Anda di halaman 1dari 21

NAMA : MASWANDI TANJUNG, S. Pd.

NPM : 239015495050
Peg. Id : 11002471188002
Asal Instasi : MAN Batam
Mapel : Sejarah
LK. 1.2 : Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang telah


No. Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
1 Kurangnya minat A. Hasil kajian literatur (Buku) Setelah dilakukan analisis terhadap
belajar siswa dalam mata kurangnya minat belajar siswa berdasarkan
pelajaran Sejarah 1. Slameto kajian literatur dan hasil wawancara dengan
(Pedagogik) Minat belajar adalah, salah satu bentuk keaktifan narasumber, kurangnya minat belajar siswa
seseorang yang mendorong untuk melakukan disebabkan:
serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari 1. Siswa kurang memahami tujuan dan
pengalaman individu dalam interaksi dalam mamfaat mempelajari sejarah
lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan
psikomotorik. 2. Siswa lebih tertarik dengan kegiatan
pelajaran berbentuk praktek/
2. Menurut Mahfud (2001) kunjungan.
Minat adalah perhatian yang mengandung unsur-unsur
perasaan. Minat juga menentukan suatu sikap yang 3. Siswa cendrung bosan dengan materi
menyebabkan seseorang berbuat aktif dalam suatu pembelajaran sejarah yang memuat
pekerjaan. Dengan kata lain minat dapat menjadi sebab banyak cerita teks
dari suatu kegiatan.
4. Siswa kurang dilibatkan dalam proses
3. Menurut Winkel (2004) pembelajaran
Minat adalah kecenderungan yang menetap dalam
subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal
tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam
bidang itu.

B. Kajian Literatur (Jurnal Ilmiah)

1. Priyanto, Adi, dkk


Kesadaran atau kemauan yang kuat akibat dorongan dari
dalam dirinya sendiri bukan karena paksaan. Dengan kata
lain minat belajar berarti upaya seseorang untuk terus
mengembangkan dirinya dan terus mendapat perubahan-
perubahan positif melalui belajar. Semakin kuat minat
seseorang untuk belajar maka akan semakin banyak pula
ilmu pengetahuan atau perubahan-perubahan positif yang
didapatkanya.

(https://mail.jurnaledukasi.stkipabdi.ac.id/index.php/JED/ar
ticle/view/57/39)

C. Hasil Wawancara

1. Hissulfal (Guru)
Rendahnya minat belajar siswa dalam pembelajaran sejarah
disebabkan;
a. Muatan Kurikulum yang kurang menarik untuk mata
pelajaran sejarah.
b. Metode pembelajaran yang ditampilkan guru masih
kurang bervariasi.
c. Media pembelajaran yang tersedia belum mendukung
peningkatan pembelajaran materi sejarah.
d. Masih minimnya ketersedian sumber-sumber sejarah.
2. Al Azmi (Teman Sejawat)
Rendahnya minat siswa dikarenakan cara guru
menyampaikan materi sejarah, mungkin karena metode guru
dalam mengajar kurang sesuai

3. Raja Putri Intan Junita (Wakil Kepala Madrasah Bid.


Akademik)
Kurangnya minat siswa dalam belajar sejarah, bisa juga
karena metode yang diajarkan guru cenderung kepada
metode ceramah.

4. Ahmad Fakih Rambe (Pengawas)


Ada beberapa faktor, diantaranya :

Guru mata pelajaran tersebut kurang diminati siswa/i


tersebut disebabkan cara mengajarnya terlalu monoton,
sehingga membuat para siswa/i jenuh. Dalam hal ini
diharapkan agar guru tersebut harus lebih kreatif, inovatif
dan dedukatif dalam proses mengajar serta guru harus lebih
byk pendekatan untuk menaikkan minat para siswa/i utk
belajar."

5. Tri Tarwiyani (Pakar)


Kurangnya minat belajar siswa dalam mata pelajaran
Sejarah disebabkan oleh penggunaan media pembelajaran
yang kurang menarik.

