TEORI ANTEREAN
Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas
Manajemen Operasi Jasa
Disusun Oleh :
Elsyafira Pipi 041899666
Putrizia Wengkau 041899634
Viktor 041899602
Ivan Alana 041899627
Moh. Afandi 041899641
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TERBUKA PALU
2023
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan kemurahannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
dalam rangka pemahaman yang lebih seksama dari materi yang disajikan.
Kami sangat menyadari bahwa apa yang disajikan ini masih jauh dari
kesempurnaan, walaupun kami yakin bahwa materi ini akan sangat bermaanfaat bagi
yang disajikan. Kami senantiasa akan berupaya memperbaiki makalah ini sehingga
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan penulis guna
Demikianlah yang dapat kami sampaikan semoga makalah ini dapat bermanfaat
COVER
permasalahan antrean merupakan salah satu permasalahan yang cukup penting bagi
produsen. Apakah Anda pernah mengalami ketidakpuasan apabila pada saat membayar
belanjaan di supermarket ternyata Anda harus menunggu cukup lama karena panjangnya
antrian? Ataukah pada saat melakukan transaksi di Bank memakan waktu cukup lama
karena hanya ada daa teller yang melayani? Ketidakpuasan pelanggan dapat menjadi
salah sana penyebab pelanggan tidak akan melakukan pembelian ulang di tempat yang
sama. Sampai berapa lamakah pelanggan dapat menerima panjang antrian? Tidak ada
jawaban pasti mengenai hal itu.
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui Pengertian anttrean dan tujuan analisis teori
antrean
2) Untuk mengetahui Karakteristik Dan Biaya-Biaya Antrean Jasa
3) Untuk mengetahui Model Anteran Single-server
4) Untuk mengetahui Model Antrean Multiple-server
5) Untuk mengetahui Metode Simulasi Monte Carlo
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian anttrean dan tujuan analisis teori antrean
Memahami garis tunggu atau antrean dan mempelajari bagaimana mengelola antrean
tersebut merupakan satu bidang yang terpenting dalam manajemen operasi. Bidang
tersebut merupakan dasar disusunnya penjadwalan, desain pekerjaan, tingkat persediaan,
dan sebagainya. Pengetahuan mengenai garis tunggu sering kali dikenal dengan teori
antrean, dan merupakan alat yang sering digunakan oleh manajer operasi jasa atau
pelayanan. Antrean memang sering kali dijumpai, seperti antre untuk mendapat
pelayanan di rumah sakit, bengkel, atau antrean mobil untuk diperbaiki atau dicuci di
bengkel atau tempat cuci mobil. Beberapa situasi antrean yang sering dijumpai
dipaparkan pada Tabel berikut :
Dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya orang atau pelanggan yang antre di kantor
pos, loket penjualan tiket, atau kamar pas di toko pakaian, namun mesin atau kendaraan juga
harus menunggu untuk diperbaiki, atau barang dalam proses menunggu untuk diproses
selanjutnya. Menunggu merupakan bayangan proses atau pelayanan produktif, sehingga
waktu yang digunakan untuk menunggu bagi pelanggan atau mesin atau barang merupakan
sumber daya yang sangat bernilai.
Pengurangan waktu tunggu merupakan aspek penting manajemen operasi. Perusahaan
dapat mengurangi waktu tunggu dengan mempercepat pelayanan atau dengan menambah
kapasitas pelayanan, misalnya menambah jumlah kasir, montir, perawat, dan sebagainya.
Perencanaan kapasitas juga meliputi keputusan yang merupakan pilihan antara biaya
penyediaan jasa atau pelayanan dan biaya atau ketidaksenangan pelanggan yang harus
menunggu (Fritzsimmons & Fritzsimmons, 2008).
Biaya kapasitas pelayanan ditentukan oleh banyaknya karyawan yang menjadi penyedia
jasa, sedangkan ketidaknyamanan pelanggan diukur dengan waktu menunggu. Penambahan
kapasitas menyebabkan rendahnya biaya menunggu dan meningkatnya biaya pelayanan. Jika
biaya tersebut dikombinasikan, kapasitas pelayanan yang optimal akan meminimalkan biaya
pelayanan dan biaya tunggu. Penambahan kapasitas pasti berdampak pada penambahan
biaya, sehingga perusahaan selalu dihadapkan pada pilihan antara biaya untuk memperbaiki
pelayanan dan biaya yang membuat pelanggan menunggu.
