LK 1.2 Eksplorasi Masalah - Maswandi Tanjung
LK 1.2 Eksplorasi Masalah - Maswandi Tanjung
NPM : 239015495050
Peg. Id : 11002471188002
Asal Instasi : MAN Batam
Mapel : Sejarah
LK. 1.2 : Eksplorasi Penyebab Masalah
(https://mail.jurnaledukasi.stkipabdi.ac.id/index.php/JED/ar
ticle/view/57/39)
C. Hasil Wawancara
1. Hissulfal (Guru)
Rendahnya minat belajar siswa dalam pembelajaran sejarah
disebabkan;
a. Muatan Kurikulum yang kurang menarik untuk mata
pelajaran sejarah.
b. Metode pembelajaran yang ditampilkan guru masih
kurang bervariasi.
c. Media pembelajaran yang tersedia belum mendukung
peningkatan pembelajaran materi sejarah.
d. Masih minimnya ketersedian sumber-sumber sejarah.
2. Al Azmi (Teman Sejawat)
Rendahnya minat siswa dikarenakan cara guru
menyampaikan materi sejarah, mungkin karena metode guru
dalam mengajar kurang sesuai
2 Siswa dengan A. Hasil kajian literatur (Buku) Setelah dilakukan analisis terhadap Siswa
berkebutuhan khusus dengan berkebutuhan khusus (Slow
(Slow Learner/lamban) 1. Menurut Efendi (2008), Learner/lamban) tidak mampu mengikuti
tidak mampu mengikuti Anak lamban belajar adalah anak yang mengalami hambatan materi pembelajaran dengan baik.
materi pembelajaran atau keterlambatan dalam perkembangan mental (fungsi Berdasarkan kajian literatur dan hasil
dengan baik intelektual di bawah teman-teman seusianya) disertai wawancara dengan narasumber, hal tersebut
ketidak-mampuan/kekurang-mampuan untuk belajar dan disebabkan:
untuk menyesuaikan diri sedemikian rupa sehingga
memerlukan pelayanan pendidikan khusus. 1. Siswa berkebutuhan khusus (Slow
Learner/lamban) cendrung menutup diri
2. Sutjihati Somantri (2006). dan kurang terbuka.
Setiap siswa berkebutuhan khusus memiliki jenis kelainan
tertentu yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. 2. Siswa berkebutuhan khusus (Slow
Di bawah ini akan disebutkan jenis kelainan siswa Learner/lamban) membutuhkan waktu
berkebutuhan khusus tersebut. yang lebih lama dalam menguasai
a. Siswa dengan gangguan penglihatan (tuna netra) materi pembelajaran.
b. Siswa dengan gangguan pendengaran (tuna rungu)
c. Siswa dengan kelainan anggota tubuh/gerakan (tuna 3. Siswa berkebutuhan khusus (Slow
daksa) Learner/lamban) kurang bisa mengikuti
d. Siswa dengan kemampuan dan kecerdasan luar biasa materi pembelajaran apabila
(anak berbakat) menggunakan metode yang sama
e. Siswa dengan gangguan intelektual (tuna grahita) dengan siswa lain
f. Siswa lambat belajar (slow learner)
g. Siswa yang mengalami kesulitan belajar spesifik:
h. Siswa yang mengalami kesulitan membaca (disleksia)
i. Siswa yang mengalami kesulitan belajar menulis
(disgrafia)
j. Siswa yang mengalami kesulitan belajar berhitung
(diskalkulia)
k. Siswa dengan gangguan interaksi dan komunikasi
(autis)
l. ADHD (attention deficit hyperactivity disorder)
m. Siswa dengan gangguan emosi dan perilaku (tuna laras)
1. Praptiningrum
Penyelenggaraan pendidikan inklusif bagi Anak
Berkebutuhan Khusus seharusnya dapat menciptakan
lingkungan yang ramah, menyenangkan, fleksibel, dapat
menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa dan tenaga
pendidik yang memiliki kemampuan khusus.
