Anda di halaman 1dari 4

FALSAFAH KEPEMIMPINAN MANGKUNEGARA 1

Rumangsa Melu Handarbeni, Wajib Hangrungkebi, Mulat Sarira Hangrasa Wani

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

Majid Ali Maskhur : 2201670093


Andi Mustofa : 2201670063
Nisa Amelia : 2201670073
Naeli Kurniawati : 2201670078
Nurliana : 2201670072

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU PRAJABATAN

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH PURWOKERTO

TAHUN 2022/2023
A. Pendahuluan

Rumangsa melu handarbeni (merasa ikut memiliki), Secara sederhana kata tersebut bermakna
bahwa seseorang hendaklah menyadari bahwa setiap tugas yang diembannya harus dilaksanakan
dengan sepenuh hati, dan menjaganya seperti miliknya sendiri (Rosari, 2017). wajib
hangrungkebi (wajib membela), mulat sarira hangrasa wani (melihat badan merasakan berani).
Terjemahan bebasnya, merasa ikut memiliki, wajib membela, berani melihat diri sendiri.

Peribasaha ini sering dimanfaatkan sebagai ajakan Negara (pemerintah) kepada rakyatnya.
Tujuannya, agar rakyat ikut terlibat aktif (berpatisipasi) dalam pembangunan Negara dan bangsa.
Caranya, dengan merasa ikut memiliki, bukan malah membiarkan atau tidak mau campur tangan
dalam kehidupan Negara dan masyarakat. Di samping itu, rakyat pun diharapkan ikut membela
apabila terjadi gangguan dari mana pun datangnya. Selanjutnya, dalam membangun
kesejahteraan Negara dan bangsa, semua pihak harus bersedia melakukan introspeksi, berani
mengakui kekurangan dan kelemahan diri sendiri, sehingga ditemukan cara memperbaikinya
dengan tepat dan cepat. Apabila partisipasi rakyat dan seluruh aparat Negara telah dilandasi
semangat sebagaimana isi peribahasa ini, besar kemungkinan pembangunan dan kesejahteraan
yang dicita-citakan dapat segera terwujud.

Rumangsa Melu Handarbeni, Wajib Hangrungkebi, Mulat Sarira Hangrosowani merupakan


nasehat bagi generasi muda untuk dapat mencintai negaranya, mau ikut menjaganya, dan berani
membela tanah airnya. Dengan ketiga nilai tersebut generasi muda dapat tumbuh menjadi
generasi emas yang cinta akan tanah air dan bangsanya. (wardani, 2016). Membangkitkan
kesadaran para pemuda atau generasi muda melalui falsafah membangkitkan kesadaran rasa
mawas diri dan berani mengambil sikap yang tegas (Mulat sarira hangrasa wani),
menumbuhkakan sikap rasa saling memiliki (rumangsa melu handarbeni) dan menumbuhkan
sikap kesadaran untuk saling menjaga dan saling melindungi (rumangsa wajib hangrukebi)
sehingga terwujud integritas bangsa. (Suwito, 2014).

Rumangsamelu handarbeni. Kata rumangsaberarti merasakan, menyadari. Handarbeni artinya


