Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Pengantar Pendidikan Pancasila

Disusun Oleh :

FACHRY PRATAMA

MARCHYANDA Z. UMAR

OKTAMENDY P. SALINDEHO

Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila

Dosen : WENSY F. I. ROMPAS, SE, M.Si

NIP: 197607192008121001

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kebaikanNya
kami boleh menyelesaikan tugas makalah yang didalamnya membahas tentang landasan, tujuan, dan
pengertian Pancasila. Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas pertama mata kuliah Pendidikan
Pancasila dari dosen Wensy F. I. Rompas, SE, M.Si.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis dihadapkan dengan tantangan dan hambatan akan
tetapi oleh karena kekompakan dan kerjasama yang baik sehingga makalah ini bisa terselesaikan.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi setiap pembaca .
DAFTAR ISI

HALAMAN ...............................................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................
A. Latar Belakang ...............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................
A. Pancasila sebagai Filsafat Bangsa dan Negara Indonesia..............................
B. Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara ( Philosofische grondslag)............
C. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia............................
D. Pancasila sebagai Asas Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia..............
E. Pancasila sebagai Jati Diri Bangsa Indonesia................................................
BAB III PENUTUP...................................................................................................
KESIMPULAN..........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam makalah ini akan dikemukakan materi Pendidikan Pancasila khususnya akan
membahas tentang bagian Pendahuluan Pendidikan Pancasila, dimana dalam makalah ini terdapat
empat bagian pembahasan. Pada jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA kita sudah pernah
membahas tentang Pancasila, misalnya hari lahir Pancasila yaitu pada tangal 1 Juni dan macam-
macam pembahasan lainnya tentang Pancasila. Dengan mempelajari dan memahami tentang
Pendidikan Pancasila kita dapat memaknai ini sebagai wahana untuk kita mengembangkan serta
melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan
kita dapat melaksanakan nilainilai itu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Berdasarkan pembahasan diatas, kita sadari bersama bahwa sangat penting mempelajari
tentang Pendidikan Pancasila sebagai seorang warga negara Indonesia, untuk itu dalam makalah
ini penulis telah merangkum beberapa pembahasan mengenai Pendidikan Pancasila.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pancasila Sebagai Filsafat Bangsa dean Negara Indonesia


Negara modern yang melakukan pembaharuan dalam menegakkan demokrasi niscaya
mengembangkan prinsip konstitusionalısme. Menurut Frie. derich, negara modern yang
melakukan proses pembaharuân demokrasi, prinsip konstitusionalisme adalah yang sangat
efektif, terutama dalam rangka mengatur dan membatasi pemerintahan negara melalui
undang-undang.Organisasi negara itu diperlukan oleh warga masyarakat politik agar
kepentingan mereka bersama dapat diindungi atau dipromosikan melalui pembentukan dan
penggunaan mekanisTne yang disebut negara.Dalam hubungan ini sekali lagi kata kuncinya
adalah consensus atau generalAgreement.
Bagi bangsa Indonesia consensus itu terjadi tatkala disepakatinya Piagam Jakarta 22
Juni 1945 (EndangS. Anshori). Jika kesepakatan itu runtuh,maka runtuh pula legitimasi
kekuasaan negara yang bersangkutan, dan pada gilirannya akan terjadi suatu perang sipil
(civil war), atau dapat juga suatu revolusi! Hal ini misalnya pernah terjadi pada tiga peristiwa
besar dalam sejarah umat manusia, yaitu revolusi Perancis tahun 1789, di Amerika pada
tahun 1776, dan di Rusia pada tahun 1917, (Andrews, 1968: 12). adapun di Indonesia terjadi
pada tahun 1965 dan 1998 yaitu gerakan reformasi (Assiddiqie, 2005: 25).
Konsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme negara modern pada proses
reformasi untuk mewujudkan demokrasi, pada umunnya bersadar pada tiga eiemen
kesepakatan (consensus), yaitu: (1) Kesepakatan tentangtujuan dan cita-cita bersama (the
general goal of society or general acceptance of the same philosophy of government). (2)
Kesepakatan tentang the rale of law sebagai landasan pemerintahan atau penyelenggaraan
negara (the basis of government). (3) Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan
prosedur ketatanegaraan (the form of institutions and procedures). (Andrews. 1968: 12).
Kesepakatan pertama, yaitu berkenaan dengan cita-cita bersama sangat menentukan
tegaknya konstitusi di suatu negara. Karena cita-cita bersama itulah yang pada puncak
abstraksinya memungkinkan untuk mencerminkan kesamaan-kesamaan kepentingan di
antara sesama warga masyarakat yang dalam kenyataannya harus hidup ditengah-tengah
pluralisme atau kemajemukan. Oleh karena itu, dalam kesepakatan untuk menjamin
kebersamaan dalam kerangka kehidupan bernegara, diperlukan perumusan tentang tujuan-
tujuan atau cita-cita bersama yang biasa juga disebut sebagai filsafat kenegaraan atau
staatsidee (cita negara), yang berfungsi sebagai philosofische grondslag dan common
platforms atau kalimatun sawa di antara sesama warga masyarakat dalam konteks kehidupan
bernegara (Assiddiqie, 2005: 26).
Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam filsafat negara tersebut, sebagai dasar filosofis-
ideologis untuk mewujudkan cita-cita negara, baik dalam arti tujuan prinsip
konstitustonalisme sebagai suatu negara hukum formal, maupun empat Cita-cita kencgaraan
yang terkandung dalans Pembukaan UUD 1945, yaitu: (1) melindungi segenap bangsa dan
selueat tumpah darah Indonesia. (2) memajukan (meningkatkan) kesejahteraan umum (3)
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan (4) ikut melaksanakan keter-tiba dunia berdasarkan
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Kesepakatan kedua, adalah suatu kesepakatan bahwa basis pemerintahan didasarkan atas
aturan hukum dan konstitusi. Kesepakatan kedua ini juga ber sifat dasariah, karena
menyangkut dasar-dasar dalam kehidupan penyelenggaraan negara. Hal ini akan memberikan
landasan bahwa dalam segala hal yang dilakukan dalam penyelenggaraan negara, haruslah
didasarkan pada prinsip rule of the game, yang ditentukan secara bersama. Istilah yang biasa
digunakan untuk prinsip ini adalah the rule of law (Dicey, 1973).
Kesepakatan ketiga, adalah berkenaan dengan (1) bangunan organ negara dan prosedur-
prosedur yang mengatur kekuasaannya, (2) hubungan-hubungan antar organ negara itu satu
sama lain, serta (3) hubungan antara organ-organ negara itu dengan warga negara. Dengan
adanya kesepakatan itulah maka isi konstitusi dapat dengan mudah dirumuskan karena benar-
benar mencerminkan keinginan bersama berkenaan dengan institusi kenegaraan dan
mekanisme ketatanegaraan yang hendak dikembangkan dalam kerangka kehidupan negara
berkonstitusi (constitutional state). Kesepakatan-kesepakatan itulah yang dirumuskan dalam
dokumen konstitusi yang diharapkan dijadikan pegangan bersama untuk kurun waktu yang
cukup lama. Namun demikian kesepakatan untuk mewujudkan suatu bangsa tersebut bagi
bangsa Indonesia terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama, melalui suatu proses sejarah
Secara historis Pancasila adalah merupakan suatu pandangan hidup bangsa yang nilai-
nilainya sudah ada sebelum secara yuridis bangsa Indonesia mem-bentuk negara. Bangsa
Indonesia secara historis ditakdirkan oleh Tuhan YME, berkembang melalui suatu proses dan
menemukan bentuknya sebagai suatu bangsa dengan jati-dirinya sendiri. Menurut M. Yamin
bahwa berdirinya negara kebangsaan Indonesia terbentuk melalui tiga tahap yaitu: pertama,
zaman Sriwijaya di bawah wangsa Syailendra (sejak 600) yang bercirikan kedatuan, kedua
negara kebangsaan zaman Majapahit (1293-1525) yang bercirikan keprabuan. Kedua fase
kebangsaan Indonesia itu diistilahkan Yamin dengan kebangsaan Indonesia iama. Kemudian
ketiga, negara kebangsaan modern, yaitu negara Indonesia yang merdeka (sekarang negara
Proklamasi 17 Agustus 1945) (Sekretariat Negara RI, 1995: 11)
Secara kultural dasar-odasar pemikiran tentang Pancasila dan nilai-nilai Pancasila berakar
pada nilai-nilai kebudayaan dan nilai-nilai religius yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
sendiri sebelum mendirikan negara (Notonagoro, 1975). Adapun daiam proses pendirian
negara, dengan diilhami pandangan-pandangan dunia tentang kenegaraan disintesiskan
secara eklektis, sehingga merupakan suatu local genius dan sekaligus sebagai suatu local
wisdom bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila sebelum terbentuknya negara dan bangsa
indonesia pada dasarnya terdapat secara sporadis dan fragmentaris dalam ke budayaan
bangsa yang tersebar di seluruh kepulauan nusantara baik pada abad kedua puluh maupun
sebelumnya, di mana masyarakat Indonesia telah mendapatkan kesempatan untuk
berkomunikasi dan berakulturasi dengan kebudayaan laiin. Niai-nilai tersebut melalui para
pendiri bangsa dan negara ini kemudian dikembangkan dan secara yuridis disahkan sebagai
suatu dasar negara, 19 ion secara verbal tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 Poespowardoyo, 1989: 5).
B. Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara (Philosofische Grondslag)
Kedudukan pokok Pancasila adalah sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia.
Dasar formal kedudukan Pancasila sebagai dasar: negara Republik Indonesia tersimpul dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea IV yang bunyinya sebagai berikut: "maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara
Indonesia, yang terbentuk dalam susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat, dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia".
Pengertian kata "... Dengan berdasarkan kepada... “hal ini secara yuridis memiliki
makna sebagai dasar negara. Walaupun dalam kalimat terakhir Pembukaan UUD 1945 tidak
tercantum kata 'Pancasila' secara eksplisit namun anak kalimat "... dengan berdasarkan
kepada ... “Ini memiliki makna dasar negara adalah Pancasila. Hal ini didasarkan atas
interpretasi historis sebagaimana ditentukan oleh BPUPK bahwa dasar negara Indonesia itu
disebut dengan istilah 'Pancasila. utama dirumuskannnya Pancasila adalah sebagai dasar
negara Republik Indonesia, Oleh karena itu fungsi pokok Pancasila adalah scbagai dasar
negara Republik Indonesia. Hal ini sesuai dengan dasar yuridis sebagaimana tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945, ketetapan No XX/MPRS/1966. Dijelaskan bahwa Pancasila
sebagai sumber tertib hukum indonesia yang pada hakikat-nya adalah merupakan suatu
pandangan hidup, kesadaran darn cita-cita serta cita-cita moral yang neliputi suasana
kebatinan serta watak dari bangsa Indonesia. Selanjutnya dikátakannya bahwa cita-cita
tersebut adalah meliputi cita-cita mengenai kemerackaan individu, kemerdekaan bangsa,
perikemanusiaan, keadilan sosial, perdamaian nasional dan mondial, cita-cita politik
mengenai sifat, bentuk dan tujuan negara, cita-cita morai mcngenai kehidupan
kemasyarakatan dan keagamaan sebagai pengejawantahan dari budi nurani manusia.
Unsur-unsur ini terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV. Susunan tersebut
menunjukkan bahwa Pancasila pada hakikatnya merupakan dasar, atau basis filosofi bagi
negara dan tertib hukum Indonesia. Hal itu dapat dirinci sebagai berikut:
1. Pancasila merupakan dasar filsafat negara (asas kerokhanian negara),
pandangan hidup dan filsafat hidup.
2. Di atas basis (dasar) itu berdirilah negara Indonesia, dengan asas politik
negara (kenegaraan) yaitu berupa Republik yang berkedaulatan rakyat.
3. Kedua-duanya menjadi basis penyelenggaraan Kemerdekaan kebangsaan
Indonesia, yaitu pelaksanaan dan penyelenggaraan negara sebgaimana
tercantum dalam hukum positif Indonesia, termuat dalam Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia.
4. Selanjutnya di atas Undang-Undang Dasar (yaitu sebagai basis) maka
berdirilah bentuk susunan pemerintahan dan keseluruhan peraturan hukum
positif yang lainnya, yang mencakup segenap bangsa Indonesia dalam suatu
kesatuan hidup bersama yang berasa kekeluargaan.
5. Segala sesuatu yang disebutkan di atas adalah demi tercapainya suatu tujuan
bersama, yaitu tujuan bangsa Indonesia dalam bernegara tersebut, yaitu
kebahagian bersama, baik jasmaniah maupun rokhaniah, serta tuhaniah.
Dengan demikian seluruh aspek penyelenggaraan negara tersebut diliputi dan dijelmakan
oleh asas kerokhanian Pancasila, dan dalam pengertian inilah maka kedudukan Pancasila
sebagai asas kerokhanian dan dasar filsafat negara Indonesia. (Notonagoro, tanpa tahun: hal
32).
Dalam pengertian inilah maka Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala
sumber hukum Indonesia, atau dengan lain perkataan sebagai sum- ber tertib hukum
Indonesia yang tercantum dalam ketentuan tertib hukum tertinggi yaitu Pembukaan UUD
1945, kemudian dijelmakan lebih lanjut dalam pokok-pokok pikiran, yang meliputi suasana
kebatinan dari UUD 1945. Yang pada hakikatnya perlu dikongkritisasikan (dijabarkan) dalam
UUD 1945 (pasal-pasal UUD 1945) serta hukum positif yang lainnya. Kedudukan Pancasila
yang demikian ini dapat dirinci sebagai berikut:
1. Pancasila adalah merupakan sumber dari segala sumber hukum (sumber
tertib hukum) Indonesia. Sehingga Pancasila merupakan asas ke
rokhanian tertib hukum yang dalam Pembukaan UUD 1945 dijelmakan
lebih lanjut ke dalam empat pokok pikiran.
2. Meliputi suasana kebatinan (geistlichenhintergrund) dari Undang- Undang
Dasar.
3. Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara (baik hukum dasar
tertulis maupun tidak tertulis).
4. Mengandung norma yang mengharuskan Undang-Undang Dasar
mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara
negara (termasuk pada penyelenggara partai dan golongan fungsional)
untuk memelihara budi pekerti (moral) kemanusiaan yang luhur dan
memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
5. Merupakan sumber semangat bagi UUD 1945, bagi para penyeleng- gara-
negara, para pelaksana pemerintahan (juga para penyelenggara. partai dan
golongan fungsional).

C. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia


Pengertian Ideologi. Istilah ideologi berasal dari kata 'idea' yang berarti 'gagasan,
konsep, pengertian dasar, cita-cita' dan 'logos' yang berarti 'ilmu'. Kata 'idea' berasal dari kata
bahasa Yunani eidos' yang artinya 'bentuk'. Di samping itu ada kata 'idein' yang artinya
'melihat'. Maka secara harfiah, ideologi berarti ilmu pengetahuan tentang ide-ide (the science
of ideas), atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar. Dalam pengertian sehari-hari, idea'
disamakan artinya dengan cita-cita. Cita-cita yang dimaksud adalah cita-cita yang bersifat
tetap, yang harus dicapai, sehingga cita-cita yang bersifat tetap itu sekaligus merupakan
dasar, pandangan atau faham. Memang pada hakikat- nya antara dasar dan cita-cita itu
sebenarnya dapat merupakan satu kesatuan. Dasar ditetapkan karena ada cita-cita yang mau
dicapai. Sebaliknya, cita-cita ditetapkan berdasarkan atas suatu landasan, asas atau dasar
yang telah ditetapkan pula. Dengan demikian ideologi mencakup pengertian tentang idea-
idea, pengertian dasar, gagasan-gagasan dan cita-cita.
Perhatian kepada konsep ideologi menjadi berkembang lagi antara lain karena pengaruh Karl
Marx. Ideologi menjadi vokabular penting di dalam pemikiran politik maupun ekonomi Karl
Marx mengartikan ideologi sebagai pandangan hidup yang dikembangkan berdasarkan
kepentingan golongan atau kelas sosial tertentu dalam bidang politik atau sosial ekonomi.
Seperti halnya filsafat, ideologi pun memiliki pengertian yang berbeda-beda. Begitu pula
dapat ditemukan berbagai macam definisi, batasan pengertian tentang ideologi. Hal ini antara
lain disebabkan juga tergantung dari filsafat apa yang dianut, karena sesungguhnya ideologi
itu bersumber kepada suatu filsafat.
Pengertian "Ideologi" secara umum dapat dikatakan sebagai kumpulan gagasan-gagasan, ide-
ide, keyakinan-keyakinan, kepercayaan-kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis, yang
menyangkut dan mengatur tingkah laku sekelompok manusia tertentu dalam pelbagai bidang
kehidupan. Hal ini menyangkut:
a. Bidang politik (termasuk di dalamnya bidang pertahanan dan kemanan)
b. Bidang sosial
c. Bidang kebudayaan
d. Bidang keagamaan (Soemargono, Ideologi Pancasila sebagai Penjelmaan Filsafat
Pancasila dan Pelaksanaannya dalam Masyarakat Kita Dewasa ini. Suatu makalah
diskusi dosen Fakultas Filsafat, hal 8).
Masalah ideologi Negara dalam arti cita-cita Negara atau cita-cita menjadi basis bagi suatu
teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan B Bangsa yang bersangkutan pada
hakikatnya merupakan asas kerokhanian yang antara lain memiliki ciri sebagai berikut :
a. Mempunyai derajad yang tertinggi scbagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.
b. Oleh karena itu mewujudkan suatu asas kerokhanian, pandangan dunia, pandangan
hidup, pcdoman hidup, pegangan hidup yang dipeiihara, di- Lembangkan, diamalkan,
dilestarikan kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan
kesediaan berkorban (Notonagoro, Pancasila Y'uridis Kenegaraan, tanpa tahun hal. 2,
3)
Ideologi Terbuka dan ldeologi Tertutup. Ideologi sebagai suatu sistem pemikiran (System
of thought), maka ideologi terbuka itu merupakan suatu sistem pemikiran terbuka.
Sedangkan ideologi tertutup itu merupakan suatu sistem pemikiran tertutup. Suatu ideologi
tertutup dapat dikenali dari beberapa ciri khas. ldeologi itu bukan cita-cita yang sudah hidup
dalam masyarakat. melainkan merupakan cita-cita satu kelompok orang yang mendasari
suatu program untuk mengubah dan memperbaharui masyarakat. Dengan demikian adalah
menjadi ciri ideologi tertutup, bahwa atas nama ideologi dibenarkan pengorbanan-
pengorbanan yang dibebankan kepada masyarakat. Demi ideologi masyarakat harus
berkorban, dan kesediaan itu untuk menilai kepereayaan ideologi para warga masyarakat
serta kesetiaannya masing-masing sebagai warga masyarakat.
Hubungan antara Filsafat dan Ideologi. Filsafat sebagai pandangan hidup pada hakikatnya
merupakan sistem nilai yang secara epistemologis kebenarannya telah diyakini sehingga
dijadikan dasar atau pedoman bagi manusia dalam memandang realitas alam semesta,
manusia, masyarakat, bangsa dan negara, tentang makna hidup serta sebagai dasar dan
pedoman bagi manusia dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam hidup dan
kehidupan. Filsafat dalam pengertian yang demikian ini telah menjadi suatu sistem cita-cita
atau keyakinan-keyakinan (belief-system) yang telah menyangkut praksis, karena dijadikan
landasan bagi cara hidup manusia atau suatu kelompok masyarakat dalam berbagai bidang
kehidupannya. Hal itu berarti bahwa filsafat telah beralih dan menjelma menjadi ideologi
(Abdulgani, 1986).
Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka. Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku
dan tertutup, namun bersifat terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila adalah
bersifat aktual, dinamis, antsipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan
perkembangan jaman. Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai
daşar Pancasila namun mengeksplisitkan wawasannya secara kongkrit, sehingga memiliki
kemampuan yang lebih tajam untuk memecahkan masalah-masalah baru dan aktual.
Dimensi idealistis, yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila yang bersifat
sistematis dan rasional yaitu hakikat nilai-nilai yang terkandung dalam lima sila Pancasila:
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan, maka dimensi idealistis
Pancasila bersumber pada nilai-nilai filosofis yaitu filsafat Pancasila! Oleh karena itu dalam
setiap ideologi bersumber pandangan hidup nilai-nilai filosofis (Pespowardoyo, 1991: 50).
Kadar dan kualitas idealisme yang terkandung dalam ideologi Pancasila mampu memberikan
harapan, optimisme serta mampu menggugah motivasi yang dicita-citaken (Wibisono, 1989).

Dimensi normatif, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu dijabarkan dalam suatu
sistem norma, sebagaimana terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 yang memiliki
kedudukan tertinggi dalam tertib hukum Indonesia. Dalam pengertian ini maka Pembukaan
yang di dalamnya memuat Pancasila.
Dimensi realistis, suatu ideologi harus mampu mencerminkan ralitas yang memiliki dimensi
nilai-nilai ideal normatif, maka Pancasila harus dijabarkan hidup dan berkembang dalam
masyarakat. Oleh karena itu Pancasila selain dalam kehidupan nyata sehari-hari baik dalam
kaitannya bermasyarakat maupun sebagai ideologi terbuka tidak bersifat 'utopis' yang hanya
berisi ide-ide yang dalam segala aspek penyelenggaraan negara. Dengan demikian Pancasila
mengawang, namun bersifat realistis artinya mampu dijabarkan dalam kehidupan yang nyata
dalam berbagai bidang.
D. Pancasila Sebagai Asas Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia
Telah dijelaskan dimuka bahwa sebelum Pancasila ditentukan sebagai dasar filsafat
negara Indonesia, nilai-nilainya telah ada pada bangsa sejak zaman dahulu kala, yaitu sejak
lahirnya bangsa Indonesia scbelum Proklamasi I7 Agustus 1945. Namun demikian
keberadaan Bansaga indonesia sebagai suatu bangsa yang hidup mandirı di antara bangsa-
bangsa lain di tidak hanya ditentukan oleh ciri-ciri etnis, melainkan oleh sejumlah unsur khas
Indonesia yang ada pada bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa lain
Pengertian bangsa pada awal mulanya dari kata "nation" (natie, bangsa) yang ditinjau secara
ilmiah pada tahun 1882 oleh Ernest Renan Dalam suatu ceramahnya di universitas Sorbone
yang berjudul "Qu est ce que c'es un Netion "? (Apakah bangsa itu?) Menurut Renan bangsa
adalah:
1. Suatu jiwa, suatu asas kerokhanian.
2. Suatu solidaritas yang besar.
3. Suatu hasil sejarah, karena sejarah itu berjalan terus. Sejarah tidak abati,
bergerak secara dinamis dan berubah-ubah untuk maju.
4. Bangsa bukanlah soal abadi.
Selain itu juga terdapat "geopolitik' yang dipelopori oleh Frederich Ratzel dalam
bukunya "politik Geography" (1987) yang menyatakan bahwa: negara merupakan suatu
organisme yang hidup, dan supaya dapat hidup subur dan kuat maka memerlukan ruangan
untuk hidup (Lebernsraum). (smaun, 1975:42).
Bagi bangsa Indonesia sebagai suatu bangsa memiliki ciri-ciri sebagai
1. Dilahirkan dari satu nenek moyang, sehingga kita memiliki kesatuan darah
2. Memiliki satu wilayah di mana kita dilahirkan, hidup bersama dan mencari
sumber-sumber kehidupan.
3. Memiliki satu wilayah di mana kita dilahirkan, hidup bersama dan mencari
sumber-sumber kehidupan.
4. Memiliki yaitu bangsa Indonesia dibesarkan di bawah kerajaan-kerajaan,
Sriwijaya, Majapahit, mataram dan lain kesatuan sejarah, gemilangnya
scbagainya.
5. Memiliki kesamaan nasib yaitu berada di dalam kesenangan dan kesusahan
Belanda, Jepang dan lainnya.
6. Memiliki satu ide, cita-cita satu kesatuan jiwa atau asas kerokhanian, dan satu
tekad untuk hidup bersama dalam suatu negara Republik Indonesia.
Dengan lain perkataan bangsa Indonesia memiliki satu asas kerokhanian, satu pandangan
hidup, dan satu ideologi yaitu Pancasila, yang ada dalam satu negara Proklamasi 17 Agustus
1945 (Notoganoro, 1975:15) Bagi bangasa Indonesia adanya kesatuan asas krokhanian,
kesatuan pandangan hidup.
Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa yang dengan sendirinya
memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang berbeda-beda pula Namun demikian bangsa
perbedaan itu harus disadari sebagai sesuatu yang memang senantiasa ada pada setiap
manusia (suku bangsa) sebagai makhluk pribadi, dan dalam masalah ini bersifat biasa.
Namun demikian dengan adanya kesatuan asas kerokhanian yang kita miliki, maka
perbedaan itu harus dibina ke arah suatu kerjasama dalam memperoleh kebahagiaan bersama.
Perbedaan adalah merupakan bawaar dari manusia sebagai makhluk pribadi: Namun
demikian bahwa sifat manusia adalah scbagai individu dan makhluk sosial dan kedua sifat
kodrat manusia tersebut harus senantiasa ada dalam keseimbangan vang serasi dan harmonis
yang harus dilaksanakan penjelmaannya dalam hidup bersama yaitu dalam suatu negara
Indonesia. Hal yang sering disebut sebagai asas kekeluargaan (gotong-royong). Maka
perbedaan-perbedaan itu tidaklah mempengaruhi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia,
karena memiliki daya penarik ke arah kerjasama yang sal. ing dapat diketemukan dalam si
perbedaan dan sintesis yang memperkaya syarakat sebagai suatu bangsa.
Maka bagi bangsa Indonesia dalam filsafat yang merupakan asas kerok. hanian
Pancasila, merupakan asas pemersatu dan asas hidup bersama. Dalam masalah ini Pancasila
dalam kenyataan objektifnya sebagai suatu persatuan dan kesatuan yang telah ditentukan
bersama setelah Proklamasi sebagai dasar filsafat negara.
E. Pancasila Sebagai Jatidiri Bangsa Indonesia
Rroses terjadinya Pancasila tidak seperti ideologi-ideclogi hanya merupakan hasil
pemikiran scscorang saja namun melalui suaty n kausalitas yaitu sebelum disahkan menjadi
dasar negara nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari sebagai Pandangan hidup
Bangsa, dan sekalie sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia. Dalam pengertian inilah maka
bangsa Indonesia sebagai kausa malerialis dari Pancasila! Pandangan hidun filsafat hidup itu
merupakan kristalisasi nilai-nilai yang diyakini kebenarannye oleh bangsa indonesia yang
menimbulkan tekad bagi dirinya untuk mewujud. kannya dalan sikap tingkah laku dan
perbuatannya. Pandangan hiɖup dan filsafat hidup itu merupakan motor penggerak bagi
tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuannya. Dari pandangan hidup inilah maka dapat
diketahu cita-cita yang ingin dicapai bangsa, gagasan-gagasan kejiwaan apakah yang hendak
diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bene- gara.
Bagi bangsa Indonesia nilai-nilai Pancasla itu telah tercermin dalam khasanah adat-
istiadat, kebudayaan serta kehidupan keagamaannya Ketika para pendiri negara Indonesia
menyiapkan berdirinya negara Indonesia merdeka, mereka sadar sepenuhnya untuk
menjawab suatu perti- nyaan yang fundamental di atas dasar apakah negara lndonesia meruen
didirikan?. Dengan jawaban yang mengandung makna hidup bagi bangst donesia scndiri
yang merupakan perwujudan dan pengejawantahan niia-a yang dimiliki, diyakini di hayati
kebenarannya oleh masyarakat sepaijus masa dalam sejarah perkembangan dan pertumbuhan
bangsa sejak lahair
Nilai-nilai itu sebagai buah hasil pikiran daşar bangsa Indonesia tentang kehidupan
yang dianggap pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan ciptakan tata, nilai yang mendukung tata
kehidupan sosial dan tata kehidupan kerohanian bangsa yang memberi corak, watak dan ciri
masyarakat dan bangsa Indonesia yang membedakannya dengan masyarakat atau bangsa
lain.kenyataan yang demikian ini merupakan suatu kenyataan objektif yang merupakan
jatidiri bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia dalam struktur kehidupan sosialnya, eksistensi (keberadaan) setiap
manusia sebagai makhluk pribadi dan sekaligus sebagai makhluk sosial diakui dihargai dan
dihormati. Dalam kaitannya dengan hakikat Sila kedua 'kemanusiaan yang adil dan beradab'
nilai-nilainya tercermin dalam sikap tolong menolong, menghormati manusia lain bersikap
adil dan menJunjung tinggi kejujuran dan sebagainya. "Apa yang dilakukan oleh manusia
Indonesia itu tidak hanya u untuk untuk kepentingannya sendiri melainkan juga demi
kepentingan manusia lain dan masyarakat dan pengabdiannya kepada Tuhan yang Maha Esa.
Hak-hak asasi manusia dihormati dan djunjung tinggi yang antara lain tercermin ungkapan
'sedumuk bathuk senyari bumi". Kesemuanya itu sebagai ungkapan cita-cita kemanusiaan
dalam masyarakat dan bangsa Indonesia!

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pancasila adalah dasar negara Indonesia dan sudah sepatutnya menjadi dasar kehidupan
berbangsa dan bernegara bagi seluruh masyarakat indonesia, nilai-nilai Pancasila merupakan
cakupan dari nilai, norma, dan moral yang harusnya mampu diamalkan oleh seluruh
masyarakat Indonesia, sebab apabila Bangsa Indonesia mampu mengamalkan nilainilai
tersebut maka degradasi moral dan kebiadaban masyarakat dapat diminimalisir, secara tidak
langsung juga akan mengurangi kriminalitas di Indonesia, meningkatkan keamanan dan
kesejahteraan bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai