PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
Dosen Pengampu : Wenny Wulandari S.Psi., M.Si
Mata Kuliah : Psikologi Kepribadian
Disusun oleh :
Kelompok 6
Kelas : R3I
Kelompok 6
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori dari George Kelly
2. Bagaimana teori dari Gordon Allport
3. Bagaimana mengaplikasikan pada teori George Kelly dan Gordon Allport
C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana teori pada George Kelly dan Gordon Allport
2. Mengetahui bagaimana mengaplikasikan pada teori George Kelly dan Gordon Allport
BAB II
PEMBAHASAN
C. Konstruk Personal
Konstruk personal adalah cara dalam melihat dunia. Konstruk tersebut yang
membuat(manusia), dan juga hewan tingkat rendah, mampu untuk
memetakan suatu bentuk perilaku, diformulasikan dengan eksplisit atau dilakukan
seacara implisit, diekspresikan seacara verbal atau sama sekali tidak dapat di
elaborasikan, konsisten dengan bentuk perilaku yang lain atau tidak konsisten dengan
mereka, dinalari secara intelektual atau dirasakan secara vegetatif. Dunia selalu
berubah, sehingga apa yang akurta pada suatu waktu dapat menjadi tidak akurat di
waktu yang lain. Sebagai contoh, seperti seseorang yang beranggapan bahwa sepeda
biru yang selalu dapat diandalkan ketika masa kecilnya, tidak boleh
membuatnya menganggap bahwa semua kendaraan yang berwarna biru
dapat diandalkan.
Teori konstruk personal dinyatakan dalam satu asumsi dasar dan dielaborasikan oleh
sebelas konsekuensi pendukung.
1. Asumsi Dasar
Asumsi dasar menyatakan bahwa “proses seseorang diarahkan melalui
jalur-jalur psikologi oleh cara-cara ketika (orang tersebut) mengantisipasi
peristiwa-peristiwa”.Dengan kata lain, perilaku manusia (pikiran dan tindakan)
diarahkan oleh cara mereka melihat masa depan. Asumsi ini tidak
dimaksudkan sebagai pernyataan atas kebenaran yang bersifat absolut,
malainkan asumsi tentatif yang terbuka untuk dipertanyakan dan dikaji
secara ilmiah.Kelly mengklarifikasi asumsi dasar ini dengan mendefenisikan
istilah-istilah kunci didalamnya. Seperti, istilah proses dari seseorang merujuk
pada manusia yang hidup, berubah, dan bergerak. Kemudian istilah
diarahkan melalui jalur-jalur untuk mengindikasikan bahwa manusia bergerak
terarah melalui suatu jaringan dari jalan atau jalur. Istilah kunci lainnya
adalah cara-cara mengantisipasi peristiwa yang mengindikasikan bahwa
manusi mengarahkan tindakan mereka sesuai dengan prediksi mereka atas
masa depan.
Kelly mengatakan bahwa manusia tidak tergoda oleh masa lalunya,
namun oleh pandangan mereka mengenai masa deapn. Manusia secara
terus menerus meraih masa depan melalui jendela masa kini.
2. Konsekuensi Pendukung
a. Persamaan diantara peristiwa
Kelly menyebut persamaan antarperistiwa ini sebagai konsekuensi
konstruksi. Konsekuensi konstruksi menyatakan bahwa “sesorang
mengantisipasi kejadian dengan mengonstruksikan replika mereka”.
Konsekuensi ini menunjukan bahwa manusia bersifat visioner; perilaku
manusia dibentuk oleh antisipasi terhadap masa depan. Pandangan
manusia dalam melihat kejadian di masa depan menurut pola atau replikasi
yang berulang.
b. Perbedaan di antara manusia
“manusia berbeda satu sama lain dalam hal konstruksi mereka
terhadap peristiwa”. Kelly menyebut penekanan atas pebedaan
individual ini sebagai konsekuensi individual. Walapun Kelly menekankan
akan perbedaan individu, ia juga menyatakan bahwa pengalaman dapat
dirasakan bersama dan manusia dapat menemukan landasan yang sama
dalam melihat suatu peristiwa. Hal tersebut menyebabkan manusia dapat
berkomunikasi secara verbal dan non verbal. Akan tetapi, karena perbedaan
individu, komunikasi tersebut tidak pernah sempurna.
