SEKERTARIS 1. : AULIA ANDHINI MAHARANI 21011003 2. : MEILANA NUR FAJRIAH 21011014 ANGGOTA : DIYAN PRAYOGO 21011009 MARENDRA ATHASYAH A. A 21011013 MOHAMMAD IBRAHIM SUGIYANTO 21011016 MUHAMMAD IBNU FATAH 21011017 MUHAMMAD RIFQI NAZAYA 21011019
POLITEKNIK KESELAMATAN TRANSPORTASI JALAN
2023 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan adalah peraturan hukum di Indonesia yang mengatur mengenai penyelenggaraan jalan. Beberapa poin penting dalam UU tersebut adalah: BAB I KETENTUAN UMUM Bab ini berisi definisi-definisi penting dalam UU ini, serta menjelaskan tentang tujuan dari UU ini.Pada Bab I dijelaskan bahwa Definisi jalan adalah fasilitas umum berupa permukaan yang dilalui oleh kendaraan, pejalan kaki, atau hewan. BAB II KEWENANGAN DAN TANGGUNG JAWAB Bab ini mengatur tentang kewenangan dan tanggung jawab pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, terkait dengan pembangunan, pengelolaan, dan pemeliharaan jalan. Jalan harus dirawat dan dipelihara secara teratur oleh pemerintah dan masyarakat. BAB III PENGGUNAAN JALAN Bab ini menjelaskan tentang penggunaan jalan, baik oleh kendaraan bermotor maupun non-bermotor. Di dalam bab ini juga diatur tentang perijinan penggunaan jalan oleh pihak-pihak tertentu, seperti untuk kegiatan tertentu atau acara. Penyelenggaraan jalan harus memperhatikan keselamatan, keamanan, dan kenyamanan pengguna jalan. BAB IV PENGATURAN LALU LINTAS Bab ini mengatur tentang pengaturan lalu lintas di jalan, seperti rambu lalu lintas, marka jalan, serta aturan-aturan mengenai kendaraan bermotor dan non- bermotor yang berlalu-lintas di jalan. Pengguna jalan harus mematuhi peraturan lalu lintas dan memperhatikan keselamatan pengguna jalan lainnya. BAB V KETENTUAN MENGENAI KESELAMATAN JALAN Bab ini menjelaskan tentang pengaturan keselamatan jalan, baik bagi pengendara kendaraan bermotor maupun non-bermotor. Di dalam bab ini diatur pula tentang sanksi bagi pelanggar aturan keselamatan jalan. Pemerintah daerah bertanggung jawab dalam mengatur dan mengelola jalan di wilayahnya. BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA Bab ini mengatur tentang penyelesaian sengketa yang berkaitan dengan jalan, baik sengketa antara pemerintah dan masyarakat maupun sengketa antara masyarakat dan masyarakat. Pemerintah berwenang untuk menetapkan batasan kecepatan kendaraan di jalan, memberikan izin penggunaan jalan, serta melakukan tindakan hukum terhadap pelanggar peraturan lalu lintas. UU tersebut bertujuan untuk menciptakan penyelenggaraan jalan yang lebih baik, aman, dan nyaman bagi pengguna jalan.
Beberapa perbedaan UU 2/2022 dengan UU 38/2004 antara lain:
1. Penegasan definisi pembangunan jalan berkelanjutan yaitu penerapan
konstruksi bidang jalan yang memuat prinsip berkelanjutan dan berbasiskan keseimbangan aspek lingkungan, ekonomi dan sosial. 2. Pasal 2 mengatur bahwa terdapat asas tambahan dalam penyelenggaran jalan, antara lain asas persatuan dan kesatuan, efisiensi dan efektivitas, keterpaduan, dan partisipatif. Adanya penegasan pengelompokan status jalan strategis nasional, strategis provinsi, strategis kabupaten, jalan antar desa dan poros desa. UU ini mengatur bahwa ruang manfaat jalan dapat digunakan oleh pejalan kaki, pesepeda, dan penyandang disabilitas.UU ini juga mengatur bahwa pemerintah pusat dapat mengambil alih pelaksanaan pembangunan jalan provinsi/kabupaten/kota apabila pemda belum dapat melaksanakannya. 3. Pasal 35G menjelaskan tentang preservasi jalan yang meliputi kegiatan pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, rehabilitasi, rekonstruksi, dan pelebaran menuju standar. 4. Pasal 36 mengamanatkan bahwa penyelenggara jalan dan penyelenggara lalu lintas dan angkutan jalan wajib berkoordinasi untuk mengendalikan muatan berlebih yang merusak jalan. Dalam kondisi tertentu, pemerintah dapat mengevaluasi dan menyesuaikan tarif tol di luar per dua tahun sekali.