Dokumen RHC/02/SEP/01
Revisi 00
RENCANA HACCP Halaman 1 dari 22
PRODUK SEASONING POWDER Tgl. Efektif 1 November 2005
Dokumen Terkendali - Dilarang Memperbanyak
RENCANA HACCP
PRODUK SEASONING POWDER
Divalidasi oleh,
Mgr. QAQC
CATATAN REVISI
DAFTAR ISI
1.0 TUJUAN
Sebagai pedoman dalam penerapan sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis
(Hazard Analysis Critical Control Points - HACCP) untuk produk Seasoning Powder
(bumbu bubuk)
Ruang lingkup rencana HACCP ini meliputi deskripsi produk, Good Manufacturing
Practise (GMP), Sanitation Standard Operation Procedure (SSOP), diagram alir,
pemastian diagram alir di lapangan, analisa bahaya, identifikasi titik kendali kritis dan
pengawasan titik kendali kritis produk Seasoning Powder (bumbu bubuk)
1. Seasoning powder dapat langsung dikonsumsi bersamaan dengan mie yang telah
dimasak
2. Seasoning powder tidak direkomendasikan untuk dikonsumsi apabila terdapat kelainan
fisik pada kemasan, seal terbuka, atau terjadi perubahan fisik produk.
3. Seasoning powder ditujukan untuk konsumen masyarakat umum
Pada tahap ini QC Analis mengecek kadar air seasoning powder yang sudah dicampur dan
dicatat dalam form (FRM/02/QCA/01 = Laporan Hasil Analisa Kadar Air (%) & Kadar
Abu (%), FRM/02/QCA/02 = Laporan Hasil Analisa Kadar Air (Infra Red), hasilnya
direkap pada FRM/02/QCA/13 = Hasil Analisa Kadar Air Seasoning Powder (Cabe Bubuk
4 Penengemasan Plastik
Tahap ini bertujuan mengemas bumbu yang telah dicampur ke dalam plastik sebelum
dilakukan pengemasan etiket
5 Penampungan
Ketika bumbu akan dikemas etiket, bumbu hasil mixing yang telah dikemas ke dalam
plastik kemudian dituang dalam penampung di mesin packing. Penuangan menggunakan
alat yang terbuat daru stainless steel.
6 Pengemasan Etiket
Tahap ini bertujuan mengemas bumbu bubuk berdasarkan berat dan rasa.
Operator menuang bumbu bubuk yang sudah dicampur dan atau cabe merah bubuk ke
dalam corong mesin pengemas yang berkapasitas 115 pieces per menit
Bila pada tahap ini hasil packing bonjil maka hasil packing tersebut disobek dan hasil
sobek dicatat dalam Logbook (LBK/02/SEP/15). Bumbu hasil sobek kembali dicampur ke
tahap pencampuran sesuai dengan jenis bumbunya.
Pada tahap ini, QC Inspector melakukan pengecekan berat bumbu bubuk dan kekuatan
seal. Hasilnya dicatat dalam form (FRM/02/QCI-SEP/01 = Laporan Inspeksi Hasil
Pengemasan Seasoning Powder dan Sayur Kering)
7 Pengemasan Karton
Seasoning powder yang sudah dikemas plastik kemudian dimasukkan ke dalam karton
dengan jumlah sesuai spesifikasi, diberi label sesuai jenis rasanya dan ditransaksikan ke
gudang produk jadi bumbu bubuk.
Dilakukan pemeriksaan mutu mikrobiologi (TPC, E. coli) dan mutu kimiawi (kesadahan,
khlorin, pH) air setiap 3 bulan di Laboratorium eksternal. Sedangkan pengujian logam
berat (Hg, Pb, As) dan residu pestisida dilakukan juga setiap 3 bulan di laboratorium
eksternal. Hasil uji eksternal disimpan oleh Dept QA & QC.
Dilakukan pemeriksaan uji klorin air untuk sanitasi dan air hasil bilasan mesin setiap
bulan di Laboratorium eksternal
Mesin dan peralatan produksi dirancang terbuat dari bahan tahan karat/stainless steel atau
bahan lain yang tidak beracun serta tidak rusak oleh bahan makanan yang diolahnya
maupun oleh proses pengolahannya
Setiap akhir proses produksi dilakukan pembersihan mesin dan peralatan produksi dengan
menggunakan air. Untuk mesin packing, sanitasi dilakukan 1 minggu sekali.
Bila kondisi sanitasi belum sesuai dengan standar yang ditetapkan, QC Inspector berhak
meminta dilakukan sanitasi ulang terhadap mesin dan peralatan, sebelum proses produksi
dijalankan
Untuk permukaan yang tidak boleh kontak dengan air, dilakukan sanitasi menggunakan
lap basah dan dipastikan tidak ada kotoran yang tertinggal di permukaan mesin / alat.
Selama proses, dilakukan pembersihan terus menerus dengan metode sanitasi kering,
menggunakan alat bantu yang sesuai dengan mesin yang bersangkutan
Selama proses produksi harus dijaga agar tidak terdapat produk sisa dan limbah yang
menumpuk di sekitar mesin dan di lantai.
Selama proses produksi harus dijaga agar mesin dan ruangan selalu dalam kondisi bersih
dari produk sisa maupun kotoran lain.
Setiap jeda proses, bersihkan bagian mesin yang tersembunyi dengan cara penyemprotan
air atau menggunakan lap. Pastikan bahwa motor dan tombol listrik serta panel listrik
terlindung (tertutup) dengan baik sehingga tidak terkena semprotan air.
Karyawan harus menggunakan pakaian kerja yang disediakan dan dilarang mengenakan
pakaian pribadi di ruang produksi
Setiap karyawan harus menjaga agar pakaian kerja dalam keadaan baik dan bersih.
Pakaian kerja yang tak dapat memenuhi fungsinya harus segera diganti hal ini dilaporkan
ke supervisor produksi
Karyawan tidak boleh menggunakan perhiasan atau benda lain yang mudah lepas yang
memungkinkan jatuh ke dalam produk, peralatan atau tangki di area produksi. Misalnya
jam tangan, anting-anting, cincin, kalung, peniti (Pin), bros dan lain-lain.
Bagi karyawan laki-laki, rambut pendek dan rapi, boleh berkumis tipis, tidak berjambang
dan berjenggot
Sekali dalam sebulan dilakukan tes swab untuk satu orang karyawan di bagian
pengemasan / filling pada setiap shift, dan hasilnya dicatat dalam laporan hasil Analisa
mikrobiologi (FRM/02/QCA/14)
Lantai harus selalu dibersihkan dan dijaga agar tidak kotor. Untuk gudang dan ruang
packing, lantai harus selalu dalam keadaan kering
Dinding dan langit-langit dibersihkan sekali seminggu untuk membersihkan debu dan
sarang laba-laba.
Pintu penyekat dan jendela harus dibersihkan setiap minggu
Ventilasi, penyaring udara dan pipa-pipa suplai udara dibersihkan satu tahun sekali
Saluran air pembuangan dalam gedung harus bersih dan terawat dengan baik,
sehingga tidak ada air menggenang.
QC Inspector memeriksa kondisi sanitasi ruangan proses produksi, hasil pemeriksaannya
dicatat dalam Laporan Sanitasi (FRM/02/QCI-SEP-CLN/01)
Karyawan dan peralatan yang bersentuhan dengan bahan mentah tidak boleh bersentuhan
dengan produk jadi, kecuali karyawan dan peralatan tersebut sudah disanitasi terlebih
dahulu
Setiap karyawan / tamu yang akan masuk ke ruang produksi harus membersihkan dan
mensanitasikan diri terlebih dahulu, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Setiap kali karyawan produksi keluar dari produksi dan akan masuk kembali ke ruang
tersebut, karyawan yang bersangkutan harus membersihkan dan mensanitasikan diri lagi
(cuci tangan).
Segera setelah memegang / menyentuh benda yang tidak bersih, seorang karyawan
produksi yang bersentuhan langsung dengan produk harus mencuci tangannya di tempat
cuci tangan terdekat sebelum kembali bekerja.
Bahan mentah yang tidak / belum dibersihkan tidak boleh berada di satu ruangan dengan
produk jadi
Fasilitas untuk mencuci tangan dilengkapi sabun cuci tangan serta alat pengering tangan
Karyawan produksi harus mencuci tangan sebelum mulai bekerja, akan bekerja kembali
setelah datang dari tempat lain atau setiap kali tangannya kotor
Di ruang toilet disediakan fasilitas cuci tangan yang sama untuk digunakan setiap kali
setelah karyawan keluar dari toilet.
Fasilitas cuci tangan di area produksi diperiksa oleh Inspector QC untuk memastikan
bahwa bahan pembersih tersedia dalam jumlah yang cukup dan alat berfungsi dengan
baik. Hasil pemeriksaanya dicatat dalam Laporan Sanitasi (FRM/02/QCI-SEP-CLN/01)
Pembersihan fasilitas cuci tangan di ruang produksi dilakukan oleh karyawan produksi
yang telah ditunjuk, pada setiap awal shift dan setiap berakhirnya jam istirahat.
7 Kesehatan Karyawan
Berdasarkan pemeriksaan medis maupun pengamatan oleh supervisor, seorang karyawan
yang menderita sakit, mempunyai luka infeksi, luka terbuka atau penyakit lain yang
dapat mengkontaminasi makanan, permukaan alat-alat yang bersentuhan dengan
makanan atau bahan pengemas tidak diperbolehkan bekerja di bagian produksi sampai
penyakit atau lukanya sembuh
Karyawan yang menderita sakit atau luka yang dapat mengakibatkan kontaminasi pada
produk harus segera memberitahukan kepada Supervisornya atau kepada HRD.
Karyawan tersebut harus segera diperiksa oleh bagian klinik perusahaan yang akan
memberikan anjuran tentang tindakan yang harus dilakukan.
HRD bertanggung jawab atas keadaan kesehatan karyawan. Bersama dengan bagian
linik, bagian personalia akan mengatur pemeriksaan medis bagi karyawan
8 Fasilitas Toilet
Fasilitas toilet dilengkapi untuk wanita dan pria berjarak tidak jauh dari ruang proses
produksi
Fasilitas toilet dilengkapi dengan alat untuk mencuci dan serta ventilasi dan penerangan
yang baik.
Jumlah fasilitas tiolet dirancang sesuai dengan jumlah karyawan dalam satu shift
Seluruh bagian bertanggung jawab atas kondisi dan berfungsinya toilet dengan baik.
Setiap hari bagian sanitasi memeriksa keadaan toilet dan mencatat hasil pemeriksaannya
dalam Check List Sanitasi Toilet (FRM/02/HRD-SNT/06)
9 Pengendalian Hama
Bagian Quality Assurance melalui kerja sama dengan konsultan/kontraktor pest control
melaksanakan dan bertanggungjawab atas kegiatan pengendalian hama di area produksi,
gudang dan lokasi sekitarnya.
10 Penanganan Limbah
Penanganan limbah baik limbah cair maupun limbah padat di atur dalam prosedur
Penanganan Limbah (SOP/02/HRD/02)
Pengeringan
(t=3,5 - 4 jam) Timbang Penghalusan Penghalusan Timbang Timbang
Pencampuran*
No
Cek QC
Ok
Pengemasan Plastik
No
Penampungan
Pengemasan Etiket
Cek QC
Ok
Pengemasan Karton
Pelabelan Kode
Selesai
Kete : *cabe bubuk/cabe kering yang telah dihaluskan dimasukkan pada pencampuran hanya untuk bumbu rasa goreng extra pedas
KANTOR PINTU
5
KANTOR 1 2 Tempat Sholat GERBANG
15 16
4
13 14 29 30 OVEN
R.Ingredient
3 STEAM
11 12 27 28 37 38
9 10 25 26 35 36 GUDANG ETIKET
2
7 8 23 24 33 34 OVEN
LISTRIK
5 6 21 22
1
31 32
3 4 19 20 R.Bumbu
1 2 17 18 39 ILP
A B C D E
A B C D E
KETERANGAN : KETERANGAN : KETERANGAN : KETERANGAN : KETERANGAN :
= MC Guling Cabe
Table7a.