c. Hubungan di antara konstruk
Kelly menyebut konsekuensi ini sebagai konsekuensi organisasi,
yang menekankan pada hubungan antar konstruk dan menyatakan
bahwa manusia “secara karakter akan mengembangkan konstruksi mengenai
suatu sistem yang merangkul hubungan ordinal antara konstruk, untuk
kenyamanan (mereka) dalam mengantisipasi kejadian.
d. Dikotomi konstruk
Konsekuensi dikotomi menyatakan bahwa “sistem konstruksi seseorang
terdiridari konstruk dikotomi dengan jumlah terbatas”. Kelly beranggapan
bahwa sebuah konstruk adalah skema hitam-putih, tidak ada area abu-abu.
e. Pilihan antara dikotomi
Konsekuensi pilihan menurut Kelly adalah “manusia memilih alternatif
dalamsuatu konstruk dikotomi oleh dirinya sendiri, melalui
bagaimana mereka mengantisipasi kemungkinan yang lebih besar
untuk memperluas dan mendefenisikan konstruk dimasa depan”.
f. Jangkauan praktis
Konsekuensi jangkauan dari Kelly mengasumsikan bahwa konstruk
personal bersifat terbatas dan tidak relevan dengan segalanya. “Suatu
konstruk bersifatpraktis untuk antisipasi dari suatu jangkauan yang terbatas,
hanya dari kejadiansaja”.
g. Pengalaman dan pembelajaran
Konsekuensi pengalaman menyatakan “sistem konstruksi seseorang
bervariasi saat ia dengan sukses menginterpretasikan suatu replikasi dari
kejadian”.
h. Adaptasi terhadap pengalaman
Konsekuensi modulasi menyatakan “variasi dalam sistem konstruksi
seseorang dibatasi oleh seberapa mudah konstruk tersebut di tembus
didalam jangkauan praktis tempat variasi terebut berada”. Konsekuensi ini
merupakan perluasan dari konsekuensi pengalaman. Konsekuensi modulasi
mengasumsikan bahwa sejauh mana orang melakukan revisi atas konstruk
mereka berhubungan dengan kadar kemudahan untu ditembus (permeability)
dari konstruk yang sudah ada.
i. Konstruk yang tidak dapat dipadankan
Konsekuensi fragmentasi yang digagaskan oleh Kelly mengizinkan
adanya ketidak sepadanan elemen-elemen spesifik. “Seseorang dapat
secara sukses menggunakan beragam subsistem konstruktif yang secara
deduktif tidak sepadan satu sama lain”.
j. Persamaan di antara manusia
Konsekuensi kesamaan yang digagasnya mengasumsikan adanya
persamaan antarmanusia. Konsekuensi kesamaan yang sudah sedikit
direvisi berbunyi “sampai pada tahap ketika seseorang menggunakan
konstruksinya atas pengalaman yang mirip dengan apa yang digunakan oleh
orang lain, proses (orang tersebut) secara psikologis serupa dengan proses dari
orang lain”.
k. Proses sosial
Konsekuensi pendukung terakhir adalah konsekuensi sosial, yang
dapat dijabarkan sebagi berikut. :Sampai pada tahap ketika manusia
secara akurat melihat sistem kepercayaan dari orang lain, mereka dapat
memainkan peranan dalam proses sosial yang mengikut sertakan orang lai.
2. Psikoterapi
Dalam pandangan Kelly, manusia seharusnya bebas untuk memilih bentuk
perilaku yang paling konsisten dengan prediksi mereka mengenai kejadian
kejadian. Dalam terapi, pendekatan ini bererti klien, dan bukan si terapis, yang
harus menentukan tujuannya. Klien adalah partisipan aktif dalam proses terapi
dan peran dari terapiadaah membantu mereka untuk mengubah sistem konstruk
agar dapat meningkatkan efisiensi dalam membuat prediksi. Kelly menggunakan
prosedur yang disebut terapi peran-tetap. Tujuan terapi peran-tetap adalah untuk
membantu klien mengubah pandangan mereka atas kehidupan (konstruk
personal) dengan melakukan peran yang sudah di tetapkan sebelumnya.
3. Rep test
Prosedur lain yang digunakan kelly, baik di dalam maupun di luar sesi terapi
adalah Role Construct Repeertory (Rep) test. Tujuan Rep Test adalah untuk
menemukan cara-cara dimana manusia dapat melihat orang-orang yang
signifikan dlam hidup mereka.