Kenyataan di lapangan penyelenggaraan pendidikan inklusif
belum semuanya sesuai dengan pedoman penyelengaraan,
baik dari segi kondisi siswa, kualifikasi guru, sarana-
prasarana penunjang, dukungan orang tua maupun dukungan
dari pemerintah pusat maupun daerah. Pada dasarnya
penyelenggaraan pendidikan inklusif bagi Anak
Berkebutuhan khusus masih menjadi fenomena.
(https://journal.uny.ac.id/index.php/jpk/article/view/774)
C. Hasil Wawancara
1. Hissulfal (Guru)
Siswa dengan berkebutuhan khusus (Slow Learner/lamban)
tidak mampu mengikuti materi pembelajaran dengan baik
disebabkan oleh;
a. Kesulitan dengan Fakta yang Detail karena Sejarah
sering melibatkan banyak fakta yang detail yang perlu
diingat. Solusinya : mencoba teknik memori seperti
membuat catatan.
2. Teman Sejawat
Karena pelajaran sejarah tersebut bisa dipahami siswa jika
guru bisa membawakan suasana sejarah tersebut diruangan
kelas. Seperti bermain peran, atau guru bercerita sambil
menayangkan slide gambar sejarah, atau memutar video2
tentang sejarah
3 Hubungan komunikasi A. Hasil kajian literatur (Buku) Setelah dilakukan analisis terhadap
antar guru dan orang tua hubungan komunikasi antar guru dan orang
peserta didik terkait 1. Pusitaningtyas, A. (2016) tua peserta didik terkait pembelajaran masih
pembelajaran masih Orang tua merupakan guru pertama dan utama bagi anak- kurang berdasarkan kajian literatur dan hasil
kurang anaknya karena dari orang tua lah anak mendapatkan wawancara dengan narasumber, hal tersebut
bimbingan dan kasih sayang yang pertama kalinya. disebabkan:
Sehingga orang tua pun diharapkan lebih sering dan efektif
lagi dalam komunikasi dengan guru dalam melancarkan 1. Siswa kurang mendapat perhatian dari
pelaksanaan pembelajaran orang tua karena orang menyerahkan
sepenuhnya pendidikan anak kepada
2. Rosady Ruslan (2002: 72) guru dan Madrasah
Partisipasi yang tinggi dari orangtua murid dalam
pendidikan di sekolah merupakan salah satu ciri dari 2. Siswa tidak mendapatkan arahan yang
pengelolaan sekolah yang baik, artinya sejauhmana kontinue dari kedua orang tua karena
masyarakat dapat diberdayakan dalam proses pendidikan di terlalu sibuk bekerja sehinga abai
sekolah adalah indicator terhadap manajemen sekolah yang terhadap permasalahan belajar siswa
bersangkutan. Pemberdayaan masyarakat dalam pendidikan
ini merupakan sesuatu yang esensial bagi penyelenggaraan 3. Permasalahan yang dihadapi oleh siswa
sekolah yang baik. tidak di akomodir karena Orang tua
cendrung abai untuk datang
3. Syarif Hidayat (2013; 94) berkomunikasi langsung dengan guru
1. Anis Pusitaningtyas
Peran orang tua di rumah dan guru di sekolah sangat penting
bagi pendidikan anak. Komunikasi yang baik antara orang
tua dan guru merupakan suatu keharusan agar tercapai
kesinergian antara keduanya. Komunikasi tersebut bisa
berlangsung dalam satu arah ataupun dua arah. Komunikasi
satu arah terjadi saat guru memberikan informasi kepada
orang tua tentang peristiwa, kegiatan, atau kemajuan yang
dicapai anak.Sedangkan komunikasi dua arah terjadi jika
ada dialog interaktif antara guru dan orang tua. Komunikasi
yang baik akan menumbuhkan sikap saling percaya antara
orang tua dan guru. Adanya sikap saling mempercayai,
saling membantu dalam membimbing anak dan
berkomunikasi antara orang tua dan guru, akan membuat
anak merasa memiliki kebebasan berkreativitas guna
pengembangan potensi dirinya, sehingga bisa meningkatkan
kreativitas dan mencapai keberhasilan dalam belajar.