SSOP/GMP DAPAT
APAKAH BAHAYA
MENGENDALIKAN
TAHAPAN POTENSIAL NYATA
PENYEBAB BAHAYA UPAYA
PROSES BAHAYA POTENSIAL ALASAN
BAHAYA Pro- Severity Y PENCEGAHAN
N
SSOP GMP bability Auto,M/ E
O
L/M/H L, N/L S
1a. Penerimaan *Kadar air yang Biologi: L N/L *tahapan berikutnya *Setiap kedatangan bahan baku
Bahan Baku Chili melebihi batas *Pertumbuhan dapat mereduksi disertai COA dari suplier dan
Powder (cabe standard kapang/jamur potensi bahaya dilakukan pengujian parameter
bubuk) kimia dan fisik secara sampling
*Kontaminan L M/L *tidak pernah ada oleh QC Analis dan QC
logam dari Fisik: masalah inspektor.
produsen *Kontaminasi logam kontaminasi logam (upaya pencegahannya
(pengolahan dan ditujukan untuk menjaga
distribusi) kualitas seasoning yang
dihasilkan)
1b. Penerimaan *Kontaminan Fisik: L M/L *tidak pernah ada *Setiap kedatangan bahan baku
Bahan Seasoning logam dari *Kontaminasi logam masalah disertai COA dari suplier dan
Powder (Garam, produsen kontaminasi logam dilakukan pengujian parameter
Gula, MSG, (pengolahan dan kimia dan fisik secara sampling
Premix) distribusi) oleh QC Analis dan QC
inspektor.
(upaya pencegahannya
ditujukan untuk menjaga
kualitas seasoning yang
dihasilkan)
Table 7b
SSOP/GMP
DAPAT
APAKAH BAHAYA
MENGENDALI
TAHAPAN POTENSIAL NYATA
BAHAYA KAN UPAYA
PROSES PENYEBAB BAHAYA ALASAN
POTENSIAL BAHAYA PENCEGAHAN
Pro- Severity Y
SSOP GMP bability Auto, e
N
L/M/H M/L, N/L s o
1c. Penerimaan *Kontaminan logam dari produsen Fisik: L M/L *tidak pernah ada *Setiap kedatangan bahan baku
Bahan Baku (pengolahan dan distribusi) *Kontaminasi logam masalah kontaminasi disertai COA dari suplier dan
Tambahan logam dilakukan pengujian parameter
Seasoning kimia dan fisik secara sampling
Powder oleh QC Analis dan QC inspektor.
(upaya pencegahannya ditujukan
untuk menjaga kualitas seasoning
yang dihasilkan)
2. Giling ( daun Kontaminasi alat Fisik: L M/L *tidak pernah ada
bawang kering, *Kontaminasi logam masalah kontaminasi
gula) logam
3. Timbang Kontaminasi alat Fisik: L M/L *tidak pernah ada
*Kontaminasi logam masalah kontaminasi
logam
Kimia
*Dosis penggunaan bahan kimia *Dosis penggunaan L N/L *Kemungkinan
premix bahan kimia premix terjadinya rendah
yang berlebihan
4. Mixing *Peningkatan kadar air dari salah Biologi L M/L *Dari data historis, *Pengujian kadar air hasil mixing
satu bahan yang digunakan *PBP/Kontaminasi kemungkinan oleh QC Analis
*Kontaminasi dari alat dan pekerja terjadinya rendah (FRM/02/QCA/09)
Table 7c.
