Anda di halaman 1dari 3

*DEVITA*

sebelum masuk kepada pemikiran kalam di era Al Ghazali, sebaiknya kita mengerti dulu
tentang apa itu ilmu kalam?

ilmu kalam merupakan hubungan Allah sebagai khalik atau pencipta dengan segala kejadian
makhlukNya, nama-nama, dan sifat-sifat Allah yang bisa dikenali dan harus diakui oleh
manusia,. ilmu kalam dikenal juga sebagai ilmu akidah, ilmu tauhid, dan Ushuluddin.
menurut imam Al Ghazali orang yang tidak menggunakan akal dan mencukupkan diri hanya
dengan Alquran ibarat seperti orang yang condong terhadap cahaya matahari tetapi menutup
kelopak matanya.

sebaliknya orang yang menyadarkan pada akal dan beragumen spekulatif semata-mata untuk
mencari kebenaran tanpa mengindahkan dalil Alquran maupun hadis ibarat orang buta matanya.
karena itu akal bersama Wahyu haruslah sejalan karena dua-duanya adalah cahaya di atas
cahaya.
dalam kitab al gazali _al munqidz min al dhalal_ pengetahuan yang dicari Al Ghazali adalah
pengetahuan yang tidak hanya menghasilkan rasa ingin tahu pada dirinya, tetapi pengetahuan
yang meyakinkan diri dari keragu-raguan dalam pikirannya atau tidak lagi ditemukan
bantahannya. beliau mencoba untuk menelaah, mendalami, dan mengkaji ulang sumber-sumber
pemikiran.

pada satu sisi al-Ghazali membenarkan bahwa Kalam berlandaskan pada Al-Qur’an. Pada sisi
lain, menganggap metodologi kalam terdiri dari kepercayaan (iman) yang dicemari oleh
silogisme palsu. kalam telah terpengaruh oleh filsafat dengan bentuk seperti ini, maka dalam
pandangan Al-Ghazali Ilmu Kalam hanya bisa dipergunakan untuk menghadapi tantangan
terhadap aqidah yang sudah dianut oleh umat, tetapi tidak bisa untuk menanamkan aqidah yang
benar kepada orang yang belum menganutnya, lebih-lebih untuk menuntun orang agar mau
menghayatinya.

salah satu karya al-ghazzali tentang ilmu kalam adalah kitab _Iljam al-‘awam ‘an ‘ilm al-kalam_
(menyelamatkan orang awam dari ilmu kalam) yang ditulis dua minggu sebelum beliau wafat.
kitab iljam menunjukkan pendekatan teologis kaum tradisionalis, yang dengan keras menolak
interpretasi kalam dan alegoris atribut-atribut ilahi.
“manusia diciptakan dalam beragam jenis yang berbeda, seperti tambang-tambang yang
menghasilkan emas, perak ataupun berbagai jenis permata lainnya. maka perhatikanlah
perbedaan di antara tambang-tambang tersebut, baik dari sisi bentuk, warna, karakteristik
maupun lainnya."

ibarat hati, yang diibaratkan sebagai tambang menghasilkan berbagai permata ilmu pengetahuan,
maka sebagiannya adalah jenis ‘barang tambang’ kenabian, kewalian, pengetahuan tentang Allah
SWT, dan sebagian lainnya adalah ‘barang tambang’ syahwat binatang dan perilaku syaithan.
ma’rifatullah pada hakikatnya juga diibaratkan seperti pembagian manusia, yang dibagi dalam
beberapa golongan; baik itu jenis manusia penakut dan lemah yang tidak mampu memahami
hakikat struktur ombak lautan walaupun hanya sebatas pesisirnya, maupun jenis manusia yang
mempunyai kemampuan dalam memahaminya tapi tidak berkemampuan menyelamatkan
manusia ke daratan karena tidak mengetahui seni berenang.”
menurut Al-Ghazali ada tujuh tugas (wadhifah) yang telah diyakini oleh seluruh generasi salaf
sebagai kewajiban yang harus dilakukan oleh seluruh orang awam yaitu:
1. penyucian (menyucikan Allah dari sifat-sifat buruk, tidak menyerupakan Allah dengan
makhluk yang bersifat fisik dan segala konsekuensinya
2. pembenaran (tashdiq adalah percaya bahwa apa yang disabdakan nabi itu benar)
3. pengakuan akan kelemahan (mengakui bahwa pengetahuan tentang apa yang dikehendaki
allah adalah di luar batas kemampuan dirinya, dan bukan urusannya)
4. diam dengan tidak memberikan komentar, (tidak perlu bertanya tentang maknanya dan tidak
akan memperbinangkannya)
5. menahan diri untuk tidak membahas (tidak mengolah kata-kata tersebut dengan cara
mentashrif, mengganti dengan bahasa lain, menambah, mengurangi, memadukan, dan memisah-
misahkan. bahkan tidak seharusnya mengatakan kecuali dengan kata-kata itu saja sesuai dengan
apa yang dikehendaki dari bentuk dan i’rabnya)
6. mengendalikan diri (mengendalikan hati untuk tidak berkontemplasi)
7. menyerahkan masalahnya kepada orang yang ahli (dengan tidak berkeyakinan bahwa hal itu
tidak bisa diketahui oleh Rasulullah atau para nabi, ash-shiddiqin, dan para wali).
sebagian mengira bahwa Imam Al-Ghazali menyelisihi pemikiran atau tulisan-tulisan
sebelumnya tentang ilmu kalam, bahwa al-ghazali lewat kitab Iljam ini menolak sama sekali
Ilmu Kalam. namun yang benar bahwa al-ghazali menegaskan kembali aqidah Ahlus Sunnah wal
Jama’ah.

Anda mungkin juga menyukai