Garis tunggu merupakan satu atau lebih pelanggan yang menunggu untuk dilayani.
Pelanggan yang dimaksud bisa orang atau benda, seperti mesin yang memerlukan perawatan,
pesanan yang menunggu dikirim, atau persediaan material untuk digunakan. Garis tunggu
terjadi karena adanya ketidakseimbangan sementara antara permintaan pelayanan dan
kapasitas sistem yang menyediakan pelayanan. Dalam kehidupan sehari-hari, tingkat
permintaan bervariasi dan pelanggan datang pada waktu dan interval yang tidak dapat
diprediksi. Tingkat pelayanan juga bervariasi tergantung kebutuhan pelanggan. Garis tunggu
dapat berkembang jika waktu memproses pelanggan konstan.
Katz, Larson, dan Larson menyarankan beberapa cara dalam mengelola antrean dengan
model antrean kuantitatif, yaitu:
(1) menentukan waktu antre yang dapat diterima oleh pelanggan;
(2) mencoba mengalihkan perhatian pelanggan bila harus antre;
(3) memberi informasi kepada pelanggan apa yang diharapkan;
(4) jauhkan karyawan yang tidak melayani pelanggan
(5) menyusun segmentasi pelanggan;
(6) melatih karyawan menjadi ramah;
(7) mendorong pelanggan untuk datang selama periode longgar, dan
(8) menggunakan pandangan jangka panjang untuk membuang jauh antrean
(Chase et al., 2006).
Populasi pelanggan merupakan sumber input sistem pelayanan. Jika banyaknya pelanggan
baru yang potensial bagi sistem pelayanan dipengaruhi oleh banyaknya pelanggan yang siap
berada dalam sistem, sumber input tersebut disebut terbatas. Pelanggan yang tidak terbatas
merupakan banyaknya pelanggan dalam sistem yang tidak mempengaruhi tingkat populasi
yang menghasilkan pelanggan baru. Pelanggan bisa merupakan pelanggan yang sabar atau
pelanggan yang tidak sabar. Dalam konteks garis tunggu, pelanggan yang sabar merupakan
pelanggan yang masuk dalam sistem dan menunggu dilayani.
Sementara pelanggan yang tidak sabar tidak masuk ke dalam sistem atau
meninggalkan sistem sebelum dilayani. Waktu tunggu pelanggan untuk pelayanan
menunjukkan interaksi langsung yang pertama antara pelanggan dan banyak proses
penyampaian jasa, sehingga pentingnya pengelolaan waktu tunggu merupakan daya tarik
yang signifikan bagi sebagian besar operasi pelayanan.
Pelanggan yang sangat puas dengan pelayanan yang diterima dari suatu perusahaan
akan kembali ke perusahaan tersebut dengan frekuensi yang sama atau lebih sering,
Pengalaman pelanggan dengan pelayanan perusahaan juga memungkinkan digandakan
melalui interaksi dengan pelanggan lain dengan kampanye Pelanggan yang puas dengan
pelayanan yang diterima, akan mempengaruhi seorang pelanggan lain yang berinteraksi
dengannya. Bila pelanggan tidak puas dengan pelayanan yang diterima, ia akan
menyebarluaskan pada orang lain.
Menurut Whiting dan Donthu (2006), ada dua teknik mengelola waktu tunggu, yaitu
pengelolaan operasional dan pengelolaan persepsi. Pengelolaan operasional melibatkan
level staf dan strategi antrean, sedangkan pengelolaan persepsi melibatkan perubahan
persepsi pelanggan terhadap 'menunggu' dan tidak mengurangi waktu tunggu aktual tetapi
mengurangi pengaruh persepsi terhadap 'menunggu. Pengelolaan persepsi terhadap
'menunggu sangat penting karena waktu tunggu aktual tidak selalu dapat dikendalikan
dan karena pelayanan yang dipersepsikan sebagai pengganti pelayanan aktual
berpengaruh pada kepuasan pelanggan. Bila memfokuskan pada manajemen persepsi,
penting untuk membedakan antara waktu tunggu yang dipersepsikan dan waktu tunggu
sesungguhnya. Waktu tunggu yang dipersepsikan adalah keyakinan pelanggan mengenai
berapa lama mereka akan menunggu. Waktu tunggu aktual atau waktu tunggu
sesungguhnya adalah ketepatan waktu sesungguhnya yang digunakan oleh pelanggan
untuk menunggu. Semakin tinggi waktu tunggu yang dipersepsikan, maka evaluasi
kualitas pelayanan semakin rendah, kepuasan pelanggan semakin rendah (Whiting &
Donthu, 2006).
