Anda di halaman 1dari 27

MODEL-MODEL SUPERVISI DAN AKTIVITAS PENDIDIKAN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas


“Supervisi dan Penjaminan Mutu”
Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Abuddin, M.A dan Dr. Zahruddin, Lc., M.Pd

Oleh:
Ahmad Syukrillah 21220181000003

PRODI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang maha bijaksana yang memberikan hikmah kepada
siapa yang dikehendaki-Nya. Tiada kata yang patut kita ucapkan selain puji syukur
kehadirat Allah Swt. karena berkat rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan umatnya hingga akhir zaman.
Melalui kesempatan yang baik ini, pemakalah berkewajiban untuk
menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd. Ketua Program Studi Magister Manajemen
Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta;
2. Prof. Dr. H. Abuddin, M.A dan Dr. Zahruddin, Lc., M.Pd sebagai Dosen pengampu
mata kuliah Supervisi dan Penjaminan Mutu yang mengarahkan dalam
pembuatan makalah ini.
3. Teman-teman Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Islam tahun
2023 yang senantiasa memberikan semangat.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangatlah kurang. Maka dari itu, kami sangat mengapresiasi bila ada
diantara kalian semua yang mempunyai kritik dan saran yang membangun dan juga
membawa perubahan yang baik untuk kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 17 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
PENDAHULUAN................................................................................................ 4
METODOLOGI .................................................................................................. 6
HASIL DAN DISKUSI ....................................................................................... 7
A. Model-Model Supervisi Pendidikan.................. ........................................ 7
B. Contoh Kasus Pada Setiap Supervisi......................................................... 15
C. Model Supervisi Dalam Perspektif Islam................................................... 18
KESIMPULAN.................................................................................................... 20
REFERENSI........................................................................................................ 21
PENDAHULUAN

Pendidikan Islam merupakan salah satu aspek penting dalam pembentukan


karakter dan moral individu serta masyarakat. Dalam upaya untuk memastikan kualitas
pendidikan Islam yang lebih baik, supervisi menjadi salah satu elemen kunci yang tak
terpisahkan. Supervisi dalam konteks pendidikan Islam bukan hanya sekadar
pengawasan, tetapi juga merupakan proses yang terencana dan berkelanjutan untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Kualitas Pendidikan di Indonesia masih
memprihatinkan. Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) dalam penelitian Right
to Education Index (RTEI)menyatakan indeks kualitas pendidikan di Indonesia belum
memadai dengan skor 77%, dan masih di bawah Ehtiopia dan Filipina (Rahayu,
DetikNews, 23 Maret 2017).Sahroji (Okezone News, 25 November 2017) menegaskan
bahwa Indonesia menempati posisi 108 di dunia dengan skor 0,603. (Suharman, 2016).
Maka dari itu perlu adanya supervise yang dilakukan baik oleh kelembagaan maupun
personal agar Pendidikan Indonesia bisa lebih baik lagi, sesuai dengan Firman Allah
dalam surah Al- Imran Ayat 104 :
‫مٌة َلى ٱ خ و رو ٱ عر َ ي ْ ن عن‬ ْ ’ ‫و ْلَت كن‬
‫ْن و‬ ‫ْل ْير َيأْ م ن ْلم و‬ ‫َيدعون‬ ُ‫م م أ‬
‫وه‬
‫ف‬ ‫ن ك‬

‫ل هم ٱ حون‬² ‫۟ و‬
ۚ‫ٱ ْلمنكر‬
‫ِّئك وُأ ْلم ْف ِّل‬
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung. [Al-Imran 104]
Model-model supervisi yang akan dibahas dalam makalah ini mencakup empat
pendekatan utama, yaitu model konvensional, model ilmiah, model klinis, dan model
artistik. Model konvensional mencirikan supervisi sebagai proses pengawasan yang lebih
berorientasi pada kontrol dan pemantauan kinerja guru. Model ini umumnya berfokus
pada aspek administratif pendidikan dan penegakan aturan. Selanjutnya, model ilmiah
menggabungkan pendekatan empiris dan penelitian dalam proses supervisi,
mempromosikan pendekatan yang didasarkan pada bukti dan data. Model klinis, di sisi
lain, lebih menekankan pada pemahaman individual tentang kebutuhan guru dan peserta
didik, dengan fokus pada dukungan psikososial. Sementara itu, model artistik
menekankan pada kreativitas dan pendekatan yang lebih holistik terhadap pendidikan,
memungkinkan guru dan supervisor untuk mengeksplorasi aspek artistik dalam
pembelajaran.
4
Selain membahas model-model supervisi, makalah ini juga akan
mempertimbangkan berbagai aktivitas pendidikan yang terkait. Aktivitas-aktivitas
tersebut mencakup pengembangan kurikulum yang relevan dengan nilai-nilai Islam,
pembinaan karakter, dan penggunaan teknologi dalam pendidikan agama. Dengan
memahami keterkaitan antara model-model supervisi dan aktivitas pendidikan, kita dapat
mengidentifikasi bagaimana supervisi dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan

5
efektivitas pendidikan Islam, menginspirasi guru dan peserta didik, serta memastikan
pemahaman yang lebih mendalam terhadap nilai-nilai Islam dalam pendidikan. Dengan
demikian, makalah ini akan membahas bagaimana model-model supervisi dapat menjadi
katalisator untuk peningkatan kualitas pendidikan Islam dan perkembangan positif dalam
masyarakat.
Selain itu, dalam konteks yang semakin global dan beragam, makalah ini juga akan
mengeksplorasi bagaimana model-model supervisi dapat disesuaikan dengan lingkungan
pendidikan Islam yang beragam, termasuk sekolah-sekolah tradisional, madrasah, dan
lembaga-lembaga pendidikan Islam modern. Dengan demikian, makalah ini bertujuan
untuk memberikan wawasan yang komprehensif tentang hubungan antara model-model
supervisi dan aktivitas pendidikan dalam konteks pendidikan Islam, dengan harapan
bahwa penelitian ini dapat menjadi panduan berharga bagi mereka yang berdedikasi
untuk meningkatkan kualitas pendidikan Islam di seluruh dunia.

6
METODOLOGI

Adapun metode penulisan makalah ini menggunakan kajian pustaka atau studi
kepustakaan yaitu berisi teori-teori dan pembahasan yang relevan dan dengan judul
yang dibahas. Adapun makalah ini membahas tentang “MODEL-MODEL
SUPERVISI DAN AKTIVITAS PENDIDIKAN”. Pada bagian ini dilakukan
pengkajian mengenai pembahasan berdasarkan literatur yang tersedia. Sumber primer
menggunakan beberapa sumber relevan seperti buku-buku dan jurnal lokal maupun
internasional untuk menjawab pembahasan yang sesuai dengan judul tersebut.

7
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Model-Model Supervisi Pendidikan


Model berasal dari Bahasa Inggris Modle, yang bermakna bentuk atau
kerangka sebuah konsep, atau pola. Harjanto mengartikan model sebagai
kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam
melakukan suatu Kegiatan. Dalam pengertian lain "model" juga diartikan sebagai
barang atau benda tiruan dari benda sesungguhnya, misalnya "globe" merupakan
bentuk dari bumi. Dalam uraian selanjutnya istilah "model” digunakan untuk
menunjukkan pengertian pertama sebagai kerangka proses pemikiran. Sedangkan
"model dasar" dipakai untuk menunjukkan model yang "generik" yang berarti
umum dan mendasar yang dijadikan titik tolak pengembangan model lanjut
dalam artian lebih rumit dan dalam artian lebih baru. Raulerson mengartikan
model diartikan sebagai "a set of parts united by some form of interaction" (suatu
perangkat dari bagian- bagian yang diikat atau dipersatukan oleh beberapa
bentuk hubungan saling mempengaruhi) (Fitriani, 2015)

Dalam praktik supervisi pendidikan, dikenal beberapa model supervisi yang


selama in dengan sadar atau tidak sadar dimplementasikan oleh supervisor/kepala
sekolah dalam pelaksanaan tugasnya. Setiap model memiliki karakteristik atau
kelebihan dan kekurangannya. Bisa jadi sualu model supervisi di satu sisi sangat
compatible di suatu daerah dan satuan pendidikan tertentu, namun di sisi lain
model tersebut sangatlah uncompotible di daerah dan satuan pendidikan lain.
Model supervisi dimaknakan sebagai bentuk atau kerangka sebuah konsep atau
pola supervisi. la sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman
atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan supervisi.

Secara umum kegiatan supervisi dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu:
supervisi umum dan supervisi akademik. Supervisi umum dilakukan untuk
seluruh kegiatan teknis administrasi sekolah sedangkan supervisi akademik lebih
diarahkan pada peningkatan kualitas pembelajaran. (Makawimbang, 2013).

