Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai rendeman pada P0 sebes
ar 58,47%, P1 sebesar 50,48%, dan P2 sebesar 46,58%. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa nilai rendemen menurun pada tiap perlakuannya dikarenakan enzim bromelin d an papain adalah dua jenis enzim proteolitik yang dapat mempengaruhi hasil rendeme n dendeng akibat kemampuan enzim untuk menguraikan protein dalam daging. Protei n dalam daging yang direndam dalam larutan enzim bromelin atau papain akan diurai menjadi asam amino yang lebih kecil. Semakin tinggi persentase nilai rendemennya maka hasil rendemen tersebut semakin bagus. Hal ini juga terdapat hubungannya deng an nilai aW dimana jika nilai rendemennya tinggi maka nilai aW nya rendah begitu pu la sebaliknya. Nilai rendemen berbanding terbalik dengan nilai aW dan perlakuan penambahan enzim saat kyuring dapat menurunkan rendemen dan meningkatkan aW meskipun nilai aW tidak berbeda nyata. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses hidrolisis dari enzim pr otoase pada daging sapi seperti faktor pH, suhu, dan lama pengeringan. Enzim papain memiliki pH optimal sekitar 5-7 sedangkan enzim bromelin memiliki pH optimal sekitar 4.5-5,5. Enzim papain juga memiliki suhu optimal pada suhu 100°C hingga 70°C sedangkan enzim bromelain memiliki suhu optimal pada suhu 55°C hingga 65°C. Lama waktu pengeringan memiliki pengaruh dimana semakin lama waktu yang digunakan maka akan semakin lama dendeng menerima panas sehingga nilai rendemen menurun. Turunnya nilai rendemen tersebut terjadi karena proses penyusutan bahan yang terjadi selama proses pengeringan berlangsung. Proses pengeringan menyebabkan kandungan air selama proses pengolahan berkurang sehingga mengakibatkan penurunan rendemen. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai aW pada P0 sebesar 0,6 33 , P1 sebesar 0,666 , dan P2 sebesar 0,652. Hasil tersebut dapat diketahui bahwa de ngan adanya penambahan enzim membuat nilai aW semakin tinggi sedangkan perlaku an kontrol memiliki nilai aW yang cukup rendah. Hal ini dapat terjadi dikarenakan en zim protease bertugas untuk mengurai protein dalam daging sapi menjadi asam amino yang lebih sederhana. Hal ini dapat mengurangi kadar air yang terikat pada protein dal am dendeng sehingga dapat meningkatkan nilai aw-nya. Peningkatan nilai aw dapat m eningkatkan risiko pertumbuhan mikroorganisme, seperti bakteri yang dapat mengaki batkan kerusakan dan penurunan keselamatan pangan. Nilai aktivitas air (aW) yang ideal agar dendeng memiliki umur simpan yang lebih lama adalah di bawah 0,88 aW. Aktivitas air (aW) merupakan faktor penting yang mempengaruhi umur simpan dendeng. Semakin tinggi aktivitas air (aW) pada dendeng maka semakin cepat pula pertumbuhan mikroorganisme sehingga dapat menyebabkan pembusukan dan berkurangnya umur simpan. Produk dengan aktivitas air lebih tinggi dari 0,70 aW tetapi kurang dari 0,86 aW dianggap stabil dalam penyimpanan namun masih mendukung pertumbuhan jamur dan ragi. Produk dengan rentang 0,40-0,70 aW, degradasi kimia merupakan kandidat kuat karena laju reaksi berada pada titik maksimum. Berdasarkan data pada tabel dapat dilihat bahwa pada P0 atau perlakuan kontr ol memiliki nilai pada cita rasa sebesar 2, aroma sebesar 2, tekstur sebesar 3, dan kesu kaan sebesar 3. Perlakuan kontrol memiliki rasa yang agak manis dikarenakan adanya preferensi tersendiri terkait rasa manis dan faktor penyebab lainnya adalah saat proses rendam (inkubasi) dan proses pengeringan menggunakan bumbu yang memiliki rasa g urih yang lebih kuat daripada rasa manis. Rasa manis pada dendeng disebabkan pengg unaan gula merah pada proses pembuatan bumbu dan adanya proses karamelisasi dari gula merah saat proses pemasakan. Bumbu tambahan seperti ketumbar dan bawang pu tih yang dapat memberikan lapisan rasa manis alami. Faktor lain yang mempengaruhi rasa manis adalah lama pengeringan yang dapat menyebabkan kemanisan dendeng cenderung berkurang. Hal ini disebabkan sukrosa diubah menjadi gula pereduksi yang berperan dalam reaksi pencoklatan. Skor pada penilaian aroma pada P0 sebesar 2 dikarenakan saat panelis memb au tidak adanya aroma daging yang kuat. Hal ini dapat terjadi dikarenakan beberapa f aktor seperti kualitas dari daging yang digunakan dimana jika dagingnya segar dan be rkualitas baik maka aroma daging akan lebih kuat, adanya proses pengeringan denden g yang dapat memengaruhi aroma pada saat proses akhir. Proses ini menghilangkan