Produksi Tanaman Nanas Ananas Comosus L
Produksi Tanaman Nanas Ananas Comosus L
Oleh:
ARIF AFFAN WICAKSONO
(150510120107)
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Ta’ala yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun berdasarkan studi literatur mengenai tanaman nanas secara
menyeluruh, mulai dari nilai gizinya, budidayanya, hingga kepada analisis usaha taninya. Di
Indonesia, produksi nanas melimpah, dilihat dari nilai ekspornya yang tinggi dan semakin
banyaknya daerah yang ikut memproduksinya. Selain itu, nanas merupakan buah yang
multifungsi, karena seluruh bagiannya dapat dimanfaatkan. Hal inilah yang menjadi keunikan
tersendiri dari tanaman nanas. Selanjutnya semoga makalah ini dapat memberikan
pengetahuan dan gambaran mengenai bagaimana budidaya nanas yang baik hingga
bagaimana mengelola pemasukan dan pengeluaran dalam usaha taninya. Harapan kami,
semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,
sehingga informasi mengenai masalah yang dibahas dapat tersebar dan dipahami dengan
baik.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Produksi Buah-
buahan yang telah membimbing serta memberikan pengetahuan. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan untuk menyempurnakan makalah ini.
Penyusun
|2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
I. PENDAHULUAN..........................................................................................................5
1.1 Arti Penting Tanaman Nanas...........................................................................5
1.1.1 Nilai Gizi dan Fungsinya..................................................................5
1.1.2 Nilai Ekonomi...................................................................................6
1.1.3 Nilai Sosial Budaya..........................................................................6
1.2 Mengenal Tanaman Nanas..............................................................................6
1.2.1 Karakteristik Morfologi (Akar, Batang, Daun, Bunga, Buah).........6
1.2.2 Perilaku Tumbuh Tanaman Nanas...................................................8
1.2.2.1 Arsitektur Tajuk Tanaman Nanas.........................................8
1.2.2.2 Aktivitas Fotosintesis............................................................9
1.2.2.3 Fruiting Habit........................................................................9
1.2.3 Keluarga Tanaman Nanas...............................................................10
1.2.4 Jenis-Jenis Tanaman Nanas............................................................10
1.3 Lingkungan Tumbuh (Fisik) Tanaman Nanas...............................................10
1.3.1 Iklim................................................................................................10
1.3.2 Tanah..............................................................................................11
1.3.3 Pusat Produksi Nanas di Indonesia.................................................11
1.4 Lingkungan Biotik Tanaman Nanas..............................................................12
1.4.1 Hama...............................................................................................12
1.4.2 Penyakit..........................................................................................13
1.4.3 Gulma.............................................................................................14
1.4.4 Organisme Bermanfaat...................................................................15
II. TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN NANAS...........................................................16
2.1 Pembiakan Tanaman Nanas dan Pembibitan.................................................16
2.2 Penyiapan Lahan............................................................................................18
2.3 Penanaman dan Sistem Tanam......................................................................19
2.4 Pengairan.......................................................................................................20
2.5 Pemupukan.....................................................................................................20
|3
2.6 Teknik Pemangkasan.....................................................................................20
2.7 Pengendalian OPT.........................................................................................20
2.8 Panen dan Penanganan Pasca Panen (Umur Panen, Kriteria Panen, Waktu
Panen, Cara Panen, Penanganan Pasca Panen, Produk Olahan)....................
III. PERMASALAHAN PRODUKSI NANAS DAN ALTERNATIF SOLUSINYA....23
IV. ANALISIS USAHA TANI PRODUKSI TANAMAN NANAS..............................26
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................27
|4
I. PENDAHULUAN
|5
5. Fosfor 11,00 mg
6. Zat Besi 0,30 mg
7. Vitamin A 130,00 SI
8. Vitamin B1 0,08 mg
9. Vitamin C 24,00 mg
10. Air 85,30 g
11. Bagian dapat dimakan 53,00 %
Tanah
Pada umumnya hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok
bagi tanaman nanas. Meskipun demikian, akan lebih cocok bila ditanaman di jenis tanah
yang mengandung pasir, subur gembur dan banyak mengandung bahan organik serta
kandungan kapur rendah. Kemudian derajat keasaman (pH) yang cocok adalah sekitar
4,5-6,5. Tanah yang banyak mengandung kapur (pH lebih dari 6,5) menyebabkan
tanaman menjadi kerdil dan mengalami klorosis. Sedangkan tanah yang asam (pH 4,5
atau lebih rendah) mengakibatkan penurunan unsur fosfor, kalium, belerang, kalsium,
magnesium dan molibdinum dengan cepat.
