adalah kompetensi pedagogik,
sehingga pengalaman mengajar juga berpengaruh terhadap kompetensi pedagogik
dan keduanya saling berhubungan. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan
guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang meliputi : menguasai
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional
dan intelektual, menguasai teori prinsip pembelajaran yang mendidik,
mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu,
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran
mata pelajaran yang diampu, menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik,
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran,
memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki, berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun
dengan peserta didik, menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil
belajar, memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran,
dan melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Seorang guru jika sudah memiliki pengalaman mengajar yang sudah lama
maka guru tersebut akan memilki tingkat kecakapan serta ketrampilan dalam
mengajar karena memperoleh pengalaman secara langsung dari proses pembelajaran
yang diselenggarakan, sebab guru selalu merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Guru yang setiap hari
mengajar maka ia akan terlatih untuk mampu melaksanakan tugas dengan baik.
Latihan yang dilakukan berkali-kali dan diulang secara terus menerus akan membuat
guru lebih menguasai kompetensi yang dipersyaratkan, termasuk juga kompetensi
pedagogik yang berkaitan langsung dengan proses belajar mengajar.
Pengalaman mengajar seorang guru akan mempengaruhi kemampuannya
dalam mengelola pembelajaran sehingga semakin lama seorang guru melaksanakan
tugas mengajar, maka kemampuan pengelolaan pembelajarannya akan lebih baik,
sedangkan guru yang kurang berpengalaman, maka kemampuan pengelolaan
pembelajarannya belum dapat berkembang secara optimal.
Semakin lama seorang guru mengajar maka guru tersebut akan banyak
memperoleh pengalaman sehingga dapat membentuk sikap profesionalisme.
Seorang guru yang memiliki pengalaman mengajar belum lama akan
menemui kesulitan jika menghadapi permasalahan dalam tugasnya, sedangkan guru
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang memiliki pengalaman mengajar sudah lama juga tidak dapat terhindar dari
masalah dalam menjalankan tugas, tetapi yang membedakan adalah pada tingkat
kesulitan yang dihadapi, atau dapat dikatakan bahwa kesulitan yang dihadapi akan
berkurang sejalan dengan pengalaman yang dialami. Demikian pula, hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengalaman mengajar dengan
kompetensi pedagogik. Dengan demikian teori yang mengatakan adanya hubungan
antara pengalaman mengajar dengan kompetensi pedagogik terbukti secara nyata di
lapangan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data hasil penelitian serta pembahasan, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
pengalaman mengajar dengan kompetensi pedagogik guru PKn di SMP Negeri Kota
Surakarta tahun 2009.
Adanya kesimpulan tersebut dibuktikan dari perhitungan analisis data yang
dilakukan dengan analis korelasi sederhana, diperoleh harga rxy sebesar 0,488
sedangkan harga rtabel N= 56 dan taraf signifikasi 5 % diperoleh rtabel sebesar 0,250,
karena rxy > rtabel atau 0,488 > 0,250 maka dapat dikatakan ada hubungan positif
antara pengalaman mengajar dengan kompetensi pedagogik guru Pendidikan
Kewarganegaraan. Sedangkan keberartian atau signifikasi hubungan kedua variabel
tersebut dibuktikan dengan perolehan Fhitung = 16,85 > Ftabel = 4,02 . Untuk koefisien
korelasi diperoleh harga thitung > ttabel atau 4,105 > 1,67 sehingga dapat dikatakan
bahwa koefisien korelasinya berarti. Kontribusi variabel pengalaman mengajar (X)
terhadap variabel kompetensi pedagogik (Y) sebesar 24%. Mengenai naik turunnya
atau besar kecilnya kompetensi pedagogik guru dapat diprediksi melalui persamaan
regresi Ŷ = 149,6618 + 3,7127 X yang berarti bahwa apabila ada perubahan satu unit
atau adanya kenaikan satu angka pada variabel pengalaman mengajar (X) maka
membawa perubahan sebesar 3,7127 pada kompetensi pedagogik (Y).

B. Implikasi
Berdasarkan pada kesimpulan hasil penelitian yang telah dikemukakan di
ata maka dapat diperoleh implikasi sebagai berikut :
1. Teoritis
Kompetensi pedagogik guru Pendidikan Kwarganegaraan SMP Negeri di
Kota Surakarta tahun 2009 dapat dipengaruhi oleh pengalaman mengajar.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pengalaman mengajar merupakan faktor internal yang dapat mempengaruhi


kompetensi pedagogik sehingga keduanya saling berhubungan.
2. Praktis
Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa ada hubungan yang positif dan
signifikan antara pengalaman mengajar dengan kompetensi pedagogik guru PKn.
Dengan adanya hubungan yang positif dan signifikan tersebut, maka guru yang
memiliki pengalaman mengajar sudah lama akan dapat lebih menguasai kompetensi
pedagogik dan dapat mengajar dengan baik. Sedangkan guru yang memiliki
pengalaman mengajar belum lama memiliki kompetensi pedagogik yang lebih
rendah.

