Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan pasien indentik dengan kualitas pelayanan, dimana semakin baik


kualitas layanan maka keselamatan pasien juga akan semakin baik. Menkes
menegaskan, tujuan utama pengembangan program patient safety di rumah sakit dan
fasyankes lainnya adalah, menciptakan budaya patient safety; memperbaiki
akuntabilitas rumah sakit; menurunkan angka HAIs dan melakukan pencegahan agar
kejadian yang tidak diinginkan tidak terulang kembali (Menkes, 2011).

Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi assesmen resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk memenimalkan timbulnya resiko dan mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akaibat melaksanakan atau tidak melaksnakan
suatu tindakan yang seharusnya diambil (Menkes, 2011).
Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap
kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak
Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera dan Kejadian Potensi
Cedera (Menkes, 2011).
Kejadian medication error merupakan indikasi tingkat pencapaian patient
safety.Berdasarkan Laporan PMKP , di dapatkan Laporan KNC sebanyak 11 kasus dari
unit Farmasi dan ruang rawat inap yang tergolong tipe Masalah Medikasi (Medication
Error) adalah salah pemberian obat 7 kasus , salah baca resep 2, salah dosis 1 kasus,
salah pasien 1 kasus namun tidak menimbulkan cedera .
IKP terkait penggunaan obat adalah merupakan jenis KTD (kejadian yang tidak
di inginkan) yang paling sering terjadi di RSI Nashrul Ummah Lamongan, jika sudah
terjadi kesalahan tidak bisa di repair. Resiko terjadinya Medication error antara lain
terjadinya penurunan kesadaran, ancaman abortus, kemungkinan terjadinya resistensi
antibiotik, memperpanjang masa perawatan dan kerugian finansial.

1
Untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi, dicetuskan suatu ide sistem
analisis yang proaktif sebagai strategi pencegahan error yaitu Failure Mode Effect
Analysis (FMEA).

B. Tujuan
1. Meningkatkan budaya safety dan program untuk patient safety
2. Mengurangi kejadian yang berpotensi error akibat kegagalan sistem yang berlaku.

C. Manfaat
1. Untuk meminimalkan resiko atau potensi resiko yang terjadi
2. Mengaplikasikan metode manajemen dalam program nyata di lingkungan kerja
3. Memperoleh pelayanan yang bermutu dan aman

2
BAB II
FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS (FMEA)

A. Failure Mode Effect Analysis (FMEA)


FMEA adalah suatu alat mutu untuk mengkaji suatu prosedur secara rinci, dan
mengenali model-model kemungkinan adanya kegagalan atau kesalahan pada suatu
prosedur, melakukan penilaian terhadap tiap model kesalahan atau kegagalan dengan
mencari penyebab terjadinya, mengenali akibat dari kegagalan atau kesalahan dan
mencari solusi dengan melakukan perubahan desain atau prosedur.
Tahap-tahap FMEA :
Langkah-langkah Failure Mode Effect Analysis (FMEA), antara lain:
a) Langkah 1 : Mencari proses yang beresiko tinggi dan
b) Langkah 2 : Membentuk Tim
c) Langkah 3 : Menyusun flow-chart pelayanan
d) Langkah 3 : Identifikasi efek kegagalan (failure model)
e) Langkah 4 : Menetapkan tingkat keparahan dan efek kegagalan dengan skoring
( Risk Priority Number)
f) Langkah 5 : Melakukan Root Cause Analysis (RCA) dan melakukan
identifikasi masalah dengan fishbone.
g) Langkah 6 : Membuat rancangan ulang proses
h) Langkah 7 : Analisa dan Pengujian Proses Baru
i) Langkah 8 : Implementasi dan Monitoring Proses Baru
B. Pembahasan FMEA
Langkah 1 : Menetukan Prioritas
Menentukan Prioritas Proses
Berdasarkan rapat Tim Keselamatan Pasien ditetapkan Topik Untuk dibahas
adalah Upaya Penurunan Kejadian Medication Erorr pasien Rawat Inap melalui
Manajemen risiko Pemberian Obat Pasien Rawat Inap.
Adapun alasan pemilihan topik adalah :
1. Insiden KNC tipe medication error pada bulan Januari – Juni tahun 2015
sebanyak 11 insiden
2. Tipe Insiden yang terdiri salah jenis obat 7 kasus, salah baca resep 2 kasus,
salah dosis 1 kasus dan salah pasien 1 kasus