SSOP/GMP DAPAT
APAKAH BAHAYA
MENGENDALIKAN
TAHAPAN POTENSIAL NYATA
PENYEBAB BAHAYA UPAYA
PROSES BAHAYA POTENSIAL ALASAN
BAHAYA Pro- Severity Y PENCEGAHAN
N
SSOP GMP Bability Auto,M/L, e
o
L/M/H N/L s
5. Pengemasan *Peningkatan Biologi M M/L *Tidak ada tahapan *Dilakukan pengecekan hasil
Etiket Bumbu kadar air yang berikutnya yang dapat sealing etiket secara sampling
*PBP/Kontaminasi
disebabkan hasil mereduksi bahaya oleh operator produksi dan QC
sealing yang tidak inspektor (FRM/02/QCI/03)
sesuai standar
6. Pengemasan - - - - - - - - - -
karton
7. Penyimpanan *Peningkatan Biologi L N/L *Suhu ruang
kadar air selama penyimpanan di bawah
*PBP/Kontaminasi
penyimpanan suhu ruang
8. Distribusi ke - - - - - - - - - -
noodle
Q1 Q2 Q3 Q4
Apakah ada Upaya Pencegahan pd. Apakah Thp ini Apakah resiko thd. Bahaya dpt Apakah Thp selanjutnya dpt
thp. tsb. Atau thp. berikutnya thd.. mengelimi-nasi/mereduksi terjadi melewati batas yg dpt mengeliminasi Bhy yg di-
Bahaya yang diidentifikasi? kemungkin-an terjadinya diterima, atau dpt meningkat identifikasikan atau mere-
BAHAYA C
*)Jika TIDAK: bukan CCP dan Bahaya pd tingkat yg sampai pd batas yg tidak dapat duksi kemungkinan terjadi-
ALUR PROSES POTENSIAL C
perlu ada modifikasi ttg. Alur, dapat diterima? diterima? nya pd bts yg dpt diterima?
YANG NYATA P
Tahap dan/atau produknya. *) Jika YA: CCP *) Jika TIDAK: Bukan CCP. *) Jika YA: Bukan CCP
*)Jika YA: lanjutkan ke Q2. *) Jika TIDAK : lanjutkan *) Jika YA: lanjutkan ke Q4. *) Jika TIDAK: CCP.
ke Q3.
BATAS KRITIS
BAHAYA
UTK SETIAP PROSEDUR PEMANTAUAN TINDAKAN
CCP POTENSIAL YANG DOKUMENTASI VERIFIKASI
UPAYA KOREKSI
NYATA
PENCEGAHAN
What How When Who Where
A. Lokal
Untuk pengenalan terhadap produk akhir dan lebih mempermudah proses penelusuran
produk yang bermasalah, maka digunakan kode produk pada pengemas karton produk
minyak bumbu. Kode tersebut terdiri dari 3 baris. Baris pertama merupakan kode
produksi. Baris kedua merupakan jenis bumbu berdasarkan rasa, contoh: M.GCST
adalah minyak bumbu yang digunakan untuk produk Bonji 100 Rasa Soto. Baris
ketiga merupakan jumlah pieces minyak bumbu dalam satu karton, misalnya 2000 pcs.
Aturan pengkodean minyak bumbu adalah sebagai berikut :
X XX XX X XX
Tahun produksi
Bulan Produksi
Tanggal Produksi
Regu
Kode Tahun
4 2004
5 2005 dst.
- Digit ketujuh dan kedelapan mewakili nomor mesin pengemasan yang digunakan,
berkisar antara 01 sampai 24
B. Ekspor
Untuk ekspor digunakan kode produksi dalam sebuah label yang memuat : (1) nama
produk, (2) Jenis atau rasa, (3) nomor batch, (4) tanggal manufacturing, (5) tanggal
kadalauarsa dan (6) signed operator.
Contoh :
a. Nama produk : Seasoning Powder
b. Jenis atau rasa : CF (Chicken Flavour)
c. Batch No : 1
d. MFG Date :
XX XX XX
Tahun produksi
Bulan Produksi
Tanggal Produksi
e. EXP Date :
XX XX XX
Tahun expired
Bulan expired
Tanggal expired
12.0 LAMPIRAN
DAFTAR DISTRIBUSI