8
Berikut ini Lantip Diat Prasojo membahas lebih mendalam mengenai model-
model supervisi akademik:

1) Model Supervisi Tradisional (Konvensional)

Model ini tidak lain dari refleksi dari kondisi masyarakat


pada suatu saat. Pada saat kekuasaan yang otoriter dan foedal, akan
berpengaruh pada sikap pemimpin yang otokrat dan korektif.
Pemimpin cenderung untuk mencari kesalahan. Perilaku supervisi
adalah mengadakan inspeksi untuk mencari kesalahan dan
menemukan kesalahan. Kadang-kadang bersifat memata-matai.
Perilaku seperti ini disebut snoopervision (memata-matai). Sering
disebut supervisi yang korektif (Kristiawan et al., 2019). Memang
sangat mudah untuk mengkoreksi kesalahan orang lain, tetapi lebih
sulit lagi unuk melihat segi-segi positif hubungan dengan hal-hal
yang baik. Pekerjaan seorang supervisor yang bermaksud hanya
untuk mencari kesalahan dalam membimbing sangat bertentangan
dengan prinsip dan tujuan supervisi pendidikan. akibatnya guru
merasa tidak puas dan ada dua sikap yang tampak dalam kinerja guru
Acuh tak acuh (masa bodoh) dan Menantang (agresif).

Praktek mencari kesalahan dan menahan bawahan ini masih


tampak sampai saat ini. Para pengawas datang ke sekolah dan
menanyakan mana satuan pelajaran. Ini salah dan seharusnya begini.
Pratek-pratek supervisi seperti ini adalah cara memberi supervisi
yang konvensional. Ini bukan berati bahwa tidak boleh menunjukan
kesalahan. Masalahnya bagaimana cara kita mengkomunikasikan apa
yang dimaksudkan sehingga para guru menyadari bahwa dia harus
memperbaiki kesalahan. Para guru akan senang hati melihat dan
menerima bahwa ada yang harus diperbaiki. Caranya harus dengan
pedagogis atau dengan perkataan lain, memakai bahasa penerimaan
bukan bahasa penolakan. (Piet A. Sahertian, 2000).

9
Ciri-Ciri Model Supervisi Konvensional :

1. Hierarkis: Model ini sering melibatkan hubungan hierarkis di


antara supervisor (atau pembimbing) dan pendidik. Supervisor
memiliki peran yang lebih tinggi dalam pengambilan keputusan
dan memberikan arahan kepada pendidik.

2. Fokus pada Ketaatan: Model ini sering menekankan ketaatan


terhadap kebijakan, kurikulum, atau prosedur yang telah
ditetapkan. Pendekik diharapkan untuk mengikuti pedoman yang
ada.

3. Komunikasi Terbatas: Komunikasi dalam supervisi konvensional


seringkali bersifat satu arah, dengan supervisor memberikan
umpan balik atau instruksi kepada pendidik. Diskusi dan dialog
terbatas.

4. Kepentingan Institusi: Supervisi konvensional sering kali lebih


menekankan pada mencapai tujuan institusi atau sistem
pendidikan daripada pada kebutuhan individu pendidik.

5. Responsif terhadap Perubahan Lambat: Perubahan atau adaptasi


dalam respons terhadap masalah atau tantangan mungkin
berlangsung lebih lambat dalam model supervisi konvensional
karena prosesnya yang formal dan terstruktur.

2) Model Supervisi Artistik

Mengajar adalah suatu pengetahuan (knowledge). Mengajar


itu suatu keterampilan (skill), tetapi mengajar juga suatu seni (art).
Sejalan dengan tugas mengajar dan mendidik, supervisi juga
pengajar dan pendidik yang kegiatannya memerlukan pengetahuan,
keterampilan, dan seni. (Ilfana, 2022). Jadi, model supervisi aristik
yang dimaksudkan di sini adalah ketika supervisor melakukan
kegiatan supervisi dituntut berpengetahuan, berketerampilan, dan
tidak kaku karena dalam kegiatan supervisi juga mengandung nilai

10
seni (art).