Air sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman nanas untuk penyerapan
unsur-unsur hara yang dapat larut di dalamnya. Akan tetapi kandungan air dalam tanah
jangan terlalu banyak, dalam artian tidak becek dan tidak menyebabkan penggenangan.
Hal yang harus diperhatikan adalah aerasi dan drainasenya harus baik, sebab tanaman
yang terendam akan sangat mudah terserang busuk akat.
Kelerengan tanah tidak banyak berpengaruh dalam penanaman nanas, namun
nanas sangat suka jika ditanam di tempat yang agak miring, sehingga begitu ada air yang
melimpah, begitu cepat pula tanah tersebut menjadi kering.
| 13
inang, air yang mengalir, alat-alat pertanian, curah hujan tinggi, tanah yang
mengandung bahan organik dan kelembaban tanah tinggi antara 25o-35oC.
Gejala : pada daun terjadi perubahan warna menjadi hijau belang-belang
kuning dan ujungnya nekrotis; daun-daun muda mudah dicabut bagian
pangkalnya membusuk dengan bau busuk berwarna coklat, dan akhirnya
tanaman mati; pembusukan pada sistem perakaran.
Pengendalian : (1) non kimiawi dilakukan dengan cara perbaikan drainase
tanah, mengurangi kelembapan sekitar kebun, dan memotong/mencabut
tanaman yang sakit; (2) kimiawi dengan pencelupan bibit dalam larutan
fungisida sebelum tanam, seperti Dithane M-45 atau Benlate.
2. Busuk pangkal
Penyebab : cendawan Thielaviopsis paradoxa (de Seyn) Hohn atau
Ceratocystis paradoxa (Dade) C. Moreu. Penyakit ini sering disebut base
root. Penyebaran penyakit dibantu tanaman inangnya, adanya luka-luka
mekanis pada tanaman, angin, hujan dan tanah.
Gejala : pada bagian pangkal batang, daun, buah dan bibit menampakkan
gejala busuk lunak berwarna coklat atau hitam, berbau khas, atau bercak-
bercak putih kekuning-kuningan.
Pengendalian : (1) non kimiawi dengan melakukan penyimpanan bibit
sementara sebelum tanamn agar luka cepat sembuh, menanam bibit pada
cuaca kering, dan menghindari luka-luka mekanis; (2) kimiawi dengan
perendaman bibit dalam larutan fungisida Benlate.
3. Penyakit lain
Penyakit adalah busuk bercak gabus pada buah disebabkan oleh cendawan
Pinicillium funiculosum Thom, busuk bibit oleh cendawan Pythium sp., layu
dan bercak kuning oleh virus yang belum diketahui secara pasti jenisnya.
Pengendalian : harus dilakukan secara terpadu, meliputi penggunaan bibit
yang sehat, perbaikan kultur teknik budidaya secara intensif,
pemotongan/pencabutan dan pemusnahan tanaman yang sakit.
1.3.5 Gulma
1. Rumput Ganda Rusa (Asystasia intrusa). Merupakan gulma berdaun lebar dan
memiliki kemampuan perkembangan yang cepat. Selain menggunakan biji,
Asystasia intrusa dapat berkembang melalui batang yang menempel pada
| 14
tanah. Hal ini yang menyebabkannya menjadi salah satu gulma yang dominan
di areal perkebunan nanas.
2. Teki (Cyperus rotundus).
3. Alang-alang (Imperata cylindrica)
4. Mikania (Mikania micrantha)
Pengendalian gulma dapat dilakukan secara mekanik maupun dengan herbisida.
Penyiangan gulma secara mekanik dilakukan setiap 45 hari. Setiap hektar memerlukan
tenaga senilai 7 HOK untuk penyiangan.
Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan herbisida Paracol
(bahan aktif 276 g/l paraquat diclorida) dicampur Ally (bahan aktif 20% metil
metsulfuron). Paracol sebanyak 60 ml dicampur dengan Ally 3 g dilarutkan dalam air 18
liter. Volume semprot adalah 270-288 liter larutan per hektar, sedangkan alang-alang
dikendalikan dengan Round Up (bahan aktif 480 g/l isopromil amina glifosate) dengan
konsentrasi 6 ml/l air. Larutan ini disemprotkan secara langsung ke spot yang ada alang-
alangnya atau dioleskan ke daun alang-alang.
| 15
II. TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN NANAS
| 16
pada pohon induk yang sedang berbuah/setelah panen. Tunas batang yang baik
mempunyai panjang 30-35 cm. Daun-daun dekat pangkal pohon dipotong untuk
mengurangi penguapan dan mempermudah pengangkutan, setelah itu biarkan selama
beberapa hari di tempat teduh dan bibit siap angkut ke tempat penanaman langsung
segera ditanam.
Untuk penyiapan bibit nanas dari stek, langkah pertama yang dilakuakan adalah
memotong batang nanas yang sudah dipanen buahnya sepanjang 2,5 cm, kemudian
potongan dibelah menjadi 4 bagian yang mengandung mata tunas. Media semai
berupa pasir bersih dalam bak tanam. Bibit yang dihasilkan dengan tinggi 25-35 cm
atau berumur 3-5 bulan dicabut, ditanam di kebun. Bila bibit akan diangkut dalam
jarak jauh, akar-akarnya dibungkus dengan humus lembab.
Benih yang disiapkan harus disesuaikan dengan luas areal penanaman. Kepadatan
tanaman yang ideal berkisar antara 44.000-77.000 bibit tanaman per hektar,
tergantung jarak tanam, jenis nanas, kesuburan tanah, sistem tanam dan jenis bibit.
Penanaman dengan sistem persegi (jarak tanam 150 x 150 cm) membutuhkan sekitar
3556 bibit bila lahan yang mangkus ditanami 80%. Atau 12.698-15.875 bibit pada
sistem tanam kereta api dengan jarak tanam 60 x 60 cm dan jarak antar barisan
sebelah kanan/kiri dari kereta api adalah 150 cm.
3. Teknik Penyemaian
Persemaian untuk nanas memerlukan perlakuan khusus. Langkah dalam
menyiapkan media semai dalam bak persemaian berupa tepung (misalnya Rootone)
pada permukaan belahan batang untuk mempercepat pertumbuhan akar. Belahan
batang pada bak persemaian disemaikan sedalam 1,5-2,5 cm dan jarak tanam 5-10 cm.
Kondisi media persemaian dijaga agar tetap lembab dan sirkulasi udara baik, dengan
menutup bak persemaian dengan lembar plastik tembus cahaya (bening).
Stek batang nanas dibiarkan bertunas dan berakar. Tempat persemaian baru yang
medianya disuburkan dengan pupuk kandang disiapkan. Campuran media berupa
tanah halus, pasir dan pupuk kandang halus (1:1:1) atau pasir dengan pupuk kandang
halus (1:1). Langkah terakhir adalah memindahtanamkan bibit nanas dari persemaian
perkecambahan ke persemaian pembesaran bibit.
4. Pemeliharaan Pembibitan
Pemeliharaan pembibitan/persemaian penyiraman dilakukan secara berkala dan
dijaga agar kondisi media tanam selalu lembab dan tidak kering supaya bibit tidak
mati. Pemupukan dilakukan dengan pemberian pupuk kandang dengan perbandingan
| 17
kadar yang sudah ditentukan. Penjarangan dan pemberian pestisida dapat dilakukan
jika diperlukan.
5. Pemindahan Bibit
Pemindahan bibit dapat dilakukan jika ukuran tinggi bibit mencapai 25-30 cm
atau berumur 3-5 bulan.
2.2 Penyiapan Lahan
1. Persiapan
Penanaman nanas dapat dilakukan pada lahan tegalan atau ladang. Waktu
persiapan dan pembukaan lahan yang paling baik adalah waktu musim kemarau,
dengan membuang pepohonan yang tidak diperlukan. Pengolahan tanah dapat
dilakukan pada awal musim hujan. Derajat keasaman tanah perlu diperhatikan karena
tanaman nanas dapat tumbuh dengan baik pada pH sekitar 5,5. Jumlah bibit yang
diperlukan untuk suatu lahan tergantung dari jenis nanas, tingkat kesuburan tanah dan
ekologi pertumbuhannya.