2 Siswa dengan A. Hasil kajian literatur (Buku) Setelah dilakukan analisis terhadap Siswa
berkebutuhan khusus dengan berkebutuhan khusus (Slow
(Slow Learner/lamban) 1. Menurut Efendi (2008), Learner/lamban) tidak mampu mengikuti
tidak mampu mengikuti Anak lamban belajar adalah anak yang mengalami hambatan materi pembelajaran dengan baik.
materi pembelajaran atau keterlambatan dalam perkembangan mental (fungsi Berdasarkan kajian literatur dan hasil
dengan baik intelektual di bawah teman-teman seusianya) disertai wawancara dengan narasumber, hal tersebut
ketidak-mampuan/kekurang-mampuan untuk belajar dan disebabkan:
untuk menyesuaikan diri sedemikian rupa sehingga
memerlukan pelayanan pendidikan khusus. 1. Siswa berkebutuhan khusus (Slow
Learner/lamban) cendrung menutup diri
2. Sutjihati Somantri (2006). dan kurang terbuka.
Setiap siswa berkebutuhan khusus memiliki jenis kelainan
tertentu yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. 2. Siswa berkebutuhan khusus (Slow
Di bawah ini akan disebutkan jenis kelainan siswa Learner/lamban) membutuhkan waktu
berkebutuhan khusus tersebut. yang lebih lama dalam menguasai
a. Siswa dengan gangguan penglihatan (tuna netra) materi pembelajaran.
b. Siswa dengan gangguan pendengaran (tuna rungu)
c. Siswa dengan kelainan anggota tubuh/gerakan (tuna 3. Siswa berkebutuhan khusus (Slow
daksa) Learner/lamban) kurang bisa mengikuti
d. Siswa dengan kemampuan dan kecerdasan luar biasa materi pembelajaran apabila
(anak berbakat) menggunakan metode yang sama
e. Siswa dengan gangguan intelektual (tuna grahita) dengan siswa lain
f. Siswa lambat belajar (slow learner)
g. Siswa yang mengalami kesulitan belajar spesifik:
h. Siswa yang mengalami kesulitan membaca (disleksia)
i. Siswa yang mengalami kesulitan belajar menulis
(disgrafia)
j. Siswa yang mengalami kesulitan belajar berhitung
(diskalkulia)
k. Siswa dengan gangguan interaksi dan komunikasi
(autis)
l. ADHD (attention deficit hyperactivity disorder)
m. Siswa dengan gangguan emosi dan perilaku (tuna laras)

3. Menurut Agustin (2011)


Anak lamban belajar adalah anak dengan tingkat
penguasaan materi yang rendah, padahal materi tersebut
merupakan prasyarat bagi kelanjutan pelajaran berikutnya,
sehingga mereka sering harus mengulang. Kecerdasan
mereka memang di bawah rata-rata, tetapi mereka bukan
anak yang tidak mampu, hanya mereka butuh perjuangan
yang keras untuk menguasai apa yang diminta di kelas
reguler.

B. Kajian Literatur (Jurnal Ilmiah)

1. Praptiningrum
Penyelenggaraan pendidikan inklusif bagi Anak
Berkebutuhan Khusus seharusnya dapat menciptakan
lingkungan yang ramah, menyenangkan, fleksibel, dapat
menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa dan tenaga
pendidik yang memiliki kemampuan khusus.
Kenyataan di lapangan penyelenggaraan pendidikan inklusif
belum semuanya sesuai dengan pedoman penyelengaraan,
baik dari segi kondisi siswa, kualifikasi guru, sarana-
prasarana penunjang, dukungan orang tua maupun dukungan
dari pemerintah pusat maupun daerah. Pada dasarnya
penyelenggaraan pendidikan inklusif bagi Anak
Berkebutuhan khusus masih menjadi fenomena.