(https://icecrs.umsida.ac.id/index.php/icecrs/article/view/12
82)
C. Hasil Wawancara
1. Hissulfal (Guru)
Kurangnya komunikasi antara guru dan dan orang tua bisa
disebabkan beberapa hal;
4 Guru jarang A. Hasil kajian literatur (Buku) Setelah dilakukan analisis terhadap Guru
menggunakan model- jarang menggunakan model-model
model pembelajaran 1. Uno (2012) pembelajaran inovatif yang sesuai
inovatif yang sesuai Pembelajaran inovatif merupakan pembelajaran yang karakteristik materi dan siswa, hal
karakteristik materi dan memberikan kesempatan peserta didik untuk perbaikan atau tersebut disebabkan:
siswa. pengembangan kegiatan pembelajaran dalam rangka tujuan
pembelajaran. Membangun pembelajaran yang inovatif 1. Guru merasa nyaman dengan metode
dapat dilakukan dengan cara-cara yang diantaranya ceramah
menampung setiap karakteristik siswa dan mengukur
kemampuan atau daya serap setiap siswa. 2. Guru jarang menggunakan pembelajaran
gaya baru
Ciri-ciri pembelajaran inovatif adalah:
a. Menggunakan bahan atau materi baru yang bermanfaat 3. Guru tidak mengetahui karakteristik dan
dan bermartabat. gaya belajar siswa.
b. Menerapkan berbagai pendekatan pembelajaran dengan
gaya baru.
c. Memodifikasi pendekatan pembelajaran konvensional
menjadi pendekatan inovatif yang sesuai dengan
keadaan siswa, sekolah, dan lingkungan.
d. Melibatkan perangkat teknologi pembelajaran.
2. Menurut Kristiani, dkk (2021)
Pembelajaran berdiferensiasi adalah proses belajar mengajar
dimana siswa dapat mempelajari materi pelajaran sesuai
dengan kemampuan, apa yang disukai dan kebutuhannya
masing-masing sehingga mereka tidak frustasi dan merasa
gagal dalam pengalaman belajarnya.
1. I Wayan Santyasa
Para guru diharapkan memiliki pengetahuan yang luas dan
pemahaman yang mendalam. Di samping penguasaan
materi, guru juga dituntut memiliki keragaman model atau
strategi pembelajaran, karena tidak ada satu model
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan
belajar dari topik-topik yang beragam.
(https://www.academia.edu/download/41170972/MODEL_
MODEL_PEMBELAJARAN.pdf)
C. Hasil Wawancara
1. Hissulfal (Guru)
Guru jarang menggunakan model-model pembelajaran
inovatif yang sesuai karakteristik materi dan siswa,
disebabkan oleh;
a. Kurangnya Pendidikan Pelatihan dan Bimbingan
Teknis : masih banyak guru belum mendapatkan
pelatihan dan bimbingan teknis yang dilaksanakan di
madrasah/sekolah, kurang memadai dalam
pengembangan dan implementasi model pembelajaran
inovatif. Mereka (guru-guru) merasa kurang siap atau
tidak percaya diri dalam mengimplementasikan
pendekatan baru.
1. R Yulian
Salah satu cara dalam pembelajaran agar siswa dapat
meningkatkan bernalar kritis dengan cara melatih
menggunakan soal HOTS, dalam taksonami bloom,
soal HOTS berada di C4 sampai C5. Dengan begitu
jelas terlihat jika dalam mengerjakannya membutuhkan
penalaran kritis.
(https://repository.unugiri.ac.id/id/eprint/2917/)
C. Hasil Wawancara
1. Hissulfal (Guru)
a. Pentingnya Kesesuaian Soal dan Pembelajaran:
Pembuatan soal yang tidak relevan dengan
pembelajaran berbasis HOTS dapat mengurangi
efektivitas pembelajaran. Dalam pendekatan
pembelajaran berbasis HOTS, fokusnya adalah
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, analitis,
dan kreatif siswa, sehingga soal harus dirancang untuk
mengukur kemampuan tersebut.
6 Pemamfaatan Teknologi A. Hasil kajian literatur (Buku) Setelah dilakukan analisis terhadap
informasi yang Pemamfaatan Teknologi informasi yang
digunakan guru dalam 1. Menurut Rahayu (2017) digunakan guru dalam pembelajaran
pembelajaran belum Pemamfaatan Teknologi informasi adalah keterampilan belum optimal, hal tersebut disebabkan:
optimal yang dibutuhkan untuk mengintegrasikan teknologi dalam
proses pembelajaran. Pengetahuan yang dibutuhkan tersebut 1. Guru enggan meluangkan waktu untuk
pengetahuan teknologi, pengetahuan pedagogi, pengetahuan membuat media pembelajaran yang
konten, dan bagaimana ketiga pengetahuan tersebut dapat lebih variatif.
digunakan sesuai dengan konteksnya.
2. Guru cendrung nyaman dengan
2. Menurut Feladi dan Puspitasari (2018) penggunaan slide power point.
TPACK adalah konsep yang dibutuhkan oleh guru dimana
dapat mengintegrasikan teknologi, pedagogik, dan isi yang 3. Guru merasa penggunaan teknologi
diterapkan sesuai dengan konteks sehingga proses dalam pembelajaran membutuhkan
pembelajaran mencapai maksimal. waktu untuk penyettingan
(http://journal.univetbantara.ac.id/index.php/komdik)
C. Hasil Wawancara
1. Hissulfal (Guru)
a. Keterampilan Guru: Beberapa guru tidak memiliki
keterampilan karena kurangnya kegiatan Pendidikan
Pelatihan serta Bimbingan Teknis yang cukup untuk
memanfaatkan teknologi informasi dalam pembelajaran
secara efektif di Madrasah/Sekolah/Lembaga Penjamin
Peningkatan Mutu Keterampilan mengajar guru .
Mereka (guru-guru) hanya terbiasa menggunakan
aplikasi slide Powerpoint karena adalah alat yang paling
mereka kenal.
Daftar Pustaka
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Mahfud S. 2001. Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya: Bina Ilmu.
Winkel, W.S. 2004. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hidayat, Syarif .” Pengaruh Kerjasama Orang Tua dan Guru Terhadap Disiplin Peserta Didik di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri
Kecamatan Jagakarsa - Jakarta Selatan”. Jurnal Ilmiah WIDYA, Volume 1 Nomor 2 (2013), 94.
Achmad, dkk. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Science Environment Technology, Society (SETS) Terhadap Kemampuan Berkomunikasi
Secara Tertulis Berupa Penulisan Karya Ilmiah Bidang Geografi Siswa SMA. Malang: UNM.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2014. Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi Dalam Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.
Khoirudin, M. Arif. 2012. Peran Komunikasi dalam Pendidikan. Jurnal Komunikasi, Vol.23, No.1.
Gea, Antonius Atosokhi, dkk. 2011. Character Building II (Relasi Dengan Sesama). Jakarta: Elex Media Komputindo.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Kalsum, Umi. 2011. Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis PAIKEM. Surabaya: Gena Pratama Pustaka.
Uno, H.B., dan Mohamad, Nurdin. 2012. Belajar dengan Pendekatan PAIKEM. Jakarta: Bumi Aksara.
Somantri, T. Sutjihati. “Psikologi Anak Luar Biasa” Terbitan: Refika Aditama, 2014
Rahayu, S. 2017. Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK): Integrasi ICT Dalam Pembelajaran IPA Abad 21. Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan IPA IX.
Feladi, V., dan Puspitasari, H. 2018. Analisis Profil TPACK Guru TIK SMA di Kecamatan Pontianak Kota. JEPIN (Jurnal Edukasi Dan
Penelitian Informatika)
Priyanto, A., hazmi, N., & Meri, D. (2022). PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL
BELAJAR SEJARAH SISWA. Jurnal Edukasi, 2(1)
SANTYASA, I. Wayan. Model-model pembelajaran inovatif. Universitas Pendidikan Ganesha, 2007, 6.
Warti, Elis. "Pembelajaran HOTS (higher order thinking skills) melalui penerapan berbagai metode pembelajaran." Malang: Media Nusa
Creative (2019).
Susilo, Agus Agus, and Andriana Sofiarini. "Peran Guru Sejarah dalam Pemanfaatan Inovasi Media Pembelajaran." Jurnal Komunikasi
Pendidikan 4.2 (2020): 79-93.