Model supervisi aristik mendasarkan diri pada bekerja untuk


orang lain (working for the others), bekerja dengan orang lain
(working with the others), bekerja melalui orang lain (working
through the other). Dalam hubungan bekerja dengan orang lain maka
suatu rantai hubungan kemanusiaan adalah unsur utama. Hubungan
manusia tercipta bila ada kerelaan untuk menerima orang lain
sebagaimana adanya. (Kristiawan et al., 2019). Hubungan antara
manusia dapat tercipta apabila ada kerelaan untuk menerima orang
lain apa adanya dan adanya unsur kepercayaan, saling percaya,
saling mengerti, saling menghormati, saling mengakui, saling
menerima seseorang sebagaimana adanya. Hubungan tampak
melalui pengungkapan bahasa, yaitu supervisi banyak menggunakan
bahasa penerimaan dari pada bahasa penolakan. Supervisor yang
mengembangkan model artistik akan menampakkan dirinya dalam
relasi dengan guru-guru yang dibimbingnya sedemikian baiknya
sehingga para guru merasa diterima. Adanya perasaan aman dan
dorongan positif untuk untuk berusaha untuk maju. Sikap seperti
mau belajar mendengarkan perasaan orang lain, mengerti orang lain
dengan masalah-masalah yang dikemukakan, menerima orang lain
apa adanya sehingga orang lain dapat menjadi dirinya sendiri.

Pada praktiknya, model supervisi artistik ini mempunyai


beberapa ciri khusus yang harus diperhatikan oleh supervisor
sebagai berikut:

1. Kreativitas: Model ini mendorong kreativitas dalam


pendidikan. Supervisi artistik mempromosikan penggunaan
seni, musik, drama, atau bentuk-bentuk ekspresi kreatif
lainnya dalam pengajaran dan pembelajaran.

2. Ekspresi Pribadi: Supervisi artistik memberi ruang bagi


pendidik untuk mengekspresikan diri secara pribadi dan

11
kreatif. Mereka dapat menggunakan metode-metode artistik
untuk menyampaikan materi pelajaran atau konsep-konsep
agama.

3. Pendekatan Holistik: Supervisi artistik mengambil


pendekatan holistik terhadap pendidikan, menggabungkan
unsur-unsur seni dengan materi pelajaran agar siswa
memiliki pemahaman yang lebih mendalam.

4. Inspirasi dan Motivasi: Model ini bertujuan untuk


menginspirasi dan memotivasi siswa melalui penggunaan
seni dan ekspresi kreatif. Ini dapat membuat pembelajaran
menjadi lebih menarik dan bermakna.

5. Fleksibilitas: Model supervisi artistik sering lebih fleksibel


dalam pendekatan pengajaran, memungkinkan pendidik
untuk beradaptasi dengan kebutuhan dan minat siswa.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model supervisi artistik


lebih menekankan pada aspek bahasa yaitu bahasa yang digunakan
bahasa penerimaan dari pada penolakan, dimana supervisor dan
orang yang disupervisi harus saling percaya saling mengerti,
saling menghormati, saling mengakui dan saling menerima
seseorang apa adanya. sehingga para guru merasa aman dan adanya
dorongan positif untuk berusaha untuk maju.

3) Model Supervisi Ilmiah

Supervisi ilmiah sebagai sebuah model dalam supervisi


pendidikan dapat digunakan oleh supervisor untuk menjaring
informasi atau data dan menilai kinerja kepala sekolah dan guru
dengan menyebarkan angket. Model supervisi ilmiah pada
pelaksanaannya, supervisor menyebarkan angket kepada para siswa
dan atau kepada guru sejawat. Setelah angket itu diisi atau dijawab
oleh siswa dan atau guru sejawat, ditarik lagi dan dikumpulkan lalu
diolah, dan dianalisis hingga pada akhirnya hasilnya dijadikan
12
sebagai

13
bahan penilaian supervisor kepada kinerja kepala sekolah, guru, dan
staf sekolah dan guru, dengan lain kata bila kinerja kepala sekolah
dan guru kurang baik, supervisor segera mengambil langkah-langkah
logis dan rasional untuk memberikan pencerahan kepada mereka
agar mau memperbaiki kinerjanya.

Oleh karena itu, supaya supervisor memperoleh gambaran


objektif, perlu perencanaan, persiapan matang, taat prosedur,
sistematis, menggunakan instrument pengumpulan data dan alat
penilaian yang tepat berupa angket, dan mengusahakan informasi
atau data yang diperoleh supervisor itu riil adanya. Dengan
demikian, model supervisi ilmiah menurut Sahertian mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:

1. Penggunaan Data: Model supervisi ilmiah mengutamakan


penggunaan data dan informasi konkret untuk mengukur kinerja
pendidik. Ini mirip dengan cara kita menggunakan angka atau
fakta dalam ujian atau tes.