(https://journal.uny.ac.id/index.php/jpk/article/view/774)

C. Hasil Wawancara

1. Hissulfal (Guru)
Siswa dengan berkebutuhan khusus (Slow Learner/lamban)
tidak mampu mengikuti materi pembelajaran dengan baik
disebabkan oleh;
a. Kesulitan dengan Fakta yang Detail karena Sejarah
sering melibatkan banyak fakta yang detail yang perlu
diingat. Solusinya : mencoba teknik memori seperti
membuat catatan.

b. Kurangnya Minat: Jika seseorang tidak memiliki minat


yang kuat dalam sejarah, siswa tersebut tidak
termotivasi untuk belajar.

c. Kurangnya Strategi Pembelajaran yang Efektif:


Seseorang mungkin tidak memiliki strategi
pembelajaran yang efektif untuk mata pelajaran sejarah.
Solusinya adalah mencari metode pembelajaran yang
cocok untuk mereka, seperti membuat catatan, diskusi
kelompok.

d. Kurangnya Bahan Sumber: sumber daya yang tersedia


mungkin terbatas, seperti buku teks yang tidak memadai
atau akses terbatas ke perpustakaan atau sumber online.
Solusinya adalah mencari sumber daya tambahan,
seperti buku-buku sejarah, video dokumenter.

2. Teman Sejawat
Karena pelajaran sejarah tersebut bisa dipahami siswa jika
guru bisa membawakan suasana sejarah tersebut diruangan
kelas. Seperti bermain peran, atau guru bercerita sambil
menayangkan slide gambar sejarah, atau memutar video2
tentang sejarah

3. Raja Putri Intan Junita (Wakil Kepala Madrasah Bid.


Akademik)
Siswa dengan berkebutuhan khusus (Slow Learner/lamban)
yang tidak mampu mengikuti materi pembelajaran dengan
baik seharusnya guru lebih bervariasi dalam mengajar dan
bisa juga menggunakan pembelajaran berdiferensiasi sesuai
dengan gaya belajar siswa.

4. Ahmad Fakih Rambe (Pengawas)


Penyebab diantaranya adalah kemungkinan siswa tsbt tidak
berminat dalam sejarah. Solusinya adalah guru sejarah
tersebut perlu pendekatan khusus dengan cara meningkatkan
interaktif terhadap siswa/i yg learner slow tersebut utk
meningkatkan minatnya dalam belajar sejarah.

5. Tri Tarwiyani (Pakar)


Siswa dengan berkebutuhan khusus (Slow Learner/lamban)
tidak mampu mengikuti materi pembelajaran dengan baik
bisa jadi disebabkan oleh metode yang digunakan tidak
sesuai dengan karakter siswa.

3 Hubungan komunikasi A. Hasil kajian literatur (Buku) Setelah dilakukan analisis terhadap
antar guru dan orang tua hubungan komunikasi antar guru dan orang
peserta didik terkait 1. Pusitaningtyas, A. (2016) tua peserta didik terkait pembelajaran masih
pembelajaran masih Orang tua merupakan guru pertama dan utama bagi anak- kurang berdasarkan kajian literatur dan hasil
kurang anaknya karena dari orang tua lah anak mendapatkan wawancara dengan narasumber, hal tersebut
bimbingan dan kasih sayang yang pertama kalinya. disebabkan:
Sehingga orang tua pun diharapkan lebih sering dan efektif
lagi dalam komunikasi dengan guru dalam melancarkan 1. Siswa kurang mendapat perhatian dari
pelaksanaan pembelajaran orang tua karena orang menyerahkan
sepenuhnya pendidikan anak kepada
2. Rosady Ruslan (2002: 72) guru dan Madrasah
Partisipasi yang tinggi dari orangtua murid dalam
pendidikan di sekolah merupakan salah satu ciri dari 2. Siswa tidak mendapatkan arahan yang
pengelolaan sekolah yang baik, artinya sejauhmana kontinue dari kedua orang tua karena
masyarakat dapat diberdayakan dalam proses pendidikan di terlalu sibuk bekerja sehinga abai
sekolah adalah indicator terhadap manajemen sekolah yang terhadap permasalahan belajar siswa
bersangkutan. Pemberdayaan masyarakat dalam pendidikan
ini merupakan sesuatu yang esensial bagi penyelenggaraan 3. Permasalahan yang dihadapi oleh siswa
sekolah yang baik. tidak di akomodir karena Orang tua
cendrung abai untuk datang
3. Syarif Hidayat (2013; 94) berkomunikasi langsung dengan guru

Dalam proses pendidikan anak di sekolah, terdapat banyak


faktor yang berpengaruhatau berhubungan terhadap
pencapaian prestasi belajarpeserta didik, seperti guru,
lingkungan, sarana prasaranadan bahkan kerjasama orang
tua dengan guru.

