Anda di halaman 1dari 3

Ni Komang Dewarati Radha Dewi

2310340026
Tata Kelola Seni
Bahasa Indonesia
“Komunikasi Berbahasa Buruk”
Komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih. Ini
melibatkan pertukaran informasi, gagasan, perasaan, atau ide antara individu atau kelompok
melalui berbagai saluran komunikasi, seperti lisan, tulisan, atau nonverbal. Komunikasi yang
efektif memainkan peran kunci dalam membangun hubungan yang sehat dan produktif. Namun
zaman sekarang, komunikasi buruk sudah lumrah terjadi, Komunikasi buruk merujuk pada
interaksi yang tidak efektif atau tidak sehat antara individu atau kelompok. Hal ini dapat
mencakup ketidakjelasan pesan, kegagalan dalam pemahaman, atau bahkan ketegangan
emosional (emosi yang tidak terkendali) yang dapat mengganggu hubungan antar individu.
Berikut ini merupakan contoh bentuk komunikasi berbahasa buruk. Lengkap dengan situasi,
tempat, topik/tujuan pembicaraan, antara siapa dengan siapa komunikasi tersebut berlangsung:
1. Situasi: Dalam studio, seorang atasan yang juga sebagai aktris terkenal dituding
memaki karyawannya menggunakan bahasa yang merendahkan dan menunjukkan
ketidakpercayaan pada kemampuan bawahannya.
2. Tempat: Studio Video.
3. Topik/Tujuan Pembicaraan: Atasan tersebut mengeluhkan tentang pelayanan yang
buruk dan lambat, serta memprotes kualitas kerja yang diterimanya.
4. Antara Siapa dengan Siapa: Manajer dan Karyawan.

Chat-chat ini menampilkan percakapan antara Fuji sebagai atasan (manajer) dan @hay_tje
sebagai karyawan. Yang dimana chat berisikan Fuji (atasan) tampak memaki-maki dengan
bahasa yang kasar kepada karyawannya yang bekerja sebagai videographer.
Pada kasus yang viral ini, dapat kita representasikan contoh komunikasi berbahasa
buruk pada materi ini.
Manajer : “Hei, Lo free ga?”.
Karyawan : “Ada apa bu?”.
Manajer : “Sebenernya gw dh lama pengen pecat lu, tpi gw masih baik, mending tingkatin
kinerja lo jangan terus terusan kayak gini”.
Karyawan : “Maksudnya bu?”.
Manajer : “Lo gimana sih kerjanya ga becus banget, gimana gw mau naikin gaji lo? kalo
kinerja kerja lo kek sampah ?!!”
(MENDESAK, MENYALAHKAN, MENGADILI SEBELUM WAKTUNYA).
Karyawan : “Maaf bu, tapi hanya segitu kemampuan yang bisa saya lakukan”
(MERASA DUDUK DI KURSI SAKSI, DIGANGGU, DICURIGAI,
DIPERIKSA)
Manajer : “Gw paling benci banget sama orang tolol kek gini, gaada mau belajar belajarnya
apa jadi orang ?! pasrah amat sama kemampuan yang gitu gitu aja, anak SD juga
bisa. Lo ga nangkep omongan gw kemarin? apa emng sebodoh itu gabisa nangkep
atau cerna omongan orang?”.
Karyawan : “Maaf bu, jadi baiknya saya harus bekerja seperti apa? Supaya bisa menghindari
misskomunikasi untuk kejadian kejadian sebelumnya”.
Manajer : “Misskomunikasi misskomunikasi t*i, FOKUS DONG, kalo masih bodoh gaada
perubahan mending gaush kerja aja sekalian, cari pekerjaan yang sesuai sama lo,
ngurus ginian aja ga becus, kerjaan lu ga bener”.
Karyawan : “Baik bu, maaf”.
Manajer : “Gausah jawab-jawab kalo kerja masih gabener, jangan deket-deket lu cuman
sebatas kerja, jangan sok kenal sok akrab sama gw, gw bakal lebih keras seperti
biasanya karna ulah lo sendiri. Pengambilan gambar/video yang bener, manfaatin
momen yang ada, jangan sampek lu ngelakuin hal kek kemarin, sampe ga ngeshot
momen yang bagus apalagi dia lagi naik daun. Ngerti ga lo!!! INGET gw sama
sIkali ga nerima hasil video butek burek kaya lo!!”.
Karyawan : “Iya bu sekali lagi saya minta maaf, kedepannya saya usahakan tidak melakukan
keteledoran yang sama lagi”.
Begitulah ujar Fuji (atasan) kepada karyawannya. Karyawan tersebut hanya bisa merunduk dan
mengikuti arahan dari atasannya. Namun, dengan kondisi dan perasaan yang tertekan. Pada
konflik tersebut, dari penggunaan Bahasa yang dipakai oleh Fuji (atasan) memang menyalahi
aturan. Tidak seharusnya ia memaki karyawannya hanya karena kinerjanya yang buruk.
Komunikasi semacam ini bisa merusak motivasi karyawannya, menciptakan lingkungan kerja
yang tidak sehat, dan menghambat produktivitas. Sebagai gantinya, kritik yang membangun
dan komunikasi yang santun bisa membantu meningkatkan kinerja dan menciptakan
lingkungan kerja yang positif. Penting bagi manajer untuk memberikan umpan balik secara
konstruktif dan memberikan arahan yang jelas untuk membantu karyawan meningkatkan
kinerjanya. Berkomunikasi dengan sikap yang menghormati dan mendukung, manajer dapat
menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif, yang mendorong karyawan untuk
mencapai potensi terbaik mereka.
Sehingga, dalam situasi seperti ini Fuji (atasan) seharusnya dapat melakukan runding terlebih
dahulu dengan karyawannya, sehingga meminimalisir dampak dari permasalahan tersebut
meluas hingga ke jagad maya dan membuat ia mengalami kerugian.

Anda mungkin juga menyukai