2. Pembelajaran Berkelanjutan: Supervisi ilmiah bertujuan untuk


membantu pendidik belajar dan berkembang sepanjang waktu.
Ini seperti saat kita terus-menerus belajar dan memperbaiki diri
dalam hidup sehari-hari.

3. Rekomendasi Berbasis Fakta: Supervisor atau pembimbing


dalam model ini memberikan saran dan rekomendasi kepada
pendidik berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Ini mirip
dengan saat kita mendapat saran dari teman atau ahli yang
berdasarkan pengalaman atau pengetahuan mereka.

4. Mengukur Kemajuan: Model ini membantu mengukur sejauh


mana pendidik mencapai tujuan dan standar pendidikan. Ini
seperti mengukur seberapa jauh kita telah mencapai target yang
telah kita tetapkan dalam hidup kita.

14
5. Penekanan pada Bukti: Supervisi ilmiah mengutamakan bukti-bukti
yang nyata. Ini seperti saat kita memeriksa fakta atau bukti sebelum
kita membuat keputusan penting.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Supervisi ilmiah


dapat dijelaskan sebagai sebuah proses pengawasan dan bimbingan
yang didasarkan pada prinsip-prinsip metode ilmiah dalam
pendidikan. Dalam supervisi ilmiah, pendekatan yang digunakan
mengacu pada pembuktian melalui pengumpulan dan analisis data,
serta penggunaan bukti empiris untuk mendukung pengambilan
keputusan terkait perbaikan dalam pengajaran dan pembelajaran.

4) Model Supervisi Klinis

Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan


pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik,
dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan
cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan
mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. (Rusydayana et
al., 2023). supervisi bertujuan membantu guru-guru memperkecil
kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan dengan
tingkah laku mengajar yang ideal. Berdasarkan pendapat-pendapat di
atas dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis adalah suatu proses
pembimbing dalam pendidikan yang bertujuan membantu
pengembangan profesional guru dalam pengenalan mengajar melalui
observasi dan analisis data secara objektif, teliti sebagai dasar untuk
usaha mengubah perilaku mengajar guru.

Ada dua asumsi yang mendasari praktek supervisi klinis.


Pertama, pengajaran merupakan aktivitas yang sangat kompleks
yang memerlukan pengamatan dan analisis secara hati-hati, melalui
pengamatan dan analisis ini, supervisor pengajaran akan mudah
mengembangkan kemampuan guru mengelola proses belajar
mengajar. Kedua, guru-guru yang profesionalnya

15
ingindikembangkan

16
lebih menghendaki cara yang kolegial (akrab) dari pada cara yang
autoritarian (kekuasaan).

Ciri-Ciri Model Supervisi Klinis :


1. Pendekatan seperti Konseling: Supervisi klinis dalam pendidikan
mirip dengan berbicara dengan seorang konselor atau teman
yang memberikan dukungan dan nasihat pribadi. Supervisor
bertindak sebagai pembimbing yang membantu pendidik
mengatasi masalah atau tantangan mereka.

2. Perhatian terhadap Kesejahteraan Psikologis: Salah satu ciri


utama adalah perhatian terhadap kesejahteraan psikologis
pendidik. Supervisor dalam model ini membantu pendidik
mengatasi masalah pribadi atau emosional yang dapat
memengaruhi kinerja mereka.

3. Refleksi Diri dan Introspeksi: Supervisi klinis mendorong


pendidik untuk melakukan refleksi diri secara mendalam dan
introspeksi tentang praktik pengajaran mereka, nilai-nilai, dan
tantangan pribadi. Ini membantu mereka lebih memahami diri
mereka sendiri dan bagaimana hal itu memengaruhi pekerjaan
mereka.

4. Pendekatan Kolaboratif: Supervisor bekerja sama dengan


pendidik untuk mencari solusi atas masalah yang dihadapi. Ini
adalah pendekatan yang kolaboratif, di mana supervisor dan
pendidik saling mendukung dalam mencapai tujuan dan
perbaikan.

5. Pengembangan Profesional dan Pribadi: Model ini fokus pada


pengembangan pendidik sebagai individu yang lebih baik secara
profesional dan pribadi. Dengan membantu pendidik mengatasi
masalah dan hambatan.

17
B. Contoh Kasus Pada Setiap Model Supervisi

Kasus: Penilaian Kinerja Seorang Guru Pendidikan Islam

Seorang kepala madrasah di sebuah sekolah Islam harus mengevaluasi


kinerja seorang guru pendidikan agama Islam bernama Ustadz Ahmad, yang
telah mengajar di madrasah tersebut selama satu tahun. Mari kita lihat
pendekatan yang berbeda untuk penilaian kinerja Ustadz Ahmad:

a) Model Supervisi Konvensional

Dalam model supervisi konvensional, kepala madrasah dapat menggunakan


daftar periksa yang telah ditentukan oleh lembaga pendidikan. Daftar periksa
ini mencakup kriteria seperti:

 Memeriksa buku catatan kehadiran Ustadz Ahmad.


 Mengamati beberapa sesi pengajaran untuk menilai keterampilan
mengajar dan kualitas materi ajar.
 Melakukan survei pendapat siswa dan orangtua tentang kepuasan mereka
terhadap pengajaran Ustadz Ahmad.
 Menilai ketaatan Ustadz Ahmad terhadap kurikulum yang telah
ditetapkan oleh madrasah.
Penilaian Ustadz Ahmad akan lebih bersifat deskriptif, dan hasilnya mungkin
adalah "memenuhi ekspektasi" atau "perlu perbaikan." Kepala madrasah akan
menggunakan pendekatan ini untuk memeriksa apakah Ustadz Ahmad
menjalankan tugas-tugasnya sesuai dengan norma-norma konvensional yang
ada.

b) Model Supervisi Ilmiah

Dalam model supervisi ilmiah, kepala madrasah akan mengambil


pendekatan yang lebih analitis dan berbasis data. Dia akan:

 Mengumpulkan data hasil tes siswa sebelum dan sesudah


mengikuti pelajaran Ustadz Ahmad.
 Menganalisis data untuk melihat apakah ada peningkatan
signifikan dalam pencapaian siswa setelah pengajaran Ustadz
Ahmad.
18
 Membandingkan hasil tes siswa dengan hasil rata-rata madrasah untuk
mengukur dampak langsung pengajaran Ustadz Ahmad terhadap
pencapaian siswa.
 Menggunakan penelitian pendidikan terkini untuk mengevaluasi
efektivitas metode pengajaran Ustadz Ahmad berdasarkan bukti
empiris.
Penilaian Ustadz Ahmad dalam model ini akan lebih berfokus pada
dampak pengajaran terhadap pencapaian siswa, dan hasilnya akan didasarkan
pada data empiris yang dianalisis secara ilmiah. Hasil penilaian mungkin
mengidentifikasi metode pengajaran tertentu yang efektif atau area-area yang
memerlukan perbaikan berdasarkan bukti-bukti konkret.

c) Model Supervisi Artistik:

Dalam model supervisi artistik, kepala madrasah akan mendorong Ustadz


Ahmad untuk mengeksplorasi cara-cara kreatif dalam mengajar agama Islam.
Mereka dapat merancang proyek-proyek yang menarik siswa dalam belajar
Islam, seperti drama keagamaan, festival budaya Islam, atau kompetisi bacaan
Al-Quran yang menarik. Evaluasi akan lebih subjektif dan akan
mempertimbangkan sejauh mana Ustadz Ahmad berhasil menginspirasi siswa
dalam aspek keagamaan.

d) Model Supervisi Klinis

Dalam model supervisi klinis, kepala madrasah akan bekerja secara lebih
mendalam dengan Ustadz Ahmad untuk mengatasi masalah yang mungkin
dihadapi, seperti pengelolaan kelas yang sulit atau masalah spiritual. Mereka
akan berbicara tentang keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi
Ustadz Ahmad, serta bagaimana hal ini dapat memengaruhi kinerja. Penilaian
akan lebih berfokus pada perawatan dan dukungan untuk kesejahteraan
Ustadz Ahmad.

C. Model Supervisi dalam Perspektif Islam

a) Model Supervisi Konvensional dalam Perspektif Islam. Dalam Islam,


pendidikan memiliki peran penting, dan pengawasan kualitas pengajaran juga

19
memiliki dasar-dasar yang terkait dengan norma-norma Islam. Salah satu

20
prinsip yang relevan adalah "amr bil ma'ruf wa nahy 'anil munkar" yang
artinya "menyuruh yang baik dan mencegah yang buruk." Prinsip ini
merupakan bagian dari ajaran Islam dan dapat mencakup pengawasan
terhadap pendidikan dan perilaku di dalamnya.

‫و ٱ عروف‬ ‫و ْلَتكن ’ كم دعون ِّ إلَى خ‬


‫ٱ ْل ْير َيأْ مرون ْلم‬ ‫م أُمة‬
‫ن‬
‫ِ حون‬ ‫ل ه‬² ‫عن ٱ كرۚ وأُ ۟و‬ ‫و َي ْنه‬
‫ّل‬ ‫ِّئك م ٱ‬ ‫ْلمن‬ ‫ْون‬
ْ ‫ْل‬
‫ف‬

‫م‬
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung. [Al-Imran 104]

Ayat ini mengajarkan umat Islam untuk mempromosikan kebaikan dan


mencegah kejahatan. Dalam konteks pengawasan pendidikan, model supervisi
konvensional dapat dilihat sebagai upaya untuk memastikan bahwa
pengajaran dan pendidikan sesuai dengan nilai-nilai Islam yang dianjurkan,
dan tidak melanggar prinsip-prinsip agama.

b) Model Supervisi Ilmiah dalam Perspektif Islam.

‫ن م و ذين‬ ُ‫َّلال‬ ‫ا ْ شزوا ر‬ ‫يل ا ْن شزو‬


‫اَلّذي آمُنوا ْنكم اَل‬ ‫َي ِّع‬ ‫ن‬ ‫ا‬

21
‫و ِّإذَا‬
‫أُ وُت وا ا ْل ْ د رج تۚ َّلالُ ما عمُلو خ ِّبير‬
‫ت ن‬ ‫ل م ا و‬

‫ع‬
Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan. [Al-Mujadilah Ayat 11]

Ayat ini menekankan pentingnya pengetahuan (ilmu) dan penghormatan


terhadap proses pengambilan keputusan yang sistematis. Penggunaan ilmu
dan data adalah hal yang dianjurkan dalam Islam, dan ini sesuai dengan
pendekatan supervisi ilmiah yang memanfaatkan data dan pengetahuan untuk
penilaian kinerja guru.

22
c) Model Supervisi Artistik dalam Perspektif Islam.

‫وزَيَّنّا وما َلها‬ ‫ك ف َ ن ْي‬ ‫أَفل ْ ظروا ِّ إَلى سماء ف‬


‫ها‬ ‫نَ اها‬ ‫ْي‬ ‫ْو‬ ‫ال‬ ‫ن‬
‫هم‬
‫م‬
‫من ُفرو‬
Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka,
bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak
mempunyai retak-retak sedikitpun? [Qaf Ayat 6]

Ayat ini menekankan pentingnya mengamati alam semesta dan mencermati


keindahan penciptaan Allah. Dalam konteks Model Supervisi Artistik dalam
Perspektif Islam, kita dapat mengaitkan ayat ini dengan penggunaan seni,
kreativitas, dan keindahan dalam pendidikan Islam.
Pengajaran dalam Islam dapat menjadi lebih menarik dan bermakna ketika
unsur-unsur seni dan estetika digunakan untuk mengilustrasikan konsep-konsep
agama. Sebagaimana Allah menghiasi langit dengan bintang-bintang dan
menciptakan segala sesuatu dengan seimbang, kita juga dapat menciptakan
pengalaman pendidikan yang indah dan memukau untuk siswa dengan
menggunakan seni, seperti seni lukis, musik, drama, atau sastra, untuk
menjelaskan pesan-pesan agama.

d) Model Supervisi Klinis dalam Perspektif Islam.

ۛ‫َ ت ْ ديكم َلى الَت ه ك وأَ سنُوا‬ ‫وأَ ْن ِّفُقوا ي‬


ِ ‫س‬
‫ل ة ح‬ ‫ْلُقوا ي‬ َّّ ‫ِّبيل‬
َ‫أ‬ ‫ل ل‬
‫ل‬
‫ا و‬
‫ْلمح ب ا س ِّنين‬
23
‫ن لالَّ َ ُيح‬
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. [Al-Baqarah
Ayat 195]

Ayat ini menekankan pentingnya menghindari kerusakan diri sendiri.