Terdapat beberapa versi Rep Test dan tabel repertori, tetapi semuanya
dirancang untuk melakukan asesmen konstruk personal. Tes ini juga dapat
diberikan pada awalatau akhir terapi. Perubahan dalam konstruk personal
memperlihatkan sifat dasar dan tingkat pergeraan yang dibuat selama terapi.Kelly
dan koleganya telah menggunakan Rep Test dalam berbagai bentuk, dan tidak ada
satu aturan scoring yang baku.breliabilitas dan validitas dari instrumen ini tidak
terlalu tinggi, dan manfaatnya sangat bergantung pada ketrampilan dan
pengalaman dari penguji.
E. Penelitian Terkait
1. Gender sebagai konstruk personal
Dalam penelitian Harper dan Schoeman, kebanyakan partisipan adalah
mahasisw perempuan dari Afrika Selatan. Versi dari Rep Test yang
digunakan oleh peneliti membutuhkan partisipan untuk mengatakan apakah
gambaran mereka mengenaiprang mendeskripsikan wanita, pria, tidak
keduanya, atau keduanya (wanita danpria). Dalam tahapan awal dari
prosedur Rep Test, partisipan menuliskan nama-nama dari orang-orang yang
paling merepresentasikan salah satu dari 15 nama peran yang berbeda. Dalam
tahap kedua, orang-orang yang deduai dengan setiap nama peran kemudian
dibandingkan satu sama lain dalam kelompok yang berisi tiga
orang,dengan dua nama peran di bandingkan dengan yang ketiga. Terakhir, dalam
tahapan ketiga, partisipan menilai nama-nama peran berdasarkan mana
yang paling mendeskripsikan wanita daripada pria, pria daripada wanita,
atau keduanya/tidak keduanya. Penilaian berdasarkan gender kemudian
skor 1 dan penilaian tidak berdasarkan gender (baik keduanya atau
tidak keduanya) diberi skor 0, dengan jangkauan kemungkinan skor dari 0-
20. Sebagai tambahan dari Rep Test, partisipan mengisi kuesioner mengenai
stereotip berdasarkan gender dan apakah mereka mengaplikasikan stereotip
gender pada orang asing dalam situasi sosial, dan sebuah kuesioner mengenai
sikap gende yang bersifat seksisme. Hasilnya menunjukan bahwa gender
adalah kategori dasar dari kebanyakan partisipan, dengan tidak adanya orang
yang mendapat skor 0, dan mean dari skortotal hanya sedikit di bawah 10
dari 20. Selain itu, mereka yang paling banyak menggunakan gender
sebagai cara mengategorisasikan orang dalam Rep Test juga memiliki
kemungkinan untuk mengaplikasikan stereotip gender pada orang
asingdalam situasi sosial. Harper dan Schoeman menyimpulkan bahwa partisipan
yang sering menggunakan stereotip gender juga mengorganisasikan skema orang
dalam konteks gender. Hal ini menunjukan bahwa partisipan yang
menggunakan stereotip gender dalam memersepsikan orang asing juga
cenderung membatasi persepsi mereka atas teman, anggota keluarga, dan kenalan
dalam batasan gender.
F. Kritik Terhadap George Kelly
Sebagian besar karier profesional Kelly dihabiskan dengan bekerja
bersama mahasiswa yang relatif normal dan pandai. Oleh karena itu, dapat
dimengerti bahwa teorinya terlihat paling dapat diaplikasikan pada orang-
orang seperti itu. Ia tidak berusaha untuk memperjelas pengalaman masa
kecil (seperti yang dilakukan Freud) serta mengenai kedewasaan dan usia tua
(seperti yang dilakukan Erikson). Bagi Kelly manusia hidup hanya pada masa
sekarang, dengan tetap mengawasi masa depan. Pandangan ini walaupun
optimistik, tidak dapat mampu menjelaskan pengaruh perkembangan dan
budaya pada kepribadian. Walaupun relatif hemat dalam penjelasannya atas
asumsi dasar dan sebelas konsekuensi pendukung, teori Kelly tidak terlalu
terbuka untuk dapat diverifikasi atau dikaji ulang oleh karena itu, kami menilai
teori ini rendah dalam kemampuan untuk dikaji ulang.
Gordon Allport lahir pada tahun 1987 di Montezuma, Indiana. Dia adalah anak
bungsu dari 4 bersaudara. Karena bersifat pemalu dan selalu ingin belajar, dia
menghabiskan masa kecil yang agak terisolasi dari pergaulan. Karena ayahnya adalah
seorang dokter desa, Gordon tumbuh di tengah – tengah pasien, perawat dan petugas
sebuah rumah sakit kecil. Setiap orang bekerja keras. Masa kecilnya angat
menyenangkan dan relatif tidak ada peristiwa yang mengguncang.