B. Kajian Literatur (Jurnal Ilmiah)

1. Anis Pusitaningtyas
Peran orang tua di rumah dan guru di sekolah sangat penting
bagi pendidikan anak. Komunikasi yang baik antara orang
tua dan guru merupakan suatu keharusan agar tercapai
kesinergian antara keduanya. Komunikasi tersebut bisa
berlangsung dalam satu arah ataupun dua arah. Komunikasi
satu arah terjadi saat guru memberikan informasi kepada
orang tua tentang peristiwa, kegiatan, atau kemajuan yang
dicapai anak.Sedangkan komunikasi dua arah terjadi jika
ada dialog interaktif antara guru dan orang tua. Komunikasi
yang baik akan menumbuhkan sikap saling percaya antara
orang tua dan guru. Adanya sikap saling mempercayai,
saling membantu dalam membimbing anak dan
berkomunikasi antara orang tua dan guru, akan membuat
anak merasa memiliki kebebasan berkreativitas guna
pengembangan potensi dirinya, sehingga bisa meningkatkan
kreativitas dan mencapai keberhasilan dalam belajar.

(https://icecrs.umsida.ac.id/index.php/icecrs/article/view/12
82)

C. Hasil Wawancara

1. Hissulfal (Guru)
Kurangnya komunikasi antara guru dan dan orang tua bisa
disebabkan beberapa hal;

a. Keterbatasan Waktu: Orangtua dan guru memiliki


jadwal yang padat, maka sulit untuk menemukan waktu
yang tepat untuk berkomunikasi. Karena kebanyakan
orangtua bekerja penuh waktu dan memiliki banyak
tanggung jawab lainnya, sementara guru memiliki tugas
mengajar dan administrasi yang membutuhkan waktu .

b. Kurangnya Keterlibatan Orangtua: ada beberapa


orangtua tidak merasa terlibat atau tertarik dalam
pendidikan anak-anak mereka di madrasah. Mereka
mungkin merasa bahwa pendidikan adalah tanggung
jawab penuh dari pihak madrasah.

2. Al Azmi (Teman Sejawat)


Kurangnya komunikasi antara guru dan dan orang tua
biasanya disebabkan guru selalu berfikir tidak ada
kepentingan dengan orang tua siswa tersebut. Biasanya
hanya siswa yang bermasalah saja yang melibatkan orang
tua. Untuk itu, sekolah harus memberikan ruang untuk
berkomunikasi dengan membuat suatu kegiatan yang selalu
melibatkan orang tua.

3. Raja Putri Intan Junita (Wakil Kepala Madrasah Bid.


Akademik)
Komunikasi yang baik antara orang tua dan guru merupakan
suatu keharusan agar tercapai kesinergian antara keduanya.
Komunikasi tersebut bisa berlangsung dalam satu arah
ataupun dua arah. Komunikasi satu arah terjadi saat guru
memberikan informasi kepada orang tua tentang peristiwa,
kegiatan, atau kemajuan yang dicapai anak. Sedangkan
komunikasi dua arah terjadi jika ada dialog interaktif antara
guru dan orang tua. Komunikasi yang baik akan
menumbuhkan sikap saling percaya antara orang tua dan
guru. Adanya sikap saling mempercayai, saling membantu
dalam membimbing anak dan berkomunikasi antara orang
tua dan guru, akan membuat anak merasa memiliki
kebebasan berkreativitas guna pengembangan potensi
dirinya, sehingga bisa meningkatkan kreativitas dan
mencapai keberhasilan dalam belajar.

4. Ahmad Fakih Rambe (Pengawas)


Hal ini tentunya guru terlebih dahulu yg memulai
melakukan komunikasi, sebab perlu diketahui byk org
tua/wali murid tdk mengetahui siapa guru anaknya.
Sedangkan guru pasti mengetahui siapa orang tua/wali
murid tersebut, hal mana setiap guru ada data siswa/i
lengkap termasuk nama, alamat org tua/wali murid dan
bahkan sampai nomor telpon/handphone org tua/wali murid.

5. Dr. Tri Tarwiyani, M. Pd. (Pakar)


Hubungan komunikasi antar guru dan orang tua peserta
didik terkait pembelajaran masih kurang penyebab utamanya
adalah kesibukan terkadang menjadi kendala tersendiri
terhadap terbangunnya komunikasi

4 Guru jarang A. Hasil kajian literatur (Buku) Setelah dilakukan analisis terhadap Guru
menggunakan model- jarang menggunakan model-model
model pembelajaran 1. Uno (2012) pembelajaran inovatif yang sesuai
inovatif yang sesuai Pembelajaran inovatif merupakan pembelajaran yang karakteristik materi dan siswa, hal
karakteristik materi dan memberikan kesempatan peserta didik untuk perbaikan atau tersebut disebabkan:
siswa. pengembangan kegiatan pembelajaran dalam rangka tujuan
pembelajaran. Membangun pembelajaran yang inovatif 1. Guru merasa nyaman dengan metode
dapat dilakukan dengan cara-cara yang diantaranya ceramah
menampung setiap karakteristik siswa dan mengukur
kemampuan atau daya serap setiap siswa. 2. Guru jarang menggunakan pembelajaran
gaya baru
Ciri-ciri pembelajaran inovatif adalah:
a. Menggunakan bahan atau materi baru yang bermanfaat 3. Guru tidak mengetahui karakteristik dan
dan bermartabat. gaya belajar siswa.
b. Menerapkan berbagai pendekatan pembelajaran dengan
gaya baru.
c. Memodifikasi pendekatan pembelajaran konvensional
menjadi pendekatan inovatif yang sesuai dengan
keadaan siswa, sekolah, dan lingkungan.
d. Melibatkan perangkat teknologi pembelajaran.
2. Menurut Kristiani, dkk (2021)
Pembelajaran berdiferensiasi adalah proses belajar mengajar
dimana siswa dapat mempelajari materi pelajaran sesuai
dengan kemampuan, apa yang disukai dan kebutuhannya
masing-masing sehingga mereka tidak frustasi dan merasa
gagal dalam pengalaman belajarnya.

3. Menurut Marlina (2019),


Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang
mengakomodir, melayani, dan mengakui keberagaman
peserta didik dalam belajar sesuai dengan kesiapan, minat
dan preferensi belajar peserta didik. Kepedulian pada peserta
didik dalam memperhatikan kekuatan dan kebutuhan peserta
didik menjadi fokus perhatian dalam pembelajaran
berdiferensiasi

B. Kajian Literatur (Jurnal Ilmiah)

1. I Wayan Santyasa
Para guru diharapkan memiliki pengetahuan yang luas dan
pemahaman yang mendalam. Di samping penguasaan
materi, guru juga dituntut memiliki keragaman model atau
strategi pembelajaran, karena tidak ada satu model
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan
belajar dari topik-topik yang beragam.

(https://www.academia.edu/download/41170972/MODEL_
MODEL_PEMBELAJARAN.pdf)

C. Hasil Wawancara
1. Hissulfal (Guru)
Guru jarang menggunakan model-model pembelajaran
inovatif yang sesuai karakteristik materi dan siswa,
disebabkan oleh;
a. Kurangnya Pendidikan Pelatihan dan Bimbingan
Teknis : masih banyak guru belum mendapatkan
pelatihan dan bimbingan teknis yang dilaksanakan di
madrasah/sekolah, kurang memadai dalam
pengembangan dan implementasi model pembelajaran
inovatif. Mereka (guru-guru) merasa kurang siap atau
tidak percaya diri dalam mengimplementasikan
pendekatan baru.

b. Kurangnya Sumber Daya: Guru seringkali memiliki


keterbatasan sumber daya, termasuk waktu, dana, dan
peralatan. Model-model pembelajaran inovatif
memerlukan sumber daya tambahan yang tidak tersedia
di madrasah/sekolah mereka.

c. Resisten/menolak terhadap Perubahan: Beberapa guru


memiliki resistensi terhadap perubahan atau mungkin
merasa nyaman dengan metode pengajaran yang sudah
mereka laksanakan. Mereka (Guru-guru) belum
merasakan manfaat yang cukup besar dalam mengubah
cara mereka mengajar

2. Al Azmi (Teman Sejawat)


Kebanyakan guru berfikir kalau media IT itu hanya
powerpoint saja. Padahal banyak media lain yang bisa di
manfaatkan dan lebih inovatif. Dan kendala yang lain adalah
siswa tak diperbolehkan membawa HP jadi terbatas media
IT yang bisa digunakan oleh guru.