memiliki. Secara harfiah, perasaan itu miliknya. Secara simbolis, kata-kata ini berarti tugas,
tanggung jawab seorang pria, yang harus disadarinya, yang harus dirasakan sebagai
pemenuhannya sendiri. Jika sesuatu atau tugas diterima dan dianggap miliknya, maka harus
didorong untuk "melakukan tugas" secara bertanggung jawab, bukan setengah hati. Wajib melu
hangrungkebi. Kata meluartinya mengikuti. Hangrungkebi artinya melindungi, siap berkorban
untuk membela. Artinya untuk menjadi seorang pemimpin, seseorang harus selalu siap untuk
menjalankan tanggung jawab kepemimpinannya dengan segala tantangan atau resiko. Mulat
sarira hangrasa wani. Kata mulatberarti melihat diri sendiri. Sariraberarti tubuh. Hangrasa
berarti perasaan dan wani berarti keberanian. Artinya yaitu berani merasakan dan melihat diri
sendiri, seorang pemimpin harus secara terbuka mau melihat kesalahan terjadi padanya (Lusiono
& Suhartanti, 2022).
B. Analisis kelompok
1. Melu handarbeni = merasa memiliki
Kata tersebut memiliki arti merasa memiliki, ikut menjaga, dan merawat dengan rasa
tanggung jawab. Maksud dari arti di atas adalah apabila kita menggunakan sesuatu apapun
walaupun bersifat umum kita harus merasa memiliki, merasa memiliki. Contohnya : Dalam
sebuah event Class meeting disekolah, Osis selaku panitia dan seluruh siswa harus
bekerjasama dalam mensukseskan kegiatan classmeeting dan seluruh siswa wajib ikut
berpartisipasi aktif dalam meramaikan kegiatan yang dilaksanakan dari awal hingga akhir
sesuai dengan ketentuan dan tanggung jawab masing-masing
2. Melu hangrungkebi = ikut melindungi apa yang dimiliki, contohnya : Dalam pelaksanaan
kegiatan classmeeting, seluruh panitia dan peserta harus mampu keamanan dan ketertiban
dalam acara. Osis sebagai panitia harus bersifat netral, tidak memihak siapapun, dan mampu
menjaga nama baik. Siswa selaku peserta dalam melaksanakan kegiatan harus memiliki sifat
sportiftas yang tinggi, tidak boleh membuat keributan dan harus menjaga kebersamaan dalam
kegiatann classmeeting.
3. Melu hambelani = ikut membela
Pada saat terjadi konflik atau penyalahgunaan wewenang, pemimpin harus bisa jadi
penengah dalam setiap konflik yang terjadi. Pemimpin wajib membela setiap pihak yang
benar.
4. Mulat sarira = instropeksi diri
Saat ada kegiatan classmeeting maka diakhir acara kegiatan harus diadakan evaluasi dalam
keseluruhan pelaksanaan acara, sehingga akan terlihat kekurangan yang terdapat dalam
pelaksanaan acara sehingga dapat dijadikan bahan introspeksi diri bagi semua penyelenggara.
5. Angrasa wani = (menerima kritikan yang membangun)
Dalam kegiatan classmeeting apabila ada kritik atau saran dari guru, siswa atau pihak lain
terkait penyelenggaran tersebut kita harus siap menerima baik dan buruknya sehingga kita
dapat memperbaiki dikemudian hari.

C. Penutup
Salah satu wahana transformasi budaya adalah pendidikan. Jawa memiliki banyak nilai
kearifan lokal salah satunya adalah petuah yang berbunyai Rumangsa Melu Handarbeni, Wajib
Hangrungkebi, Mulad Sarira Hangrasawani. Dalam kalimat tersebut memuat nilai yang
menyadarkan generasi muda pada pemeliharaan dan penjagaan terhadap sesuatu yang
dimilikinya. Dihubungkan dengan peran manusia dalam bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, kalimat tersebut dapat meningkatkan rasa tanggung jawab, kepedulian, dan
nasionalisme yang pada masa ini mulai luntur. Dengan digalinya kembali dan diajarkannya
nilai-nilai kearifan lokal tersebut dapat memperkuat karakterbangsa dan memunculkan
keteladanan baru bagi upaya pembentukan karakter. Sehingga penggalian nilai-nilai kearifan
lokal dapat mendukung pendidikan karakter sebagai prioritas dalam Pendidikan.
Daftar Pustaka

AkhirLLusiono1, Pratiwi Dwi Suhartanti, 2022. Pengembangan Skala Nilai Budaya Jawa:
Studi Kasus Abdi Dalem Keraton SurakartaDevelopment of Javanese Culture Values
Scale: A Case Study of Abdi Dalem Keraton Surakarta. JURNAL ILMIAH
EKONOMI DAN BISNIS, Vol.15, No.1, Juli 2022, pp. 113 -122p-ISSN : 1979-0155
(print)e-ISSN : 2614-8870 (online)
Suwito, Anton. (2014). Membangun integritas bangsa dikalangan pemuda untuk menangkal
radikalisme. Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume IV, No 2, Juli 2014
Rosari, R. (2017). Hubungan Kepemilikan Psikologikal pada Konteks Budaya Jawa dengan
Anteseden dan Konsekuensinya. Jurnal Siasat Bisnis, 21(1), 37–54. Retrieved from
https://www.researchgate.net/publication/317113060_Hubungan_kepemilikan_psi
kologikal_pada_konteks_budaya_jawa_dengan_anteseden_dan_konsekuensinya
Wardhani.N.W.,2016kearifan lokal jawa sebagai pembentuk karakter muda. Semarang. Seminar
Nasional : ISSN: 2598-6384 Pembentukan Karakter dan Moralitas bagi Generasi Muda
yang Berpedoman pada Nilai-nilai Pancasila serta Kearifan Lokal.
.

Anda mungkin juga menyukai