Anda di halaman 1dari 16

MANFAAT ADANYA EKSTENSIFIKASI CUKAI TERHADAP

MINUMAN BERPEMANIS DALAM KEMASAN DIKALANGAN


MASYARAKAT

Kiki Ambarwati

Universitas Darwan Ali Sampit

Email : kikiambarwati46@gmail.com

Abstrak

Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang yang


perlu adanya pengawasan, pemakainan yang mengakibatkan dampak negatif
dikalangan masyarakat atau lingkungan. Contoh barang yang kena cukai kali ini
adalah minuman berpemanis dalam kemasan alasannya karena minuman
berpemanis dalam kemasan itu tidak baik jika dikonsumsi secara terus menerus.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya cukai terhadap minuman
berpemanis dalam kemasan tersebut.

Metode yang digunakan adalah pengamatan secara kualitatif yang mana dapat
dilihat seberapa banyak orang mengkonsumsi minuman berpemanis dalam
kemasan dan akibat dari mereka yang sering meminum minuman yang berpemanis
dalam kemasan dan dengan melihat beberapa jurnal-jurnal dengan judul sama yang
sudah ada.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan adanya cukai terhadap minuman


berpemanis dalam kemasan tersebut sangat bagus karena dengan adanya hal
tersebut akan membuat masyarakta mengurangi meminum minuman berpemanis
dalam kemasan.

Kata kunci : Cukai, Manfaat Cukai, Minuman Berpemanis dalam kemasan

1
DAFTAR ISI

COVER JUDUL .............................................................................................. 1

ABSTRAK ....................................................................................................... 1

DAFTAR ISI .................................................................................................... 2

PERNYATAAN ORIGINALITAS ................................................................. 3

1. PENDAHULUAN .................................................................................... 4

Latar Belakang .......................................................................................... 4

Rumusan Masalah ..................................................................................... 5

Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5

2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5

Peneliti Terdahulu ..................................................................................... 5

3. PEMBAHASAN ....................................................................................... 6

Filosofi Cukai............................................................................................ 6

Hasil dan Pembahsan ................................................................................ 7

4. KESIMPULAN dan SARAN ................................................................... 7

Kesimpulan ............................................................................................... 13

Saran ........................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15

LAMPIRAN

BIODATA ........................................................................................................ 16

2
SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : KIKI AMBARWATI

NIM : 2254201010857

Program Studi : S-1 Agribisnis

Fakultas : Pertanian

Menyatakan bahwa jurnal yang berjudul:

“MANFAAT ADANYA EKSTENSIFIKASI CUKAI TERHADAP


MINUMAN BERPEMANIS DALAM KEMASAN DIKALANGAN
MASYARAKAT” adalah hasil karya tulis sendiri, hasil penelitian dari beberapa
pengamatan tentang judul tersebut dan belum pernah diajukan untuk perlombaan
atau lain sebagainya. Jurnal ini tidak terdapat karya orang lain kecuali yang secara
tertulis di acu dalam naskah dan dicantumkan dalam daftar Pustaka

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, apabila dikemudian hari terdapat
penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini maka saya bersedia
menerima akibatnya.

Sampit, 19 Agustus 2023

Yang menyatakan

Kiki Ambarwati

3
I. PENDAHULUAN

Latar belakang

Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan dari barang-barang tertentu


dan memiliki karakteristik yang tertentu juga seperti konsumsinya perlu
dikendalikan, peredaran barang tersebut harus adanya pengawasan, pemakaian
dari barang tersebut mengakibatkan dampak yang negatif bagi masyarakat
ataupun lingkungan atau pemakaian barangnya perlu pembebanan pungutan
negara demi adanya keadilan dan kesimbangan.

Perbedaan cukai dan pajak yaitu cukai merupakan pungutan yang resmi
sesuai ketentuan atau kebijakan yang berlaku, jika pajak adalah pungutan wajib
dan sifatnya memaksa. Barang-barang yang kena cukai atil alkohol, minuman
beralkohol, hasil tembakau, kantong plastik,emisi karbon dan minuman
berpemanis dalam kemasan.

Misalnya, minuman berpemanis dalam kemasan. Minuman ini sangat


berbahaya bagi kesehatan jika dikonsumsi dalam jumlah yang banyak
contohnya dikalangan anak-anak dan remaja. Mereka mengkonsumsi minuman
berpemanis dalam kemasan karena memiliki rasa yang segar terlebih lagi
banyak tren-tren yang menjual produk minuman-minuman berpemanis dalam
kemasan tersebut.

Ruang lingkup pada permasalah ini dapat dilihat dari dampak-dampak dari
minuman ringan berpemanis ini yang mana sangat berpengaruh buruk
kedepannya sehingga perlu adanya pembatasan atau pengawasan pada
minuman berpemanis ini.

4
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif kualitatif yang bersifat
deskriptif untuk memberikan gambaran yang jelas tentang upaya ekstensifikasi
objek barang kena cukai pada minuman berpemanis dalam kemasan.

Rumusan masalah
1. apa manfaat adanya ekstensifikasi cukai terhadap minuman berpemanis
dalam kemasan dikalangan masyarakat?
2. Apa dampak negatif adanya minuman berpemanis dalam kemasan?
3. Mengapa minuman berpemanis dalam kemasan bisa terkena cukai?

Tujuan Penelitian
1. Mengetahui manfaat adanya ekstensifikasi cukai terhadap minuman
berpemanis dalam kemasan dikalangan masyarakat
2. Mengetahui dampak negatif adanya minuman berpemanis dalam kemasan,
3. Mengetahui alasan minuman berpemanis dalam kemasan bisa terkena
cukai.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Terdahulu
Penelitian Esther Maria Chandra & Rini Gufraeni (2011) yang berjudul
“Kajian Ekstensifikasi Barang Kena Cukai pada minuman ringan
berkarbonasi”. Adapun tujuan dari penelitiann ini yaitu menegtahui dasar
pertimbangan ekstensifikasi barang kena cukai pada minuman ringan
berkarbonasi, upaya yang dilakukan pemerintah dalam mewujudkan
ekstensifikasi barang kena cukai pada minuman ringan berkarbonasi dan
mengetahuai potensi peningkatan penerimaan negara dan pengenaan cukai pada
minuman ringan berkarbonasi.
Metode penelitiannya menggunakan penedekatan kualitatif yang bersifat
deskriptif untuk memberikan gambaran yang jelas tentang upaya ekstensifikasi
objek barang kena cukai pada minuman berkarbonasi. Penelitian nya memulai
penelitian dengan hipotesis sementara bahwa dasar pertimbangan yang
digunakan pemerintah mengeluarkan wacana ekstensifikasi objek barang kena

5
cukai diduga untuk mengembalikan tujuan pengenaan cukai pada barang
selektif yang mengidikasikan adanya eksternalitas negatif.
Metode dan starategi penelitiannya yang dilakukan untuk menganalisis
dasar pertimbangan pengenaan cukai pada minuman ringan berkarbonasi dan
upaya yang dilakukan untuk mengenakan cukai pada minuman ringan
berkarbonasi didasarkan pada hasil wawancara mendalam kepada beberapa
narasumber. Sedangkan pada minuman ringan berkarbonasi khususnya dalam
memberikan perlindungan kesehatan masyarakat, dilakukan dengan
menggunakan studi literatur pada data-data yang berkaitan dengan industry
minuman ringan.
Penelitiannya mengamati tata letak produk minuman ringan berkarbonasi
yang ada dipasar-pasar modern. Hasilnya pada beberapa pasar modern didapati
penempatan produk minuman ringan berkarbonasi selalu berdekatan dengan
minuman beralkohol.
Penulisanya pun menilai bahwa adanya pro dan kontra yang muncul
mengenai wacana ekstensifikasi batang kena cukai pada minuman ringan
berkarbonasi disebabkan pada kondisi perekonomian masyarakat yang terus
mengalami penurunan di samping itu adalah mulainya pudar kepercayaan
masyarakat terhadap kinerja pemeritahan, khususnya yang menyangkut
kesejahteraan masyarakat.
III. PEMBAHASAN
Filosofi cukai
Hampir semua negara memiliki bea cukai bahkan sejak berdirinya negara
langsung dibuarlah lembang ini. Lembaga ini sudah ada sejak masa kerajaan
atau sebelum datangnya colonial Belanda. Namun, pada zaman itu tidak ada
yang mendokumentasikan hal tersebut untuk menjadi bukti konkrit yang nyata
kebenarannya. Saat masuknya VOC atau Kongsi Dagang Hindia Timur barulah
dokumentasi tentang bea cukai mulai terlihat jelas.
Pada masa itu, Lembaga pengawasan yang mengantu bea ekspor, impor
dan cukai barang ini tidak langsung dinamai bea cukai, tetapi Hindia Belanda

6
menamainya dengan De Dienst der Invoer en Uitvoerrechten en Accijnzen
(I.A&A) dan orang yang bertugas di dalamnya disebut douane.
Setelah kependudukan VOC berganti menjadi Jepang, Lembaga ini
mengalami perubahan tugas, yaitu hanya melakukan pungutan cukainya saja
sementara bea ekspor dan impor pemerintahan tidak mengenakan pungutan.
Di saat Indonesia telah mendapatkan kemerdekaannya, bea cukai ini
dibentuk Kembali pada Oktober 1946 dengan sebutan Pejabatan Bea dan
Cukai. Selain itu, tugasnya pun Kembali berubah seperti awal yang melakukan
pungutan bea dan cukai.
Mulai dari situlah, Lembaga bea sukai tersebut mengalami dua kali perubahan.
Pada 1948 disebut dengan nama Jawatan Bea dan Cukai. Setelah tahun 1965
hingga saat ini diubah Namanya menjadi Direktorat Jendral Bea dan Cukai
(Ditjen Bea Cukai).
Ditjen Bea Cukai menetapkan rangkaian peraturan untuk melaksanakan
tugas dan fungsi pokoknya dengan baik. Dalam kegiatannya tersebut
dilakukan atas Dasar Hukum Peraturan Menteri Keuangan Nomor
:203/PMK.03/2017 Tentang Ketentuan Ekspor dan Impor Barang yang dibawa
oleh penumpang dan awak sarana pengangkut.

Hasil dan Pembahasan

Indonesia merupakan negara yang mengkonsumsi minuman berpemanis


dalam kemasan yang cukup tinggi. Pengkonsumsian itu dari kalangan anak-
anak, remaja, dewasa bahkan orang tua. Harga minuman berpemanis dalam
kemasan pun harganya relatif murah dan banyak dijual di warung-warung
terdekat.

Minuman berpemanis dalam kemasan harus dilakukan pengendalian atas


peredaran dan konsumsinya karena minuman berpemanis dalam kemasan
sangat mudah untuk didapatkan dan mudah untuk dikonsumsi tidak hanya
dikalangan dewasa melaikan dikalangan anak-anak karena harganya yang
relative murah.

7
Minuman berpemanis dalam kemasan merupakan salah satu yang akan
terkena pajak ditahun mendatang, karena minuman berpemanis dalam kemasan
sendiri memang tidak baik untuk kesehatan yakni dapat menimbulkan diabetes,
obesitas, jantung, kanker dan gagal ginjal kronis jika mengkonsumsinya terlalu
berlebih. Sedangkan Indonesia sendiri merupakan negara yang mengkonsumsi
minuman berpemanis dalam kemasan cukup tinggi. Selain tidak baik untuk
kesehatan minuman berpemanis dalam kemasan juga memiliki bungkus plastik
yang akan menjadi lambah sampah yang cukup banyak atau kurang ramah
lingkungan.

Dalam 20 tahun terakhir , konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan


di Indonesia meningkat drastic. Pada 1996 tercatat masyarakat konsumsi
minuman berpemanis sebesar 51 juta liter. Jumlah itu meningkat menjadi 15
kali lipat menjadi 780 juta liter paada 2014. Tingginya konsumsi minuman
berpemanis dalam kemasan tersebut telah menepatkan Indonesia menjadi
negara dengan konsumsi minuman berpemanis tertinggi ke 3 di Asia Tenggara.
Konsumsi minuman berpemanis harus dibatasi untuk menghindari resiko
penyakit, terutama obesitas. Hal ini diperburuk dengan gaya hidup masyarakat
yang tidak sehat, jarang bergerak ataupun minim melakukan aktivitas fisik.
Peningkatan minuman berpemanis dalam kemasan tidak hanya terjadi
diperkotaan tetapi sama halnya dengan di perdesaan. Masyarakat perlu lebih
disadarkan untuk membatasi konsumsi minuman berpemanis. Hal tersebut juga
dibarengi dengan kesadaran untuk membatasi makanan yang mengandung
gula, garam dan lemak tinggi serta meningkatkan aktivitas fisik.

8
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) dan bank dunia, minuman
berpemanis dalam kemasan berkarbonasi atau bersoda,minuman berenergi,
minuman sari buah kemasan, minuman isotonic, minuman herbal dan
bervitamin, minuman susu berperisa, minuman the dan kopi kemasan, sirup,
serta minuman serbuk yang diseduh.

Untuk menekan konsumsi minuman berpemanis di masyarakat yaitu


dengan penerapan cukai karena dapat dinilai untuk menjadi investasi yang
efektif. Penerapan cukai ini pun sesuai dengan regulasi terkait barang kena
cukai. Penerapan barang kena cukai di Indonesia dapat diterapkan pada produk
yang konsumsinya harus diawasi, konsumsinya berdampak negatif pada

9
masyarakat atau lingkungan hidup, serta pemakaiannya perlu pembebabab
pungutan negara demi keadilan dan keseimbangan.

Kebijakan pendapatan cukai minuman berpemanis dalam kemasan


tertuang pada peraturan presiden nomor 130 tahun 2022 tentang rincian APBN
Tahun anggaran 2023. Disebutkan taerget pendapatan cukai minuman
berpemanis dalam kemasan pada 2023 mencapai rp 3,08 triliun atau naik
158,82 pesen dari target 2022 sebesar rp 1,19 triliun.

Indonesia ingin melakuan penerapan yang dilakukan di Amerika Serikat.


Menurut Ruruh Handayani beberapa yang berhasil melakukan cukai terhadap
minuman berpemanis dalam kemasan. Di Amerika pajak SSB 1 sen per fluid
ons diperkenalkan di Berkeley, California pada 2015 yang menhasilkan
kenaikan harga rata-rata 0,83 sen per fluid ons. Satu tahun setelah pengenalan
pajak, terjadi penurunan 21% dalam konsumsi SSB. Pengurangan konsumsi
SSB dapat dipertahankan setidaknya selama 3 tahun dan terdeteksi
dilingkungan yang beragam secara demografis.

Selanjutnya pajak 1,5 sen per ons untuk SSB termasuk minuman ringan
diet tetapi tidak termasuk jus buah dan minuman susu diperkenalkan di kota
Philadelphia pada tahun 2017. Pajak tersebut sepenuhnya dibebankan kepada
konsumen yang meyebabkan kenaikan harga sebagai 21% untuk minuman
kena pajak.

Lalu, ada pengurangan rata-rata 8,5 ons (251 mil) minuman kena pajak
yang dibeli per belanja setelah pajak ini ada. Orang dewasa di Philadelphia
mengurangi konsumsi gula dari SSB rata-rata 6 gram per hari tetapi sayangnya
efeknya tidak terlihat pada anak-anak. Ada juga juga pengurangan ketersediaan
SSB di toko dan sebagai gantinya, mereka menambahkan stok persediaan air
mineral.

Di meksiko, penerapan cukai, pertama kali memperkenalkan Sugar-


Sweetened Beverages (SSB) pada 2014. Tariftnya sebesar 1 peso per liter
untuk SSB. Pasca diberlakukan pajak ini telah menyebabkan kenaikan harga

10
minuman ringan sekitar 11% dan kenaikan yang sedikit lebih kecil untuk
minuman manis lainnya.

Keberhasilan pungutan pajak ini telah berakibat pada kenaikan harga-


harga di minuman ringan berpemanis dan berhasil mengurangi pembelian
sekaligus konsumsi SSB di Meksiko. Sehingga terdapat pengurangan volume
SSB yang dibeli setelah pajak baru itu dimulai.

Pada 2016, ada pengurangan 37% dalam total volume SSB yang dibeli,
dibandingkan dengan tahun sebelum pajak dilakukan. Pengurangan pembelian
SSB paling besar terjadi di antar rumah tangga miskin dan mereka yang
sebelumnya membeli SSB dalam jumlah yang besar.

Studi tentang efek pajak SSB Meksiko paa obesitas di Meksiko sedang
berlangsung. Namun, diperkirakan selama 10 tahun sejak diberlakukan pajak
SSB Meksiko akan mencegah 239.900 kasus obesistas.

Dari jumlah tersebut 39% kasus obesitas dapat dicegah pada anak-anak.
Pengenaan pajak diprediksi dapat menghemat pengeluaran negara utamanya
untuk biaya kesehatan.

Pada 2018 Afrika Selatan menerapkan pajak 10% yang disebut Health
Promotion Levy untuk minuman berpemanis tetapi tidak termasuk jus buah.
Minuman berpemanis dengan kandungan gula lebih dari 4 gram per 100 mil
dikenakan biaya 0,0021 ZAR per gram. Dampaknya adalah harga minuman
bersoda naik 1,006 ZAR setelah adanya peraturan tersebut tetapi harga
minuman tidak berkarbonasi yang dikenakan pajak tidak mengalami kenaikan

Kesuksesn pemerintah untuk membatasi konsumsi masyarakat


tergambarkan dari menurunnya jumlah pembelian minuman berkerbonasi di
daerah perkotaan. Pembelian minuman berkarbonasi oleh rumah tangga di
Afrika Selatan turun rata-rata 29% setelah pajak diberlakukan dan jumlah gula
yang dibeli dalam minuman ini turun sebesar 51%.

11
Orang-orang dalam kelompok social ekonomi rendah membeli jauh lebih
sedikit gula dalam minuman yang dikenakan pajak. Selain reformulasi, total
volume minuman kena pajak yang dibeli juga terbukti berkurang. Hal ini
menunjukkan perubahan perilaku masyarakat yang mengurangi konsumsi
minuman ringan berpemanis.

Pada tahun 2017 di Portugal diterapkan pajak SSB dua tingkat sebesar 0,8
euro per liter dan 0,16 euro per liter meningkatkan harga rata-rata untuk
minuman dengan kandungan gula kurang dari 80 gram per liter dan 80 gram
per liter.

Hampir 100% pajak diteruskan ke konsumen. Terdapat penurunan 7%


dalam penjualan SSB dilaporkan pada tahun pertama setelah pajak
diberlakukan, seiring adanya reformulasi yang mengarah pada pengurangaan
11% dari total asupan energi melalui konsumsi SSB.

Pada 2019 pemerintahan Malaysia memperkenalkan Sugar Tax sebagai


cara untuk mengatasi meningkatnya prevalensi obesitas dan penyakit tidak
menular terkait pola makan seperti obesitas dengan meningkatkan biaya SSB.

Pajak SSB ini diumumkan pada Pidato Anggaran 2019 di parlemen. Pajak
itu sedianya diberlakukan pada April 2019, tetapi ditunda hingga juli 2019.
Pajak gula yang diterapkan adalah cukai yang dipungut atas pembuatan atau
penyimpanan SSB di Malaysia, serta pemasukan SSB ke dalam negeri dari luar
negeri. Pajak gula berlaku dengan tarif 0,40 ringgit Malaysia per liter SSB,
yang mana kandungan gula minuman melebihi 5 gram/ 100 mil.

Untuk tujuan pajak gula, total kandungan gula mengacu pada semua
monosakarida dan disakarida yang terkandung dalam makanan atau minuman,
baik yang terjadi secara alami atau ditambahkan. Berdasarkan aturannya, dua
kategoro subjek (baik perseorangan maupun badan hukum) yang wajib
membayar pajak gula dengan beberapa kategori.

Pabrikan berlisensi, sebagaimana dimaksud dalam dokumen peraturannya,


didefinisikan sebagai orang yang memegang izin untuk menyaring,

12
,e,fermentasikan atau memproduksi barang kena cukai, sesui dengan pasal 20
Undang-Undang Cukai 1976.

Berikutnya adalah penerima lisensi, yang menyimpan barang kena cukai


(seperti SSB) di Gudang berlisensi sesuai dengan Pasal 25 Undang-Undang
Cukai 1976. Perbedaan utama antara kewajiban pajak gula sehubungan dengan
produsen berlisensi dan penerima lisensi adalah waktu jatuh tempo bea
tersebut.

Pajak gula menjadi terutang bagi produsen SSB berlisensi, ketika SSB
dikerluarkan dari tempat pembuatan berlisensi untuk tujuan penjualan kepada
konsumen di Malaysia. Sebaliknya, pemegang lisensi menjadi bertanggung
jawab atas pajak gula Ketika SSB tersebut dipindahan dari Gudang berlisensi
mereka untuk tujuan konsumsi di Malaysia.

Dengan adanya cukai terhadap minuman berpemanis dalam kalangan


masyarkat Indonesia diharapkan akan berkurangnya peredar minuman
berpemanis dalam kemasan dan berkurangnya pengkonsumsian minuman
berpemanis karena minuman berpemanis tidak baik untuk kesehatan jika
dikonsumsi secara terus menerus. Selain, tidak baik untuk kesehatan minuman
berpemanis dalam kemasan akan mengakibatkan penumpukan sampah yang
tinggi dari kemasannya tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Dengan adanya cukai terhadap minuman berpemanis dalam kemasan
diharapkan dapat mengurangi konsumsi terhadap makan dan minuman yang
mengandung pemanis karena tidak baik untuk kesehatan yang mana akan
menimbulkan penyakit obesitas, diabetes, jantung, kanker, gagal ginjal
kronis dan dari kemasan minuman berpemanis sendiri kedepannya akan
menimbulkan limbah yang menumpuk jika masyarakat berlebih dalam
mengkonsumsi minuman berpemanis dalam kemasan. Terlebih lagi
sekarang cukup banyak orang yang mengkonsumsi minuman berpemanis

13
dalam kemasan dan mereka tidak melakukan pola hidup yang sehat bahkan
jarang melakukan aktivitas fisik seperti olahraga yang akan membuat
mereka mengalami obesitas, diabetes dan lain-lainnya.
Saran
Pungutan cukai terhadap minuman berpemanis dalam kemasan
diharapkan akan membuat pengurangan dalam pengkonsumsian minuman
berpemanis dalam kemasan dan diharapkan juga agar mengurangi penderita
diabetes dan penyakit lainnya karena dalam minuman berpemanis dalam
kemasan tersebut banyak sekali mengandug pemanis yang cukup tinggi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Biro Administrasi Kemahasiswaan Alumni dan Informasi (Bakai). (2022). Diakses pada 19
Agustus 2023 dari https://bakai.uma.ac.id/2022/10/07/pengertian-sejarah-dan-fungsi-
dari-bea-cukai/

Handayani Ruruh. (2022). Diakses pada 16 Agustus 2023 dari


https://www.pajak.com/pajak/10-negara-yang-terapkan-pajak-minuman-
berpemanis/amp/

Chandra, E. M, & Gufraeni, R. (2011). Kajian Ekstensifikasi Barang Kena Cukai Pada
Minuman Ringan Berkarbonasi. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, 170-179.

Murwani, S., Karmana, I. W., Hasbuan, H.D., & Sriyanto, A. (2020). Urgensi Pengenaan
Cukai Pada Minuman Ringan Berpemanis. Jurnal Perspektif Bea dan Cukai, 18.

15
BIODATA PENULIS
Nama : Kiki Ambarwati
Tempat, Tanggal Lahir : Pelangsian, 08 Juli 2003
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Orang Tua : Sariyo dan Yuliati
Alamat : Jl. HM Arsyad KM 11 Gang Bangkirai
Timur Rumah No 12 RT 06 RW 02
No. Telepon : 085828175467/ 085787158775
Pendidikan Formal : TK Puspita Sari Lulus Tahun 2009
SD Negeri 10 Sampit, Lulus Tahun 2015
SMP Negeri 7 Sampit, Lulus Tahun 2018
SMK Negeri 4 Sampt, Lulus Tahun 2021
Pendidikan Non-Formal : Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Kerja
Gen Computer Tahun 2021

16

Anda mungkin juga menyukai