3. Raja Putri Intan Junita (Wakil Kepala Madrasah Bid.


Akademik)
Kurangnya model pembelajaran yang inovatif membuat
siswa akan mudah bosan dan kurang aktif dalam
pembelajaran. sehingga akan berpengaruh kepada minat
belajar siswa, siswa akan cepat bosan dalam pembelajaran
dan hasil belajar siswa juga akan menurun.

4. Ahmad Fakih Rambe (Pengawas)


Apabila ada guru yg tdk inovatif sangat disayangkan sekali,
hal ini disebabkan kemungkinan besar guru tersebut malas
dan tidak mau belajar lagi untuk meng up date ilmu yg
sudah didapatnya.

5. Tri Tarwiyani (Pakar)


Perlu diperbaiki salah satunya dengan cara mengikuti
berbagai pelatihan
5 Siswa kesulitan A. Hasil kajian literatur (Buku) Setelah dilakukan analisis terhadap
menjawab soal-soal Siswa kesulitan menjawab soal-soal
berbasis HOTS (Higher 1. Saputra (2016) berbasis HOTS (Higher Order Thinking
Order Thinking Skills) Higher order thinking skills adalah proses berpikir peserta Skills), hal tersebut disebabkan:
didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang
dikembangkan dari berbagai konsep meliputi kemampuan 1. Siswa tidak dilatih berfikir tingkat
pemecahan masalah, kemampuan berpikir kreatif, berpikir tinggi dalam proses pembelajaran
kritis, kemampuan berargumen, dan kemampuan
mengambil keputusan. 2. Siswa jarang terlibat aktif dalam
kegiatan tanya jawab seingga kurang
2. Brookhart (2010), kritis
Higher order thinking skills adalah kemampuan berpikir
yang meliputi kemampuan analisis, evaluasi dan kreasi, 3. Siswa jarang mendapatkan latihan atau
penalaran logis (logical reasoning), pengambilan pembiasaan soal-soal yang berbasis
keputusan (judgement), berpikir kritis, pemecahan HOTS
masalah, kreativitas dan berpikir kreatif.

3. Lewis dan Smith (1993)


Higher order thinking skills adalah pemikiran tingkat
tinggi yang terjadi ketika seseorang mengambil informasi
baru dan menyimpan dalam memori yang saling terkait
serta mengatur ulang dan memperluas informasi untuk
mencapai tujuan atau menemukan kemungkinan jawaban
dalam situasi membingungkan.

B. Kajian Literatur (Jurnal Ilmiah)

1. R Yulian
Salah satu cara dalam pembelajaran agar siswa dapat
meningkatkan bernalar kritis dengan cara melatih
menggunakan soal HOTS, dalam taksonami bloom,
soal HOTS berada di C4 sampai C5. Dengan begitu
jelas terlihat jika dalam mengerjakannya membutuhkan
penalaran kritis.

(https://repository.unugiri.ac.id/id/eprint/2917/)

C. Hasil Wawancara

1. Hissulfal (Guru)
a. Pentingnya Kesesuaian Soal dan Pembelajaran:
Pembuatan soal yang tidak relevan dengan
pembelajaran berbasis HOTS dapat mengurangi
efektivitas pembelajaran. Dalam pendekatan
pembelajaran berbasis HOTS, fokusnya adalah
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, analitis,
dan kreatif siswa, sehingga soal harus dirancang untuk
mengukur kemampuan tersebut.

b. Meningkatkan Kemampuan Berpikir: Siswa akan


mendapatkan manfaat yang lebih besar jika soal HOTS
disusun secara bersamaan dengan pembelajaran
berbasis HOTS. Memungkinkan siswa untuk berlatih
berpikir tingkat tinggi guna mengukur pemahaman
siswa secara komprehensif.