Allport sering mengulang sebuah cerita dalam biografinya. Saat berusia 22 tahun dia
pergi ke wina. Dia berencana bertemu dengan Sigmund freud. Sesampainya di kantor
freud, dia telah di tunggu freud yang sedang duduk. Tidak lama setelah itu, Gordon
tidak bisa diam begitu saja, dia langsung menceritakan pengamatan yang telah dia
lakukan sebelum bertemu Freud. Dia bercerita tentang seseorang bocah laki – laki
diatas bus yang duduk dengan gelisah, karena dia duduk di bangku yang sebelumnya
di duduki seseorang pengemis dekil.
Gordon mengganggap hal ini sama dengan ajaran ibunya untuk selalu menjaga
kebersihan. Dia mengatakan bahwa ibunya adalah tipe guru yang cerdas dan
cenderung menguasai. Freud bukannya menanggapi pengamatan yang dilakukan
Gordon ini, tetapi malah melihat cerita ini sebagai ekspresi dari proses yang lebih
dalam dan berasal dari alam bawah sadar Gordon. Freud langsung berkomentar: “ dan
anak kecil itu adalah kamu sendiri, bukan ?”
Pengalaman ini menyadarkannya bahwa psikologi ala Freudian kadang – kadang
menggali terlalu dalam, sementara Behaviourisme kadang – kadang malah tidak
menggali apa – apa.
Allport meraih gelar doctor psikologi tahun 1922 dari Harvard, yang mengikuti jejak
kakaknya Floyd, yang kemudian dia menjadi seorang psikolog social terkenal.
Kariernya di habiskan untuk mengambangkan teori, mengkaji persoalan – persoalan
social, seperti prasangka, kecurigaan komunal, dsb, serta mengembangkan tes
kepribadian. Dia meninggal di Cambridge Massachusetts tahun 1967.
Tidak sampai disitu, Allport juga menjelaskan sifat ekspresif sebagai warna terhadap
tingkah laku karena memiliki peran sebagai pendorong terhadap individu. Contoh
dari sifat ekspresif ini adalah ulet. 49 Selanjutnya dapat dinyatakan bahwa dalam arti
tertentu selalu ada perangsang lebih dahulu yang berhubungan dengan pengaktifan
sesuatu sifat. misalnya perangsang dari luar atau keadaan dalam arti orang harus
mendahului bekerjanya (berfungsinya) sesuatu sifat. Namun jelas sekali bahwa
kebanyakan sifat tidak merupakan reflektor dari perangsang- perangsang luar. Dalam
kenyataanya individu aktif mencari perangsangperangsang yang tepat untuk membuat
sifat kemudan menjadi berfungsi. Seseorang yang memiliki sifat suka bergaul jelas
tidak akan menanti situasi untuk mengekspresikan sifat itu. Tetapi dia akan
menciptakan situasi dimana ia dapat bergaul dengan orang-orang lain.
Kesimpulan yang digunakan untuk menandai sifat adalah ketetapannya. Jadi sifat itu
hanya dikenal karena keteraturan dan ketetapanya di dalam cara individu bertingkah
laku. Kenyataannya bahwa ada sifat-sifat yang saling menutup satu sama lain yang
serempak aktif menunjukkan ketidak tetapan yang jelas dalam tingkah laku individu
yang kemudian relatif akan sering ditemukan. Selanjutnya kenyataan bahwa sifat-sifat
itu terorganisasi secara khas dan individual memberi kesimpulan bahwa sifat-sifat itu
mungkin meliputi unsur-unsur yang nampaknya tidak tetap apabila dipandang dari
luar.
Perbedaan Sifat dengan Beberapa Kepribadian yang Lain
1. Kebiasaan (Habit)
Kebiasaan (habit) merupakan kecenderungan-kecenderungan yang bersifat
menentukan, tetapi sifat-sifat atau disposisi-disposisi lebih luas cakupannya baik
dalam hal situasi yang cocok maupun dalam responresppon yang ditimbulkannya.
