Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

FMEA adalah suatu alat manajemen risiko untuk mengkaji suatu prosedur secara rinci,
mengenali model-model adanya kegagalan/kesalahan pada suatu prosedur, melakukan
penilaian terhadap tiap model kesalahan/kegagalan dengan mencari penyebab terjadinya,
mengenali akibat kegagalan/kesalahan dan mencari solusi dengan melakukan perubahan
desain/prosedur.
Dengan telah disusunnya laporan FMEA, diharapkan Puskesmas dapat mengidentifikasi
dan memahami model kegagalan potensial dan penyebab dan efek kegagalan pada system
atau proses tertentu.
Besar harapan kami, selain berguna bagi pihak internal dalam hal ini UPT Puskesmas
Talagamori, laporan FMEA yang dilaksanakan ini dapat turut berperan dalam upaya
peningkatan kualitas tata kelola Pemerintahan yang baik di Pemerintahan Kota Tidore
Kepulauan . Demikian, semoga bermanfaat dan diucapkan terima kasih.

Talagamori, 2023
Kepala UPT Puskesmas Talagamori

Suryati Abubakar
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
FMEA adalah suatu alat manajemen risiko untuk mengkaji suatu prosedur
secara rinci dan mengenali model-model adanya kegagalan/kesalahan pada suatu
prosedur, melakukan penilaian terhadap tiap model kegagalan/kesalahan dengan
mencari penyebab terjadinya, mengenali akibat dari kegagalan/kesalahan dan mencari
solusi dengan melakukan perubahan disain/prosedur.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, makan Tim Manajemen Risiko UPT
Puskesmas Talagamori menyusun laporan FMEA (Failure Mode and Effect Analisys)
sebagai tool untuk penilaian risiko pada proses yang belum dilakukan, sedang dilakukan
dan proses baru dengan pendekatan proaktif.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Laporan FMEA ini sebagai dasar bagi tim Manajemen Risiko UPT Puskesmas
Talagamori untuk meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas melalui kegiatan
redesain proses pelayanan untuk menganilis modus kegagalan dan dampaknya.
2. Tujuan Khusus
a) Pedoman dalam melaksanakan langkah-langkah melakukan analisis modus
kegagalan dan dampak
b) Panduan dalam melakukan proses-proses pelayanan yang mempunyai risiko
tinggi terjadi error
c) Panduan dalam perbaikan system (re-desain proses) terhadap proses-proses
pelayanan yang mempunyai risiko tinggi terjadi error.

Pada saat ini pencegahan kesalahan medis belum menjadi focus utama untuk
asuhan perawatan pasien di Puskesmas. Sebagian besar system pelayanan kesehatan
tidak didesain untuk mencegah terjadinya error.
Definisi dari FMEA (Failue Mode and Effect Analysis) adalah :
1) Metode perbaikan kinerja dengan mengidentifikasi dan mencegah potensi
kegagalan sebelum terjadi
2) Proses proaktif kesalahan dapat dicegah dan diprediksi
3) Mengantisipasi kesalahan dan meminimalkan dampak buruk

Secara umum definisinya adalah sebagai metode perbaikan kinerja dengan


mengidentifikasi dan mencegah Potensi kegagalan sebelum terjadi. Hal tersebut di
desain untuk meningkatkan keselamatan pasien.
BAB II
RUANG LINGKUP
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Suatu alat untuk mengkaji suatu prosedur secara rinci, dan mengenali model-model
adanya kegagalan/kesalahan pada suatu prosedur, melakukan penilaian terhadap tiap model
kesalahan/kegagalan, dengan mencari penyebab terjadinya, mengenali akibat dari
kegagalan/kesalahan, dan mencari solusi dengan melakukan perubahan disain/prosedur.
Langkah-Langkah FMEA adalah sebagai berikut :
 Bentuk tim FMEA : orang-orang yang terlibat dalam suatu proses
 Tetapkan tujuan, keterbatasan dan jadwal
 Tetapkan peran dari tiap anggota tim
 Gambarkan alur proses yang ada sekarang
 Kenalilah Failure mode pada proses tersebut
 Kenalilah penyebab terjadinya failure untuk tiap model kegagalan/kesalahan
 Kenalilah apa akibat dari adanya failure untuk tiap model kegagalan/kesalahan
 Lakukan penilaian untuk tiap model kegagalan/kesalahan :
 Sering tidaknya terjadi (occurrence) : (Occ)
0 : Tidak pernah, 10 Sangat Sering
 Kegawatannya (severity): (SV)
0 : Tidak gawat, 10 sangat gawat
 Kemudahan untuk terdeteksi : (DT)
0 : mudah dideteksi, 10 sangat sulit dideteksi
 Hitung Risk Priority Number (RPN) dengan mengkalikan : Occ x SV x DT
 Tentukan Batasan (cut-of point) RPN yang termasuk prioritas
 Tentukan kegiatan untuk mengatasi (design action/solution)
 Tentukan cara memvalidasi apakah solusi tersebut berhasil
 Gambarkan alur yang baru dengan adanya solusi tersebut
BAB III
TATA LAKSANA