2. Al Azmi (Teman Sejawat)


Menurut saya itu dikarenakan guru sudah terbiasa dengan
zona nyaman, malas untuk mencari model pembelajaran
baru yang lebih inovatif dan juga karena merasa metode nya
sudah paling bagus. karena terlalu banyak materi yang harus
dikejar, jdi untuk memfokuskan pembelajaran HOTS akan
membuat materi berikutnya tertunda

3. Raja Putri Intan Junita (Waka Madrasah Bid.


Akademik)
Sebaiknya pada saat pembelajaran, siswa juga diberikan
contoh soal dan pembahasan soal-soal HOTS, sehingga
siswa tidak kaget dan kesulitan pada saat mengerjakan soal
ulangan atau soal ujian.
4. Ahmad Fakih Rambe (Pengawas)
Soal-soal yg berbasis HOTS harus dkaji lagi lebih
komprehensif dan menyeluruh agar selaras dengan tujuan
dan maksud diadakannya soal berbasis HOTS tersebut.

5. Tri Tarwiyani (Pakar)


Guru harus menguasai materi secara baik sehingga HOTS
bisa tercapai

6 Pemamfaatan Teknologi A. Hasil kajian literatur (Buku) Setelah dilakukan analisis terhadap
informasi yang Pemamfaatan Teknologi informasi yang
digunakan guru dalam 1. Menurut Rahayu (2017) digunakan guru dalam pembelajaran
pembelajaran belum Pemamfaatan Teknologi informasi adalah keterampilan belum optimal, hal tersebut disebabkan:
optimal yang dibutuhkan untuk mengintegrasikan teknologi dalam
proses pembelajaran. Pengetahuan yang dibutuhkan tersebut 1. Guru enggan meluangkan waktu untuk
pengetahuan teknologi, pengetahuan pedagogi, pengetahuan membuat media pembelajaran yang
konten, dan bagaimana ketiga pengetahuan tersebut dapat lebih variatif.
digunakan sesuai dengan konteksnya.
2. Guru cendrung nyaman dengan
2. Menurut Feladi dan Puspitasari (2018) penggunaan slide power point.
TPACK adalah konsep yang dibutuhkan oleh guru dimana
dapat mengintegrasikan teknologi, pedagogik, dan isi yang 3. Guru merasa penggunaan teknologi
diterapkan sesuai dengan konteks sehingga proses dalam pembelajaran membutuhkan
pembelajaran mencapai maksimal. waktu untuk penyettingan

3. Menurut Çoban, dkk (2016),


TPACK adalah sebuah sintesis pengetahuan yang bertujuan
untuk memasukkan teknologi informasi dan komunikasi
serta teknologi pendidikan ke dalam proses pembelajaran di
kelas.

B. Kajian Literatur (Jurnal Ilmiah)


1. Agus Susilo
Guru seharusnya didorong untuk melakukan berbagai
inovasi pembelajaran agar pembelajaran dapat berjalan
secara efektivitas, efisiensi dan produktivitas sehingga mutu
pembelajaran dapat meningkat. Pembelajaran dapat berjalan
dengan lebih baik apabila ditunjang dengan kreatifitas guru
dalam meningkatkan mutu pembelajaran

(http://journal.univetbantara.ac.id/index.php/komdik)

C. Hasil Wawancara

1. Hissulfal (Guru)
a. Keterampilan Guru: Beberapa guru tidak memiliki
keterampilan karena kurangnya kegiatan Pendidikan
Pelatihan serta Bimbingan Teknis yang cukup untuk
memanfaatkan teknologi informasi dalam pembelajaran
secara efektif di Madrasah/Sekolah/Lembaga Penjamin
Peningkatan Mutu Keterampilan mengajar guru .
Mereka (guru-guru) hanya terbiasa menggunakan
aplikasi slide Powerpoint karena adalah alat yang paling
mereka kenal.

b. Kurangnya Ketersediaan Konten Digital yang


Berkualitas: Pembelajaran berbasis teknologi informasi
memerlukan konten digital yang berkualitas tinggi,
seperti video pembelajaran, simulasi, dan perangkat
lunak interaktif. Kurangnya akses terhadap konten-
konten ini dapat membuat pembelajaran terbatas pada
slide Powerpoint.

c. Kurangnya Anggaran dan Kurangnya Kemauan:


Implementasi teknologi informasi dalam pembelajaran
memerlukan investasi dana untuk perangkat keras,
perangkat lunak, pelatihan, dan pemeliharaan.
Kurangnya kemauan yang kuat dalam pengadaan
fasilitas Media Pembelajaran, serta Keterbatasan
Anggaran dapat menjadi hambatan.