Dalam konteks supervisi klinis, pendidik mungkin menghadapi tantangan,
stres, atau masalah pribadi yang dapat memengaruhi kualitas pengajaran
mereka. Model supervisi klinis memberikan ruang bagi pendidik untuk
berbicara tentang

24
masalah-masalah ini, mencari dukungan, dan mencegah mereka dari
"menjatuhkan diri sendiri kepada kebinasaan" dalam hal profesionalisme
mereka. Dengan dukungan yang tepat, mereka dapat mengatasi masalah
tersebut dan terus meningkatkan kinerja mereka.

25
SIMPULAN

Berdasarkan uraian mengenai berbagai model supervisi pendidikan, dapat disimpulkan


bahwa:
 Model Supervisi Tradisional (Konvensional): Model ini menekankan kontrol dan
pengawasan terhadap guru dengan mencari kesalahan. Cara ini mungkin efektif
dalam mengidentifikasi masalah, tetapi dapat menciptakan ketegangan antara guru
dan supervisor. Pendekatan yang lebih konstruktif dan berorientasi pada
perkembangan guru mungkin lebih diinginkan.
 Model Supervisi Artistik: Supervisi artistik menekankan pada hubungan manusiawi
yang positif antara supervisor dan guru. Pendekatan ini memprioritaskan penerimaan,
saling menghormati, dan dorongan positif dalam meningkatkan praktik pengajaran.
Ini menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan profesional guru.
 Model Supervisi Ilmiah: Model ini berfokus pada pengumpulan data dan bukti
empiris untuk mengevaluasi kinerja guru. Supervisi ilmiah menciptakan proses yang
berencana dan sistematis untuk mendukung pengambilan keputusan yang rasional
dan perbaikan yang berlandaskan bukti.
 Model Supervisi Klinis: Supervisi klinis menekankan perencanaan, observasi, dan
analisis yang intensif terhadap kinerja mengajar guru. Ini bertujuan untuk membantu
guru mengembangkan keterampilan mengajar yang lebih baik dan mendekatkan
kinerja nyata dengan standar ideal.
Pendekatan supervisi yang lebih bersifat kolaboratif, mendukung, dan berfokus pada
perkembangan guru cenderung lebih efektif dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Supervisi yang dilakukan dengan penerimaan, bahasa yang mendukung, dan analisis
berdasarkan bukti cenderung menciptakan lingkungan yang lebih produktif dan positif dalam
pengembangan profesionalisme guru. Supervisi juga harus berdasarkan inisiatif guru sendiri,
dan hubungan kesejawatan antara supervisor dan guru adalah kunci keberhasilannya.

26
REFERENSI

Fitriani. (2015). Model Supervisi Akademik Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja
Guru ( Studi Multikasus di Mts Negeri Batu dan SMP Ar-Rohmah Putri Malang)
[Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim]. http://etheses.uin-
malang.ac.id/3285/1/13710012.pdf
Ilfana, A., & M, H. K. (2022). Kompetensi Supervisor Dalam Supervisi Guru Bimbingan
Konseling (Suatu Tinjauan Studi Pustaka). Jurnal Paedagogy, 9(1), 192.
https://doi.org/10.33394/jp.v9i1.4534
Jerry H. Makawimbang. (2013). Supervisi Klinis : Teori & Pengukurannya (Cetakan 1).
Alfabeta. https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=912798#
Kristiawan, M., Yuyun Yuniarsih, Mp., Happy Fitria, Mp., & Nola Refika SPd, Mp. (2019).
Supervisi Pendidikan. www.cvalfabeta.com
Piet A. Sahertian. (2000). Konsep dasar [dan] teknik supervisi pendidikan dalam rangka
pengembangan sumber daya manusia (Cetakan 1). Rineka Cipta.
https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=337671
Rusydayana, L. S., Azizah, N. N., & Anisatussholihah, N. (2023). Proceedings of the
International Conference on Educational Management and Technology (ICEMT
2022). In Proceedings of the International Conference on Educational Management
and Technology (ICEMT 2022). Atlantis Press SARL. https://doi.org/10.2991/978-2-
494069-95-4
Suharman. (2016). Model Supervisi Berdasarkan Pendekatan Modern (Pendekatan
Kelompok). Intelektualita, 4(2), 101–118. https://jurnal.ar-
raniry.ac.id/index.php/intel/article/download/4139/2697

27

Anda mungkin juga menyukai