Ada dua pendekatan kepuasan pelanggan dalam operasi pelayanan atau jasa, yaitu
sebagai fungsi dikonfirmasi dan sebagai fungsi persepsi. Pelayanan sebagai fungsi
dikonfirmasi didefinisikan sebagai perbedaan antara persepsi dan harapan pelanggan,
sehingga kepuasan merupakan fungsi selisih antara persepsi dan harapan.
Kepuasan = f (persepsi harapan). Dua dimensi konstruk harapan adalah pelayanan yang
dinginkan pelanggan dan pelayanan yang diprediksi pelanggan. Pelanggan yang puas
terjadi bila kinerja lebih besar atau sama dengan tingkat pelayanan yang diharapkan
pelanggan. Kepuasan pelanggan terjadi bila kinerja kurang dari tingkat pelayanan yang
diinginkan pelanggan tetapi lebih besar atau sama dengan tingkat pelayanan yang
diprediksi. Ketidakpuasan pelanggan terjadi bila kinerja kurang dari apa yang diharapkan
dan diprediksi pelanggan.
Pengukuran kepuasan pelanggan akan valid dan reliable bila menggunakan beberapa
item pertanyaan (kuesioner) atau pendekatan khusus. Penelitian yang dilakukan di suatu
rumah makan misalnya, akan sulit mendeteksi kepuasan atau ketidakpuasannya bila
kuesioner diberikan setelah pelayanan selesai diterima. Penelitian mengenai kepuasan
terhadap waktu antre atau waktu menunggu pelanggan akan berbeda secara signifikan
tergantung pada kesibukan rumah makan tersebut atau waktu kedatangan pelanggan.
Pelanggan cenderung lebih sabar menunggu datangnya makanan pada saat makan malam
dibandingkan pada saat makan siang karena pada saat makan malam pelanggan lebih
santai. Pelanggan juga lebih memberikan toleransi kepada pihak rumah makan bila
memang pengunjungnya banyak sehingga pelayan rumah makan tersebut semua sibuk
daripada rumah makan yang sepi namun pelayanannya lama. Pelanggan juga akan merasa
tidak puas apabila pertemuan mereka dengan penyedia jasa berdasarkan kesepakatan
waktu bersama, namun penyedia jasa datang tidak tepat waktu.
Persepsi terhadap waktu tunggu merupakan prediktor kepuasan pelanggan yang lebih
baik daripada waktu tunggu sesungguhnya ataupun ketidaksesuaian antara waktu tunggu
yang dipersepsikan dan waktu tunggu yang diharapkan. Perbedaan dalam penyimpangan
dijelaskan oleh masing- masing variabel ketika melihat pada pengalaman menunggu
semua pelanggan yang sangat kecil, tetapi dalam analisis pengalaman pelanggan di mana
variabel waktu adalah penting, persepsi nampak merupakan prediktor kepuasan
pelanggan yang lebih baik.
Dalam semua analisis, koefisien waktu tunggu sesungguhnya lebih besar daripada
untuk menunggu yang dipersepsikan atau untuk ketidaksesuaian, yang menunjukkan
bahwa waktu tunggu sesungguhnya menggunakan pengaruh yang lebih kuat pada
kepuasan pelanggan dalam menunggu. Semakin lama menunggu yang sesungguhnya,
pelanggan menjadi semakin tidak puas. Waktu menunggu sesungguhnya merupakan
kunci penentu kepuasan terhadap antrean. Waktu menunggu tidak akan pernah dikurangi
dengan operasi pelayanan. Namun, manajer pelayanan harus selalu mencari cara atau
pendekatan baru yang tidak hanya mengurangi waktu tunggu yang sesungguhnya tetapi
mengeksplorasi cara yang baru untuk memperbaiki kepuasan pelanggan dengan waktu
menunggu yang ada.
Ada dua proses kedatangan pelanggan, yaitu statik dan dinamik. Pada proses
kedatangan statik, kedatangan bersifat random, baik waktunya konstan maupun
bervariasi. Kedatangan statik dengan waktu bervariasi akan berpengaruh pada biaya
pelayanan dan harga pelayanan tersebut. Sementara itu, proses kedatangan dinamik
meliputi fasilitas yang terkendali dan pengendalian oleh pelanggan. Pelanggan yang
mempunyai kemampuan mengendalikan akan sulit untuk diukur waktu standarnya.
Biaya Antrean
Manajer operasi jasa harus mengenali adanya pilihan (trade-off) yang harus diambil
antara biaya penyediaan pelayanan yang baik dan biaya antre yang dikeluarkan pelanggan.
Penyediaan pelayanan yang memadai menyebabkan biaya pelayanan tinggi untuk membayar
karyawan dan fasilitas yang memberikan pelayanan. Sementara apabila penyedia jasa
menghemat biaya pelayanan, maka antrean akan menjadi lebih panjang, sehingga pelanggan
harus menunggu lebih lama untuk dilayani. Trade-off antara kedua biaya tersebut
digambarkan pada Gambar berikut ini.
Model antrean ini merupakan model yang paling umum dalam membahas teori
antrean. Beberapa asumsi yang harus dipenuhi adalah:
1. Kedatangan dilayani dengan first-come, first-served, setiap kedatangan menunggu
untuk dilayani dengan mengabaikan panjangnya antrean yang ada.
2. Kedatangan tidak tergantung oleh kedatangan sebelumnya, tetapi rata-rata
banyaknya kedatangan (tingkat kedatangan) tidak berubah dari waktu ke waktu.
3. Kedatangan dijelaskan dengan distribusi probabilitas Poisson dan berasal dari
populasi yang tidak terbatas.
4. Waktu pelayanan bervariasi dari satu pelanggan ke pelanggan berikutnya dan
tidak saling tergantung, tetapi rata-rata waktu pelayanan diketahui.
5. Waktu pelayanan terjadi menurut distribusi eksponensial negatif.
6. Rata-rata tingkat pelayanan lebih cepat dari rata-rata tingkat kedatangan.
Apabila kondisi tersebut ditemukan, maka penyelesaian yang dapat dilakukan adalah dengan
menggunakan rumus berikut ini.
2.4 Model Antrean Multiple- server
Multichannel digunakan bila terdapat lebih dari satu server yang melayani pelanggan
dengan jenis pelayanan yang sama. Contoh pelayanan multichannel adalah pelayanan
teller atau kasir bank. Sistem multichannel mengasumsikan bahwa kedatangan mengikuti
distribusi probabilitas Poisson dan waktu pelayanan mengikuti distribusi eksponensial.
Pelayanan juga dilakukan dengan first-come, first-served dan penyedia jasa
melakukanpelayanan dengan yang sama.
Untuk membandingkan dengan model lama yaitu dengan sistem antrean satu channel,
perusahaan akan menghitung beberapa karakteristik operasi bila perusahaan
menggunakan dua channel dalam melayani pencucian mobil. Bandingkan hasilnya
dengan bila menggunakan satu channel.
Peningkatan pelayanan mempunyai pengaruh yang nyata dan sangat mencolok bila
perusahaan menggunakan dua channel. Waktu yang digunakan pelanggan untuk antre
semula 40 menit menjadi hanya 2.5 menit. Hal ini konsisten dengan pilihan antara kedua
biaya dalam antrean.
Heizer dan Render (2008) mengungkapkan beberapa keunggulan dan kelemahan metode
simulasi Monte Carlo. Keunggulan utama metode tersebut adalah:
1. Simulasi merupakan pendekatan yang relatif fleksibel dan nyata.
2. Dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan yang besar dan kompleks yang
tidak dapat diselesaikan dengan model manajemen operasi konvensional.
3. Pembatasan waktu diperlukan.
4. Kesulitan-kesulitan yang ada di dunia nyata dapat dimasukkan dalam simulasi.
5. Simulasi dapat menjawab pertanyaan "what-if ?" yang dibantu dengan komputer.
6. Simulasi tidak bertentangan dengan sistem di dunia nyata.
7. Simulasi mempelajari pengaruh interaktif antarkomponen individual atau
antarvariabel.
Berikut contoh penerapan metode simulasi Monte Carlo dalam menyelesaikan masalah
antrean:
Usaha Cuci Mobil Somanegara melayani jasa cuci mobil di daerah pinggiran kota,
sehingga tergolong tidak terlalu banyak pelanggannya. Namun demikian, kedatangan
pelanggan bervariasi, antara 0 hingga 5 mobil setiap hari. Tingkat pelayanannya juga
bervariasi antara 1 hingga 5 mobil setiap hari. Berapakah tingkat kedatangan dan
pelayanan rata-ratanya?
Tahap pertama yang harus dilakukan Somanegara adalah mengetahui seberapa sering
tingkat kedatangan dan pelayanan tersebut terjadi untuk menentukan interval angka
random kedatangan dan pelayanan. Hasil pengamatan Somanegara sebagai berikut:
Keterangan:
a. = simulasi dimulai dengan tanpa penundaan proses pencucian mobil hari sebelumnya
b. = 3 mobil yang harus dilayani di hari pertama sudah selesai, hari kedua tidak ada
mobil yang datang.
c. = sesuai angka random, 02 berarti tingkat pelayanan harui ke-4 sebanyak 1 mobil,
sehingga hari ke-5 ada sisa pengerjaan tugas 3 mobil.
d. = hari ke-14, terdapat 1 penundaan cucian mobil ditambah 2 mobil yang datang, dan
semua (3 mobil) dilayani pada hari ke-14 tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori antrean banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai elemen
teori antrean merupakan asumsi dasar teori antrean, yaitu input, fasilitas pelayanan,
dan antrean atau garis tunggu tersebut. Kepuasan pelanggan sedikit banyak
dipengaruhi oleh 'menunggu' tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
pengalaman masa lalu pelanggan, banyaknya pelanggan dalam sistem pelayanan,
dan pentingnya waktu bagi pelanggan.
Kepuasan pelanggan dalam operasi pelayanan merupakan fungsi dikonfirmasi
(yaitu perbedaan antara persepsi dan harapan pelanggan) dan sebagai fungsi
persepsi.
Berbagai metode antrean telah dipaparkan. Penerapan metode tersebut
disesuaikan dengan pelayanan yang dilakukan perusahaan. Apabila semua asumsi
yang ada tidak memenuhi apa yang terjadi dalam realita, maka metode atau
pendekatan yang tepat digunakan dalam menyelesaikan masalah antrean adanya
dengan simulasi
B. Saran
Saran Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi seluruh
Mahasiswa khususnya para pembaca agar dapat belajar bagaimana teori antrean dengan
baik dan benar serta dapat menambah pengetahuan bagi rekan-rekan mahasiswa. Demi
penyempurnaan makalah ini, Kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif.
DAFTAR PUSTAKA
Davis, M.M. dan Heineke, J. (1998). How Disconfirmation, Perception, and Actual Waiting
Times Impact Customer Satisfaction. International Journal of Service Industry
Management, 9 (1): 64-73.
Chase, R.B.; Jacobs, F.R.; dan Aquilano, N.J. (2006). Operations Management for
Competitive Advantage, 11 edition.
New York: McGraw-Hill/Irwin.
Haksever, C; Render, B; Russell, R.S.; dan Murdick, R.G. (2000). Service Management and
Operations, 2 edition. New Jersey: Prentice Hall International.
Krajewski, L.J.; Ritzman, L.P.; dan Malhotra, M.K. (2007). Operations Management:
Process and Value Chains,
8th edition. Singapore: Pearson Prentice Hall.
Sheu, C.; McHaney, R.; dan Babbar, S. (2003). Service Process Design Flexibility and
Customer Waiting Time.
International Journal of Operations & Production Management, 23 (8): 901-917.