2. Al Azmi (Teman Sejawat)


Karena kebanyakan guru berfikir kalau media IT itu hanya
powerpoint saja. Padahal banyak media lain yang bisa di
manfaatkan dan lebih inovatif. Dan kendala yang lain adalah
siswa tak diperbolehkan membawa HP jdi terbatas media IT
yang bisa digunakan oleh guru.

3. Raja Putri Intan JunitaWakil Kepala Madrasah


(Akademik)
Sebaiknya guru mengikuti perkembangan zaman, dimana
pada saat ini teknologi sudah semakin maju, guru juga bisa
menggunakan berbagai aplikasi yang tersedia dalam
pembelajaran sehingga siswa lebih senang dalam proses
pembelajaran

4. Ahmad Fakih Rambe (Pengawas)


Perlu diselesaikan secara seksama dan dalam tempo yang
sesingkat singkatnya antara pihak sekolah dengan komite
serta stake holder yang ada di madrasah. Karena di era 4.0
adalah sebuah keharusan guru menguasai IPTEK khususnya
untuk menunjang pembelajaran

5. Tri Tarwiyani (Pakar)


Literasi akan teknologi informasi perlu untuk diperluas lagi
dan tidak terbatas hanya pada penggunaan power point
utnuk persentasi

Daftar Pustaka

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Mahfud S. 2001. Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya: Bina Ilmu.
Winkel, W.S. 2004. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hidayat, Syarif .” Pengaruh Kerjasama Orang Tua dan Guru Terhadap Disiplin Peserta Didik di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri
Kecamatan Jagakarsa - Jakarta Selatan”. Jurnal Ilmiah WIDYA, Volume 1 Nomor 2 (2013), 94.
Achmad, dkk. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Science Environment Technology, Society (SETS) Terhadap Kemampuan Berkomunikasi
Secara Tertulis Berupa Penulisan Karya Ilmiah Bidang Geografi Siswa SMA. Malang: UNM.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2014. Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi Dalam Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.
Khoirudin, M. Arif. 2012. Peran Komunikasi dalam Pendidikan. Jurnal Komunikasi, Vol.23, No.1.
Gea, Antonius Atosokhi, dkk. 2011. Character Building II (Relasi Dengan Sesama). Jakarta: Elex Media Komputindo.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Kalsum, Umi. 2011. Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis PAIKEM. Surabaya: Gena Pratama Pustaka.
Uno, H.B., dan Mohamad, Nurdin. 2012. Belajar dengan Pendekatan PAIKEM. Jakarta: Bumi Aksara.
Somantri, T. Sutjihati. “Psikologi Anak Luar Biasa” Terbitan: Refika Aditama, 2014
Rahayu, S. 2017. Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK): Integrasi ICT Dalam Pembelajaran IPA Abad 21. Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan IPA IX.
Feladi, V., dan Puspitasari, H. 2018. Analisis Profil TPACK Guru TIK SMA di Kecamatan Pontianak Kota. JEPIN (Jurnal Edukasi Dan
Penelitian Informatika)
Priyanto, A., hazmi, N., & Meri, D. (2022). PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL
BELAJAR SEJARAH SISWA. Jurnal Edukasi, 2(1)
SANTYASA, I. Wayan. Model-model pembelajaran inovatif. Universitas Pendidikan Ganesha, 2007, 6.
Warti, Elis. "Pembelajaran HOTS (higher order thinking skills) melalui penerapan berbagai metode pembelajaran." Malang: Media Nusa
Creative (2019).
Susilo, Agus Agus, and Andriana Sofiarini. "Peran Guru Sejarah dalam Pemanfaatan Inovasi Media Pembelajaran." Jurnal Komunikasi
Pendidikan 4.2 (2020): 79-93.

Anda mungkin juga menyukai