2. Sikap (attitude)
Menurut Allport sifat dan sikap adalah khas, dapat memulai dan membimbing
tingkah laku serta keduanya juga dari hasil belajar dan genetis. Akan tetapi jika
kita lebih teliti lagi keduanya memiliki perbedaan. Sikap (attitude) berhubungan
dengan obyek, sedangkan sifat (trait) tidak. Jadi sifat umum, daripada sifat adalah
sifat itu lebih luas daripada sikap: dalam kenyataanya makin besar jumlah objek
yang dikenai sikap itu, maka sikap semakin mirip dengan sifat. Sikap dapat
berbeda-beda dari yang lebih khusus kepada yang lebih umum, tetapi kalau sifat
lebih umum. Sikap juga memberi penilaian (memberi atau menolak) terhadap
obyek yang dihadapi, sedangkan sifat tidak. Pada hakikatnya, sikap merupakan
suatu kecenderunagn untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu
perangsang atau situasi yang dihadapi. Di dalam kehidupan manusia, siap selalu
berkembang dan pengalami perubahan.
3. Tipe
Allport juga membedakan antara sifat dan tipe. Allport berpendapat bahwa orang
dapat memiliki sesuatu sifat, tetapi tidak dapat memiliki sesuatu tipe. Tipe adalah
konstruksi ideal si pengamat, dan seseorang dapat disesuaikan dengan tipe tetapi
dengan kata lain sifat khas individualnya diabaikan. Sifat dapat memunculkan
sifat pribadi sedangkan tipe malah menunjukkan perbedaan-perbedaan yang tidak
begitu cocok dengan kenyataan, sedangkan sifat adalah refleksi dari sebenar-
benar ada.
4. Trait
Kecenderungan umum utk merespon secara sama kelompok stimulus yg mirip.
Kesamaan sifat, kebiasaan, dan sikap:
Merupakan kecenderungan (presdiposisi).
Bersifat unik.
Produk genetis dan belajar.
Dapat menjadi pembangkit dan penuntun perilaku.
D. Proprium
Allport menjelaskan bahwa semua fungsi diri atau fungsi ego disebut sebagai fungsi
proprium (proprium function) dari kepribadian. Fungsi ini termasuk perasaan
jasmaniah, identitas diri (self identity), harga diri (self esteem), perluasan diri, rasa
keakuan, pemikiran rasional, gambaran diri, usaha proprium, gaya kognitif dan fungsi
mengenal. Semuanya merupakan bagian-bagian yang vital dari kepribadian. Prorium
tidak dibawa sejak lahir, namun berkembang dalam perkembangan individu karena
usia. Allport menunjukkan tujuh aspek dalam perkembangan proprium yaitu :
1. Bodily Self : tahap 1-3. Pada 3 tahun pertama, bayi menjadi lebih peduli terhadap
keberadaan dirinya dan membedakan tubuhnya dari objekobjek yang ada
disekitarnya, Usia 0-3 tahun.
2. Self Identity: Anak-anak membuktikan dan Terjadi kurang lebih 18 bulan, Ada
satu kontinuitas dan kesamaan dalam cara memahami diri kita sendiri. (Ex: anak
menyadari bahwa pada usianya yg ke-3, ia masih merupakan orang yg sama dgn
waktu usia 1 atau 2 tahun). Usia 0-3 tahun
3. Self-Esteem : Anak-anak mulai bangga pada prestasi (pencapaian) yang mereka
raih. Terjadi pada usia 2-3 tahun, membuat lebih mengenal lingkungan. (Ex: Berhasil
menyelesaikan tugas → bangga/ gagal → terhina).
4. Extension Of Self : Umur 4 sampai 6 tahun. Pada masa ini anak mengakui objek-
objek yang ada di sekitarnya dan orangorang disekitar lingkungan mereka.
5. Self Image : Anak-anak mengembangkan gambaran aktual dan idealis dalam diri
mereka dan perilaku mereka serta menjadi lebih peduli terhadap kepuasan (atau
ketidakpuasan) terhadap harapan Orangtua.
6. Self As A Rational Coper : Umur 6-12 tahun, anak-anak mulai mengapli-kasikan
alasan dan pengetahuan untuk mencapai solusi terhadap masalah yang mereka hadapi
dalam kehidupan sehari-hari.
7. Propriate Striving : Pada masa remaja awal (sebelum teenage) mulai membentuk
tujuan jangka panjang dan rencana.
8. Self As Knower : (Kesadaran mengenai diri sendiri yg mencakup totalitas dari
tujuh aspek sebelumnya). Totalitas dari semua 7 aspek yang terdahulu, kesadaran
tentang diri sendiri.