C. Saran
Para guru yang mempunyai pengalaman mengajar belum lama atau baru
setahun, dua tahun, atau tiga tahun maka sebaiknya perlu menambah pengalamannya
di dunia pendidikan misalnya dengan mengikuti pelatihan dan seminar-seminar yang
berkaitan dengan masalah pendidikan, mengikuti kemajuan dan perkembangan ilmu
dan teknologi melalui berbagai media baik media massa maupun media elektronik.
Sedangkan para guru yang sudah mempunyai banyak pengalaman atau sudah puluhan
tahun mengajar sebaiknya harus lebih meningkatkan kompetensi pedagogiknya dalam
mengajar sehingga dapat menjadi guru yang benar-benar profesional.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : PN Balai Pustaka.

Anonim. 2003. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan


Nasional.

Anonim. 2005. Undang-Undang No. 14 Tahun 2005. Tentang Guru dan Dosen.

Anonim. 2005. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005. Tentang Standar Nasional
Pendidikan.

Anonim. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006. Tentang


Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah.

Anonim. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007. Tentang
Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru.

Consuelo, G. Sevilla, Jesus A. Ochave, Twila G. Punsalan, Bella P. Regala, Gabriel,


G. Uriarte. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI- Press.

Debi Setiawati. 2007. Kontribusi Motivasi Kerja dan Pengalaman Mengajar Terhadap
Kinerja Guru Sejarah Di Surakarta. Tesis. Tidak ditebitkan.

Giyarni. 2008. Evaluasi Kompetensi Pedagogik Guru Setelah Lulus Uji Sertifikasi Di
SMK Kelompok Bisnis Manajemen Se-Kota Surakarta. Skripsi. Tidak
diterbitkan.

Hassan Suryono. 2005. Statistik: Pedoman, Teori dan Aplikasi. Surakarta: UNS
Press.

Marsin. 2002. Kemampuan Mengajar Guru Sekolah Dasar Ditinjau dari Model
Penyelenggaraan Program Penyeteraaan D-II PGSD dan Pengalaman
Mengajar di Kabupaten Boyolali. Tesis . Tidak diterbitkan.

Masnur Muslih. 2007. Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik. Jakarta.


Bumi Aksara.

Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Nana Sudjana dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung :
Sinar Baru Algesindo.

Oemar Hamalik. 2008. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Praktek. Jakarta :


PT Bumi Aksara. 47

Setya Nurachmandani. 2002. Kontribusi Motivasi Mendesain Sistem Pembelajaran


Dan Masa Kerja Terhadap Kompetensi Mendesain Sistem Pembelajaran
Pada Guru SLTPN Kabupaten KarangAnyar. Tesis. Tidak diterbitkan.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :


PT Rineka Cipta.

Suci Kuswardani. 2007. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dan Lama Mengajar
Dengan Kompetensi Guru Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah
Menengah Pertama Negeri Purworejo Kabupaten PurworejoTahun 2005/
2006. Skripsi. Tidak diterbitkan..

Winarno. 2007. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Bumi


Aksara.

Sumber internet

Anonim. Kompetensi Guru Lulus Sertifikasi Tidak Otomatis Meningkat. www-koran-


jakarta.com-berita-detail terkini.php?id=16903. Diunduh hari Jumat tanggal
22 Januari 2010 jam 21.00 WIB.

David Kerr. 1999. Citizhenship Education and International Comparison. http : /


www/imca.org.uk/pdf/citizhenship-no-intro-pdf. Diunduh hari Selasa tanggal
1 Desember 2009 jam 09.00 WIB.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. 2009.


Suplemen buku 3 Pedoman Penyusunan Portofolio Sertifikasi Guru tahun
2009. psg 15 .um.ac.id/cup – content/uploads/2009. Diunduh hari Selasa
tanggal 20 Oktober 2009 jam 23.45 WIB.

Reid, A and Gill J. 2009. International Journal of Citizhenship and Teacher Education.
(5), 1 – 7. http : www/ citized info © 2009. Diunduh hari Rabu tanggal 18
November 2009 jam 07.00 WIB.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

S. Eko Putro Widoyoko. 2009. Kompetensi Mengajar Guru IPS SMA Kabupaten
Purworejo. http// www. um. pwr / ac .id /web download/ publikasi. Diunduh
hari Senin tanggal 17 Agustus 2009 pukul 23.59 WIB.

Torney Purta, J., Richardson, and W, Barber, C. 2009. International Journal of


Citizhenship and Teacher Education. (1), 32 – 57. http : www/ citized info.
©.2009. Diunduh hari Senin tanggal 21 Desember 2009 jam 22.00 WIB.

Udin S. Winataputra. 2007. Temu Sambut Mahasiswa Baru Program Studi PKn.
http:sps.upi.edu/pend/wp. Diunduh hari Rabu tanggal 18 November 2009
jam 06.00 WIB.

Wikipedia. 2009. Citizenship Foundation. http://en.wikipedia.org // wiki /


Citizhenship education. Diunduh hari Sabtu tanggal 19 Desember 2009 jam
12.30 WIB.

Wikipedia. 2009. Wikipedia Is There When You Need It Now It Needs You. http: //
wikipedia.com. Diunduh hari Sabtu tanggal 19 Desember 2009 jam 13.00
WIB.

Anda mungkin juga menyukai