k elembaban dari daging sehingga meningkatkan konsentrasi komponen aroma daging, dan memberikan dendeng aroma yang lebih khas, serta bumbu yang digunakan memil iki aroma yang lebih kuat daripada aroma dagingnya. Penilaian pada tekstur P0 didapatkan skor sebesar 3 dikarenakan adanya prose s perendaman daging sebelum dimasak yang dapat membantu membuat daging menja di lebih empuk. Perendaman tidak hanya membuat bumbu lebih meresap tetapi juga membuat daging rileks dan cepat empuk saat direbus. Selama pemanasan terjadi peningkatan kekerasan daging yang disebabkan keluarnya cairan dalam daging, menyusutnya serat daging dan koagulasi sehingga tekstur dapat berubah mejadi sediki t keras atau empuk. Daging sapi memiliki komposisi kandungan seperti kandungan kolagen dan lemak yang proses pengolahannya membutuhkan waktu agak lama dan s uhu yang tinggi agar daging terasa empuk. Skor pada penilaian kesukaan sebesar 3 di karenakan untuk kesukaan tiap panelis memiliki preferensi tersendiri. P1 dan P2 atau perlakuan dengan penambahan enzim bromelin dan enzim pap ain memiliki nilai berturut-turut pada cita rasa sebesar 3 dan 2, aroma sebesar 3 dan 2, tekstur sebesar 2 dan 3, dan kesukaan sebesar 2 dan 3. Penyebab dan faktor pada penil aian rasa dan kesukaan sama seperti P0 sedangkan pada penilaian aroma disebabkan a danya proses penguraian protein dalam daging dengan bantuan enzim protoase yang d igunakan dalam proses pembuatan. Enzim protoase akan mengubah komposisi kimia dan perubahan ini memengaruhi aroma. Pengaruh perubahan aroma dapat bervariasi t ergantung faktor seperti jenis daging yang digunakan, tingkat kematangan daging, dan bagaimana enzim protoase digunakan dalam proses persiapan pembuatan dendeng. Penilaian tekstur pada P1 dan P2 dikontrol oleh enzim protoase seperti enzim papain dan bromelin. Kedua enzim tersebut merupakan enzim proteolitik yang mampu memecah protein kolagen pada serat daging sehingga menghasilkan produk yang lebih empuk. Enzim papain diperoleh dari getah daun pepaya sedangkan enzim bromelain diperoleh dari batang dan buah nanas. Penggunaan enzim bromelin dari sari buah nanas atau enzim papain dari daun pepaya dapat meningkatkan keempukan dendeng sapi. Enzim papain dapat memecah serat otot dan jaringan ikat pada daging sehingga menghasilkan produk yang lebih empuk. Enzim papain memiliki suhu optimal pada 100°C hingga 70°C sedangkan enzim bromelain memiliki suhu optimal pada 55°C hingga 65°C. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas penggunaan enzim papain dan bromelin pada pembuatan dendeng sapi:
1. Suhu: Suhu sangat mempengaruhi aktivitas kerja enzim. Apabila penggunaan
enzim papain dan enzim bromelin dalam suhu tinggi maka enzim tersebut akan kehilangan aktivitasnya. 2. Waktu: Waktu perendaman dendeng sapi dalam enzim papain dan bromelin juga mempengaruhi efektivitas pengempukan. Lama perendaman yang terlalu lama dapat menyebabkan dendeng sapi menjadi terlalu empuk dan kehilangan teksturnya. Lama waktu perendaman dendeng sapi yang efektif atau optimal adalah 30 hingga 80 menit. 3. Konsentrasi enzim: Konsentrasi enzim bromelin dan papain yang digunakan juga mempengaruhi efektivitas pengempukan dendeng sapi. Dikarenakan jika semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka daging yang dihasilkan akan semakin empuk. 4. pH: Enzim papain memiliki optimal pH sekitar 5-7, sedangkan enzim bromelin memiliki optimal pH sekitar 4.5-5,5. pH yang tidak sesuai dengan optimal pH enzim dapat mengurangi efektivitas pengempukan dendeng sapi. 5. Jenis daging: Jenis daging yang digunakan juga mempengaruhi efektivitas penggunaan enzim papain dan bromelin. Dikarenakan tiap jenis daging yang digunakan memiliki daya ikat air yang berbeda-beda.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa
hasil rendemen memiliki hubungan dengan nilai aW dimana jika nilai rendemennya ti nggi maka nilai aW nya rendah begitu pula sebaliknya dan banyak faktor yang meme ngaruhi hasil rendemen dan nilai aW salah satunya adalah lama pengeringan. Enzim p rotoase seperti enzim bromelin dan enzim papain termasuk kedalam enzim proteolitik yang mampu memecah protein kolagen pada serat daging sehingga menghasilkan produk yang lebih empuk. Hasil penilaian organoleptik tergantung dari preferensi dari tiap panelis dan kualitas dendeng terbaik terdapat pada P0 atau kontrol tanpa adanya t ambahan enzim protoase dikarenakan memiliki nilai rendemen yang tinggi dan nilai a W yang rendah.