E. Motivasi
Semua disposisi personal merupakan sesuatu yang dinamis, yaitu memiliki kekuatan
motivasi. Motivasi ada dikarenakan kebutuhan dan dorongan dasar . Perilaku
dimotivasi oleh dorongan dari trait. Manusia adalah makhluk sadar dan rasional,
bertingkah laku berdasarkan apa yang diharapkan, bukan karena keinginan primitif
atau pengalaman traumatik masa lalu. Kebanyakan orang termotivasi melalui
dorongan yang dirasakannya atas kejadian masa lalu. Ada dua ciri teori motivasi dari
Allport, yaitu : menolak masa lalu sebagai elemen penting dari motivasi, pentingnya
proses kognitif, seperti tujuan dan perencanaan sebagai dasar motivasi.
Didukung oleh Abraham Maslow, bahwa jika ingin memahami motivasi, maka
kita harus memahami sifat dasar dari motivasi, seperti :
1. Kontemporer (Kekinian), yaitu motivasi merupakan kekuatan pendorong bagi
masa depan. Masa lalu hanya akan menjadi motivasi jika memiliki kekuatan
pendorong bagi masa kini dan masa depan;
2. Pluralistik (Kompleks), yaitu motivasi sifatnya kompleks, tidak dapat
disederhanakan menjadi beberapa dorongan saja. Misalnya mencari kenikmatan,
mengurangi tegangan, atau mencari rasa aman;
3. Proses Kognitif, yaitu motivasi akan melibatkan proses kognitif, seperti adanya
perencanaan tujuan secara sadar;
4. Kongkrit dan Nyata, yaitu motivasi bukanlah sesuatu yang abstrak, melainkan
nyata.
F. Otonomi Fungsional
Otonomi fungsional merupakan ide-ide Allport mengenai motivasi, namun bukanlah
sebagai semua motivasi manusia. Allport mendefinisikan otonomi fungsional sebagai:
“sistem motivasi yang diperoleh ketika mendapat tekanan di dalamnya, tidak sama
dengan tekanan terdahulu pada sistem yang dapat berkembang”. Otonomi fungsional
adalah prinsip yang menyatakan bahwa suatu aktivitas atau bentuk tingkah laku
tertentu dapat menjadi sasaran atau tujuan dalam dirinya sendiri, meskipun semula
dilakukan demi alasan lain. Allport membagi dua tingkatan otonomi fungsional,
yaitu :
1. Perseverative functional autonomy, yaitu kecenderungan suatu pengalaman yang
mempengaruhi pengalaman berikutnya. Perilaku ini termasuk ke dalam kategori yang
rutin dan berulang. (Ex:, kita minum kopi karena ingin mengatasi rasa kantuk. Namun
setelah itu, kita minum kopi bukan untuk mengatasi rasa kantuk lagi, tetapi karena
sudah terbiasa).
2. Propriate functional autonomy, yaitu kecenderungan yang deket dengan inti
kepribadian, seperti minat yang dipelajari, nilai, sentimen, tujuan, motif pokok,
disposisi pribadi, gambaran diri, atau gaya hidup. Motivasi yang berhubungan dengan
gambaran diri tersebut lah yang disebut motivasi proprium yang fungsional otonom.
(Ex: Budi bekerja krn ingin mendapat uang. Ketika mulai bekerja, pekerjaan itu
tampak membosankan. Namun, setelah satu tahun, dia menyukai pekerjaan tersebut.
Oleh sebab itu, kemudian bukan uang yg menahan dia ditempat kerja, melainkan
pekerjaan itu sendiri yg menjadi motivasi dalam bekerja).
Delapan jenis tingkah laku yang “Bukan‟ motif otonomi fungsional, yaitu:
1.Tingkah-laku yg berasal dari dorongan biologis, seperti makan, minum, tidur,
bernafas.
2.Refleks, seperti mengedip, mengangkat lutut, proses pencernaan.
3.Peralatan Konstitusi, seperti kecerdasan, bentuk tubuh temperamen, kesehatan.
4.Habit.
5.Tingkah-laku yg tergantung pada penguat primer.
6.Motif yg terkait langsung dengan usaha mereduksi dorongan dasar.
7.Tingkah-laku non produktif, seperti kompulsi, fiksasi, regresi.
8.Sublimasi.
Allport memandang kepribadian manusia bukan dipengaruhi dari masa lalu. Hal ini
yang menjadikan nilai lebih pada manusia bahwa manusia pada dasarnya mempunyai
pemikiran positif yang mampu berfikir secara kedepan sehingga manusia mempunyai
pandangan hidup yang lebih baik untuk masa depannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA