Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SOSIOLOGI EKONOMI

“JARINGAN”

Dosen Pengampu: Dra. Mira Elfina, M.Si

DisusunOleh:Kelompok 4

1. Hanna Pertiwi (2110812006)

2. Weni Astuti (2110812014)

3. Fadhil Ahmad Fajri (2110812026)

4. Shabrina Mazaya (2210812040)

5. Fernando Jovela Saputra (2110812012)

6. Akel aliangka (2110811028)

7. Maysan Zulhan (2110813004)

8. Salsabillahumaira (2210812026)

9. MayniWesnedi (2110812002)

JURUSAN SOSIOLOGI

TAHUN AJARAN 2023/2024

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ANDALAS
KATA PENGANTAR

Puji sertasyukurataskehadirat Allah Swt, yang telahmelimpahkannikmat, rahmat, taufiq dan


hidayah-Nya, sehingga Paper denganjudul: “JARINGAN” dapatdiselesaikan. Adapun
tujuanutamauntukpenulisan paper iniadalahuntukmemenuhitugasmatakuliahSosiologi Ekonomi.
Sholawatsertasalamsemogasenantiasadicurahkankepada Nabi Muhammad Saw. Insanparipurna yang
patutmenjaditauladanumatbesertakeluarga, sahabat dan para pengikutnyahinggaakhir zaman.
Saya menyadariakanketerbatasan yang kami miliki. Karena itu, paper
initidakpernahlepasdaribantuan, arahan dan motivasidariberbagaipihak. Maka izinkanlah kami
menyampaikanterimakasih yang takterhinggakepada Ibu Dra. Mira Elfina, M.Siselakudosenpengampu,
dan kepadasemua orang yang sudahmembantudalampenulisan paper ini.
Kami menyadarimasihbanyakkekurangandalampenyususan paper ini, untukitu kami
mengharapkan saran dan masukanuntukperbaikan. Semoga paper inidapatbermanfaatbagi kami
selakupenulis dan para pembaca.

Padang, 11 November 2023

( Penulis )

1
DAFTAR SI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................................1

DAFTAR SI...................................................................................................................................................2

BAB 1............................................................................................................................................................3

PENDAHULUAN.........................................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................3

1.3 Tujuan...........................................................................................................................................3

BAB II............................................................................................................................................................4

PEMBAHASAN............................................................................................................................................4

2.1 Pengertian Jaringan..............................................................................................................................4

2.2Tingkatan Jaringan................................................................................................................................6

2.3 Mengimplementasikan Pendekatan Jaringan.......................................................................................8

BAB III..........................................................................................................................................................9

PENUTUP......................................................................................................................................................9

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................................9

3.2 Saran...................................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................10

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jaringan sosial pada suatu masyarakat menunjukkan berbagai tipe hubungan sosial yang terikat atas
dasar identitas kekerabatan, ras, etnik, pertemanan, ketetanggaan, ataupun atas dasar kepentingan tertentu.
Peran jaringan kerja atau jaringan sosial yang tumbuh dala komunitas lokal sangat mungkin memberikan
kontribusi yang signifikan dalam mendukung aktivitas ekonomi masyarakatnya.

Kehidupankitasehari-hariselaludiwarnaidenganinteraksidenganmanusialain.
Interaksimerupakansebuah proses yang menjadisyaratmutlakterciptanya proses bermasyarakat.
Interaksisosialdapatdidefinisikansebagaihubunganantarindividu yang
salingmempengaruhidalamhalpengetahuan, sikap, dan perilaku.
Interaksisosialterjadiapabilatindakanatauperilakusesorangdapatmempengaruhi, mengubah, memperbaiki,
ataumendorongperilaku, pikiran, perasaan, emosi orang lain.
Dengandemikianinteraksisosialmerupakanhubungandinamisantar orang, kelompok, maupunantar orang
terhadapkelompok. Syaratmutlakterjadinyainteraksisosialadalahadanyakontak dan komunikasi di
antaramanusia yang menimbulkanjaringan social.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa Pengertian Jaringan?

1.2.2 Apa Saja Tingkatan jaringan?

1.2.3 Menjelaskan Bagaimana PengimplementasianPendekatan Jaringan!

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui dan memahami pengertian jaringan

1.3.2 Mengetahui dan memahami apa saja tingkatan jaringan

1.3.3 Mengetahui dan memahami bagaimana pengimplentasian pendekatan jaringan

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Jaringan
Pengertian jaringan bisa dijelaskan dengan berbagai cara, seperti pengertian kamus atau ditelusuri
melalui etimologis. Salah satu pengertian jaringan yang menarik untuk dibahas di sini adalah batasan
yang dikemukakan oleh Robert M. Z. Lawang (2004:50-54). Jaringan merupakan terjemahan dari
network, yang berasal dari dua suku kata yaitu net dan work.

a. Net diterjemahkan dalam bahasa sebagai jaring, yaitu tenunan seperti jala, terdiri dari
banyak ikatan antar simpul yang saling terhubung antara satu sama lain.
b. Sedangkan kata work ber- makna sebagai kerja.

Gabungan kata net dan work, sehingga menjadi network, yang penekanannya terletak pada kerja
bukan pada jaring, dimengerti sebagai kerja (bekerja) dalam hubungan antar simpul-simpul seperti
halnya jaring (net). Berdasarkan cara berpikir seperti itu, maka jaringan (network), menurut Lawang
(2004: 50-51), dimengerti sebagai:

1. Ada ikatan antar simpul (orang atau kelompok) yang dihubungkan dengan media (hubungan sosial).
Hubungan sosial ini diikat dengan kepercayaan. Kepercayaan itu dipertahankan oleh norma yang
mengikat kedua belah pihak.

2. Ada kerja antar simpul (orang atau kelompok) yang melalui media hubungan sosial menjadi satu
kerjasama, bukan kerja bersama-sama.

3. Seperti halnya sebuah jaring (yang tidak putus) kerja yang terjalin antar simpul itu pasti kuat
menahan beban bersama, dan malah dapat "menangkap ikan" lebih banyak

4. Dalam kerja jaring itu ada ikatan (simpul) yang tidak dapat berdiri sendiri. Malah kalau satu simpul
saja putus, maka keseluruhan jaring itu tidak bisa berfungsi lagi, sampai simpul itu diperbaiki. Semua
simpul menjadi satu kesatuan dan ikatan yang kuat. Dalam hal ini, analogi tidak seluruhnya tepat
terutama kalau orang yang mem- bentuk jaring itu hanya dua saja.

5. Media (benang atau kawat) dan simpul tidak dapat dipisahkan, atau antara orang-orang dan
hubungannya tidak dapat dipisahkan.

4
6. Ikatan atau pengikat (simpul) adalah norma yang mengatur dan menjaga bagaimana ikatan dan
medianya itu dipelihara dan dipertahankan.

Sedangkan sosial, seperti telah dikemukakan pada bahagian sebelumnya, dimengerti sebagai
sesuatu yang dikaitkan atau dihubungkan dengan orang lain atau menunjuk pada makna subyektif yang
mempertimbangkan perilaku atau tindakan orang lain yang berkaitan dengan pemaknaan tersebut.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa studi jaringan sosial melihat hubungan antar
individu yang memiliki makna subyektif yang berhubungan atau dikaitkan dengan sesuatu sebagai
simpul dan ikatan. Simpul dilihat melalui aktor individu di dalam jaringan, sedangkan ikatan
merupakan hubungan antar para aktor tersebut. Dalam kenyataan, dimungkinan terdapat banyak jenis
ikatan antar simpul.

Pada tingkatan antar individu, jaringan sosial dapat didefinisikan sebagai rangkaian hubungan
yang khas di antara sejumlah orang dengan sifat tambahan, yang ciri-ciri dari hubungan ini sebagai
keseluruhan, yang digunakan untuk menginterpretasikan tingkah laku sosial dari individu-individu
yang terlibat (Mitchell, 1969).

Pada tingkatan struktur, jaringan sosial dipahami sebagai pola atau struktur hubungan sosial
yang meningkatkan dan atau menghambat perilaku orang untuk terlibat dalam bermacam arena dari
kehidupan sosial pada tataran struktur sosial. Oleh karena itu tingkatan ini memberikan suatu dasar
untuk memahami bagaimana perilaku individu dipengaruhi oleh struktur sosial.

Meski ahli teori jaringan tergabung secara longgar dari berbagai pemikiran, menurut Ritzer dan
Goodman (2003:384-385), namun teori jaringan ini bersandar pada sekumpulan prinsip yang berkaitan
secara logis, yaitu antara lain:

 Pertama, ikatan antara aktor biasanya adalah simetris dalam kadar maupun intesitasnya.

 Kedua, ikatan antara individu harus dianalisis dalam konteks struktur jaringan yang lebih luas.

 Ketiga, terstrukturnya ikatan sosial menimbulkan berbagai jenis jaringan nonacak.

 Keempat, adanya kelompok jaringan menyebabkan terciptanya hubungan silang antar kelompok
jaringan maupun antar individu.
 Kelima, ada ikatan simetris antara unsur-unsur di dalam sebuah sistem jaringan dengan
akibat bahwa sumber daya yang terbatas akan terdistribusikan secara tak merata.

 Keenam, distribusi yang timpang akan bergabung untuk mendapatkan sumber daya yang

5
terbatas itu dengan bekerjasama, sedangkan kelompok lain bersaing dan memperebutkannya.

2.2 Tingkatan Jaringan

a. Tingkatan Mikro
Jaringan sosial mikro merupakan bentuk jaringan yang selalu ditemukan dalam kehidupan sehari hari.
Sebagai makhluk sosial selalu ingin melakukan interaksi sosial dengan individu lain. Dari interaksi sosial
tersebut kemudian menjadi suatu hubungan sosial. Hubungan sosial yang terus– menerus antar individu
bisa menghasilkan suatu jaringan sosial yang disebut jaringan mikro.

Jaringan mikro memiliki tiga fungsi yaitu sebagai pelicin, sebagai jembatan dan sebagai perekat. Sebagai
pelicin, jaringan sosial mmberiberbagai kemudahan untuk mengakses bermacam barang atau
sumberdaya langka seperti informasi, barang, jasa, kekuasaan, dan sebagainya. Contohnya adalah di
suatu pasar tradisional terdapat seorang pembeli dan penjual yang berinteraksi jual beli akan terbentuk
ikatan pelanggan antara dua aktor tersebut. Kedua aktor melakukan pembentukan ikatan pelanggan
dengan mempertimbangkan tingkat kepercayaan yang dimiliki dan tingkat keuntungan yang akan
diperoleh. Keuntungan yang diperoleh pembeli adalah ketepatan informasi suatu barang, diskon, kredit.
Sedangkan di pihak pedagang keuntungan yang diperoleh adalah kepastian pembeli.

Sebagai jembatan, jaringan mikro dapat memudahkan hubungan antara satu pihak dengan pihak lain.
Ikatan pelanggan antara kedua belah pihak dimungkinkan diperluas dengan mengikutkan beberapa
orang lain yang memiliki hubungan dengan pihak pembeli, misal dengan anggota keluarga luas dari
pembeli. Ikatan yang ada dapat menjembatani pembentukan hubungan sosial dengan pihak lain yang
dapat pula membuka pola jaringan sosial yang baru. Sebagai perekat, jaringan sosial antar indiviu
memberikan tatanan dan makna pada kehidupan sosial. Dalam ikatan pelanggan antara pembeli dan
penjual memiliki suatu derajat kepercayaan dan tingkat keuntungan bersama, melalui hal tersebut maka
diperoleh mereka yang terikat untuk berpikir, berperilaku dan bertindak sesuai dengan peran masing-
masing.

b. Tingkatan Meso
Dalam berinteraksi sosial dengan orang lain, pada umumnya orang melakukannya dalam suatu konteks
sosial, dalam suatu kelompok. Hubungan yang dibangun para aktor dengan dan atau di dalam kelompok
sehingga terbentuk suatu ikatan maka dapat disebut sebagai jaringan sosial pada tingkat meso. Jaringan
sosial dalam tingkat meso dapat ditemui dalam berbagai kelompok, paguyuban, ikatan profesi dan hobi.
Pada tingkatan meso juga terdapat fungsi pelicin, jembatan dan perekat. Fungsipelicin dilihat dari

6
berbagai kemudahan yang diperoleh para anggota kelompok untuk mengakses berbagai macam barang
dan atau sumber daya yang langka. Fungsi jembatan yaitu melalui daya hubung atau kekuatan relasi
yang dimiliki karena keanggotaannya dalam suatu kelompok. Fungsi perekat yaitu dipahami melalui
kemampuan kelompok sebagai suatu entitas yang obyektif memberikan suatu tatanan dan makna pada
kehidupan sosial.

c. Tingkatan Makro
Jaringan makro merupakan ikatan yang terbentuk karena terjalinnya simpul – simpul dari beberapa
kelompok. Dengan kata lain, jaringan makro terajut dari ikatan antara dua kelompok atau lebih.
Kelompok dalam konteks ini bisa dalam bentuk organisasi, institusi, bahkan negara. Jaringan makro
dapat berupa ikatan antar beberapa organisasi, institusi, atau negara. Jaringan makro lebih tertuju pada
fungsi jembatan yang menghubungkan antara beberapa kelompok, jaringan memberikan fasilitas atau
saluran bagi terjalinnya komunikasi antar kelompok yang terlibat.

Jika jaringan sosial dikaitkan dengan perdagangan maka termasuk kedalam jaringan sosial pada
tingkatan meso. Jaringan sosial antar pedagang tidak hanya terbentuk secara vertikal, yaitu antara para
pedagang retil dengan pedagang distributor, tetapi juga secara horizontal yaitu antara sesama pedagang
sejenis. Pada jaringan sosial vertikal, biasanya pihak yang posisinya lebih tinggi memberikan informasi
kepada pihak yang menjadi kliennya. Sedangkan pada jaringan horizontal, informasi bersifat timbal –
balik, yaitu saling memberi informasi terbaru tentang sesuatu termasuk harga (Damsar, 2009)

2.3 Mengimplementasikan Pendekatan Jaringan


Bedasarkan literatur yang berkembang, Powell dan Smith-Doerr (1994) mengajukan dua
pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami jaringan sosial, yaitu pendekatan analisis atau abstrak
dan pendekatan preskriptif atau studi kasus.

1. Pendekatan Analisis

Pendekatan analisis atau abstrak terhadap jaringan sosial menekankan analisis abstrak pada:

a. Pola informal dalam organisasi, pada dasarnya area ini memiliki kerangka pemikiran yaitu
hubungan informal sebagai pusat kehidupan politik organisasi-organisasi; organisasi formal pada
dasarnya adalah hubungan yang berkelanjutan antara orang-orang, dan hubungan organisasi
dibangun atas dasar campuran yang rumit dari otoritas, persahabatab dan loyalitas (Kanter, 1983).

7
b. Jaringan juga memperhatikan tentang bagaimana lingkungan di dalam organisasi dikonstruksi.
Ini berarti bahwa perhatian lebih banyak tertuju pada segi-segi normatif dan budaya dari
lingkungan seperti sistem kepercayaan, hak profesi, dan sumber-sumber legitimasi. Lingkungan
suatu organisasi terdiri dari organisasi-organisasi lain. Cara untuk memahami organisasi adalah
dengan mengakui bahwa kebanyakan tindakan yang relevan dalam organisasi ataukomunitas
terjadi dalam kepadatan hubungan dari ikatan jaringan yang menjembatani organisasi dengan
para anggotanya (Powell dan DiMaggio, 1991: Meyer dan Scott, 1992: Hannan dan Carrol,
1992).

c. Sebagai suatu alat penelitian formal untuk menganalisis kekuasaan dan otonomi, area ini terdiri
dari struktur sosial sebagai suatu pola hubungan unit-unit sosial yang terkait (individu-individu
sebagai aktor-aktor yang bersama dan bekerjasama) yang dapat mempertanggungjawabkan
tingkah laku mereka yang terlihat. Posisi individu selain dapat memudahkan juga dapat
menghambat tindakannya (Burt, 1992).

2. Pendekatan Preskriptif

Pendekatan preskriptif memandang jaringan sosial sebagai pengaturan logika atau


sebagai suatu cara menggerakkan hubungan-hubungan di antara para aktor ekonomi. Dengan
demikian ia dipandang sebagai perekat yang menyatukan individu-individu secara bersama ke
dalam suatu sistem yang padu (Powell, 1990:Piore dan Saibel, 1984 Sabel, 1989, 1991).
Pendekatan ini lebih pragmatis dan berkait dengan pendekatan antar-disipliner. Pendekatan ini
cendrung untuk melihat motif yang berbeda dalam kehidupan ekonomi seperti analisis jaringan
sosial dalam pasar tenaga kerja, etika bisnis dan organisasi dari kelompok bisnis.

BIDANG PENELITIAN JARINGAN SOSIAL

Dalam melakukan penelitian tentang jaringan sosial, terdapat empat bidang penelitian yang dapat
dikerjakan oleh sosiolog, yaitu jaringan informal terhadap akses dan kesempatan, jaringan formal dari
pengaruh dan kekuasaan, organisasi sebagai jaringan perjanjian, serta jaringan sosial dalam produksi. Dua
yang disebut pertama lebih cocok memakai pendekatan preskriptif, sedangkan dua sisanya lebih kena
dengan pendekatan analitis.

1. Jaringan Informal dari Akses dan Kesempatan

Pada bidang ini penelitian yang dilakukan difokuskan pada penggunaan jaringan sosial
dalam pekerjaan (mencari kerja dan migrasi); mobilitas (informasi dan akses terhadap modal);

8
dan difusi (penyebaran praktek budaya dan organisasional). Jaringan sosial memainkan peranan
penting dalam alokasi pekerjaan dalam pasar tenaga kerja. Sebagai pengganti pengaruh dari
tawaran dan permintaan, lemah dan kuatnya ikatan dari suatu jaringan sosial menentukan
perolehan pekerjaan.Penelitian yang dilakukan Granovetter (1973; 1974; 1983) memperlihatkan
bahwa suatu ikatan, apapun bentuknya: lemah atau kuat, memberikan kemudahan dalam
menjalankan kehidupan. Suatu ikatan jaringan yang kuat memberikan basis motivasi yang lebih
besar untuk saling membantu dan lebih cepat untuk saling memberikan bantuan, ikatan kuat,
misalnya, memudahkan seseorang untuk mengetahui ketersediaan suatu pekerjaan. Ikatan kuat
dicirikan sebagai waktu dan emosi intensif, dengan keintiman dan perilaku resiprokal. Ikatan ini
ditemui pada hubungan dari pertemanan akrab atau keanggotaan suatu keluarga. Sedangkan
ikatan lemah ditandai dengan waktu dan emosi yang kurang intensif, yang ditemui dalam
hubungan dari suatu perkenalan seperti teman kelas atau teman biasa. Anggota keluarga biasanya
akan lebih dahulu mengetahui informasi tentang tersedianya suatu pekerjaan dibandingkan
dengan teman biasa dari seorang penentu dalam pemberian pekerjaan.

2. Jaringan Formal Pengaruh dan Kekuasaan

Bagian ini menggunakan pendekatan analitis untuk menjelaskan kekuasaan aktor-aktor


ekonomi (Mintz dan Scwartz, 1985; Burt, 1992; Mizruchi, 1992). Kubu pemikiran ini
mempercayai bahwa "kekuasaan melekat situasional, ia bersifat dinamis dan tidak stabil secara
potensial" (Powell dan Smith-Doerr, 1994:376). Sementara itu menurut Powell dan Smith-Doerr,
kekuasaan itu sendiri didefinisikan sebagai otoritas formal, pengaruh informal, dan dominasi.
Analisa jaringan sosial tentang kekuasaan meliputi kesemua tipe kekuasaan. Sumber kekuasaan
terdiri dari legitimasi, informasi, dan kekuatan. Kekuasaan berada dalam posisi struktural.

Dalam memahami jaringan sosial dalam kekuasaan dapat didekati dengan tiga perspektif, yaitu
pertukaran sosial, ketergantungan sumber daya, dan kelas sosial.

Jaringan sosial dalam kekuasaan formal dalam perspektif pertukaran sosial, seperti telah
dijelaskan sebelumnya, memandang aktor sebagai makhluk yang rasional. Aktor dikatakan
rasional karena dia mempertimbangkan untung rugi. Aktor mempertimbangkan keuntungan yang
lebih besar dari pada biaya yang dikeluarkannya (cost benefit ratio). Oleh sebab itu, makin tinggi
ganjaran (reward) yang diperoleh terhadap suatu kepatuhan pada atasan makin besar
kemungkinan suatu tingkah laku akan diulang. Sebaliknya, makin tinggi biaya atau ancaman
hukuman (punishment) yang akan diperoleh bila menyimpang dari perintah atasan maka makin
kecil kemungkinan tingkah laku yang serupa akan diulang. Dengan demikian, jaringan sosial

9
dibentuk dan dipertahankan atas prinsip rasionalitas untung rugi. Oleh karena itu, reward
(ganjaran) dan punishment (hukuman) merupakan penggerak dalam jaringan hubungan social.

3. Organisasi sebagai Jaringan Sosial dan Perjanjian

Kita selalu hidup dalam suatu kelompok. Di rumah, kita memiliki keluarga. Di tempat
kerja, kita bernaung di bawah perusahaan atau kantor. Di lingkungan, kita mempunyai kelompok
sebaya (peer group). Kesemua kelompok itu terorganisir. Dengan kata lain, setiap kelompok
memiliki ciri organisasi, baik secara formal maupun secara informal. Setiap organsisasi memiliki
suatu mekanisme yang mengatur hubungan orang-orang yang ada di dalamnya, termasuk jaringan
yang terbentuk karena adanya hubungan sosial. Jaringan organisasi dapat dianalisis atas dasar
organisasi formal dan organisasi informal. Menurut Dalton (1959:219) formal berarti sesuatu
yang direncanakan dan disetujui atasnya, sedangkan informal berarti ikatan-ikatan yang spontan
dan fleksibel di antara anggota-anggota yang dituntun oleh perasaan-perasaan dan kepentingan
pribadi yang tidak dapat dipertahankan oleh kegiatan formal. Baik organisasi formal ataupun
organisasi informal tidak dapat terlepas dari hubungan. Sementara organisasi formal, biasanya
mempunyai struktur hierarkis, dihubungkan secara mendalam dengan jaringan yang lebih luas,
sedangkan jaringan informal dapat tidak memihak dan menembus batas struktur yang hierarkis.

Melalui jaringan dengan organisasi dan sebagai bagian dari proses reorganisasi yang lebih luas,
secara vertikal organisasi yang terintegrasi merampingkan hierarki perusahaan. Gerakan ini
merupakan bagian dari proses pelapisan jaringan perusahaan global baru atas dasar hierarki
produksi internasional lama (Amin, 1993:291). Jaringan memberikan suatu cara bagi perusahaan
besar untuk mengamankan taruhannya dalam menghadapi ketidakpastian dan hambatan pasar
(Mowery, 1988). Desentralisasi produksi tidak memerlukan suatu desentralisasi kekuasaan.

Sebagai logika ganda dari jaringan sosial, organisasi terlibat dalam suatu percampurbauran yang
rumit dari kerjasama, kompetisi dan kekuasaan (yang mendorong untuk konstruksi dan
rekonstruksi) dari perusahaan ke dalam jaringan yang kompleks dari perjanjian. Jaringan
organisasi dalam kolaborasi akan meningkatkan beajar dari pengalaman.

4. Jaringan Sosial dari Produksi

Powell dan Smith-Doerr (1994) mengajukan empat tipe jaringan produksi secara
bersama, yaitu regional, penelitian dan pengembangan, kelompok bisnis, analisis strategis dan
produksi bersama. Tipe regional merupakan jaringan sosial dari produksi yang berdasarkan atas
lokasi. Jaringan produksi digerakkan oleh kelenturan dan spesialisasi dari suatu proses produksi.

10
Sedangkan basis kepercayaan diletakkan atas dasar norma-norma pertukaran, kekerabatan, dan
lokasi. Contohnya, penelitian yang dilakukan oleh Lazerson (1990) memperlihatkan bahwa
jaringan produksi secara bersama yang terjadi di Italia didasarkan atas pengelompokan produk
yang dihasilkan: pakaian rajutan di Modena; sepeda, sepatu, dan sepeda motor di Bologna;
pengalengan makanan di Parma; dan peralatan mesin di Capri. Setiap perusahaan mempunyai
spesialisasi tertentu dalam suatu proses jaringan produksi, semuanya dilakukan atas dasar
kesepakatan sub-kontrak dan kerjasama. Monitoring dimudahkan oleh ikatan sosial dan kontak
yang konstan.

Tipe penelitian dan pengembangan merupakan jaringan sosial dari produksi yang berlandaskan
atas kerjasama ilmiah. Tipe ini digerakakan oleh inovasi dan belajar tentang ide baru. Sedangkan
basis kepercayaan pada komunitas ilmiah, intelek-tual dan teknologi. Berdasarkan dari penelitian
Powell (1993), hubungan dari para anggota asosiasi ilmiah atau industri sering berlangsung di
luar hubungan komersial. Dalam kerjasama penelitian, kehadiran seseorang dalam komunitas
teknolog akan membentuk reputasinya dalam praktek bisnis.

Aliansi strategis dan produksi bersama merupakan jaringan produksi yang lebih bersifat formal,
karena dibentuk atas persetujuan bersama untuk bekerjasama (misal jointventure dan sub-
kontraktor) yang jangka waktunya relatif pendek. Tipe ini dicirikan sebagai berikut: anggota
terdiri dari kelompok bisnis yang berbeda, mempunyai landasan normatif bersama, dan kerabat-
kerabat kerja merasa sedang mengikuti suatu perangkat aturan umum. Oleh karena itu,
monitoring cendrung lebih terstruktur secara formal. Jaringan strategis ini dilakukan karena
mereka merasa jika bersama akan lebih menjadi kompetitif dibandingkan melakukannya sendiri.
Sebab itu basis kepercayaan diletakkan pada saling ketergantungan dan perhitungan.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Studi jaringan sosial melihat hubungan antar individu yang memiliki makna subyektif yang
berhubungan atau dikaitkan dengan sesuatu sebagai simpul dan ikatan. Simpul dilihat melalui aktor
individu di dalam jaringan, sedangkan ikatan merupakan hubungan antar para aktor tersebut. Dalam
kenyataan, dimungkinan terdapat banyak jenis ikatan antar simpul. ). Pada tingkatan antar individu,
jaringan sosial dapat didefinisikan sebagai rangkaian hubungan yang khas di antara sejumlah orang
dengan sifat tambahan, yang ciri-ciri dari hubungan ini sebagai keseluruhan, yang digunakan untuk
menginterpretasikan tingkah laku sosial dari individu-individu yang terlibat (Mitchell, 1969). Pada
tingkatan struktur, jaringan sosial dipahami sebagai pola atau struktur hubungan sosial yang
meningkatkan dan atau menghambat perilaku orang untuk terlibat dalam bermacam arena dari
kehidupan sosial pada tataran struktur sosial. Oleh karena itu tingkatan ini memberikan suatu dasar
untuk memahami bagaimana perilaku individu dipengaruhi oleh struktur sosial.

Penelitian dalam berbagai bidang akademik telah memperlihatkan bahwa jaringan sosial beroperasi
pada banyak tingkatan. Jaringan dapat dilihat dari 3 tingkatan yang ada, yaitu tingkatan mikro, meso,
dan makro. Bedasarkan literatur yang berkembang, Powell dan Smith-Doerr (1994) mengajukan dua
pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami jaringan sosial, yaitu pendekatan analisis atau
abstrak dan pendekatan preskriptif atau studi kasus. Dalam melakukan penelitian tentang jaringan
sosial, terdapat empat bidang penelitian yang dapat dikerjakan oleh sosiolog, yaitu jaringan informal
terhadap akses dan kesempatan, jaringan formal dari pengaruh dan kekuasaan, organisasi sebagai
jaringan perjanjian, serta jaringan sosial dalam produksi. Dua yang disebut pertama lebih cocok
memakai pendekatan preskriptif, sedangkan dua sisanya lebih kena dengan pendekatan analitis.
3.2 Saran
Disarankan bagi pembaca untuk mencari tahu lebih dalam mengenai materi ini, dikarenakan masih
banyak kekurangan dari materi ini dan juga masih banyak jurnal atau ebook yang membahas tentang
materi ini guna menambah wawasan yang lebih luas lagi tentang materi ini. Saya menyadari bahwa paper
atau makalah yang kami sajikan masih banyak kekurangannya dan jauh dari kata sempurna, untuk itu
kami selaku pembuat paper memohon maaf atas ketidaksempurnaan paper ini dan kami sangat
membutuhkan kritik yang membangun dari teman-teman dan ibu Dra. Mira Elfina, M.Si selaku dosen
pengampu Mata Kuliah Sosiologi Ekonomi.

12
DAFTAR PUSTAKA
Damsar dan Indrayani.(2009).PengantarSosiologi Ekonomi. Jakarta: Prenadamedia Group.

13

Anda mungkin juga menyukai