3
3. Hasil survey kepuasan pasien terhadap pelayanan Instalasi Farmasi 75 %
tidak puas karena antri pengambilan obat lama > 1 jam
4. Risiko yg mungkin terjadi akibat kesalahan obat: terjadi penurunan
kesadaran, ancaman abortus, kemungkinan terjadi resistensi antibiotik,
memerpanjang masa perawatan, kerugian finansial,
a. FMEA Langkah 2
Membentuk Tim :
Ketua : dr. Siti Aisyah, MARS (Ka Tim
PMKP) Sekertaris : Ahmad Choirul Fatah, S. Kom.
Anggota : dr. I Ketut Sudita (Ketua Komite Medik)
dr. Suhartono ( Kepala bagian pelayanan medis)
dr. Widjayanti (Kepala bagian penunjang medis)
Ani Ismawati, Amd .Kep (IPCN)
Hj. Umaiyah, Amd. Kep (Ka. Bid. Keperawatan)
Siti Nurul Aini Lathifah ,S. Farm APT (Ka Unit Farmasi)
Khoirul Hadi, Amd. Kep (Karu IGD)
Sukirno, Amd. Kep (Karu Sedap Malam)
Yoyok Febriyanto, Amd.Kep ( Karu Mawar)
Eny puspitasari, Amd. Keb. (Karu Melati)
Siti Rochmawati, S. Kep, Ns (Karu
Anggrek)
Yusuf Azhari, Amd. Kep (Karu Kamar Operasi)
Menetapkan Tujuan :
Untuk mengidentifikasi proses yang dianggap beresiko dan dapat mengantisipasi,
merekomendasikan solusi dan mengevaluasi.
b. FMEA Langkah 3 :
Menentukan langkah yang mungkin gagal dan bisa terjadi dengan melihat
Medication Use System.
(Lihat Lampiran 2)
c. FMEA Langkah 4:
Mengidentifikasi efek kegagalan dan menetapkan kemungkinan tingkat
keparahan dari efek yang terjadi :

4
Tabel 2.1
Failure Mode &
Skoring
Tahapan Kegagalan occurence severe detectable RPN Prioritas

1. Instruksi
peresepan via 4 5 3 60 11
telepon
2. Salah penulisan 3 6 6 108 8
identitas pasien
3. Obat LASA 3 6 3 54 12
Membuat
Resep 4. Tulisan dan
penggunaan
istilah yg tidak 4 4 3 48 14
jelas
5. Kurang
memahami
dosis dan 6 3 3 54 13
kekuatan obat
6. Petugas jaga
Check shif malam
sebelum hanya 1 orang 9 5 7 315 4
penyerahan
7. Permintaan obat 6 6 3 108 9
Cito
8. Tidak ada serah 9 6 7 378 1
terima
9. Tingkat
pengetahuan 3 6 7 126 7
tentang ciri-ciri
Penyerahan obat kurang
Obat 10. Obat LASA
belum 4 6 7 168 6
diidentifikasi
11. Terinterupsi
pelayanan resep 8 6 6 288 5
rawat jalan
12. Tidak dilakukan
croscek antara
Identifikasi 6
perawat yang
Benar menyiapkan dan 9 6 6 324 3
yang
memberikan
13. Dilakukan oleh
petugas yang
Pemberian belum 5 6 3 90 10
kompeten
obat
14. Proses
identifikasi
yang tidak benar 9 6 7 378 2

5
Hasil scoring

NO Prioritas kegagalan Proses

1 Tidak ada serah terima obat antar petugas


2 Proses Identifikasi yang tidak benar
3 Tidak dilakukan croscek antara perawat yang menyiapkan dan yang memberikan
4 Petugas jaga unit Farmasi shif malam hanya 1 orang
5 Terinterupsi pelayanan resep rawat jalan
6 Obat LASA belum diidentifikasi
7 Tingkat pengetahuan tentang ciri-ciri obat kurang
8 Salah penulisan identitas pasien
9 Permintaan obat Cito dari ruang rawat Inap
10 Pemberian obat dilakukan oleh petugas yang belum kompeten
11 Instruksi peresepan obat dilakukan lewat tilpun
12 Peresepan obat LASA
13 Dokter ada yang masih kurang memahami dosis dan kekuatan obat
14 Tulisan dan penggunaan istilah yg tidak jelas
d. FMEA Langkah 5 :
Melakukan Root Cause Analysis (RCA)

Process fasilitas

Dokter sekali visit langsung beberapa pasien,Dokter menulikandan


dokumentasi resep
pembuatan Tidak
tanpa identitas
resep ada
pasien, Stiker
perawat
terakhir identitas
diminta px/identitas
menulis barcode
Bebanpasien
kerja perawat tinggi

Salah penulisan
identitas pasien di resep

RMyang
Pasien dengan diagnosa dan keluhan pasien
samatidak siap pakai(tidak tertata dengan baik)

Belum semua ruangan menerapkan system MPKP

Pendelegasian wewenang (Extended hand)


PASIEN Faktor Lingkungan KerjaFaktor Organisasi&Manaje men

Gambar 2.1 RCA Salah penulisan identitas pasien di resep

6
Faktor Petugas (Staf)

Pengaturan shif jaga

Petugas jaga shift


malam hanya 1 orang
Rekruitmen tidak melihat kebutuhan pelayanan prosedur permintaan penambahan pegawai sulit

Faktor Organisasi&Manajemen

Gambar 2.2 RCA Petugas jaga shift malam hanya satu orang

Process Faktor Petugas (Staf)


Faktor Tugas

Tidak ada SPO yang mewajibkan serah terima


Keinginan untuk berubah menjadi lebih baiktugas
Pengaturan rendah
tiap shift belum jelas
Tugas pelayanan farmasi rawat inap dan rawat jalan masih menjadi satu

Tidak ada planning terapi sehingga peresepan mendadak

Tidak ada serah terima

Serah terima via jendela


Kondisi pasien segera membutuh kan obat
Tidak ada buku komunikasi serah terima obat
Tidak ada outlet/ruang khusus serah terima Belum ada pemisahan farmasi rawat inap dan rawat jalan

Faktor Komunikasi Faktor Lingkungan Kerja/ fasilitas Faktor Organisasi&M anajemen


PASIEN

Gambar 2.3 RCA Tidak ada serah terima obat

7
Process Faktor Petugas
Faktor Tugas

Cenderung mengikuti kebiasaan


SPO pemberian obat belum mewajibkan cross sceck dengan 2 perawat
Job deskripsi perawat ruanganBelum
menerapkan sistem
terciptanya MPKP tim antar staf/antar
kerjasama

Tidak dilakukan crosscheck antara perawat y


Penyiapan obat jadi satu baki untuk seluruh pasien

Kondisi pasien Ruang dan fasilitas penyiapan dan penyimpanan obat belum terstandar
Materimembutuhkan obatharus
crosscheck yang segera
di komunikasikan belum ada

Belum ada standarisasi pemberian obat yang berlaku di seluruh ru

Gelang identitas sering lepas sendiri


Faktor Komunikasi
PA N Faktor Organisasi&Manajemen
Faktor Lingkungan Kerja/ fasilitas

Gambar 2.4 RCA Tidak dilakukan cross check antara


perawat yang menyiapkan dan memberikan obat

Faktor Petugas
Process Faktor Tugas

Proses pemberian obat dengan identifikasi belum terlaksana


Proses pemasangan gelang terlaluPasien
longgarbanyak, Cenderung mengikuti kebiasaan lama
sehingga mudah terlepas
petugas kurang

Proses identifikasi tidak benar

Pasien tidak suka ditanyaPetugas


berulang- ulang
tidak memberikan edukasi pentingnya identifikasi
Gelang identitas pasien mudah hilang
Supervisi pelayanan sehari-hari kurang

PASIEN Faktor Komunikasi Faktor Organisasi& Manajemen


Faktor Lingkungan Kerja/ fasilitas

Gambar 2.5 RCA Proses identifikasi tidak benar

8
e. FMEA Langkah 6 : Curah Pendapat
1. Prioritas 1: Salah penulisan identitas pasien di
resep Usulan perbaikan untuk tahap peresepan:
a) Menyusun kebijakan visite dokter
b) Prosedur penulisan resep sesuai format resep yang ada (nama, nomor
RM, alergi, usia/tanggal lahir, dll)
c) Menyiapkan resep kosong yang sudah ditempel sticker identitas pasien
d) Alergi ditempelkan dilembar resep, penulisan alergi ditulis diatas
dekat tanggal
e) Instruksi peresepan melalui telepon dari dokter ke perawat harus
menggunakan metode SBAR
f) Catat baca konfirmasi (CABAK), dibuat SPO lapor dokter (peresepan
via telepon)

2. Prioritas 2: Petugas jaga shift malam hanya satu orang


Usulan perbaikan untuk tahap pengecekan sebelum penyerahan:
a) Penambahan tenaga farmasi sesuai beban kerja
b) Menyusun jadwal baru dengan menempatkan 2 petugas jaga malam
c) Membuat penjadwalan, analisis histori (peresepan obat yang tinggi)
d) Stimulasi jadwal dengan penjaga
3. Prioritas 3 :Tidak ada serah terima obat antar
petugas Usulan perbaikan untuk tahap penyerahan
obat:
a) Menyusun SPO serah terima obat dari petugas farmasi ke perawat
b) Memisahkan ruang pelayanan farmasi rawat jalan dan rawat inap
c) Membuat catatan serah terima obat
d) Evaluasi penyediaan obat emergency dan stok ruangan untuk
meminimalkan obat Cito
e) Petugas farmasi cek obat emergency ke ruangan tiap 1 bulan sekali
f) Obat stock ruangan (kecuali obat LASA) dengan sistem fix stock
4. Prioritas 4 :Tidak dilakukan cross check antara perawat yang
menyiapkan dan memberikan obat.
Usulan perbaikan untuk tahap identifikasi 6 benar:
a) Revisi SPO pemberian obat (crosscek 2 orang, ditetapkan materi
9
croscek). SPO baru dilakukan 2 orang perawat bukan apoteker

10
b) Menyiapkan tempat obat masing-masing pasien yg digunakan saat
pemberian obat (kotak plastik)
c) Menerapkan MPKP secara bertahap untuk seluruh ruangan
d) Melakukan standarisasi sistem distribusi obat ke pasien secara bertahap
5. Prioritas 5: Proses identifikasi tidak benar
Usulan perbaikan untuk tahap pemberian
obat:
a) Sosialisasi ulang SPO identifikasi pasien sebelum pemberian obat.
b) Sosialisasi pemberian gelang identitas pasien
c) Pelatihan petugas tentang identifikasi pasien.
d) Edukasi pasien tentang fungsi gelang dan pentingnya proses
identifikasi
f. FMEA Langkah 7
Menyusun alur/desain baru (Terlampir)

g. FMEA Langkah 8
Evaluasi Desain Baru
1. Revisi SPO tentang peresepan, serah terima obat, konsul/lapor dokter via
telephon (CABAK : Catat, Baca, Konfirmasi), pemasangan gelang
identitas, dan pemberian obat
2. Sosialisasi SPO yang berhubungan dengan keselamatan pasien
3. Evaluasi kerjasama tim dengan Supervisor (yang dievaluasi semua
perawat yang ditemui di bangsal)
4. Perlu forum untuk petugas saling sharing

11
12
Lampiran:Langkah 2

MEDICATION USE SYSTEM

Monitoring
Peresepan Penyiapan Pemberian

Menilai Kondisi Pasien Menerima Resep Siapkan Obat & alat Menilai Respon
Seleksi dan Pengadaan Obat

Review Resep Identifikasi 6 benar Respon Positif/ Respon Negatif


Menentukan Kebutuhan Terapi

Peracikan/ pengambilan Pemberian Obat Pada Pasien


Catat dalam MESO

Memilih Obat
Labeling Dokumentasi Laporkan MESO

Membuat Resep Chek

Penyerahan Obat

1
Lampiran: Langkah
7
ALUR BARU

Penyiapan Monitoring

Menilai Kondisi Pasien Menerima Resep Siapkan Obat & alat Menilai Respon
Seleksi
dan
Review Resep Identifikasi 6 benar
Pengadaa Respon Positif/
n Obat Menentukan Kebutuhan Terapi Respon Negatif

Peracikan/ Croscheck 2 orang petugas


Catat dalam MESO
pengambilan

Memilih Obat
Labeling Laporkan MESO

Chek
Dokumentasi
Serah terima Obat
antar petugas

1
Lampiran : Rencana Perbaikan & Target Kegiatan

Rencana Perbaikan & Target Kegiatan Tahun


2015 RSI Nashrul Ummah Lamongan
No. Kegiatan Target Keterangan
1. Perbaikan Tahap Peresepan:
a) Menyusun kebijakan visit ke dokter Juli 2015
b) Prosedur penulisan resep sesuai format resep Juli 2015 Sudah dimulai pada bulan Juli
yang ada (nama, nomor RM, alergi, dengan percetakan resep baru
usia/tanggal lahir, dll)
c) Menyiapkan resep kosong yang sudah Juli 2015 Sudah dilaksanakan mulai
ditempel sticker identitas pasien bulan Juni
d) Alergi ditempelkan dilembar resep, Juli 2015 Sudah dilaksanakan mulai
penulisan alergi ditulis diatas dekat tanggal bulan Juni
e) Instruksi peresepan melalui telepon dari Juli 2015 Pelatihan Komunikasi Efektif
dokter ke perawat harus menggunakan Bagi perawat…. Terlaksana
metode SBAR tgl 2 Januari 2016

f) Catat baca konfirmasi (Cabak), dibuat Juli 2015 Pelatihan Komunikasi Efektif
SPO lapor dokter (peresepan via telepon Bagi perawat…. Terlaksana
tgl 2 januari 2016
2. Perbaikan Tahap Pengecekan Sebelum
Penyerahan Obat:
a) Penambahan tenaga farmasi sesuai beban September
kerja 2015
b) Menyusun jadwal baru dengan menempatkan September
2 petugas jaga malam 2015
c) Membuat penjadwalan, analisis histori September
(peresepan obat yang tinggi) 2015
d) Stimulasi jadwal dengan penjaga September
2015
3. Perbaikan Tahap Penyerahan Obat:
a) Menyusun SPO serah terima obat dari Agustus
petugas farmasi ke perawat 2015

b) Memisahkan ruang pelayanan farmasi rawat September


jalan dan rawat inap 2015
c) Membuat catatan serah terima obat September
2015
d) Evaluasi penyediaan obat emergency dan September
stok ruangan untuk meminimalkan obat Cito 2015
e) Petugas farmasi cek obat emergency ke September
ruangan tiap 1 bulan sekali 2015
f) Obat stock ruangan (kecuali obat Laza) September
dengan sistem fix stock 2015

No. Kegiatan Target Keterangan

1
4. Perbaikan Penyiapan Obat ke Pasien
a) Revisi SPO pemberian obat (crosscek 2 September
orang, ditetapkan materi croscek). SPO baru 2015
dilakukan 2 orang perawat bukan apoteker
b) Menyiapkan tempat obat masing-masing Agustus
pasien yg digunakan saat pemberian obat 2015
(kotak plastik)
c) Menerapkan MPKP secara bertahap untuk September
seluruh ruangan 2015
d) Melakukan standarisasi sistem distribusi obat September
ke pasien secara bertahap 2015

5. Perbaikan Tahap Pemberian Obat ke Pasien :

a) Sosialisasi ulang SPO identifikasi pasien Agustus-


sebelum pemberian obat September
2015
b) Sosialisasi pemberian gelang identitas pasien Agustus-
September
2015
c) Pelatihan petugas tentang identifikasi Agustus-
pasien September
2015
d) Edukasi pasien tentang fungsi gelang dan Agustus-
pentingnya proses identifikasi September
2015

Anda mungkin juga menyukai