Anda di halaman 1dari 1

Bahan Pembelajaran Secara Mandiri

Alat bukti yang sempurna : (volledig bewijs)

BEBAN PEMBUKTIAN DALAM PERDATA

 Ketentuan Pasal 1865 KUHPerdata menyatakan sebagai berikut:


“Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak, atau guna meneguhkan
haknya sendiri maupun membantah suatu hak orang lain, menunjuk pada suatu peristiwa,
diwajibkan membuktikan adanya haka tau peristiwa tersebut.”
Ketentuan di dalam Pasal 1865 KUHPerdata tersebut merupakan “refleksi” atau “cerminan”
dari “asas” di dalam hukum pembuktian yang berbunyi “ACTORI INCUMBIT ONUS
PROBANDI” yang mengandung makna bahwa “beban pembuktian” (bewijslast = burden of
proof) terletak di pihak yang mendalilkan.
 Dr. H. Mohammad Saleh, S.H., M.H. mantan Ketua Muda Perdata Khusus,
Mahkamah Agung, di dalam bukunya yang berjudul “Penetapan Asas Peradilan Sederhana,
Cepat Dan Biaya Ringan, Pada Eksekusi Putusan Perkara Perdata”, penerbit Graha
Cendekia, Parung Bogor, 2011, cetakan pertama, halaman 68, antara lain menyatakan
sebagai berikut:

Dalam acara pembuktian, pihak Penggugat dan Tergugat mengajukan peristiwa-peristiwa


dan fakta-fakta yang menjadi dasar bagi gugatan Penggugat atau Jawaban dari Tergugat;
Peristiwa-peristiwa tersebt tidak cukup hanya dikemukakan begitu saja secara lisan maupun
tulisan, akan tetapi harus diiringi bukti-bukti yang sah menurut hukum, agar dapat dipastikan
kebenarannya;

PENGAKUAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI


DALAM PERDATA

 Pasal 1925 KUHPerdata berbunyi sebagai berikut:


Pengakuan yang dilakukan di muka hakim, memberikan suatu bukti yang sempurna
terhadap siapa yang melakukan, baik sendiri maupun dengan parantaraan seorang yang
khusus dikuasakan untuk itu.
 Pasal 174 Het Herziene Indonesisch Reglement (HIR) berbunyi sebagai berikut:
Pengakuan yang diucapkan di hadapan hakim, cukup menjadi bukti untuk memberatkan
orang yang mengaku itu, baik yang diucapkan sendiri, maupun dengan pertolongan orang
lain yang istimewa dikuasakan untuk itu.
 Supomo menyatakan bahwa pengakuan yang diucapkan di hadapan hakim,
menurut Pasal 174 Regement Indonesia mempunyai kekuatan pembuktian
sempurna (volleding bewijs). (Prof. Dr. R. Soepomo, S.H., “Hukum Acara Perdata
Pengadilan Negeri”, PT Pradnya Paramita, Jakarta 2002, Cetakan ke-15, halaman
68).

Anda mungkin juga menyukai