Penarapan Manajemen risiki Klinis di Ruang Farmasi UPT Puskesmas Talagamori

A. Identifikasi Risiko
1) Penerimaan resep tidak sesuai nomor antrian
2) Resep tidak dapat dibaca
3) Tidak melakukan skrining/validasi resep
4) Salah identitas pada resep
5) Salah menghitung jumlah sediaan obat
6) Salah dalam pengambilan obat terutama obat NORUM
7) Salah dalam meracik obat
8) Salah mengamas obat
9) Salah dalam pelabelan/pemberian etiket pada obat
10) Tidak melihat batas waktu kedaluwarsa pada obat
11) Tidak membersihkan wadah peracikan obat
12) Tidak melakukan double chek terutama obat golongan High Alert
13) Tidak melakukan kajian benar pasien pada setiap pemberian obat yang meliputi
(kajian benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara pakai, benar waktu
dan benar dokumentasi)
14) Tidak melakukan pemberian informasi obat dengan jelas kepada pasien.

B. Analisis Risiko
Analisis risiko dilakukan dengan menggunakan metode FMEA (Failure Mode Effet
and Analysis untuk setiap risiko yang kemungkinan terjadi pada ruang farmasi. Metode
ini digunakan sebagai penerapan manajemen risiko.
Berikut langkah-langkah FMEA sesuai panduan :
1. Menentukan tim FMEA yang terdiri dari orang-orang yang menjadi pemilik proses
a. Ketua tim :
b. Anggota :

2. Menetapkan tujuan analisis dan jadwal kegiatan tim untuk melaksanakan FMEA
a. Tujuan analisis FMEA
Tujuannya yaitu untuk meningkatkan mutu pelayanan pada ruang farmasi sehingga
dapat menjamin keselamatan pasien.

b. Jadwal Pelaksanaan

Pertemua Kegiatan Jadwal


n
I Pengamatan Pelayanan di Ruang Farmasi
II Identifikasi Risiko dalam pelayanan di
Ruang Farmasi
III Analisis hasil identifikasi dan pembuatan
FMEA
IV Memperbaiki pelayanan di Ruang Farmasi

c. Menetapkan peran dari setiap anggota tim saat melakukan analisis dengan FMEA
1) Ketua Tim : Memimpin kegia
2) Anggota : - Melakukan manajemen risiko pada ruang farmasi sesuai
dengan permasalahan atau risiko yang mungkin terjadi.
- Melakukan pencatatan atau dokumentasi dari setiap
pelaksanaan manajemen risiko.
Mencari Falure Mode Effect Analysis (FMEA) Berdasarkan Alur Prosedur Kerja Pelayanan Ruang Farmasi
NO MODEL KEGAGALAN PENYEBAB (CAUSE FAILURE) AKIBAT
(FAIURE MODE)
1 Penerimaan resep tidak sesuai -Petugas tidak menyediakan nomor antrian - Terjadi keributan dalam
nomor antrian - Nomor antrian di ruangan farmasi mengikuti mengambil obat
nomor antrian loke pendaftaran - Pelayanan resep tidak
- Ruang Farasi tidak mempunyai sesuai dengan uruta resep
nomorantrian sendiri yang masuk di ruang
- Petugas Farmasi tidak berada di loket farmasi
penerimaan resep
- Tidak ada penanda bila ada resep yang
sudah ditempatkan di kotak penerimaan
resep.
2 Nama obat di resep tidak dibaca Dokter tidak menulis nama obat dengan jelas -Memperlama proses
penyediaan obat dan
penyerahan obat
- Pasien dapatterkena efek
samping obat dan dapat
keracunan
-Memperlambat penyakit
yang sudah ada
- Kesalahan pemberian obat
3 Tidak melakukan skrining/telah - Petugas farmasi terburu-buru dalam - Petugas farmasi tidak
resep pelayanan obat melakukan tahapan
- Petugas farmasi tidak patuh pada kegiatan kegiatan farmasi klinis yaitu
skrining resep pengkajian resep
- Petugas farmasi sering lupa dalam kegiatan - Petugas farmasi tidak
skrining/telaah resep dapat menganalisis
kelengkapan resep melalui
persyaratan adsministrasi
dan kesesuaian sediaan
farmasi melalui persyaratan
farmasetis dan klinis.
- Kesalahan dalam
peresepan tidak dapat
diminimalkan
4 Salah identitas resep -Petugas kurang teliti - Kesalahan pemberian obat
- Petugas unit sebelumnya menulis identitas pada pasien
pada resep dan identitas pada rekam medik - Memperberat penyakit
yang berbeda yang sudah ada
- Petugas unit sebelumnya tidak menulis - Resiko ESO yang timbul
identitas pasien di resep dengan jelas dan bahkan bias menimbulkan
lengkap keracunan/alergi obat yang
tidak teridentifikasi.
5 Salah menghitung jumlah sediaan -Petugas farmasi terburu-buru dan tidak teliti - Over dosis atau under
dalam pelayanan obat dosis obat
6 Salah dalam pengambilan obat - Tidak melakukan pengelolaan obat LASA - Obat yang diterima adalah
terutama golangan obat nama obat - Tidak memperhatikan penamaan / obat yang salah sehingga
rupa mirip pelabelan obat dengan jelas dapat mengalami
- Sistem penyimpanan obat tidak sistematis keracunan dan
- Penamaan/pelabelan obat yang kurang mendapatkan efek samping
jelas obat yang merugikan.
- Petugas tidak teliti dan terburu buru dalam
pengambilan obat
7 Salah meracik obat - Petugas kurang teliti dan terburu-buru -Obat rusak
dalam pelayanan obat - Dapat menyebabkan
- Petugas tidak memperhatikan stabilitas terjadinya kerugian financial
obat jika pengadaan obat
menggunakan dana kapitasi
JKN.
8 Salah mengemas obat - Petugas kurang teliti - Kegiatan pengemasan
- Penyiapan obat dari beberapa resep/ lebih obat dapat tertakar antara 1
dari 1 resep resep dengan resep lainnya
-Pasien mendapatkan terapi
tidak sesuai dengan
keluhannya.
9 Salah dalam pelabelan/pemberian -Petugas kurang teliti - Pasien salah dalam
etiket pada obat. - Petugas terburu-buru dalam menulis aturan menggunakan obat
pakai obat pada etiket obat. - Terapi tidak maksimal
- Petugas tidak membaca resep dengan baik - Dapat menyebabkan
- Petugas salah dalam penulisan etiket obat resiko ESO yang tidak
- Petugas salah dalam pemberian warna diharapkan
etiket obat dalam dan luar obat
10 Tidak melihat batas waktu - Petugas terburu-buru dan kurang teliti - Penurunan efektivitas obat
kedaluwarsa obat dalam pelayanan obat sehingga terapi tidak
- Petugas tidak melakukan identifikasi obat maksimal
mendekati ED melalui kode warna - Pasien dapat mengalami
- Petugas tidak memperhatikan waktu ED keracunan obat dan tidak
bermanfaat dalam
penangan keluhan.
11 Tidak membersihkan wadah - Petugas lalai - Peracikan obat yang lain
peracikan obat bias bercampur dengan
obat-obat yang diracik
sebelumnya sehingga
menjadi efektif.
12 Tidak melakukan double chek - Petugas tidak menjalankan pengelolaan - Petugas salah menerima
terutama obat High Alert obat High Alert obat sehingga
- Petugas kurang teliti dan terburu-buru menyebabkan reaksi obat
dalam pelayanan yang tidak diharapkan atau
- Pelayanan jumlah resep yang banyak di kesalahan yang serius
ruang farmasi
13 Tidak melakukan kajian pada -Petugas terburu buru dalam pelayanan - Obat dapat tertukar
proses pemberian obat kepada - Petugas tidak melakukan identifikasi pasien dengan obat pasien lain
pasien. - Petugas tidak menerapkan prinsip kajian - Pasien menerima obat
benar pada pemberian obat tidak sesuai dengan
- Petugas tidak melakukan pengecekan keluhan
kembali setelah obat disiapkan dan sebelum - Obat yang disiapkan tidak
diserahkan kepada pasien, sesuai dengan yang diminta
pada resep
-Dosis obat yang salah
- Cara pakai dan waktu
penggunaan obat yang
salah
- Terapi tidak maksimal
14 Tidak memberikan pemberian - Petugas terburu buru dalam pelayanan - Kesalahan dalam
informasi obat yang jelas kepada obat penggunaan obat di rumah
pasien - Petugas tidak patuh pada SOP pemberian oleh pasien
informasi obat - Pasien tidak menerima
- Anak rewel informasi yang jelas terkait
- Pasien terburu-buru untuk pulang obat yang diterima
- Pasienn tidak puas
terhadap pelayanan yang
diberikan.
Melakukan Penilaian Terhadap Setiap Model Kegagalan

PENILAIAN
NO MODEL KEGAGALAN (FAILURE Sering tidaknya Kegawatan Kemudahan untuk RPN (Risk Priority
MODE) terjadi masalah (S = severity) dideteksi Number)
(O = occurance) (D=detectability)
1 Penerimaan resep tidak sesuai 4 2 3 24
nomor antrian
2 Resep tidak dapat dibaca 2 5 1 10
3 Tidak melakukan skrining / 4 4 2 32
validasi resep
4 Salah identitas pada resep 2 4 3 24
5 Salah menghitung jumlah sediaan 1 8 2 16
obat
6 Salah dalam pengambilan obat 4 9 1 36
terutama obat golongan NORUM
7 Salah dalam meracik obat 1 6 3 18
8 Salah mengemas obat 3 3 2 18
9 Salah dalam pelabelan / 3 6 1 18
pemberian etiket pada obat
10 Tidak terlihat batas waktu 2 4 4 32
kedaluwarsa obat
11 Tidak membersihkan wadah 2 2 4 16
peracikan obat
12 Tidak melakukan double chek 1 8 5 40
terutama obat golongan High Alert
13 Tidak menerapkan prinsip kajian 2 6 3 36
benar pada setiap pemberian obat
14 Tidak melakukan pemberian 2 5 3 30
informasi obat dengan jelas
Keterangan :
a. Tabel penilaian diisi dengan penilaian dari masing-masing variable sesuai dengan skala dari masing-masing variable yang
terdapat pada manajemen risiko

b. RPN diperoleh dengan cara mengalihkan nilai yang diperoleh dari occurrence, severity, detectability ( O X SV XD)
Menghitung Risk Priority Number (RPN)
NO MODEL KEGAGALAN (FAILURE MODE) RPN Kumulatif %Kumulatif Keterangan
(Risk
Prority
Number)
1 Tidak melakukan double chek terutama 40 40 11.56%
obat golongan High Alert
2 Salah dalam pengambilan obat terutama 36 76 21.96%
obat NORUM
3 Tidak menerapkan prinsip kajian benar 36 112 32.36%
pada setiap pemberian obat
4 Tidak melakukan skrining/ validasi resep 32 144 41.61%
5 Tidak melihat batas waktu kedaluwarsa 32 176 50.86%
obat
6 Tidak melakukan pemberian informasi 30 206 59.53%
obat dengan jelas
7 Salah identitas pada resep 24 230 66.47%
8 Penerimaan resep tidak sesuai nomor 24 254 72.25%
antrian
9 Salah mengemas obat 18 272 77.71% Cut off Point
10 Salah dalam meracik obat 18 290 82.85%
11 Salah dalam pelabelan/pemberian etiket 18 308 88%
pada obat
12 Salah menghitung jumlah sediaan obat 16 324 92.57%
13 Tidak membersihkan wadah peracikan 16 340 97.14%
obat
14 Resep tidak dapat dibaca 10 350 100%
Keterangan :
a. Nilai kumulatif diperoleh dari penambahan kumulatif dan RPN
b. Presentase kumulatif diperoleh dengan cara
Menyusun kegiatan untuk mengatasi model-model kegagalan-kesalahan
Penyusuna kegiatan dilakukan dengan table FMEA
NO MODEL PENYEBAB AKIBAT O S D RPN KEGIATAN INDIKATOR
KEGAGALAN PERBAIKAN UNTUK
(FAILURE VALIDASI
MODE)
1 Tidak -Petugas tidak Pasien salah 1 8 5 40 -Melakukan Lembar
melakukan menjalankan menerima obat penerapan monitoring/
double chek pengelolaan High sehingga pengelolaan obat pengawasan
terutama obat Aalert menyebabkan High Alert obat high
golongan High - Petugas kurang reaksi obat - Melakukan alert
Alert teliti dan terburu- yang tidak pengecekan kembali
buru dalam diharapkanatau sebelum obat
pelayanan kesalahan yang diserahkan kepada
- Pelayanan jumlah serius. pasien
resep yang banyak -Pelabelan dan
ndi ruang farmasi penamaan obat
golongan High Alert
dengan jelas
- Penyimpanan obat
High Alert yang perlu
diperbaiki
2 Salah dalam - Tidak melakukan Obat yang 4 9 1 36 -Melakukan Lembar
pengambilan pengelolaan obat diterima adalah penerapan monitoring
obat terutama LASA obat yang salah pengelolaan obat atau
obat NORUM - Tidak sehingga dapat LASA pengawasan
memperhatikan mengalami - Memperhatikan obat LASA
penamaan/pelabela keracunan dan penamaan dan
n obat mendapatkan pelabelan obat
- Sistem efek samping terutama obat yang
penyimpanan obat obat yang nama, penyebutan
tidak sistematis merugikan. dan kemasan yang
- Penamaan/ mirip
Pelabelan obat yang - Pelabelan dan
kurang jelas penamaan yang jelas
- Petugas tidak teliti pada setiap obat
dan terburu-buru - Memperhatikan
dalam pengambilan kembali letak
obat penempatan obat
LASA
3 Tidak - Petugas terburu- - Obat dapat 2 6 3 36 - Melakukan - Perubahan
menerapkan buru dalam tertukar dengan perubahan pada lembar
prinsip kajian pelayanan pasien lain lembar resep yang resep yang
benar pada - Petugas tidak - Pasien memuat terkait baru
setiap melakukan menerima obat dengan prinsip kajian - Monitoring
pemberian identifikasi pasien tidak sesuai benar pada setiap pengisian
obat - Petugas tidak dengan keluhan pemberian obat. kajian benar
menerapkan prinsip - Obat yang - Menerapkan SOP pada lembar
kajian benar pada disiapkan tidak kajian benar pada resep
pemberian obat sesuai dengan pemberian obat.
- Petugas tidak yang diminta - Pemahaman
melakukan pada resep petugas terkait
pengecekan kembali - Dosis obat prinsip pemberian
setelah obat yang salah obat lebih
disiapkan dan - Cara pakai ditingkatkan.
sebelum diserahkan dan waktu
kepada pasien. penggunaan
obat yang salah
- Terapi tidak
maksimal.

4 Tidak - Petuga terburu- - Petugas 4 4 3 32 - Petugas mematuhi Monitoring


melakukan buru dalam farmasi tidak SOP kajian resep. pengisian
validasi/ pelayanan obat melakukan skrining
telaah resep - Petugas farmasi tahapan resep pada
tidak patuh pada kegiatan lembar
kegiatan skrining farmasi klinis resep
resep. yaitu
- Petugas farmasi pengkajian
sering lupa dalam resep.
kegiatan - Petugas
skrining/telaah resep farmasi tidak
dapat
menganalisis
kelengkapan
resep melalui
persyaratan
adsministrasi
dan kesesuaian
sediaan farmasi
melalui
persyaratan
farmasetis dan
klinis.
5 Tidak melihat - Petugas kurang - Penurunan 2 4 4 32 - Petugas melakukan Monitoring
waktu teliti dan terburu efektivitas obat identifikasi obat kegiatan
kedaluwarsa buru dalam sehingga terapi mendekati ED melalui identifikasi
obat pelayanan obat tidak maksimal kode warna meliputi obat
- Petugas tidak - Pasien dapat warna hijau untuk mendekati
melakukan mengalami waktu ED 7 bulan ED melalui
identifikasi obat keracunan obat sampai 1 tahun, kode warna
mendekati ED dan tidak warna kuning untuk di ruang
melalui kode warna bermanfaat waktu ED 4-6 bulan farmasi.
- Petugas tidak dalam dan warna merah
memperhatikan penanganan untuk ED kurang dari
waktu ED keluhan. 3 bulan.
6 Tidak - Petugas terburu- - Kesalahan 2 5 3 30 - Mematuhi SOP Monitoring
melakukan buru dalam dalam pemberian informasi kegiatan
pemberian pelayanan obat penggunaan obat pemberian
informasi obat - Petugas tidak obat di rumah - Petugas lebih cakap informasi
dengan jelas. patuh pada SOP oleh pasien dalam berkomunikasi obat kepada
pemberian informasi - Pasien tidak dengan pasien. pasien
obat menerima
- Pasien terburu- informasi yang
buru untuk pulang jelas terkait
obat yang
diterima
-Pasien tidak
puas terhadap
pelayanan yang
diberikan.
7 Salah identitas - Petugas kurang - Kesalahan 2 4 3 24 - Petugas melakukan -Monitoring
pada resep teliti pemberian obat identifikasi pasien proses
- Petugas unit kepada pasien sebelum obat identifikasi
sebelumnya menulis - Memperberat diserahkan minimal pasien pada
identitas pada resep penyakit yang dengan 2 variabel pemberian
dan identitas pada sudah ada dan maksimal 3 obat
rekam medik yang - Resiko ESO variabel meliputi - Monitoring
berbeda yang timbul nama pasien, tanggal pelaksanaan
bahkan bias lahir/umur dan alamat SOP kajian
menimbulkan pasien. benar pada
keracunan / setiap
alergi yang pemberian
tidak obat.
teridentifikasi
8 Penerimaan - Petugas tidak -Terjadi 4 2 3 24 - Setiap resep yang Monitoring
resep tidak menyediakan nomor keributan dalam masuk di ruang pemberian
sesuai nomor antrian mengambil obat farmasi diberi nomor nomor resep
antrian - Nomor antrian di - Pelayanan resep sesuai dengan pada lembar
ruangan farmasi resep tidak urutan masuk / urutan resep saat
mengikuti nomor sesuai dengan saat diterima. resep
ahtrian di loket urutan resep - Perbaikan masuk di
pendaftaran. yang masuk di penomoran resep ruang
- Raung farmasi runangan pada lembar resep farmasi.
tidak mempunyai farmasi dicatat saat resep
nomor antrian masuk di ruang
sendiri farmasi tidak saat
- Tidak ada penanda pertama di bagian
bila ada resep yang pendaftaran dan
sudah ditempatkan rekam medis karena
di kotak penerimaan ada perbedaan
resep. urutan resep.

PELAKSANAAN, EVALUASI DAN RENCANA TINDAK LANJUT RISIKO

NO KEGIATAN PERBAIKAN WAKTU EVALUASI RENCANA


PELAKSANAAN HASIL TINDAK
PELAKSANAAN LANJUT
PERBAIKAN
1 - Melakukan penerapan - Petugas telah - Pertahankan
pengelolaan obat High melakukan SOP yang telah
Alert pengelolaan dibuat
- Penyimpanan obat high obat High Alert - Dilakukan
alert yang perlu diperbaiki sesuai dengan revisi SOP
- Melakukan pengecekan SOP
kembali sebelum obat - Sudah
diserahkan kepada pasien dilakukan
- Pelabelan dan penamaan penyimpanan
obat High Alert dengan pada tempat
jelas yang terpisah
obat High Alert
yang
didepannya ada
daftar obat high
alert di farmasi,
penanda warna
merah serta ada
pelabelan High
Alert dan
Double chek
2 -Melakukan pengelolaan - Petugas telah - Pertahankan
obat LASA melakukan SOP yang telah
- Memperhatikan pengelolaan dibuat
penamaan dan pelabelan obat LASA - Dilakukan
yang jelas untuk obat sesuai dengan revisi SOP jika
LASA SOP diperlukan
- Memperhatikan kembali - Sudah
letak penempatan obat dilakukan
LASA penamaan dan
pelabelan LASA
dengan jelas
- Penempatan /
Tata Letak Obat
LASA sudah
diterapkan.
3 - Melakukan perubahan - Sudah - Pertahankan
pada lembar resep yang dilakukan SOP yang telah
memuat terkait dengan perubahan dibuat
prinsip kajian benar pada lembar resep - Dilakukan
setiap pemberian obat yang memuat revisi SOP jika
- Menerapkan SOP kajian terkait kajian diperlukan
benar pada pemberian benar yang
obat menjadi prinsip
- Pemahaman petugas pemberian obat
terkait prinsip pemberian - sudah
obat lebih ditingkatkan. dilakukan
pengisian pada
table verivikasi
kajian benar
sebelum obat
diserahkan
kepada pasien
4 Petugas mematuhi SOP Petugas telah - Pertahankan
kajian resep melakukan Sop yang telah
validasi / kajian / diperbaiki.
telaah resep - Dilakukan
pada lembar revisi SOP jika
resep diperlukan
5 - Petugas melakukan - Petugas sudah - Pertahanakan
identifikasi obat mendekati melakukan SOP yang telah
ED melalui kode warna identifikasi obat dibuat
meliputi warna hijau untuk mendekati ED - Dilakukan
waktu ED 7 bulan – 1 melalui kode revisi SOP jika
tahun,, warna kuning untuk warna diperlukan.
waktu ED 4-6 bulan, dan - Label warna
warna merh untuk ED obat mendekati
kurang dari 3 bulan. ED sudah
- Mematuhi SOP ditempelkan
identifikasi obat mendekati pada keranjang
ED obat agar
petugas dapat
melihat waktu
ED kurang dari
1 tahun.
- Petugas sudah
melakukan
penerapan SOP
identifikasi obat
mendekati ED
6 -Kesalahan dalam Petugas sudah - Pertahankan
penggunaan obat di rumah melakukan SOP yang telah
oleh pasien. pemberian diperbaiki
- Pasien tidak menerima informasi obat -Dilakukan
informasi yang jelas terkait sesuai dengan revisi SOP jika
obat yang diterima SOP diperlukan
- Pasien tidak puas
terhadap pelayanan yang
diberikan
7 Petugas melakukan Petugas sudah - Pertahankan
identifikasi pasien sebelum melakukan SOP yang telah
obat diserahkan kepada identifikasi dibuat
pasien minimal dengan 2 pasien sebelum - Dilakukan
variabel dan maksimal 3 obat diserahkan revisi SOP jika
variabel identitas pasien. kepada pasien diperlukan
minimal 2
variabel dan
maksimal 3
variabel
8 - Setiap resep yang masuk - Sudah - Pertahankan
di ruang farmasi diberi dilakukan SOP yang telah
nomor resep sesuai perubahan dibuat
dengan urutan masuk / permohonan - Dilakukan
urutas saat diterima. resep pada revisi SOP jika
- Perbaikan penomoran lembar resep diperlukan.
resep pada lembar resep sesuai dengan
dicatat saat resep masuk urutan resep
di ruang farmasi tidak saat yang masuk di
pertama di bagian ruang farmasi
pendaftaran dan rekam melalui kotak
medis karena ada penerimaan
perbedaan urutan resep. resep.
- Penomoran
pada lembar
resep tidak lagi
melalui ruang
pendaftaran dan
rekam medis

Mengetahui, Talagamori, Februari 2023


Kepala UPT Puskesmas Talagamori Ketua Manajemen Risiko

Suryati Abubakar S Ovaya Fitri Sangaji, A.Md.Far

Anda mungkin juga menyukai