2. Pembukaan Lahan
Untuk membuka suatu lahan, perlu dilakukan pembuangan dan pembersihan
pohon-pohon atau batu-batuan dari sekitar lahan kebun ke tempat penampungan
limbah pertanian. Mengolah tanah dengan dicangkul/dibajak dengan traktor sedalam
30-40 cm hingga gembur, karena bisa berakibat fatal pada produksi tanaman. Biarkan
tanah menjadi kering minimal selama 15 hari agar tanah benar-benar matang dan siap
ditanami.
3. Pembentukan Bedengan
Pembentukan bedengan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah
untuk kedua kalinya yang sesuai dengan sistem tanam yang dipakai. Sistem petakan
cukup dengan cara meratakan tanah, kemudian di sekelilingnya dibuat saluran
pemasukan dan pembuangan air. Sistem bedengan dilakukan dengan cara membuat
bedengan-bedengan selebar 80-120 cm, jarak antar bedengan 90- 150 cm atau variasi
lain sesuai dengan sistem tanam. Tinggi petakan atau bedengan adalah antara 30-40
cm.
4. Pengapuran
Derajat kemasaman tanah yang sesuai untuk tanaman nanas adalah 4,5-6,5.
Pengapuran tanah dilakukan dengan Calcit atau Dolomit atau Zeagro atau bahan
kapur lainnya dengan cara ditaburkan merata dan dicampurkan dengan lapisan tanah
atas terutama tanah-tanah yang bereaksi asam (pH dibawah 4,5). Dosis kapur
| 18
disesuaikan dengan pH tanah, namun umumnya berkisar antara 2-4 ton/ha. Bila tidak
turun hujan, setelah pengapuran segera dilakukan pengairan tanah agar kapur cepat
melarut.
5. Pemupukan
Dalam penanaman nanas dilakukan pemberian pupuk kandang dengan dosis 20
ton per hektar. Cara pemberian: dicampurkan merata dengan lapisan tanah atas atau
dimasukkan per lubang tanam. Juga digunakan pupuk anorganik NPK dan urea.
Nitrogen (N) sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, fosfor diperlukan
selama beberapa bulan pada awal pertumbuhan sedangkan Kalium diperlukan untuk
perkembangan buah, khususnya nanas. Pupuk urea penggunaannya dikombinasikan
dengan perangsang pembungaan.
2.4 Pengairan
Sekalipun tanaman nanas tahan terhadap iklim kering, namun untuk pertumbuhan
tanaman yang optimal diperlukan air yan cukup. Pengairan/penyiraman dilakukan 1-2 kali
dalam seminggu atau tergantung keadaan cuaca. Tanaman nanas dewasa masih perlu
pengairan untuk merangsang pembungaan dan pembuahan secara optimal. Pengairan
dilakukan 2 minggu sekali. Tanah yang terlalu kering dapat menyebabkan pertumbuhan
nanas kerdil dan buahnya kecil-kecil. Waktu pengairan yang paling baik adalah sore dan pagi
hari dengan menggunakan mesin penyemprot atau embrat.
2.5 Pemupukan
Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 2-3 bulan dengan pupuk buatan.
Pemupukan susulan berikutnya diulang tiap 3-4 bulan sekali sampai tanaman berbunga dan
berbuah. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan adalah:
a) Pupuk NPK tablet (Pamafert)
1. Komposisi kandungan N-P2O5-K2O-MgO-CaO adalah 17-8-12-0-2+mikro
2. Bentuk pupuk berupa tablet, berat 4 gram setiap tablet
3. Dosisi anjuran satu tablet tiap tanaman
b) Pupuk tunggal berupa campuran ZA, TSP, atau SP-36 dan KCl
1. Dosis anjuran 1: ZA 100 kg + TSP atau SP-36 60 kg + KCl 50 kg per hektar.
Pupuk susulan diulang setiap 4 bulan sekali dengan dosis yang sama.
2. Dosis anjuran 2: mulai umur 3 bulan setelah tanam dipupuk dengan ZA 125kg
atau urea 62,5 kg + TSP atau SP-36 75 kg/ha. Pada umur 6 bulan dipupuk
kandang 10 ton/ha.
Cara pemberian pupuk adalah dengan dibenamkan/dimasukkan ke dalam parit
sedalam 10-15 cm diantara barisan tanaman nanas, kemudian tutup dengan tanah. Cara lain
dengan disemprotkan pada daun terutama pupuk nitrogen dengan dosis 40 gram urea per liter
atau ± 900 liter larutan urea per hektar.
| 20
2.6 Teknik Pemangkasan
Penjarangan atau pemangkasan pada nanas tidak dilakukan karena tanaman nanas
spesifik dan tidak berbentuk pohon.
2.8 Panen dan Penanganan Pasca Panen (Umur Panen, Kriteria Panen, Waktu Panen,
Cara Panen, Penanganan Pasca Panen, Produk Olahan)
1. Kriteria dan Umur Panen
Panen buah nanas dilakukan setelah nanas berumur 12-24 bulan, tergantung dari
jenis bibit yang digunakan. Bibit yang berasal dari mahkota bunga berbuah pada umur
24 bulan, hingga panen buah setelah berumur 24 bulan. Tanaman yang berasal dari
tunas batang dipanen setelah umur 18 bulan, sedangkan tunas akar setelah berumur 12
bulan. Ciri-ciri buah nanas yang siap dipanen:
a) Mahkota buah terbuka.
b) Tangkai buah mengkerut.
c) Mata buah lebih mendatar, besar dan bentuknya bulat.
d) Warna bagian dasar buah kuning.
e) Timbul aroma nanas yang harum dan khas.
2. Waktu Panen
Tanaman nanas dipanen setelah berumur 12-24 bulan. Pemanenan buah nanas
dilakukan bertahap sampai tiga kali. Panen pertama sekitar 25%, kedua 50%, dan
ketiga 25% dari jumlah yang ada. Tanaman yang sudah berumur 4-5 tahun perlu
diremajakan karena pertumbuhannya lambat dan buahnya kecil. Cara peremajaan
adalah membongkar seluruh tanaman nanas untuk diganti dengan bibit yang baru.
Penyiapan lahan sampai penanaman dilakukan seperti cara bercocok tanam pada lahan
yang baru.
| 21
3. Cara Panen
Tata cara panen buah nanas adalah dengan memilih buah nanas yang
menunjukkan tanda-tanda siap panen. Kemudian pangkal tangkai buah dipotong
secara mendatar/miring dengan pisau tajam dan steril. Pemanenan dilakukan secara
hati-hati agar tidak rusak dan memar.
4. Penanganan Pasca Panen
Buah nanas termasuk komoditi buah yang mudah rusak, susut dan cepat busuk.
Oleh karena itu, setelah panen memerlukan penanganan pascapanen yang memadai.
a. Pengumpulan
Setelah panen dilakukan pengumpulan buah di tempat penampungan hasil
atau gudang sortasi.
b. Penyortiran dan Penggolongan
Kegiatan sortasi dimulai dengan memisahkan buah yang rusak, memar,
busuk, atau mentah secara tersendiri dari buah yang bagus dan normal.
Klasifikasi buah berdasarkan bentuk dan ukuran yang seragam, jenis maupun
tingkat kematangannya.
c. Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan jika harga turun, untuk menunggu harga naik
kembali. Buah nanas biasanya disimpan dalam peti kemas bersuhu dingin yang
angkanya sekitar 5oC.
d. Pengemasan dan Pengangkutan
Kegiatan pengemasan dimulai dengan mengeluarkan buah nanas dari lemari
pemeraman, lalu dipilih (sortasi) berdasarkan tingkat kerusakannya agar seragam.
Kemudian buah nanas dibungkus dengan kertas pembungkus lalu dikemas dalam
keranjang bamboo atau perti kayu atau dos karton bergelombang. Ukuran wadah
pengemasan adalah 60 x 30 x 30 cm yang diberi lubang ventilasi. Proses
pengangkutan dimulai dengan memasukkan peti kemas secara teratur pada alat
pengangkutan, lalu buah nanas diangkut dan akhirnya dipasarkan di tempat
pemasaran.
5. Produk Olahan
Nanas dapat diproduksi menjadi berbagai macam produk olahan. Mulai dari
sirup, selai, koktail, keripik, dodol dan masih banyak yang lainnya.
| 22
III. PERMASALAHAN PRODUKSI NANAS DAN ALTERNATIF
SOLUSINYA
Secara umum, produksi nanas berjalan dengan baik. Hal ini ditunjukkan pada tren
produksi yang terus meningkat setiap tahunnya. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan
bahwa jumlah produksi nanas di Indonesia tahun 2010 mencapai 1.406.445 ton, tahun 2011
sebanyak 1.540.626 ton, dan semakin meningkat pada tahun 2012 sebesar 1.781.899 ton.
Rata-rata produksi nanas yang mencapai 1,5 juta ton per tahun tersebut menjadikan nanas
sebagai salah satu buah yang melimpah jumlahnya di Indonesia.
Namun tren tersebut tidak serta merta menunjukkan tidak adanya hambatan atau
kendala dalam produksi nanas. Terdapat beberapa hambatan atau kendala yang sering
melanda produksi nanas di Indonesia. Kendala tersebut antara lain adalah ketersediaan bibit
yang melimpah dan berkualitas; terbatasnya varietas yang sesuai degan permintaan industri
pengolahan, eksportir, dan keinginan konsumen; serta serangan hama, penyakit dan gulma.
Kendala ketersediaan bibit, baik dalam kuantitas maupun kualitas, dapat diberikan
solusi berupa perbanyakan bibit nanas melalui cara vegetatif dengan menggunakan tunas
anakan (ratoone), tunas batang (sucker), tunas buah (slip), mahkota buah (crown) dan stek
batang. Menurut Wudianto (1999), kelebihan tanaman yang dihasilkan dari stek adalah
keseragaman umur, ukuran, tinggi, dan sifat tanaman yang sama dengan induknya. Namun,
nanas yang diperbanyak dengan tunas mahkota ternyata memiliki kelemahan berupa
kemampuan berakar yang rendah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memecahkan
masalah ini adalah dengan pemberian ZPT auksin. Pemberian ZPT pada penyetekan
bertujuan untuk menambah persentase stek berakar, mempercepat pertumbuhan akar,
menambah jumlah akar, dan meningkatkan mutu akar (Hartmann et al., 1997). Menurut
Wudianto (1999), jenis auksin IBA (Indole Butyric Acid) mempunyai sifat yang lebih baik
dan efektif dibandingkan IAA (Indole Asetic Acid) dan NAA (Naphthaleneacettic Acid).
Berdasarkan hasil penelitian Rugayah dkk. (2012), pemberian IBA pada konsentrasi 400 ppm
mampu meningkatkan jumlah akar primer, lebar daun, dan bobot basah tanaman. Kemudian
| 23
cara aplikasi IBA dengan pengolesan juga memberikan hasil yang lebih baik dalam
menghasilkan jumlah akar primer daripada cara penyemprotan.
Kendala berikutnya adalah terbatasnya varietas yang sesuai dengan dengan
permintaan industri pengolahan, eksportir, dan keinginan konsumen (Pusat Kajian Buah
Tropika, 2005). Untuk meningkatkan produksi, selain penggunaan varietas unggul berdaya
hasil tinggi, juga diperlukan varietas yang mempunyai kualitas buah lebih baik dibandingkan
dengan varietas yang ada, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah. Balai Penelitian
Tanaman Buah Tropika (Balitbu Tropika) memiliki beberapa kandidat varietas nanas rendah
oksalat (1.050-1.250 mg/100g), rasa buah manis (PTT ≥16° Brix), dan daun tidak berduri dari
hasil seleksi populasi indigenous dan persilangan (Hadiati et al. 2004). Dengan dihasilkannya
nanas tanpa duri, maka memudahkan petani dalam budidaya atau pemeliharaan serta
pemanenan, sehingga biaya tenaga kerja menjadi lebih rendah (Py et al. 1987, Hadiati 2004).
Hadiati dkk. (2011), telah melakukan penelitian untuk mengevaluasi pertumbuhan dan hasil
beberapa kandidat varietas nanas rendah oksalat dan manis tanpa duri. Materi genetik yang
digunakan ialah 2 kandidat nenas rendah oksalat (Q dan EE), satu kandidat nenas manis tanpa
duri (P), dan dua varietas pembanding (Simadu dan Ponggok). Aksesi Q, EE, dan varietas
Ponggok daunnya berduri, sedangkan aksesi P dan varietas Simadu daunnya tidak berduri.
Kandidat yang diuji merupakan hasil seleksi Balitbu Tropika dari populasi indigenous dan
persilangan. Varietas Simadu (golongan Cayenne) berasal dari Subang, Jabar dan varietas
Ponggok (golongan Queen) berasal dari Kecamatan Ponggok, Blitar. Kandidat VUB yang
ditanam berasal dari perbanyakan kultur jaringan, sedangkan varietas pembanding berasal
dari tunas anakan. Hasil penelitian menunjukkan aksesi P, Q, dan EE mempunyai kualitas
buah yang kurang baik dibandingkan varietas pembanding Simadu, tetapi aksesi EE
mempunyai kualitas buah yang lebih baik (bobot buah, vitamin C, dan kadar oksalat)
dibandingkan dengan varietas pembanding Ponggok, sehingga aksesi EE berpeluang untuk
dijadikan varietas unggul baru.
Untuk hama dan penyakit, sudah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya beserta
pengendaliannya. Sedangkan untuk gulma, penurunan produksi nanas dapat disebabkan oleh
banyak dan dominannya gulma karena pemberian mulsa yang kurang baik sehingga
pertumbuhan rumput-rumputan bergitu subur. Pemberian mulsa yang kurang baik ini bisa
diperbaiki dengan selalu melakukan pengamatan pada lahan setelah diberi mulsa, untuk
mengecek apakah mulsa sudah benar atau berubah. Kemudian harus dibarengi dengan
pengecekan hama dan penyakit tanaman secara rutin.
| 24
Meskipun jumlahnya melimpah, namun apabila produksinya ditingkatkan, maka akan
ikut meningkatkan nilai ekspor yang berarti menaikkan pemasukan negara. Salah satu upaya
untuk meningkatkan hasil tanaman nanas adalah dengan membudidayakannya di atas lahan
gambut. Potensi hasil yang bisa didapatkan apabila berhasil akan tinggi mengingat lahan
gambut yang tersebar di seluruh Indonesia begitu luas dan juga nanas termasuk tanaman yang
sangat toleran terhadap tingkat keasaman tinggi yaitu pH antara 3-4. Penelitian peningkatan
hasil nanas ini dilakukan di lahan gambut Kalimantan Barat dengan luas 15.730 km 2 atau
sekitar 24,3% dari luas areal gambut yang ada di Indonesia. Dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Maulidi dan Elly (2012), bahwa pemupukan Urea, SP-36 dan KCl mampu
meningkatkan hasil tanaman nanas pada lahan gambut. Takaran pemupukan yang paling baik
dalam menunjang hasil tanaman nanas adalah 350 kg Urea + 250 kg SP-36 + 400 kg KCl per
hektar.
Selain itu, ada penelitian yang dapat meningkatkan kualitas dari buah nanas
(tergantung varietas atau kultivar) yang dipanen. Tingkat kematangan nanas kultivar Sampit,
termasuk nanas jenis Smooth Cayenne, yang dipanen ternyata memberikan pengaruh pada
kualitas buah untuk konsumsi segar dan selai. Buah nanas yang dipanen pada tingkat
kematangan >breaker – 25% matang, menghasilkan rendemen daging buah mencapai
69,92%, kadar gula 13,82% dan nisbah asamnya 18,9. Pada tingkat kematangan yang sama,
buah nanas yang dibuat selai dengan penambahan 65% gula dan 2% asam sitrat, hasil
selainya mempunyai rendemen 67,30% dan berkualitas baik dengan warna dan rasa yang
disukai (Sabari et al., 2006).
| 25
IV. ANALISIS USAHA TANI PRODUKSI TANAMAN NANAS
Perkiraan analisis budidaya nanas dengan luas lahan 1 hektar adalah sebagai berikut:
1) Biaya produksi
a. Nilai sewa tanah per tahun Rp. 2.500.000,-
b. Sprayer dan alat pertanian Rp. 600.000,-
c. Bibit 45.000 batang @ Rp. 500,- Rp. 22.500.000,-
d. Pupuk
- Pupuk kandang 20 ton @ RP. 150.000,- Rp. 3.000.000,-
- ZA 300 kg @ Rp. 1.250,- Rp. 375.000,-
- TSP (SP-36) 200 kg @ Rp. 1.800,- Rp. 360.000,-
- KCl 150 Kg @ Rp. 1.650,- Rp. 247.500,-
e. Pestisida Rp. 400.000,-
f. Pengolahan tanah borongan Rp. 1.500.000,-
g. Pemupukan & penanaman 10 HKP @ Rp.7.000,- +100 HKW Rp. 570.000,-
h. Pemeliharaan tanaman 200 HKW @ RP. 5.000,- +20 HKP Rp. 1.140.000,-
i. Panen dan pascapanen 100 HKW +10 HKP Rp. 570.000,-
j. Biaya lain-lain (tidak terduga 10%) Rp. 1.801.250,-
Jumlah biaya produksi Rp. 35.563.750,-
2) Hasil penjualan dan laba (keuntungan)
a. Produksi tahun ke-1: 75% x 45.000 x Rp 6500,- /buah Rp. 219.375.000,-
b. Biaya produksi tahun ke-1 Rp. 35.563.750,-
c. Keuntungan tahun ke-1 Rp. 183.811.250,-
d. Produksi tahun ke-2: 80% x 45.000 x Rp. 6500,-/buah Rp. 234.000.000,-
e. Biaya produksi tanpa dihitung bibit & alat pertanian
tahun ke-2 Rp. 12.463.750,-
| 26
f. Keuntungan ke-2 Rp. 221.536.250,-
DAFTAR PUSTAKA
Hadiati, S. 2004. Nenas Komersial Berdaun Tanpa Duri. Warta Penelitian dan
Pengembangan Pertanian 26 (2): 13-14.
Hadiati, S., I. Sukmayadi, Edison, Kartono dan H. Handayani. 2004. Seleksi dan
Karakterisasi Nenas Rendah Oksalat. Laporan Hasil Penelitian Balai Penelitian
Tanaman Buah. Solok. Belum dipublikasi.
Hadiati, S., S. Yuliati dan Jumjunidang. 2011. Evaluasi pertumbuhan dan hasil beberapa
kandidat varietas nenas rendah oksalat dan manis tanpa duri. Jurnal Hortikultura 21
(4): 315-323, 2011. Diakses dari http://www.ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/
jhort/article/view/888/733 pada 9 Mei 2015.
Hartmann, H. T., D. E. Kester, F. T. Davies dan R. L. Geneve. 1997. Plant Propagation:
Principles and Practices, 6th ed. New York: Prentice Hall.
Lakitan, Benyamin. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Maulidi, dan Elly Mustamir. 2012. Upaya peningkatan hasil tanaman nenas di lahan gambut.
Jurnal Perkebunan dan Lahan Tropika, Vol. 2, No. 2, Desember 2012. Diakses dari
http:// jurnal.untan.ac.id/index.php/perkebunan/article/view/3505/3544 pada 9 Mei
2015.
Pusat Kajian Buah Tropika. 2005. Pengembangan Buah-Buahan Unggulan Indonesia
Komoditas Nenas. Laporan Akhir Riset Unggulan Strategis Nasional. Bogor.
Rugayah, Itha Anggalia dan Yohannes Cahya Ginting. 2012. Pengaruh konsentrasi dan cara
aplikasi IBA (Indole Butyric Acid) terhadap pertumbuhan bibit nanas (Ananas
comosus [L.] Merr.) asal tunas mahkota. Jurnal Agrotropika 17 (1): 35-38, Januari-Juni
2012. Diakses dari http://journal.unila.ac.id/index.php/agrotropika/article/view/692/986
pada 9 Mei 2015.
| 27
Sabari, S.D., Suyanti dan Sunarmani. 2006. Tingkat kematangan panen buah nenas Sampit
untuk konsumsi segar dan selai. Jurnal Hortikultura 16 (3): 258-266, 2006. Diakses dari
http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/jhort/article/view/1140/954 pada 9 Mei
2015.
Salisbury, Frank B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB.
Samson, J. A. 1986. Tropical Fruits. 2nd ed. Longman Scientific and Technical.
Wudianto, R. 1999. Membuat Stek, Cangkok dan Okulasi. Jakarta: Penebar Swadaya.
http://digilib.unila.ac.id/
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=8081
http://digilib.uns.ac.id/
http://etd.ugm.ac.id/
http://finance.detik.com/read/2012/01/02/192700/1804972/4/ri-jadi-negara-pengekspor-
nanas-terbesar-di-dunia
http://tanya.bebeja.com/tanyabebeja/prospek-pasar-ekspor-buah-nanas/
http://warintek.ristek.go.id/pertanian/nenas.pdf
http://www.crfg.org/pubs/ff/pineapple.html
http://www.sekilasharga.com/
| 28